BIOMEKANIKA
6623
–
TAUFIQUR RACHMAN
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
TKT207
|
ERGONOMI DAN
PERANCANGAN
KEMAMPUAN AKHIR YANG
DIHARAPKAN
•
Mampu merancang sistem kerja yang ergonomis
berdasarkan biomekanika.
INDIKATOR PENILAIAN
•
Ketepatan dalam merancang sistem kerja yang
BIOMEKANIKA
…(1/2)
•
Merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi.
•
Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi
hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik
manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia
ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja
tersebut.
BIOMEKANIKA
…(2/2
)
•
Menurut biomekanika_teaching.htm (2008:1):
–
Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu dari bidang
ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan
bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan
mekanik yang disebut gaya. Mekanika merupakan cabang
ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.
STUDI BIOMEKANIKA
•
Dapat diterapkan pada:
–
Perancangan kembali pekerjaan yang sudah
ada,
–
Evaluasi pekerjaan,
–
Penyaringan pegawai,
–
Tugas-tugas penanganan manual,
–
Pembebanan statis, dan
PRINSIP BIOMEKANIKA
1)
Kurangi berat benda yang ditangani.
2)
Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat.
3)
Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4)
Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5)
Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6)
Kurangi frekuensi pemindahan.
7)
Berikan waktu istirahat.
8)
Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
9)
Rancang
container
agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
DASAR PERANCANGAN BIOMEKANIKA
A. MEMILIH INDIVIDU
1)
Jangan memilih yang stereotif
2)
Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian
B.
TEKNIK MENGAJAR
3)
Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas (
free style
)”
4)
Jangan tergelincir
5)
Jangan bertindak bodoh
6)
Jangan melintir (
twist
) ketika bergerak
C.
MERANCANG KERJA
7)
Letakan beban yang kompak
container
8)
Jangan meletakkan beban di atas lantai
9)
Genggamlah dengan baik
KETERANGAN A.1) & A.2)
A.1) Jangan memilih yang stereotipe.
–
Pemilihan
berdasarkan
keserupaan
merupakan
diskriminasi. Variabilitas individu yang besar meskipun
dalam suatu populasi. Pengaruh umur terhadap
kapabilitas tidak sebesar pengaruh suseptibilitas
terhadap sakit (
injury
). Rata-rata wanita memindahkan
60% dibandingkan rata-rata pria.
A.2) Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian.
KETERANGAN B.3) S/D B.6)
B.3) Gunakan pemindahan dengan
“
gaya bebas
”
(
free style
).
–
Pemindahan
squat
membutuhkan energi lebih, otot kaki
yang lebih kuat dan jarang digunakan,
squat
baik untuk
beban yang berat dan kelompok.
B.4) Jangan tergelincir.
–
Jaga agar kaki terpisah, kaki yang berlawanan did depan
jika berputar, gunakan alas kaki anti-gelincir.
B.5) Jangan bertindak bodoh.
–
Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu
lambat.
B.6) Jangan melintir (
twist
) ketika bergerak.
KETERANGAN C.7) S/D C.11)
C.7) Letakan beban yang kompak
container
.
–
Pemegangan adalah hal yang utama. Kontainer yang sulit ditangani membuat
aspek biomekanika menjadi buruk dan menghalangi pandangan.
C.8) Jangan meletakkan beban di atas lantai.
–
Biomekanika menjasi buruk saat mengangkat maupun menaruh, ditambah
ekstra metabolisme untuk gerakan tubuh. Setinggi lutut yang terbaik.
C.9) Genggamlah dengan baik.
–
Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan memegang pada
bagian yang tajam.
C.10) Pertahankan beban dekat dengan beban.
–
Berguna untuk meniminasi torsi. Jangan menggunakan baju yang dapat
menyangkut pada beban.
C.11) Jangan memindahkan barang di atas bahu.
FATIGUE
(KELELAHAN)
…(1/2)
•
Fatigue
adalah suatu kelelahan yang terjadi pada
syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya.
•
Semakin berat beban yang dikerjakan dan gerakan
semakin tidak teratur, maka timbulnya
fatigue
lebih
cepat.
FATIGUE
(KELELAHAN)
…(2/2)
•
Menurut Barnes,
fatigue
dapat dilihat dari tiga hal, yaitu:
1) Perasaan lelah,
2) Perubahan fisiologis tubuh,
3) Menurunnya kemampuan kerja.
•
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fatigue
adalah:
1) Tenaga yang dikeluarkan,
2) Frekuensi dan lamanya bekerja,
3) Cara dan sikap melakukan aktivitas,
4) Jenis olahraga,
RWL (
Recommended Weight Limit
)
•
Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH) mengidentifikasi adanya masalah
back injuries
yang
dipublikasikan dalam
The Work Practices Guide for Manual Lifting
(Henry, et al, 1993).
