• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TAFSIR

AL-QURAN 1

Minggu 1 DPQS

(2)

Matlamat Modul

• Matlamat modul ini membahaskan tentang huraian dan tafsiran ayat-ayat hukum. Ianya mengandungi pelbagai jenis hukum dan

pengajaran yang berguna dan penting bagi kehidupan individu muslim bersesuaian dengan kehendak Ilahi bagi menjamin

kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

• Di akhir modul ini diharapkan pelajar dapat memahami dengan baik dan menjiwai intisari-intisari yang terkandung dalam ayat-ayat di dalam surah berkenaan serta dapat mengambil pengajaran dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya.

(3)

• Al-Qur'an merupakan kitab suci bagi umat Islam dan menjadi sumber utama ajaran Islam. Ia menyatakan diri sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (QS. Al Baqarah 2:83).

• Untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dari Al-Qur'an, umat Islam sejak wafat Rasulullah hingga sekarang senantiasa berupaya untuk melakukan penafsiran-penafsiran terhadap Al-Qur'an.

(4)
(5)

Tafsir Bil Manqul (Bil Ma'tsur/Birriwayah)

• Kalau kita mengamati metode penafsiran

sahabat-sahabat nabi SAW, ditemukan bahwa pada dasarnya,

setelah gagal menemukan penjelasan nabi dalam

masalah-masalah tertentu, mereka merujuk kepada

penggunaan bahasa dan sya'ir-sya'ir Arab.

(6)

• Misalnya Umar ibn al-Khattab pernah bertanya tentang erti

takhawwuf dalam firman Allah : Aw ya'khuzahum 'ala

takhawwuf (QS. 16:47). Seorang Arab dari kabilah Hudzail

menjelaskan bahwa ertinya adalah "pengurangan".

• Pengertian ini berdasarkan penggunaan bahasa yang

dibuktikan dengan sya'ir pra Islam. “Umar ketika itu puas dan

menganjurkan untuk mempelajari sya'ir-sya'ir tersebut dalam

rangka memahami Al-Qur'an (Asy-Syatibi, tt :18).

(7)

Keistimewaan

Metode bil ma'tsur

1. Menekankan pentingnya bahasan dalam memahami Al-Qur'an.

2. Memaparkan ketelitian penggunaan ayat ketika menyampaikan

pesan-pesan.

3. Mengikat mufassir dalam bingkai teks ayat-ayat, sehingga

membatasinya terjerumus dalam subjektiviti yang berlebihan

(Shihab,1999:157).

4. Dapat dijadikan khazanah informasi sejarah dan periwayatan

yang bermanfaat bagi generasi berikutnya (Zahabi,1961:157).

(8)

Kelemahan

Metode bil ma'tsur

1. Terjerumusnya dalam huraian kebahasaan dan kesusasteraan yang berpanjangan, sehingga pesan asal Al-Qur'an menjadi kabur di celah huraian itu.

2. Seringkali konteks turunnya ayat hampir dapat dikatakan terabai sama

sekali, sehingga ayat-ayat tersebut bagaikan turun bukan dalam satu masa atau berada di tengah-tengah masyarakat tanpa budaya (Shihab, 1999:49). 3. Terjadinya pemalsuan dalam tafsir karena fanatisme mazhab, politik dan

usaha-usaha musuh Islam.

4. Masuknya unsur Isra'iliyat ke dalam tafsir, iaitu unsur-unsur Yahudi dan Nasrani ke dalam penafsiran Al-Qur'an.

(9)

Tafsir Bil Ma'qul (Bi AI-Ra'yi)

• Tafsir bi al-ra'yi adalah jenis metode penafsiran Al-Qur'an dimana

seorang mufassir menggunakan akal (rasio) sebagai pendekatan

utamanya.

• Ash-Shabuni

menyatakan bahwa tafsir bi al-ra'yi adalah tafsir

ijtihad yang dibina atas dasar-dasar yang tepat , bukan atas dasar

ra‘yu semata atau atas dorongan hawa nafsu atau penafsiran

pemikiran seseorang dengan sesuka hatinya (Ash-Shabuni,

1985:351).

(10)

• Sementara menurut

Manna al-Qattan

, ianya adalah metode

tafsir dengan menjadikan akal dan pemahamannya sendiri

sebagai sandaran dalam menjelaskan sesuatu (Qattan,

1976:351).

• Sedangkan

az-Zarqani

secara tegas menyatakan bahwa tafsir bi

al-ra’yi merupakan tafsir ijtihad yang disepakati atau memiliki

sanad kepada yang semestinya dan jauh dari kesesatan dan

kebodohan (Zarqawi, tt:9).

