• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI

DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Politik

Oleh :

RENI NUGRAHENI UTAMI D 0307062

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI

DI KOTA SURAKARTA

Oleh :

RENI NUGRAHENI UTAMI D 0307062

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

iii

(4)
(5)

v

§ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

§ Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang (Yeremia 29:11, Amsal 23:18)

§ Everyday may not be good, but there’s something good in everyday…

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendidik, membimbing dengan penuh kesabaran serta doa yang selalu menyertaiku. 2. Kakak-kakakku tersayang

3. Calon pendamping hidupku

4. Teman – teman seperjuangan Fisip UNS ‘07

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala cinta kasih dan anugerahNya yang teramat indah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA”

Penulis menyadari berbagai keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini, dan penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik.. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Pawito Ph. D selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Bagus Haryono M. Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M. Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan akademis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Suyatmi, MS. selaku Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar mendampingi dan memberikan masukan serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan.

5. Bapak Argyo Demartoto atas dukungan, saran dan bantuan buku-buku yang dipinjamkan kepada penulis yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Seluruh staff dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan pelayanan akademik yang diberikan kepada Penulis.

(8)

viii

8. Bapak, Ibu dan Keluargaku yang selalu mengasihiku, atas segala doa, bantuan, semangat dan cinta kasih yang telah diberikan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Septiana Ratna, Maya Triastuti, Gita Kusumajati, Windra Pramasanti, Nuar Riha Risa, yang telah menjadi teman seperjuangan dan sahabat selama menempuh pendidikan sarjana ini.

10.Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan dukungan, doa, bantuan, dan semangat : Lusi Indri Puspita, Chorye Hanawati, Wahyu Ida, Suganda PM, dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

11.Para responden dan informan dari Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang telah memberikan data dan informasi selama penulisan di lapangan.

12.Teman-teman seperjuangan sosiologi 2007 FISIP UNS yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis

13.Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

(9)
(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN……….. A. Lokasi Penelitian... B. Jenis Penelitian ... C. Waktu Penelitian... D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... E. Sumber Data... F. Teknik Pengumpulan Data ... G. Validitas Data ... H. Teknik Analisa Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Lokasi...

1. Gambaran Umum Kota Surakarta... a. Kondisi Geografis... b. Letak dan Luas... ……….….... 2. Deskripsi Lokasi Kecamatan Pasar Kliwon...

a. Kondisi Geografis ... b. Kondisi Demografis Kecamatan Pasar Kliwon...

1. Jumlah Penduduk... 2. Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin... 3. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Pasar

(11)

xi

5. Kepercayaan Penduduk... 4. Gambaran Perilaku Ibu Menyusui bagi Ibu yang Bekerja di

Surakarta... 5. Peran Posyandu terhadap Ibu Menyusui di Daerah Losari... 6. Peran Puskesmas terhadap Ibu Menyusui di Daerah Losari...

B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 1. Deskripsi Identitas Responden dan informan... 2. Faktor –Faktor yang mempengaruhi Tindakan Ibu Menyusui

dalam Penggunaan Susu Formula untuk Bayi... a. Faktor Internal Ibu Menyusui...

1. Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Ekslusif yang masih kurang………….……… 2. Persepsi ibu menyusui yang merasa ASI yang dimilikinya

kurang cukup untuk bayi... 3. Kesibukan ibu bekerja nafkah………..……….. b. Faktor Eksternal Ibu Menyusui...

1. Pemberian susu formula (promosi susu formula) yang dilakukan di Rumah Sakit atau Posyandu pada bayi... 2. Rumah Sakit dan tenaga kesehatan menyarankan agar ibu

yang ASI nya tidak cukup untuk menambah dengan susu formula……… 3. Lingkungan sekitar ibu menyusui yang menyarankan ibu

menyusui untuk memberikan susu formula pada bayi...

(12)

xii

C. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN………..

97

99 102

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1.1 Model Analisis Interaktif ………..

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir………..

30 14

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Komposisi Air Susu Ibu dan Susu Formula...………

Tabel 1.2 Waktu Penelitian………

3 25 Tabel 2.1 Penduduk Kecamatan Pasar Kliwon menurut Kelompok umur

dan Kelamin... 34 Tabel 2.2 Komposisi Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pasar

Kliwon... 35 Tabel 2.3 Penduduk Menurut Pendidikan……….. 36 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kelurahan Semanggi dalam Kelompok Umur

dan Kelamin………...………. 39

Tabel 2.5 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Semanggi... Tabel 2.6 Penduduk Kelurahan Semanggi menurut Pendidikan…………. Tabel 2.7 Mutasi Penduduk Kelurahan Semanggi... Tabel 2.8 Banyaknya Pemeluk Agama Kelurahan Semanggi... Tabel 2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui

dalam penggunaan susu formula untuk bayi... Tabel 2.10 Penggunaan Susu Formula oleh Ibu Menyusui...

40 41 42 42

56 83

(15)

xv ABSTRAK

Reni Nugraheni Utami. D0307062. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Ibu Menyusui dalam Penggunaan Susu Formula untuk Bayi di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Penggunaan susu formula untuk bayi saat ini sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, baik yang mampu maupun yang kurang mampu.Banyak faktor yang melatarbelakangi ibu menyusui dalam melakukan tindakan menggunakan susu formula untuk bayi. Menurut data UPT Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta tahun 2011 didapati bahwa presentase jumlah bayi 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi hanya 8 % dari jumlah bayi secara keseluruhan di wilayah ini.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas dan nyata tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang sedang menyusui yang tinggal di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. pengambilan sampel yaitu dengan Purposive sampling dengan sampel sebanyak 6 orang, yang terdiri dari 2 orang ibu yang menyusui secara ekslusif, 2 orang ibu yang menyusui sambil menggunakan susu formula dan tidak bekerja dan 2 orang ibu menyusui yang menggunakan susu formula dan bekerja.

(16)

xvi

memiliki bayi untuk mau memberi ASI Eksklusif dan memberikan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki bayi tentang manfaat dan tujuan ASI Eksklusif bagi bayi dan ibu, dan lebih tegas lagi dalam mengatur pemasaran/promosi produk susu formula untuk bayi berusia dibawah 6 bulan.

Kata Kunci :Tindakan , Ibu menyusui, Susu formula

(17)

xvii ABSTRACT

Reni Nugraheni Utami. D0307062. Factors that Influence the Actions of Breastfeeding Mother’s in the Use of Infant Formulas in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City. Sociology Study Program of Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2011.

