• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM P2M DANA DIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM P2M DANA DIPA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 1 PENDIDIKAN OLAHRAGA

LAPORAN

PROGRAM P2M DANA DIPA

PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BERBASIS

KARAKTER BAGI GURU PENJASORKES DI KECAMATAN

BANJAR KABUPATEN BULELENG

Oleh:

Made Agus Dharmadi, S.Pd., M.Pd/NIDN. 0027087604

I Made Satyawan, S.Pd., M.Pd/NIDN.0006068210

Ni Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd., M.Fis/NIDN.0014127801

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

NOVEMBER 2013

(2)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 2

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul P2M : Pelatihan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Berbasis Karakter Bagi Guru

Penjasorkes Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng

2. Jenis Program : Pengabdian Pada Masyarakat 3. Bidang Kegiatan : Pendidikan Olahraga

4. Identitas Pelaksana a. Ketua

1) Nama : Made Agus Dharmadi, S.Pd, M.Pd 2) NIP : 197608272006041001

3) NIDN : 0027087604

4) Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/IIIb

5) Fakultas/Jurusan : Olahraga dan Kesehatan/PKO

6) Alamat Kantor : Jl. Udayana Kampus FOK Undiksha Sgr 7) Alamat Rumah : Jl. P Menjangan Gg Jelantik 7 Singaraja b. Anggota 1

1) Nama : I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd 2) NIP/Pangkat/Gol : 198206062008121002/AA/IIIa

3) Alamat Kantor : Jl. Udayana Kampus FOK Undiksha Sgr c. Anggota 2

1) Nama : Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd.,M.Fis 2) NIP/Pangkat/Gol : 197812142001122001

3) Alamat Kantor : Jl. Udayana Kampus FOK Undiksha Sgr d. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,-(Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) e. Lama Penelitian : 8 Bulan

Mengetahui, Singaraja, 18 November 2013 Dekan FOK Pengusul

Prof. Dr I Nyoman Kanca, M.S Made Agus Dharmadi, S.Pd, M.Pd NIDN. 0018105913 NIDN. 0027087604

Mengetahui, Ketua LPM Undiksha

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIDN. 0001015913

(3)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 3

DAFTAR ISI

Halaman

COVER……… i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

DAFTAR ISI……… iii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1. Analisis Situasi………. 1

2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah... …. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 11

1. Hakikat Pendidikan Karakter………. …. 11

2. Model Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter……. …. 12

3. Profil Kecamatan Banjar……….... …. 13

4. Tujuan Kegiatan………. … 20

5. Manfaat Kegiatan……… … 21

6. Khalayak Sasaran……… … 21

BAB III METODE PELAKSANAAN……… 22

1. Kerangka Pemecahan Masalah……….. …. 22

2. Metoda Pelaksanaan Kegiatan………... …. 23

3. Keterkaitan………... 24

4. Rancangan Evaluasi………... … 25

5. Rencana Dan Jadwal Kerja……… ………… 25

6. Organisasi Pelaksana………. … 26

7. Rencana Biaya……… … 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 27

1. Tahap Persiapan Kegiatan………. … 27

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan………... … 28

3. Tahap Penutupan Kegiatan……….... … 29

BAB V PENUTUP……….. 30

1. Simpulan……….. 30

2. Saran………. 30

DAFTAR PUSTAKA……….. 31

(4)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 4

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, tujuan pendidikan nasional yaitu berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sisdiknas: 2003).

Di sisi lain, pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”

Di dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun hingga saat ini dalam praktiknya, proses pembelajaran penjasorkes di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual) dan psikomotor semata yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran tertentu.

(5)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 5 Sementara, pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan afektif (atau karakter) tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau menjadi hidden curriculum yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama. Secara konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam belajar dan bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan

Seringkali aspek afektif yang sudah diterapkan dalam pembelajaran tidak dilakukan secara proporsional. Hal ini membuat metode pengajaran yang digunakan terasa monoton dan tidak berkembang. Pembelajaran seperti ini akan menjadi kurang berkualitas dan cendrung membuat bosan, frustasi, dan bahkan akan membahayakan siswa. Oleh karena itu, diperlukan metode-metode pengajaran yang juga memperhatikan perkembangan afektif siswa dan mengkombinasikannya dengan perkembangan kognitif dan psikomotorik.

Menurut Popham (1995) dalam (http://amalia07.files.wordpress.com/), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu, dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.

Keberhasilan pembelajaran penjasorkes pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran pendidikan jasmani, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat siswa. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program dan kegiatan pembelajaran penjasorkes bagi siswa, pendidik

(6)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 6 harus memperhatikan karakteristik afektif siswa, dalam hal ini pembelajaran penjasorkes yang dilakukan dengan berbasis karakter sehingga secara ekplisit dapat membantu siswa untuk mengembangkan karakter yang baik pada siswa dalam berpikir, berucap dan berprilaku di dalam kehidupannya.

Di dalam program pengabdian ini, pembelajaran penjasorkes menjadi sarana untuk mewakili pembelajaran lainnya untuk di gayutkan dengan pendidikan karakter yang dimungkinkan menjadi salah solusi yang dapat ditempuh, karena di dalam pembelajaran penjaaskes telah termaktub unsur-unsur karakter seperti misalnya jujur, sportivitas dan saling menghargai dan lain sebagainya.

Berdasarkan beberapa informasi baik dari media cetak maupun media TV/ Radio Kecamatan Banjar yang diantaranya terdiri dari Desa Sidetapa, Cempaga, Tigawasa dan Pedawa, merupakan kelompok daerah yang cukup sering terjadi adanya persoalan-persoalan yang memicu timbulnya kekerasan dan juga kriminalitas, seperti misalnya pemberitaan yang telah terjadi akhir-ahir ini yaitu (Balipost, 8/9/2009) yang berjudul’ Anak Berkelahi, Ortu Ikut Main Keroyok Di Desa Sidetapa. Lain lagi berita yang ada di Berita Bali (10/8/2011) yang berjudul Pasangan suami istri asal Desa Cempaga, Kecamatan Banjar, Buleleng menjadi korban aksi penganiayaan yang dilakukan oleh tetangganya. Ditambah lagi berita Bali Post (13/8/2011) terjadi perkelahian antar pemuda di Desa Tigewasa sehingga menyebabkan harta benda rusak parah, serta berita-berita lainya yang terdahulu menambah kesan ke-empatt daerah ini cukup menjadi perhatian pihak keamanan.

Sekelumit pemberitaan di atas, sesungguhnya tidak bisa digeneralisasi, namun hasil dari beberapa informasi, pemberitaan, kejadian-kejadian yang terdahulu maupun akhir-akhir ini membuat kondisi ini telah membuat persepsi publik yang mengarah kepada karakteristik masyarakat di Kecamatan Banjar menjadi masyarakat yang berwatak sedikit ‘keras’.

Berdasarkan kondisi di atas, maka melalui pembelajaran penjasorkes, program pengabdian yang berjudul ‘Pelatihan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesahatan Berbasis Karakter Bagi Guru-Guru Penjasorkes di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng’, menjadi sangat urgent untuk

(7)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 7 dilakukan guna membantu memperbaiki dan mempercepat serta meningkatkan proses pembenahan karakter masyarakat di Kecamatan Banjar menjadi lebih baik.