•
Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada punggung
manusia.
•
Salah satu metode NIOSH adalah RWL yang ditetapkan pada tahun
1991 di Amerika Serikat.
•
Metode RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban
yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun
pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalam jangka waktu
yang lama.
•
Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak
PERSAMAAN RWL
•
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk
diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah
sebagai berikut (Waters, et al, 1993):
𝑹𝑾𝑳 = 𝑳𝑪 × 𝑯𝑴 × 𝑽𝑴 × 𝑫𝑴 × 𝑨𝑴 × 𝑭𝑴 × 𝑪𝑴
•
Keterangan:
–
LC : (
Lifting Constanta
) konstanta pembebanan = 23 kg
–
HM : (
Horizontal Multiplier
) faktor pengali horizontal = 25/H
–
VM : (
Vertical Multiplier
) faktor pengali vertikal
= 1 − 0,003 𝑉 − 75
•
VM untuk orang Indonesia
= 1 − 0,00326 𝑉 − 69
–
DM : (
Distance Multiplier
) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
–
AM : (
Asymentric Multiplier
) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032(°)
–
FM : (
Frequency Multiplier
) faktor pengali frekuensi
CATATAN PERSAMAAN RWL
•
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik
pusat tubuh.
•
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
•
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai
tujuan
•
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
•
Persamaan RWL dari NIOSH berlaku pada keadaan (Waters, et al, 1994):
1) Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan
ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2) Beban diangkat dengan kedua tangan.
3) Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu
maksimal 8 jam.
4) Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk
atau berlutut.
Tabel CM (
Coupling Multiplier
)
Coupling
Type
V < 30
inchies
(75 cm)
V > 30
inchies
(75 cm)
Good
1,00
1,00
Fair
0,95
1,00
Tabel Frekuensi
Multiplier
...(1/2)
Frekuensi
Lifts/min
≤ 1 jam
≤ 2 jam
≤ 8 jam
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
0,2
1,00
1,00
0,95
0,95
0,85
0,85
0,5
0,97
0,97
0,92
0,92
0,81
0,81
1
0,94
0,94
0,88
0,88
0,75
0,75
2
0,91
0,91
0,84
0,84
0,65
0,65
3
0,88
0,88
0,79
0,79
0,55
0,55
4
0,84
0,84
0,72
0,72
0,45
0,45
5
0,80
0,80
0,60
0,60
0,35
0,35
6
0,75
0,75
0,50
0,50
0,27
0,27
Tabel Frekuensi
Multiplier
...(2/2)
Frekuensi
Lifts/min
≤ 1 jam
≤ 2 jam
≤ 8 jam
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
8
0,60
0,60
0,35
0,35
0,18
0,18
9
0,52
0,52
0,30
0,30
0,00
0,15
10
0,45
0,45
0,26
0,26
0,00
0,13
11
0,41
0,41
0,00
0,23
0,00
0,00
12
0,37
0,37
0,00
0,21
0,00
0,00
13
0,00
0,34
0,00
0,00
0,00
0,00
14
0,00
0,31
0,00
0,00
0,00
0,00
15
0,00
0,28
0,00
0,00
0,00
0,00
PERHITUNGAN RWL & LI
•
Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi
kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu:
a)
Kondisi awal pengangkatan (
origin
)
b)
Kondisi akhir pengangkatan (
destination
)
•
Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL
yang paling kecil.
•
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan
Lifting Index
(LI),
untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko
cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan:
𝑳𝑰 =
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏
𝑹𝑾𝑳
•
Jika LI > 1, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
ANALISIS METODE REBA
•
Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett
memperkenalkan metode
Rapid Entery Body
Assesment
(REBA).
•
Metode tersebut dapat digunakan secara cepat
untuk menilai postur seorang pekerja.
•
Input yang digunakan dalam metode REBA
adalah pengambilan data postur pekerja
menggunakan
handycam
, penentuan sudut pada
PROSES METODE REBA
Mulai
Merekam postur dengan
handycam
Menentukan sudut pada
postur pekerja
Menentukan berat badan,
coupling
& aktivitas
Perhitungan skor REBA
berdasarkan tabel REBA
Mengelompokkan ke
action level
metode REBA
PROSES #1
•
Merekam postur dengan
handycam
(Pengambilan data
postur kerja dengan menggunakan foto atau video).
–
Dengan melakukan perekaman atau pemotretan
postur tubuh pekerja, maka dapat diperoleh
gambaran sikap pekerja dan leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci.
PROSES #2
•
Menentukan sudut pada postur pekerja (Penentuan sudut-sudut dari bagian
tubuh pekerja).