The use of infant formulas are now spread to all levels of society, both capable andless capable. Many factors underlying breastfeeding mothers in performing the act of using infant formulas. According to the data of UPT Puskesmas Sangkrah of Surakarta City in 2011, it can be found that the percentage proportion of 0-6 month baby given exclusive lactation in Kelurahan Semanggi is only 8% of total number of babies in this area as a whole.

This study belongs to a descriptive qualitative research aiming to describe clearly how the Factors that Influence the Actions of Breastfeeding Mother’s in the Use of Infant Formulas in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City. The population of research was all breastfeeding mothers living in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City. The sample was taken using purposive sample technique with 6 respondents as the sample, which consists of two mothers who breastfeed exclusively, two mothers who breastfeed while using infant formula and do not work and two mothers who breastfeed who use formula milk and it works.

The result of research in in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City shows that the results showed that the act of breastfeeding mothers in the use of infant formulas is affected by factors internal and external factors. Internal factors, including knowledge of breastfeeding mothers on exclusive breastfeeding is still lacking, mother feel they have insufficient milk for babies, and busy mother working living. While external factors, including formula feeding conducted in the Hospital or IHC in infants, hospitals, integrated health and health professionals recommend that breastfeeding mothers is not enough to add with the milk formula and the environment surrounding breast-feeding mothers are advised nursing mothers to give milk formula in infants.. Their awareness and knowledge of the exclusive breastfeeding importance are still low with the growing number of working mother and mothers’ life style in modern age tending to be practical and consumptive leading to the growing number of breastfeeding mothers who gives formula milk to their babies in this area.

(18)

xviii

among the mothers with babies of giving exclusive breastfeed and give illumination to the family with babies about the benefit and objective of exclusive breastfeed for baby and mother, and regulate the marketing/promotion of formula milk product promotion more firmly for the baby under 6 months age.

Keywords: Action, Breastfeeding Mother, Formula Milk.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kegiatan pembangunan yang berlangsung saat ini adalah pembangunan di bidang kesehatan. Semua usaha kesehatan masyarakat bertujuan agar setiap warga masyarakat dapat memperoleh kesehatan yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan mutu hidup dalam keluarga. Masalah kesehatan yang saat ini banyak terjadi yaitu masalah kurang gizi. Angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah kurang gizi. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. Hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Praktek menyusui di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta

(20)

bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI eksklusif. (Amiruddin,2006)

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 dalam Depkes (2005), pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi bayi dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian ASI eksklusif. Sejalan dengan hasil kajian WHO di atas, Menkes melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 yang menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan.

Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu, bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi tersebut juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein. Pada tahun pertama kehidupannya, bayi sangat rentan terhadap penyakit, sehingga memerlukan perlindungan ekstra dari ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih dan sejumlah faktor anti-infektif yang membantu melindungi bayi dari infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap berbagai infeksi yang pernah dialami ibu sebelumnya. (Suhardjo, 1992)

(21)

Tabel 1.1

Komposisi Air Susu Ibu dan Susu Formula

Kandungan zat gizi ASI

Sumber : Suhardjo, 1992 : hal.72

ASI dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi sampai usia 6 bulan, dengan bertambahnya umur bayi maka kebutuhan akan zat gizi menjadi bertambah sehingga tidak cukup dengan ASI saja. Untuk itu bayi harus diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASl yang biasa diberikan pada bayi adalah susu formula di samping makanan lunak. Namun kenyataan yang terjadi saat ini ialah banyaknya ibu menyusui yang lebih memilih untuk menggunakan susu formula

(22)

untuk bayi meskipun bayi mereka masih berusia kurang dari 6 bulan karena alasan pekerjaan, ASInya tidak keluar maupun karena faktor lain.

Susu formula adalah makanan tambahan yang diformulasikan khusus untuk mendukung pertumbuhan anak, terutama bila kebutuhan nutrisi dirasa kurang tercukupi dari asupan makanan. Susu formula yang sekarang beredar, umumnya terdiri dari campuran emulsi lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, dan ditambahkan zat stabilisator. Susu sapi adalah komponen penyusun utama susu formula, namun susu sapi yang digunakan untuk pembuatan susu formula mengalami proses pemrosesan lebih lanjut supaya protein yang terkandung di dalamnya mudah dicerna oleh bayi. (Suhardjo,1992:103).

Dalam masyarakat tradisional, tindakan-tindakan sosial (social action) yang dilakukan oleh para wanita lebih bersandar pada kebiasaan atau tradisi (prescribed action). Dalam masyarakat modern, tindakan-tindakan sosial tersebut akan lebih banyak bersifat pilihan. Oleh karena itu, salah satu ciri yang terpenting dari masyarakat modern adalah kemampuan dan hak masyarakat untuk mengembangkan pilihan-pilihan dan mengambil tindakan berdasarkan pilihannya sendiri. Hal tersebut juga mempengaruhi tindakan ibu dalam menyusui bayinya, peran ibu yang seharusnya memang ditakdirkan untuk dapat menyusui bayinya sekarang telah bergeser karena adanya produk susu formula yang telah beredar luas di pasaran.

Menyusui adalah cara alamiah dan paling ideal bagi seorang ibu untuk memberikan makanan dan kasih sayang pada bayinya. Pada dasarnya segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugasnya untuk

(23)

menyusui bayinya. Namun untuk melakukan dengan baik dan benar merupakan suatu ketrampilan yang perlu dipelajari dan saat ini terdapat penurunan penggunaan ASI secara eksklusif di Surakarta.

Surakarta yang merupakan kota yang terkenal dengan budaya dan menjunjung tinggi nilai tradisional Jawa ternyata masih memiliki angka ibu menyusui secara ekslusif yang sangat rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kepedulian Untuk Konsumen Anak (KAKAK) tahun 1999 di Surakarta menunjukkan bahwa memang 93 % ibu memberikan ASI kepada bayinya tetapi yang memberikan ASI secara ekslusif sampai bayi berumur 4-6 bulan hanya 17 %. Padahal 76 % responden tahu tentang adanya gerakan ASI ekslusif. Dari semua responden yang tidak menyusui secara ekslusif, 72 % responden mengaku memberikan susu formula kepada bayinya selama 4 bulan pertama dengan alasan terbanyak yaitu karena ASI mereka tidak cukup dan faktor pekerjaan. Sedangkan data di Surakarta sendiri cakupan pemberian ASI ekslusif juga mengalami penurunan yaitu pada 44,77% di tahun 2005 menjadi 13,77 % di tahun 2007 kemudian turun lagi menjadi 10,27 di tahun 2008 (Demartoto,2008).