(11)

Al-Farmawi yang membahagikan metode tafsir

menjadi empat macam,(Farmawi, 1977:23).

tahliliy

ijmaliy

(12)

No. Unsur Yang Membezakan Tematik Tahliliy Ijmaliy Muqoron

1.

Membahas surat demi surat atau bagian- bagian tertentu dalam surat-surat, kemudian merangkainya dengan tema sentral yang terdapat dalam surat-surat

tersebut. Selanjutnya menghimpun semua ayat yang berbicara tentang satu masalah tertentu, kemudian mengaitkan satu dengan yang lain menafsirkan secara utuh dan menyeluruh.

2.

Penjelasan tentang arti dan maksud ayat- ayat Qur'an dari sekian banyak seginya yang ditempuh oleh mufassir dengan menjelaskan ayat demi ayat dan surat demi surat

sesuai urutannya dalam mushhaf melalui penafsiran kosa kata, penjelasan-penjelasan asbab an nuzul, munasabah serta kandungan ayat-ayat tersebut sesuai dengan

keahlian dan kecenderungan-kecenderungan mufassir.

3.

Penafsiran ayat-ayat Al Qur'an dengan cara menjelaskan maknanya secara global sesuai dengan urutan dalam mushhaf. Dalam menjelaskan makna ayat-ayat tersebut mufassir meletakkannya dalam kerangka pembahasan yang mudah dipahami oleh orang pada umumnya.

4.

Membandingkan ayat-ayat al Qur'an yang memiliki persamaan, yang membicarakan tentang masalah atau perkara yang berbeza dan yang memiliki redaksi yang berbeza bagi masalah atau perkara yang sama atau diduga sama dan membandingkan al Qur'an dengan Hadits-hadits Nabi yang tampaknya bertentangan, serta

membandingkan pendapat-pendapat ulama' tafsir yang menyangkut penafsiran ayat-ayat al Qur'an.

(13)

• Definisi Kisah-Kisah dalam al-Qur’an

• Secara bahasa, kisah-kisah dari kata Qashash jamak dari al-Qishash yang bererti Tatba’u al-Atsar (mengulang kembali masa lalu).

Pengertian ini diperolehi dari al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 64:

(14)

• Al-Qishash sama ertinya dengan al-Hadis, yang ertinya cerita.

• Sedangkan al-Qishash sebagai salah satu bentuk sastera yang disebut cerpen atau novel, didefinisikan sebagai media untuk mengungkapkan kehidupan atau fragmen-fragmennya yang menyangkut suatu peristiwa atau sejumlah

peristiwa yang terkait satu sama lainnya.

• Adapun al-Qishash (kisah) secara terminologi:

• ةعقاولا ثداوحلاو ةقباسلا تاوبنلاو ةيضاملا مملاا لاوحا نع رابخا

• Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, Nabi-Nabi terdahulu, dan peristiwa yang pernah terjadi.

(15)

• Al-Qishash atau kisah didalam al-Qur’an tampaknya lebih

dekat ertinya al-Tarikh (sejarah) daripada kepada al-Qishash

sebagai bentuk sastera modern.

• Hal ini bila ditinjau dari segi isi yang dikandungnya yang

sama-sama menceritakan peristiwa, kurikulum yang

benar-benar terjadi.

(16)
(17)

Macam-macam kisah dalam al-Qur’an

Manna’ al-Qathan, membahagi kisah-kisah

al-Qur’an dalam

tiga

bahagian

(18)

Pelaku Kisah Dalam Al-Qur’an

Dilihat dari sisi pelaku,, iaitu:

• 1. Kisah para nabi terdahulu, bagian ini berisikan ajakan para nabi kepada kaumnya; mu’jizat-mu’jizat dari Allah yang memperkuat dakwah mereka, sikap orang yang memusuhinya, serta tahapan tahapan dakwah,

perkembangannya, dan akibat yang menimpa orang beriman, dan orang yang mendustakan para nabi. Seperti kisah nabi Nuh, Ibrahim, dan lain sebagainya.

• 2. Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya, seperti kisah anak-anak Adam, Thalut dan Jalut, Dzulqarnain, dan lain sebagainya.

(19)

Panjang Dan Pendek Kisah Dalam Al-Quran

Dilihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah al-Quran dapat dibagi dalam tiga bahagian:

• 1. Kisah panjang, Contohnya kisah nabi Yusuf dalam Surah Yusuf, yang

hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan nabi Yusuf sejak masa kanak-kanaknya sampai dewasa.

• 2. Kisah yang lebih pendek dari bahagian yang pertama, seperti kisah Maryam dalam surah Maryam.

• 3. Kisah pendek, iaitu kisah yang jumlahnya kurang dari 10 ayat, seperti kisah nabi Hud dan Nabi Luth dalam surat al-A’raf.

