• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 1

OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA

depokinteraktif.com I. PENDAHULUAN

Air minum merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Banyak air tanah di pemukiman di Indonesia kurang bersih dan kurang memenuhi syarat untuk diminum sehingga sebagian masyarakat mengandalkan kebutuhan air minum dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun demikian, kiprah PDAM selama ini dikeluhkan masyarakat.

Hal ini tidak lepas dari berbagai masalah yang terdapat pada PDAM, mulai dari masalah bidang teknik seperti sumber air baku yang terbatas/debit tidak memadai, tingginya jumlah kehilangan air, infrastruktur dan anggaran minim sehingga menghambat produksi dan distribusi; masalah bidang manajemen dan keuangan seperti Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang wawasan dan kurang penguasaan teknologi, tingginya angka pencurian/sambungan ilegal, sistem informasi manajemen yang tidak efisien, efisiensi penagihan yang rendah, kesulitan menyusun business/corporate plan yang dipersyaratkan untuk restrukturisasi utang; masalah regulasi dan kebijakan seperti adanya perbedaan persepsi antara PDAM dan Direktorat Pajak dalam penetapan PDAM sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas pendapatan non-air, kebijakan penyesuaian tarif yang sering tidak disetujui stakeholder, adanya ketentuan bahwa biaya pegawai tidak boleh lebih dari 40% realisasi belanja operasional perusahaan tahun sebelumnya, adanya ketidakpastian dalam pengelolaan PDAM sebagai BUMD, biaya listrik yang tinggi yang memberatkan biaya operasional PDAM, serta adanya kesulitan bagi PDAM bila dalam pengadaan barang dan jasa yang sifatnya segera harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah.1

Menurut data Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), dari 392 PDAM, hanya 103 PDAM yang berkategori sehat2, atau hanya sekitar 26% dari PDAM

yang ada. Hingga tulisan ini disusun, banyak PDAM yang melakukan penunggakan utang,

1 Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia, Peta Masalah PDAM, edisi Desember 2010, halaman 7 s.d

10.

(2)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 2 sehingga membuat pemerintah harus merestrukturisasi pinjaman kepada PDAM. Tercatat sebanyak 175 PDAM melakukan tunggakan utang dengan nilai Rp4,3 triliun.3 Untuk

mengatasi hal itu, pemerintah membuka kesempatan bagi PDAM tersebut agar merestrukturisasi beban utang pada laporan keuangannya. Penumpukan beban utang yang dialami PDAM kerap terjadi akibat penetapan tarif air minum. Dari jumlah PDAM yang menunggak, tercatat 123 perusahaan sudah mengajukan restrukturisasi utang. Sedangkan sisanya sama sekali belum berniat menjalankan program tersebut.4

Kementerian Keuangan mendesak pemerintah daerah, sebagai penanggung jawab untuk menaikkan tarif PDAM agar lebih sehat dan bisa melayani masyarakat. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan sakitnya PDAM disebabkan karena murahnya tarif air yang dijual pada masyarakat.5 Kenaikan tarif akan menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan penjaminan dan subsidi bunga dari pemerintah ketika PDAM akan mengakses pinjaman perbankan.6

Atas Kinerja PDAM dilakukan penilaian berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM, yang berdasarkan Pasal 3 dinyatakan bahwa tingkat keberhasilan PDAM adalah :

a. Baik sekali bila memperoleh nilai kinerja diatas 75;

b. Baik, bila memperoleh kinerja diatas 60 sampai dengan 75;

c. Cukup, bila memperoleh nilai kinerja diatas 45 sampai dengan 60; d. Kurang, bila memperoleh kinerja diatas 30 sampai dengan 45;

e. Tidak baik, bila memperoleh nilai kinerja kurang dari atau sama dengan 30;

Bobot untuk masing-masing aspek adalah aspek keuangan 45, aspek operasional 40, aspek administrasi 15.7

Badan pengawas melaporkan hasil penilaian kinerja PDAM setiap akhir tahun buku kepada Pemilik dan Pemerintah.8 Hasil penilaian atas prestasi kinerja PDAM untuk

dijadikan dasar dalam menentukan penggolongan tingkat keberhasilan PDAM.

Penulisan kajian mengenai operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia ini dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

3 Proyek Air Bersih: Butuh Restrukturisasi, Utang PDAM Capai Rp4,3 triliun, http://www.bisnis.com/articles/proyek-air-bersih-butuh-restrukturisasi-utang-pdam-capai-rp4-3-triliun, 16 Januari 2013.

4 175 PDAM Terlilit Masalah Utang, http://bisnis.liputan6.com/read/487920/175-pdam-terlilit-masalah-utang, 15

Januari 2013.

5 Menkeu Anggap 175 PDAM "Sakit", 15 Januari 2013 , http://www.jpnn.com/read/2013/01/15/154455/ Menkeu-Anggap-175-PDAM--Sakit-

6 Pemerintah desak PDAM sesuaikan tariff, http://www.kabarbisnis.com/print=2810360, 22 Maret 2010.

7 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah

Air Minum, Pasal 3 ayat (2).

8 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah

(3)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 3 2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan

Piutang Negara/Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM).

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum.

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.01/2009 tentang Tatacara Pelaksanaan

Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah Dengan Pihak Ketiga.

II. PERMASALAHAN

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan hukum ini adalah:

1. Bagaimanakah organisasi PDAM yang ada di Indonesia? 2. Bagaimanakah proses bisnis PDAM di Indonesia?

III. PEMBAHASAN 1. Organisasi PDAM

Pengembangan air minum di Indonesia diterapkan melalui sebuah sistem, yang disebut Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). SPAM merupakan satu kesatuan sistem

(4)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 4 fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.9 Pengembangan

SPAM menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan,10 dan penyelenggaraannya dilakukan oleh

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk secara khusus untuk pengembangan SPAM.11 Di Indonesia, penyelenggaraan

tersebut dilakukan oleh PDAM. PDAM didirikan oleh Pemerintah Daerah dengan menempatkan sebagian kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai modal dasar PDAM tersebut. Penyertaan modal tersebut merupakan bagian dari investasi permanen12

Pemerintah Daerah dan dilakukan dengan Peraturan Daerah.13

PDAM yang didirikan oleh Pemerintah Daerah didukung dengan organ dan kepegawaian.14 Organ PDAM terdiri dari:

a. Kepala daerah selaku pemilik modal; b. Dewan Pengawas: dan

c. Direksi.15

a. Dewan Pengawas

Untuk menjadi entitas yang modern, PDAM memerlukan kontrol yang efektif. Pelaksanaan kontrol tersebut dilakukan melalui pengawasan oleh Dewan Pengawas. Dewan Pengawas mempunyai tugas:

1) melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap pengurusan dan pengelolaan PDAM;

2) memberikan pertimbangan dan saran kepada kepala daerah diminta atau tidak diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM antara lain pengangkatan Direksi, program kerja yang diajukan oleh Direksi, rencana perubahan status kekayaan PDAM, rencana pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain, serta menerima, memeriksa dan atau menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan; dan

3) memeriksa dan menyampaikan rencana strategis bisnis (business plan/corporate plan), serta rencana bisnis dan anggaran tahunan PDAM yang dibuat Direksi kepada kepala daerah untuk mendapatkan pengesahan.16

9 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Ai Minum, Pasal 1 angka

6.

