• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pemasaran

Dewasa ini pemasaran telah berkembang demikian pesatnya dan telah

menjadi ujung tombak bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuan. Hal ini

disebabkan karena ruang lingkup pemasaran sangat luas karena berhubungan

secara langsung dalam kegiatan mulai dari persiapan, penyediaan, bahan baku,

proses produksi, sampai pada saat akhir, yakni produk yang siap dikonsumsi oleh

konsumen. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pemasaran melibatkan

dua pihak yaitu produsen dan konsumen sebagai titik pusatnya, dan juga

pemasaran merupakan faktor penting karena menyangkut kegiatan menentukan

dan memproduksi produk maupun jasa, menetapkan harga penjualan dan pada

akhirnya konsumen siap untuk mengkonsumsinya (Reni, 2012:14).

American Marketing Association menawarkan definisi formal berikut :

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan

untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan

organisasi dan pemangku kepentingannya (Kotler, 2009:5).

Kita dapat membedakan definisi sosial dengan definisi manajerial dari

pemasaran. Definisi sosial menunjukkan peran yang dimainkan pemasaran di

(2)

Maksud dari definisi sosial ini adalah sebuah proses kemasyarakatan di

mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan

produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan yang dimaksud

dengan pemasaran secara manajerial adalah pemasaran yang sering digambarkan

sebagai seni menjual produk, banyak orang terkejut ketika mendengar bahwa

menjual bukanlah bagian terpenting dari pemasaran. Menjual hanyalah ujung dari

gunung es pemasaran (Kotler, 2009:5).

Untuk dapat memahami pemasaran lebih lanjut, dengan ini akan

disampaikan beberapa konsep inti pemasaran (Kotler, 2009:12).

1.Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia. Orang membutuhkan udara,

makanan, air, pakaian dan tempat tinggal untuk dapat bertahan hidup, rekreasi,

pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan ini menjadi keinginan ketika diarahkan ke

objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Permintaan adalah

keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk

membayar. Perusahaan harus mengukur tidak hanya seberapa banyak orang yang

menginginkan produk mereka,namun juga berapa banyak orang yang mau dan

mampu membelinya.

2. Pasar sasaran, Positioning, dan Segmentasi

Setelah mengidentifikasi segmen pasar, pemasar lalu memutuskan segmen

(3)

sasarannya. Untuk setiap segmen, perusahaan mengembangkan suatu penawaran

pasar yang diposisikannya di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan

utama.

3. Penawaran dan Merek

Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi

nilai, yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada pelanggan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Penawaran dapat berupa suatu kombinasi

produk, jasa, informasi, dan pengalaman. Merek adalah suatu penawaran dari

sumber yang diketahui.

4. Nilai dan Kepuasan

Nilai mencerminkan sejumlah manfaaat, baik yang berwujud maupun yang

tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan oleh pelanggan. Nilai adalah

kombinasi kualitas, pelayanan,dan harga yang disebut juga “tiga elemen nilai

pelanggan”. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk

anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi.

5. Saluran Pemasaran

Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran

pemasaran. Saluran komunikasi menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli

sasaran. Pemasar menggunakan saluran distribusi untuk menggelar,menjual,atau

(4)

juga menggunakan saluran layanan untuk melakukan transaksi dengan calon

pembeli.

6. Rantai Pasokan

Adalah saluran yang lebih panjang yang membentang dari bahan mentah

hingga komponen sampai produk akhir yang dihantarkan ke pembeli akhir.

7. Persaingan

Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang

ditawarkan oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial yang mungkin

dipertimbangkan oleh seorang pembeli.

8. Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan luas. Lingkungan

tugas mencakup para pelaku yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi

penawaran. Lingkungan luas terdiri dari enam komponen :demografis, ekonomi,

fisik, teknologi, politik-hukum, sosial budaya. Pemasar harus benar-benar

memperhatikan tren dan perkembangan dalam lingkungan-lingkungan ini dan

melakukan penyesuaian yang tepat waktu pada strategi pemasaran mereka.

