• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Tunjangan Profesi Guru Di SMP Negeri 1 Pageruyung Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Tunjangan Profesi Guru Di SMP Negeri 1 Pageruyung Kabupaten Kendal"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Penelitian

4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Pageruyung

SMP Negeri 1 Pageruyung, beralamat di Jalan Raya Bogosari, Dusun Bogosari, Desa Tambahrejo, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal. Posisi astronomisnya terletak pada garis 7.0200 Lintang Selatan dan 110.0300 Bujur Timur. Lokasi SMP Negeri 1 Pageruyung berada di daerah perbukitan (429 dpl.), yang berjarak kurang lebih 40 kilometer dari pusat ibukota Kabupaten Kendal.

SMP Negeri 1 Pageruyung berdiri pada tahun 1980, sesuai Surat Keputusan Pemerintah nomor 0206/0/1980, Tanggal 30 Juli 1980. Sekolah ini memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20321903, dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 201032403037. Sedangkan pelaksanaan akreditasi sekolah terakhir pada tahun 2013 dengan nilai A.

Berdasarkan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) diketahui bahwa visi SMP Negeri 1 Pageruyung adalah ”Imtaq Melekat, Prestasi Meningkat, Terampil dan Memikat”. Adapun Misinya adalah:

1. Membina keimanan, ketaqwaan dan budi pekerti yang luhur sesuai dengan tuntunan agama,

2. Meningkatkan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki oleh setiap siswa,

3. Meningkatkan kemampuan kepribadian, melatih berdikari dan bertanggungjawab,

4. Mewujudkan Dokumen -1 dan Dokumen -2 KTSP, 5. Memenuhi standar isi,

(2)

7. Memenuhi fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir,

Adapun tujuan sekolahnya yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Sekolah mampu menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esadan 5. Sekolah mampu memenuhi standar isi;

6. Sekolah mampu memenuhi standar proses pembelajaran;

7. Sekolah mampu memenuhi standar sarpras/fasilitas sekolah;

12. Sekolah mampu mewujudkan lingkungan sekolah dengan menerapkan 6K secara lengkap.

(3)

Berdasarkan identifikasi dokumen sekolah, dapat diketahui bahwa jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 1 Pageruyung berjumlah 45 orang, dengan rincian guru berjumlah 33 orang dan pegawai administrasi/karyawan berjumlah 12 orang. Sedangkan guru yang berjumlah 33 tersebut terdiri dari guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 29 orang, dan Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 4 orang. Adapun guru-guru tersebut mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 3 orang, Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 2 orang, Bahasa Indonesia sebanyak 2 orang, mengajar Matematika sebanyak 4 orang, IPA sebanyak 3 orang, mengajar IPS sebanyak 4 orang, Bahasa Inggris sebanyak 4 orang, Penjas-Orkes sebanyak 2 orang, mengajar Seni Budaya sebanyak 2 orang, TIK ada 1 orang, Mulok Bahasa Jawa ada 1 orang, Mulok Ketrampilan sebanyak 2 orang, Bimbingan Konseling sebanyak 3 orang.

Berdasarkan identifikasi dokumen sekolah, maka dari 29 guru yang berstatus PNS, sebanyak 23 guru telah memiliki sertifikat profesi termasuk kepala sekolah, dan mereka semua telah menerima tunjangan profesi. Berkenaan dengan itu, terkait dengan tujuan penelitian ini, kemudian ditetapkan yang menjadi obyek penelitian adalah 22 orang guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang selama ini telah menerima tunjangan profesi guru. Guru-guru tersebut pada tahun pelajaran 2014/2015 ini sebagian besar telah menempuh Strata 1, bahkan ada pula yang berpendidikan Strata 2, meskipun ada juga yang masih Diploma.

(4)

karakter guru-guru di SMP Negeri 1 Pageruyung. Tentang hal itu dapat diketahui dari petikan hasil wawancara pada verbatim baris ke 6-10 “Seluruhnya 33 orang termasuk GTT dan PNS-nya 29 dan yang sudah sertifikasi 23”

Nara sumber menambahkan bahwa ke 23 guru yang telah bersertifikasi tersebut juga sudah menerima tunjangan profesi dan bahkan setiap tahun telah dinilai kinerjanya. Hal ini dapat diketahui dari verbatim baris ke 11-12 “Kita selalu adakan penilaian kinerja, dan data kinerja yang kita dapatkan nanti kita laporkan kedinas”. Adapun nilai kinerja mereka minimal adalah baik. Hal ini dapat dilihat pada verbatim baris ke 12-13 “Alhamdulillah, nilainya rata-rata ada yang A dan sebagian ada yang B”.

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

a. Martabat Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1) Nara sumber memberikan gambaran tentang martabat guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung setelah mereka menerima tunjangan profesi, seperti hasil wawancara berikut ini:

Guru - guru di SMP Negeri 1 Pageruyung ternyata tidak hanya melaksanakan tugas pokoknya sebagai pengajar saja, tetapi mereka juga membimbing siswa dengan tujuannya adalah agar para siswa memiliki kepribadian yang baik. Nara sumber menerangkan hal ini seperti dalam verbatim (baris 14-15)

(5)

Sehingga mereka bisa kita istilahnya amati mereka, tapi pada saat-saat tertentu ketika saya masuk maupun dari wawancara siswa guru sudah melakukan berkomunikasi dengan siswa juga hanya demi kepentingan pendidikan siswa. Nara sumber selalu menekankan hal ini pada komunikasi pada kepentingan pendidikan siswa dan perlu menghindari komunikasi yang tidak relevan dengan dunia pendidikan”

Sedangkan peran guru sebagai pembaharu dalam kehidupan dan kemajuan dimasyarakat sekitarnya, nara sumber menjelaskan seperti verbatim berikut ini (baris 22-24):

(6)

terlibat pada kegiatan di masyarakat, ada yang di BPD, di RT dan sebagainya”

Kemudian terkait bahwa guru itu harus senantiasa menambah dan memperluas ilmu, wawasan dan keterampilan keterampilannya, nara sumber menjelaskan dalam verbatim sebagai berikut (butir 26-28): ijin, surat tugas dan sebagainya, sehingga saya tahu mereka itu ikut kegiatan atau tidak. Nha biasanya ada workshop kita ikuti, ada undangan ya kita hadirkan, tapi kalau memang itu membutuhkan kehadiran mereka”

Berkaitan dengan kegiatan penelitian ilmiah yang seharusnya dilakukan oleh guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung, nara sumber menjelaskan seperti verbatim baris ke 28 “Masih terbatas”. Sedangkan kendala yang dihadapi guru, terkait dengan masih sedikitnya guru yang melakukan penelitian, nara sumber menjelaskan sebagaimana verbatim baris ke 29-30 “satu mungkin karena bahan bacaan mereka terbatas, dua juga bisa apa kemauan mereka menulis juga terbatas”

(7)

sumber memberikan informasi melalui verbatim sebagai berikut (butir 31-32):

”Saya pikir melalui kayak sejenis MGMP sekolah baik formal ataupun nonformal mereka juga sering berkomunikasi terkadang adanya masalah - masalah juga teratasi pada diskusi - diskusi positif mereka diruang guru biasanya”

Kemudian terkait dengan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang harus patuh dan tunduk terhadap kebijakan pemerintah khususnya dibidang pendidikan, nara sumber menjelaskan dalam verbatim berikut (baris 33-34):

