• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE PLACEMENT OF BASE CAMP HEAVY EQUIPMENT IN LANSLIDE DISASTERS ON NATIONAL ROADS PEKANBARU – PADANG - JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "THE PLACEMENT OF BASE CAMP HEAVY EQUIPMENT IN LANSLIDE DISASTERS ON NATIONAL ROADS PEKANBARU – PADANG - JAMBI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

THE PLACEMENT OF BASE CAMP HEAVY EQUIPMENT IN LANSLIDE DISASTERS ON NATIONAL ROADS

PEKANBARU– PADANG - JAMBI

Mhd Reza1, Nasfryzal Carlo1danYutiar M. Yos1

Civil Engineering, Magister of Engineering Program at Bung Hatta University Email :mhdrezareza@yahoo.com

ABSTRACT

Road as a liaison with other areas of the region is very need to get special treatment in securing roads a result of the landslides that could disrupt road users and distribution of goods. The distance and time mobilization of heavy equipment from the base camp to the location of the disaster will affect the slow or fast heavy equipment arrived at the disaster site. For it is necessary the study of the placement of the base camp heavy equipment that analyze time to the disaster site with the aim to search for the optimum location of base camp with the minimum time and identify vulnerabilities landslides period time to come. The Methode that used are simulation techniques with Probability method (Randon Number) with Single Origin, that 1 (one) and heavy equiment that used is Wheel Loader with speed 25 km/ hours. The result of this research state need replacement new location base camp: Padang Panjang STA 61+900, from location eksisting STA 65 + 500, with displacement distance 3,6 km, Payakumbuh STA163+000, from location eksisting STA 178 + 000, with displacement distance 15 km, Bangkinag STA 83+000, from location eksisting STA 76 + 400, with displacement distance 6,6 km, Dhamasraya STA 115 + 000, from location eksisting STA 184+000, with displacement distance 69 km, Ma. Bungo STA 194+700, from location eksisting STA 251 + 000 with displacement distance 56,300 km, Ma. Tembesi STA 83+260, from location eksisting STA 88 + 400, with displacement distance 5,140 km. The following locations periods 2014 s / d in 2017; Padang Panjang STA 60+000 s/d 65+000 with 37 times the landslide , Payakumbuh 145+000 s/d 155+000 with 41 times the landslide, Bangkinang STA 75+000 s/d 85+000 with 38 times the landslide, Solok STA 80+000 s/d 100+000 with 41 times the landslide Dhamasraya STA 125+000 s/d 140+000 with 62 times the landslide, Ma. Bungo STA 191+000 s/d 197+000 with 45 times the landslide, Ma. Tembesi STA 120+000 s/d 150+000 with 41 times the landslide.

(2)

PENEMPATAN BASECAMP ALAT BERAT DALAM

PENANGANAN BENCANA LONGSOR RUAS JALAN NASIONAL

KOTA PEKANBARU - KOTA PADANG– KOTA JAMBI

Mhd Reza1, Nasfryzal Carlo1danYutiar M. Yos1 Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta

Email :mhdrezareza@yahoo.com

ABSTRAK

Jalan sebagai penghubung daerah satu dengan daerah lainnya sangat perlu untuk mendapatkan perlakuan khusus dalam pengamanan ruas jalan akibat terjadinya bencana longsor yang dapat mengganggu pengguna jalan dan pendistribusian barang. Jarak dan waktu tempuh mobilisasi alat berat dari base camp ke lokasi bencana akan mempengaruhi lambat atau cepatnya alat berat tiba di lokasi bencana. Untuk itu perlu dilakukan kajian dalam penempatan base camp alat berat yang ada dengan nalisis waktu tempuh alat ke lokasi bencana dengan tujuan untuk mencari lokasi base camp yang optimum dengan waktu tempuh minimum dan mengidentifikasi kerentanan terjadinya longsor periode waktu yang akan datang. Metoda yang digunakan adalah Teknik Simulasi dengan Model Probabilistik (Random Number) dengan asumsi single origin, dan alat berat yang digunakan adalah Wheel Loader dengan kecepatan 25 km/jam. Hasil kajian menyatakan perlu dilakukan pemindahan lokasi base camp ke lokasi baru : Padang Panjang STA 61+900, dari lokasi eksisting STA 65 + 500, dengan jarak pemindahan 3,6 km, Payakumbuh STA163+000, dari lokasi eksisting STA 178 + 000, dengan jarak pemindahan 15 km, Bangkinag STA 83+000, dari lokasi eksisting STA 76 + 400, dengan jarak pemindahan 6,6 km, Dhamasraya STA 115 + 000, dari lokasi eksisting STA 184+000, dengan jarak pemindahan 69 km, Ma. Bungo STA 194+700, dari lokasi eksisting STA 251 + 000, dengan jarak pemindahan 56,300 km, Ma. Tembesi STA 83+260, dari lokasi eksisting STA 88 + 400, dengan jarak pemindahan 5,140 km. Didapat lokasi longsor periode waktu 2014 s/d 2017 ; Padang Panjang STA 60+000 s/d 65+000 dengan 37 kali kejadian longsor, Payakumbuh 145+000 s/d 155+000 dengan 41 kali kejadian longsor, Bangkinag STA 75+000 s/d 85+000 dengan 38 kali kejadian longsor, Solok STA 80+000 s/d 100+000 dengan 41 kali kejadian longsor, DhamasrayaSTA 125+000 s/d 140+000 dengan 62 kali kejadian longsor, Ma. Bungo STA 191+000 s/d 197+000 dengan 45 kali kejadian longsor, Ma. Tembesi STA 120+000 s/d 150+000 dengan 41 kali kejadian longsor.

(3)

PENDAHULUAN

Bencana longsor pada jalan bisa berakibat fatal, baik terhadap penduduk di sekitar ruas jalan maupun terhadap lingkungan di sekelilingnya. Ini disebabkan karena bencana terjadi pada saat yang tidak terduga, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak terkait untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana. Banyak hal yang harus mendapat perhatian guna mengantisipasi apabila terjadi bencana, salah satu yang sangat berperan dalam upaya penanggulangan akibat kejadian bencana adalah jarak base camp dengan lokasi bencana dan mobilisasi alat berat.

Keberadaan alat berat sangat berpengaruh terhadap kecepatan respon dalam penanganan bencana. Mobilisasi alat berat ke lokasi bencana memerlukan waktu yang tentunya akan mempengaruhi lambat atau cepatnya alat tiba di lokasi bencana. Lokasi bencana yang dekat dengan lokasi base camp tentunya akan lebih cepat mendapat penanganan dari alat berat dibanding dengan lokasi bencana yang jauh dari base camp.

Terkait hal di atas, base camp alat berat yang ada saat ini perlu ditinjau keberadaannya guna mobilisasi alat berat secara cepat pada saat terjadi bencana longsor mengingat pada ruas jalan nasional yang menghubungkan kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang – Kota Jambi terdapat beberapa titik lokasi bencana longsor.

Data historis mencatat terjadi bencana longsor pada ruas jalan nasional yang menghubungkan Kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang– Kota Jambi dalam periode tahun tertentu terdapat

(lampiran 1)

Musibah bencana longsor yang sering menimpa pada ruas jalan nasional yang menghubungkan Kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang – Kota Jambi mengingatkan akan rawannya perlindungan ruas jalan terhadap bencana longsor.

Menuntut pihak terkait. untuk merespon kejadian tersebut, terputusnya arus lalu lintas dalam waktu yang cukup lama karena kejadian bencana disebabkan oleh terlambatnya alat berat tiba di lokasi. Ini dikarenakan jarak base camp alat berat dan lokasi kejadian bencana yang cukup jauh. Diharapkan dengan analisis waktu dan penentuan titik base camp yang paling tepat dan cepat (optimum) dalam mobilisasi alat.