–
Setelah hasil rekaman ataupun foto postur pekerja diperoleh, kemudian
dilakukan perhitungan terhadap besar sudut dari masing-masing segmen
tubuh yaitu punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan kaki.
–
Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B.
–
Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki.
–
Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan.
–
Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui
skornya.
TABEL SKOR PERGERAKAN PUNGGUNG
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
Tegak/ Alamiah
1
+1 jika memutar
atau miring ke
samping
0° - 20° flexion
2
0° - 20° extention
20° - 60° flexion
3
>20° extention
TABEL SKOR PERGERAKAN LEHER
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0° - 20° flexion
1
+1 jika memutar
atau miring ke
samping
>20° extention atau
TABEL SKOR PERGERAKAN KAKI
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
Kaki tertopang, bobot
tersebar merata, jalan
atau duduk
1
•
+1 jika lutut
antara 30° dan
60° flexion.
•
+2 jika lutut
lebih dari 60°
flexion
(tidak
ketika duduk).
Kaki tidak tertopang,
bobot tidak tersebar
merata/postur tidak
stabil
TABEL SKOR PERGERAKAN LENGAN ATAS
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
20° extention sampai
20° flexion
1
•
+1
jika
posisi
lengan:
•
abducted
•
rotated
.
•
+1
jika
bahu
ditinggikan.
•
+1 jika bersandar,
bobot
lengan
ditopang
atau
sesuai gravitasi
>20° extention
20° - 45° flexion
2
45° - 90° flexion
3
TABEL SKOR PERGERAKAN
LENGAN BAWAH
Pergerakan
Skor
60° - 100° flexion
1
TABEL SKOR PERGERAKAN
PERGELANGAN TANGAN
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0° - 15° flexion atau
extention
1
+1 jika
pergelangan
tangan
menyimpang atau
berputar
>15° flexion atau
PROSES #3
•
Menentukan berat badan,
coupling
dan aktivitas
(Penentuan berat benda yang diangkat,
coupling
dan
aktifitas pekerja).
–
Berikut adalah skor untuk faktor berat benda yang
diangkat,
coupling
dan aktivitas pekerja:
Tabel Skor Berat Beban Yang Diangkat
0
1
2
+1
<5 kg
5
–
10 kg >10 kg
Penambahan beban
yangtiba-tiba atau secara
TABEL SKOR
COUPLING
0 (Good)
Pegangan pas dan tepat di tengah,
genggaman kuat
1 (Fair)
Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak
ideal atau
coupling
lebih sesuai digunakan
oleh bagian lain dari tubuh
2 (Poor)
Pegangan tangan tidak bisa diterima
walaupun memungkinkan
+1(Un-acceptable)
TABEL
ACTIVITY SCORE
+1
Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan
lebih dari 1 menit
+1
Jika pengulangan gerakan dalam waktu
singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit
(tidak termasuk berjalan)
+1
PROSES #4
•
Perhitungan skor REBA berdasarkan tabel
REBA (Perhitungan nilai REBA untuk postur
yang bersangkutan).
–
Terdapat 3 tabel untuk menentukan skor
REBA:
•
Tabel A
•
Tabel B
TABEL
AL
UR METODE RE
TABEL LEVEL RISIKO & TINDAKAN
Action
Level
Skor
REBA
Level
Risiko
Tindakan
Perbaikan
0
1
Bisa diabaikan
Tidak perlu
1
2
–
3
Rendah
Mungkin perlu
2
4
–
7
Sedang
Perlu
ANALISIS METODE RULA
•
Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) yang merupakan metode cepat penilaian postur
tubuh bagian atas.
•
Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan
bawah, punggung, dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang
dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan.
•
Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan
seperti resiko pada pekerjaan yang berhubungan dengan
upper limb
disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang
berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan
dan kerja statis yang berulang).