Menurut data UPT Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta tahun 2011 didapati bahwa presentase jumlah bayi 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif di Kelurahan Semanggi hanya 8 % dari jumlah bayi secara keseluruhan di wilayah ini karena sebagian besar ibu menyusui di wilayah ini menyusui sambil menggunakan susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi memiliki tingkat penggunaan susu formula yang cukup tinggi.

(24)

Ibu menyusui di Surakarta sebagian besar juga masih berpegang pada sosio-kultural, dimana adanya tradisi yang memberikan makanan padat terlalu awal atau melarang ibu untuk memakan makanan tertentu yang sebenarnya bernilai gizi tinggi. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini juga berpengaruh terhadap perilaku menyusui ibu, hal ini akan mengurangi keinginan bayi untuk menyusu sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusu berkurang dengan akibat produksi ASI akan berkurang.

Selain hal-hal diatas, faktor agresivitas dari produsen susu formula atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) juga berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam menyusui bayi. Pada tahun 1997 di Surakarta ditemukan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh produsen susu formula/PASI dengan memberikan sampel produk pada ibu untuk diberikan kepada bayi. (KAKAK, 2002)

Pemberian susu formula dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menyusui sendiri. Hal ini juga menurunkan selera makan bayi yang alami dan menyebabkan bayi tidak begitu mau menyusu pada pemberian ASI berikutnya. Karena ASI diproduksi berdasarkan pasokan dan kebutuhan bayi, maka pemberian susu formula dapat membawa akibat yang serius dalam proses pemberian air susu ibu.

Memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung, resiko

(25)

kanker pada anak, penyakit menahun, penyakit telinga tengah, infeksi yang berasal dari susu formula tercemar, meningkatkan resiko efek samping zat pencemar lingkungan, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan resiko kematian, dan menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif. (Roesli, 2000)

Dalam menggunakan susu formula, aspek keamanan tentunya menjadi hal yang patut diutamakan. Keamanan penggunaan susu formula di banyak negara berkembang masih memprihatinkan, terutama pada saat penyajiannya. Kekurangan air bersih, lingkungan yang tidak sehat, kemiskinan (sehingga susu diencerkan supaya tidak cepat habis), serta ketidakmampuan memahami instruksi penyajian susu formula adalah faktor-faktor penyumbang minimnya keamanan susu formula.

Hal ini semakin diperkuat dengan temuan para peneliti dari Institut Pertanian Bogor tentang adanya kontaminasi pada produk susu formula dan makanan bayi membuat banyak kalangan, terutama ibu-ibu menjadi panik. Seperti dilansir di berbagai media massa akhir-akhir ini, para peneliti tersebut menemukan 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan pada April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. (www.kompas.com)

Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif anaerob fakultatif berbentuk koliform dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning. Pada tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii

(26)

untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae. Bakteri sakazakii sangat berbahaya karena bisa menyebabkan radang selaput otak, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, dan infeksi mata dan juga radang usus pada bayi. (www.wikipedia.com)

Namun kenyataannya, penggunaan susu formula untuk bayi saat ini sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, baik yang mampu maupun yang kurang mampu. Gencarnya promosi dan iklan susu formula oleh produsen dan semakin banyaknya ibu yang bekerja di luar rumah juga semakin meningkatkan penyebaran penggunaan susu formula untuk bayi di lapisan masyarakat. Promosi tersebut sering kali menyesatkan sehingga menyebabkan orang salah mengerti dan menganggap bahwa susu formula itu lebih baik atau kurang lebih sama baiknya dengan ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas diketahui masih banyaknya faktor yang mempengaruhi ibu menyusui menggunakan susu formula untuk bayi mereka dan adanya berbagai tindakan ibu menyusui terhadap penggunaan susu formula, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Ibu Menyusui dalam Penggunaan Susu Formula untuk Bayi di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta“

(27)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut:

“Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti yaitu :

Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(28)

menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan, pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian yang mengambil permasalahan yang sama. 2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah :

a. Memberikan gambaran obyektif dan nyata tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

b. Dapat menjadi bahan masukan bagi ibu-ibu maupun pihak yang terkait untuk menentukan langkah- langkah dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

c. Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep 1. Tindakan

Menurut Soerjono Soekanto dalam Kamus Sosiologi, tindakan adalah suatu tingkah laku yang menyangkut atau berkaitan dengan pihak lain. (Soerjono Soekanto,1983:46)

Tindakan pada dasarnya ialah perbuatan tingkah laku yang dibentuk oleh pelaku sebagai ganti respon yang didapat dari dalam dirinya. Tindakan disini merupakan hasil perwujudan dari perilaku atau perubahan perilaku yang dilakukan oleh seseorang.

2. Ibu Menyusui

Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita, wanita yang telah bersuami, panggilan yang lazim pada wanita (Poerwodarminto, 2003)

Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (WHO/UNICEF, 1994).

(30)

Dalam penelitian ini menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan air susu ibu.

3. Susu Formula

Susu formula adalah susu bayi yang berasal dari susu sapi yang telah diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisinya mendekati ASI. European Society for Paediatric Gastroenterology and Nutrition (ESPAGAN)

Committee on Nutrition dalam publikasinya mengenai guidelines on infant

nutrition membagi formula bayi dalam 2 jenis yaitu formula awal dan formula

lanjutan. (Suhardjo, 1992:98).

Formula awal dalam bentuk bubuk setelah dicairkan menurut petunjuk produsen dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 4-6 bulan, dan bersama-sama dengan makanan tambahan lainnya sampai umur I tahun. Formula awal dibagi lagi dalam 2 golongan, formula adaptasi (adapted) dan formula lengkap.

Umumnya bahan dasar susu formula adalah susu sapi tetapi sebagian terbuat dari susu kedelai ditambah bahan-bahan lainnya. Susu formula diproduksi khusus sebagai makanan bayi yang mengalami kelainan-kelainan metabolisme sejak lahir.

(31)

B. Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial yang telah dikemukakan oleh Max Weber. Teori ini menyebutkan bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh system sosial, system budaya dan system kepribadian dari masing-masing individu tersebut.