(20)

Jenis Kisah Dalam Al-Quran

Dari sisi jenis, kisah-kisah al-Quran dapat dibagi menjadi tiga bahagian, iaitu:

• 1. Kisah sejarah (al-Qishash al-Tarikhiyah), yakni kisah yang berkisar tentang tokoh sejarah, seperti para nabi dan rasul.

• 2. Kisah sejarah (al-Qishash al-Tamtsiliyyah atau lakonan), yakni kisah yang

menyebutkan suatu peristiwa untuk menerangkan dan menjelaskan suatu pengertian. Peristiwa itu tidak benar-benar terjadi, tetapi hanya perkiraan dan khayalan semata.

• 3. Kisah asatir, kisah yang didasarkan atas suatu asatir. Pada umumnya, kisah semacam ini bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan ilmiyah atau menafsirkan gejala-gejala yang ada, atau menghuraikan sesuatu persoalan yang sukar diterima akal.

(21)

Tujuan Kisah-Kisah dalam al-Qur’an

• Kisah-kisah sebagai subsistem dari al-Qur’an berkaitan

dengan sub lainnya.

• Ini bererti bahwa kisah-kisah tidak terlepas dari tema-tema

pokok yang dikandung al-Qur’an yang berupa ajaran Tuhan,

manusia, dan alam semesta, serta hubungan manusia

(22)

• Banyak tujuan atau fungsi yang terdapat dalam Qashash (kisah) al-Qur’an sebagaimana yang diutarakan Manna al-Qatthan, diantaranya:

• 1. Menjelaskan Prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh setiap Nabi. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam surat al-Anbiya’ (21) ayat 25:

• Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.

(23)

• 2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman melalui

datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para

pendukungnya. Tujuan ini tercantum dalam al-Qur’an surat Hud ayat 120:

Dan semua kisah yang rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad) agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan didalamnya telah diberikan

kepadamu segala kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

(24)

• 3. Membenarkan Nabi-Nabi terdahulu dan mengingatkan

kembali jejak-jejak mereka.

• 4. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam

penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.

(25)

• 5. Membuktikan kekeliruan Ahli Kitab yang telah menyembunyikan

keterangan dan petunjuk. Disamping itu, kisah-kisah itu memperlihatkan isi kitab suci mereka sesungguhnya, sebelum diubah dan direduksi,

sebagaimana dalam firman Allah pada surat Al-Imran ayat 93:

Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah

(Muhammad), “Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.”

(26)

• 6. Kisah merupakan salah satu bentuk sastera yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:

• Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan

segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

(27)

Rumusan

• Ringkasnya, kisah dalam al-Qur’an diungkapkan Tuhan sebagai

pelajaran, peringatan, janji, dan ancaman.Oleh karena itulah, dalam berkisah tentang masa yang lalu, al-Qur’an selalu mewarnainya

dengan nasihat, bimbingan, peringatan, dan ancaman.

• Abd. al-Karim al-Khatib menyimpulkan bahwa yang menjadi pusat tujuan dari kisah al-Qur’an adalah ajakan kepada ajaran Allah.

• Sedangkan Muhammad Quthub memandang kisah al-Qur’an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw sebagai alat pendidikan dan pembimbingan.

Referensi

Dokumen terkait

Redaksi ini menurut Al-Maraghi (J.XXVII : 243) ditujukan kepada” Uulul Albaab dimaksudkan untuk menjelaskan kepada mereka nilai tuntutan dan petunjuk yang

Surat al-Fatihah yang merupakan induk dari al-Qur‟an memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh surat lain di dalam al-Qur‟an, sebab surat al-Fatihah sendiri

Penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat Al- Qur‟an yang tersebar dalam pelbagai surat yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh

Dari uraian persamaan dan perbedaan dalam kitab tafsir al- Azhar dan al-Mishbah diatas, penulis disini tidak hanya membandingkan kedua kitab tersebut akan tetapi

Individu yang dapat merasakan Al-Qur‟an sebagai obat adalah individu yang meyakini dan mengamalkannya dengan pemahaman dan penghayatan makna dari ayat-ayat Al-Qur`an tersebut, bahwa

BAB IV : Ayat-Ayat Mutrafîn, Ayat-ayat yang berkaitan dengan Mutrafîn, Mutrafîn Menurut Tafsir Ath-Thabari, Ibnu Katsir, dan Fi Zhilâl Al-Qur`an Tentang Ayat-Ayat Mutrafîn Dalam Al-

Ada banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187: Seperti itu Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada seluruh manusia supaya

Teks tersebut menjelaskan tentang metode tafsir tahlili yang digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat