AMANDEMEN UUD 45 UNTUK
PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)
SEBUAH EVALUASI PUBLIK
TEMUAN SURVEI JULI 2007
www.lsi.or.id
IHTISAR TEMUAN
• Pada umumnya publik menilai bahwa cara pemilihan anggota DPD lebih baik dari cara pemilihan anggota DPR, dan karena itu DPD punya
legitimasi demokrasi yang lebih kuat.
• Hampir semua warga menghendaki agar DPD punya wewenang yang setara dengan DPR dalam legislasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan kepentingan daerah, bukan hanya memberi masukan kepada DPR seperti selama ini.
• Publik pada umumnya tidak tahu kalau DPD sekarang tidak punya wewenang legislasi tersebut.
• Melihat kenyataan ini, 73 persen warga mendukung amandemen UUD untuk memperkuat wewenang DPD dalam legislasi. DPD bersama-sama DPR harus punya wewenang untuk membuat undang-undang yang berkaitan dengan daerah dan mengawasi pelaksanaannya.
MASALAH DPD
• DPD adalah sebuah lembaga demokrasi Indonesia. Dasar legitimasi
demokratisnya sangat kuat karena anggotanya dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu demokratis.
• Namun demikian hak dan tanggung jawab atau wewenang DPD dalam
konstitusi sekarang dibuat tidak mampu meresponi aspirasi konstituen mereka. • DPD dalam konstitusi sekarang dibatasi wewenangnya hanya memberikan
masukan kepada DPR, tapi tidak punya wewenang untuk ikut memutuskan dalam proses legislasi.
• Dalam konstitusi kita, secara prosedural demokratis kita punya DPD yang kuat, tapi lemah secara substantif, yakni tak punya wewenang yang kuat dalam
proses legislasi. DPD hanya memberi masukan kepada DPD, tapi tidak ikut memutuskan undang-undang.
• Keadaan ini sangat bertentangan dengan pola umum tentang lembaga
demokrasi yang setara dengan “DPD” di dunia, di mana lembaga seperti DPD punya wewenang legislasi meskipun tidak dipilih langsung oleh rakyat,
misalnya dipilih oleh anggota DPR, DPRD, dan bahkan diangkat.
• Ada cacat demokratis dalam konsitusi kita: Ada wakil rakyat yang dipilih
langsung secara demokrtais tapi tidak punya wewenang dalam legislasi. Kalau tidak diberi wewenang legislasi seharusnya lembaga demokrasi semacam DPD itu tidak ada dalam tata negara kita. Sebab kalau dipertahankan dengan
Lanjutan…
• Atas dasar pemikiran itu, ada gagasan untuk dilakukan amandemen UUD yang berkaitan dengan DPD.
• Amandemen ini tergantung pada sikap anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan kompenen terbesar dalam menentukan boleh atau tidak bolehnya sebuah pasal di UUD diamandemen.
• Pro dan kontra terhadap eksistensi DPD tersebut biasa terjadi di kalangan elite politik dan intelektual, dan kita sering mengabaikan pro-kontra di tingkat massa yang lebih luas padahal dalam demokrasi kita sekarang sumber utama dan dasar dari kekuasaan elite politik itu adalah
masyarakat luas, bukan hanya elite politik. Karena itu menjadi penting melihat dan mendengarkan apa kata warga republik ini tentang masalah DPD di atas.
• Dalam konteks itulah survei opini publik nasional yang dilakukan secara sistematik dapat memberikan informasi seberapa besar atau seberapa kecil dukungan atau penolakan publik terhadap gagasan untuk
TUJUAN SURVEI
• Ingin mengetahui seberapa banyak masyarakat tahu wewenang Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagaimana diatur dalam UUD.
• Bagaimana harapan masyarakat terhadap peran DPD, dan seberapa
besar jarak (gap) antara harapan tersebut dan peran DPD sebagaimana diatur dalam UUD sekarang.
