BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pemasaran
Dewasa ini pemasaran telah berkembang demikian pesatnya dan telah
menjadi ujung tombak bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuan. Hal ini
disebabkan karena ruang lingkup pemasaran sangat luas karena berhubungan
secara langsung dalam kegiatan mulai dari persiapan, penyediaan, bahan baku,
proses produksi, sampai pada saat akhir, yakni produk yang siap dikonsumsi oleh
konsumen. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pemasaran melibatkan
dua pihak yaitu produsen dan konsumen sebagai titik pusatnya, dan juga
pemasaran merupakan faktor penting karena menyangkut kegiatan menentukan
dan memproduksi produk maupun jasa, menetapkan harga penjualan dan pada
akhirnya konsumen siap untuk mengkonsumsinya (Reni, 2012:14).
American Marketing Association menawarkan definisi formal berikut :
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk
menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan
untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemangku kepentingannya (Kotler, 2009:5).
Kita dapat membedakan definisi sosial dengan definisi manajerial dari
pemasaran. Definisi sosial menunjukkan peran yang dimainkan pemasaran di
Maksud dari definisi sosial ini adalah sebuah proses kemasyarakatan di
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan pemasaran secara manajerial adalah pemasaran yang sering digambarkan
sebagai seni menjual produk, banyak orang terkejut ketika mendengar bahwa
menjual bukanlah bagian terpenting dari pemasaran. Menjual hanyalah ujung dari
gunung es pemasaran (Kotler, 2009:5).
Untuk dapat memahami pemasaran lebih lanjut, dengan ini akan
disampaikan beberapa konsep inti pemasaran (Kotler, 2009:12).
1.Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan
Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia. Orang membutuhkan udara,
makanan, air, pakaian dan tempat tinggal untuk dapat bertahan hidup, rekreasi,
pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan ini menjadi keinginan ketika diarahkan ke
objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Permintaan adalah
keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk
membayar. Perusahaan harus mengukur tidak hanya seberapa banyak orang yang
menginginkan produk mereka,namun juga berapa banyak orang yang mau dan
mampu membelinya.
2. Pasar sasaran, Positioning, dan Segmentasi
Setelah mengidentifikasi segmen pasar, pemasar lalu memutuskan segmen
sasarannya. Untuk setiap segmen, perusahaan mengembangkan suatu penawaran
pasar yang diposisikannya di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan
utama.
3. Penawaran dan Merek
Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi
nilai, yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada pelanggan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Penawaran dapat berupa suatu kombinasi
produk, jasa, informasi, dan pengalaman. Merek adalah suatu penawaran dari
sumber yang diketahui.
4. Nilai dan Kepuasan
Nilai mencerminkan sejumlah manfaaat, baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan oleh pelanggan. Nilai adalah
kombinasi kualitas, pelayanan,dan harga yang disebut juga “tiga elemen nilai
pelanggan”. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk
anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi.
5. Saluran Pemasaran
Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran
pemasaran. Saluran komunikasi menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli
sasaran. Pemasar menggunakan saluran distribusi untuk menggelar,menjual,atau
juga menggunakan saluran layanan untuk melakukan transaksi dengan calon
pembeli.
6. Rantai Pasokan
Adalah saluran yang lebih panjang yang membentang dari bahan mentah
hingga komponen sampai produk akhir yang dihantarkan ke pembeli akhir.
7. Persaingan
Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang
ditawarkan oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial yang mungkin
dipertimbangkan oleh seorang pembeli.
8. Lingkungan Pemasaran
Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan luas. Lingkungan
tugas mencakup para pelaku yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi
penawaran. Lingkungan luas terdiri dari enam komponen :demografis, ekonomi,
fisik, teknologi, politik-hukum, sosial budaya. Pemasar harus benar-benar
memperhatikan tren dan perkembangan dalam lingkungan-lingkungan ini dan
melakukan penyesuaian yang tepat waktu pada strategi pemasaran mereka.
2.2 Definisi Green Marketing
Green marketing merupakan topik yang banyak dibicarakan di masyarakat
pada saat ini. Semua orang berpendapat bahwa green marketing merupakan
proses dari menjual produk atau jasa dengan dasar keuntungan dari lingkungan.