“Ya sebagaimana pengarahan kepala dinas maka saya pikir ya guru harusnya patuh dengan kebijakan pemerintah pusat. Kemarin saja kita baru satu semester melaksanakan kurikulum 2013, tiba-tiba kembali ke KTSP, ya walaupun bahasa jawane bekah-bekuh ya kembali kepada KTSP, itu kalau saya pahami

mereka harus seperti itu”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2)

(8)

Dengan demikian untuk tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek martabat guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

23 ≤ x ≤ 28 = Sangat Tinggi 19 ≤ x ≤ 23 = Tinggi

15 ≤ x ≤ 19 = Sedang 11 ≤ x ≤ 15 = Rendah

7 ≤ x ≤ 11 = Sangat Rendah

Tabel 4.1

Kategorisasi Hasil Aspek Martabat Guru

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%)

23 ≤ x ≤ 28 SangatTinggi 42 84

19 ≤ x ≤ 23 Tinggi 8 16

15 ≤ x ≤ 19 Sedang 0 0

11 ≤x ≤ 15 Rendah 0 0

7 ≤ x ≤ 11 SangatRendah 0 0

JUMLAH 50 100

Keterangan: SD= 3,2 Min= 21 Max= 28 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

(9)

penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 21 sampai dengan skor maksimum sebesar 28 dengan standar deviasi 3,2.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3)

Untuk menentukan tinggi rendahnya ketercapaian aspek martabat guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek martabat guru sebanyak 7 item, maka banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 7 x 4 = 28 dan skor terendah adalah 7 x 1 = 7. Lebar interval untuk aspek martabat guru dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian tinggi dan rendahnya hasil pengukuran aspek martabat guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

23 ≤ x ≤ 28 = Sangat Tinggi

(10)

7 ≤ x ≤ 11 = Sangat Rendah

Tabel 4.2

Kategorisasi Hasil Aspek Martabat Guru

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%)

23 ≤ x ≤ 28 SangatTinggi 22 100

19 ≤ x ≤ 23 Tinggi 0 0

15 ≤ x ≤ 19 Sedang 0 0

11 ≤ x ≤ 15 Rendah 0 0

7 ≤ x ≤ 11 SangatRendah 0 0

JUMLAH 22 100

Keterangan: SD= 3,2 Min= 23 Max= 28 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.2 kategori hasil pengukuran aspek martabat guru menunjukkan 22 sampel berada pada kategori sangat tinggi (100%), sedangkan pada kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut martabat guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh guru bergerak dari skor minimum sebesar 23 sampai dengan skor maksimum sebesar 28 dengan standar deviasi 3,2.

b. Kompetensi Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

(11)

Untuk menganalisis tentang kompetensi guru-guru di SMP Negeri 1 Pageruyung, diungkap melalui nara sumber ini ada 4 unsur kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Salah satu kompetensi pedagogik adalah guru harus mampu mengenali dan mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didiknya. Terkait dengan kemampuan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dalam mengenali karakteristik peserta didiknya ini, nara sumber

menjelaskan dalam verbatim berikut (baris 36-37):

“Ya sebatas ketika saya mensupervisi artinya untuk kemampuan guru didalam mengidentifikasi karakter peserta didik dapat saya ketahui dimana pada umumnya guru memberikan kesempatan sama untuk berpartisipasi juga kadang melihat dari kebutuhan peserta didik apakah pendengarannya terbatas atau penglihatannya yang terbatas sehingga perlu ditempatkan pada tempat yang depan”

Kemudian kaitannya dengan pengajaran, guru harus memberikan respon kepada peserta didik yang belum atau kurang memahami pelajaran yang diajarkan, sehingga dari apa yang belum diketahui ini guru dapat memperbaiki perancangan pembelajaran selanjutnya. Terkait hal ini, nara sumber menjelaskan dalam verbatim baris yang ke 40 “Ya, itu dari kegiatan analisa ulangan harian itu biasanya kan guru tahu ada yang belum tuntas sehingga bagaimana mereka harus membenahi mungkin pembelajarannya atau apa yang dan lainya”

(12)

sebagaiman verbatim baris ke 42-43 “Ya jelas mereka harus seperti yang saya harapkan, terutama guru dalam pengembangan kurikulum agar senantiasa mengikuti urutan materi sendiri supaya nanti ketika ulangan semester dan sebagainya tidak jauh tertinggal”

Dalam aktivitas pembelajaran, guru harus melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap, dan guru juga harus melaksanakan pembelajarannya sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Terkait dengan hal itu, nara sumber mengemukakan kondisi nyata yang ada di SMP Negeri 1 Pageruyung, seperti pada verbatim (baris 45-46):

“Dari supervisi secara struktur mereka sudah memenuhi rancangan RPP, tapi dari time kadang mungkin ada kendala mungkin kadang sok ada pergeseran waktu seharusnya misalnya pembukaan yang dialokasikan hanya 5 menit menjadi lebih dan sebagainya”

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu memusatkan perhatian, sehingga siswa dapat berinteraksi dan terdorong untuk memahami dan menggunakan informasi yang telah disampaikan guru tersebut dengan baik. Tentang pemusatan perhatian ini, nara sumber menyampaikan pandangannya sebagaimana verbatim baris ke 48-49 “Ya karena guru harus mengembangkan potensi peserta didik ya multi metode supaya guru bisa menggunakan agar interaksi berjalan dengan bagus metode-metode yang digunakan juga kita harapkan

bisa menimbulkan anak berpikir kritis” Terkait dengan pemahaman siswa, guru juga perlu

(13)

pertanyaan terbuka, sehingga siswa kemudian dapat menjawab dengan gagasannya sendiri. Untuk kemampuan bertanya guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung, nara sumber menjelaskan dalam verbatim baris ke 50-51 “Ya sebagian besar memang mereka sudah bisa seperti itu walaupun juga ada yang dari pengamatan saya masih harus saya arahkan bagaimana agar mereka bisa “

Dalam melakukan penilaian, guru harus menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah dilakukan. Nara sumber menyampaikan pengamatannya selama ini seperti terungkap dalam verbatim baris ke 52, “Dari supervisinya ya saya lihat sudah sesuai tapi misalnya masih ada yang tidak pas saya minta membetulkan sesuai dengan prosedur”

Guru dituntut untuk mampu mengembangkan kerjasama dan membina kebersamaan terhadap teman sejawat tanpa membedakan unsur-unsur SARA (Suku, Ras dan Agama). Tentang pelaksanaanya di SMP Negeri 1 Pageruyung, disini nara sumber menggambarkan seperti dalam verbatim baris ke 54 “Ya di SMP 1 Pageruyung itu kan mayoritas muslim tapi ada juga yang non muslim, jadinya ya Alhamdulillah ada

toleransilah untuk kita menghormati dengan sesama“ Kemampuan lain yang harus dimiliki guru adalah

bersikap dewasa ketika mengajar. Sikap dewasa ini ditunjukkan misalnya guru dapat menerima masukan-masukan dari peserta didik. Terhadap sikap dewasa guru dalam mengajar ini, nara sumber menjelaskan dalam verbatim (baris 56-57):

(14)

kami secara tidak langsung juga menyampaikan kepada guru tapi kalau siswa langsung mengatakan dikelas kayaknya masih jarang, sesuai dengan tingkat pemikiran mereka”