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain atau tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa bisa juga berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Menurut Weber, suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya. Suatu tindakan hanya

(32)

dapat disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain. Sasaran tindakan sosial adalah aktor yang berupa seorang individu atau sekumpulan orang. Tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab sebagai pendorongnya dan hal tersebut juga merupakan bagian dari perubahan sosial dan gaya hidup modern dalam masyarakat. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui untuk menggunakan susu formula bayi merupakan suatu pendorong ibu menyusui melakukan suatu tindakan sosial yaitu memberikan susu formula untuk bayinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal (dari dalam individu itu sendiri) dan faktor eksternal (dari luar individu).

Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi yang diperoleh dari data dan informasi di lapangan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari bagan kerangka pemikiran berikut ini ::

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

Tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu

formula untuk bayi Faktor internal

(faktor dari dalam)

Faktor eksternal (faktor dari luar)

(33)

Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang merupakan pendorong terjadinya suatu tindakan sosial dimana akhirnya ibu memberikan susu formula pada bayinya.

Jean Baudrillard dalam teorinya tentang masyarakat konsumer menyatakan bahwa masyarakat yang dibentuk dan dihidupi oleh konsumsi, yang menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan, dengan hasrat selalu dan selalu mengkonsumsi. Dalam masyarakat konsumer, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar memiliki manfaat (nilai-guna) dan harga (nilai-tukar) Namun lebih dari itu ia kini menandakan status, prestise dan kehormatan (nilai-tanda dan nilai-simbol).

Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup, kemewahan dan kehormatan adalah motif utama aktivitas konsumsi masyarakat konsumer. Masyarakat konsumer yang berkembang saat ini adalah masyarakat yang menjalankan logika sosial konsumsi, dimana kegunaan dan pelayanan bukanlah motif terakhir tindakan konsumsi. Melainkan lebih kepada produksi dan manipulasi penanda-penanda sosial. Individu menerima identitas mereka dalam hubungannya dengan orang lain bukan dari siapa dan apa yang dilakukannya, namun dari tanda dan makna yang mereka konsumsi, miliki dan tampilkan dalam interaksi sosial.

Hidup pada jaman perkembangan pesat industrialisme di negara maju beserta dampaknya ialah proses globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan manusia, kita menyaksikan pertumbuhan kesejahteraan tingkat hidup bangsa yang sudah

(34)

maju secara mencolok. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi perkembangan produksi baik bahan makanan maupun barang kebutuhan hidup lain-lainnya rupanya berekspansi terus tanpa mengenal batas. Kemajuan ini memberi keleluasaan bagi kemudahan baik dalam bidang pekerjaan maupun dalam menghayati kehidupan sehari-hari di rumah. Di sisi lain kemudahan ini justru menjadi sebuah tantangan bagi kelanggengan pemberian ASI eksklusif bagi ibu-ibu, terutama ibu yang bekerja. Demi sebuah kemudahan, tak jarang seorang ibu lebih suka memilih menghentikan pemberian ASI eksklusif dan menggantinya dengan produk susu formula yang sangat mudah diperoleh di warung atau tempat perbelanjaan.

C. Penelitian Terdahulu

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ma’Rifatul Azizah tahun 2007, Program Studi Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya. Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Wire Kab. Tuban “ ini merupakan penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probability sampling dengan menggunakan tipe simple random sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penilitian untuk mengidentifikasi factor pendidikan, pekerjaan dan pengatahuan yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam

(35)

pemberian susu formula. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dari 44 responden, didapatkan 17 responden yang menempuh pendidikan SD/SMP, 21 responden yang menempuh pendidikan SMA dan 6 responden yang menempuh pendidikan PT: 27 responden yang bekerja, 17 responden tidak bekerja; 8 responden mempunyai pengetahuan baik, 20 responden mempunyai pengetahuan cukup dan 16 responden yang mempunyai pengetahuan kurang; 26 responden mempunyai perilaku baik, 13 responden mempunyai perilaku cukup, dan 5 responden mempunyai perilaku kurang. Dengan menggunakan Uji Chi-square program SPSS versi 15,0 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian susu formula.

Sedangkan Onyechi UA dan Nwabuzor, LC dalam jurnalnya yang berjudul “ The Effect of Milk Formula Advertisement on Breastfeeding and other Infant Feeding Practice in Lagos, Nigeria” menjelaskan bahwa :

The two main ways a mother may decide to feed her baby are breastfeeding and formula feeding. The major decision on whether a baby is breast or bottle fed should be made in counsel with the doctor before baby’s birth (Shryock & Swartout, 1970). It is recognized that breast milk is the best food for the baby and authorities have indicated the advantages and disadvantages of both types of infant feeding (ACC/SCN, 2000; Lucas et al., 1992; Pollack, 1994; Green et al., 1995; Shryock and Swartout, 1970). However, the final decision on the feeding preference depends on the mother and her individual circumstances (Homeier et al., 2005; Righard, 1998). Bottle feeding is a substitute while breast feeding is an unequalled and incomparable way of providing ideal food for the health, growth and development of infants (WHO, 2008). Despite this awareness of the benefit of breast feeding, globally less than 40% of infants under 6 months of age are exclusively breastfed (WHO, 2008). There is a further decline on the percentage of women currently that elect to breast feed. This decline is caused by factors such as commercial promotion of infant formula through distribution of hospital discharge packs, coupons for free

(36)

or discounted formula, television and magazine advertisements (Aniansson et al., 1994).

Advertisement is the most common way in which manufacturing companies market their products (Food Advisory Community, 1991). Infant formula manufacturers use various methods which include, slogans, phrases with health claims, offering free samples, gifts, providing educative materials and incentives to health professionals and health care institutions (Arun, 2000). Hospitals receive infant formula for their nurseries at no charge, a practice that originated in the 1930s and has been criticized by health care professionals as it is a form of advertising (Judith and Ann, 2005; WHO, 1992). Young mothers in many hospitals are provided with complimentary packages that include coupons for free or discounted formula (Donnelly et al., 2000; Ighogboja et al., 1996). These packages contain items such as growth charts, baby hats and refrigerator magnets advertising a particular company that manufactures infant formula. These vulnerable parents receive subtle psychological message that the hospital endorses the purchase and use of these products as necessary items for infants’ growth and development (Ighogboja et al., 1996; Taylor, 1998). Advertisements give the impression that breast feeding is difficult and babies require additional nutrients with breast milk. The mothers respond by choosing milk formula which increases their sales (Judith and Ann, 2005). Some of the companies add fatty acid component found in human breast milk and advertise it as such to increase patronage (Stanley et al., 2007). Despite international codes, legislation and regulations (WHO, 2008) on marketing of breast-milk substitutes to protect and promote breast feeding, there is still aggressive marketing and promotion of infant formula across the globe (WHO, 2008, 1981). (www.agrosciencejournal.com)

