• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opt kopi arabika coffea docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Opt kopi arabika coffea docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA TANAMAN KOPI

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan

Oleh

NAMA : EFIA ALFIONITA

NIM : 131510501099

GOLONGAN : B

KELOMPOK : 3 (TIGA)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan komoditi ekspor yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi di pasaran dunia. Cita rasa kopi yang lezat membuat minuman ini memduduki peringkat kedua yang paling diminati oleh masyarakat dunia. Jenis kopi arabika memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi robusta. Namun, perkebunan kopi di Indonesia lebih banyak yang membudidayakan kopi robusta dibandingkan kopi arabika. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor yang menyebabkan kopi arabika sulit dibudidayakan di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah kopi arabika rentan terhadap penyakit karat daun sedangkan robusta lebih tahan.

Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menyebabkan kerusakan serta penurunan produksi pada tanaman kopi. Jenis OPT utama yang menyerang tanaman kopi yaitu hama (Hama Penggerek Buah Kopi atau PBKO), nematoda parasit (Pratylenchus coffeae), dan penyakit (Penyakit Karat Daun Kopi). Hama penggerek buah kakao yaitu Hypothenemus hampei, menyerang segala jenis kopi dan bersifat sangat merugikan karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi muda hingga akan panen. Nematoda Pratylenchus coffeae memiliki daur hidup selama 45 hari dan dapat menyebar dari satu tempat ketempat lain melalui aliran air atau tanah yang terbawa alat-alat pertanian. Sedangkan penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix. Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Spora yang telah terbentuk disebarkan oleh angin dan perkecambahannya dibantu oleh tetesan air yang mengandun udara. Selain hama dan penyakit tersebut masih ada beberapa penyakit lainnya, namun kerugian pada tanaman tidak sebesar yang disebabkan oleh hama utama.

(3)

pengendalian biologi dan pengendalian secara mekanik. Pengendalian hayati memanfaatkan musuh alami dari hama maupun patogen penyebab penyakit. Namun jika kerusakan telah mencapai tingkat keparahan yang tidak dapat dikendalikan dengan pegendalian secara mekanik dan teknik maka langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah pengendalian secara kimia. Pengendalian menggunakan pestisida cukup ampuh dalam mengendalikan berbagai hama dan penyakit, namun sebaiknya digunakan pestisida sistemik.

1.2 Tujuan

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pohon kopi dengan pohon naungan akan membentuk suatu agroekosistem yang akan membentuk suatu agroekosistem yang mempunyai peranan yang penting ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan konservasi. Sistem kopi berpenaung atau sistem multistrata dapat mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan. Semakin miring kebun maka tingkat kesulitan pengelolaan kebun semakin tinggi. Lebih lanjut, hal ini dapat menurunkan produksi kopi. Selain itu, lahan miring memiliki tingkat erosi yang lebih tinggi (Hartatri dan Rosari, 2011). Selain faktor kemiringan, faktor lain yang menyebabkan penurunan produksi adalah akibat serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Menurut Wiryadiputra (2014), Pola distribusi suatu hama penting untuk diketahui karena diperlukan untuk menetapkan pola pengambilan contoh yang sesuai untuk tujuan optimasi pengelolaan hama terpadu (PHT) serta untuk perencanaan pelaksanaan penelitian. Pola distribusi suatu hama dapat digunakan sebagai penetapan contoh untuk tujuan monitoring dalam rangka menyusun program pengelolaan PHT maupun peramalan eksplosi suatu hama.

Cheserek and Gichimu (2012), kekeringan merupakan faktor lingkungan akibat kekurangan air didalam tanah. air dan temperatur dapat berdampak pada produksi tanaman kopi. Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kopi adalah faktor manusia. Produksi kopi menjadi rendah dapat dikarenakan petani masih kurang mengetahui cara budidaya, faktor pertumbuhan harus lebih diperhatikan lebih serius oleh petani dan juga termasuk pengaruh iklim (Jackson et al., 2012).

(5)

penggerek buah kopi diarahkan melalui sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Salah satu jenis jamur entomopatogen yang telah dimanfaatkan untuk mngendalikan hama tanaman perkebunan dan sayuran adalah jamur Metarhizium anisopliae. Jamur H. hampei memiliki aktivitas larvisidal karena menghasilkan toksin, yaitu cyclopeptida, destruxin, dan desmethyldestruxin. Jamur tersebut menghasilkan spora berupa konidia. Apabila kontak dengan serangga hama, spora akan berkecambah dan kemudian menembus integumen serangga dengan mengelurakan enzim dan toksin. Efek toksin tersebut berpengaruh pada organela sel serangga (mitokondria, retikulum endoplasma dan membran nukleus), pengendalian hama secara terpadu yang lebih aman terhadap lingkungan (Laila dkk., 2011).