10 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 37 (1). 11 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 37 (2.

12Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pasal 71 ayat (5).

13Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun

2007, Pasal 71 ayat (7).

14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

Minum, Pasal 2 ayat (1).

15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 2 ayat (2). 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 22.

(5)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 5 Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang: 1) menilai kinerja Direksi dalam mengelola PDAM;

2) menilai laporan triwulan dan laporan tahunan yang disampaikan Direksi untuk mendapat pengesahan kepala daerah;

3) meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan pengembangan PDAM; dan

4) mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi dan pemberhentian Direksi kepada kepala daerah.17

Dewan Pengawas diberikan penghasilan berupa uang jasa18 dengan

ketentuan:19

1) Ketua Dewan Pengawas merangkap anggota menerima uang jasa paling banyak 45% (empat puluh lima persen) dari gaji Direktur Utama.

2) Sekretaris Dewan Pengawas merangkap anggota menerima uang jasa paling banyak 40% (empat puluh persen) dari gaji Direktur Utama.

3) Setiap anggota Dewan Pengawas menerima uang jasa paling banyak 35% (tiga puluh lima persen) dari gaji Direktur Utama.

Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Dewan Pengawas memperoleh bagian dari jasa produksi secara proporsional,20 yang besarnya ditetapkan oleh

kepala daerah dengan memperhatikan kemampuan PDAM. 21

Dewan Pengawas yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir mendapat uang jasa pengabdian dengan syarat telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun.22 Besarnya uang jasa

pengabdian ditetapkan oleh kepala daerah dengan memperhatikan kemampuan PDAM23 dengan didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi masa jabatan

dikalikan uang jasa bulan terakhir.24

b. Direksi

Direksi diangkat oleh kepala daerah atas usul Dewan Pengawas.25 Direksi

mempunyai tugas:

1) menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh kegiatan operasional PDAM;

2) membina pegawai;

3) mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;

17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 23. 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 25. 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 26. 20 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 27. 21 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 28.

22 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 29 ayat (2). 23 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 29 ayat (1). 24 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 29 ayat (3). 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 3 ayat (1).

(6)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 6 4) menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;

5) menyusun Rencana Strategis Bisnis 5 (lima) tahunan (business plan/corporate plan) yang disahkan oleh Kepada Daerah melalui usul Dewan Pengawas;

6) menyusun dan menyampaikan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Strategis Bisnis (business plan/corporate plan) kepada kepala daerah melalui Dewan Pengawas; dan

7) menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan PDAM. 26

Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi mempunyai wewenang:

1) mengangkat dan memberhentikan pegawai PDAM berdasarkan Peraturan Kepegawaian PDAM;

2) menetapkan susunan organisasi dan tata kerja PDAM dengan persetujuan Dewan Pengawas;

3) mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan di bawah Direksi; 4) mewakili PDAM di dalam dan di luar pengadilan:

5) menunjuk kuasa untuk melakukan perbuatan hukum mewakili PDAM; 6) menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan;

7) menjual, menjaminkan atau melepaskan aset milik PDAM berdasarkan persetujuan kepala daerah atas pertimbangan Dewan Pengawas;

8) melakukan pinjaman, mengikatkan diri dalam perjanjian, dan melakukan kerjasama dengan pihak lain dengan persetujuan kepala daerah atas pertimbangan Dewan Pengawas dengan menjaminkan aset PDAM.27

Untuk menghindari konflik kepentingan, Direksi dilarang memangku jabatan rangkap untuk:

1) jabatan struktural atau fungsional pada instansi/lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah;

2) anggota Direksi pada BUMD lainnya, BUMN, dan badan usaha swasta;

3) jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pada PDAM; dan/atau 4) jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.28

Untuk mendukung kelancaran pengelolaan PDAM, Direksi dapat diberikan dana representatif paling banyak 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun. 29 Penghasilan Direksi terdiri dari gaji dan

tunjangan. 30 Tunjangan tersebut terdiri dari:

1) tunjangan perawatan/kesehatan yang layak, termasuk istri/suami dan anak; dan 2) tunjangan lainnya.31

26 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 7. 27 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 9.

28 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 6 ayat (1). 29 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 10.

30 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (1). 31 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (2).

(7)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 7 Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Direksi memperoleh bagian dari jasa produksi.32 Besarnya gaji, tunjangan, dan bagian dari jasa produksi ditetapkan

oleh kepala daerah setelah memperhatikan pendapat Dewan Pengawas dan kemampuan PDAM. 33

Jumlah seluruh biaya untuk penghasilan Direksi, penghasilan Dewan Pengawas, penghasilan pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya tidak boleh melebihi 40% (empat puluh persen) dari total biaya berdasarkan realisasi anggaran perusahaan tahun sebelumnya.34

Direksi pada setiap akhir masa jabatan dapat diberikan uang jasa pengabdian yang besarnya ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usul Dewan Pengawas dengan memperhatikan kemampuan PDAM.35 Direksi yang diberhentikan

dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir dapat diberikan uang jasa pengabdian dengan syarat telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun.36 Besarnya uang jasa pengabdian didasarkan atas perhitungan lamanya

bertugas dibagi masa jabatan dikalikan penghasilan bulan terakhir.37

c. Pegawai

Keberhasilan sebuah perusahaan tidak akan lepas dari peran serta pegawainya, karena pegawai merupakan ujung tombak di lapangan. Dalam memenuhi kebutuhan pegawai, Direksi PDAM dapat mengangkat tenaga honorer atau tenaga kontrak dengan pemberian honorarium yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Direksi yang berpedoman pada Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota.38

Pegawai PDAM berhak atas gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya yang sah sesuai dengan pangkat, jenis pekerjaan dan tanggung jawabnya39 serta

pemberiannya disesuaikan dengan kemampuan PDAM,40 yang meliputi:

1) tunjangan pangan;

2) tunjangan kesehatan; dan 3) tunjangan lainnya. 41

Tunjangan kesehatan diberikan kepada pegawai beserta keluarganya yang menjadi tanggungan,42 meliputi pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit,

klinik dan lain-lain yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Direksi. 43

32 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (3). 33 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (4). 34 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (5). 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 13 ayat (1). 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 13 ayat (2). 37 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 13 ayat (3). 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 34 ayat (1). 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (1). 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (5). 41 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (2). 42 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (3). 43 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (4).

