BAB 1 BAB 1 Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai parenkim
parenkim paru paru dan dan menjadi menjadi penyebab penyebab kematian kematian utama utama pada pada balita balita di di dunia.dunia. Penyakit global tersebut dapat diatasi di
Penyakit global tersebut dapat diatasi di negara maju, namun cukup fatal di negaranegara maju, namun cukup fatal di negara berkembang (Scott
berkembang (Scott dkk., 2008). dkk., 2008). Rudan dkk.(2008) Rudan dkk.(2008) menyebutkan bahwa menyebutkan bahwa insidensiinsidensi pneumonia balita
pneumonia balita negara negara berkembang adalah berkembang adalah 151.8 juta 151.8 juta kasus kasus baru baru per per tahunnya,tahunnya, dan di negara maju
dan di negara maju sekitar empat juta. sekitar empat juta. Sekitar 1,1 juta balita di duSekitar 1,1 juta balita di dunia meninggalnia meninggal setiap tahun karena pneumonia, terutama di Afrika dan Asia tenggara (WHO, setiap tahun karena pneumonia, terutama di Afrika dan Asia tenggara (WHO, 2013).
2013). Period Period prevalenceprevalence pneumonia di pneumonia di Indonesia Indonesia yang tinggi yang tinggi terjadi terjadi pada pada balitabalita sebesar 18,5 per mil (Kemenkes, 2014). Kasus pneumonia di kota Padang sebesar 18,5 per mil (Kemenkes, 2014). Kasus pneumonia di kota Padang meningkat dari 780 kasus pada tahun 2010 menjadi 1426 kasus pada tahun 2011 meningkat dari 780 kasus pada tahun 2010 menjadi 1426 kasus pada tahun 2011 (Dinkes Padang, 2012).
(Dinkes Padang, 2012).
Pneumonia dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk berdasarkan tempat Pneumonia dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk berdasarkan tempat terjadinya infeksi, yaitu
terjadinya infeksi, yaitu Community Acquired PneumoniaCommunity Acquired Pneumonia (CAP) yang sering(CAP) yang sering terjadi pada masyarakat dan
terjadi pada masyarakat dan Hospital Hospital Acquired Acquired PneumoniaPneumonia (HAP) atau(HAP) atau pneumonia nosokomial yang didapat di Rumah Sakit. Selain berbeda dalam lokasi pneumonia nosokomial yang didapat di Rumah Sakit. Selain berbeda dalam lokasi tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga berbeda dalam tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga berbeda dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, penyakit dasar atau penyakit penyerta, serta spektrum etiologi, gambaran klinis, penyakit dasar atau penyakit penyerta, serta prognosisnya
prognosisnya (lebih (lebih kompleks kompleks pada pada HAP) HAP) (Said, (Said, 2008). 2008). Pneumonia Pneumonia menurutmenurut derajatnya, dapat diklasifikasikan menjadi bukan pneumonia, pneumonia,dan derajatnya, dapat diklasifikasikan menjadi bukan pneumonia, pneumonia,dan pneumonia berat yang dilhat dari gejala klinisnya (Rahajoe dk
Mikroorganisme penyebab pneumonia dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Mikroorganisme penyebab pneumonia dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penyakit pneumonia disebabkan oleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteri,
bakteri, terutamaterutama Streptococcus pneumoniaStreptococcus pneumonia dan dan Hemophilus Hemophilus influenza influenza tipe tipe BB (UNICEF,
(UNICEF, 2009). Pemeriksaan m2009). Pemeriksaan mikroorganisme penyikroorganisme penyebab pneumonia ebab pneumonia pada balitapada balita masih belum sempurna karena balita sulit memproduksi sputum dan tindakan masih belum sempurna karena balita sulit memproduksi sputum dan tindakan invasif seperti aspirasi paru atau kultur darah sulit dilakukan (Rudan dkk., 2013). invasif seperti aspirasi paru atau kultur darah sulit dilakukan (Rudan dkk., 2013). Faktor risiko yang selalu ada
Faktor risiko yang selalu ada (definite risk factor (definite risk factor ) pada pneumonia meliputi gizi) pada pneumonia meliputi gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI, polusi udara dalam kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI, polusi udara dalam ruang, dan pemukiman padat (Rudan dkk., 2008). Balita dengan gizi kurang dan ruang, dan pemukiman padat (Rudan dkk., 2008). Balita dengan gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko terjadinya pneumonia pada balita (Kartasasmita gizi buruk memperbesar risiko terjadinya pneumonia pada balita (Kartasasmita dkk., 2010).