Hama nematoda merusak akar-akar halus dan kecil. Hama ini menyerang tanaman muda yang berumur 1-2 tahun. Jenis nematoda yang menyebabkan kerusakan pada kopi adalah Pratylenchus coffeae dan Meloidogyne spp. Ciri-ciri tanaman yang terserang nematoda yaitu tanaman miring dan tampak kurang sehat, daun menguning dan berguguran, ranting-ranting menjadi kering terutama menjelang musim kemarau, perakaran tanaman semakin berkurang dan tidak sempat membentuk akar baru, serta kulit akar banyak yang mengelupas (Panggabean, 2011).

(6)
(7)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan acara “Organisme Pengganggu Tanaman pada Tanaman Kopi” dilakukan pada hari Sabtu, 26 September 2015 di Fakultas Pertanian Universitas Jember mulai pukul 07.00 WIB sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

1. Kamera 2. Alat tulis

3.2.2 Bahan

1. Lembar pengamatan OPT 2. Tanaman Kopi

3.3 Cara Kerja

1. Mempersiapkan worksheet, alat tulis dan kamera.

2. Mengamati OPT pada tanaman kopi sesuai dengan worksheet yang telah disediakan.

3. Mengambil gambar OPT maupun gejala serangan yang ada di lapang menggunakan kamera.

4. Mendeskripsikan secara singkat gamba yang telah diperoleh dan membandingkan dengan gambar yang ada di literatur.

(8)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Organisme pengganggu tanaman (OPT) menimbulkan kerugian pada tanaman budidaya. Kerugian yang ditimbulkan berupa kerusakan fisik dan berdampak pada penurunan produksi tanaman. Misalnya, hama penggerek buah kopi bersifat merugikan karena dapat menyebabkan kerusakan pada bagian biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya hama yang menyerang tanaman kopi termasuk dalam ordo Coleoptera, Lepidoptera dan Homoptera yaitu jenis kumbang, serangga bersisik dan kutu-kutuan. Masing-masing hama tersebut menyebabkan serangan yang berbeda-beda pada kopi. Serangan yang paling buruk adalah pada bagian buah karena bagian dari tanaman kopi yang memiliki nilai ekonomi adalah bagian bijinya. Sehingga, jika terjadi serangan pada bagian biji dapat menyebabkan penurunan kualitas biji kopi. Secara umum serangan hama maupun penyakit pada tanaman kopi berdampak pada penurunan kualitas dan produksi tanaman. Sehingga jika tidak dilakukan pengendalian maka dapat menyebabkan kerugian pada perkebunan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum diperoleh beberapa OPT yang menyebabkan kerusakan pada tanaman kopi. OPT tersebut berupa hama dan penyakit, yaitu kutu putih, kutu hijau, penggerek buah kopi, karat daun serta bercak daun. Kutu putih termasuk dalam kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Homoptera, Genus : Eerrisia, Spesies : Ferrisia virgata. Serangga betina dapat menghasilkan 200-450 butir telur. Telur menetas dan menjadi nimfa yang menghisap cairan tanaman. serangga betina berbentuk oval dengan banyak lilin putih pada badannya, sebagian lilin ini sepeti benang, juga ada ekor dari lilin. Betina tidak memiliki sayap, tapi serangga jantan memiliki sayap.badan jantan agak kurus dengan antena agak panjang. Serangga yang aktif menyerang pada stadia nimfa.

(9)

hingga menetas adalah 45-65 hari. Nimfa tetap berada dibawah badan induk sampai waktu untuk pindah tempat dan hidup terpisah. Dewasa jantan jumlahnya sangat jarang, kebanyakan berjenis kelamin betina. Kutu hijau merupakan serangga yang tidak berpindah tempat dalam kebanyakan fase hidupnya sehingga tetap tinggal dalam satu tempat untuk menghisap cairan dari tanaman. kutu hijau menyerang cabang, ranting dan daun kopi arabica serta robusta.

Penggerek buah kopi kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Coleoptera, Family : Curculionidae, Genus : Hypotenemus, Spesies : H. hampei. Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. dewasa jantan dan betina kawin didalam biji kopi, kemudian sebagian betina terbang ke dalam buah lain kemudian bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup. Hama ini bersifat sangat meruikan karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapa populasi yang tinggi, pada umumnya hama ini menimbulkan kerugian karena mampu merusak biji dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya kumbang betina yang telah kawin yang dapat menggerek buah kopi. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen.

Karat daun termasuk dalam kingdom : fungi, Division : Basidiomycota, subdivision : Teliomycotina, Class : Urediniomycetes, Ordo : Uredinales, Genus : Hemileia, Spesies : H. Vastatrix. Peneybaran penyakit mulai dari uredinospora yang dapat etrbentuk sepanjang tahun. Spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara. Gejala yang timbul adalah daun yang sakit timbul bercak kuning kemusianberubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna orange atau jingga. Pada serangan berat pohon tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul.

(10)

ini pada umumnya dijumpai pada pertanaman yang kurang mendapat pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab dan pola tanam yang kurang baik. penyebaran penyakit melalui spora yag terbawa angindan aliran air hujan serta alat-alat pertanian. Buah yang terserang muncul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke biji sehingga menurunkan kualitas.