• Bagaimana harapan masyarakat terhadap perubahan/amandemen UUD tentang DPD agar DPD mempunyai fungsi dan peran yang sejajar
INDIKATOR
Indikator-indikator :
• Awareness dan pengetahuan publik tentang wewenang DPD,
• Harapan publik terhadap wewenang DPD, dan
• Dukungan publik terhadap amandemen UUD yang berkaitan
dengan DPD,
METODOLOGI
● Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
● Jumlah sampel sebesar 1.300 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,8% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Sampel akhir yang berhasil diwawancarai sebanyak 1298 responden.
● Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden
● Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional
Desa/kelurahan di tingkat
Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional
Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK
Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan
Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random
DEMOGRAFI
* Sample LSI hanya penduduk yang sudah memiliki hak pilih atau berusia 17 tahun keatas, sementara data sensus BPS tahun 2000 termasuk yang berumur dibawah 17 tahun.
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
LAKI-LAKI 50,1 50,0 Islam 89,0 87,0 PEREMPUAN 49,9 50,0 Kristen 8,7 10,0
Hindu 2,2 2,0
DESA 60,9 59,0 Lainnya 0,2 1
KOTA 39,1 41,0
Jawa 39,8 41,6
< 400 ribu 37,1 42,0 Sunda 14,6 15,4 400 - 999 ribu 36,3 38,0 Melayu 7,4 3,4 >= 1juta 26,6 20,0 Madura 4,0 3,4
Bugis 1,4 2,5
<= SD * 52,5 60,0 Betawi 1,8 2,5
SLTP 20,3 19,0 Minang 3,8 2,7
SLTA 20,4 18,0 Lainnya 27,3 28,5
Universitas 6,8 4,0
DEMOGRAFI
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
NAD 2.3 1.9 BALI 2.3 1.5
SUMUT 4.6 5.3 NTB 2.3 2.0
SUMBAR 3.1 2.1 NTT 2.3 2.0
RIAU 2.3 2.2 KALBAR 2.3 1.9
JAMBI 0.8 1.3 KALTENG 1.5 0.9
SUMSEL 3.1 3.2 KALSEL 2.3 1.5
BENGKULU 0.8 0.8 KALTIM 1.5 1.4
LAMPUNG 3.1 3.4 SULUT 1.5 1.0
BABEL 0.8 0.5 SULTENG 0.8 1.1
KEPRI 0.8 0.6 SULSEL 3.1 3.5
DKI 3.9 3.5 SULTRA 0.8 0.9
JABAR 15.3 17.4 GORONTALO 0.8 0.4
JATENG 13.9 15.2 SULBAR 0.8 0.5
DIY 1.5 1.6 MALUKU 0.8 0.6
JATIM 14.6 16.7 MALUKU UTARA 0.8 0.4
BANTEN 3.9 4.1 PUPUA 0.8 0.9
IRJABAR 0.8 0.3
83.1
untuk sebuah negara seperti negara kita ini
Demokrasi adalah sumber buruknya pembangunan ekonomi
Negara ini sebaiknya dipimpin oleh tentara
aktif
Setuju Tidak setuju TT/TJ
Apakah Ibu/Bapak setuju dengan pernyataan-pernyataan berikut…? (%)
Setuju = Gabungan respon “setuju” atau “sangat setuju”
3.9
57.1
28
3.3
7.8
Sangat puas Cukup puas Kurang puas Tidak puas sama sekali
TT/TJ
Seberapa puas atau seberapa tidak puas Ibu/Bapak dengan pelaksanaan demokrasi di negara kita sekarang ini? Sangat puas, cukup puas, kurang puas,
Temuan : Sentimen Demokrasi Kuat
• Secara umum sentimen warga terhadap demokrasi sangat
kuat.
• Warga umumnya menolak kalau demokrasi dipandang
sebagai sumber sulitnya pembangunan ekonomi.
• Warga umumnya juga menolak kepemimpinan tentara aktif
dalam kehidupan politik.