Maksud penelitian ini untuk mangkaji penempatan base camp alat berat saat sekarang ini guna memberikan respon cepat terhadap bencana longsor yang terjadi dengan manganalisis waktu. Tujuan penelitian ini untuk mencari lokasi base camp yang optimum dengan waktu tempuh minimum guna meminimalisir kehilangan waktu yang timbul akibat terputus/tertutupnya badan jalan oleh bencana longsor dan mengidentifikasi kerentanan terjadinya longsor periode waktu kedepan.

Alat berat yang dijadikan ojek simulasi untuk dimobilisasi kelokasi bencana longsor adalah Wheel Loader, karena alat ini dapat melakukan pembersih lokasi (Cleaning) yang ringan, untuk menggusur bongkaran, menggusur tonggak-tonggak kayu kecil dan lain-lain.

(4)

dilambangkan dengan P. probabilitas selalu dinyatakan dengan angka yang berkisar antara 0 dan 1. Definisi probabilitas dapat dilihat dari tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan klasik, pendekatan frekuensi relatif dan pendekatan subjektif.

Banyaknya aplikasi dari random atau sifat ketidakteraturan, menyebabkan dikembangkannya berbagai metode untuk menghasilkan data yang tidak teratur. Banyak dari metode ini sudah ada sejak zaman kuno, termasuk dadu, melempar koin, penggunaan kartu, dan teknik lainnya. Karena sifatnya, untuk menghasilkan nomor yang tidak teratur dalam jumlah yang besar membutuhkan banyak pekerjaan dan / atau waktu. Setelah munculnya Random Number, metode tradisional, cenderung untuk ditinggalkan. Beberapa metode untuk RN sering memberikan hasil yang kurang memuaskan dari tujuannya, meskipun mungkin sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut Law and Kleton, (1991) Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi atau proses yang terjadi dalam suatu system dengan bantuan perangkat komputer yang dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga system tersebut bisa dipelajari secara ilmiah.

Siagian, (1987) simulasi ialah suatu metodologi untuk melaksanakan percobaan dengan menggunkan model dari suatu system nyata.

Gordon (1980) umumnya ada 5 (lima) langkah pokok dalam menggunakan simulasi, yaitu ;

1. Menentukan persoalan atau system yang hendak disimulasi

2. Formulasikan model simulasi yang hendak digunakan

3. Ujilah model dan bandingkan tingkah lakunya dengan tingkah laku dari system nyata, kemudian berlakukanlah model simulasi tersebut

4. Rancang percobaan-percobaan simulasi 5. Jalankan simulasi dan analisis

Untuk mendapatkan Nilai Random Number antara 0 s/d 1 dalam hal ini menggunakan Tools Excel. Seperti contoh berikut : Seperti pada gambar 1

Gambar 1

Tools Excel untuk nilai Random Number antara 0 s/d 1

Dalam Manajemen Bencana dikenal 4 (empat)tahapan/bidang kerja penang-gulangan bencana sebagaimana digambarkan pada gambar 2

Gambar 2

Tahapan PenanggulanganBencana (Sumber : BNPB, 2011)

(5)

terdapat 2 (dua) kemungkinan situasi yaitu bencana benar-benar terjadi atau bencana tidak terjadi (BNPB, 2011).

METODOLOGI PENELITIAN

Dari beberapa model – model simulasi yang ada, untuk penelitian ini menggunakan model Probabilistik yaitu model yang menjelaskan kelakuan sistem secara probabilistic, (Dimyati dan Dimyati 2010). Informasi yang masuk adalah secara acak. Model ini kadang – kadang juga disebut sebagai model simulasi Monte Carlo. Dalam proses stokastik sifat – sifat keluaran merupakan hasil dari konsep random (acak). Meskipun output yang diperoleh dapat dinyatakan dengan rata – rata, namun kadang – kadang ditunjukkan pula pola penyimpangan. Model yang mendasarkan pada teknik peluang dan memperhitungkan ketidakpastian disebut model probabilistik atau model stokastik.