dkk., 2010).
Prevalensi status gizi berat-kurang pada balita sebesar 19,6% pada tahun Prevalensi status gizi berat-kurang pada balita sebesar 19,6% pada tahun 2013 dengan rincian 5,7% untuk gizi buruk dan 13,9% untuk gizi kurang. 2013 dengan rincian 5,7% untuk gizi buruk dan 13,9% untuk gizi kurang. Sumatera Barat menempati urutan ke 18 dari 33 provinsi di Indonesia dengan Sumatera Barat menempati urutan ke 18 dari 33 provinsi di Indonesia dengan status gizi buruk-kurang (Kemenkes, 2014). Pemenuhan gizi pada balita status gizi buruk-kurang (Kemenkes, 2014). Pemenuhan gizi pada balita mencakup protein, mineral, air, dan vitamin. Kekurangan gizi pada proses tubuh mencakup protein, mineral, air, dan vitamin. Kekurangan gizi pada proses tubuh menyebabkan sistem imunitas dan antibodi berkurang sehingga orang mudah menyebabkan sistem imunitas dan antibodi berkurang sehingga orang mudah terkena infeksi. Hampir setengah kematian balita setiap tahun dihubungkan terkena infeksi. Hampir setengah kematian balita setiap tahun dihubungkan dengan keadaan malnutirisi (Almatsier, 2010).
dengan keadaan malnutirisi (Almatsier, 2010).
Sistem imun pada anak usia satu tahun pertama hingga usia 5 tahun masih Sistem imun pada anak usia satu tahun pertama hingga usia 5 tahun masih belum
belum matang. matang. Walaupun Walaupun pada pada neonatus neonatus jumlah jumlah sel sel T T tinggi, tinggi, keseluruhan keseluruhan selsel tersebut berupa sel naif dan tidak memberikan respon yang adekuat terhadap tersebut berupa sel naif dan tidak memberikan respon yang adekuat terhadap antigen. Selain itu, Kerentanan infeksi pada balita lebih rendah dari pada anak antigen. Selain itu, Kerentanan infeksi pada balita lebih rendah dari pada anak dengan usia yang lebih tua sehingga balita mudah terinfeksi
dengan daya tahan terganggu menderita pneumonia berulang atau tidak mampu dengan daya tahan terganggu menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Malnutrisi adalah faktor risiko utama mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Malnutrisi adalah faktor risiko utama penyebab
penyebab infeksi infeksi balita balita pada pada negara negara berkembang berkembang karena karena mengganggu mengganggu prosesproses fisiologis tubuh (Cripps dkk., 2008).
fisiologis tubuh (Cripps dkk., 2008).
Dari berbagai uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara Dari berbagai uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS DR. M. Djamil. status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS DR. M. Djamil. Penelitian dilakukan di RS DR. M. Djamil karena rumah sakit tersebut merupakan Penelitian dilakukan di RS DR. M. Djamil karena rumah sakit tersebut merupakan pusat rujukan seluruh daerah di Sumatera Barat.
pusat rujukan seluruh daerah di Sumatera Barat.
1.2 Rumusan masalah 1.2 Rumusan masalah
1. Berapakah distribusi frekuensi pneumonia balita berdasarkan tingkatan usia dan 1. Berapakah distribusi frekuensi pneumonia balita berdasarkan tingkatan usia dan
jenis kelamin di RS DR. M. Djamil pada tahun
jenis kelamin di RS DR. M. Djamil pada tahun 2011-2013?2011-2013?