• Warga juga umumnya merasa puas atau cukup puas
dengan pelaksanaan demokrasi sekarang.
Tahu, 76.3 Tidak tahu, 23.7
Apakah Ibu/Bapak tahu (dari televisi, koran, radio, buku, sekolah, dari orang lain dll.) bahwa di negara kita ada lembaga negara yang disebut Dewan
Perwakilan Daerah (DPD)? (%)
8.2
89.2
2.6
Mewakili partai politik Mewakili rakyat daerah di pusat
Tidak tahu
Diantara tugas-tugas berikut, mana tugas utama Dewan Perwakilan Daerah…? (%)
5.8 5.1
Presiden Rakyat secara langsung lewat pemilihan umum
Tidak tahu
Siapa yang memilih anggota DPD…? (%)
9.6 10.9
Kepada Presiden Kepada Rakyat secara langsung
lewat pemilu
Tidak tahu
Kepada siapa anggota DPD bertanggung jawab…? (%)
33.9
Membahas rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan kepentingan
daerah
TIDAK IKUT MEMUTUSKAN undang-undang yang berkaitan dengan
kepentingan daerah
Dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintah TAPI TIDAK
DAPAT menindaklanjuti hasil pengawasan tersebut
Tahu Tidak tahu Tidak jawab
Apakah Ibu/Bapak tahu peran-peran atau wewenang DPD sekarang berikut ini (%)
Apakah Ibu/Bapak tahu bahwa wewenang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sekarang hanyalah memberikan saran-saran atau masukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tapi tidak punya wewenang atau suara untuk ikut memutuskan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan keinginan rakyat daerah propinsi yang mereka
wakili…? (%)
Umumnya warga tidak tahu bahwa wewenang DPD terbatas.
Tahu, 25
Temuan : Publik Aware
• Secara umum publik aware dengan DPD.
• Mayoritas warga tahu karakteristik umum DPD, seperti
siapa yang memilih dan kepada siapa ia harus bertanggung
jawab.
• Tapi warga umumnya tidak tahu kalau DPD tidak punya
wewenang dalam legislasi yang berkaitan dengan
TINGKAT KEYAKINAN DAN
53.2
Yakin Tidak yakin Tidak tahu
Seberapa yakin Ibu/Bapak bahwa lembaga-lembaga negara berikut sejauh ini telah bekerja sebagaimana yang diharapkan rakyat…? (%)
Yakin = Gabungan respon “Sangat yakin” atau “cukup yakin”
58.5 56.9
22.6
27.2 18.9
15.9
DPD DPR
Baik Buruk Tidak tahu
Temuan :
Kepercayaan dan Keyakinan Publik
• Kepercayaan publik terhadap Presiden paling tinggi (65%)
dibanding DPR, DPD, maupun Partai.
• Kepercayaan paling rendah adalah pada partai politik
(39%).
• Sementara kepercayaan publik pada DPD sama dengan
pada DPR (53%).
• Dilihat dari tingkat kepercayaan ini legitimasi populer untuk
DPR dan untuk DPD sama.
76.9
18
5.1
Cara memilih anggota DPD di mana rakyat secara langsung memilih satu diantara
nama-nama calon anggota DPD
Cara memilih anggota DPR di mana rakyat harus memilih salah satu nama partai politik
yang ikut dalam pemilihan umum
Tidak tahu
74.8
17.4
7.8
ORANG yang dipilih seperti dalam pemilihan anggota DPD
PARTAI POLITIK yang dipilih seperti dalam pemilihan
anggota DPR
Tidak tahu
28.1
61.4
10.5
Lebih mewakili keinginan pemilih
Lebih mewakili keinginan partai politik
Tidak tahu
Menurut Ibu/Bapak, apakah cara pemilihan seperti memilih anggota DPR dapat menghasilkan wakil rakyat yang lebih mewakili keinginan pemilih atau lebih
18.6
72.9
8.5
Keinginan partai mewakili keinginan pemilih
Keinginan partai belum tentu mewakili keinginan pemilih
Tidak tahu
Apakah Ibu/Bapak lebih setuju pada pendapat bahwa keinginan partai
Temuan : Legitimasi DPD Kuat
• Legitimasi prosedural adalah dukungan publik terhadap
bagaimana anggota DPR dan DPD dipilih.