(15)

yang diampunya, guna mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, dan melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta memperkirakan alokasi waktu yang akan diperlukan. Berkaitan dengan hal itu, nara sumber kembali menegaskan seperti dalam verbatim (baris 67-68):

“Kalau saya itu ya harus karena mereka itu harus mengerjakan pemetaan. Pemetaan SK – KD itu untuk mengidentifikasi materi-materi pelajaran yang sulit atau yang mungkin cukup mudah sehingga ada perencanan didalam menyusun kesulitan pembelajaran nanti akan bisa diperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran”

Guru dituntut untuk melakukan penelitian ilmiah, mengembangkan karya inovasi, dan mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), serta aktif dalam melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Terkait dengan ini, nara sumber memberikan informasi sebagaimana verbatim baris ke 70-71 “Kalau guru PTK belum banyak, paling satu-dua orang guru, tapi

kalau yang lainnya itu mungkin seminar yang banyak “

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2)

(16)

Dengan demikian, maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek kompetensi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

44 ≤ x ≤ 52 = Sangat Tinggi 36 ≤ x ≤ 44 = Tinggi

28 ≤ x ≤ 36 = Sedang 20 ≤ x ≤ 28 = Rendah

13 ≤ x ≤ 20 = Sangat Rendah

Tabel 4.3

Kategorisasi Hasil Aspek Kompetensi Guru

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%) 44 ≤ x ≤ 52 SangatTinggi 45 90

36 ≤ x ≤ 44 Tinggi 5 10

28 ≤ x ≤ 36 Sedang 0 0

20 ≤ x ≤ 28 Rendah 0 0

13 ≤ x ≤ 20 SangatRendah 0 0

JUMLAH 50 100

(17)

Pada tabel 4.3, hasil pengukuran aspek kompetensi guru menunjukkan sebanyak 45 sampel berada pada kategori sangat tinggi (90%), dan 5 sampel pada kategori tinggi (10 %), sedangkan pada kategori sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Dari data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap kompetensi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 36 sampai dengan sekor maksimum sebesar 52 dengan standar deviasi 3,03.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3)

(18)

Berdasarkan penghitungan tersebut, maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek kompetensi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

44 ≤ x ≤ 52 = Sangat Tinggi 36 ≤ x ≤ 44 = Tinggi

28 ≤ x ≤ 36 = Sedang 20 ≤ x ≤ 28 = Rendah

13 ≤ x ≤ 20 = Sangat Rendah

Tabel 4.4

Kategorisasi Hasil Aspek Kompetensi Guru

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%) 44 ≤ x ≤ 52 SangatTinggi 16 73

36 ≤ x ≤ 44 Tinggi 6 27

28 ≤ x ≤ 36 Sedang 0 0

20 ≤ x ≤ 28 Rendah 0 0

13 ≤ x ≤ 20 SangatRendah 0 0

JUMLAH 22 100

Keterangan: SD= 3,03 Min= 41 Max= 49 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

(19)

bahwa secara umum kompetensi guru penerima tunjangan profesi berada pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh guru bergerak dari skor minimum sebesar 41 sampai dengan skor maksimum sebesar 49, dengan standar deviasi 3,03.

c. Memajukan Profesi Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Hasil Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Sebagai guru profesional, guru harus mampu mengkomunikasikan pikirannya melalui kegiatan seminar, simposium dan sejenisnya. Terkait dengan kegiatan ini, nara sumber menyampaikan seperti dalam verbatim baris ke 72-73, “Ya karena mereka masih jarang untuk menjadi pemakalah atau nara sumber, ya untuk apa istilahnya mengkomunikasikan di lingkungan sekolah itu relatif jarang, dan paling mungkin non formal yang muncul kalau secara formal belum bisa”

Guru harus mampu mengkomunikasikan secara tertulis dalam bentuk jurnal profesi atau media lainnya. Menurut nara sumber, masih sedikit guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang mampu menulis di jurnal, seperti diungkapkannya pada verbatim baris 75-76, “Ada, guru matematika itu”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2)

(20)

maka banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 2 x 4 = 8, dan skor terendahnya adalah 2 x 1 = 2. Untuk lebar interval dari aspek profesi guru dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan data diatas maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek profesi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

6 ≤ x ≤ 8 = Sangat Tinggi 5 ≤ x ≤ 6 = Tinggi

4 ≤ x ≤ 5 = Sedang 3 ≤ x ≤ 4 = Rendah

2 ≤ x ≤ 3 = Sangat Rendah

Tabel 4.5

Kategorisasi Hasil Aspek Memajukan Profesi Guru

NILAI KRITERIA JUMLAH PROSENTASE

(%) 6 ≤ x ≤ 8 SangatTinggi 50 100

5 ≤ x ≤ 6 Tinggi 0 0

4 ≤ x ≤ 5 Sedang 0 0

(21)

Ketrangan: SD= 1,7 Min= 6 Max= 8 Sumber: Data Primer yang diolah

Pada tabel 4.5 hasil pengukuran aspek profesi guru menunjukkan sebanyak 50 sampel (100%), berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan untuk kategori yang tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap profesi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 6 sampai dengan skor maksimum sebesar 8, dengan standar deviasi 3,03.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3)

Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek profesi guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek profesi guru sebanyak 2 item, dan banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah 2 x 4 = 8 dan skor terendah adalah 2 x 1 = 2. Lebar interval untuk aspek profesi guru dapat dihitung sebagai berikut:

2 ≤ x ≤ 3 SangatRendah 0 0

(22)

Berdasarkan data tersebut maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek profesi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

6 ≤ x ≤ 8 = Sangat Tinggi

5 ≤ x ≤ 6 = Tinggi 4 ≤ x ≤ 5 = Sedang 3 ≤ x ≤ 4 = Rendah

2 ≤ x ≤ 3 = Sangat Rendah

Tabel 4.6

Kategorisasi Hasil Aspek Memajukan Profesi Guru

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%)

6 ≤ x ≤ 8 SangatTinggi 0 0

5 ≤ x ≤ 6 Tinggi 0 0

4 ≤ x ≤ 5 Sedang 0 0

3 ≤ x ≤ 4 Rendah 9 41

2 ≤ x ≤ 3 SangatRendah 13 59

JUMLAH 22 100

Keterangan: SD= 1,7 Min= 2 Max= 4 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

(23)

rendah, dan 13 sampel (59%) pada kategori sangat rendah. Berdasarkan data tersebut maka secara umum belum ada kemajuan profesi guru penerima tunjangan profesi di SMP Negeri 1 Pageruyung. Skor yang diperoleh guru bergerak dari skor minimum sebesar 2 sampai dengan sekor maksimum sebesar 4 dengan standar deviasi 1,7.

d. Mutu Pembelajaran di SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara dengan Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Kenyamanan lingkungan fisik sekolah, yang termasuk diantaranya adalah suasana kelas, sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena mampu membangkitkan semangat belajar. Hubungannya dengan kenyamanan lingkungan belajar di SMP Negeri 1 Pageruyung ini, oleh nara sumber disampaikan keterangan seperti pada verbatim (baris 77-78):

“Kalau dari sisi fasilitas, saya dapat melihat anak-anak cukup nyaman ada perpustakaan ada taman dan sebagainya. Paling terganggu itu kalau misalnya kalau misalnya ada proyek disekolah tapi itu kan situasional misalnya hanya satu atau dua bulan untuk pelaksanaan perpus atau rehab, secara umum tapi mereka cukup nyaman”

