• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Tingkat Depresi dengan K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan antara Tingkat Depresi dengan K"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1. Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 2. Departemen Penyakit Dalam Divisi Ginjal Hipertensi, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

3. Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl. Dr. Muh. Ali, Kompleks RSMH, Madang, Palembang, 30126, Indonesia

Email: tryfebrianisiregar@yahoo.co.id

Abstrak

Depresi adalah salah satu gangguan psikologis yang sering ditemui pada pasien hemodialisis kronik dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dan kualitas hidup pada pasien hemodialisis kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dalam bentuk cross sectional. Populasi penelitian adalah semua pasien hemodialisis kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sampel berjumlah 72 orang yang diambil melalui teknik purposive sampling sesuai kriteria inklusi. Data tingkat depresi didapatkan melalui hasil wawancara dengan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Data kualitas hidup didapatkan melalui hasil wawancara dengan kuesioner Short Form-12 (SF-12). Data diolah menggunakan uji Chi Square, Spearman Rho dan regresi.Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara tingkat depresi dan kualitas hidup komponen fisik (p=0,000 dan r=-0,684) dan komponen mental (p=0,000 dan r=-0,589). Pada penelitian ini, tingkat depresi dan kualitas hidup memiliki korelasi negatif yang berarti semakin tinggi tingkat depresi maka akan diikuti dengan penurunan kualitas hidup. Ada korelasi negatif antara tingkat depresi dan kualitas hidup pada pasien hemodialisis kronik.

Kata Kunci: depresi, kualitas hidup, pasien hemodialisis

Abstract

Correlation between Level of Depression and Quality of Life of Chronic Hemodialysis Patients at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Depression is the most common psychological complication which has serious impact on the quality of life of chronic hemodialysis patients. The aim of this study is to determine the correlation between level of depression and quality of life of chronic hemodialysis patients at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study was an analytic survey with cross sectional design. The population were all chronic hemodialysis patients at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Samples were 72 patients receiving hemodialysis taken by purposive sampling in accordance with the criteria of inclution. Data for level of depression were taken using Beck Depression Inventory-II (BDI-II) questionnaire while data for quality of life were taken using the Short Form-12 (SF-12) questionnaire. Data was analysed using Chi Square, Spearman Rho and Regression test. The result showed that there was a significant relationship between level of depression and quality of life on physical component (p=0,000 and r=-0,684), and mental component (p=0,000 and r=-0,589). There was a negative correlation between level of depression and quality of life meaning that the higher level of depression, the lower quality of life of chronic hemodialysis patients. There is a negative correlation between level of depression and quality of life of chronic hemodyalisis patients.

(2)

1. Pendahuluan

Saat ini, penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Secara global, prevalensinya diperkirakan sebesar 8-16%.1

Prevalensi penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat sebesar 1811 per 1 juta penduduk.2 Di Indonesia

terdapat 18 juta orang yang menderita penyakit ginjal kronik berdasarkan survei yang dilakukan Pernefri tahun 2009.2 Jumlah penderita penyakit ginjal kronik

diperkirakan meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai lebih dari 380 juta orang di wilayah Asia Tenggara, Mediterania, Timur Tengah dan Afrika.3

Penyakit ginjal kronik dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus, peningkatan ekskresi albumin urin, atau keduanya dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1,4 Pada derajat akhir penyakit

ginjal kronik, pasien akan membutuhkan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa hemodialisis dan transplantasi ginjal.

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan untuk mengeliminasi sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan elektrolit antara kompartemen darah dengan kompartemen dialisat melalui membran semipermiabel.5 Hemodialisis adalah terapi pengganti

utama yang paling sering dalam pengobatan penyakit ginjal kronik tahap akhir.6

Pasien hemodialisis kronik adalah pasien penyakit ginjal kronik tahap akhir yang menjalani hemodialisis rutin sebagai terapi pengganti ginjal. Di Indonesia, seorang pasien hemodialisis kronik harus menjalani terapi pengganti hemodialisis 2-3 kali seminggu, dengan setiap hemodialisis dilakukan selama 4-5 jam.4

Pasien hemodialisis kronik dihadapkan pada perubahan aspek kehidupan baik dari segi fisik, psikologis, sosioekonomi dan lingkungan. Pasien akan mengalami ketergantungan terhadap pengobatan, kehilangan kebebasan, dan berkurangnya pendapatan, serta berdampak negatif terhadap hubungan interpersonal dan kehidupan sosialnya.