• Secara umum, di atas 75% warga memandang bahwa pemilihan
anggota DPD di mana warga memilih nama calon secara langsung
lebih baik dibanding cara memilih anggota DPR yang bisa hanya
dengan memilih partai yang mencalonkannya.
• Lebih dari 70% publik juga memandang bahwa lebih mudah
meminta pertanggung jawaban orang seperti anggota DPD
ketimbang partai politik seperti dalam pemilihan anggota DPR.
• Publik pada umumnya tidak percaya pada partai politik, dan
calon-calon yang dicalonkan partai belum tentu mewakili
kepentingan pemilih.
HARAPAN TERHADAP DPD DAN
91.7
Berharap Tidak berharap Tidak tahu/jawab
Apakah Ibu/Bapak berharap atau tidak berharap agar DPD melakukan hal-hal berikut…? (%)
Berharap = Gabungan respon “berharap” atau “sangat berharap”
Tidak berharap = Gabungan respon “tidak berharap” atau “sangat tidak berharap”
75.7
12.4 11.9
DPD harus punya wewenang yang sama dengan DPR karena anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat untuk
mewakili daerah
DPD cukup hanya memberikan masukan dan
saran
Tidak tahu
Apakah Ibu/Bapak mendukung pandangan bahwa DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) harus punya wewenang atau punya suara untuk memutuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan rakyat daerah bersama-sama DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT (DPR) karena anggota DPD dipilih langsung untuk mewakili daerah…? (%)
8.2
65.2
10.1
0.7
15.9
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Tidak tahu
Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak setuju dengan pendapat bahwa kita perlu mengubah (mengamandemen) UUD yang berkaitan dengan wewenang DPD agar lebih
mampu memperjuangkan kepentingan rakyat daerah yang diwakilinya…? (%)
Temuan :
Dukungan Publik Kuat
• Hampir semua warga mengharapkan agar DPD punya peran legislasi yang lebih jelas dan lebih kuat, yakni ikut memutuskan UU yang berkaitan
dengan daerah bersama-sama dengan anggota DPR.
• Hampir semua warga juga menginginkan agar DPD punya wewenang untuk menindak-lanjuti pengawasan DPD terhadap pemerintah yang berkaitan dengan daerah.
• Secara lebih khusus, publik umumnya (73,4%) setuju agar dilakukan
perubahan atau amandemen UUD yang beraitan dengan peran DPD agar DPD lebih mampu memperjungkan kepentingan rakyat daerah yang
mereka wakili.
• Semua temuan ini menunjukan bahwa lemahnya peran DPD dalam UUD kita sekarang tidak sesuai dengan aspirasi publik, dan amandemen untuk memperkuat DPD tak bisa dihindarkan untuk memperkuat representasi kepentingan daerah di legislasi pusat.
• Penolakan terhadap amandemen untuk memperkuat peran DPD sejauh ini datang dari elite, terutama DPR, bukan rakyat.
SUMBER-SUMBER DUKUNGAN PUBLIK
BAGI AMENDEMEN UUD 45
• Sosial-ekonomi, terutama tingkat pendidikan,
menumbuhkan ekspektasi yang tinggi terhadap kinerja
demokrasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat
ketidakpuasan terhadap kinerja demokrasi semakin tinggi
pula, dan rasa tidak percaya pada partai politik juga
semakin tinggi.