Guru juga harus mampu memotivasi peserta didik agar mempunyai keinginan kuat untuk berhasil dalam belajarnya. Terkait dengan memotivasi siswa ini, dari nara sumber memberikan pernyataan seperti dalam verbatim (baris 82-83):

(24)

terbatas. Kami dari guru juga telah memotivasi siswa untuk terus belajar untuk terus bersekolah walaupun mungkin banyak keterbatasan apakah itu dari biaya dan sebagainya”

Sebagai guru professional, guru harus senantiasa menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus. Berkaitan dengan kemampuan guru menyampaikan pelajaran dengan sistematis dan terfokus itu, nara sumber menyampaikan informasinya seperti dalam verbatim (baris 86-87):

“Kalau dari supervisi sudah runtut, fokus, saya dapat dari supervisinya seperti itulah, cuma masalahnya kan mungkin diluar supervisi juga ada namanya supervisi dadakan, mungkin kita perlu jadi kalau saya lihat kalau pada saat seperti ini sudah sudah cukup baik. Laporan dari wakil kepala sekolah selama ini, mereka juga sudah cukup bagus”

Guru professional ketika mengajar juga harus bersikap bijaksana. Mengenai kebijaksanaan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dalam mengajar, digambarkan

oleh nara sumber, seperti dalam verbatim baris ke 88-89 “Ya itu juga relatif tetapi secara umum sudah lebih

baik artinya tidak ada lagi guru sekeras atau sekasar pada masa yang lalu karena mereka sudah menyadari seiring usia, juga seiring dengan pembinaan yang ada”

Dalam mengajar guru juga harus mengembangkan pembelajaran konteks. Kaitan pembelajaran konteks yang dilakukan oleh guru-guru, nara sumber memberikan ilustrasinya seperti pada verbatim (baris 90-91):

(25)

mungkin IPA kegunaan manfaat suatu barang juga kita angkat juga bisa”

Dalam melakukan penilaian, guru professional harus memberikan komentar tertulis pada ulangan/tes yang diujikan pada siswa. Terkait dengan komentar pada ulangan/tes tersebut, nara sumber menjelaskan pada verbatim baris ke 92-93 “Ya tidak semuannya kadang karena mungkin terlalu banyak yang dikoreksi sehingga komentarnya tidak lengkap, tidak semua kelas, tapi ada mereka yang melakukan “

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru juga harus memberikan tugas kepada siswa, khususnya untuk menulis atau membaca tentang apa yang telah dipelajari siswa. Kaitan dengan pemberian tugas menulis atau membaca oleh guru kepada siswa ini, nara sumber memberikan informasi sebagaimana verbatim baris ke 95-96 “Ya relatif juga saya tahunya dari supervisi ada yang memberi tugas, ada yang tidak jadi tergantung konteks RPP mereka ya”

Kemudian kaitannya dengan penggunaan sarana pendukung pembelajaran oleh guru, nara sumber memberikan penjelasan seperti dalam verbatim baris ke 96-97 “Kalau sarana pembelajaran yang LCD kita ada tapi belum kita pasang penuh paling dipasang di lab. yang aman yang jelas karena kita itu apa kemampuan penggunaan guru sudah bagus hanya keamanan yang menjadi masalah selama ini”

(26)

Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Karena jumlah item aspek mutu pembelajaran guru sebanyak 9 item, maka banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 9 x 4 = 36, dan skor terendahnya adalah 9 x 1 = 9. Sedangkan lebar interval untuk aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan data diatas tersebut maka kategori tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru dapat ditetapkan sebagai berikut:

30 ≤ x ≤ 36 = Sangat Tinggi 25 ≤ x ≤ 30 = Tinggi

19 ≤ x ≤ 25 = Sedang 14 ≤ x ≤ 19 = Rendah

9 ≤ x ≤ 14 = Sangat Rendah

Tabel 4.7

Kategorisasi Hasil Aspek Mutu Pembelajaran

(27)

Keterangan: SD= 1,7 Min= 24 Max= 36 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.7, hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru menunjukkan sebanyak 27 sampel (54%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 22 sampel (44%) pad kategori tinggi, dan 1 sampel (2%) pada kategori sedang. Sedangkan kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 24 sampai dengan skor maksimum sebesar 36, dengan standar deviasi 1,69.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3)

Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek mutu pembelajaran guru sebanyak 9 item, maka untuk banyaknya pilihan jawaban adalah 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah 9 x 4 = 36, dan skor terendah adalah 9 x 1 = 9. Lebar interval untuk aspek mutu

25 ≤ x ≤ 30 Tinggi 22 44

19 ≤ x ≤ 25 Sedang 1 2

14 ≤ x ≤ 19 Rendah 0 0

9 ≤ x ≤ 14 SangatRendah 0 0

(28)

pembelajaran guru penerima tunjangan profesi dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian dapat ditentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru adalah sebagai berikut:

30 ≤ x ≤ 36 = Sangat Tinggi

25 ≤ x ≤ 30 = Tinggi 19 ≤ x ≤ 25 = Sedang 14 ≤ x ≤ 19 = Rendah

9 ≤ x ≤ 14 = Sangat Rendah

Tabel 4.8

Kategori Hasil Aspek Mutu Pembelajaran

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%)

30 ≤ x ≤ 36 SangatTinggi 9 41

25 ≤ x ≤ 30 Tinggi 12 55

19 ≤ x ≤ 25 Sedang 1 4

14 ≤ x ≤ 19 Rendah 0 0

(29)

JUMLAH 22 100 Keterangan: SD= 1,7 Min= 21 Max= 35

Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.8, hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru menunjukkan sebanyak 9 sampel (41%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 12 sampel (55%) pada kategori tinggi, dan 1 sampel (4%) pada kategori sedang. Sedangkan kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh guru bergerak dari skor minimum sebesar 21 sampai dengan sekor maksimum sebesar 35, dengan standar deviasi 1,7.

e. Pelayanan Pendidikan Bermutu di SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1) Disamping mengajar, guru juga harus melatih peserta didik, sehingga peserta didik merasa terbantu. Terkait kegiatan melatih peserta didik ini, nara sumber memberikan informasi seperti dalam verbatim baris ke 99-100 “Kalau melatih biasanya kita laksanakan tambahan-tambahan pelajaran di kelas IX, kemudian guru – guru pengampu ekstrakurikuler juga kita berikan kesempatan melatih para siswa”

(30)

permasalahan siswa. Tentang bersikap sebagai sahabat ini, nara sumber memberikan gambaran sebagaimana verbatim (baris 104-105):

“Ya sebenarnya itu kalau saya sih tidak ada masalah mungkin kaitan dengan siswa sendiri mungkin yang nanti bisa ditanyakan, tapi saya lihat mereka juga ada komunikasi, konselor juga berfungsi kok. Sehingga saya lihat juga apa ya komunikasi siswa dengan guru cukup bagus”

Guru harus menjadi teladan bagi siswa dalam kehidupan ini. Keteladanan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dinyatakan oleh nara sumber seperti dalam verbatim (baris 105-107):

“Ya memang namanya saja murid, dan saya juga pernah jadi murid biasanya melihat guru itu dari penampilannya, dari pelayanannya sehingga kita kadang mengatakan pak guru itu rapi, pak guru itu sopan, pak guru itu pinter dan sebagainya, sering kita tangkap. Tapi saya juga berharap agar anak – anak itu, guru itu harus bisa mengambil posisi bahwa kita harus menjadi teladan bagi siswa”

Guru dalam membimbing belajar siswa harus senatiasa mengemukakan prakarsa atau ide-ide terbaik agar siswa mudah dalam memahami pelajaran. Terkait dengan prakarsa guru ini, nara sumber menyampaikan pendapatnya seperti dalam verbatim baris ke 108-109 “Ya kalau guru kan seharusnya begitu, bagaimana agar materi pembelajaran tersampaikan dengan baik dengan cara yang baik sehingga anak-anak bisa menangkap materi

pembelajaran yang ada”.

(31)

belajar dengan teman seprofesinya ini, nara sumber memberikan penjelasan sebagaimana verbatim baris ke

110-111 “Kalau yang serumpun biasanya ada komunikasi.

Kalau yang non serumpun ya paling metodologi, melalui MGMP sekolah kadang juga MGMP di tingkat wilayah

dan MGMP kabupaten”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2)

(32)

Dengan demikian kategori tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat ditentukan sebagai berikut:

13 ≤ x ≤ 16 = Sangat Tinggi 11 ≤ x ≤ 13 = Tinggi

8 ≤ x ≤ 11 = Sedang 6 ≤ x ≤ 8 = Rendah

4 ≤ x ≤ 6 = Sangat Rendah

Tabel 4.9

Keterangan: SD= 1,03 Min= 8 Max= 16 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.9, hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu menunjukkan sebanyak 26 sampel (52%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 14 sampel (28%) pada kategori tinggi, dan 10 sampel (20%) pada kategori sedang. Adapun kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara Kategori Hasil Aspek Pelayanan Pendidikan Bermutu

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%) 13 ≤ x ≤ 16 SangatTinggi 26 52

11 ≤ x ≤ 13 Tinggi 14 28

8 ≤ x ≤ 11 Sedang 10 20

6 ≤ x ≤ 8 Rendah 0 0

4 ≤ x ≤ 6 SangatRendah 0 0

(33)

umum persepsi siswa terhadap pelayanan pendidikan bermutu guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 8 sampai dengan skor maksimum sebesar 16 dengan standar deviasi 1,03.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3)

Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek pelayanan pendidikan bermutu oleh guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Untuk jumlah item dari aspek pelayanan pendidikan bermutu sebanyak 4 item, dan banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 4 x 4 = 16 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 4. Lebar interval untuk aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian, terkait tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat dikategorikan sebagai berikut:

13 ≤ x ≤ 16 = Sangat Tinggi 11 ≤ x ≤ 13 = Tinggi

8 ≤ x ≤ 11 = Sedang 6 ≤ x ≤ 8 = Rendah

(34)

Tabel 4.10

Kategorisasi Hasil Aspek Pelayanan Pendidikan Yang Bermutu

NILAI KRITERIA JUMLAH PRESENTASE (%)

13 ≤ x ≤ 16 SangatTinggi 14 64

11 ≤ x ≤ 13 Tinggi 8 36

8 ≤ x ≤ 11 Sedang 0 0

6 ≤ x ≤ 8 Rendah 0 0

4 ≤ x ≤ 6 SangatRendah 0 0

JUMLAH 22 100

Keterangan: SD= 1,03 Min= 12 Max= 16 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.10, hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu menunjukkan sebanyak 14 sampel (64%) berada pada kategori sangat tinggi, 8 sampel (36%) pada kategori tinggi. Kemudian kategori sedang, rendah, dan sangat rendah untuk masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum pelayanan pendidikan bermutu oleh guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Sedangkan skor yang diperoleh guru tersebut bergerak dari skor minimum sebesar 12 sampai dengan skor maksimum sebesar 16, dengan standar deviasi 1,03.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

(35)

mewujudkan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen antara lain mengangkat martabat guru, meningkatkan kompetensi guru, memajukan profesi guru, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu (Kemdikbud 2013). Mengacu pada tujuan pemberian tunjangan profesi tersebut, maka pembahasan evaluasi hasil penelitian akan didasarkan pada hasil analisis wawancara dengan kepala SMP Negeri 1 Plantungan, hasil analisis data persepsi siswa terhadap guru penerima tunjangan profesi dan analisis data kuesioner guru penerima tunjangan profesi

4.2.1 Evaluasi Terhadap Martabat Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

(36)

pemahaman bahwa tujuan pendidikan adalah pengembangan secara utuh intelegensi, moral dan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Disamping itu mereka berupaya dengan ikhlas melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasi peserta didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.

Pada waktu melaksanakan pembelajaran, menurut penilaian nara sumber satu (S1), guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah bersikap adil. Hal ini diketahui dari verbatim (baris 17-19), dimana nara sumber satu (S1) tidak pernah mendapatkan laporan dari siswa tentang adanya guru yang membeda-bedakan latar belakang atau kedudukan orang tua siswa ketika mereka mengajar. Berkaitan dengan hal itu, berarti guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional, sesuai dengan kode etik guru, dimana guru harus menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan peserta didiknya masing-masing, fleksibel dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-masing, juga harus melaksanakan pembelajaran didalam dan diluar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa membeda-bedakankan latarbelakang dan kedudukan orang tua peserta didiknya.

(37)

yang tidak relevan dengan dunia pendidikan. Guru juga berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. Disamping itu, guru juga perlu mengadakan komunikasi dengan peserta didik didalam dan diluar sekolah berlandaskan pada rasa kasih sayang, mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluarganya masing-masing, dan berkomunikasi hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan pendidikan peserta didik.

(38)

pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan ditempat itu. Disamping itu guru juga harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya, dan guru turut serta bersama - sama masyarakat sekitarnya di dalam berbagai aktivitas.

Terkait bahwa guru itu harus senantiasa menambah dan memperluas ilmu, wawasan dan keterampilan keterampilannya, guru-guru di SMP Negeri 1 Pageruyung telah melakukannya. Nara sumber satu (S1) menjelaskan hal ini dalam verbatim butir ke 26-28, dimana untuk mengetahui apakah guru-guru itu rajin membaca atau tidak, maka dilakukan dengan mengajaknya bicara, dan dari pembicaraan-pembicaraan itu nara sumber satu (S1) mengetahui bahwa sebagian besar guru rajin membaca. Sedangkan untuk kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop dan sejenisnya, guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung, banyak yang telah mengikutinya. Hal ini dapat diketahui oleh nara sumber satu (S1) melalui

pengontrolan surat izin, surat tugas dan sebagainya.

(39)

mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesi. Dalam hal ini guru dituntut untuk terus berusaha menambah dan memperluas ilmu, wawasan dan keterampilannya dengan rajin membaca, melakukan penelitian, mengikuti seminar ilmiah, workshop, penataran dan kegiatan keilmuan lainnya. Disamping itu guru juga harus senantiasa berbicara, bersikap, maupun bertindak sesuai dengan martabat profesinya.