Beberapa OPT yang ditemukan dilahan kopi adalah penggerek buah kopi, kutu putih, kutu hijau, karat daun kopi (Hemileia vastatrix) dan bercak daun kopi (Cercospora coffeicola). Sebelum dilakukan budidaya sebaiknya dilakukan tahap preventif sehingga dikemudian hari tidak terjadi masalah yang lebih kompleks. Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah sebelum penanaman sebaiknya dilakukan pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki rasa enak; penggunaan pupuk berimbang dan rasional; mengusahakan irigasi yang teratur; meningkatkan teknik bercocok tanam yang lebih menguntungkan; pengendalian terhadap OPT melalui higenis pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional. Upaya deversifikasi dilakukan dengan meningkatkan keragaman pertanaman.

Apabila telah terjadi serangan pada tanaman maka harus dilakukan pengendalian secara tepat. Pengendalian karat daun dapat dilakukan dengan cara:

a. Penggunaan varietas toleran, seperti jenis kopi robusta yang lebih tahan

dibandingkan dengan kopi arabika.

b. Pengendalian secara biologis menggunakan musuh alami Hemileia vastatrix yaitu jamur Verticillium psalliotae dan Verticillium lecanii.

c. Pengendalian secara kultur teknis melalui pemupukan berimbang

d. Pemangkasan dan pengaturan naungan untuk mengurangi kelembaban kebun

dan memberikan sinar matahari yang cukup pada tanaman (Departemen pertanian, 2012).

e. Pengendalian dengan fungisida, jenis fungisida yang dianjurkan adalah

(11)

Sedangkan pada tanaman yang mengalamis serangan oleh karat dan dapat dilakukan dengan cara :

a. Sanitasi kebun dan membuang bagian-bagian yang sakit, kemudian membenamkannya di dalam tanah.

b. Mengurangi kelembaban kebun dengan pemangkasan, pengaturan naungan dan membuat parit drainase.

(12)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Serangan OPT (Organisme pengganggu tanaman) pada tanaman kopi berdampak pada penurunan kualitas sehingga produksi kopi kurang optimal. 2. OPT yang ditemukan pada kebun kopi adalah penggerek buah kopi, kutu putih,

kutu hijau, karat daun dan bercak pada daun kopi.

3. Langkah preventif yang dapat dilakukan sebelum penanaman diantaranya adalah pemilihan bibit unggul, pemupukan berimbang, pengaturan irigasi, serta pengendalian OPT.

4. Pengendalian yang dapat dilakukan berupa pengendalian secara mekanik, fisik, biologis dan yang terakhir adalah kimiawi.

5.2 Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Cheserek and Gichimu. 2012. Drought and heat tolerance in coffee: a review. Agricultural Science and Soil Science 2 (12) : 498-501.

Departemen pertanian. 2012. Musuh Alami Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Jakarta.

Hartatri, D. F. S., dan B. D. Rosari. 2011. Analisis Usahatani dan Rantai Pemasaran Kopi Arabika di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur. Pelita Perkebunan 27(1) : 55-6.

Jackson, K. Zemenick, and G. Huerta. 2012. Occurrence In The Soil And Dispersal Of Lecanicillium Lecanii, A Fungal Pathogen Of The Green Coffee Scale (Coccus viridis) And Coffee Rust (Hemileia vastatrix). Tropical and Subtropical Agroecosystems, 15 : 389 – 401.

Laila, M. S., N. Agus, dan A. P. Saranga. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Fitomedika 7(3) : 162-166.

Laxmi, R. V., Geetanjaly and S. Preeti. 2014. Plant Quarantine: An Effective Strategy of Pest Management in India. Agriculture and Forestry Sciences 2(1) : 11-16.

Mahfud, M. C. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1) : 44-57.

Mugo, H. M., L. W. Irungu, and P. N. Ndeqawa. 2011. The Insect Pests Of Coffee And Their Distribution In Kenya. Science and Nature 2(3):564-569.

Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Budidaya dan Pengolahan Lahan Kopi Arabika Gayo. Indonesia Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI).

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rotifer ( B. rotundiformis) dan naupli Artemia yang telah diperkaya dengan DHA 70G terhadap tingkat kelangsungan hidup

Lateks kationik (L2) pada dosis 5% terhadap bobot aspal pen 60 adalah jenis lateks karet alam dapat digunakan sebagai bahan aditif dalam produksi aspal modifikasi polimer

[r]

1) Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas Struktur orgnisasi merupakan kerangka (frame work) dalam pembagian tanggung jawab fungsional pada

Perlakuan sterilisasi 15 sampai dengan 25 menit dapat menghasilkan total mikroba dan total kapang yang sesuai dengan standar SNI 2717.1:2009, mampu mempertahankan

bassiana pada media SDB yang tidak diperkaya dengan tepung jangkrik terus menurun bila subkultur terus dilakukan, namun pada media yang ditambah tepung jangkrik

Strategi adalah rencana tentang serangkaian manuver, baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata, untuk lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan pembangunan

a. Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Lingkungan kerja mempengaruhi 11,7% perubahan motivasi kerja karyawan.