Depresi merupakan komplikasi psikopatologik yang paling sering ditemukan pada pasien penyakit kronik dengan pengobatan jangka panjang dan menetap. Prevalensi depresi pada pada pasien hemodialisis kronik sekitar 20%-30% bahkan bisa mencapai 47%.7

Gejala depresi pada pasien hemodialisis kronik dapat timbul akibat komplikasi metabolik yang dialami pasien atau dari proses psikologis yang dialami pasien dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi sakit dan gaya hidup baru saat menjalani terapi pengganti hemodialisis.6,7,8 Adanya stressor berupa keterbatasan

aktivitas fisik, perubahan konsep diri, status ekonomi, dan tingkat ketergantungan sangat mempengaruhi psikologis dari pasien hemodialisis.5

Depresi sering dihubungkan dengan angka mortalitas yang tinggi pada pasien-pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang.9 Pasien hemodialisis

dengan depresi memiliki angka mortalitas 4 kali lebih sering dibanding dengan yang tidak mengalami depresi.10 Sayangnya, dokter atau perawat yang

menangani sering gagal dalam mengenali gejala-gejala depresi pada pasien hemodialisis.11 Para dokter yang

menangani seringkali tidak menaruh perhatian penting terhadap keluhan-keluhan somatik yang merupakan penyakit psikiatrik sehingga depresi dan gangguan psikiatrik lainnya tidak terdiagnosis.

Kualitas hidup merupakan komponen penting dalam menentukan keberhasilan dan efektivitas dari suatu terapi. Pada pasien hemodialisis, depresi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas hidup dan mortalitas pasien.6,12 Hasil penelitian Wijaya13 pada

61 pasien PGK di RSCM Jakarta menemukan bahwa prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis mencapai 31,1% dan sebagian besar komponen kualitas hidup mereka lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menderita depresi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dan kualitas hidup pada pasien hemodialisis kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Hal ini didasarkan pada besarnya prevalensi depresi serta peranannya yang besar dalam mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis kronik.

2. Metode

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dalam bentuk cross sectional, menggunakan data primer dari hasil wawancara langsung terhadap pasien hemodialisis kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Populasi penelitian adalah semua pasien hemodialisis kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sampel berjumlah 72 orang yang diambil melalui teknik purposive sampling sesuai kriteria inklusi. Penelitian dilakukan dari 7 November sampai 14 November 2014.

Data tingkat depresi didapatkan melalui hasil wawancara dengan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Data kualitas hidup didapatkan melalui hasil wawancara dengan kuesioner Short Form-12 (SF-12). Selanjutnya dilakukan uji statistik berupa analisis univariat dan bivariat dengan program SPSS.

(3)

Subjek berjumlah 72 orang yang terdiri dari 32 (44,4%) orang wanita dan 40 (55,6%) orang laki-laki. Rerata usia subjek adalah 46,20 tahun dengan distribusi terbanyak pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebanyak 26 orang (36,1%). Subjek pada penelitian ini berumur antara 18 sampai 69 tahun. Rerata lama hemodialisis pada penelitian adalah 2,1 tahun dengan distribusi terbanyak pada kelompok di bawah 2 tahun yaitu sebanyak 50 (69,4%) orang. Subjek pada penelitian ini menjalani hemodialisis antara 3 bulan sampai 7 tahun. Karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Pasien Hemodialisis Kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang (n=72)

Karakteristik N %

Subjek dengan tingkat depresi minimal/normal berjumlah 37 (51,38%) orang, depresi ringan sebanyak 22 (30,56%) orang, depresi sedang sebanyak 12 (16,67%) orang dan depresi berat sebanyak 1 (1,39%) orang. Rerata skor BDI pada penelitian ini adalah 10,89 (95% CI 8,81-11,97) dengan nilai minimum skor BDI adalah 0 dan nilai maksimum skor BDI adalah 31.

Tabel 2. Tingkat Depresi pada Pasien Hemodialisis Kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

(n=72) berjumlah 33 (45,8%) orang dan di atas nilai rata-rata berjumlah 34 (47,2%) orang. Sementara jumlah responden nilai MCS di bawah rata- rata adalah 39 (54,2%) orang dan di atas rata-rata adalah 38 (52,8%) orang. Rerata skor PCS pada penelitian ini adalah 38,41 (95% CI 35,98- 40,83) dengan nilai minimum 16,9 dan nilai maksimum 57,2. Sedangkan rerata skor MCS pada penelitian ini adalah 54,92 (95% CI

52,85-56,98) dengan nilai minimum 36,7 dan nilai maksimum 68,7.