Seperti produk atau jasa yang ramah lingkungan melalui cara produksi atau
kemasan. Green marketing semakin berkembang dengan bertambahnya jumlah
dari konsumen yang semakin peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, pada
green marketing ditekankan bahwa perlindungan lingkungan bukan berarti
menghilangkan kesejahteraan ekonomi, tetapi sebaliknya mendorong pemikiran
kembali tentang bagaimana mengaitkan pemasaran dengan perlindungan
lingkungan (Shaputra, 2013:2).
Green Marketing merupakan pemasaran yang menggunakan isu tentang
lingkungan sebagai strategi untuk memasarkan produk. Green Marketing dalam
perusahaan meliputi beberapa hal seperti proses produksi, proses penentuan harga,
proses promosi, dan proses distribusi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler dan
Keller (2006:93) “green marketing as the movement which is directed towards
organization production of products responsible environmentally”.
Haryadi (2009:32) menyatakan bahwa green marketing memanipulasi
empat elemen dari bauran pemasaran (produk, harga, promosi, distribusi) untuk
menjual produk dan pelayanan yang ditawarkan dari keuntungan-keuntungan
keunggulan pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari pengurangan
limbah, peningkatan efisiensi energi.
Pada green marketing tidak hanya sekedar menawarkan produk yang
ramah lingkungan kepada konsumen, akan tetapi mengenai proses produksi dan
merupakan perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu
peluang yang potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (multiplier
effect) baik pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna (Allen, 2011:2).
Definisi dari green marketing menurut American Marketing Association
adalah memasarkan produk dengan cara ramah lingkungan, termasuk
memodifikasi produk, merubah proses produksi, mengubah packaging bahkan
melakukan perubahan cara promosi. Namun, Ottman (2006:4) mengusulkan
konsep yang sedikit berbeda yaitu, Peraturan pertama pada green marketing
adalah menfokuskan pada keuntungan konsumen. Ini mungkin terjadi karena bila
konsumen melihat keuntungan dari pembelian, mereka akan tertarik untuk
melakukan pembelian lagi.
Menurut Al-Bakry (2007) dalam Sholahudin (2013:8) unsur-unsur dari
green marketing adalah sebagai berikut :
a. Green Product
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk
dilihat, dipegang, dibeli atau konsumsi.
Junaedi (2005:5) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah
produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros
sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan
kekejaman pada binatang. Green product harus mempertimbangkan aspek-aspek
lingkungan dalam siklus hidup produk sehingga dapat meminimalkan dampak
pihak agar berperan dalam pengembangan teknologi menuju produk ramah
lingkungan. Pada sektor produksi, berbagai macam cara dapat dilakukan guna
menghasilkan suatu produk yang ramah lingkungan yaitu salah satunya dengan
menggunakan konsep green product yang berkelanjutan.
Green product adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen namun tidak melanggar aturan-aturan tentang lingkungan.
Terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu produk
ramah lingkungan yaitu : (Haryadi, 2009:36)
a. Produk tidak mengandung bahan yang merusak kesehatan manusia
b. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di
pabrik,digunakan atau dibuang
c. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika
kemasannya berlebihan
d. Produk tidak melibatkan uji coba terhadap binatang (animal testing)
e. Produk bersertifikasi yang sudah pasti memenuhi kriteria tanggung jawab
pada lingkungan.
f. Menggunakan kemasan yang sederhana dan menyediakan produk isi ulang
g. Produk lebih tahan lama dan tidak mengandung racun
Pada intinya, green product adalah upaya untuk meminimalkan limbah
ketika proses produksi di samping memaksimalkan produk yang dibuat sekaligus
memenuhi syarat ramah lingkungan. Green product sendiri harus mempunyai
mengandung racun, dibuat dari bahan yang dapat di daur ulang dan memiliki
packaging yang minimalis. Kualitas produk seperti diatas masih menggunakan
energi atau sumber daya yang menghasilkan emisi saat proses pembuatan maka
dari itu, green product adalah dimana suatu produk memberikan dampak yang
sekecil mungkin dalam pengaruhnya terhadap lingkungan (Shaputra,2013:5).