(8)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 8 Penyusunan skala gaji pegawai PDAM dapat mengacu pada prinsip-prinsip skala gaji Pegawai Negeri Sipil yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan PDAM,44 dan ditetapkan dengan Keputusan Direksi,45 dengan

ketentuan:

1) Pegawai yang beristri/bersuami diberikan tunjangan istri/suami paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari gaji pokok.46

2) Pegawai yang mempunyai anak berumur kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun belum mempunyai penghasilan sendiri dan belum atau tidak menikah diberikan tunjangan anak sebesar 5% (lima persen) dari gaji pokok untuk setiap anak,47

dan diberikan paling banyak untuk 2 (dua) orang anak.48 Tunjangan anak dapat

diperpanjang sampai umur 25 (dua puluh lima) tahun, dalam hal anak masih bersekolah/kuliah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi. 49

Pegawai berhak atas jaminan hari tua yang dananya dihimpun dari usaha PDAM atau iuran pegawai PDAM yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi,50 dan

besarnya didasarkan atas perhitungan gaji.51 Direksi dan Pegawai PDAM wajib

diikutsertakan pada program pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan.52 Atas pertimbangan

efektifitas dan efisiensi, penyelenggara program pensiun diutamakan dana pensiun pemberi kerja yang diselenggarakan oleh gabungan PDAM.53

Dalam hal penggajian, diatur juga sebagai berikut:

a. Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, pegawai PDAM diberikan bagian dari jasa produksi sesuai dengan kemampuan keuangan PDAM. 54

b. Pegawai yang memiliki nilai rata-rata baik dalam Daftar Penilaian Kerja Pegawai diberikan kenaikan gaji berkala,55 dan yang belum memenuhi persyaratan

tersebut, kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama 2 (dua) tahun. 56

2. Proses Bisnis Air Minum

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam proses bisnis air minum sebagai berikut.

a. SPAM

44 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 37 ayat (1). 45 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 37 ayat (2). 46 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (1). 47 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (2). 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (4). 49 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (3). 50 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 39 ayat (1). 51 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 39 ayat (2). 52 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 51ayat (1). 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 51ayat (3). 54 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 40.

55 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 41 ayat (1). 56 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 41 ayat (2).

(9)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 9 PDAM telah mendapat amanat untuk menyelenggarakan SPAM di daerah masing-masing. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan.57 SPAM dengan jaringan perpipaan meliputi unit air

baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan,58

sedangkan yang bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.59

Penggunaan air baku untuk keperluan pengusahaan air minum wajib berdasarkan izin hak guna usaha air sesuai peraturan perundang-undangan,60 dan

memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan.61 Air

minum yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan62 serta

pelayanan secara penuh 24 jam per hari.63

Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan,64 memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,

kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan.65 Parameter wajib dan parameter tambahan tersebut diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai berikut: a. Paramater Wajib

57 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 5 (1).

58 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 5 (2) jo. Pasal 37 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

59 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 5 (3). 60 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 8 (4). 61 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 8 (6). 62 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 6 ayat (1).

63 Pasal 35 ayat (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

64 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, Persyaratan Kualitas Air Minum, Pasal 2. 65 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, Pasal 3 ayat (1).

(10)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 10 b. Parameter Tambahan

(11)
(12)
(13)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 13 Pemerintah Propinsi dapat menetapkan tambahan parameter dari parameter

tersebut66 dengan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Propinsi.67

66 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran

Air, Pasal 12 ayat (1).

(14)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 14 Pengoperasian SPAM dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum sebagai berikut.

1) Pengoperasian unit air baku:

a) Jumlah air baku yang disadap tidak boleh melebihi izin pengambilan air baku dan sesuai jumlah yang direncanakan menurut tahapan perencanaan.

b) Apabila kapasitas sumber berkurang dari kapasitas yang dibutuhkan, maka air yang disadap harus dikurangi sedemikian rupa sehingga masih ada sisa untuk pemeliharaan lingkungan di hilir sumber.

c) Penyelenggara harus melakukan pemantauan terhadap debit dan kualitas air baku.68

2) Pengoperasian unit produksi:

a) Tujuan pengoperasian unit produksi adalah mengolah air baku sesuai dengan debit yang direncanakan, sampai menjadi air minum yang memenuhi syarat kualitas, sehingga siap didistribusikan.

b) Kegiatan pengoperasian meliputi kegiatan persiapan sebelum pengoperasian, pelaksanaan operasi serta pemantauan proses pengolahan. 69

3) Pengoperasian unit distribusi:

a) Tujuan pengoperasian unit distribusi adalah untuk mengalirkan air hasil pengolahan ke seluruh jaringan distribusi sampai di semua unit pelayanan, sehingga standar pelayanan berupa kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang dikehendaki dapat tercapai.

b) Kegiatan pengoperasian meliputi kegitan persiapan sebelum pengoperasian, pelaksanaan operasi serta pemantauan unit distribusi.70

4) Pengoperasian unit pelayanan meliputi kegiatan pelayanan untuk domestik yaitu sambungan rumah, sambungan halaman, hidran umum dan terminal air, dan nondomestik yaitu industri kecil, industri besar, restoran, hotel, perkantoran, rumah sakit, dan hidran kebakaran. 71

68 Pasal 38 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

69 Pasal 38 ayat (2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

70 Pasal 38 ayat (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

71 Pasal 38 ayat (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

(15)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 15 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pengelolaan SPAM, maka dapat dilakukan kerjasama antar pemerintah daerah.72

b. Biaya

Dalam operasional PDAM, terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan, yang terdiri dari biaya dasar dan biaya usaha. Biaya dasar yang diperlukan untuk memproduksi setiap meter kubik air minum dihitung atas dasar biaya usaha dibagi dengan volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air standar dalam periode satu tahun.73 Biaya dasar adalah biaya usaha dibagi volume air terproduksi

dikurangi volume kehilangan air standar,74 sedangkan biaya usaha adalah biaya

yang dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya pengelolaan PDAM yang meliputi biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi, serta biaya keuangan dalam periode satu tahun.75 Volume air terproduksi dihitung berdasarkan total volume air

yang dihasilkan oleh sistem produksi yang siap didistribusikan kepada konsumen dalam periode satu tahun.76 Volume kehilangan air standar dihitung berdasarkan

standar prosentase yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air dikalikan volume air terproduksi. 77

Dalam buku berjudul “Penurunanan Kehilangan Air” yang diterbitkan oleh Badan Regulator PAM Jakarta, dinyatakan bahwa upaya penurunan kehilangan air bersih atau air PAM atau sering disebut dengan istilah non revenue water (NRW) memiliki aspek dimensi yang sangat luas dan beragam dampak yang ditimbulkannya merupakan prioritas utama yang sangat mendesak untuk dipahami oleh semua pihak dan dilaksanakan dengan serius oleh operator pelayanan air minum di DKI Jakarta. Tantangan ke depan adalah kesediaan meletakan NRW sebagai isu utama dalam kinerja pelayanan air PAM di Indonesia

Selain memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkannya, PDAM juga harus membuat proyeksi yang meliputi:

1) Proyeksi biaya dasar dalam Rp/m3 atau Rp/satuan volume lainnya, dihitung atas dasar proyeksi biaya usaha dibagi dengan proyeksi volume air terproduksi dikurangi proyeksi volume kehilangan air standar pada tahun proyeksi.78

2) Proyeksi biaya usaha air minum, dihitung berdasarkan data historis dengan memperhatikan proyeksi tingkat harga, proyeksi tingkat inflasi, kemungkinan efisiensi biaya, rencana tingkat produksi, dan rencana investasi beserta rencana

72 Pasal 35 ayat (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

73 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan

Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum, Pasal 12 ayat (1).