Tabel 3. Kualitas Hidup pada Pasien Hemodialisis Kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

(n=72)

Kualitas Hidup

PCS MCS

n % n %

Di bawah rata-rata 33 45,80 34 47,20 Di atas rata-rata 54,20 38 52,80

Minimal Ringan Sedang Berat

Di bawah rata-rata Di atas rata-rata Tingkat Depresi

Ju

m

la

h

Gambar 1. Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Komponen Fisik atau PCS

Di bawah rata-rata Di atas rata-rata Tingkat Depresi

Ju

m

la

h

(4)

Tabel 4. Hasil Analisis Korelasi Regresi Tingkat Depresi dan Kualitas Hidup berdasarkan Komponen Fisik (PCS)

Variabel r R2 SE p value

Tingkat depresi

dan PCS -0,684 0,468 0,369 0,000

Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Regresi Tingkat Depresi dan Kualitas Hidup berdasarkan Komponen Mental

(MCS)

Variabel r R2 SE p value

Tingkat depresi dan MCS

-0,589 0,347 0,409 0,000

4. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan pasien hemodialisis kronik laki-laki (55,6%) lebih banyak dibandingkan dengan wanita (44,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Nurchayati3 terhadap 95 pasien hemodialisis

di RSI Fatimah Cilacap yang mendapatkan jumlah pasien laki-laki (52,6%) lebih banyak daripada wanita (47,4%).

Karakteristik umur subjek paling banyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun (36,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian Rustina8 terhadap pada 67 pasien

yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Soedarso Pontianak yang mendapatkan distribusi pasien terbanyak pada kelompok umur 45-56 tahun (41,6%).

Subjek yang menjalani hemodialisis lebih banyak pada kelompok di bawah 2 tahun (69,4%) dan paling sedikit pada kelompok di atas 6 tahun (4,2%). Hal ini sesuai dengan penelitian Havva14 tahun 2009 terhadap 138

pasien hemodialisis di Turki yang mendapatkan lama pasien menjalani hemodialisis ≤2 tahun sebanyak 56,4%.

Dari kategori depresi didapatkan pasien hemodialisis dengan tingkat depresi minimal atau normal sebanyak 37 (51,38%), depresi ringan 22 (30,56%) orang, depresi sedang 12 (16,67%) orang, dan depresi berat 1 (1,39%) orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Chelliah15 tahun 2011 pada 36 pasien PGK di RSUP H.

Adam Malik Medan yang mendapatkan jumlah pasien yang tidak mengalami depresi sebanyak 47,2% depresi ringan dengan proporsi 22,0%, depresi sedang 19,4%, diikuti depresi berat dengan proporsi 11, 1%.

Rerata skor PCS pada penelitian ini adalah 38,41. Hal ini sesuai dengan penelitian Oliveira16 di Brazil yang

mendapatkan rerata skor PCS 39,15. Rerata skor MCS pada penelitian ini adalah 54,92. Hal ini sesuai dengan penelitian Ahmed16 terhadap 100 pasien hemodialisis di

Rumah Sakit King Abdulaziz Medical City Riyadh yang mendapatkan rerata skor MCS 54,2.

Menurut Kalantar18 pasien-pasien dengan penyakit

kronik cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Dibanding penyakit-penyakit kronik lainnya, (seperti rheumatoid arthritis, angina pectoris, COPD, dan gagal jantung) penyakit ginjal kronik sangat mempengaruhi rendahnya kualitas hidup pasien. 19

Rendahnya kualitas hidup pada pasien hemodialisis dapat disebabkan karena proses penyakit, adanya keterbatasan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta stress yang timbul saat beradaptasi dengan pengobatan hemodialisis jangka panjang.

Dari hasil uji korelasi Spearman dan didapatkan nilai koefisien korelasi pada komponen PCS dan MCS masing-masing -0,684 dan -0,589. Hasil min (-) pada koefisien korelasi (r=-0,684; r=-0,589) menunjukkan korelasi negatif yang berarti semakin tinggi tingkat depresi seseorang akan diikuti dengan semakin rendahnya kualitas hidup orang tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Oliveira16 pada tahun 2011 terhadap 104 pasien

hemodialisis di Brazil. Oliveira16 menyimpulkan

terdapat hubungan negatif antara tingkat depresi dengan kualitas hidup baik pada komponen PCS dan MCS (r=-0,722; r=-0,356; p<0,001).

Berdasarkan hasil penelitian Cecilia20 terhadap 48

pasien hemodialisis di RSUP DR. M. Djamil Padang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pada responden penelitian. Pada penelitian terhadap 61 pasien hemodialisis kronik di RSCM Jakarta, Wijaya13 juga menemukan adanya

penurunan kualitas hidup pada pasien depresi dibandingkan dengan pasien tanpa depresi. Wijaya13

menyimpulkan bahwa depresi berpengaruh secara bermakna terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Semakin tinggi derajat depresi pasien makin buruk kualitas hidupnya. Pada penelitiannya, terhadap 36 pasien di bagian hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan juga mendapatkan hasil yang sama, Chelliah15

menyimpulkan skor depresi yang tinggi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis akan mempengaruhi rendahnya kualitas hidup pasien tersebut.