2. Berapakah distribusi frekuensi pneumonia pada balita berdasarkan berat ringan 2. Berapakah distribusi frekuensi pneumonia pada balita berdasarkan berat ringan
pneumonia di RS DR. M.
pneumonia di RS DR. M. Djamil pada tahun 2011-2013Djamil pada tahun 2011-2013??
3. Adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita? 3. Adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita?
1.3 Tujuan penelitian 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mengetahui hubungan status gizi dengan Tujuan umum penelitian adalah mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS DR. M. Djamil periode 2011-2013
kejadian pneumonia pada balita di RS DR. M. Djamil periode 2011-2013 1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah: Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Melihat distribusi frekuensi status gizi pada penderita pneumonia berdasarkan 1. Melihat distribusi frekuensi status gizi pada penderita pneumonia berdasarkan
tingkatan usia dan jenis kelamin di RS DR. M. Djamil tahun 2011-2013 tingkatan usia dan jenis kelamin di RS DR. M. Djamil tahun 2011-2013
2. Melihat distribusi frekuensi pneumonia pada balita berdasarkan berat-ringan 2. Melihat distribusi frekuensi pneumonia pada balita berdasarkan berat-ringan
pneumonia di RS DR. M.
pneumonia di RS DR. M. Djamil Djamil tahun 2011-2013tahun 2011-2013
3. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS 3. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS
DR. M. Djamil DR. M. Djamil
1. 4
1. 4 Manfaat PenelitianManfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian dapat menguji secara empiris
Hasil penelitian dapat menguji secara empiris hubungan status gizi denganhubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS. DR. M. Djamil
kejadian pneumonia pada balita di RS. DR. M. Djamil
1.4.2 Praktis 1.4.2 Praktis 1. Bagi peneliti 1. Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan menambah referensi Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan menambah referensi untuk penelitian selanjutnya
untuk penelitian selanjutnya 2. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan pertimbangan
pertimbangan untuk untuk memperhatikan memperhatikan dengan dengan optimal optimal status status gizi gizi pada pada penderitapenderita pneumonia
pneumonia..
3. Bagi Masyarakat 3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah sumbangan pikiran bagi Hasil penelitian diharapkan dapat menambah sumbangan pikiran bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi angka kejadian pneumonia di Sumatera masyarakat sehingga dapat mengurangi angka kejadian pneumonia di Sumatera Barat.
BAB 2 BAB 2 Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka 2.1 Pneumonia 2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Pneumonia 2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran pernapasan akut bagian Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah.
bawah. Pneumonia Pneumonia adalah adalah radang radang parenkim parenkim paru paru dengan dengan kondisi kondisi asinus asinus terisiterisi cairan radang, baik disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstisium maupun cairan radang, baik disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstisium maupun tidak (Soedarsono, 2010). Secara garis besar, klasifikasi pneumonia dibagi ke tidak (Soedarsono, 2010). Secara garis besar, klasifikasi pneumonia dibagi ke dalam
dalam Community Acquired PneumoniaCommunity Acquired Pneumonia (CAP) dan(CAP) dan Hospital Acquired Pneumonia Hospital Acquired Pneumonia (HAP). CAP adalah pneumonia yang ada di masyarakat. Kriteria CAP adalah (HAP). CAP adalah pneumonia yang ada di masyarakat. Kriteria CAP adalah pasien
pasien tidak tidak dirawat dirawat sedangkan untuk sedangkan untuk HAP HAP terjadi terjadi setelah setelah pasien pasien dirawat dirawat setelahsetelah 48-72 jam masuk rumah sakit (PDPI, 2003). Pneumonia pada anak dibedakan 48-72 jam masuk rumah sakit (PDPI, 2003). Pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisial (bronkiolitis) dan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisial (bronkiolitis) dan bronkopneumon
bronkopneumonia ia yang yang sering sering mengenai mengenai balita balita (Bennete, (Bennete, 2013). 2013). KlasifikasiKlasifikasi pneumonia
pneumonia menurut menurut derajat derajat klinis klinis terbagi terbagi ke ke dalam dalam Pneumonia Pneumonia (ringan-sedang)(ringan-sedang) dan Pneumonia Berat (Rahajoe dkk, 2008).
