• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses transpirasi pada tanaman kedelai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses transpirasi pada tanaman kedelai"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

rkerPENGARUH FAKTOR INTERNAL dan EKSTERNAL TERHADAP LAJU TRANSPIRASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan. Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996). Transpirasi secara langsung dipengaruhi oleh fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan menyediakan substrat yang dibutuhkan dalam proses transpirasi (Smith & Dukes, 2012). Substrat utama untuk transpirasi adalah karbohidrat larut yang dihasilkan dalam proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan juga menghasilkan energi yang digunakan untuk pertumbuhan, pengurangan nitrat dalam akar dan daun, fiksasi-simbiosis N2, serapan hara dalam tanah dan lainnya (Wright et al,2005). Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme regulasi dan adaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal tubuhnya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh (turgiditas sel/ jaringan), penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan (Campbell et al, 2005).Laju transpirasi tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan juga ineternal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap laju transpirasi meluputi kelembaban udara, suhu, kecepatan angin, cahaya, tekanan udara, ketersediaan air tanah , dan debu. Untuk faktor internal seperti stomata yang meliputi jumlah per satuan luas, letak stomata (permukaan bawah atau atas daun, timbul/tenggelam), dan waktu bukaan stomata. Fator internal lainnya yaitu daun yang meliputi berbulu/tidak, warna daun(kandungan klorofil daun), posisinya menghadap matahari secara langsung atau tidak.

(2)

arus yang didapat harus dipertimbangkan.Arus tersebut kemudian diatur oleh sebuah parameter percepatan laju.Dan suatu parameter transpirasi beserta pengaruhnya dapat dijadikan sebagai hitungan. Sehingga akan didapat sebuah nilai yang mana dapat menjadi solusi untuk hal – hal semacam itu. Sehingga dapat diketahui apakah tanspirasi memiliki pengaruh atau bahkan tidak dapat memberikan pengaruh sama sekali ( Weidman et al, 2006 ).Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut, misalnya dalam mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun ( Lakitan, 1993 ). Salah satu faktor internal tranpirasi adalah stomata. Stomata sendiri merupakan lubang kecil yang berada di permukaan daun yang letaknya diapit oleh 2 sel penjaga daun sebagai tempat difusi gas dan uap air. Stomata pada daun sebagian besar terletak di bagian bawah daun pada permukaan daun. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap air dari daun menguap dari permukaan dinding epidermis bagian dalam yang basah dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga di bawah stomata dan hilang ke udara melalui pori-pori stomata itu juga didapat pada tanaman yang cukup air dengan stomata terbuka (Sugito, 1944). Mekanisme membuka atau menutupnya stomata diatur oleh perubahan turgor sel penutup dari stomata. Sel penutup adalah sel epidermis pada permukaan lamina daun bagian bawah yang membentuk celah/lubang, dan perubahan bentuk sel inilah yang menjadikan stomata dapat membuka/menutup. Berbeda dengan sel epidermis yang lain, sel penutup mengandung kloroplas, fosfat anorganik, enzim fosfarilasi, dan lain-lain. Dinding sel pada bagian celah lebih tebal disbanding dinding sel pada bagian yang berbatasan dengan sel-sel tetangga (Soedarsono, 1997).

(3)

menyatakan bahwa padi varietas Gajahmungkur yang memiliki kerapatan stomata yang lebih rendah akan memiliki kemampuan untuk tahan terhadap kekeringan. Menurut pernyataan Pugnaire dan Pardos (1999) dalam Lestari (2006) menyatakan bahwa adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan antara lain dengan modifikasi daun yaitu mengurangi luas daun Walaupun stomata lebih banyak terdapat pada bagian bawah epidermis daripada bagian atas epidermis, kadang-kadang stomata yang terdapat pada bagian atas epidermis lebih banyak dibandingkan daripada jumlah stomata terbuka dari bagian bawah epidermis. Dalam kondisi cukup air, stomata terbuka dalam keadaan terang dan tertutup dalam keadaan gelap. Lebih sedikit jumlah stomata yang terbuka pada intensitas cahaya rendah dibanding jumlah stomata yang yang terbuka pada intensitas cahaya tinggi dan bahkan pada intensitas cahaya normal, sama halnya dengan kelengasan air tanah (Pallas et al., 1967).

(4)

atau membuka lebih lebar, tergantung pada spesis atau faktor lain. Stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan (dalam batas tertentu) dan peningkatan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban sehingga transpirasi meningkat dan akan mempengaruhi bukaan stomata ( Nasaruddin dkk, 2006).