2. Analisis Situasi

Kecamatan Banjar merupakan daerah sebelah barat di Kabupaten Buleleng, yang memiliki Visi: prima dalam pelayanan menuju masyarakat sejahtera yang berlandaskan Tri Hita Karana. Dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekitar kurang lebih 90.000 jiwa dan terdiri dari 17 desa tersebar dari arah utara, barat dan timur. Di antara desa tersebut menurut pemberitaan memang ada beberapa desa yang sangat terdengar berita-berita kriminalnya sehingga menjadi dasar bagi pengambilan judul P2M ini, dibawah ini dijelaskan beberapa desa yang ada di Kecamatan Banjar untuk dipakai sebagai salah satu anlisis dalam program pengabdian ini:

Kabupaten Buleleng

Daerah Kecamatan

(8)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 8

Pertama: Desa Sidetapa merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan banjar yang merupakan daerah pegunungan yang memiliki visi mewujudkan masyarakat yang sejahtera, memiliki wilayah seluas 9654,43 Ha, yang di batasi oleh Desa Tampekan di sebelah Utara, Br Dinas Corot Desa Cempaga di sebelah Timur, Desa Cempaga di sebelah Selatan dan Br Dinas Pegentengan di sebelah Barat. Desa ini terdiri dari 3 dusun yaitu (1) Banjar dinas Dajan Pura, (2) Banjar Dinas Delod Pura, (3) Banjar Dinas Lakah. Berdasarkan data di daerah jumlah penduduk desa ini adalah 5.360 jiwa dengan proporsi laki-laki: 2.613 jiwa dan permpuan: 2.747 jiwa. Sedangkan mata pencahariannya adalah petani, buruh, PNS, TNI/POLRI, karyawan biasa dan lain-lain. Dan terdapat 3 sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama terbuka.

Kedua: Desa Cempaga merupakan desa Bali Age yang ada di pegunungan yang memiliki visi mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera dan berbudaya, dan misi meningkatkan masyarkat cempaga sadar hukum, kreatif dan berbudi luhur. Dengan luas wilayah 1.257 Km, dengan batas-batas ebelah Utara Desa Temukus, sebelah Timur Desa Tigawasa, sebelah Selatan Desa Pedawa dan sebelah Barat : Desa Sidatapa. Terdiri dari dua dusun, yaitu banjar dinas desa dan banjar dinas corot. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 820 KK dengan mayoritas mata pencaharian petani dan beternak. Di sisi lain sarana pendidikan yang ada di desa ini terdiri dari 1 Taman Kanak-Kanak, dua sekolah dasar dan sekolah paket B dan C.

Ketiga: Desa Tigawasa; arah dari kota Singaraja dengan arah ke barat yang jaraknya ± 19 km sampai di Labuan Aji ( Ramayana ). Dari Labuan Aji ( Ramayana ) ke selatan dengan jarak ± 5 km, adapun letak Desa Tigawasa pada tanah landai di pegunungan, yang dari permukaan laut ± 500 s/d 700 m. Desa Tigawasa mempunyai luas wilayah 1690 Ha dari pegunungan sampai ke pantai ( laut ) Tukad Cebol (kini Desa Kaliasem ) kampung Bunut Panggang, Bingin Banjah dan Kampung Labuan Aji adalah wilayah Desa Tigawasa. Misi meningkatkan partisipasi swadaya masyrakat dalam pembangunan baik di masing-masing banjar dinas maupun desa pada umumnya, mewujudkan desa yang asri (aman, sehat, rapid an indah dan meningkatkan pendaatan asli daerah. Terdiri dari 9 dusun/banjar dinas yang terdiri dari 5.161 jiwa terdiri dari 2. 571 jiwa

(9)

laki-Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 9 laki dan perempuan 2.570 jiwa sedangkan mata pencaharian penduduknya adalah bertani, berkebun dan dagang serta Industri Anyaman Bambu. Desa ini juga terdapat sarana pendidikan berupa 1 sekolah Taman kanak-Kanak, 3 sekolah dasar, 1 sekolah menengah pertaman dan 1 sekolah paket C.

Keempat: Desa Pedawa; merupakan salah satu desa yang terletak di daerah pegunungan, yang memiliki luas wilayah 16.680 ha, memiliki visi dan misi yaitu mewujudkan desa yang bersih, aman, lestari dan indah dan misi untuk menegakkan kepribadian yang jujur dan bermartabat, mewujudkan desa yang aman dan nyaman, memperkuat budaya adat istiadat desa dan mengarahkan desa berseri melalui kerjasama, keamanan, serta menyelamatkan keutuhan pembangunan dan melestarikan lingkungan, yang dibatasi oleh desa cempaga tigawasa, dan Kayu Putih Melaka di bagian utaradi bagian, desa Sealat dan Ash Gobleg dibagian Timur, desa gobleg Tirta sari, Kayu Putih dibagian selatan dan sebelah Barat :Desa Banjar, Desa Banyuseri. Terdiri dari 6 dusun, dengan jumlah penduduk 5227, terbagi menjadi laki-laki: 2646 jiwa dan perempuan 2611jiwa. Penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani, buruh, TNI/Polri, karyawan swasta dan lain-lain. Desa ini juga memiliki sarana pendidikan dari TK, SD (3 sekolah) dan SMP (1 Sekolah).

Berdasarkan pencermatan dan penggalian informasi terhadap ke-empat daerah ini sebagai sampel dari kecamatan Banjar dapat disimpulkan bahwa pemilihanKecamatan Banjar merupakan pemilihan yang masuk diakal dikarenakan banyaknya kejadian-kejadian tidak kriminalitas, kekerasan yang terjadi di daerah tersebut, melalui pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun media lainnya, sehingga pada program pengabdian ini, dimungkinkan dapat membantu pemerintah, masyarakat untuk menciptakan kondisi dan situasi yang lebih aman, damai dan tentram melalui pembenahan karakter yang salah satunya dilakukan dengan proses pembelajaran penjasorkes di sekolah.

3. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dicarikan solusinya adalah:

a. Pengetahuan dan pemahaman para guru penjasorkes terhadap model pembelajaran penjasorkes yang berbasis karakter.

(10)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 10 b. Perasaan dan tindakan yang berkarakter bagi siswa di sekolah dasar,

sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas melalui penerapan pembelajaran penjasorkes berbasis karakter oleh guru.

c. Kesadaran moral dan etika para siswa dalam aktivitas yang dilakukan di sekolah dan di masyarakat.

(11)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor) (Pedoman Pendidikan Karakter: 2011).

Berdasarkan pembangunan karakter bangsa, pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri (Pedoman Pendidikan Karakter, 2011). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan

baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,

(12)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 12 lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Menurut Musfiroh (dalam Pedoman Pendidikan Karakter: 2010), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

Menurut Elkind & Sweet (2004) (dalam Pedoman Pendidikan Karakter: 2010), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the

deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.

Di sisi lain, dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Sedangkan, menurut Ramli (2003) (dalam Pedoman Karakter:2010), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat

(13)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 13 tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter, (2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku, (3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter, (4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian, (5) Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik,(6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses, (7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik, (8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama, (9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter, (10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

(14)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 14 dalam usaha membangun karakter, (11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik (Pedoman Pendidikan Karakter:2010).