dan Pneumonia Berat (Rahajoe dkk, 2008). Tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Pneumonia (Rahajoe Klasifikasi Pneumonia (Rahajoe NN dkk., 2008)NN dkk., 2008)
Klasifikasi Tanda
Klasifikasi Tanda
Bukan
Bukan Pneumonia Pneumonia Tidak Tidak ada ada napas napas cepat cepat dan dan sesak sesak napasnapas Pneumonia
Pneumonia Tidak Tidak ada ada sesak sesak napas. napas. Nafas Nafas cepatcepat >40 kali/ menit
>40 kali/ menit
Retraksi epigastrium Retraksi epigastrium Pneumonia
Pneumonia berat berat Sesak Sesak napas. napas. Retaksi Retaksi epigastrium,epigastrium, inerkostal, suprasternal
inerkostal, suprasternal
Ada tanda bahaya (Kejang, letargi, gizi Ada tanda bahaya (Kejang, letargi, gizi buruk)
2.1.2 Epidemiologi Pneumonia 2.1.2 Epidemiologi Pneumonia
Insidensi
Insidensi pneumonia dapat pneumonia dapat dilihat dari usia, jenis dilihat dari usia, jenis kelamin dan geogkelamin dan geografi. Padarafi. Pada 2009
2009 perbandingan perbandingan kasus kasus pneumonia pneumonia pada pada balita balita dibandingkan dibandingkan dengan dengan usia usia ≥5≥5 tahun adalah 6:4. Pneumonia pada balita masih tetap merupakan proporsi terbesar. tahun adalah 6:4. Pneumonia pada balita masih tetap merupakan proporsi terbesar. Angka pneumonia balita (1-4 tahun) pada tahun 2009 dibandingkan dengan bayi Angka pneumonia balita (1-4 tahun) pada tahun 2009 dibandingkan dengan bayi (<1 tahun) adalah 64,81%: 35,19%. Proporsi penderita laki-laki dibandingkan (<1 tahun) adalah 64,81%: 35,19%. Proporsi penderita laki-laki dibandingkan perempuan sekitar 10% (Kemenkes, 2010
perempuan sekitar 10% (Kemenkes, 2010).).
Rudan dkk. (2008) menyebutkan bahwa insidensi pneumonia anak di bawah Rudan dkk. (2008) menyebutkan bahwa insidensi pneumonia anak di bawah 5 tahun
5 tahun di negara berkembang di negara berkembang adalah 151.8 juta kasus baru adalah 151.8 juta kasus baru per tahunnya, dan diper tahunnya, dan di negara maju sekitar empat
negara maju sekitar empat juta. juta. Lebih dari Lebih dari setengah kasus di dsetengah kasus di dunia terpusat di 5unia terpusat di 5 negara: India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta), dan Bangladesh, negara: India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta), dan Bangladesh, Indonesia, serta Nigeria (masing-ma sing 6 juta). Insidensi pneumonia balita di Indonesia, serta Nigeria (masing-ma sing 6 juta). Insidensi pneumonia balita di dunia sebesar 44% (Rudan dkk., 2008).
dunia sebesar 44% (Rudan dkk., 2008).
Hasil pemetaan insidens pneumonia dalam Buletin Pneumonia (Kemenkes, Hasil pemetaan insidens pneumonia dalam Buletin Pneumonia (Kemenkes, 2010) membuktikan bahwa pneumonia tersebar di seluruh provinsi Indonesia. 2010) membuktikan bahwa pneumonia tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Insiden pneumonia balita tertinggi (>4%) pada tahun 2005 ada di Provinsi Insiden pneumonia balita tertinggi (>4%) pada tahun 2005 ada di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Bangka Belitung, NTB, Kalimantan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Bangka Belitung, NTB, Kalimantan Selatan dan Sulawesi tengah (Kemenkes, 2010).