74 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 1 angka 10.

75 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 12 ayat (2) jo Pasal 1 angka 9. 76 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 12 ayat (3).

77 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 12 ayat (4). 78 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13 ayat (1).

(16)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 16 sumber pendanaannya.79

3) Proyeksi volume air terproduksi dihitung berdasarkan data historis, dengan memperhatikan rencana tingkat produksi, distribusi dan pengembangan usaha baru. 80

4) Proyeksi volume kehilangan air standar dihitung berdasarkan standar prosentase yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air dikalikan proyeksi volume air terproduksi. 81

Perhitungan dan proyeksi biaya yang akan dijadikan acuan dalam penetapan tarif harus dilakukan secara wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempertimbangkan aspek-aspek efisiensi biaya.82 Untuk melakukan perhitungan

dan proyeksi biaya harus dipersiapkan data sebagai berikut: 1) komponen-komponen biaya sumber air;

2) komponen-komponen biaya pengolahan air;

3) komponen-komponen biaya transmisi dan distribusi; 4) komponen-komponen biaya kemitraan;

5) komponen-komponen biaya umum dan administrasi; 6) komponen-komponen biaya keuangan;

7) komponen-komponen aktiva produktif; 8) tingkat inflasi;

9) volume air terproduksi;

10) volume kehilangan air standar;

11) volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif rendah; 12) volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif dasar;

13) volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif penuh dan khusus; 14) blok konsumsi;

15) kelompok pelanggan;

16) jumlah pelanggan setiap blok konsumsi; 17) jumlah pelanggan setiap kelompok pelanggan; 18) tingkat konsumsi;

19) tarif yang berlaku;

20) komponen-komponen pendapatan penjualan air; 21) komponen-komponen pendapatan non air; 22) komponen-komponen pendapatan kemitraan;

23) tingkat elastisitas konsumsi air minum terhadap tarif; 24) rata-rata penghasilan masyarakat pelanggan; dan 25) upah minimum provinsi. 83

79 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13ayat (2). 80 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13 ayat (3). 81 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13 ayat (4). 82 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 14 ayat (1). 83 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 14 ayat (2).

(17)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 17

c. Pendapatan

Sebagai sebuah BUMD, PDAM diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dan menyumbang deviden yang cukup besar ke APBD. Untuk itu, PDAM perlu mengelola sumber-sumber pendapatan dengan baik. Pendapatan PDAM terdiri dari pendapatan penjualan air, pendapatan non air, dan pendapatan kemitraan.84

Pendapatan penjualan air meliputi: 1) harga air;

2) jasa administrasi termasuk abundemen; dan 3) pendapatan penjualan air lainnya. 85

Pendapatan non air meliputi : 1) pendapatan sambungan baru; 2) pendapatan sewa instalasi; 3) pendapatan pemeriksaan air lab; 4) pendapatan penyambungan kembali; 5) pendapatan denda;

6) pendapatan pemeriksaan instalasi pelanggan; 7) pendapatan penggantian meter rusak;

8) pendapatan penggantian pipa persil; dan 9) pendapatan non air lainnya. 86

Pendapatan kemitraan meliputi : 1) pendapatan royalti;

2) pembagian pendapatan dari kemitraan; 3) pembagian produksi dari kemitraan; dan 4) bagi hasil kerjasama. 87

Setiap pelanggan baru dikenakan biaya penyambungan.88 Biaya

penyambungan tersebut meliputi biaya pengadaan dan pemasangan meter.89 PDAM

juga mengenakan beban tetap bulanan kepada setiap sambungan pelanggan (termasuk terhadap pelanggan pasif)90 untuk biaya pemeliharaan meter dan biaya

administrasi rekening.91 Oleh karena itu, PDAM wajib mengupayakan agar meter air

selalu berfungsi dengan baik, dengan melakukan peneraan (memastikan meteran

84 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (1). 85 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (2). 86 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (3). 87 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (4). 88 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (1). 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (2). 90 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (5). 91 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (3).

(18)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 18 air dalam keadaan baik) dan pemeliharaan yang memadai.92 Meter air tersebut

tersebut harus ditera secara berkala untuk menjamin keakurasiannya.93

d. Tarif

Faktor yang sangat berpengaruh dalam penerimaan pendapatan PDAM adalah besarnya tarif air minum. Tarif air minum merupakan biaya jasa pelayanan air minum dan jasa pelayanan air limbah yang wajib dibayar oleh pelanggan untuk setiap pemakaian air minum yang diberikan oleh Penyelenggara.94 Perhitungan dan

penetapan tarif air minum tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip: 1) keterjangkauan dan keadilan;

2) mutu pelayanan; 3) pemulihan biaya; 4) efisiensi pemakaian air;

5) transparansi dan akuntabilitas; dan 6) perlindungan air baku.95

Komponen biaya yang diperhitungkan dalam perhitungan tarif meliputi: 1) biaya operasi dan pemeliharaan;

2) biaya depresiasi/amortisasi; 3) biaya bunga pinjaman; 4) biaya-biaya lain; dan 5) keuntungan yang wajar.96

Penghitungan tarif harus menerapkan struktur tarif, termasuk tarif progresif, dalam rangka penerapan subsidi silang antar kelompok pelanggan,97 efisiensi

pemakaian,98 dan perlindungan air baku.99 Tarif progresif tersebut diperhitungkan

melalui penetapan blok konsumsi100 dan dikenakan kepada pelanggan yang

konsumsinya melebihi standar kebutuhan pokok air minum.101

Tarif jasa pelayanan yang diselenggarakan oleh PDAM ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usulan direksi, setelah disetujui oleh Dewan Pengawas.102 Tarif untuk standar kebutuhan pokok air minum harus terjangkau

oleh daya beli masyarakat pelanggan yang berpenghasilan sama dengan Upah

92 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (4).

93 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 11 ayat (3) jo. Pasal 39 ayat (3) Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

94 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (1).

95 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (2) jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23

Tahun 2006, Pasal 2.

96 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (3). 97 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (4).

98 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 6 ayat (1). 99 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 8 ayat (2). 100 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 6 ayat (2). 101 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 6 ayat (3). 102 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (6).