Penelitian dalam tesis ini termasuk penelitian dengan menginput data primer (kecepatan alat wheel loader) dan data sekunder (lokasi bencana longsor, lokasi base camp alat berat, frekuensi bencana periode waktu, rencana lokasi perpindahan base camp.

Secara skematis metodologi dapat diperlihatkan oleh Bagan pada Gambar berikut:

Lokasi Penelitian berada pada ruas jalan nasional yang menghubungkan kota provinsi sebagai berikut:

Kota Padang –Kota Pekanbaru (lintas penghubung) ; Padang Panjang – Payakumbuh - Bangkinang.

Kota Padang – Kota Jambi (lintas tengah) ; Solok – Dharmasraya – Ma. Bungo– Ma. Tembesi.

Kecepatan alat berat yang dilakukan dalam simulasi ini adalah wheel loader, dimana alat ini dapat memobilisasi sendiri dan bergerak dengan cepat denagn kecepatan rata-rata ± 25 km/jam.

Berikut ini diberikan batasan masalah dan asumsi-asumsi yang diambil yaitu:

1. Lokasi bencana studi dilakukan di ruas Jalan Nasional yang menghubungkan Kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang– Kota Jambi

2. Bencana longsor yang dimaksud di sini adalah yang menutup badan jalan dan membutuhkan alat berat, yang disediakan Bina Marga. Peralatan (Equipment) yang tersedia di base camp tidak ditambah hanya kondisi eksisting.

3. Waktu tempuh alat berat ke lokasi longsor.

4. Single origin, bahwa 1 (satu) kejadian bencana akan dilayani hanya dari satu base camp alat berat.

(6)

Bencana Longsor Ruas Jalan Nasional Wilayah Sumatera Barat Bagian Selatan” telah melakukan simulasi random number dengan 100 (seratus) kali simukasi. Semakin ditambah atau diperbesar proses simulasi maka maka tentu akan semakin baik karena semakin mendekati Distribusi Normal. (Siswanto, http;//fe.uajy.net/fs/as 8/25/2014 1:20 PM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data lokasi base camp alat berat dan lokasi bencana longsor yang ada dari periode waktu 2010 s/d 2013 pada ruas jalan Nasional yang menghubungkan kota Padang - Pekanbaru dan kota Padang - Kota Jambi, dimana sepanjang ruas jalan nasional tersebut terdapat 7 lokasi

base camp, dan tebagi dari :

- Kota Padang ke Kota Pekanbaru, 3 (tiga) lokasi kajian base camp

- Kota Padang ke Kota Jambi 4 (empat) lokasi kajian base camp

Data bencana periode waktu 2010 – 2013 dikelompokkan untuk mendapatkan distribusi probabilitas dan distribusi kumulatif kejadian bencana yang nantinya digunakan untuk mendapatkan random number. Hasil pengelompokkan lokasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Pengelompokan Lokasi Bencana

Dengan cara yang sama dilakukan pengelompokan lokasi bencana untuk Payakumbuh, Bangkinang, Solok, Dharmasraya, Muaro Bungo dan Muaro Tembesi Periode Waktu 2010 s/d 2013

Selanjutnya kita inputkan data lokasi – lokasi rencana perpindahan base camp, dengan sumber data dari instansi terkait ( Balai Besar Pelaksanan Jalan Nasiaonal II). Dari tabel 1 diperoleh angka untuk Random Number dengan menggunakan program Microsoft Office Excel. Dari hasil random number didapatkan data sebagainberikut :

Tabel 2

Tabel Hasil Random Number

Pengambilan Random Number yang dilakukan hingga 100 (seratus) kali, begitu juga dengan lokasi Kota Padang-Kota Jambi (Solok, Dharmasraya, Muaro Bungo dan Muaro Tembesi)