Selatan dan Sulawesi tengah (Kemenkes, 2010). Period Period prevalenceprevalence pneumonia pneumonia balita
balita di di Indonesia Indonesia adalah adalah 18,5 18,5 per per mil mil (Kemenkes, (Kemenkes, 2014). 2014). Cakupan Cakupan penderitapenderita pneumonia pada
pneumonia pada balita balita tahun tahun 2010 sebesar 2010 sebesar 21,9% di 21,9% di Sumatera Sumatera Barat Barat (Kemenkes,(Kemenkes, 2007). Kasus pneumonia di kota Padang meningkat dari 780 kasus pada tahun 2007). Kasus pneumonia di kota Padang meningkat dari 780 kasus pada tahun 2010 menjadi 1426 kasus pada tahun 2011 (Dinkes Padang, 2012).
2010 menjadi 1426 kasus pada tahun 2011 (Dinkes Padang, 2012). Sekitar 1,1
Sekitar 1,1 juta anak di juta anak di bawah 5 tahun bawah 5 tahun meninggal karena meninggal karena pneumonia. Datapneumonia. Data menunjukkan 18% kematian terjadi pada balita di dunia, terutama di Asia menunjukkan 18% kematian terjadi pada balita di dunia, terutama di Asia
tenggara dan Sub-Sahara Afrika (WHO, 2013). Dunia internasional menargetkan tenggara dan Sub-Sahara Afrika (WHO, 2013). Dunia internasional menargetkan kematian balita menjadi 2/3 dari tahun 1990 hingga 2015 pada
kematian balita menjadi 2/3 dari tahun 1990 hingga 2015 pada Millenium Millenium Development
Development GoalGoal 4 (Rudan dkk., 2008). Pneumonia masih menjadi penyebab4 (Rudan dkk., 2008). Pneumonia masih menjadi penyebab kematian utama pada anak di negara yang memiliki pendapatan rendah. Di negara kematian utama pada anak di negara yang memiliki pendapatan rendah. Di negara berkembang, lebih dari 0.25 episode balita menderita pneumonia dan sekitar 2-3% berkembang, lebih dari 0.25 episode balita menderita pneumonia dan sekitar 2-3% dari jumlah tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit. Dari 1000 anak dari jumlah tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit. Dari 1000 anak yang lahir, sekitar 100-150 balita mengalami pneumonia berat dan paling banyak yang lahir, sekitar 100-150 balita mengalami pneumonia berat dan paling banyak di usia 2 tahun pertama kehidupan. Angka mortatlitas balita pneumonia di negara di usia 2 tahun pertama kehidupan. Angka mortatlitas balita pneumonia di negara berkembang
berkembang sekitar sekitar 12-20 12-20 per per 1000 1000 kelahiran. kelahiran. Sekitar Sekitar 83 83 balita balita di di IndonesiaIndonesia meninggal setiap hari akibat pneumonia (Kemenkes, 2010). Hanya sedikit dari meninggal setiap hari akibat pneumonia (Kemenkes, 2010). Hanya sedikit dari kasus kematian tersebut yang diketahui mikroorganisme penyebabnya. Mortalitas kasus kematian tersebut yang diketahui mikroorganisme penyebabnya. Mortalitas biasanya
biasanya disebabkan disebabkan oleh oleh kemiskinan kemiskinan dan dan malnutrisi malnutrisi serta serta bisa bisa jadi jadi karenakarena kurangnya akses ke tempat layanan kesehatan (Scott dkk., 2008).