Konsep yang sangat penting dalam sebuah green product adalah
meminimalisasi kekecewaan konsumen sehingga membuat konsumen mencoba
membeli green product. Produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang
lebih tinggi, yaitu lebih berhubungan dengan lingkungan dan dibanding kompetisi
di kalangan perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang jelas dan
terbuka terhadap produk yang akan dipasarkan kepada konsumen
(Shaputra,2013:5).
b. Green Price
Harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur dengan sejumlah
uang. Berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan
barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam perusahaan, harga
suatu barang atau jasa merupakan penentuan bagi permintaan pasar. Harga dapat
mempengaruhi posisi persaingan perusahaan. Keputusan tentang harga tidak
pernah boleh dilakukan secara kebetulan. Pada produk yang umum, penurunan
harga dapat menaikkan penjualan, sedangkan pada produk yang membawa citra
bergengsi, kenaikan harga akan menaikkan penjualan, karena produk dengan
Harga merupakan elemen penting, para pelangggan bersedia membayar
dengan harga premium jika ada persepsi tambahan terhadap nilai produk. Nilai
tersebut dapat disebabkan oleh kinerja, fungsi, desain bentuk yang menarik atau
kecocokan selera.
Menurut Rao dan Bergen (1992) dalam Junaedi (2005:34), harga premium
merupakan harga yang dibayarkan dan lebih besar jumlahnya di atas harga yang
sesuai dengan kebenaran nilai suatu produk yang menjadi indikator keinginan
konsumen untuk membayar.
c. Green Place
Tempat adalah bagaimana perusahaan membuat produk/jasanya tersedia
dalam jumlah dan lokasi yang tepat ketika konsumen memerlukan produk
tersebut. Tempat di sini dapat diartikan sebagai saluran distribusi yang akan
digunakan oleh perusahaan dalam mendistribusikan produknya.
Song et, al..(2001) dalam Ariawan (2005:40) menyatakan bahwa
perubahan lingkungan persaingan dan tekanan yang dihadapi oleh organisasi
maka suatu sinergi harus dibangun dengan mengkombinasikan antara perusahaan,
saluran distribusi, dan kemampuan teknik yang luwes. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pengembangan kualitas hubungan saluran merupakan hasil
yang diperoleh dari sinergi yang dibangun antara kemampuan perusahaan dan
sumber daya perusahaan dan keahlian yang mengakar konsep kesuksesan saluran
Tujuan konsep kualitas hubungan saluran distribusi adalah mengarahkan
manajemen pemasaran untuk melayani saluran pemasaran perusahaan sebagai
rekan kerja atau mitra usaha. Hal tersebut selaras dengan pendapat Narus &
Anderson (1996) dalam Ariawan (2005:40) bahwa saluran pemasaran merupakan
syarat mutlak setiap aktivitas uang ditujukan untuk memasarkan, menawarkan
produk bagi setiap perusahaan. Kualitas hubungan saluran dipandang sangat
penting dalam proses hubungan distribusi, dimana aset yang penting dalam
distribusi adalah menjaga hubungan antara supplier dan pelanggan (Webster, 1992
dalam Ariawan, 2005:41).
d. Green promotion
Promosi adalah kegiatan perusahaan untuk memperkenalkan produk dan
bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya. Apabila perlu dilakukan
dengan cara membujuk konsumen agar segera melakukan transaksi pembelian
produk.
Green Promotion adalah cara promosi berkaitan dengan bagaimana
perusahaan mengubah persepsi masyarakat tentang produk yang ramah
lingkungan. Pengecer mulai menyadari perlunya komitmen pada lingkungan
dengan melakukan promosi penggunaan kantong ramah lingkungan sebagai
kantong plastik.
Promosikan keberhasilan perusahaan dalam memproduksi produk hijaunya
karyawannya untuk menciptakan produk-produk yang selalu ramah lingkungan
Haryadi (2009:42).
2.3 Green Cosmetic
Green Cosmetic adalah kosmetik ramah lingkungan yang terbuat dari
bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan. Green Cosmetic juga
tidak membahayakan lingkungan karena proses pengerjaannya menggunakan
efisiensi energi, bahkan kemasannya dapat di daur ulang. Saat ini ada dua macam
green cosmetic yaitu natural dan organik.
a. Natural : bahan-bahan kosmetiknya menggunakan bahan alami dari alam
seperti tumbuh-tumbuhan dan mineral, tetapi dalam proses pembuatannya
masih menggunakan bahan kimia
b. Organik : bahan-bahan yang digunakan dalam kosmetiknya dikembangkan
dengan standar organik. Misalnya tumbuh-tumbuhan yang digunakan
produknya tidak disemprot pestisida dan tidak menggunakan pupuk dari
bahan kimia (www.hilo.co.id, 2014
Biasanya di balik kemasan green cosmetic terdapat tanda bahwa produk
tersebut tidak menggunakan hewan sebagai bahan percobaan (no animal testing),
jika terdapat tanda tersebut berarti tidak ada hewan yang tersiksa selama
pembuatan kosmetik tersebut. Terbuat dari bahan-bahan yang biodegradable yaitu
bisa mudah terurai dengan tanah. Mulai dari bahan untuk wadahnya hingga bahan
pembuat kosmetiknya. Untuk wadah kosmetiknya, beberapa produk sudah
kertas. Sedangkan untuk bahan pembuat kosmetik, zat kimia yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan pun sudah mulai dikurangi, menggunakan bahan-bahan
alami. Sekarang ini para produsen kosmetik berlomba-lomba mengiklankan
bahwa produknya terbuat dari bahan alami, seperti buah-buahan, bunga, biji-bijian
dan aneka tanaman. Kosmetik yang terbuat dari bahan alami bukan hanya lebih
bagus untuk tubuh, tapi juga bersahabat bagi lingkungan (www.gadis.co.id, 2014
Kini kemajuan teknologi kosmetik telah berpadu dalam bahan
alami.Namun teknologi mutakhir yang diinjeksikan ke dalam kosmetik terkadang
membawa hasil yang kontras, kandungan senyawa kimia yang semakin tinggi
dalam kosemtik merujuk pada berbagai masalah kulit. Bersamaan dengan
gencarnya produk kosmetik yang menawarkan informasi mutakhir, dunia
menyerukan suatu langkah perubahan. Pemanasan global menjadi isu bersama dan
memunculkan berbagai gerakan demi menyelamatkan lingkungan termasuk di ).
Salah satu sektor perindustrian yang sering disoroti pada kalangan
masyarakat mengenai produknya kerap hubungannya dengan keramahan
lingkungan adalah bisnis produk kosmetik. Bisnis produk kosmetik terus
berkembang setiap tahunnya serta memberikan peluang yang cukup besar
bilamana perusahaan-perusahaan lainnya ingin memasuki sektor industri ini.
Dimana menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi) dikatakan bahwa omset
penjualan kosmetik tiap bulannya mencapai Rp. 40 miliar untuk perusahaan besar
(Darmadji, 2008:1). Dengan adanya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemakaian kosmetik di Indonesia cukup besar dan seiring dengan perkembangan
dunia kecantikan. Produk kosmetik dengan kandungan kimia tinggi dari pabrik
besar dianggap tidak ramah lingkungan. Hal itu karena proses pembuatannya
mencemari alam. Dari situlah lahir varian baru yaitu green cosmetic yang
merupakan rangkaian kosmetik dan perawatan kulit ramah lingkungan.
Lebih banyak keuntungan yang kita dapat ketika menggunakan green
cosmetic, seperti produknya lebih cepat diserap oleh tubuh karena sifat
bahan-bahannya yang alami, dan biasanya tidak menimbulkan efek samping seperti
reaksi alergi. Dengan menggunakan green cosmetic kita juga bisa mengurangi
bahan kimia yang digunakan untuk kulit, dan produk dengan ramah lingkungan
ini mengandung antioksidan lebih banyak yaitu ±40%. Namun kerugiannya
adalah karena menggunakan bahan alami dan tanpa bahan pengawet sehingga
produk-produknya lebih cepat mengalami kadaluarsa.
Organisasi yang mengatur tentang kosmetik ramah lingkungan adalah
Asosiasi Produk Alami (NPA) meskipun belum diresmikan, namun sudah ada
beberapa aturan mengenai kosmetik ramah lingkungan:
1. Sebuah produk bisa menempelkan label 100% organik jika keseluruhan bahan pembuatnya sudah teruji organik atau memenuhi standar organik
Dewan Strandarisasi Organik Nasional. Bahan-bahan tersebut bisa berasal
dari flora, fauna, mineral dan termasuk produk sampingannya.
2. Sebuah produk bisa menempelkan label organik jika 95% bahan pembuatnya sudah teruji dan memenuhi standar organik. Sisanya 5 % bisa
membahayakan kesehatan atau keselamatan penggunanya atau jika
memang sudah tidak ada alternatif alami penggantinya.
3. Sebuah produk bisa menempelkan label terbuat dari bahan-bahan organik jika lebih dari 70% bahan pembuatnya sudah teruji dan melalui standar
organik.