2. Model Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter

Di dalam standar isi pembelajaran penjasorkes dijelaskan bahwa: (1) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, (2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, (3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar (4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (5) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis (6) mengembangkanketerampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, (7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif (BNSP, 2009).

Khusus untuk butir (4), tujuan penjasorkes adalah meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sarana yang ampuh untuk menciptakan generasi muda yang baik dan mulia sehingga mampu menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Pengembangan pembelajaran penjasor berbasis karakter dalam penelitian ini difukuskan pada gaya mengajar (style of teaching) Moston and Ashworth (1994). Menurut Moston dan Ashworth (1994), prinsip kesatuan tunggal yang mengatur struktur teoritis tentang spektrum dari gaya mengajaradalah rantai pengambilan keputusan. Setiap tindakan dari pembelajaran merupakan hasil dari keputusan yang dibuat sebelumnya dan setiap keputusan mempengaruhi orang-orang yang terlibat, baik itu cara pikir, perasaan dan perilaku mereka Keputusan-keputusan ini diidentifikasi dan diorganisasi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) Pre

(15)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 15

impact set, yang meliputi semua keputusan yang harus dibuat sebelum proses mengajar, (2) Impact set, yang meliputi keputusan yang berhubungan dengan proses pembelajaran, dan (3) Post impact set, yang meliputi keputusan yang berkaitan dengan evaluasi dari suatu dari suatu kinerja pada saat impact set dan kecocokan antara tujuan dan tindakan.

Berdasarkan keputusan pada pre impact, impact dan post impact peran guru dan murid dapat bergeser, mulai dari guru yang berperan dominan sampai guru hanya menjadi fasilitator. Moston (1994), telah menyusun spektrum gaya mengajar, mulai gaya komando (peran guru dominan) sampai pada gaya belajar mandiri (peran guru sebagai fasilitator). Dalam penelitian ini kita akan mengembangkan 4 (empat) gaya mengajar, yang memungkinkan dapat dilakukan dalam prosespembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berbasis karakter.

1) Gaya komando; tujuan dari gaya ini adalah untuk mempelajari bagaimana mengerjakan tugas-tugas secara akurat dan dalam periode waktu yang singkat, mengikuti semua keputusan dari guru. Peran guru adalah sebagai berikut: (1) membuat keputusan yang berhubungan dengan matapelajaran, (2) membuat keputusan yang berhubungan dengan, urutan tugas/kegiatan, waktu, irama belajar, interval, kinerja, mengawali dan mengakhiri kegiatan.

2) Gaya Latihan: memberikan realitas baru, menawarkan kondisi baru dalam pembelajaran untuk pencapaian tujuan yang berbeda-beda. Peran guru pada saat pre-impact membuat serangkaian keputusan, antara lain membuat perencanaan dan membuat kertas tugas untuk dilakukan oleh murid. Pada saat impact murid melakukan latihan sesuai dengan kertas tugas, peran guru menjadi fasilitator. Pada saat post-impact guru melakukan evaluasi dan memberikan umpan balik.

3) Gaya Resiprocal; Dalam gaya ini murid belajar dengan cara berpasangan dan saling memberikan umpan balik, berdasarkan kriteria yang disediakan oleh pengajar. Tugas guru membuat kertas tugas yang dapat dilakukan oleh murid dengan cara berpasangan. Kertas tugas berisi bentuk-bentuk latihan (untuk pelaku) dan form pengamatan (untuk observer).

(16)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 16 4) Gaya Ingklusi; tujuan dari gaya ini adalah memberikan kesempatan pada

murid untuk memilih level tugas yang dapat dilakukan dan memberi kesempatan untuk mengoreksi pekerjaan sendiri. Tugas yang sama dibuat untuk tingkat kesulitan yang berbeda. Para murid memutuskan berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang telah dikuasai, kapan mereka tetap pada level tertentu atau kapan harus pindah ke level berikutnya.

Selanjutnya gaya mengajar di atas dikembangkan dengan memadukan model pembelajaran nilai dan beberapa model pembelajaran gaya afektif yang populer dan banyak digunakan diantaranya:

1) Model Konsiderasi; Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi: (1) menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi, (2) meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3) siswa menuliskan responsnya masing masing, (4) siswa menganalisis respons siswa lain, (5) mengajak siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, (6) meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.

2) Model Pembentukan Rasional; dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional: (1) menigidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau penyimpangan tindakan, (2) menghimpun informasi tambahan, (3) menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip

(17)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 17 atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, (4) mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya, (5) mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau ketentuen-ketentuan legal dalam masyarakat.

3) Klarifikasi Nilai; setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siwa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan proses menilai. Langkah-langkah pembelajaran klasifikasi nilai: (1) pemilihan: para siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternative tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya, (2) mengharagai pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-mempertegas pilihannya, (3) berbuat: siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.

4) Pengembangan Moral Kognitif; perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang yang berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif. Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif: (1) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai, (2) siswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu, (3) siswa diminta mendiskusikan/ menganalisis kebaikan dan kejelekannya, (4) siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik, (5) siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.

5) Model Nondirektif; Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan

(18)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 18 kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran nondirekif: (1) menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas, (2) pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan memberikan klarifikasi, (3) pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru memberikan dorongan, (4) perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, (5) integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatan positif.

3. Profil Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng

Informasi tentang masyarakat Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng sangat terbatas jumlahnya, namun dalam (http://www.bulelengkab.go.id/home) dijelaskan : Kecamatan Banjar merupakan daerah sebelah barat di Kabupaten Buleleng, yang memiliki Visi: prima dalam pelayanan menuju masyarakat sejahtera yang berlandaskan Tri Hita Karana. Dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekitar kurang lebih 90.000 jiwa dan terdiri dari 17 desa tersebar dari arah utara, barat dan timur. Yang terdiri dari: Desa Adat Banjar, Desa Adat Banjar Tegahe Desa Adat Tampekan, Desa Adat Dencarik, Desa Adat Temukus, Desa Adat Kaliasem, Desa Adat Tigawase, Desa Adet Cempaga, Desa Adat Sidetapa, Desa Adat Pedawa, Desa Adat Banyusri, Desa Adat Tirtasari, Desa Adat Kayuputih, Deas Adat Banyuatis, Desa Adat Munduk, Desa Adat Gobleg, Desa Adat Gesing. Dan diperkirakan terdiri dari kurang lebih 60 guru Penjasorkes. Mengingat jumlah desa yang sangat banyak maka beberapa desa yang menurut penulis memiliki andil besar dalam pemiliahan tempat sebagai program P2M adalah sebagai berikut:

Pertama: Desa Sidetapa; merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan banjar yang merupakan daerah pegunungan yang memiliki visi mewujudkan masyarakat yang sejahtera, memiliki wilayah seluas 9654,43 Ha, yang di batasi oleh Desa Tampekan di sebelah Utara, Br Dinas Corot Desa

(19)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 19 Cempaga di sebelah Timur, Desa Cempaga di sebelah Selatan dan Br Dinas Pegentengan di sebelah Barat. Desa ini terdiri dari 3 dusun yaitu (1) Banjar dinas Dajan Pura, (2) Banjar Dinas Delod Pura, (3) Banjar Dinas Lakah. Berdasarkan data di daerah jumlah penduduk desa ini adalah 5.360 jiwa dengan proporsi laki-laki: 2.613 jiwa dan permpuan: 2.747 jiwa. Sedangkan mata pencahariannya adalah petani, buruh, PNS, TNI/PELRI, karyawan biasa dan lain-lain. Dan terdapat 3 sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama terbuka.