• Rasa tidak percaya pada partai politik ini menumbuhkan
dukungan legitimasi terhadap cara pemilihan anggota DPD,
dan memperkuat dukungan terhadap amandemen UUD
Korelasi Negatif antara pendidikan dengan kepuasan atas kinerja
demokrasi dan dengan kepercayaan terhadap partai
Korelasi NEGATIF antara tingkat kepercayaan pada partai dengan
legitimasi demokrasi dan dukungan terhadap amandemen UUD untuk DPD
(r’s Pearson; signifikan pada P<.05)
KESIMPULAN dan SARAN
• Karakteristik demokrasi yang membedakannya dengan rezim non-demokrasi adalah responsiveness rezim terhadap suara publik (Dahl 1973).
• Responsiveness ini terutama dalam desain institusional, termasuk bagaimana konstitusi mendefinisikan peran DPD.
• Satu cara untuk melihat responsiveness lembaga-lembaga demokrasi adalah sejauhmana desain institusional dekat atau jauh dari suara publik atau warga negara, sejauhmana desain institusional DPD yang ada
sekarang dekat atau jauh dengan aspirasi warga. Bila dekat, maka desain DPD responsif, dan bila jauh, tidak responsif.
• Cara terbaik untuk mengetahui suara publik tentang berbagai isu,
Lanjutan…
• Dari survei ini ditemukan bahwa tingkat kepercayaan publik pada peran dan penilaian publik atas kinerja DPD sama dengan pada DPR. Umumnya warga percaya pada dua lembaga ini, dan umumnya menilai bahwa kedua lembaga ini bekerja baik untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
• Yang sangat berbeda adalah legitimasi demokratik prosedural terhadap DPD dan DPR. DPD punya legitimasi demokratik prosedural yang jauh lebih kuat ketimbang DPR. Cara memilih anggota DPD dipandang lebih baik dibanding cara memilih anggota DPR untuk mewakili kepentingan pemilih.
Lanjutan…
• Selama ini publik tidak tahu bahwa DPD tidak punya wewenang yang sejajar dengan DPR dalam legislasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan daerah.
• Tapi di pihak lain, hampir semua warga mengharapkan agar DPD punya wewenang legislatif yang sejajar dengan DPR, punya wewenang bukan hanya membahas rancangan undang-undang dan memberikan masukan kepada DPR, tapi sama-sama DPR memutuskan UU yang berkaitan
dengan kepentingan daerah.
• Karena itu, publik umumnya (73%) mendukung gagasan dilakukannya perubahan atau amandemen UUD yang berkaitan dengan DPD agar DPD punya wewenang legislatif yang sejajar dengan DPR yang berkaitan
dengan kepentingan daerah.
• Publik menghendaki agar dalam UUD kita dinyatakan bahwa DPD, seperti halnya DPR, punya wewenang untuk membuat dan memutuskan UU yang berkaitan dengan kepentingan daerah.
Lanjutan …
• Informasi opini publik ini harus diresponi secara positif untuk membuat desain institusional kita semakin dekat dengan aspirasi publik.
• Politisi, DPR, partai politik, dan pemerintah, harus mengambil gagasan yang populer ini bila mereka ingin membangun hubungan yang dekat dengan rakyat. Tidak ada insentif politiknya kalau mereka menolak
amandemen tersebut sebab dipercaya publik merupakan kebutuhan dasar bagi pejabat dan institusi publik.
• Penguatan peran DPD, bukan saja benar secara demokratik, tapi juga punya dasar moral dan intelektual yang kuat, dan karena itu sulit untuk menolak gagasan tersebut.
• Dasar moralnya adalah bahwa anggota DPD mendapat legitimasi
demokratis sangat kuat untuk mewakili rakyat, dibanding anggota DPR. • Secara intelektual, adanya dua lembaga legislatif, bikameralisme, dalam
konteks otonomi daerah atau desentrasilisasi dalam hubungan pusat dan daerah, adalah praktek yang umum dalam demokrasi di dunia. Ada kaitan yang kuat dalam hubungan antara bikameralisme dan sistem politik