5. Kesimpulan

(5)

seseorang maka akan diikuti dengan meningkatnya kualitas hidup orang tersebut.

Daftar Acuan

1. Jha, Vivekanand, et al.Chronic Kidney Disease: Global Dimension and Perspectives. The Lancet 2013; 382(9888): 260-272.

2. Wurara, Yemima G.V., Kanine, E., Wowiling, Ferdinand. Mekanisme Koping pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RS Prof. Dr. R.D. Kandou. Ejournalkeperawatan 2013; 1(1).

3. Nurchayati, Sofiana. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS Fatimah Cilacap dan RSUD Banyumas. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia, Depok, 2011.

4. Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Editor Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, B. Edisi IV.Interna Publishing, Jakarta. 2009.

5. Silviani, Dewi, Adityawarman, Dwianasari, L. Hubungan Lama Periode Hemodialisis dengan Status Albumin Penderita Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto. Mandala of Health 2011; 5(2).

6. Gerogianni, Stavroula K., Babatsikou, Fotoula P. Psychological Aspects in Chronic Renal Failure. Health Science Journal 2014; 8(2): 205-207. 7. Andri. Gangguan Psikiatrik pada Pasien Penyakit

Ginjal Kronik. CKD-203 2013; 40(4): 257-259.

8. Rustina. Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Soedarso Pontianak Tahun 2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak, 2012.

9. Chen CK, Tsai YC, Hsu HJ, Wu IW, Sun CY, Chou CC, et al. in Depression and Suicide Risk in Hemodialysis Patients With Chronic Renal Failure. Psychosomatics 2010; 51:528–528.

10. Drayer, R.A., Piraino, B., Reynolds, C.F. Characteristics of Depression in Hemodialysis

Patients: Symptoms, Quality of Life and Mortality Risk. Gen Hosp Psychiatry 2006; 28:306-12. 11. Feroze, et al. Mental Health, Depression, and

Anxiety in Patients on Maintenance Dialysis. Iranian Journal of Kidney Disease 2010; 4:173-80.

12. Hedayati SS, Bosworth HB, Briley LP, et al. Death or Hospitalization of Patients on Chronic Hemodialysis is Associated with a Physician-Based Diagnosis of Depression. Kidney Int 2008; 74:930-6.

13. Wijaya, Adi. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2005.

14. Havva, Tel. Determining Quality of Life and Sleep in Hemodialysis Patients. Journal of Dialysis & Transplantation 2009; 39:1-5.

15. Chelliah, Suhashini. Gambaran Tingkat Depresi dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan, 2011.

16. Oliveira, Sarah, Claudia, MC. Depression in Dialysis Patients and Its Association with Nutritional Markers and Quality of Life. JNephrol 2012; 25(6):954-961.

17. Ahmed, A, et al. A Study of Quality of Life and its Determinants among Hemodialysis Patients Using the KDQOL-SF Instrument in One Center in Saudi Arabia. Arab J Nephrol Transplant 2011; 4(3):125–130.

18. Kalantar, Kamyar. Association among SF-36 Quality of Life Measures and Nutrition Hospitalization and Mortality in Hemodialysis. Journal of The American Society of Nephrology 2011; 12(12):2797-2806.

19. Mittal, et al. Self Assessed Physical and Mental Function of Hemodialysis Patient. Journal of Nephrorolgy and Transplantation 2001; 16(7):1387-1394.

Gambar

Gambar 1. Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Presepsi pengguna perpustakaan terhadap layanan open access di Perpustakaan STIE Tri Bhakti yaitu terkait dengan layanan open access yang memudahkan mahasiswa

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Mengenai kedudukan hukum atau legal standing dari Pemohon dalam mengajukan permohonan ini berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi,

open legal counselling, mediation as dispute settlement, and legal aid which were freely given to societies at Kelurahan Plesungan and Kelurahan

ENDYK MUHAMMAD ASROR... ENDYK

Jika kita ingin menggunakan mikrokontroller (arduino) pada CMUcam5 hal yang pertama dilakukan adalah menghubungkan port I/O pada CMUcam5 ke port ICSP Arduino

material rarnah lingkungan; (d) Dengan menerapkan konsep green building perusalzaan akan nten.fadi bagian dari industri yang bermanfaat bagi