(Ada dua pilihan yang mungkin bisa diputuskan oleh ibu untuk memberi makan bayinya, yaitu menyusui dengan ASI saja dan memberikan susu formula. Keputusan utama apakah bayi akan diberi ASI saja atau diberi susu formula seharusnya sudah harus dibuat dengan berkonsultasi dengan dokter sebelum kelahiran bayi. Dari kedua hal itu telah diakui bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan pihak-pihak yang terkait telah menunjukkan kelebihan dan kerugian dari kedua jenis makanan bayi tersebut Namun, keputusan akhir tentang hal itu

(37)

tergantung preferensi makan pada ibu dan keadaan individunya Susu formula (susu botol) adalah pengganti sementara ASI yang tiada bandingnya dan tak tertandingi yang merupakan makanan ideal bagi pertumbuhan, kesehatan dan pengembangan bayi (WHO, 2008). Meskipun demikian kesadaran dari manfaat pemberian ASI masih rendah, secara global dinyatakan bahwa kurang dari 40% bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi ASI eksklusif (WHO, 2008). Saat ini ada penurunan persentase perempuan yang memilih untuk memberikan ASI. Penurunan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti promosi komersial susu formula melalui pembagian rumah sakit, debit pack, kupon gratis atau diskon susu formula, dari televisi dan iklan majalah

Iklan adalah cara yang paling umum di mana pasar perusahaan manufaktur memasarkan produk mereka (Makanan Penasehat Komunitas, 1991). Produsen susu formula menggunakan berbagai metode yang meliputi, slogan, frasa dengan klaim kesehatan, menawarkan sampel gratis, hadiah, menyediakan bahan edukatif dan insentif untuk profesional kesehatan dan perawatan lembaga kesehatan (Arun, 2000). Rumah sakit menerima susu formula pembibitan mereka tanpa dikenakan biaya, sebuah praktek yang berasal dari tahun 1930 dan telah dikritik oleh para profesional perawatan kesehatan karena merupakan bentuk iklan. Ibu muda di banyak rumah sakit disediakan paket dengan gratis yang mencakup kupon untuk potongan harga susu formula atau untuk mendapatkan susu formula gratis. Paket-paket ini berisi item seperti

(38)

pertumbuhan grafik, topi bayi dan iklan yang dibuat dalam bentuk magnet kulkas merupakan bagian dari cara perusahaan susu formula dalam memasarkan produknya. Banyak orangtua yang rentan menerima pesan psikologis halus bahwa rumah sakit mengesahkan pembelian dan penggunaan dari produk ini sebagai item yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Iklan memberikan kesan bahwa ASI sulit dan bayi memerlukan nutrisi tambahan dengan susu formula. Para ibu merespon dengan memilih susu formula yang kemudian meningkatkan penjualan mereka. Beberapa perusahaan menambahkan komponen asam lemak dalam produk mereka dan mengiklankan seperti itu untuk meningkatkan perlindungan mereka. Meskipun kode, undang-undang dan peraturan internasional (WHO, 2008) pada pemasaran susu formula telah dilindungi dan ASI telah dipromosikan, masih ada pemasaran dan promosi susu formula bayi secara agresif di seluruh dunia) (WHO, 2008, 1981). (www.agrosciencejournal.com)

Selain penelitian-penelitian diatas perlu juga dilihat penelitian yang dilakukan Sofia Zwedberg dan Lars Naeslund dalam jurnalnya yang berjudul “Different attitudes during breastfeeding consultations when infant formula was given: a phenomenographic approach”. Jurnal tersebut menjelaskan bahwa:

(39)

From the health perspective, breastfeeding is an important element of human well-being for both mothers and infants .

WHO and UNICEF believe that antenatal and maternity care organizations are in an excellent position to safeguard and, if necessary, reinstate a culture that promotes breastfeeding, and that they are responsible for doing so. They also believe that health care staff members are in a good position to influence mothers who have recently given birth to begin breastfeeding. Breastfeeding is an indicator of good health, and care personnel are responsible for promoting behaviour that improves health. They must have the requisite knowledge that helps them to support, protect and promote breastfeeding .

Mothers can experience confusion and uncertainty in terms of how to act if staff members give them conflicting breastfeeding counselling. However, there are numerous factors that influence whether mothers breastfeed. Examples are socioeconomic status including for example age, education, civil status and social level as well as attitudes to breastfeeding and how people in the woman's surroundings look upon breastfeeding. Health personnel knowledge in terms of breastfeeding is also significant. Thus, it is important that personnel receive both the time and training needed to adhere to the ten steps of the WHO and UNICEF. There are also reports describing how fresh graduates feel pressure to do what more experienced members of staff say "they have always done", and practice does not always correspond to the Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI) practices, even if the hospital has been evaluated and approved . Midwives do not have the time to assist women who are experiencing breastfeeding difficulties because they are working under pressure and within poorly functioning organizations .

In Sweden, the proportion of women exclusively breastfeeding at one week, two, four and six months has been decreasing annually since 1996, both for one week, two, four and six months. This raises the question of how midwives are acting in different breastfeeding situations. Thus the aim of this study is to identify, describe and analyze the attitude midwives have towards the mother, child and breastfeeding when infant formula is given.

(Menyusui memiliki dampak baik secara biologis dan emosional pada kesehatan ibu dan anak. Kontak fisik dekat dengan bayi dan cara tertentu di mana anak disusui oleh ibu merupakan elemen penting dalam hal ikatan antara ibu dan anak dan menimbulkan rasa aman pada anak. Ikatan ini dimulai saat kelahiran, dan meningkatkan kemungkinan anak untuk terus menerima perawatan ibunya.

(40)

Dari perspektif kesehatan, ASI merupakan elemen penting dari kesejahteraan manusia untuk ibu dan bayi. WHO dan UNICEF percaya bahwa organisasi perawatan kehamilan dan bersalin menempati posisi yang sangat penting untuk menjaga dan, dan jika diperlukan, mempromosikan kembali budaya untuk menyusui dan mereka bertanggung jawab untuk melakukannya. Mereka juga percaya bahwa petugas perawatan kesehatan merupakan posisi yang baik untuk mempengaruhi ibu yang baru melahirkan untuk mulai menyusui bayinya. Menyusui merupakan indikator kesehatan yang baik, dan personil perawatan bertanggung jawab untuk mempromosikan perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Mereka harus memiliki pengetahuan yang diperlukan yang membantu mereka untuk mendukung, melindungi dan mempromosikan pemberian ASI .