(19)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 19 Minimum Provinsi,103 yaitu apabila pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi

standar kebutuhan pokok air minum tidak melampaui 4% (empat persen) dari pendapatan masyarakat pelanggan.104 Untuk mencapai keadilan dalam pengenaan

tarif, maka dapat diterapkan tarif diferensiasi dengan subsidi silang antar kelompok pelanggan.105 Penetapan tarif tersebut harus dengan mempertimbangkan

keseimbangan dengan tingkat mutu pelayanan yang diterima oleh pelanggan.106

Sebagai entitas bisnis, PDAM dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat harus berorientasi profit. Pendapatan PDAM harus memenuhi prinsip pemulihan biaya107 dimana hasil perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan

biaya dasar.108 Tarif rata-rata adalah total pendapatan tarif dibagi total volume air

terjual.109

Untuk pengembangan pelayanan air minum, tarif rata-rata yang direncanakan harus menutup biaya dasar ditambah tingkat keuntungan yang wajar.110 Tingkat keuntungan yang wajar dicapai berdasarkan rasio laba terhadap

aktiva produktif sebesar 10% (sepuluh persen).111

Proses perhitungan dan penetapan tarif harus dilakukan secara transparan dan akuntabel112 dengan cara:

a. menyampaikan secara jelas informasi yang berkaitan dengan perhitungan dan penetapan tarif kepada para pemangku kepentingan; dan

b. menjaring secara bersungguh-sungguh aspirasi yang berkaitan dengan perhitungan dan penetapan tarif dari para pemangku kepentingan. 113

Proses perhitungan dan penetapan tarif tersebut harus menggunakan landasan perhitungan yang mudah dipahami dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangku kepentingan114 serta mempertimbangkan perlindungan dan

pelestarian fungsi sumber air dalam jangka panjang.115

Tarif dibedakan dalam 4 (empat) jenis, yaitu: 116

a. tarif rendah, nilainya lebih rendah dibanding biaya dasar.117

b. tarif dasar, nilainya sama atau ekuivalen dengan biaya dasar.118

c. tarif penuh, nilainya lebih tinggi dibanding biaya dasar.119

103 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (1). 104 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (2). 105 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (3). 106 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 4.

107 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (1). 108 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (2). 109 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 1 angka 15. 110 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (3). 111 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (4). 112 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 7 ayat (1). 113 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 7 ayat (2). 114 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 7 ayat (3). 115 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 8 ayat (1). 116 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (1). 117 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (2). 118 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (3).

(20)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 20 d. tarif kesepakatan, nilainya berdasarkan kesepakatan antara PDAM dengan

pelanggan. 120

PDAM menetapkan struktur tarif berdasarkan ketentuan blok konsumsi, kelompok pelanggan, dan jenis tarif.121 Pembagian blok konsumsi adalah sebagai

berikut: 122

a. Blok I merupakan blok konsumsi air minum untuk memenuhi standar kebutuhan pokok.123

b. Blok II merupakan blok konsumsi air minum untuk pemakaian di atas standar kebutuhan pokok.124

Sementara itu, pelanggan PDAM diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok yaitu:125

a. Kelompok I: menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif rendah untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum;126

b. Kelompok II: menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif dasar untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum;127

c. Kelompok III: menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif penuh untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum;128 dan

d. Kelompok Khusus, khusus menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif air minum berdasarkan kesepakatan.129

PDAM dapat menentukan kebijakan jenis-jenis pelanggan pada masing-masing kelompok berdasarkan kondisi obyektif dan karakteristik pelanggan di daerah masing-masing sepanjang tidak mengubah jumlah kelompok pelanggan.130

Perhitungan tarif dilakukan dengan mengacu pada formula perhitungan tarif air minum131 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1) menghitung biaya dasar; 2) menghitung tarif dasar;

3) menghitung tarif rendah dan subsidi silang; 4) menghitung tarif penuh.132

Besarnya subsidi silang dapat bervariasi antar kelompok pelanggan dalam wilayah pelayanan yang berbeda dan dihitung dengan menggunakan formula perhitungan subsidi. 133

119 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (4).

120 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (5). 121 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 18.

122 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 9 ayat (1). 123 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 9 ayat (2). 124 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 9 ayat (3). 125 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (1). 126 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (2). 127 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (3). 128 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (4). 129 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (5). 130 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 11.

131 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 19 ayat (2). 132 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 19 ayat (1).

(21)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 21 Mekanisme penetapan tarif didasarkan asas proporsionalitas kepentingan:134

1) masyarakat pelanggan, dalam arti harus menjamin kepentingan konsumen.135

2) PDAM selaku badan usaha dan penyelenggara, dalam arti harus menjamin kepentingan PDAM sebagai badan usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang (corporate plan) PDAM yang bersangkutan, 136 dan

3) pemerintah daerah selaku pemilik PDAM, dalam arti harus menjamin kepentingan pemerintah daerah, pemilik modal atau pemegang saham PDAM dalam memperoleh hasil atas pengelolaan PDAM berupa pelayanan air minum yang berkualitas dan/atau keuntungan untuk pengembangan pelayanan umum yang bersangkutan. 137

Tarif ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usulan direksi setelah disetujui oleh Dewan Pengawas.138 Konsep usulan tarif tersebut diajukan oleh

direksi PDAM dengan mempertimbangkan mutu pelayanan, pemulihan biaya dan target pengembangan tingkat pelayanan, dilengkapi data pendukung sebagai berikut: 139

1) dasar perhitungan usulan penetapan tarif; 2) hasil perhitungan proyeksi biaya dasar;

3) perbandingan proyeksi biaya dasar dengan tarif berlaku;

4) proyeksi peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;

5) perhitungan besaran subsidi yang diberikan kepada kelompok pelanggan yang kurang mampu; dan

6) kajian dampak kenaikan beban per bulan kepada kelompok-kelompok pelanggan.

Konsep usulan penetapan tarif terlebih dahulu dikonsultasikan dengan wakil atau forum pelanggan melalui berbagai media komunikasi untuk mendapatkan umpan balik sebelum diajukan kepada kepala daerah.140 Konsep usulan penetapan

tarif beserta data pendukung dan umpan balik kemudian diajukan secara tertulis kepada kepala daerah melalui badan pengawas.141 Dari hasil pembahasan usulan

penetapan tarif dan pendapat badan pengawas, kepala daerah kemudian membuat ketetapan menyetujui atau menolak secara tertulis kepada direksi PDAM paling

133 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 19 ayat (3).

134 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (1). 135 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (2). 136 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (3). 137 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (4). 138 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (1). 139 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (2). 140 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (3). 141 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (4).

(22)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 22 lambat 2 (dua) bulan sejak usulan diterima.142 Berdasarkan penetapan tarif oleh

kepala daerah, direksi menerbitkan keputusan besarnya tarif bagi setiap pelanggan,143 dan menyosialisasikannya kepada masyarakat pelanggan melalui

media massa paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum tarif baru diberlakukan secara efektif.144

Tarif yang sudah ditetapkan dapat dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tarif diusulkan oleh direksi kepada kepala daerah melalui badan pengawas untuk ditetapkan145 dengan memperhitungkan:146

1) nilai indeks inflasi tahunan pada tahun yang bersangkutan yang diterbitkan instansi pemerintah yang berwenang;

2) beban bunga pinjaman; dan/atau

3) parameter lain sesuai kontrak perjanjian kerjasama.