Sebuah produk bisa menempelkan label organic hydrosols jika 70% bahan
pembuatnya berasal dari air. Air sebenarnya tidak termasuk dalam bahan organik,
namun beberapa produsen kosmetik kemudian mencampurkan air ini dengan
tanaman, misalnya bunga-bungaan dan kemudian mencantumkan bahan
pembuatnya terbuat dari air bunga-bungaan (www.hilo.co.id, 2014
Griffin (2005:5) loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku, yang
ditujukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan.
Loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit pengambilan keputusan
untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap barang atau jasa suatu
perusahaan yang dipilih. Sementara, Oliver (dalam Hurriyati, 2005:129)
menyebutkan bahwa loyalitas adalah komitmen konsumen bertahan secara
mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk
atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh ).
2.4 Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas
situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan
perubahan perilaku.
Oliver (dalam Rosa, 2008:28) loyalitas merupakan pola pembelian yang
berulang-ulang. Oleh karenanya, loyalitas menjadi hal yang sangat penting dalam
kelanjutan suatu usaha terlebih lagi bagi perusahaan yang menjual barang secara
eceran.Persaingan yang diterapkan oleh perusahaan memainkan peranan penting
dalam menciptakan konsumen yang loyal.
Loyalitas menurut Mowen dan Minor (dalam Supriyono, 2007:28) adalah
kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap yang positif terhadap suatu merek,
mempunyai komitmen terhadap merek tersebut dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang. Pernyataan yang sama berasal dari
Dharmmesta (dalam Supriyono, 2007:28) bahwa loyalitas menunjukkan
kecenderungan pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan
tingkat konsistensi yang tinggi. Salah satu implikasi yang penting adalah
bagaimana mendorong konsumen belajar atas berbagai strategi pemasaran yang
dilakukan, membuatnya puas dan setia terhadap produk perusahaan.
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu
loyalitas merek dan loyalitas toko. Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai
sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian
yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Perilaku pengulangan
pengukuran bahwa seorang konsumen itu loyal atau tidak dilihat dari frekuensi
dan konsistensi perilaku pembelian terhadap satu merek.
Seperti halnya loyalitas merek, loyalitas toko juga ditunjukkan oleh
perilaku konsisten, tetapi dalam loyalitas toko perilaku konsistennya ialah dalam
mengunjungi toko di mana konsumen bisa membeli merek produk yang
diinginkan. Jika konsumen menjadi loyal terhadap satu merek tertentu disebabkan
oleh kualitas produk yang memuaskan, dalam loyalitas toko, penyebabnya ialah
kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola dan karyawan toko (Setiadi,
2010:125).
Tjiptono (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
loyalitas konsumen yaitu:
a. Kepuasan konsumen
Merupakan pengukuran gap antara harapan dengan kenyataan yang
konsumen terima atau rasakan. Jika apa yang diterima oleh konsumen sesuai
dengan harapan atau melebihi harapan, maka pelanggan akan merasa puas atau
sangat puas. Namun, jika tidak sesuai dengan harapan, pengunjung merasa tidak
puas. Jika pelanggan puas, mereka cenderung untuk kembali bertransaksi dan
menjadi lebih loyal.
b. Kualitas produk
Salah satu faktor penting yang dapat membuat konsumen puas adalah
kepuasan konsumen. Jika kualitas produk tinggi, maka loyalitas konsumen akan
mudah diperoleh.
c. Citra
Citra suatu produk, jasa atau perusahaan tidak dapat dibeli. Citra hanya
dapat diperoleh melalui suatu yang memerlukan waktu kadang cukup lama,
namun citra dapat hilang dalam sekejap. Citra yang positif akan semakin penting
bagi suatu produk.
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Aniza Octoviani Body Shop di kalangan mahasiswa
green marketing dalam
2.6 Kerangka Konseptual
Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah
pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini
merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan
dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses
wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro,2009:52). Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel independennya adalah strategi green cosmetic yaitu
bagaimana cara yang diterapkan untuk memasarkan kosmetik hijau yaitu kosmetik
yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan kepada
para konsumen, sedangkan variabel dependennya adalah loyalitas konsumen yang
berarti kesetiaan seseorang atas kosmetik tersebut.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka kerangka konseptual
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi dan akan terjadi. Hipotesis merupakan
jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji
kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Kuncoro, 2009:59).
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, maka penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Strategi green cosmetic berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen Sariayu pada Mahasiswi