Stomata ditemukan dalam berbagai bentuk, tetapi gerakan dasarnya sama. Stomata membuka ketika air berdifusi secara osmosis ke dalam sel penjaga dan sel epidermis sekitarnya, yaitu sel yang mungkin tidak terdeferensiasi atau terspesialisasi. Tekanan turgor yang meningkat di sel penjaga menyebabkan sel membengkak dan stomata membuka. Potensial osmotik terjadi karena beberapa mekanisme pompa aktif dari ion potasium (disertai klorid atau asam organik), sintesis gula atau asam organik di sel penjaga, atau hidrolisis untuk membentuk gula (Bidwell, 1979).

Air merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi pada tumbuhan. Besar kecilnya kandungan air dalam suatu tanaman akan memacu proses pembukaan dan penutupan stomata.Cekaman kekeringan adalah ancaman dalam penurunan air tanah, berpotensi menyebabkan tanaman menurunkan tekanan osmotiknya, terhalangnya pelarutan karbohidrat serta prolin, dan dengan kata lain pelaksanaan terjadinya osmosis (Martinet al, 1993 cit Keyvan, 2010). Oleh karena itu regulasi osmotis akanmembantu perkembangan sel dan pertumbuhan tanaman di kondisi cekaman kekeringan (Pessarkli, 1999 cit Keyvan, 2010). Peranan akumulasi proline secara fisiologis adalah tidak stabilnya kandungan daun proline berkonsentrasi serta tidak cukup untuk mempengaruhi potensial osmotic ( Barker,Sullivan, and Moser, 1993).

Peranan air dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu (Jackson, 1977):

1. Air merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma. Kandungan air yang tinggi aktivitas fisiologis tinggi sedang kandungan air rendah aktivitas fisiologisnya rendah

2. Air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses fotosintesis.

(5)

4. Air digunakan untuk memelihara tekanan turgor.

5. Sebagai pendorong proses respirasi, sehingga penyediaan tenaga meningkat dan tenaga ini digunakan untuk pertumbuhan.

6. Secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman.

Menurut Bayer (1976) kelembaban nisbi adalah perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual (ea), maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap air jenuh (es), sehingga RH dapat dinyatakan dalam persen (%) sebagai berikut :

RH =

ea

es

× 100%

Tanaman yang cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktivitas fotosisntesis, aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman. Kekurangan air sangat berdampak pada pertumbuhan tanaman budidaya walaupun tidak mengurangi jumlah bibit yang diproduksi tetapi mengurangi berat dan kemampuan biji untuk tumbuh, mengganggu fotosintesis dan metabolisme C dan N dalam tubuh tanaman (Souza, 1997).

B. Tujuan

1. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap proses transpirasi 2. Menghitung kadar air nisbi daun pada tanamankedelai (Glycine max) 3. Mengetahui kerapatan dan lebar bukaan stomata pada tanaman kedelai

(Glycine max).

(6)

II. METODOLOGI

Pada praktikum pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap laju transpirasi tanaman kedelai (Glycine max) dilakukan secara terpisah selama 2 kali.Percobaan yang pertama dilakukan pada hari senin tanggal 7 Februari 2016, sedangkan percobaan yang kedua dilakukan seminggu kemudian pada tanggal 14 Februari 2016.Pada percobaan perrtama, mengamati mengenai laju transpirasi tanaman dengan kondisi yang berbeda dengan menggunakan prinsip kobal klorid dan juga gravimetri.Bahan yang diperlukan adalah tanaman kedelai dan kertas kobal klorid.Alat yang diperlukan yaitu oven, plastik, penjepit kertas, thermometer maksimum minimum, hygrometer, dan luxmeter.Laju transpirasi diukur pada tanaman kedelai kedelai yang dikondisikan dengan perlakuan cukup air (disiram setiap hari), tanaman yang agak kering (disiram tiga hari sekali), dan tanaman yang dikondisikan kering (disiram seminggu sekali). Setiap perlakuan kondisikan tanaman diamati kadar lengas dan laju transpirasi. Laju transpirasi diukur menggunakan kertas kobal klorid dan dengan metode grevimetri.Kadar lengas tanah diukur dengan mengambil 10 gram tanah kemudian dikeringkan dalam oven sampai berat kering stabil. Kemudian dihitung selisih antara berat awal dengan akhrir sehingga didapatkan kadar lengas tanah untuk setiap kondisi tanah pada masing-masing perlakuan. Pengukuran laju transpirasi dilakukan pada daun 2-4 yang telah membuka penuh pada tajuk bagian luar. Kertas diletakkan dibawah plastik transparan keras tebal berukuran 3x3 cm pada bagian bawah daun, dijepit dengan penjepitr kertas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengubah warna kertas kobal klorid dari biru menjadi merah jambu sama dengan standaar. Pengamatan mengenai suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban dilakukan di tempat praktikum. Menghitung dan membandingkan laju transpirasi pada keadaan yang berbeda tersebut. Metode gravimetric dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan mengambil satu pot tanaman untuk perlakuan cukup air, agak kering, dan kering.Setelah itu, pot ditutup dengan plastic hingga ke batang tanaman kemudian ditimbang (W1). Dibiarkan hingga 24 jam kemudian ditimbang kembali (W2). Jumlah air yang ditranspirasikan adalah W1-W2.