Dalam keadaan luar biasa yang mengakibatkan diperlukannya perubahan rencana kerja perusahaan (corporate plan) maka dapat dilakukan peninjauan tarif secara periodik.147 Untuk kesinambungan pelayanan PDAM, paling lambat 5 (lima)

tahun sekali direksi dapat melakukan peninjauan tarif148 dengan cara

mengusulkannya kepada kepala daerah melalui badan pengawas untuk ditetapkan.149

Terdapat kemungkinan direksi mengusulkan peninjauan tarif, dan telah disetujui badan pengawas berdasarkan perhitungan yang transparan dan akuntabel, namun kepala daerah menolak usul penetapan tarif yang diajukan. Bila hal itu terjadi, akan berakibat tarif rata-rata berada di bawah biaya dasar. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah mengupayakan subsidi untuk menutup kekurangannya melalui APBD sesuai peraturan perundang-undangan.150

Sinkronisasi perencanaan tarif dan pengembangan PDAM pada umumnya dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk itu, Direksi wajib menyusun rencana jangka panjang perusahaan (corporate plan) serta rencana kerja dan anggaran PDAM dengan melibatkan para pemangku kepentingan.151

Pembinaan atas penetapan tarif dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri152 dan

pengawasan atas pelaksanaan pedoman penetapan tarif dilakukan oleh Gubernur.153

142 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (5). 143 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (6). 144 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (8). 145 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 22 ayat (2).

146 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (5) jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23

Tahun 2006, Pasal 22 ayat (1).

147 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 23 ayat (1). 148 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 23 ayat (2). 149 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 23 ayat (3). 150 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 24 ayat (1). 151 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 24 ayat (2). 152 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 25 ayat (1).

(23)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 23

e. Hak dan Kewajiban

PDAM selaku BUMD yang ditunjuk menyelenggarakan SPAM, mempunyai lingkup tugas dan tanggung jawab:

1) Menyelenggarakan pengembangan SPAM yang terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi yang ditetapkan;

2) melaksanakan rencana dan program proses pengadaan, termasuk pelaksanaan konstruksi yang menjadi tanggung jawabnya, serta pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi;

3) melakukan pengusahaan termasuk menghimpun pembayaran jasa pelayanan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan;

4) memberi pelayanan penyediaan air minum dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan standar yang ditetapkan;

5) membuat laporan penyelenggaraan secara transparan, akuntabel, dan bertanggung gugat sesuai dengan prinsip tata pengusahaan yang baik;

6) menyampaikan laporan penyelenggaraan kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan

7) mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit kepada masyarakat luas.154

PDAM juga mempunyai hak dan kewajiban. Adapun haknya adalah:

1) memperoleh lahan untuk membangun sarana sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

2) menerima pembayaran jasa pelayanan sesuai dengan tarif/retribusi jasa pelayanan;

3) menetapkan dan mengenakan denda terhadap keterlambatan pembayaran tagihan;

4) memperoleh kuantitas air baku secara kontinu sesuai dengan izin yang telah didapat;

5) memutus sambungan langganan kepada para pemakai/pelanggan yang tidak memenuhi kewajibannya; dan

6) menggugat masyarakat atau organisasi lainnya yang melakukan kegiatan dan mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana pelayanan.155

Sedangkan kewajiban PDAM adalah:

1) menjamin pelayanan yang memenuhi standar yang ditetapkan;

153 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 25 ayat (2).

154 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 63.

(24)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 24 2) memberikan informasi yang diperlukan kepada semua pihak yang

berkepentingan atas kejadian atau keadaan yang bersifat khusus dan berpotensi akan menyebabkan perubahan atas kualitas dan kuantitas pelayanan;

3) mengoperasikan sarana dan memberikan pelayanan kepada semua pemakai/pelanggan yang telah memenuhi syarat, kecuali dalam keadaan memaksa (force majeure);

4) memberikan informasi mengenai pelaksanaan pelayanan;

5) memberikan ganti rugi yang layak kepada pelanggan atas kerugian yang dideritanya;

6) mengikuti dan mematuhi upaya penyelesaian secara hukum apabila terjadi perselisihan; dan

7) berperan serta pada upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air dalam rangka konservasi lingkungan. 156

Pelanggan PDAM juga mempunyai hak dan kewajiban. Haknya adalah:

1) memperoleh pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sesuai dengan standar yang ditetapkan;

2) mendapatkan informasi tentang struktur dan besaran tarif serta tagihan; 3) mengajukan gugatan atas pelayanan yang merugikan dirinya ke pengadilan; 4) mendapatkan ganti rugi yang layak sebagai akibat kelalaian pelayanan; dan 5) memperoleh pelayanan pembuangan air limbah atau penyedotan lumpur tinja.157

Setiap pelanggan air minum berkewajiban: 1) membayar tagihan atas jasa pelayanan;

2) menggunakan produk pelayanan secara bijak; 3) turut menjaga dan memelihara sarana air minum;

4) mengikuti petunjuk dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara; dan

5) mengikuti dan mematuhi upaya penyelesaian secara hukum apabila terjadi perselisihan. 158

f. Penjaminan dan Subsidi Bunga

Dengan keterbatasan keuangan dan banyaknya utang PDAM, PDAM sering terkendala dalam mengembangkan kegiatan bisnisnya dan merugi. Strategi yang dipakai akhirnya mengurangi pelayanan demi melakukan efisiensi dan mengurangi kerugian. Pada akhirnya tindakan tersebut mengecewakan konsumen yang telah membayar tagihan tinggi namun ternyata tidak sebanding dengan pelayanan yang didapatkan. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan mengenai pemberian jaminan dan subsidi bunga.

156 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 68 ayat (2). 157 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 67 ayat (1). 158 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 67 ayat (2).

(25)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 25

Pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh

Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. Dalam rangka percepatan penyediaan air minum, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pemerintah Pusat dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara dapat memberikan:

1) jaminan atas pembayaran kembali kredit PDAM kepada bank; dan 2) subsidi atas bunga yang dikenakan oleh bank.159

Kredit PDAM yang mendapat jaminan dan subsidi bunga oleh Pemerintah Pusat adalah yang berupa kredit investasi.160 Besarnya jaminan Pemerintah Pusat

sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah kewajiban pembayaran kembali kredit investasi PDAM yang telah jatuh tempo, sedangkan sisanya sebesar 30% (tiga puluh persen) menjadi resiko bank yang memberikan kredit investasi.161

Dalam hal PDAM gagal membayar atas sebagian atau seluruh kewajiban yang telah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian pinjaman, Pemerintah Pusat menanggung sebesar 70% (tujuh puluh persen) dan bank menanggung 30% (tiga puluh persen) dari jumlah gagal bayar.162 Berdasarkan realisasi pembayaran jaminan Pemerintah

Pusat tersebut, selanjutnya dilakukan pembagian pembebanan masing-masing Pemerintah Pusat menanggung sebesar 40% (empat puluh persen), dan Pemerintah Daerah menanggung sebesar 30% (tiga puluh persen) dihitung dari seluruh kewajiban PDAM yang gagal bayar.163

Atas beban 30% tersebut, Pemerintah Daerah dapat membayar langsung dan/atau mengkonversi menjadi pinjaman, dengan terlebih dahulu menyampaikan pemberitahuan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.164

Dalam hal Pemerintah Daerah memilih alternatif untuk mengkonversi beban menjadi pinjaman, Pemerintah Pusat c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Pemerintah Daerah melakukan Perjanjian Pinjaman165 dan ditetapkan paling lambat

159 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah

Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum, Pasal 1 ayat (1).