Kedua, Desa Cempaga; merupakan desa Bali Age yang ada di pegunungan yang memiliki visi mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera dan berbudaya, dan misi meningkatkan masyarkat cempaga sadar hukum, kreatif dan berbudi luhur. Dengan luas wilayah 1.257 Km, dengan batas-batas ebelah Utara Desa Temukus, sebelah Timur Desa Tigawasa, sebelah Selatan Desa Pedawa dan sebelah Barat : Desa Sidatapa. Terdiri dari dua dusun, yaitu banjar dinas desa dan banjar dinas corot. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 820 KK dengan mayoritas mata pencaharian petani dan beternak. Di sisi lain sarana pendidikan yang ada di desa ini terdiri dari 1 Taman Kanak-Kanak, dua sekolah dasar dan sekolah paket B dan C.

Ketiga, Desa Tigawasa; arah dari kota Singaraja dengan arah ke barat yang jaraknya ± 19 km sampai di Labuan Aji ( Ramayana ). Dari Labuan Aji ( Ramayana ) ke selatan dengan jarak ± 5 km, adapun letak Desa Tigawasa pada tanah landai di pegunungan, yang dari permukaan laut ± 500 s/d 700 m. Desa Tigawasa mempunyai luas wilayah 1690 Ha dari pegunungan sampai ke pantai ( laut ) Tukad Cebol (kini Desa Kaliasem ) kampung Bunut Panggang, Bingin Banjah dan Kampung Labuan Aji adalah wilayah Desa Tigawasa. Misi meningkatkan partisipasi swadaya masyrakat dalam pembangunan baik di masing-masing banjar dinas maupun desa pada umumnya, mewujudkan desa yang asri (aman, sehat, rapid an indah dan meningkatkan pendaatan asli daerah. Terdiri dari 9 dusun/banjar dinas yang terdiri dari 5.161 jiwa terdiri dari 2. 571 jiwa laki-laki dan perempuan 2.570 jiwa sedangkan mata pencaharian penduduknya adalah bertani, berkebun dan dagang serta Industri Anyaman Bambu. Desa ini juga terdapat sarana pendidikan berupa 1 sekolah Taman kanak-Kanak, 3 sekolah dasar, 1 sekolah menengah pertaman dan 1 sekolah paket C.

(20)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 20

Keempat, Desa Pedawa; merupakan salah satu desa yang terletak di daerah pegunungan, yang memiliki luas wilayah 16.680 ha, memiliki visi dan misi yaitu mewujudkan desa yang bersih, aman, lestari dan indah dan misi untuk menegakkan kepribadian yang jujur dan bermartabat, mewujudkan desa yang aman dan nyaman, memperkuat budaya adat istiadat desa dan mengarahkan desa berseri melalui kerjasama, keamanan, serta menyelamatkan keutuhan pembangunan dan melestarikan lingkungan, yang dibatasi oleh desa cempaga tigawasa, dan Kayu Putih Melaka di bagian utaradi bagian, desa Sealat dan Ash Gobleg dibagian Timur, desa gobleg Tirta sari, Kayu Putih dibagian selatan dan sebelah Barat :Desa Banjar, Desa Banyuseri. Terdiri dari 6 dusun, dengan jumlah penduduk 5227, terbagi menjadi laki-laki: 2646 jiwa dan perempuan 2611jiwa. Penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani, buruh, TNI/Polri, karyawan swasta dan lain-lain. Desa ini juga memiliki sarana pendidikan dari TK, SD (3 sekolah) dan SMP (1 Sekolah).

4. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan analisis situasi, program pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk:

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman guru penjasorkes yang ada di Desa Kecamatan Banjar tentang model pembelajaran penjasorkes yang berbasis karakter di dalam setiap pembelajarannya.

b. Menumbuhkan perasaan dan tindakan yang berkarakter bagi siswa setelah diberikan model pembelajaran penjasorkes di sekolah.

c. Meningkatkan kesadaran moral dan etika siswa dalam setiap aktivitas yang dilakukannya.

5. Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat program pengabdian pada masyarakat ini adalah:

a. Bagi pemerintah daerah dan dinas diharapkan dapat membantu program percepatan dalam rangka menciptakan situasi aman, tentram dan bersahaja di seluruh desa yang ada di Buleleng, sehingga diproyeksikan dengan

(21)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 21 adanya pelatihan ini, maka paling tidak ada diperoleh perubahan karakter SDM di Kecamatan Banjar ke arah yang lebih baik.

b. Bagi aparat dilingkungan kecamatan dan desa diharapkan dapat membantu proses pencapaian keadaan yang aman, tentram dan bersahaja sehingga ke depan dengan adanya pelatihan ini maka dimungkinkan terjadi pergeseran keadaan dari yang cukup jelek menjadi baik di Kecamatan Banjar

c. Bagi Guru-guru penjasorkes diharapkan dapat menjadi pioneer dalam menggerakkan menumbuhkan dan mengembangkan budaya karakter di lingkungan sekolah pada khususnya dan juga masyarakat pada umumnya, sehingga secara realistik ke depan pembenahan mindset siswa dapat berubah ke arah yang lebih baik.

d. Bagi siswa dan masyarakat diharapkan dapat menciptakan peluang yang sangat signifikan terhadap penciptaan kondisi aman, tentram dan bersahaja di desanya tempat tinggal, sehingga suatu saat nanti tercipta anak-anak yang memiliki karakter yang kuat dan tangguh untuk selalu hidup dengan prinsip kemanusiaan.

6. Khalayak Sasaran Strategis

Pendidikan yang berbasis karakter merupakan konsep baru yang dilakukan karena melihat fenomena akhir-akhir ini terhadap keadaan dan situasi bangsa yang sangat tidak beraturan, berbagai berita-berita amoral sangat banyak menghiasi media-media yang ada seperti TV, Radio, Surat Kabar dan yang lainnya. Oleh karena itu sasaran pada program pengabdian ini adalah pada kajian karakter melalui pembelajaran penjasorkes yang dilakukan oelh guru-guru penjasorkes yang ada di Kecamatan Banjar. Pemilihan sasaran ini bukan tanpa alasan, tetapi merupakan sebuah penunjukan yang realistik, karena melihat dan mencermati daerah desa Kecamatan Banjar ini merupakan daerah yang menurut pemperitaan memiliki karakter yang cukup berbeda dengan daerah lainnya. Daerah tersebut sesuai dengan pemberitaan media beberapa waktu lalu menyebutkan daerah yang memiliki SDM yang tergolong keras, walau belum tentu semuanya seperti itu. Kesan yang ada di public adalah seperti itu, sehingga hal inilah yang membuat sasaran pengabdian ini adalah berbasis karakter dan dalam pembelajaran penjas di Kecamatan Banjar.

(22)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 22

BAB III

METODE PELAKSANAAN

1. Kerangka Pemecahan Masalah

Di dalam program pengabdian ini, kerangka pemecahan masalah dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini:

a. b.

Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa program pelatihan ini secara umum memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran moral, etika serta menumbuhkan perasaan dan prilaku yang berkarakter bagi siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Program pengabdian ini diawali dengan pemberian pelatihan kepada guru-guru penjasorkes tentang model pembelajaran penjasorkes yang berbasis karakter, dan selanjutnya guru-guru tersebut berdasarkan hasil pelatihan

KESADARAN ‘KARAKTER’

SISWA DAN GURU DI

SEKOLAH

PELATIHAN PENJASORKES BERBASIS KARAKTER

SEKOLAH

(GURU)

SISWA

Situasi awal

Masyarakat

(23)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 23 kemudian menerapkannya kepada para siswa untuk secara terpadu dan kontinyu mengajarkan, membimbing dan membentuk karakter siswa dari yang jelek ke yang lebih baik, dari yang baik ke yang sangat baik. Setelah penerapan dilakukan maka selanjutnya pemahaman yang dimilik siswa diharapkan dapat menjelma menjadi sebuah kesadaran dirinya, dan juga lingkungan keluarga dan sekitarnya untuk memperbaiki pola-pola berpikir, berbicara dan berprilaku yang jelek menjadi yang lebih baik, sehingga dengan hal tersebut dimungkinkan nantinya masyarakatKecamatan Banjar menjadi masyarakat yang aman. Damai dan tentram sesuai dengan visi dan misi masing-masing daerah yang telah dimiliki.

2. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pelatihan, bagi guru-guru penjasorkes SD, SMP dan SMA yang ada di Kecamatan Banjar .

3. Keterkaitan

Di dalam program pengabdian ini, adapun keterkaitannya adalah sebagai berikut:

a. Diharapkan akan ada hubungan yang sinergis antara Undiksha dengan Pemda dalam rangka menciptakan peluang menciptakan program percepatan di bidang pemberdayaan SDM (siswa dan masyrakat) terutama terhadap pembenahan karakter di Kecamatan Banjar.

b. Hubungan Undiksha dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Buleleng dalam mecanangkan program pencapain budi pekerti dan akhlak melalui proses pendidikan karakter pada sektor persekolahan. c. Hubungan Undiksha dengan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dalam

mengontrol meningkatnya pelanggaran-pelanggaran HAM melalui pelatihan pendidikan karakter.

(24)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 24 4. Rancangan Evaluasi NO KEGIATAN HASIL KEGIATAN INDIKATOR WAKTU PELAKSA NAAN ALAT UKUR 1 Pemberian materi model pembelajaran penjasorkes berbasis karakter Pemahaman materi model pembelajaran penjasorkes berbasis karakter Guru-guru paham terhadap model pembelajaran penjasorkes berbasis karakter Selama pelatihan Test Isian 2 Pelatihan pembelajaran penjasorkes yang berbasis karakter Kampuan melakukan proses mengajar sesuai dengan model pembelajaran penjasorkes yang berbasis karakter. Mampu melakukan proses mengajar sesuai dengan model pembelajaran penjasorkes yang berbasis karakter Selama Pelatihan Rubrik Kinerja

5. Rencana Dan Jadwal Kerja

NO KEGIATAN BULAN

Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov

1  Studi situasi wilayah

dan pustaka untuk persiapan pembuatan proposal

2  Pembuatan proposal

P2M mengacu pada hasil studi wilayah dan pustaka 3  Menentukan dan mencari narasumber pelatihan sesuai dengan tema P2M 4  Meyiapkan materi termasuk bahan evaluasi dan tempat serta alat pendukung lainnya untuk pelatihan

5  Pelaksanaan pelatihan

6  Melakukan evaluasi

hasil pelatihan

7  Membuat draft laporan

P2M

8  Menghasilkan laporan

(25)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 25

6. ORGANISASI PELAKSANA a. Ketua:

Nama : Made Agus Dharmadi, S.Pd., M.Pd NIP : 197608272006041001

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pangkat/Gol : Penata Muda Tk I/IIIb Jabatan Fungsional : Lektor

Fakultas/Jurusan : Olahraga dan Kesehatan/PKO Bidang Keahlian : Pendidikan Olahraga

E-mail : [email protected] Waktu Kerja : 10 Jam/Minggu

b. Anggota I:

Nama : I Made Satyawan, S.Pd., M.Pd NIP : 198206062008121002

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pangkat/Gol : Penata Muda/IIIa Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Fakultas/Jurusan : Olahraga dan Kesehatan/Penjaskesrek Bidang Keahlian : Pendidikan Jasmani, kesehatan dan Rekreasi Waktu Kerja : 8 Jam/Minggu

c. Anggota II:

Nama : Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd., M.Fis NIP : 197814122001122001

Jenis Kelamin : Perempuan

Pangkat/Gol : Penata Muda Tk I/IIIb Jabatan Fungsional : Lektor

Fakultas/Jurusan : Olahraga dan Kesehatan/PKO Bidang Keahlian : Fisiologi Olahraga

(26)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 26

7. Rencana Biaya

NO JENIS PENGELUARAN BIAYA YANG

DIUSULKAN (Rp) 1 Bahan Habis Pakai:

a. Cartride Printer b. Kertas A4 4 buah c. Kertas HVS 4 buah d. Pulpen 1 box (isi 12) e. Flashdisc 4 GB 400.000 160.000 160.000 30.000 300.000 2 Perjalanan:

a. Biaya perjalanan peyebaran surat di Kecamatan Banjar

b. Biaya perjalanan studi wilayah dan kepustakaan

c. Biaya perjalanan narasumber

500.000 1.500.000 1.500.000 3 Lain-lain: a. Pelaksanaan Pelatihan b. Komunikasi

c. Produksi proposal dan laporan P2M d. Produksi test dan rubrik kinerja

2.300.000 200.000 200.000 250.000

TOTAL ANGGARAN KESELURUHAN Rp 7.500.000

(Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

(27)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tahap Persiapan Kegiatan

Berdasarkan rencana yang telah disusun, maka sebelum pelaksanaan dilakukan, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan kegiatan nantinya, melalui rapat-rapat tim pengabdian dan juga melibatkan mahasiswa. Adapun hal-hal yang dilakukan adalah; Pertama, mempersiapkan administrasi kegiatan seperti menyiapkan surat-menyurat, melakukan observasi ke lapangan dengan menjajagi tempat pelaksanaan, menjajagi orang yang bertanggungjawab sekaligus melakukan penilaian kelayakan terhadap tempat tersebut. setelah hal tersebut kita sepakati, maka selanjutnya ditindak lanjuti dengan mengirimkan surat resmi, yang ditujukan kepada kepala sekolah guna peminjaman tempat dan fasilitas lainnya untuk penyelenggaraan pengabdian pada masyarakat. Kedua, mengirim surat undangan kepada peserta pengabdian, yaitu guru-guru SD, SMP dan SMA yang ada di kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Ketiga, menghubungi narasumber yang akan digunakan dalam pelatihan tersebut. keempat, menghubungi pihak lembaga P2M Undiksha, untuk berkenan membuka kegiatan. Serta persiapan-persiapan lainnya seperti, konsumsi, transportasi, sound system, dan yang lainnya.