Ibu dapat mengalami kebingungan dan ketidakpastian dalam hal bagaimana harus bertindak jika petugas perawatan kesehatan memberikan ASI bertentangan dengan konseling. Namun, ada banyak faktor yang mempengaruhi ibu ketika ibu menyusui. Contohnya adalah status sosial ekonomi termasuk usia misalnya, pendidikan, status dan tingkat sosial serta sikap untuk menyusui dan promosi susu formula yang dilakukan di Rumah sakit atau bagaimana pendangan orang-orang di sekitar mereka terhadap ibu yang menyusui. Pengetahuan petugas kesehatan dalam hal pemberian ASI juga signifikan. Dengan demikian, penting bahwa petugas menerima dengan baik waktu dan pelatihan yang dibutuhkan untuk

(41)

mengikuti sepuluh langkah dari WHO dan UNICEF. Ada juga laporan yang menggambarkan bagaimana lulusan baru merasakan tekanan untuk melakukan apa yang dilakukan oleh petugas yang lebih berpengalaman yang mengatakan "mereka harus selalu melakukan", dan praktek tidak selalu sesuai dengan praktek Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI), bahkan apabila rumah sakit telah dievaluasi dan disetujui. Bidan tidak memiliki waktu untuk membantu perempuan yang mengalami kesulitan menyusui karena mereka bekerja di bawah tekanan dan dalam buruknya fungsi organisasi.

Di Swedia, proporsi perempuan yang menyusui eksklusif pada satu minggu, dua, empat dan enam bulan telah mengalami penurunan setiap tahun sejak 1996, baik untuk satu minggu, dua, empat dan enam bulan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bidan bertindak

dalam situasi menyusui yang berbeda)

(www.internationalbreastfeedingjournal.com)

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi yang peneliti ambil dalam melakukan penelitian ini adalah di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Lokasi ini dipilih karena terdapat banyak ibu yang sedang menyusui bayi dan di daerah ini juga pernah diadakan Kelompok Pendukung Ibu sehingga para ibu dapat saling berbagi terhadap pengalaman selama kehamilan sampai dengan perawatan bayi.

B. Jenis Penelitian

(43)

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011. Kegiatannya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.2

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi

(44)

yang menjadi obyek survey peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang sedang menyusui yang tinggal di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

2. Sampel

Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 6 (enam) orang, yaitu berasal dari ibu yang sedang menyusui bayi berumur 0-12 bulan, yang terdiri dari 2 (dua) orang ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif dan 4 (empat) orang ibu yang tidak menyusui secara eksklusif (menyusui sambil memberikan susu formula) yang tinggal di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. 3. Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel yaitu dengan Purposive sampling. Purposive sampling berguna untuk mendapatkan responden yang tepat,

yang menguasai permasalahan penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 6 (enam) orang ibu yang menyusui bayi yang berumur 0-12 bulan, yang terdiri dari 2 (dua) orang ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif, 2 (dua) orang ibu menyusui sambil memberikan susu formula dan bekerja, serta 2 (dua) orang ibu menyusui sambil memberikan susu formula dan tidak bekerja. Dan sebagai informan yaitu diambil 2 (dua) orang Kader Posyandu yang tinggal dan berada di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta dan 2 (dua) orang staff kesehatan Rumah Sakit.

(45)

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan sumber data sebagai berikut: a. Kata- kata dan tindakan subjektif

Data ini merupakan data utama yang tidak tertulis tetapi merupakan pengalaman lisan yang dinyatakan oleh para informan.

b. Data tertulis 1) Data Primer

Data primer diperoleh penulis dari hasil wawancara atau interview dengan responden maupun informan yaitu ibu-ibu yang sedang menyusui bayi berumur 0-12 bulan dan kader Posyandu di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung, menjelaskan serta mempunyai hubungan yang erat dengan bahan primer yang terdiri dari buku – buku, arsip, dokumentasi, penelitian terdahulu dan berbagai data yang relevan bagi pemecahan permasalahan dalam penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari hasil penemuan peneliti diluar wawancara serta pengumpulan data dari referensi buku, artikel, media massa, jurnal, internet, hasil penelitian dan lain sebagainya.

(46)

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk, pendekatan, dan jenis penelitian ini dan sumber data yang dipergunakan maka pengumpulan data meliputi:

1. Observasi tidak berpartisipasi

Dalam penelitian ini yang paling penting adalah pengumpulan informasi atau data dan peneliti tetap berdiri sebagai orang luar dalam situasi sosial yang tengah di observasi. Peneliti mengamati dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan responden yang meliputi berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi serta keadaan lingkungan di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang menjadi objek penelitian.

2. Wawancara Mendalam

Teknik wawancara ini tidak dilakukan dengan struktur yang ketat dan formal, agar informasi yang dikumpulkan memiliki kedalaman yang cukup. Metode ini digunakan peneliti karena untuk memperjelas materi ataupun peristiwa yang dapat digunakan analisis. Dalam teknik ini peneliti mengajukan pertanyaan- pertanyaan terhadap segala sesuatu kepada informan hingga informasi yang dikumpulkan cukup memadai. Metode pengumpulan data kualitatif yang tidak dirancang secara khusus, sehingga pada saat dilakukan pengumpulan data, pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan data yang akan dikumpulkan.

(47)

3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari dokumen, literature (studi pustaka), laporan- laporan, foto dokumentasi dan sebagainya.

G. Validitas Data

Validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi merupakan teknik keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1995 : 178). Triangulasi menurut Patton (1984) ada 3 macam triangulasi data yaitu :

1. Data triangulation (membandingkan sejumlah data untuk melihat mana yang benar)

2. Investigation triangulation (menggunakan sejumlah peneliti

kemudian membandingkan satu sama lain)

3. Methodological triangulation (menggunakan sejumlah metode untuk

memperoleh kebenaran)

Triangulasi data digunakan untuk menjaga kebenaran dan kemurnian data, dengan cara data yang sudah dikumpulkan diadakan pengecekan ulang (semacam audit atas data yang berhasil dikumpulkan).