(7)

Tabel 3

Rekapitulasi Perhitungan Waktu Tempuh Mobilisasi AlatUntuk 100 (seratus) Kali Kejadian (Simulasi) (Kota Padang ke Kota Pekanbaru dan Kota Padang ke Kota Jambi) (Padang Panjang)

Ket : BCE : Basecamp Eksisting BC2 : Lokasi Basecamp 2 BC4 : Lokasi Basecamp 4 BC6 : Lokasi Basecamp 6 BC1 : Lokasi Basecamp 1 BC3 : Lokasi Basecamp 3 BC5 : Lokasi Basecamp 5

Dengan cara yang sama dihitung waktu tempuh mobilisasi alat berat dari base camp ke lokasi bencana untuk Payakumbuh, Bangkinang, Solok, Dhamasraya, Ma. Bungo dan Ma. Tembesi.

Langkah selanjutnya adalah dilakukan rekapitulasi perhitungan waktu tempuh Kota Padang –Kota Pekanbaru (lintas penghubung) ; Padang Panjang – Payakumbuh – Bangkinang dan Kota Padang – Kota Jambi (lintas tengah) ; Solok– Dharmasraya – Ma. Bungo – Ma. Tembesi.

Rekapitulasi waktu tempuh untuk ruas jalan nasional yang menghubungkan kota Padang dengan kota Pekanbaru dapat dilihat pada gambar grafik berikut :

tempuh mobilisasi alat berat terkecil ada pada rencana basecamp T1 / (STA 61+900) dengan total waktu tempuh mobilisasi alat = 1.542 menit. Maka dari total waktu T1 tersebut memberikan efisiensi waktu tempuh sebesar : TE – T1 = 1.740– 1.542 = 198 menit. Tahir (2012) untuk lokasi Pariman memerlukan waktu tempuh 4.416 menit, dalam hal ini terdapat perbedaan waktu tempuh alat berat yang sangat besar dan hal ini desebabkan oleh Jarak lokasi bese camp ke lokasi bencana longsor.

Dengan cara yang sama dilakukan Rekapitulasi waktu tempuh untuk Payakumbuh dan Bangkinang.

(8)

Dari gambar 4, terlihat bahwa waktu tempuh mobilisasi alat berat terkecil ada pada rencana basecamp T3 / (STA 130+700) dengan total Waktu Tempuh MobilisasiAlatUntuk 100 (seratus) Kali Kejadian (Simulasi) = 2.809 menit 48 detik. Maka dari total waktu T3 tersebut memberikan efisiensi waktu tempuh sebesar : TE – T3 = 14.685 – 2.809,8 = 11.875 menit 12 detik.Sedangkan menurut Fauzia (2012) untuk wilayah Dhamasraya, lokasi rencana perpindahan base camp yang diusulkan berada pada STA 135+500 dengan total waktu tempuh 1.168 menit.

Penyebab perbedaan ini disebabkan olehfrekuensi kejadian bencana longsor periode waktu.

Dengan cara yang sama dilakukan Rekapitulasi waktu tempuh untuk Solok, Ma.Bungo dan Ma.Tembesi.

Berdasarkan data pada tabel di atas dihitung frekuensi kerentanan lokasi titik longsor sesuai dengan hasil data simulasi untuk 100 kali kejadian simulasi. Hasil frekuensi kerentanan lokasi titik longsor dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Hasil Frekuensi Kerentanan Lokasi Titik Longsor Untuk 100 (seratus) Kali Kejadian (Simulasi)

A PADANG PANJANG A SOLOK

1 50+000 s/d 55+000 22 1 00+000 s/d 20+000 32 2 55+000 s/d 60+000 9 2 20+000 s/d 40+000 23 3 60+000 s/d 65+000 37 3 40+000 s/d 60+000 2 4 65+000 s/d 70+000 21 4 60+000 s/d 80+000 2 5 70+000 s/d 75+000 11 5 80+000 s/d 100+000 41