(7)

juga timbangan. Daun yang digunakan untk percobaan adalah daun dari ketiga tanaman yang memiliki kadar lengas berbeda, kering, agak kering, dan cukup air. Daun pada masing masing perlakuan dirompes, kemudian ditimbang masing-masing sebagai bobot segar (BS). Kemudian daun tersebut masing-masing-masing-masing dimasukkan ke dalam plastik yang berisi air dan didiamkan selama 24 jam.Berat setelah direndam dihitung sebagai bobot jenuh (BJ).Daun yang telah ditimbang kemudian dioven hingga bobotnya konstan (BK). Kadar air nisbi dihitung dengan rumus

KAN =

BS

BK

BJ

BK

x 100%

Pada percobaan mengenai pengamatan stomata bahan yang diperlukan yaitu daun tanaman kedelai, cat kuku bening, dan selotip.Untuk alat yang digunakan yaitu object glass, cover glass, mikroskop, micrometer okuler pagar, dan micrometer okuler jarring.Pengamatan stomata dilakukan pada tanaman yang diberi perlakuan dengan kondisi kering, agak kering, dan cukup air.Pengamatan stomata meliputi kerapatan dan lebar bukaan stomata. Pengamatan dilakukan pada daun nomor dua pada tunas yang terbentuk, pada permukaan daun sebelah bawah sebelum semua daun di rompes. Pengamatan dilakukan pada siang hari dengan jalan mengoleskan cat kuku bening pada permukaan daun bagian bawah.Setelah kering cat kuku dilepas dengan menempelkan selotip bening dan mengangakatnya.Cetakan stomata dari cat kuku tersebut diletakkan pada gelas benda dan diamati di bawah mikroskop.Untuk kerapatan stomata diamati dengan okuler yang dilengkapi dengan micrometer berbentuk jaring menggunakan perbesaran 100 kali, sedangkan untuk lebar bukaan stomata menggunakan okuler dengan micrometer berbentuk pagar dengan perbesaran 400 kali.

(8)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 1. Pengamatan kadar lengas dan intensitas cahaya

Perlakuan

Tabel 2. Pengamatan laju transpirasi metode kobal klorid

Perlakuan

agak kering

1.67

2.08

4.17

2.64

Kering

5.00

0.83

2.92

2.92

Tabel 5. Pengamatan lebar bukaan dan kerapatan stomata

Perlakuan

agak kering

396

424

640

486.667

2

9

7

6.00

(9)

B. Pembahasn

Setiap tumbuhan pasti akan melakukan proses transpirasi. Transpirasi sendiri merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan. Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996).Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor dari dalam tumbuhan atau internalyang meliputi jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata dan faktor luar atau eksternal yang meliputi suhu, cahaya, kadar lengas, kelembaban, dan angin(Salisbury dan Ross, 1995). Faktor eksternal yang diamati dalam praktikum kali ini adalah mengenai kadar lengas tanah dan juga kadar air nisbih.