2.2 Definisi Green Marketing

Green marketing merupakan topik yang banyak dibicarakan di masyarakat

pada saat ini. Semua orang berpendapat bahwa green marketing merupakan

(5)

proses dari menjual produk atau jasa dengan dasar keuntungan dari lingkungan.

Seperti produk atau jasa yang ramah lingkungan melalui cara produksi atau

kemasan. Green marketing semakin berkembang dengan bertambahnya jumlah

dari konsumen yang semakin peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, pada

green marketing ditekankan bahwa perlindungan lingkungan bukan berarti

menghilangkan kesejahteraan ekonomi, tetapi sebaliknya mendorong pemikiran

kembali tentang bagaimana mengaitkan pemasaran dengan perlindungan

lingkungan (Shaputra, 2013:2).

Green Marketing merupakan pemasaran yang menggunakan isu tentang

lingkungan sebagai strategi untuk memasarkan produk. Green Marketing dalam

perusahaan meliputi beberapa hal seperti proses produksi, proses penentuan harga,

proses promosi, dan proses distribusi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler dan

Keller (2006:93) “green marketing as the movement which is directed towards

organization production of products responsible environmentally”.

Haryadi (2009:32) menyatakan bahwa green marketing memanipulasi

empat elemen dari bauran pemasaran (produk, harga, promosi, distribusi) untuk

menjual produk dan pelayanan yang ditawarkan dari keuntungan-keuntungan

keunggulan pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari pengurangan

limbah, peningkatan efisiensi energi.

Pada green marketing tidak hanya sekedar menawarkan produk yang

ramah lingkungan kepada konsumen, akan tetapi mengenai proses produksi dan

(6)

merupakan perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu

peluang yang potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (multiplier

effect) baik pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna (Allen, 2011:2).

Definisi dari green marketing menurut American Marketing Association

adalah memasarkan produk dengan cara ramah lingkungan, termasuk

memodifikasi produk, merubah proses produksi, mengubah packaging bahkan

melakukan perubahan cara promosi. Namun, Ottman (2006:4) mengusulkan

konsep yang sedikit berbeda yaitu, Peraturan pertama pada green marketing

adalah menfokuskan pada keuntungan konsumen. Ini mungkin terjadi karena bila

konsumen melihat keuntungan dari pembelian, mereka akan tertarik untuk

melakukan pembelian lagi.

Menurut Al-Bakry (2007) dalam Sholahudin (2013:8) unsur-unsur dari

green marketing adalah sebagai berikut :

a. Green Product

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk

dilihat, dipegang, dibeli atau konsumsi.

Junaedi (2005:5) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah

produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros

sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan

kekejaman pada binatang. Green product harus mempertimbangkan aspek-aspek

lingkungan dalam siklus hidup produk sehingga dapat meminimalkan dampak

(7)

pihak agar berperan dalam pengembangan teknologi menuju produk ramah

lingkungan. Pada sektor produksi, berbagai macam cara dapat dilakukan guna

menghasilkan suatu produk yang ramah lingkungan yaitu salah satunya dengan

menggunakan konsep green product yang berkelanjutan.

Green product adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan

kebutuhan konsumen namun tidak melanggar aturan-aturan tentang lingkungan.

Terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu produk

ramah lingkungan yaitu : (Haryadi, 2009:36)

a. Produk tidak mengandung bahan yang merusak kesehatan manusia

b. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di

pabrik,digunakan atau dibuang

c. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika

kemasannya berlebihan

d. Produk tidak melibatkan uji coba terhadap binatang (animal testing)

e. Produk bersertifikasi yang sudah pasti memenuhi kriteria tanggung jawab

pada lingkungan.

f. Menggunakan kemasan yang sederhana dan menyediakan produk isi ulang

g. Produk lebih tahan lama dan tidak mengandung racun

Pada intinya, green product adalah upaya untuk meminimalkan limbah

ketika proses produksi di samping memaksimalkan produk yang dibuat sekaligus

memenuhi syarat ramah lingkungan. Green product sendiri harus mempunyai

(8)

mengandung racun, dibuat dari bahan yang dapat di daur ulang dan memiliki

packaging yang minimalis. Kualitas produk seperti diatas masih menggunakan

energi atau sumber daya yang menghasilkan emisi saat proses pembuatan maka

dari itu, green product adalah dimana suatu produk memberikan dampak yang

sekecil mungkin dalam pengaruhnya terhadap lingkungan (Shaputra,2013:5).