JUMLAH 100 JUMLAH 100

B PAYAKUMBUH B DHAMASRAYA

1 145+000s/d 155+000 41 1 110+000 125+000 19 2 155+000s/d 165+000 7 2 125+000 140+000 62 3 165+000s/d 175+000 15 3 140+000 155+000 8 4 175+000s/d 185+000 4 4 155+000 170+000 5 5 185+000s/d 195+000 18 5 170+000 185+000 6 6 195+000s/d 205+000 15 JUMLAH 100

JUMLAH 100 C MUARO BUNGO

C BANGKINANG 1 185+000 191+000 31 1 65+000 s/d 75+000 18 2 191+000 197+000 45 2 75+000 s/d 85+000 38 3 197+000 203+000 4 3 85+000 s/d 95+000 19 4 203+000 209+000 3 4 95+000 s/d 105+000 16 5 209+000 215+000 17 5 105+000s/d 115+000 9 JUMLAH 100

JUMLAH 100 D MUARO TEMBESI

1 00+000 30+000 36 2 30+000 60+000 8 3 60+000 90+000 3 4 90+000 120+000 12 5 120+000 150+000 41

JUMLAH 100

KOTA PADANG - KOTA PEKANBARU

NO. LOKASI BENCANA (km)

FREKUENSI KEJADIAN (2014-2017)

KOTA PADANG - KOTA JAMBI

NO. LOKASI BENCANA (km)

FREKUENSI KEJADIAN (2014-2017)

Dari tabel 4 dapat di dilihat hasil kerentanan lokasi bencana longsor.Untuk optimalisasi penaganan longsor, perlu dilakukan pemindahan lokasi base camp ke lokasi sebagai berikut : Padang Panjang STA 61+900, dari lokasi eksisting STA 65 + 500, dengan jarak pemindahan 3,6 km, Payakumbuh STA163+000, dari lokasi eksisting STA 178 + 000, dengan jarak pemindahan 15 km, Bangkinag STA 83+000, dari lokasi eksisting STA 76 + 400, dengan jarak pemindahan 6,6 km, Solok STA 34+800, tidak dilakukan pemindahan lokasi base camp, karena lokasi base camp eksisting sudah

dianggap optimal, Dhamasraya STA 115 + 000, dari lokasi eksisting STA 184+000, dengan jarak pemindahan 69 km, Ma. Bungo STA 194+700, dari lokasi eksisting STA 251 + 000, dengan jarak pemindahan 56,300 km, Ma. Tembesi STA 83+260, dari lokasi eksisting STA 88 + 400, dengan jarak pemindahan 5,140 km,

KESIMPULAN

(9)

2. Untuk optimalisasi penaganan longsor, perlu dilakukan pemindahan lokasi base camp.

- Padang Panjang STA 61+900, dari lokasi eksisting STA 65 + 500, dengan jarak pemindahan 3,6 km

- Payakumbuh STA163+000, dari lokasi eksisting STA 178 + 000, dengan jarak pemindahan 15 km

- Bangkinang STA 83+000, dari lokasi eksisting STA 76 + 400, dengan jarak pemindahan 6,6 km

- Solok STA 34+800, tidak dilakukan pemindahan lokasi base camp, karena lokasi base camp eksisting sudah dianggap optimal

- Dhamasraya STA 115 + 000, dari lokasi eksisting STA 184+000, dengan jarak pemindahan 69 km

- Ma. Bungo STA 194+700, dari lokasi eksisting STA 251 + 000, dengan jarak pemindahan 56,300 km

- Ma. Tembesi STA 83+260, dari lokasi eksisting STA 88 + 400, dengan jarak pemindahan 5,140 km

3. Kerentanan lokasi longsor untuk periode waktu 2014 s/d 2017 didapat hasil sebagai beriku :

- Padang Panjang STA 60+000 s/d 65+000 dengan 37 kali kejadian longsor

- Payakumbuh 145+000 s/d 155+000 dengan 41 kali kejadian longsor

- Bangkinag STA 75+000 s/d 85+000 dengan 38 kali kejadian longsor

- Solok STA 80+000 s/d 100+000 dengan 41 kali kejadian longsor

- DhamasrayaSTA 125+000 s/d 140+000 dengan 62 kali kejadian longsor

- Ma. Bungo STA 191+000 s/d 197+000 dengan 45 kali kejadian

Kementerian Pekerjaan Umum dapat dijadikan acuan / dasar pertimbangan dalam pemindahan lokasi base camp. 2. Perlu dilakukan kajian nilai waktu

karena adanya kerugian bagi pengguna jalan akibat kemacetan yang disebabkan kejadian bencana longsor. 3. Dalam penelitian ini dibatasi hanya

single origin bahwa satu kejadian bencana hanya dilayani oleh satu basecamp, sehingga perlu untuk melihat bagaimana jika multiple origin, bahwa satu kejadian bencana dapat dilayani dari beberapa basecamp.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB), (2011), Panduan

Perencanaan Kontinjensi Menghadapi

Bencana : Jilid 2, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum Badan Departemen Pekerjaan Umum Bina Teknik (DPU,Bintek), (2009), Laporan Akhir Identifikasi Kebutuhan Pelebaran Jaringan Jalan di Pulau

Sumatera, Jakarta.

Dimyati, T, T, dan Dimyati, A., (2010),

Operation Research, Model-Model

Pengambilan Keputusan, Penerbit

Sinar Baru Algesindo, Bandung.

Kodoatie, R, J, dan Sjarief, R., (2010),

Tata Ruang Air, Penerbit ANDI,

Yogyakarta.

Sangadji, E, M, dan Sopiah, (2010),

Metodologi Penelitian Pendekatan

Praktis dalam Penelitian, Penerbit

ANDI, Yogyakarta.

Sudaryono, M.Pd, (2012), Statistika Probabilitas (Teori & Aplikasi),

(10)

LAMPIRAN

JALAN YG DITELITI LOKSI BASECAMP & TITIK LONGSOR

Gambar

Tabel Hasil Random Number
Gambar 3Grafik Rekapitulasi Waktu Tempuh
Tabel 4Hasil Frekuensi Kerentanan Lokasi Titik Longsor

Referensi

Dokumen terkait

Letak ayat Mutasya>bih dalam al-Qur'an terdapat dalam beberapa tempat yaitu; terkadang dari segi lafadz, terkadang dari segi makna dan terkadang dari segi lafadz dan

pemisahan minimum di antara kedatangan, T1 adalah waktu dimana pesawat yang datang meninggalkan runway, Td adalah waktu di mana pesawat yang berangkat mulai lepas

Sedangkan nilai terendah dicapai oleh kisi motivasi no.5 yaitu cepat bosan pada tugas-tugas yang bersifat rutin, ini karena siswa sudah terbiasa dengan tugas-tugas

(1) KabupatenjKota penerima Dana Bagi HasiI Cukai Hasil Tembakau membuat laporan alokasi penggunaan dana atas pelaksanaaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

Terjadi kenaikan rata-rata nilai tegangan keluaran sebesar 51.22 %, dari rata-rata sebesar 19.84 Volt sebelum pemasangan sistem MPPT menjadi 40.67 Volt setelah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa SMP kelas VII dalam pengajuan masalah matematika pada pokok bahasan perbandingan ditinjau

‹ and operator ‹ atomic sentence ‹ backward chaining ‹ existential quantifier ‹ expert system shell ‹ forward chaining ‹ higher order logic ‹ Horn clause ‹ inference ‹

Indikator 2013 Tujuan Menjelaskan bagaimana pengetahuan materi konsep turunan digunakan Pengetahuan Materi dalam Konteks Pedagogik Mendekonstruksi Menentukan komponenkonten