160 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 1 ayat (2) dan (3) jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

229/PMK. 01/2009 tentang Tatacara Pelaksanaan Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum, Pasal 2 ayat (3).

161 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 2 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009,

Pasal 2 ayat (1).

162 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 3 ayat (1).

163 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 3 ayat (2) jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.

01/2009, Pasal 21 ayat (1).

164 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 21 ayat (2). 165 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 21 ayat (3).

(26)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 26 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan.166 Apabila terdapat

tunggakan terhadap pinjaman Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat sebagai konversi beban menjadi pinjaman, maka Pemerintah Daerah dapat dikenakan sanksi berupa pemotongan atas penyaluran DAU dan/atau DBH sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.167

Sementara itu, pelaksanaan pembayaran jaminan Pemerintah Pusat sebesar 40% (empat puluh persen) diperhitungkan sebagai pinjaman dari Pemerintah Pusat kepada PDAM, yang diatur dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah Pusat dan PDAM.168 Sedangkan untuk status dana Pemerintah Daerah yang dibayarkan

sebesar 30%, Pemerintah Daerah dapat menetapkan status dana tersebut sebagai penyertaan modal Pemerintah Daerah, pinjaman Pemerintah Daerah, dan/atau hibah Pemerintah Daerah kepada PDAM.169

Skema penjaminan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pemberian jaminan Pemerintah Pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan menerbitkan Surat Jaminan Pemerintah Pusat170 dengan didahului

perjanjian induk (umbrella agreement) antara Pemerintah Pusat c.q Menteri

166 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 21 ayat (4). 167 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 21 ayat (5). 168 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 3 ayat (3).

169 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 3 ayat (4). 170 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 4 ayat (1).

UTANG PDAM yang jatuh tempo

Ditanggung Pemerintah Pusat 70 % Ditanggung bank 30% Ditanggung Pemerintah Pusat 40 % Ditanggung Pemerintah Daerah 30 % Pemerintah Daerah membayar utang PDAM

30%

Pemerintah Daerah tidak membayar utang PDAM

30% Menjadi penyertaan modal Pemerintah Daerah di PDAM Menjadi pinjaman Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat Menjadi pinjaman Pemerintah Pusat ke PDAM

(27)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 27 Keuangan, Pemerintah Daerah, dan PDAM, yang paling kurang memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:171

1) Pemerintah Pusat melaksanakan pembayaran sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari seluruh kewajiban pembayaran kembali kredit investasi PDAM yang gagal bayar

2) Setiap pelaksanaan pembayaran jaminan Pemerintah Pusat sebesar 40% (empat puluh persen) statusnya menjadi pinjaman PDAM kepada Pemerintah Pusat; 3) Pernyataan Gubernur/Walikota/Bupati mengenai kesediaan untuk menanggung

beban sebesar 30% (tiga puluh persen) dari APBD, dan/atau mengkonversi beban sebesar 30% (tiga puluh persen) menjadi utang Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat;

4) Pernyataan Gubernur/Walikota/Bupati mengenai kesediaan dilakukan pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil apabila Pemerintah Daerah tidak melakukan pembayaran pinjaman atas beban pembayaran utang sebesar 30% tersebut. Pernyataan kesediaan Gubernur/Walikota/Bupati tersebut di atas wajib mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah melalui putusan sidang paripurna DPRD, dan dilakukan sebelum penandatanganan perjanjian induk (umbrella agreement). 172

Jaminan Pemerintah diberikan kepada PDAM yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 173

1) Untuk PDAM yang tidak mempunyai tunggakan kepada Pemerintah Pusat, wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Hasil audit kinerja oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang menunjukkan kriteria “sehat”; dan

b) PDAM telah melakukan penetapan tarif rata-rata yang lebih besar dari seluruh biaya rata-rata per unit (full cost recovery) selama masa penjaminan.

c) Penetapan tarif full cost recovery ditetapkan dengan surat keputusan dari pimpinan Pemerintah Daerah dan berlaku selama masa penjaminan.

2) Untuk PDAM yang mempunyai tunggakan kepada Pemerintah Pusat, diwajibkan telah memenuhi persyaratan program restrukturisasi dan mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

Untuk memperoleh jaminan Pemerintah Pusat, perjanjian kredit investasi antara bank dengan PDAM paling kurang memuat ketentuan sebagai berikut:

171 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 5 ayat (1) jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.

01/2009, Pasal 3 ayat (1).

172 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 5 ayat (2) jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.

01/2009, Pasal 3 ayat (2).

173 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 6 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009,

(28)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 28 1) kewajiban PDAM untuk membuka rekening pada bank pemberi kredit investasi, atau bank yang ditunjuk oleh bank pemberi kredit investasi untuk keperluan transaksi penerimaan dan pengeluaran PDAM; dan

2) hak bank pemberi kredit investasi, atau bank yang ditunjuk oleh bank pemberi kredit investasi untuk memblokir dana sebesar kewajiban yang akan jatuh tempo, dan selanjutnya mendebet langsung dana yang diblokir tersebut. 174

Untuk mengatur ketentuan kredit investasi PDAM dan pedoman teknisnya, bank menetapkan kriteria penilaian sesuai ketentuan perbankan,175 dan Menteri

Pekerjaan Umum menetapkan pedoman teknis kelayakan proyek investasi yang diajukan oleh PDAM. 176

Untuk pembayaran jaminan Pemerintah Pusat, Pemerintah Pusat menyediakan anggaran jaminan Pemerintah Pusat melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berdasarkan estimasi kebutuhan pelaksanaan jaminan sebagai pembayaran atas kewajiban kontinjensi PDAM,177

yang sebelumnya harus dihitung terlebih dahulu oleh Menteri Keuangan.178

Penyediaan anggaran jaminan Pemerintah Pusat tersebut dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran selama periode penjaminan.179

Setiap pembayaran jaminan Pemerintah Pusat kepada bank harus didahului dan didasarkan pada perjanjian pinjaman antara PDAM dan Pemerintah Pusat sebesar jumlah yang akan dibayarkan kepada bank sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak dapat dipenuhi PDAM.180 Pemerintah Pusat melakukan pembayaran

jaminan Pemerintah Pusat terhadap kewajiban kredit investasi PDAM yang gagal bayar setelah bank menyampaikan tagihan dan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Keuangan yang menyatakan bahwa PDAM tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian pinjaman.181

Atas kredit investasi yang dinikmati, PDAM akan dibebani bunga. Tingkat bunga kredit investasi yang disalurkan bank kepada PDAM ditetapkan sebesar BI rate ditambah paling tinggi 5% (lima persen), dengan ketentuan:

1) tingkat bunga sebesar BI rate ditanggung PDAM; dan

2) selisih bunga di atas BI rate paling tinggi sebesar 5% (lima persen) menjadi subsidi yang ditanggung Pemerintah Pusat.182

Artinya, Subsidi Bunga yang diberikan Pemerintah Pusat kepada PDAM hanya sebesar selisih antara BI rate dengan bunga kredit investasi yang disepakati

174 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 7.