Konsep yang sangat penting dalam sebuah green product adalah

meminimalisasi kekecewaan konsumen sehingga membuat konsumen mencoba

membeli green product. Produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang

lebih tinggi, yaitu lebih berhubungan dengan lingkungan dan dibanding kompetisi

di kalangan perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang jelas dan

terbuka terhadap produk yang akan dipasarkan kepada konsumen

(Shaputra,2013:5).

b. Green Price

Harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur dengan sejumlah

uang. Berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan

barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam perusahaan, harga

suatu barang atau jasa merupakan penentuan bagi permintaan pasar. Harga dapat

mempengaruhi posisi persaingan perusahaan. Keputusan tentang harga tidak

pernah boleh dilakukan secara kebetulan. Pada produk yang umum, penurunan

harga dapat menaikkan penjualan, sedangkan pada produk yang membawa citra

bergengsi, kenaikan harga akan menaikkan penjualan, karena produk dengan

(9)

Harga merupakan elemen penting, para pelangggan bersedia membayar

dengan harga premium jika ada persepsi tambahan terhadap nilai produk. Nilai

tersebut dapat disebabkan oleh kinerja, fungsi, desain bentuk yang menarik atau

kecocokan selera.

Menurut Rao dan Bergen (1992) dalam Junaedi (2005:34), harga premium

merupakan harga yang dibayarkan dan lebih besar jumlahnya di atas harga yang

sesuai dengan kebenaran nilai suatu produk yang menjadi indikator keinginan

konsumen untuk membayar.

c. Green Place

Tempat adalah bagaimana perusahaan membuat produk/jasanya tersedia

dalam jumlah dan lokasi yang tepat ketika konsumen memerlukan produk

tersebut. Tempat di sini dapat diartikan sebagai saluran distribusi yang akan

digunakan oleh perusahaan dalam mendistribusikan produknya.

Song et, al..(2001) dalam Ariawan (2005:40) menyatakan bahwa

perubahan lingkungan persaingan dan tekanan yang dihadapi oleh organisasi

maka suatu sinergi harus dibangun dengan mengkombinasikan antara perusahaan,

saluran distribusi, dan kemampuan teknik yang luwes. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pengembangan kualitas hubungan saluran merupakan hasil

yang diperoleh dari sinergi yang dibangun antara kemampuan perusahaan dan

sumber daya perusahaan dan keahlian yang mengakar konsep kesuksesan saluran

(10)

Tujuan konsep kualitas hubungan saluran distribusi adalah mengarahkan

manajemen pemasaran untuk melayani saluran pemasaran perusahaan sebagai

rekan kerja atau mitra usaha. Hal tersebut selaras dengan pendapat Narus &

Anderson (1996) dalam Ariawan (2005:40) bahwa saluran pemasaran merupakan

syarat mutlak setiap aktivitas uang ditujukan untuk memasarkan, menawarkan

produk bagi setiap perusahaan. Kualitas hubungan saluran dipandang sangat

penting dalam proses hubungan distribusi, dimana aset yang penting dalam

distribusi adalah menjaga hubungan antara supplier dan pelanggan (Webster, 1992

dalam Ariawan, 2005:41).

d. Green promotion

Promosi adalah kegiatan perusahaan untuk memperkenalkan produk dan

bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya. Apabila perlu dilakukan

dengan cara membujuk konsumen agar segera melakukan transaksi pembelian

produk.