(48)

H. Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Naturalistic Inquiry (NI). Analisa data akan melalui tiga alur yaitu yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian, dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data hingga kesimpulan dapat ditarik dan diversifikasi. Penyajian data yang digunakan adalah bentuk teks naratif yaitu menyeleksi, menyingkirkan hal yang tidak perlu dan mengadakan pembobotan terhadap data yang diperoleh. Selanjutnya ditarik kesimpulan dan verifikasi yaitu dengan cara merefleksi kembali dari apa yang telah ditemukan di lapangan untuk memperoleh kebenaran.

Bagan 1.1

Model Analisis Interaktif

Sumber: Sutopo,2002 Penarikan Kesimpulan

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Gambaran Umum Kota Surakarta a. Kondisi Geografis

Secara Geografis Kota Surakarta terletak diantara 110 45' 15"-110 45'35" Bujur Timur dan 70 36' - 70 56' Lintang Selatan. Kota Surakarta terletak sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Kota Surakarta sendiri adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang letaknya cukup strategis yakni menjadi jalur penghubung kota-kota di Jawa Timur dengan Propinsi Yogyakarta dan kota-kota di Propinsi Jawa Tengah baik yang di jalur pantai utara maupun pantai selatan. Letak Kota Surakarta yang strategis tersebut menjadikannya sebagai jalur perdagangan dan banyak didirikan industri di sekitarnya (se-Eks-Karisidenan Surakarta) termasuk di dalamnya ialah industri susu formula.

Batas administrasi Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar b. Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

d. Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

(50)

b. Letak dan Luas

Kota Surakarta terletak di daerah Propinsi Dati II Jawa Tengah bagian Selatan dan merupakan penghubung antara Daerah Propinsi Jawa Tengah bagian Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keadaan lalu lintas yang cukup ramai. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Dari mobilitas yang tinggi dan padat tersebut Kota Surakarta juga menjadi jalur perdagangan sehingga banyak penduduknya yang aktif bekerja dalam bidang perdagangan.

Luas Kota Surakarta yaitu 4404,06 hektar yang terdiri dari lima kecamatan dan 51 kelurahan meliputi :

a. Kecamatan Laweyan Terdiri dari 11 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 863,8 Ha, meliputi Kelurahan Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Sondakan, Kerten, Jajar dan Karangasem

b. Kecamatan Serengan Terdiri dari 7 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 319,4 Ha, meliputi Kelurahan Danukusuman, Serengan, Tipes, Kratonan, Jayengan dan Kemlayan.

c. Kecamatan Pasar Kliwon Terdiri dari 9 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 418 Ha, meliputi : Kelurahan Joyontakan, Semanggi, Pasar Kliwon, Gajahan, Baluwarti, Kampung Baru, Kedung Lumbu, Sangkrah dan Kauman

(51)

d. Kecamatan Jebres Terdiri dari 11 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 1.252,8 Ha, meliputi : Kelurahan Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan, Gandekan, Kampung Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres, dan Mojosongo.

e. Kecamatan Banjarsari Terdiri dari 13 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 1.481,1 Ha, meliputi : Kelurahan Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Stabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber dan Banyuanyar.

2. Deskripsi Lokasi Kecamatan Pasar Kliwon a. Kondisi Geografis

Kecamatan Pasar Kliwon adalah sebuah kecamatan yang terletak di tenggara Kota Surakarta. Wilayah Pasar Kliwon saat ini terkenal sebagai tempat perkampungan warga keturunan Arab-Indonesia. Mereka biasa hidup dari penjualan tekstil dan di sini pulalah terdapat Pasar Klewer, pasar batik terbesar di Indonesia. Kampung Kauman, yang disebut sebagai Kampung Wisata Batik, terletak di kecamatan ini, yaitu di sebelah Pasar Klewer . Selain itu,Keraton Surakarta juga terletak di kecamatan ini.

Secara administrasi batas-batas wilayah Kecamatan Pasar Kliwon: a. Di bagian Utara dibatasi oleh Kecamatan Jebres

b. Di bagian Selatan dibatasi oleh Sungai Bengawan Solo

(52)

d. Di bagian Barat dibatasi oleh Kabupaten Sukoharjo

b. Kondisi Demografis Kecamatan Pasar Kliwon

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Pasar Kliwon diketahui terdiri dari 22.246 Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah penduduk 89.010 jiwa. Dengan perincian:

Jumlah penduduk laki-laki : 43.728 jiwa Jumlah penduduk perempuan : 45.282 jiwa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan memiliki selisih, yaitu 1.554 jiwa.

( Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasar Kliwon, April 2011) 2. Komposisi penduduk Menurut Kelompok Umur dan Kelamin.

Tabel 2.1

Penduduk Kecamatan Pasar Kliwon menurut Kelompok umur dan Kelamin

Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4

(53)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 89.010 orang tersebut terbagi ke dalam berbagai kelompok umur. Dari sekian banyak kelompok umur yang ada, jumlah yang terbanyak adalah umur 30-39 tahun, yaitu menunjukkan jumlah sebanyak 14.793 orang.

3. Komposisi Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pasar Kliwon

Tabel 2.2

Komposisi Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pasar Kliwon (bagi umur 10 tahun ke atas)

Mata pencaharian Jumlah

(Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasar Kliwon, April 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Pasar Kliwon terdapat beranekaragam mata pencaharian penduduk. Sebagian besar penduduk Kecamatan Semanggi bermata pencaharian sebagai buruh industri sebanyak 11.198, buruh bangunan sebanyak 7.922 orang, dan pedagang dengan jumlah sebanyak 8.080 orang.

(54)

4. Pendidikan penduduk

Tabel 2.3

Penduduk Menurut Pendidikan (Bagi umur 5 tahun ke atas)

Pendidikan Jumlah

(Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasar Kliwon, April 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan penduduk yang terbanyak di Kecamatan Pasar Kliwon adalah tamat SD dengan jumlah sebanyak 10.681 orang. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan sampai jenjang SLTP sejumlah 17.662 orang, lulusan SLTA sebanyak 23.409 orang dan penduduk yang melanjutkan pendidikannya sampai dengan Perguruan Tinggi sebanyak 8.484 orang. Sedangkan yang belum tamat SD sejumlah 9.787 orang dan penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 7.069 orang.

3. Deskripsi Lokasi Kelurahan Semanggi a. Kondisi Geografis

Kelurahan Semanggi merupakan salah satu bagian dari 9 Kelurahan yang ada di Kecamatan Pasar Kliwon. Kelurahan Semanggi terletak di sebelah tenggara Kota Surakarta. Kelurahan Semanggi yang terletak di dataran rendah ini memiliki

(55)

ketinggian tanah 92 m di atas permukaan air laut. Dengan curah hujan sebanyak 20 Mm/Th dan suhu udara rata-rata 19˚C.