Kadar lengas tanah merupakan kadar kandungan air yang tersimpan dalam pori tanah. Satuan yang digunakan untuk menunjukkan kadar lengas tanah berupa prosentase. Secara umum kadar lengas tanah berfungsi sebagai penampung air dan hara sementara agar tidak larut dan hilang terkena air. Air dan hara yang ditampung ini nantinya akan dimanfaatkan oleh tanaman yang ada untuk diserap. Air digunakan sebagai pelarut mineral, bahan organic, gas, dan sebagainya. Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh jenis tanah, tekstur tanah, jumlah air yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh luas permukaan tanah atau ukuran tanah (ukuran pori). Kadar lengas tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar Lengas (KL) =

(

b

c

)

(

c

a

)

x 100 %

Dengan :

(10)

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

Grafik 1.Pengaruh Kadar lengas terhadap laju transpirasi

Dari grafik pengaruh kadar lengas terhadap laju transpirasi diatas, dapat dilihat bahwa nilai nilai regresi yang didapat berbanding dengan kadar lengas tanah. Semakin tinggi kadar lengas tanah yang dimiliki oleh tanaman maka akan semakin meningkatnya pula laju transpiraasi tanaman tersebut. Hasil yang di dapat sesuaidengan teori yang ada, semakin tinggi kadar lengas suatu tanah, maka semakin tinggi juga laju transpirasi pada tanaman.

(11)

Kadar air nisbi (KAN) merupakan jumlah air relatif yang terkandung di dalam tanaman, dalam hal ini daun.Kandungan air nisbi dinyatakan dalam persen (%).Kandungan air nisbi ini tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, diantaranya dalam kaitannya dengan respon tanaman terhadap kekeringan yang terjadi pada lingkungannya. Kekeringan akan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap. Cekaman kekeringan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Cekaman ringan, terjadi jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau

kandungan air nisbi menurun 8 – 10 %.

 Cekaman sedang, terjadi jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10 – 20 %.

 Cekaman berat, terjadi jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa

atau kandungan air nisbi menurun > 20%.

Dengan diketahuinya nilai kandungan air nisbi (KAN), kita dapat mengetahui kapan saja saat tanaman membutuhkan air, sehingga dapat dengan mudah diketahui saat perlunya melakukan penyiraman bagi tanaman.Jika nilai kandungan air nisbinya turun, maka dapat diputuskan untuk melakukan penyiraman terhadap tanaman tersebut, sedangkan jika kandungan air nisbinya telah melebihi batas wajar, tidak perlu dilakukan penyiraman pada tanaman tersebut dalam jangka waktu tertentu.Dengan diketahuinya nilai kandungan air nisbi (KAN) suatu tanaman, tentu sangat bermanfaat bagi para petani.

(12)

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Grafik 2.Pengaruh Kadar lengas terhadap Kadar air nisbi

Dari grafik diatas menunjukkan kandungan air nisbi daun tanaman kedelai

(Glycine max) pada kondisi berbagai kadar lengas. Dari histogram di atas

(13)

Faktor internal yang diamati dalam praktikum kali ini adalah stomata, yang meliputi bukaan stomata dan kerapatan stomat.Stomata sendiri merupakan lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya (Kartasaputra, 1988). Pori stomata berfungsi untuk pertukaran gas antara atmosfer dengan sistem ruang antara sel yang berada pada jaringan mesofil di bawah epidermisyang disebut rongga sub stomata (Loveless, 1991). Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan adabeberapa faktor yang mempengaruhi membukadan menutupnya stomata yaitu :

1. Faktor eksternal : Intensitas cahaya matahari, konsentra si CO2 dan asam absisatfsalis

2. (ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air, sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga menyebabkan stomata membuka.

3. Faktor internal (jam biologis) : Jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion yang menyebabkan stomata menutup.

Menurut Sutrian,1992 ada 4 tipe stomata berdasarkan letak penebalan pada sel penutupnya:

1. Tipe Amaryllidaceae

Sel penutup jika dilihat dari atas berbentuk ginjal. Dinding punggung tipis, tetapi dinding perutnya lebih tebal, dinding atas dan bawah terjadi penebalan kutikula. Sel-sel tetangga berbatasan dengan sel penutup. Stomata tipe ini biasanya terdapat pada kebanyakan tanaman dikotil, tetapi kadang-kadang ada juga pada monokotil. 2. Tipe Helleborus

Sel penutup jika dilihat dari atas berbentuk ginjal, tetapi pada dinding punggung dan perut tipis. Dinding atas dan bawah lebih tebal

3. Tipe Graminea

(14)

tebal. Stomata tipe ini hanya terdapat pada Gramineae/Poaceae dan

Grafik 3.Pengaruh Kadar lengas terhadap lebar bukaan dan kerapatan stomata

(15)
(16)

IV. KESIMPULAN

1. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (stomata yang meliputi kerapatan dan lebar bukaan) dan faktor eksternal (kadar lengas tanah, suhu, dan angina)

2. Kandungan air nisbi pada tanaman kedelai (Glycine max) tertinggi pada keadaan cukup air atau disiram setiap hari

3. Kerapatan dan bukaan stomata pada tanaman kedelai (Glycine max) akan semakin besar diikuti dengan keadaan cukup air dan akan semakin rendah apabila dalam keadaan kurang air (kering)

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Barker, D.J, C. Y. Sullivan and L. E. Moser, 1993. Water Deficit Effects on Osmotic Potential, Cell Wall Elasticity, and Proline in Five Forage Grasses.Agronomy Journal.USDA - Agronomy Dep., Univ. of Nebraska, Lincoln 85: 270-275.