175 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 8 ayat (1). 176 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 8 ayat (2). 177 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 9 ayat (1). 178 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 9 ayat (2). 179 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 9 ayat (3). 180 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 10. 181 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 11. 182 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 11.

(29)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 29 oleh Bank Pemberi Kredit dan PDAM, paling tinggi sebesar 5% (lima persen).183

Untuk mengantisipasi selisih BI rate tersebut, Pemerintah Pusat menyediakan anggaran subsidi bunga dalam APBN.184 Pemerintah Pusat, melalui Menteri

Keuangan185 memberikan subsidi bunga tersebut selama jangka waktu kredit

investasi.186 Subsidi bunga kepada bank dibayarkan setiap 6 (enam) bulan sekali

masing-masing pada tanggal 1 April dan 1 Oktober.187

Menteri Keuangan menetapkan bank yang dapat memberikan kredit investasi kepada PDAM berdasarkan permohonan bank yang bersangkutan.188

Adapun proses Penetapan Bank Pemberi Kredit adalah sebagai berikut:189

1) Departemen Keuangan mengumumkan kesempatan untuk menjadi Bank Pemberi Kredit melalui situs resmi Departemen Keuangan.

2) Bank membuat permohonan sebagai calon Bank Pemberi Kredit kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang.

3) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang menetapkan calon-calon Bank Pemberi Kredit berdasarkan permohonan tersebut, dengan kriteria: a) bersedia membuat pernyataan untuk menyalurkan kredit investasi dan

besarnya komitmen; dan

b) berpengalaman dalam menyalurkan kredit investasi.

4) Atas penetapan Bank Pemberi Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri Pekerjaan Umum c.q. Direktur Jenderal Cipta Karya melakukan penandatanganan PKP dengan Bank Pemberi Kredit.

Jaminan Pemerintah Pusat kepada PDAM tetap berlaku sepanjang perjanjian induk (umbrella agreement) dan perjanjian kredit masih efektif,190 dan diberikan

paling lama 20 (dua puluh) tahun terhitung mulai tanggal penandatanganan perjanjian kredit.191 Jaminan dan subsidi bunga Pemerintah Pusat hanya diberikan

kepada bank yang melakukan penandatanganan perjanjian kredit investasi dengan PDAM dan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.01/2009.192

Adapun proses pengajuan permohonan penerbitan surat jaminan Pemerintah Pusat dan subsidi bunga adalah sebagai berikut:193

183 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 2 ayat (12. 184 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 13 ayat (1).

185 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 14.

186 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 13 ayat (2). 187 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 15 ayat (1). 188 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 17 ayat (1). 189 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 6.

190 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 4 ayat (1).

191 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 17 ayat (3) jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.

01/2009, Pasal 4 ayat (2).

192 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 17 ayat (2) jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.

01/2009, Pasal 4 ayat (3).

(30)

Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 30 1) Dalam rangka memperoleh Kredit Investasi, PDAM mengajukan permohonan

untuk mendapatkan Jaminan dan Subsidi Bunga secara tertulis kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

2) Permohonan dimaksud paling kurang melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut:

a) Konsep Perjanjian Induk (umbrella agreement);

b) Pernyataan Gubernur/Walikota/Bupati mengenai kesediaan untuk menanggung beban sebesar 30% (tiga puluh persen) menjadi pinjaman Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat sesuai format yang ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009; c) Pernyataan Gubernur/Walikota/Bupati mengenai kesediaan dilakukan

pemotongan DAU dan/atau DBH apabila Pemerintah Daerah tidak melakukan pembayaran pinjaman sebagai konversi dari pembagian pembebanan sesuai format yang ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009;

d) Persetujuan DPRD atas pernyataan Gubernur/Walikota/Bupati tersebut sesuai format yang ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009;

e) Konsep akhir perjanjian kredit yang telah diparaf oleh masing-masing pihak; f) Konsep surat jaminan Pemerintah Pusat yang telah disetujui oleh bank

pemberi kredit;

g) Untuk PDAM yang tidak mempunyai tunggakan utang kepada Pemerintah Pusat, diperlukan hasil Audit Kinerja oleh BPKP yang menerangkan PDAM tersebut sehat dan antara lain menyatakan bahwa tarif rata-rata PDAM tersebut lebih tinggi dari seluruh biaya rata-rata per unit (full cost recovery); h) Untuk PDAM yang mempunyai tunggakan pinjaman kepada Pemerintah Pusat,

diperlukan surat persetujuan Menteri Keuangan tentang persetujuan restrukturisasi.

PDAM dan bank pemberi kredit menandatangani perjanjian kredit setelah menerima perjanjian induk dan persetujuan atas konsep akhir perjanjian kredit.194

Perjanjian kredit terebut memuat paling kurang ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 195

1) Tujuan penggunaan fasilitas kredit;

2) Dalam hal PDAM gagal bayar atas sebagian atau seluruh kewajiban pembayaran kembali kredit yang telah jatuh tempo, Pemerintah Pusat menanggung sebesar 70% (tujuh puluh persen) dan Bank Pemberi Kredit menanggung 30% (tiga puluh persen) dari jumlah gagal bayar;

194 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 10 ayat (1). 195 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK. 01/2009, Pasal 10 ayat (2).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa Terhadap Celana Jeans Model Skinny Fit di Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.. Penelitian ini

Dari variabel modal, tenaga kerja, dan lama usaha yang secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produksi kerajinan manik-manik kaca Desa Plumbon Gambang, telah

ANALISIS HASIL PERHITUNGAN Dengan menggunakan parameter utama fisika teras reaktor HTR-10 sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 3, konstanta multi-kelompok untuk reaktor ini

This current framework therefore focuses on helping National Societies to plan and monitor activities, outputs and immediate impacts of DRR/CCA that ultimately contribute to

Pengembangan metode proyek di taman kanak- kanak bertujuan mengembangkan perkembangan Sosial Emosional yaitu Bekerja sama dalam setiap kali menyelesaikan tugas atau kegiatan,

Dapat juga dilakukan dengan menggunakan buku penghubung guru dan orangtua atau komunikasi langsung dengan orangtua untuk melihat apa yang sudah dipelajari oleh peserta didik dan

Pada pengujian tanah yang telah di stabilisasi, setiap sampel tanah dibuat dengan variasi kadar campuran abu limbah ampas tebu sebanyak 12%, 15%, dan 18% dengan dilakukan

In this document, section 2 includes a definition list of typical features in the telecommunications domain as one Geospatial Information Community (GIC).. It can be argued that