•
Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:
1)
Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(1/7)
1. Lengan Atas
TABEL SKOR LENGAN ATAS
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
Untuk 20° extention
hingga 20° flexion
+1
•
+1 jika
pundak/bahu
ditinggikan
•
+1 jika lengan
atas
abducted
•
–
1 jika operator
bersandar atau
bobot lengan
ditopang
extention lebih dari
20° atau 20° - 45°
flexion
+2
45° - 90° flexion
+3
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(2/7)
2. Lengan Bawah
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari
penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut yaitu:
TABEL SKOR LENGAN BAWAH
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
60° - 100° flexion
+1
+1 jika lengan
bekerja melintasi
garis tengah badan
atau keluar dari
sisi
Kurang dari 60° atau
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(3/7)
3. Pergelangan Tangan
Panduan untuk
pergelangan tangan
dikembangkan dari
penelitian
Health and
Safety Executive,
digunakan untuk
menghasilkan skor
postur sebagai
berikut:
TABEL SKOR
PERGELANGAN TANGAN
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
Berada pada posisi
netral
+1
+1 jika
pergelangan
tangan
menyimpang atau
berputar
0° - 15° flexion
maupun extention
+2
15° atau lebih flexion
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(4/7)
4. Putaran Pergerakan Tangan (PPT)
Putaran pergerakan tangan (
pronation
dan
supination
) yang
dikeluarkan oleh
Health and Safety Executive
pada postur
netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:
Tabel Skor Putaran Pergerakan Tangan
Pergerakan
Skor
Pergelangan tangan berada pada rentang
menengah putaran
+1
Jika pergelangan tangan pada atau hampir
TABEL GRUP A
…(1/2)
Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan Tangan
1
2
3
4
PPT
PPT
PPT
PPT
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
2
1
2
3
3
3
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
5
5
3
1
3
3
4
4
4
4
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
TABEL GRUP A
…(1/2)
Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan Tangan
1
2
3
4
PPT
PPT
PPT
PPT
1
2
1
2
1
2
1
2
4
1
4
4
4
4
4
5
5
5
2
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
5
5
5
6
6
5
1
5
5
5
5
5
6
6
7
2
5
6
6
6
6
7
7
7
3
6
6
6
7
7
7
7
8
6
1
7
7
7
7
7
8
8
9
2
8
8
8
8
8
9
9
9
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(5/7)
5. Otot
Tabel Otot
Pergerakan
Skor
Postur statis, berlangsung selama 10
menit atau lebih
+1
Gerakan berulang 4 kali atau lebih
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(6/7)
5. Beban
Tabel Beban
Pergerakan
Skor
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A
…(7/7)
Skor A (Hasil dari Tabel A)
Skor penggunaan otot grup A
Skor tenaga (beban) grup A
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B
…(
1/6)
1. Leher
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan
pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et
al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
TABEL SKOR LEHER
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0° - 10° flexion
+1
+1 jika leher
diputar atau posisi
miring,
dibengkokkan ke
kanan atau kiri.
10° - 20° flexion
+2
20° atau lebih flexion
+3
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B
…(
2/6)
2. Punggung
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy,
Grandjean dan Grandjean et al:
TABEL SKOR PUNGGUNG
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
Duduk dan ditopang
dengan baik dengan
sudut paha tubuh 90°
atau lebih
+1
•
+1 jika tubuh
diputar
•
+1 jika tubuh
miring
kesamping
0° - 20° flexion
+2
20° - 60° flexion
+3
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B
…(3/6)
3. Kaki
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan
sebagai berikut:
Tabel Skor Kaki
Pergerakan
Skor
Kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
+1
Berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki
dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.
+1
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar
TABEL GRUP B
…(1/2)
Leher
Punggung
1
2
3
4
5
6
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B
…(4/6)
4. Otot
Tabel Skor Otot
Pergerakan
Skor
Postur statis, berlangsung selama 10
menit atau lebih
+1
Gerakan berulang 4 kali atau lebih
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B
…(5/6)
5. Beban
Tabel Skor Beban
Pergerakan
Skor
Beban < 2 kg, intermiten
0
Beban 2-10 kg, intermiten
+1
Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
+2
Beban >10 kg, refetitif atau dengan
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B
…(6/6)
Skor B (Hasil dari Tabel B)
Skor penggunaan otot grup B
Skor tenaga (beban) grup B
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
Skor
C
Skor
D
Grand Skor
TABEL
GRAND SCORE
Skor D
1
2
3
4
5
6
7+
Skor
C
1
1
2
3
3
4
5
5
2
2
2
3
4
4
5
5
3
3
3
3
4
4
5
6
4
3
3
3
4
5
6
6
5
4
4
4
5
6
7
7
6
4
4
5
6
6
7
7
7
5
5
6
6
7
7
7
AL
UR METODE
TABEL
ACTIVITY SCORE
Action
Level
Skor
RULA
Tindakan
1
1 atau 2
Bisa diterima jika tidak dipertahankan atau
tidak berulang dalam periode yang lama
2
3 atau 4
Diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-perubahan
3
5 atau 6
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera
dilakukan
4
7
Kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan
dan perubahan diperlukan dengan segera
CATATAN METODE RULA
•
Metode RULA memiliki keterbatasan dalam pengukurannya,
diantaranya (Corlett,1998):
a)
Tangan: metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan
menggenggam, meluruskan, memutar, memerlukan tekanan
pada telapak tangan.
b)
Tempat kerja: metode ini tidak mengukur antropometri
tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya postur
janggal.
c)
Ketidaknyamanan: metode ini tidak mengukur derajat
ketidaknyamanan akibat dimensi fisik tempat kerja.