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini delakukan selama 2 hari dari persiapan hingga pelaksanaan, persiapan dilaksanakan tanggal 21 Agustus 2013, dan pelaksanaannya tanggal 22 Agustus 2013 di Desa Banjar. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula SD 1 Kecamatan Banjar yang berkapasitas kurang lebih 150 orang. Kegiatan ini mengundang seluruh guru-guru Penjasorkes yang ada di Kecamatan Banjar dari SD hingga SMA yang berdasarkan data berjumlah 60 orang guru. Narasumber dalam Pelatihan yang bertema ‘ Model Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter” adalah I Ketut Yoda S.Pd, M.Or. Pelaksanaan pengabdian ini dimuali dari pukul 09.00 wita s/d 13.00 wita, yang dibuka oleh Sekretaris Lembaga Pengabdian Masyrakat UNDIKSHA Singaraja. Kehadiran

(28)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 28 peserta pelatihan pada saat pembukaan berlangsung hampir 100% guru yang diundang hadir, hal ini menandakan bahwa antusias guru dalam mengikuti pelatihan ini sangatlah besar.

Selanjutnya setelah pembukaan, maka dilanjutkan dengan pemaparan materi pelatihan oleh narasumber, dengan dimoderatori oleh I Kadek Happy Kardiawan, S.Pd, M.Pd. pemaparan tentang Model pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter, secara gamblang disertai contoh-contoh nyata dalam kehidupan, membuat suasana pemaparan cukup terkonsentrasi dengan apa yang dipaparkan, peserta dengan seksama menyimak dan mendengarkan pemaparan dan terlihat keseriusan peserta sehingga situasi pada saat pemapaarn cukup serius, namun dengan diselingi humor-humor segar oleh narasumber, menjadikan pemaparan berlangsung seperti sangat singkat, padahal telah membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam. Setelah pemaparan berakhir tiba saatnya diskusi, berdasarkan jumlah pertanyaan yang ada dapat disimpulkan bahwa diskusi yang dilakukan sangat dinamis, seorang guru dari SMA 1 Banjar (Puja Arsana), menanyakan tentang apakah pengembangan karakter dapat dituangkan kepada siswa, sedangkan RPP yang saya buat apa bisa dikembangkan pada siswa. Dari pertanyaan ini kemudian memperoleh tanggapan bahwa pengembangan karakter dalam RPP menjadi keharusan, dan dapat dituangkan pada siswa, yang perlu dilakukan guru adalah mencari metode yang baik agar maksud pengembangan karakter yang dituangkan di RPP bisa ditransfer ke siswa tanpa mengalami hambatan. Selanjutnya pertanyaan kedua datang dari guru SMP N 3 Banjar (Mariani) menanyakan tentang bagaimana karakter itu bisa dikembangkan melalui ungkapan saling menyapa antar siswa, guru dan yang lainnya, pertanyaan ini kemudian ditanggapi bahwa konsep saling menyapa merupakan konsep universal yang harus kita lakukan, dan orang yang bisa harmonis secara pikiran , perbuatan adalah orang yang jujur, dan senantiasa kita harus melakukan swadarma kita, dan guru harus menjadi teladan bagi siswanya. Pertanyaan ketiga diajukan oleh guru SD 3 Kalianget (Ketut Mangku), yang menanyakan tentang pengembangan karakter ini sangat dibutuhkan oleh guru, namun kepala sekolah juga harus mampu mengembangkannya, sehingga disarankan agar kepala sekolah dan guru-guru lainnya juga dilibatkan dalam pelatiahn karakter ini, karena guru-guru penjasorkes

(29)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 29 tidak bisa berjalan sendiri, harus juga dibarengi dengan guru-guru lainnya dan juga kepala sekolah. Sehingga dari pertanyaan dan juga saran yang ada, dari seluruh wakil guru, yakni guru SD, SMP dan SMA, maka seluruh komponen telah terwakili sehingga pelatihan ini diharapkan nantinya dapat diterapkan oleh guru-guru tersebut dalam memberikan pembelajaran penjasorkes di sekolah. Akhirnya diskusi yang cukup dinamis dan ramai ini berakhir kurang lebih 1,5 jam lamanya dan terlihat dengan raut muka guru-guru yang terlihat senang dan gembira serta menyatakan pemahamannya terhadap pelatihan yang dilakukan.

3. Tahap Penutupan Kegiatan

Akhirnya, setelah kurang lebih 4 jam pelatihan ini dilaksanakan, maka kegiatan diakhiri dengan penutupan, dalam penutuapan ini terlihat bahwa antusiasme guru sangat tinggi, dengan bertahannya guru-guru mengikuti pelatihan ini hingga penutupan berlangsung. Penutupan ini ditutup oleh Ketua Tim P2M, yang pada intinya dalam pengarahannya mengucapkan terima kasih atas antusiame guru dalam mengikuti pelatihan, memberikan pandangan-pandangan terhadap pentingnya membangun karakter pada siswa, dan tidak luput pula menghaturkan permohonan maaf, jika di dalam pellaksanaan terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Setelah acara ditutup, kemudian seluruh peserta dan panitia penyelenggara melakukan makan bersama, dan bersalam-salaman dengan para guru, sehingga saat itu sangat terasa rasa kekeluargaan antara guru-guru penjasorkes dan panitia (dosen, mahasiswa FOK UNDIKSHA), jalinan ini merupakan intisari dari tugas dan kewajiban kita dalam mengabdi, sehingga UNDIKSHA dapat menanamkan simpul-simpul keluarga baik itu dengan guru dan juga masyrakat pada umumnya.

(30)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 30

BAB V PENUTUP 1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Kegiatan pelatihan ini dapat terlaksana dengan baik, aman dan lancar. b. Terjadinya peningkatan pemahaman antara sebelum diberikan pelatihan

dengan sesudah pelatihan.

c. Model Pembelajaran penjasorkes berbasis karakter merupakan salah satu pilar yang harus dilakukan oleh guru-guru penjasorkes melalui RPP nya sehingga siswa implementasinya kepada siswa dapat terwujud.

d. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru-guru penjasorkes khususunya di kecamatan Banjar.

2. Saran-Saran

a. Disarankan agar guru-guru lainnya dan juga kepala sekolah diberikan pelatihan tentang pengembangan karakter seperti ini juga.

b. Pendanaan yang terbatas mengakibatkan kegiatan ini tidak bisa mencakup lebih luas dan mendalam, sehingga disarankan agar pendanaan kegiatan P2M untuk ditingkatkan.