Bayer. J, S. 1976. Water deficits and photosisnthesis in water. Defficite and Plant Growth TT Kozlowski . Academic Press Inc New York IV: 153-190.

.

Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiology. Macmillan Publishing Co, Inc, New York.

Campbell, Neil A. and Reece, Jane B. 2005. Biology 7th Edition. San Fransisco: Pearson Education.

Dardjat Sasmitamihardja dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Haryanti, S dan T. Meirina. 2009. Optimalisasi pembukaan porus stomata daun kedelai (Glycine max (L) merril) pada pagi hari dan sore. Jurnal Bioma 11 (1): 18-23.

Jackson, I, J., 1971.Climate, Water and Agriculture in the Tropics.Published in the United States of America by Longman Inc. New York.

Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan jaringan. Bina Aksara. Jakarta. Hal : 144 – 149.

Keyvan, S. 2010. The effects of drought stress on yield, relative water content, proline, soluble carbohydrates and chlorophyll of bread wheat cultivars. Journal of Animal & Plant Sciences 8(3): 1051- 1060.

Lakitan, B. 1993. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Lestari,E.G.2006. Hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan pada somaklon padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR-64. Biodiversitas 7: 45-50.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah tropik dari Principles of Plant Biology For The Tropics oleh Kuswara Kartawinata. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 118 – 160.

Nasaruddin, Y.Musa, dan M.A. Kuruseng. 2006. Aktivitas Beberapa Proses Fisiologi Tanaman Kakao Muda Di Lapang Pada Berbagai Naungan Buatan Jurnal Agrisistem 1 (2):26-32.

Pallas, J. E., Jr., B. E. Michel and D. G. Harris. 1967. Photosynthesis, transpiration, leaf temperature, and stomatal activity of cotton plants under varying water potentials. Plant Physiology 42:76-88.

(18)

Smith, N. G. and J. S. Dukes. 2012. Plant respiration and photosynthesis

in global-scale models: incorporating acclimation to temperature

and CO2. Global Change Biology:1-19.

Soedarsono. 1997. Respon fisiologi tanaman kakao terhadap cekaman air. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 13: 96-109.

Souza, P. 1997. Water stress during seed feeling and leaf senescence in soybeans. Agronomy Journal Vol. 89 : 807-812.

Sugito, Y. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Malang.

Sutrian, Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuhtumbuhan. Edisi Revisi. Rineka Cipta.Jakarta.

Weidman,P.D, D.G. Kubitschek, A.M.J. Davis. 2006. The effect of transpiration on self similar boundary layer flow over moving surfaces. International Journal of Engineering Science 44: 730-737.

(19)

Gambar

Tabel 2. Pengamatan laju transpirasi metode kobal klorid
Grafik 1.Pengaruh Kadar lengas terhadap laju transpirasi
Grafik 2.Pengaruh Kadar lengas terhadap Kadar air nisbi
Grafik 3.Pengaruh Kadar lengas terhadap lebar bukaan dan kerapatan stomata

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KONDISI PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN ASAM FOLAT PADA KACANG KEDELAI (Glycine Max L Meriil) SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL.. Universitas Pendidikan Indonesia |

dalam barisan terbaik pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) M4 iradiasi sinar gamma berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi.

TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI TANAH ULTISOL

Respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L. Merril) terhadap perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian antioksidan asam salisilat dan asam askorbat..

Mutia Rahmah: Seleksi Individu Terpilih pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal

Fase perkecambahan dan pertumbuhan semaian adalah fase kritis terhadap cekaman salinitas bagi sebagian besar tanaman, termasuk kedelai ( Glycine max L. ) dan kacang hijau (

Pengukuran laju fotosintesis, laju transpirasi, dan pengambilan bahan analisis untuk peroksidasi lipid, aktivitas enzim antioksidan, kandungan asam askorbat, dan akumulasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi spora cendawan mikoriza arbuskula (CMA) indigenus Bali pada tanaman kedelai (Glycine max L.) menunjukkan pengaruh