Green Promotion adalah cara promosi berkaitan dengan bagaimana

perusahaan mengubah persepsi masyarakat tentang produk yang ramah

lingkungan. Pengecer mulai menyadari perlunya komitmen pada lingkungan

dengan melakukan promosi penggunaan kantong ramah lingkungan sebagai

kantong plastik.

Promosikan keberhasilan perusahaan dalam memproduksi produk hijaunya

(11)

karyawannya untuk menciptakan produk-produk yang selalu ramah lingkungan

Haryadi (2009:42).

2.3 Green Cosmetic

Green Cosmetic adalah kosmetik ramah lingkungan yang terbuat dari

bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan. Green Cosmetic juga

tidak membahayakan lingkungan karena proses pengerjaannya menggunakan

efisiensi energi, bahkan kemasannya dapat di daur ulang. Saat ini ada dua macam

green cosmetic yaitu natural dan organik.

a. Natural : bahan-bahan kosmetiknya menggunakan bahan alami dari alam

seperti tumbuh-tumbuhan dan mineral, tetapi dalam proses pembuatannya

masih menggunakan bahan kimia

b. Organik : bahan-bahan yang digunakan dalam kosmetiknya dikembangkan

dengan standar organik. Misalnya tumbuh-tumbuhan yang digunakan

produknya tidak disemprot pestisida dan tidak menggunakan pupuk dari

bahan kimia (www.hilo.co.id, 2014

Biasanya di balik kemasan green cosmetic terdapat tanda bahwa produk

tersebut tidak menggunakan hewan sebagai bahan percobaan (no animal testing),

jika terdapat tanda tersebut berarti tidak ada hewan yang tersiksa selama

pembuatan kosmetik tersebut. Terbuat dari bahan-bahan yang biodegradable yaitu

bisa mudah terurai dengan tanah. Mulai dari bahan untuk wadahnya hingga bahan

pembuat kosmetiknya. Untuk wadah kosmetiknya, beberapa produk sudah

(12)

kertas. Sedangkan untuk bahan pembuat kosmetik, zat kimia yang berbahaya bagi

lingkungan dan kesehatan pun sudah mulai dikurangi, menggunakan bahan-bahan

alami. Sekarang ini para produsen kosmetik berlomba-lomba mengiklankan

bahwa produknya terbuat dari bahan alami, seperti buah-buahan, bunga, biji-bijian

dan aneka tanaman. Kosmetik yang terbuat dari bahan alami bukan hanya lebih

bagus untuk tubuh, tapi juga bersahabat bagi lingkungan (www.gadis.co.id, 2014

Kini kemajuan teknologi kosmetik telah berpadu dalam bahan

alami.Namun teknologi mutakhir yang diinjeksikan ke dalam kosmetik terkadang

membawa hasil yang kontras, kandungan senyawa kimia yang semakin tinggi

dalam kosemtik merujuk pada berbagai masalah kulit. Bersamaan dengan

gencarnya produk kosmetik yang menawarkan informasi mutakhir, dunia

menyerukan suatu langkah perubahan. Pemanasan global menjadi isu bersama dan

memunculkan berbagai gerakan demi menyelamatkan lingkungan termasuk di ).

Salah satu sektor perindustrian yang sering disoroti pada kalangan

masyarakat mengenai produknya kerap hubungannya dengan keramahan

lingkungan adalah bisnis produk kosmetik. Bisnis produk kosmetik terus

berkembang setiap tahunnya serta memberikan peluang yang cukup besar

bilamana perusahaan-perusahaan lainnya ingin memasuki sektor industri ini.

Dimana menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi) dikatakan bahwa omset

penjualan kosmetik tiap bulannya mencapai Rp. 40 miliar untuk perusahaan besar

(Darmadji, 2008:1). Dengan adanya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemakaian kosmetik di Indonesia cukup besar dan seiring dengan perkembangan

(13)

dunia kecantikan. Produk kosmetik dengan kandungan kimia tinggi dari pabrik

besar dianggap tidak ramah lingkungan. Hal itu karena proses pembuatannya

mencemari alam. Dari situlah lahir varian baru yaitu green cosmetic yang

merupakan rangkaian kosmetik dan perawatan kulit ramah lingkungan.