(31)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 31

DAFTAR PUSTAKA

Balipost. 2009. Anak Berkelahi, Ortu Ikut Main Keroyok Di Desa Sidetapa.Tersedia pada www.balipost.co.id: diakses pada tanggal 19 Februari 2012

Balipost. 2011.Perkelahian Antar Pemuda di Tigewasa. Tersedia pada www.balipost.co.id: diakses pada tanggal 19 Februari 2012

Berita Bali. 2011. Pasangan Suami Istri Dianiaya Di Desa Cempaga. Tersedia pada www.beritabali.co.id: Tdiakses pada tanggal 19 Februari 2012 BNSP.2009. Standar Isi Kurikulum Penjasorkes. Tersedia pada

http://www.bnsp.go.id: Diakses tanggal 18 Februari 2012

Moston and Ashworth. 1994. Teaching Physical Education. San Fransisco: Pearson Education Inc

Pedoman Pendidikan Karakter.2010. Pedoman Pendidikan Karater. Tersedia pada http://pendikar.dikti.go.id/gdp/wp-content/: diakses pada tanggal 19 Februari 2012

Pemda Buleleng. 2009. Selayang Pandang Desa Sidetapa, Cempaga, Tigewasa dan Pedawa. Tersedia pada www.bulelengkab.go.id: diakses pada tanggal 18 Februari 2012

Popham,1995. Model Pembelajaran Afektif . Tersedia pada http://amalia07.files.wordpress.com: diakses pada tanggal 19 Februari 2012

Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional: UU RI No. 3 Tahun 2005. Jakarta: Sinar Grafika

(32)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 32

Lampiran 01 : JUSTIFIKASI ANGGARAN

a) Bahan Habis Pakai

No Jenis Pengeluaran Vol Harga Satuan (Rp) Harga Keseluruhan (Rp) 1 Cartride Printer 1 400.000 400.000 2 Kertas A4 4 40.000 160.000 3 Kertas HVS 4 40.000 160.000 4 Pulpen 10 3.000 30.000 5 Flashdisc 4 GB 1 300.000 300.000 Jumlah Komponen 1.050.000 b) Perjalanan.

No Jenis Pengeluaran Vol Harga Satuan (Rp)

Harga Keseluruhan

(Rp) 1 Biaya perjalanan peyebaran

surat ke 4 desa

1 500.000 500.000

2 Biaya perjalanan studi wilayah dan kepustakaan

1 1.500.000 1.500.000

3 Biaya perjalanan narasumber 2 750.000 1.500.000 Jumlah Komponen 3.500.000

c) Biaya lain-lain.

No Jenis Pengeluaran Vol Harga Satuan

(Rp) Harga Keseluruhan (Rp) 1 Pelaksanaan Pelatihan 1 2.300.000 2.300.000 2 Komunikasi 1 200.000 200.000

3 Produksi Proposal dan Laporan P2M

1 200.000 200.000

4 Produksi test dan rubric kinerja 1 250.000 250.000 Jumlah Komponen 2.950.000

d) Rekapitulasi Biaya P2M

No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)

1. Bahan habis pakai 1.050.000

2. Perjalanan 3.500.000

3. Lain-lain 2.950.000

Total Anggaran Keseluruhan 7.500.000 (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

(33)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 33

Lampiran 02. CURRICULUM VITAE KETUA DAN

ANGGOTA

I. KETUA

1.1 Nama Lengkap Made Agus Dharmadi, S.Pd, M.Pd 1.2 Jabatan Fungsional Lektor

1.3 NIP/NIK/NIM 197608272006041001 1.4 Tempat dan tanggal

lahir

Singaraja, 27 Agustus 1976

1.5 Alamat Rumah Jl Pulau Menjangan Gg IGN Jelantik & Banyuning Singaraja-Bali

1.6 Telepon/Fax 0362-26169

1.7 HP 085237876593

1.8 Alamat Kantor Jl Udayana Kampus FOK Undiksha Singaraja-Bali

1.9 Telepon/Fax 0362-32559

1.10 Alamat Email [email protected] 1.11 Lulusan yang dihasilkan S1= - orang

S2= S3= 1.12 Mata Kuliah yang

diampu

1.Perkembangan dan Belajar Gerak 2.Organisasi Pertandingan

3.TP Pelatihan Tenis 4.TP Bola Basket 5.Psikologi Pendidikan

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1 Program S1 S2 S3

2.2 Nama PT STKIP N Singaraja UNDIKSHA SINGARAJA 2.3 Bidang Ilmu Penjaskes PEP

2.4 Tahun Masuk 1994 2009

2.5 Tahun Lulus 1999 2011

2.6 Judul Skripsi/Tesis/ Desertasi

Minat dan Pilihan Mahasiswa di Lingkungan STKIP Singaraja Terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Keolahragaan

Pengaruh Model Pembelajaran Observasional Bandura Terhadap Hasil Belajar Teknik Dasar Bola Basket Ditinjau dari Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan.

2.7Nama Pembimbing/ Promotor

1.Drs I Wayan Rai, MS 2.Drs I Ketut Gading, MPsi

Prof Dr Nyoman Dantes Prof. Dr I Nyoman Kanca, MS

III. PENGALAMAN PENELITIAN

NO TAHUN JUDUL PENELITIAN PENDANAAN

SUMBER JUMLAH 1 2009 Pengaruh Pelatihan Beban Ball

Medicine Terhadap Kecepatan Servis

(34)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 34 dalam Permainan Tenis Lapangan

2 2010 Pengembangan Model Pembelajaran Penjasorkes Bergaya Afektif Berorientasi Aspek Keselamatan Untuk Sekolah Menengah Pertama

DIKTI-Stranas

100.000.000

IV. PENGALAMAN P2M

NO TAHUN JUDUL P2M PENDANAAN

SUMBER JUMLAH 1 2008 Pelatihan P3K bagi Guru-Guru

Pembina Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di SD Kabupaten Buleleng

DIPA 5.000.000

V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL DALAM JURNAL

NO TAHUN JUDUL ARTIKEL VOL/NO NAMA

JURNAL 1 2008 1. Artikel dengan judul:

Bentuk Pelatihan Kekuatan Otot Lengan dan Otot Pinggul Untuk Wanita Vol 6, Nomor 2, Edisi September 2008 Jurnal IKA Undiksha (ISSN 1829-5282)

2009 2. Jurnal dengan judul: Pengaruh Pelatihan Beban Medecine Ball

Terhadap Kecepatan Pukulan

Service Tenis Lapangan

Volume 11, Nomor 1, Januari 2009 Jurnal IPTEK Olahraga, (ISSN 1411-0016). 2010 3. Proceding dengan judul: The Role

of Inteligence Kinesthetic in Physical Education (sebagai pemakalah) Edisi 8 Februari 2010 Proceding International Seminar Sport Science Today and Tomorrow-Unesa ISBN 978-979-028-309-1 4. Artikel di Koran dengan judul:

Bayang-Bayang Pendidikan Profesi Guru Edisi: Senin, 8 Terbit Pada Harian Bali Post, Rubrik

(35)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 35 Juni 2009 Opini,

5. Artikel di Koran dengan judul: UN 2010 Ajang Pembuktian Bebas Pelanggaran , Bisakah? Edisi: Senin, 1 Maret 2010 Terbit Pada Harian Bali Post, Rubrik Opini,

6. Artikel di Koran dengan judul: Penolakan UU BHP, Langkah Menuju Pencerahan Edisi: Selasa, 6 April 2010 Terbit Pada Harian Bali Post, Rubrik Opini,

VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU

NO TAHUN JUDUL BUKU JML

HALAMAN

PENERBIT

1 2008 TP Pelatihan Tenis Lapangan 100 -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal P2M tahun 2013.