Terkait dengan guru dalam kesehariannya harus saling bertukar informasi, contohnya saling berpendapat, saling menasehati, dan saling membantu, yang terkait dengan kepentingan pribadi maupun tugas profesi, telah dilakukan oleh guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung. Nara sumber satu (S1) menjelaskan pada verbatim baris ke 31-32, dimana kegiatan seperti itu telah dilakukan oleh guru-guru diantaranya melalui kegiatan MGMP sekolah. Dalam kode etik guru telah digariskan bahwa guru perlu memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, serta kesetiakawanan sosial. Dalam hal ini guru hendaknya senantiasa saling bertukar informasi, mengemukakan pendapat, saling nasehat menasehati dan bantu membantu satu sama lainnya, baik didalam hubungan kepentingan pribadi maupun dalam menunaikan tugas profesinya. Selain itu, guru juga tidak diperbolehkan melakukan tindakan–tindakan yang merugikan nama baik rekan-rekan seprofesinya, dan juga menunjang martabat guru baik secara keseluruhan maupun secara pribadi.

(40)

menjelaskan tentang kepatuhan tersebut seperti dalam verbatim baris 33-34, dimana guru-guru senantiasa patuh dengan kebijakan pemerintah pusat maupun penerintah daerah, misalnya kebijakan pemerintah tentang sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum 2013 selama satu semester agar kembali ke KTSP 2006, dapat dipahami oleh guru-guru. Hal itu sesuai dengan kode etik, yaitu guru harus melaksanakan semua kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Martabat guru akan terjaga apabila guru senantiasa patuh dan tunduk terhadap kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, dan melakukan tugas profesinya dengan penuh disiplin dan rasa pengabdian, berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang pendidika kepada orang tua murid dan masyarakat sekitarnya, dan berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan dilingkungan atau daerahnya dengan sebaik-baiknya.

(41)

Berdasarkan analisis data kuesioner guru, dapat diketahui bahwa kategori hasil pengukuran aspek martabat guru menunjukkan 22 sampel (100%) berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan untuk kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka martabat guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan program tunjangan profesi guru untuk mengangkat martabat guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung sudah tercapai, meskipun masih ada tindakan-tindakan guru yang belum maksimal terpenuhi, yaitu tindakan untuk melakukan penelitian ilmiah.

4.2.2 Evaluasi Terhadap Kompetensi Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

Untuk mengevaluasi kompetensi guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung, dilakukan melalui empat unsur kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, secara menyeluruh.

(42)

penglihatannya dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, yang kemudian digunakan untuk menyesuaikan dengan penempatan tempat duduk mereka di kelas. Keadaan ini sesuai dengan kompetensi pedagogik guru dimana guru harus menguasai karateritistik peserta didik, seperti tertuang didalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yaitu:

1) Dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelas,

2) Dapat memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, 3) Dapat mengatur kelas guna memberikan kesempatan

belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda, 4) Dapat mengetahui penyebab penyimpangan perilaku

peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

5) Dapat membantu dalam mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,

6) Dapat memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga setiap peserta didik tersebut tidak akan termarginalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb)

(43)

banyak, maka guru tersebut harus memperbaiki pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan tuntutan agar guru menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik seperti tertuang dalam tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yaitu:

1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

2) Guru memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang di ampu dan

menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya

berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

3) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/ aktivitas yang anda lakukan, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,

4) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik,

5) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik, 6) Guru memperhatikan respon dari peserta didik yang

belum/ kurang memahami materi pembelajaran yang anda ajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

(44)

ulangan semester dan sebagainya semua materi telah tersampaikan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, guru memang harus mengembangkan kurikulum yang meliputi:

1) Menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, 2) Merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan

silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,

3) Mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,

4) Memilih materi pembelajaran yang: a) sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) tepat dan mutakhir, c) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, dan d) dapat dilaksanakan di kelas ,e) sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

Pada aktivitas pembelajaran, guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang sudah disusun secara lengkap, akan tetapi berkaitan dengan manajemen waktu pembelajaran di kelas, guru belum bisa menggunakan dengan semestinya seperti yang tercantum dalam RPP. Fakta ini dapat diketahui dari penjelasan nara sumber satu (S1) pada verbatim baris ke 45-46, bahwa guru kadang-kadang dalam mengajar bergeser waktunya dari yang telah diatur, misalnya pembukaan yang seharusnya hanya 5 menit kemudian menjadi lebih dari itu. Guru harus melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik, dan yang perlu dilakukan adalah melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap, dan dilaksanakanya aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.

(45)

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah mampu memusatkan perhatian, sehingga siswa dapat berinteraksi dan terdorong untuk memahami dan menggunakan informasi yang telah disampaikan guru tersebut dengan baik. Hal ini ditunjang oleh adanya pengunaan berbagai metode mengajar oleh guru. Nara sumber satu (S1) dalam verbatim baris ke 48-49, menyebutnya sebagai penggunaan

multi methods dengan tujuan agar interaksi berjalan

dengan baik dan bisa menimbulkan daya pikir kritis siswa. Dalam hal ini guru harus mengembangkan potensi peserta didik dengan memusatkan perhatian pada interaksi peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan

menggunakan informasi yang disampaikan tersebut. Terkait dengan pemahaman siswa, sebagian besar

(46)

didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka. Disamping itu guru juga harus memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, dengan tanpa menginterupsi, kecuali jika memang diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan /tanggapan tersebut.

Dalam melakukan penilaian, belum semua guru SMP Negeri 1 Pageruyung menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan dari nara sumber satu (S1) selama melakukan supervisi kunjungan kelas, sebagaimana verbatim baris ke 52-53, bahwa sebagian guru-guru menyangkut alat penilaiannya sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, akan tetapi sebagian guru juga belum sesuai, sehingga guru-guru tersebut diminta untuk membetulkan sesuai dengan prosedur. Adapun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, guru harus mampu melaksanakan penilaian dan evaluasi yaitu:

1) Menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP,

2) Melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, mengenai tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari,

3) Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing – masing peserta didik untuk keperluan remidial dan pengayaan.

(47)

5) Memanfaatkan hasil penilaian untuk bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

6) Dapat memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak menjadi termarginalkan (tersisihkan, diolok- olok, minder, dsb).

Guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah mengembangkan kerjasama dan membina kebersamaan dengan teman sejawat tanpa membedakan unsur-unsur SARA (Suku, Ras dan Agama). Tentang kerjasama dan kebersamaan yang telah berjalan dengan baik ini, nara sumber satu (S1) menggambarkan dalam verbatim baris ke 54-55, bahwa meskipun di SMP Negeri 1 Pageruyung itu mayoritas muslim dan sebagian kecil non muslim, akan tapi toleransi berjalan baik karena didasari oleh saling menghormati antar sesama. Hal tersebut dapat berlangsung karena guru telah bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan, dengan menghargai dan mempromosikan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi dan etika bagi semua warga Indonesia. Disamping itu guru juga menghormati dan menghargai teman sejawat sesuai dengan kondisi dan keberadaan masing-masing.

(48)

siswa. Disamping itu masukan-masukan tersebut juga diberikan secara tidak langsung, akan tetapi melalui kotak saran yang telah disediakan, kemudian ditindak lanjuti oleh nara sumber satu (S1) kepada guru yang bersangkutan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, guru dianggap bersikap dewasa apabila:

1) Senantiasa berlaku sopan dalam berbicara, berpenampilan, dan berbuat terhadap semua peserta didik, orang tua, dan teman sejawat,

2) Mau membagi pengalaman dengan teman sejawat, termasuk mengundang mereka untuk mengobservasi cara mengajarnya dan memberikan masukan,

3) Mampu mengelola pembelajaran yang membuktikan bahwa guru dihormati oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik senantiasa memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, 4) Bersikap dewasa ketika menerima masukan dari

peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran,

5) Senantiasa berperilaku baik untuk mencitrakan nama baik sekolah.