Lebih banyak keuntungan yang kita dapat ketika menggunakan green

cosmetic, seperti produknya lebih cepat diserap oleh tubuh karena sifat

bahan-bahannya yang alami, dan biasanya tidak menimbulkan efek samping seperti

reaksi alergi. Dengan menggunakan green cosmetic kita juga bisa mengurangi

bahan kimia yang digunakan untuk kulit, dan produk dengan ramah lingkungan

ini mengandung antioksidan lebih banyak yaitu ±40%. Namun kerugiannya

adalah karena menggunakan bahan alami dan tanpa bahan pengawet sehingga

produk-produknya lebih cepat mengalami kadaluarsa.

Organisasi yang mengatur tentang kosmetik ramah lingkungan adalah

Asosiasi Produk Alami (NPA) meskipun belum diresmikan, namun sudah ada

beberapa aturan mengenai kosmetik ramah lingkungan:

1. Sebuah produk bisa menempelkan label 100% organik jika keseluruhan bahan pembuatnya sudah teruji organik atau memenuhi standar organik

Dewan Strandarisasi Organik Nasional. Bahan-bahan tersebut bisa berasal

dari flora, fauna, mineral dan termasuk produk sampingannya.

2. Sebuah produk bisa menempelkan label organik jika 95% bahan pembuatnya sudah teruji dan memenuhi standar organik. Sisanya 5 % bisa

(14)

membahayakan kesehatan atau keselamatan penggunanya atau jika

memang sudah tidak ada alternatif alami penggantinya.

3. Sebuah produk bisa menempelkan label terbuat dari bahan-bahan organik jika lebih dari 70% bahan pembuatnya sudah teruji dan melalui standar

organik.

Sebuah produk bisa menempelkan label organic hydrosols jika 70% bahan

pembuatnya berasal dari air. Air sebenarnya tidak termasuk dalam bahan organik,

namun beberapa produsen kosmetik kemudian mencampurkan air ini dengan

tanaman, misalnya bunga-bungaan dan kemudian mencantumkan bahan

pembuatnya terbuat dari air bunga-bungaan (www.hilo.co.id, 2014

Griffin (2005:5) loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku, yang

ditujukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan.

Loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit pengambilan keputusan

untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap barang atau jasa suatu

perusahaan yang dipilih. Sementara, Oliver (dalam Hurriyati, 2005:129)

menyebutkan bahwa loyalitas adalah komitmen konsumen bertahan secara

mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk

atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh ).

2.4 Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas

(15)

situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan

perubahan perilaku.

Oliver (dalam Rosa, 2008:28) loyalitas merupakan pola pembelian yang

berulang-ulang. Oleh karenanya, loyalitas menjadi hal yang sangat penting dalam

kelanjutan suatu usaha terlebih lagi bagi perusahaan yang menjual barang secara

eceran.Persaingan yang diterapkan oleh perusahaan memainkan peranan penting

dalam menciptakan konsumen yang loyal.

Loyalitas menurut Mowen dan Minor (dalam Supriyono, 2007:28) adalah

kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap yang positif terhadap suatu merek,

mempunyai komitmen terhadap merek tersebut dan bermaksud meneruskan

pembeliannya di masa mendatang. Pernyataan yang sama berasal dari

Dharmmesta (dalam Supriyono, 2007:28) bahwa loyalitas menunjukkan

kecenderungan pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan

tingkat konsistensi yang tinggi. Salah satu implikasi yang penting adalah

bagaimana mendorong konsumen belajar atas berbagai strategi pemasaran yang

dilakukan, membuatnya puas dan setia terhadap produk perusahaan.

Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu

loyalitas merek dan loyalitas toko. Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai

sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian

yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Perilaku pengulangan

(16)

pengukuran bahwa seorang konsumen itu loyal atau tidak dilihat dari frekuensi

dan konsistensi perilaku pembelian terhadap satu merek.

Seperti halnya loyalitas merek, loyalitas toko juga ditunjukkan oleh

perilaku konsisten, tetapi dalam loyalitas toko perilaku konsistennya ialah dalam

mengunjungi toko di mana konsumen bisa membeli merek produk yang

diinginkan. Jika konsumen menjadi loyal terhadap satu merek tertentu disebabkan

oleh kualitas produk yang memuaskan, dalam loyalitas toko, penyebabnya ialah

kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola dan karyawan toko (Setiadi,

2010:125).

Tjiptono (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

loyalitas konsumen yaitu:

a. Kepuasan konsumen

Merupakan pengukuran gap antara harapan dengan kenyataan yang

konsumen terima atau rasakan. Jika apa yang diterima oleh konsumen sesuai

dengan harapan atau melebihi harapan, maka pelanggan akan merasa puas atau

sangat puas. Namun, jika tidak sesuai dengan harapan, pengunjung merasa tidak

puas. Jika pelanggan puas, mereka cenderung untuk kembali bertransaksi dan

menjadi lebih loyal.

b. Kualitas produk

Salah satu faktor penting yang dapat membuat konsumen puas adalah

(17)

kepuasan konsumen. Jika kualitas produk tinggi, maka loyalitas konsumen akan

mudah diperoleh.

c. Citra

Citra suatu produk, jasa atau perusahaan tidak dapat dibeli. Citra hanya

dapat diperoleh melalui suatu yang memerlukan waktu kadang cukup lama,

namun citra dapat hilang dalam sekejap. Citra yang positif akan semakin penting

bagi suatu produk.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Aniza Octoviani Body Shop di kalangan mahasiswa

green marketing dalam

(18)

2.6 Kerangka Konseptual

Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah

pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini

merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan

dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses

wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro,2009:52). Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel independennya adalah strategi green cosmetic yaitu

bagaimana cara yang diterapkan untuk memasarkan kosmetik hijau yaitu kosmetik

yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan kepada

para konsumen, sedangkan variabel dependennya adalah loyalitas konsumen yang

berarti kesetiaan seseorang atas kosmetik tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka kerangka konseptual

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,

atau keadaan tertentu yang telah terjadi dan akan terjadi. Hipotesis merupakan

jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji

kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Kuncoro, 2009:59).

(19)

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, maka penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Strategi green cosmetic berpengaruh

positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen Sariayu pada Mahasiswi

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Deflasi di Kota Tanjung terjadi karena adanya penurunan indeks harga secara umum yang ditunjukkan pada kelompok Bahan Makanan sebesar 3,86 persen, kelompok

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui secara simultan atau parsial pengaruh yang signifikan dari bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati

Implementasi Integrated Marketing Communication dalam Meningkatkan Jumlah Penonton pada Event Developmental Basketball League PT. DBL Indonesia

Untuk mendapatkan tanaman kelapa dengan keunggulan karakter cepat berbuah, produksi buah tinggi dan pertambahan tinggi batang lambat dapat dilakukan melalui persilangan buatan

Hasil analisis terhadap histologi tubulus seminiferus tikus putih dewasa yang diberi suplemen jus buah naga putih dan induksi siproteron asetat disajikan pada Tabel 1.. Rerata

Untuk ibu hamil dengan status gizi ibu hamil yang tidak berisiko KEK sebanyak 35 ibu hamil atau (34,4 %) tidak mengalami BBLR, sedangkan status gizi ibu hamil dengan berisiko

kesempatan- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT, DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria

Dalam pencapaian atau tolak ukur profesionalisme guru sudah di bahas dan di kaji pada bab 2 yang mana terdapat kompetensi dan indikator guru profesionalisme, di UPTSP SMP Negeri