Bersama ini pula saya nyatakan kesiapan untuk mengerjakan P2M ini hingga selesai, apabila usulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.

Singaraja, 27 Agustus 2012 Pengusul

Made Agus Dharmadi, S,Pd, M.Pd NIDN. 0027087604

(36)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 36

II. ANGGOTA I

1.1 Nama Lengkap I Made Satyawan, S.Pd, M.Pd 1.2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

1.3 NIP/NIK/NIM 198206062008121002 1.4 Tempat dan tanggal

lahir

Bangli, 6 juni 1982

1.5 Alamat Rumah Perum. Lili Gundi Permai, Blok A No 2. Singaraja-Bali

1.6 Telepon/Fax (0366) 92047

1.7 HP 085238169339

1.8 Alamat Kantor Jl Udayana Kampus FOK Undiksha Singaraja-Bali

1.9 Telepon/Fax 0362-32559 1.10 Alamat Email

1.11 Lulusan yang dihasilkan S1= 10 orang S2=

S3= 1.12 Mata Kuliah yang

diampu

1.TP Sepak Bola 2.TP Masase Olahraga 3.TP. Futsal

4.TP. Sepak Takraw

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1 Program S1 S2 S3

2.2 Nama PT IKIP N Singaraja UNESA SURABAYA

2.3 Bidang Ilmu Penjaskes Pendidikan Olahraga

2.4 Tahun Masuk 1999 2008

2.5 Tahun Lulus 2006 2010

2.6 Judul Skripsi/Tesis/ Desertasi

Pengaruh Metode Pelatihan Bagian dan Keseluruhan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Menggiriang Bola dalam Permainan Sepakbola

Pengaruh Pelatihan Leg Press dan Pelatihan Leg

Extension terhadap

Keberhasilan Servis Atas dalam Permainan Sepak Takraw 2.7Nama Pembimbing/ Promotor Prof. Dr. drg. Soetanto Hartanto, M.Sc. Dr. Mudjiharsono, M.Pd.

III. PENGALAMAN PENELITIAN

NO TAHUN JUDUL PENELITIAN PENDANAAN

SUMBER JUMLAH 1

(37)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 37

IV. PENGALAMAN P2M

NO TAHUN JUDUL P2M PENDANAAN

SUMBER JUMLAH 1

V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL DALAM JURNAL

NO TAHUN JUDUL ARTIKEL VOL/NO NAMA

JURNAL

VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU

NO TAHUN JUDUL BUKU JML

HALAMAN

PENERBIT

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal P2M tahun 2013.

Bersama ini pula saya nyatakan kesiapan untuk mengerjakan P2M ini hingga selesai, apabila usulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.

Singaraja, 27 Agustus 2012 Anggota I

I Made Satyawan, S,Pd, M.Pd NIDN. 0006068210

(38)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 38

III. ANGGOTA II

1.1 Nama Lengkap Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd, M.Fis 1.2 Jabatan Fungsional Lektor

1.3 NIP/NIK/NIM 197814122001122001 1.4 Tempat dan tanggal

lahir

Banjar, 14 Desember 1978

1.5 Alamat Rumah Gunung Tangkuban Perahu 36 Padangsambian Denpasar

1.6 Telepon/Fax 0361 414714

1.7 HP 08179740973

1.8 Alamat Kantor Jl Udayana Kampus FOK Undiksha Singaraja-Bali

1.9 Telepon/Fax 0362-32559

1.10 Alamat Email [email protected]

1.11 Lulusan yang dihasilkan S1= - orang S2=

S3= 1.12 Mata Kuliah yang

diampu

1.Sosiologi Olahraga 2.TP. Bulutangkis

3.Sejarah dan Filsafat Olahraga

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1 Program S1 S2 S3

2.2 Nama PT UNESA SURABAYA UNUD

2.3 Bidang Ilmu PKO Fisiologi Olahraga

2.4 Tahun Masuk 1995 2009

2.5 Tahun Lulus 2000 2011

2.6 Judul Skripsi/Tesis/ Desertasi

Pengaruh Pelatihan shutlerun terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi PB Suryanaga Surabaya

Pelatihan menarik katrol beban 5 kg 9 rep 4 set dan 12 rep 3 set untuk meningkatkan daya ledak otot lengan siswa SMK I Denpasar

2.7Nama Pembimbing/ Promotor

H. Ngasmain 1. Prof. dr. Dewa Sujana 2. dr. Dewa. M.For

III. PENGALAMAN PENELITIAN

NO TAHUN JUDUL PENELITIAN PENDANAAN

SUMBER JUMLAH 1

(39)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 39

IV. PENGALAMAN P2M

NO TAHUN JUDUL P2M PENDANAAN

SUMBER JUMLAH 1

V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL DALAM JURNAL

NO TAHUN JUDUL ARTIKEL VOL/NO NAMA

JURNAL 1

VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU

NO TAHUN JUDUL BUKU JML

HALAMAN

PENERBIT

1 2008 TP Pelatihan Bulutangkis 100 -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hokum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal P2M tahun 2013.

Bersama ini pula saya nyatakan kesiapan untuk mengerjakan P2M ini hingga selesai, apabila usulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.

Singaraja, 27 Agustus 2012 Anggota II

Luh Putu Tuti Ariani, S,Pd, M.Fis NIDN. 0014127801

(40)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 40

Lampiran 03. PETA LOKASI DAERAH SASARAN

Kabupaten Buleleng

Kecamatan Banjar

(41)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 41 Lampiran 03. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 01. Spanduk Kegiatan P2M di Kecamatan banjar

(42)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 42

Gambar 03. Pembukaan Acara Oleh Sekretaris Lembaga P2M UNDIKSHA

(43)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 43

Gambar 05. Pemaparan Narasumber P2M

(44)

Laporan P2M Dana DIPA UNDIKSHA Tahun 2013| 44

Gambar 07. Salah Dua Peserta Bertanya Dalam Sesi Diskusi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan melibatkan peserta, yakni para guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris dari 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng dalam kegiatan tersebut, mereka dapat menimba ilmu

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 4 SMA Negeri di kecamatan Buleleng dan 34 SMP Negeri di kabupaten Buleleng (http://www.balipost.co.id, edisi 27 Januari 2010

1) Melalui pelatihan berupa penyemaian informasi oleh narasumber, terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan bahasa kelas (classroom language)

Lingkungan awal seorang anak terutama terbatas pada rumah sehingga mereka sangat tergantung pada orang dewasa di dekatnya yakni orang tuanya, maka hubungan antara anak

Dalam seluruh rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Apules berupa teknik budidaya lele dengan menggunakan bioflok dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini

Pengabdian Pada Masyarakat dengan judul Pelatihan Analisis Gambar Anak-Anak Untuk Guru TK Se Kecamatan Buleleng Kabupaten Bulelenng ini bertujuan (1) Memberikan wawasan

Pelatihan pembuatan wayang abjad dilaksanakan selama tiga hari di balai banjar desa Umeanyar kecamatan Seririt. Pembukaan pelatihan ini tidak dihadiri oleh ketua LPM

Berangkat dari keterbatasan tersebut, perlu sekali diadakan pelatihan penggunaan GPS dan Surfer untuk pemetaan sebagai media digital yang diharapkan nantinya bisa