Kelurahan Semanggi yang mempunyai luas sebesar 166,82 Ha terbagi ke dalam 11 Kampung atau dusun yaitu :

a. Ngepung b. Losari c. Mojo d. Dabagsari e. Kentheng f. Jemparing g. Mipitan h. Dhewutan i. Daiangan j. Sanggingan k. Sampangan

Disamping itu Kelurahan Semanggi mempunyai batas daerah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kelurahan Sangkrah b. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo c. Sebelah Barat : Kelurahan Pasar Kliwon d. Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

(56)

Apabila dilihat dari orbitrasinya, jarak yang harus ditempuh untuk mencapai pusat pemerintahan adalah :

a. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 1 km b. Jarak dari Ibukota Kabupaten DATI II : 1,5 km c. Jarak dari Ibukota Propinsi DATI I adalah : 100 km d. Jarak dari Ibu Kota Negara : 650 km

b. Keadaan Demografis

Kelurahan Semanggi merupakan daerah yang relatif padat penduduknya dengan jumlah penduduk yang dimilikinya sebesar 34.011 orang. Jumlah ini tercakup dalam 8.966 Kepala Keluarga yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 16.994 orang dan penduduk perempuan berjumlah 17.017 orang. Jumlah penduduk Kelurahan Semanggi yang cukup besar tersebut tentunya memiliki potensi yang beragam. Sajian data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Semanggi dapat ditampilkan dalam bentuk monografi, yaitu data tentang distribusi penduduk menurut kelompok umur dan kelamin, mata pencaharian penduduk, penduduk menurut pendidikan, mutasi penduduk, penduduk menurut agama dan jumlah akseptor KB (Sumber : Monografi Kelurahan Semanggi, Mei 2011)

(57)

1. Distribusi Penduduk Kelurahan Semanggi

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk dalam Kelompok Umur dan Kelamin Kelompok

Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 1.019 929 1.948

5-9 1.392 1.292 2.684

10-14 1.403 1.314 2.717

15-19 1.507 1.419 2.926

20-24 1.381 1.440 2.821

25-29 1.605 1.527 3.132

30-39 2.983 2.857 5.840

40-49 2.385 2.468 4.853

50-59 1.836 1.940 3.776

60- 1.483 1.831 3.314

Jumlah 16.994 17.017 34.011

(Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi, Mei 2011)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk Kelurahan Semanggi sebanyak 34.011 orang tersebut terbagi ke dalam berbagai kelompok umur. Dari sekian banyak kelompok umur yang ada, jumlah yang terbanyak adalah umur 30-39 tahun, yaitu menunjukkan jumlah sebanyak 5.840 orang.

(58)

2. Mata pencaharian Penduduk

Tabel 2.5

Mata Pencaharian Penduduk (Bagi umur 10 tahun ke atas)

Mata Pencaharian Jumlah

Pengusaha 689

Buruh Industri 3.552

Buruh Bangunan 3.197

Pedagang 4.405

Pengangkutan 1.584

PNS/ABRI 288

Pensiunan 339

Lain-lain 3.456

Jumlah 17.510

(Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi, Mei 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kelurahan Semanggi terdapat beranekaragam mata pencaharian penduduk. Sebagian besar penduduk Kelurahan Semanggi bermata pencaharian sebagai pedagang dengan jumlah sebanyak 4.405 orang, buruh industri sebanyak 3.552 dan buruh bangunan sebanyak 3.197 orang. Secara umum, sebagian besar penduduk wanita di Kelurahan Semanggi adalah pedagang di bidang tekstil (di Pasar Klewer).

(59)

3. Pendidikan Penduduk

Tabel 2.6

Penduduk Menurut Pendidikan (Bagi umur 5 tahun ke atas)

Pendidikan Jumlah

Tamat akademi/Perguruan Tinggi Tamat SLTA

Tamat SLTP Tamat SD Tidak tamat SD Belum tamat SD

Tidak sekolah

3.218 8.205 7.148 2.582 3.082 5.590

0

Jumlah 29.825

(Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi, Mei 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 2.582 orang adalah tamat SD. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan sampai jenjang SLTP sejumlah 7.148 orang, lulusan SLTA sebanyak 8.205 orang dan penduduk yang melanjutkan pendidikannya sampai dengan Perguruan Tinggi sebanyak 3.218 orang. Sedangkan yang belum tamat SD sejumlah 5.590 orang dan penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 4.610 orang.

(60)

4. Mutasi Penduduk

Tabel 2.7 Mutasi Penduduk

Mutasi Laki-laki Perempuan Jumlah

Pindah 28 64 92

Datang 21 46 67

Lahir 18 18 36

Mati

-> 5 tahun 10 13 23

-<5 tahun

(Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi, Mei 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelahiran di Kelurahan Semanggi mencapai angka yang seimbang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan jumlah keseluruhan yaitu 36 orang. Sedangkan angka kematian untuk bayi di Kelurahan Semanggi ini tidak ada. Dengan begitu angka kelahiran bayi di Kelurahan Semanggi ini tinggi dan terus ertambah setiap bulannya.

5. Kepercayaan Penduduk

Tabel 2.8

Banyaknya Pemeluk Agama

Agama Jumlah

Islam 29.703

Kristen 2.531

Katholik 1.730

Budha 9

Hindu 31

Lainnya 5

Jumlah 34.009

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
 Tabel 2.1
Tabel 2.2 Komposisi Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pasar Kliwon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sifatnya tidak universal, namun beberapa orang di setiap kultur sepertinya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang menyenangkan secara estetisb. Orang

[r]

Praktikan dapat menentukan rapat jenis fluida cair, menghitung besar gaya apung berdasarkan persamaan3. Archimedes, dan dapat menentukan besar rongga dalam

Oleh karena itulah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang telah menikah (Zina muhshan) termasuk salah satu dari tiga orang yang darahnya diharamkan. Diriwayatkan oleh

Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan

Kepala BNN Kota Malang yang sekaligus alumni ITN Malang ini juga memberikan apresiasi kepada ITN karena pada tahun ini menyelenggarakan tes urine bagi seluruh mahasiswa

profesional, pengakuan profesional, nilai sosial, dan lingkungan kerja sedangkan variabel dependen yaitu pemilihan karir sebagai akuntan publik. Hasil yang diperoleh

Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem informasi adalah sistem yang berada dalam suatu organisasi yang terdiri dari manusia, fasilitas,