(49)

Kondisi itu menunjukkan bahwa guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah memiliki etos kerja, dan tanggung jawab yang tinggi, serta rasa bangga menjadi guru. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, ciri-ciri guru yang memiliki etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru adalah:

1) Senantiasa mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan waktu tepat,

2) Jika harus meninggalkan kelas, maka guru

mengaktifkan siswa dengan melakukan hal-hal

produktif terkait dengan mata pelajaran yang diampu, dan meminta guru piket atau guru lain untuk mengawasi kelas,

3) Memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan lain di luar jam mengajar berdasarkan ijin dan persetujuan pengelola sekolah.

4) Senantiasa meminta ijin dan memberitahu lebih awal, dengan memberikan alasan dan bukti yang sah jika tidak menghadiri kegiatan yang telah direncanakan, termasuk proses pembelajaran di kelas,

5) Menyelesaikan semua tugas administrasif dan non-pembelajaran dengan tepat waktu sesuai standar yang ditetapkan,

6) Memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait dengan tugasnya,

7) Memberikan kontribusi terhadap pengembangan sekolah dan mempunyai prestasi yang berdampak positif terhadap nama baik sekolah,

8) Merasa bangga berprofesi sebagai guru.

(50)

masyarakat. Mengenai peran aktif guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung di masyarakat, oleh nara sumber satu (S1) dinyatakan sebagaimana dalam verbatim baris ke 64-65, bahwa meskipun mereka sebagian besar adalah pendatang, tetapi guru-guru tersebut sudah menjadi warga lokal yang beradaptasi dengan lingkungannya. Mereka juga mendapatkan kepercayaan masyarakat, untuk menjadi pengurus di dalam organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang ada dilingkungannya, misalnya menjadi takmir masjid/mushola, Badan Perwakilan Desa (BPD), pengurus Rukun Tetangga (RT) dan lainnya. Hal itu merupakan bentuk kompetensi sosial guru, dimana guru harus bisa berkomunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat. Perwujudan dari kompetensi sosial tersebut adalah guru berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat.

(51)

1) Melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan perencanaan dan pelakasanaan pembelajaran, serta memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan,

2) Menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, 3) Menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik untuk memahami konsep materi pembelajaran.

Hanya sedikit guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang telah melakukan penelitian ilmiah, mengembangkan karya inovasi, mengikuti kegiatan ilmiah dan aktif dalam melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), akan tetapi sebagian besar guru belum melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan informasi dari nara sumber satu (S1) yang menyebutkan baru 1 orang guru yang telah melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Dari hasil kuesioner guru juga diketahui bahwa baru 1 guru yang melakukan PTK, yaitu guru matematika. Sedang kegiatan ilmiah yang banyak diikuti guru hanyalah seminar, seperti termuat dalam verbatim baris ke 70-71. Disini guru dituntut untuk dapat mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif, yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 antara lain:

1) Melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung dengan contoh pengalaman diri sendiri, 2) Memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari

(52)

3) Memanfaatkan bukti gambaran kinerjanya untuk

mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran selanjutnya dalam program

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan,

4) Mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan tindak lanjutnya,

5) Melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi,

mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar,

konferensi), dan selalu aktif dalam melaksanakan PKB, 6) Dapat memanfaatkan TIK didalam berkomunikasi dan

pelaksanaan PKB.

Berdasarkan analisis data kuesioner persepsi siswa, bahwa kategori hasil pengukuran aspek kompetensi guru menunjukkan sebanyak 45 sampel (90%) berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan untuk kategori tinggi memiliki nilai sebesar 10 % dengan n=5 dan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan analisis tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap kompetensi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan kompetensi guru penerima tunjangan profesi menurut persepsi siswa SMP Negeri 1 Pageruyung.

(53)

umum kompetensi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan program tunjangan profesi guru untuk meningkatkan kompetensi guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung sudah tercapai, meskipun masih ada tindakan-tindakan yang belum maksimal terpenuhi, antara lain:

1. Terkait dengan manajemen waktu pembelajaran di kelas, dimana guru belum bisa menggunakan dengan semestinya seperti yang tercantum dalam RPP.

2. Masih ada beberapa guru yang belum memiliki ketrampilan bertanya dengan baik, sehingga masih perlu diberikan bimbingan kepala sekolah.

3. Masih ada beberapa guru yang alat penilaiannya belum sesuai dengan tujuan pembelajarannya, sehingga guru-guru tersebut masih perlu untuk membetulkan sesuai dengan prosedur yang ada.

4.2.3 Evaluasi Terhadap Kemajuan Profesi Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

(54)

72-73). Sesuai dengan pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, sebagai profesional, guru dituntut untuk aktif mengkomunikasikan berbagai pikiran dan pengalaman yang mengarah kepada pembaharuan dan perbaikan mutu pendidikan. Dalam hal ini yang perlu dilakukan oleh guru adalah mengkomunikasikan pikiran-pikiranya melalui seminar, simposium, dan sejenisnya.

Sedangkan guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang telah mampu mengkomunikasikan secara tertulis dalam bentuk jurnal profesi atau media lainnya masih sedikit jumlahnya. Menurut nara sumber, guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang mampu menulis di jurnal, seperti diungkapkannya pada verbatim baris 75-76, baru satu orang, yaitu guru matematika.

Berdasarkan analisis data kuesioner siswa, dapat diketahui bahwa kategori hasil pengukuran aspek profesi guru menunjukkan 50 sampel (100%) berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan untuk kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap profesi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Sedangkan berdasarkan analisis data kuesioner guru, dapat diketahui bahwa hasil pengukuran aspek profesi menunjukkan pada kategori rendah sejumlah 9 sampel (41%), dan kategori sangat rendah sejumlah 13 sampel (59%). Berdasarkan data tersebut maka secara umum profesi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat rendah.

(55)

program tunjangan profesi untuk memajukan profesi guru di SMP Negeri 1 Pageruyung belum tercapai. Hal ini terjadi karena para guru belum terbiasa mengkomunikasikan pemikiran-pemikirannya baik dilingkungan sekolah maupun di forum-forum ilmiah.

4.2.4 Evaluasi Terhadap Mutu Pembelajaran di SMP Negeri 1 Pageruyung

Lingkungan fisik dan suasana kelas di SMP Negeri 1 Pageruyung termasuk nyaman sebagai sarana pendukung keberhasilan pembelajaran siswa. Kenyamanan lingkungan belajar di SMP Negeri 1 Pageruyung ini, tercermin pada lengkapnya sarana dan prasarana sekolah yang menunjang belajar siswa. Nara sumber satu (S1) menggambarkan sarana prasarana yang mendukung kenyamanan belajar siswa antara lain perpustakaan dan taman-taman di dalam lingkungan SMP Negeri 1 Pageruyung (verbatim baris ke 77-78). Hal ini sesuai dengan pendapat Morrison, dkk. dalam Eko Putro (2009), yang menyatakan bahwa lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar.

(56)

Terkait dengan proses pembelajaran, guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus. Keadaan ini dibenarkan oleh nara sumber satu (S1), sebagaimana verbatim baris ke 86-87 yang menyatakan, ketika melakukan supervisi kunjungan kelas, diketahui bahwa guru-guru tersebut cara menyampaikan pelajaranya sudah runtut dan fokus. Hal ini sesuai dengan pendapat Morrison, dkk. dalam Eko Putro (2009), yang menyatakan bahwa salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah guru menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus.

Guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung ketika mengajar telah bersikap bijaksana. Sikap bijaksana guru-guru ini tercermin dari tindakan guru-guru yang cenderung lebih sabar dan tidak lagi mengedepankan kekerasan fisik dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan nara sumber satu (S1) seperti tercantum dalam verbatim baris ke 88-89, bahwa guru-guru sekarang secara umum sudah lebih baik, artinya tidak ada lagi guru sekeras atau sekasar pada masa yang lalu ketika mengajar.

(57)

pembelajaran yang bersifat riil atau autentik dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa yang disajikan oleh guru merupakan salah satu indikator adanya mutu pembelajaran.

Dalam melakukan penilaian, masih sedikit guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang telah memberikan komentar tertulis pada ulangan atau tes yang diujikan pada siswa. Terkait banyaknya guru yang belum memberikan komentar tertulis pada ulangan atau tes tersebut, nara sumber satu (S 1) menjelaskan penyebabnya seperti pada verbatim baris ke 92-93, yaitu guru-guru tersebut harus mengoreksi ulangan dalam jumlah banyak, sehingga tidak semua ulangan diberi komentar tertulis. Padahal salah satu indikator mutu pembelajaran adalah adanya penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik oleh guru.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, belum semua guru SMP Negeri 1 Pageruyung memberikan tugas kepada siswa, untuk menulis atau membaca tentang apa yang telah dipelajari siswa. Terkait dengan belum semua guru memberikan tugas menulis atau membaca kepada siswa ini, nara sumber satu (S1) menjelaskan sebagaimana verbatim baris ke 95-96, bahwa guru memberi tugas menulis atau membaca itu tergantung konteks di RPP mereka. Oleh karena itu tidak setiapkali guru mengajar, mereka harus memberi tugas tersebut. Menurut Morrison, dkk. dalam Eko Putro (2009), bahwa membaca dan menulis itu merupakan kegiatan yang esensial dalam pembelajaran.

(58)

menyampaikan alasan tentang belum banyaknya guru yang memanfaatkan sarana pembelajaran tersebut, seperti dalam verbatim baris ke 96-97, yaitu belum terpasangnya semua sarana pendukung pembelajaran tersebut di setiap ruang belajar yang ada, dengan pertimbangan keamanan. Sarana belajar seperti LCD, dipasang secara permanen hanya di laboratorium IPA, karena ruang itu telah dilengkapi dengan sarana pengamanan yang memadai. Sedangkan ruang-ruang yang lain sarana keamanannya belum memadai. Menurut Depdiknas (2004), penggunaan teknologi pembelajaran, baik untuk mengajar maupun untuk kegiatan belajar siswa merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan proses pembelajaran, karena itu guru perlu mengupayakan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

(59)

rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan program tunjangan profesi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 1 Pageruyung sudah tercapai, meskipun masih ada beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru, yaitu:

1. Dalam melakukan penilaian, belum semua guru memberikan komentar tertulis pada ulangan atau tes yang diujikan kepada siswa.

2. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, belum semua guru SMP Negeri 1 Pageruyung memberikan tugas kepada siswa, untuk menulis atau membaca tentang apa yang telah dipelajarinya.

4.2.5 Evaluasi Terhadap Pelayanan Pendidikan Bermutu di SMP Negeri 1 Pageruyung

(60)

pendidikan yang bermutu bagi siswa, diantaranya harus bertindak ibaratnya sebagai pelatih (coach) olahraga, yang lebih banyak membantu siswa dalam “permainan”, dan permainan itu adalah belajar (game of learning).

Guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung juga telah bersikap sebagai sahabat yang senantiasa siap membantu siswa memecahkan permasalahannya. Berdasarkan keterangan nara sumber satu (S1), seperti pada verbatim baris ke 104-105, bahwa selama ini guru-guru telah berkomunikasi cukup bagus sebagaimana layaknya seorang sahabat kepada siswa, meskipun mereka bukan guru Bimbingan Konseling (BK). Sikap guru sebagai sahabat tersebut seperti yang diungkapkan oleh Dedi Supriyadi (1999), bahwa guru perlu bersikap sebagai konselor yang menjadi sahabat bagi siswa, teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa.

Berkenaan dengan guru harus menjadi teladan, maka guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah mampu menjadi teladan bagi siswa-siswanya dalam kehidupan ini. Keteladanan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dinyatakan oleh nara sumber seperti dalam verbatim baris ke 105-107, bahwa siswa cenderung mencontoh gurunya dalam segala hal, misalnya penampilan guru, layanan guru dan sebagainya. Oleh karena itu, guru-guru di SMP Negeri 1 Pageruyung senantiasa memposisikan diri sebagai teladan bagi siswa-siswanya.

(61)

108-109, bahwa guru-guru selama ini memang menggunakan cara-cara terbaik, agar materi pelajaran juga dapat tersampaikan dengan baik, sehingga para siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Hal itu oleh Dedi Supriyadi (1999) dikatakan bahwa guru harus bertindak sebagai manajer belajar, yakni membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide terbaik yang dimilikinya.

Guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung juga telah belajar dari teman seprofesinya, untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Berkaitan dengan ini, nara sumber satu (S1) menjelaskan sebagaimana verbatim baris ke110-111 bahwa guru-guru belajar dari teman seprofesinya, melalui MGMP sekolah, MGMP wilayah dan MGMP kabupaten. Melalui MGMP itulah diharapkan guru bisa belajar bersama teman seprofesinya, misalnya melalui model “team teaching” (Dedi Supriyadi 1999).

Gambar

Tabel 4.1 Kategorisasi Hasil Aspek Martabat Guru
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Kategorisasi Hasil Aspek Kompetensi Guru
Tabel 4.4 Kategorisasi Hasil Aspek Kompetensi Guru
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang

обеспечивающая параллельное получение сырья животного происхождения и увеличение переваримости яблочных выжимок , а также их утилизацию ,

Dasar alasan penulis melakukan semua foto di studio secara indoor menggunakan peralatan mini studio yang cukup untuk menampung semua objek foto terutama untuk

 Tujuan utama adalah meyakinkan donatur Tujuan utama adalah meyakinkan donatur bahwa terdapat masalah yang dapat.. bahwa terdapat masalah

Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain yang berarti bahwa setiap

“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Melalui Metode Problem Solving dan Pemberian Tugas ditinjau dari Kreativitas Siswa.”(Studi Kasus Pembelajaran Fisika Pada Pokok

pengarahan dan pengawasan usaha--usaha usaha para anggota organisasi dan penggunaan para anggota organisasi dan penggunaan para anggota organisasi dan penggunaan para anggota

Berkaitan dengan proses produksi untuk mengolah kertas bekas yang telah dikumpulkan dari konsumen, terdapat dua koeisien yang berpengaruh terhadap fungsi tujuan yaitu