kurangnya akses ke tempat layanan kesehatan (Scott dkk., 2008). 2.1.3 Etiologi Pneumonia
2.1.3 Etiologi Pneumonia
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh virus, bakteria, dan jamur. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh virus, bakteria, dan jamur. Sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi, radiasi, dll (Said, 2008). Sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi, radiasi, dll (Said, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penyakit pneumonia disebabkan oleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteri,
bakteri, terutamaterutama Streptococcus pneumoniaStreptococcus pneumonia dan dan Hemophilus Hemophilus influenze influenze tipe tipe BB (UNICEF, 2009). Virus yang menyebabkan pneumonia antara lain
(UNICEF, 2009). Virus yang menyebabkan pneumonia antara lain Respiratory Respiratory Syncytial Virus
Syncytial Virus (RSV), virus influenza, adenovirus, dan virus sitomegalik. (RSV), virus influenza, adenovirus, dan virus sitomegalik. Sedangkan golongan jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Sedangkan golongan jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Histoplasma
Histoplasma capsulatumcapsulatum,, Cryptococcus neoformansCryptococcus neoformans,, Candida albicans Candida albicans, dll. (FK, dll. (FK UI, 2010).
Mikroorganisme penyebab pneumonia pada balita di negara berkembang sulit Mikroorganisme penyebab pneumonia pada balita di negara berkembang sulit ditemukan. Hal tersebut dapat dimengerti karena beberapa alasan. Pertama, ditemukan. Hal tersebut dapat dimengerti karena beberapa alasan. Pertama, sulitnya mendapatkan spesimen yang baik dari saluran pernapasan bawah karena sulitnya mendapatkan spesimen yang baik dari saluran pernapasan bawah karena anak-anak biasanya sulit memproduksi sputum. Kedua, aspirasi paru diperlukan anak-anak biasanya sulit memproduksi sputum. Kedua, aspirasi paru diperlukan untuk mengetahui penyebab secara mikrobiologi, namun tindakan ini merupakan untuk mengetahui penyebab secara mikrobiologi, namun tindakan ini merupakan tindakan invasif sehingga jarang dilakukan. Ketiga, metode pemeriksaan pada tindakan invasif sehingga jarang dilakukan. Ketiga, metode pemeriksaan pada anak untuk pneumonia masih belum sempurna sehingga tidak ada baku emas anak untuk pneumonia masih belum sempurna sehingga tidak ada baku emas untuk menegakkan penyebabnya (Rudan dkk., 2013).
untuk menegakkan penyebabnya (Rudan dkk., 2013). 2.1.4 Faktor Risiko Pneumonia
2.1.4 Faktor Risiko Pneumonia Faktor risiko yang selalu ada
Faktor risiko yang selalu ada (definite risk factor (definite risk factor ) pada pneumonia meliputi) pada pneumonia meliputi gizi kurang,
gizi kurang, berat badan berat badan lahir rendah, lahir rendah, tidak ada tidak ada pemberian ASI, pemberian ASI, polusi udarapolusi udara dalam ruang, dan pemukiman padat (Rudan dkk., 2008). Anak yang sehat dalam ruang, dan pemukiman padat (Rudan dkk., 2008). Anak yang sehat memiliki pertahanan natural yang baik untuk melindungi paru dari patogen memiliki pertahanan natural yang baik untuk melindungi paru dari patogen penyebab
penyebab pneumonia. pneumonia. Balita Balita dengan dengan gizi gizi kurang kurang dan dan supresi supresi imun imun memilikimemiliki pertahanan yang lemah terhadap infeksi (West, 2007).
pertahanan yang lemah terhadap infeksi (West, 2007).
Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko pneumonia yaitu Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko pneumonia yaitu pemukiman
pemukiman yang yang padat padat dan dan orang orang tua tua yang yang merokok. merokok. Dalam Dalam Buku Buku Ajar Ajar IlmuIlmu Kesehatan Anak FK UI (2010), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma Kesehatan Anak FK UI (2010), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada
pada paru, paru, anesthesia, anesthesia, aspirasi, aspirasi, dan dan pengobatan pengobatan antibiotika antibiotika yang yang tidak tidak sempurnasempurna ikut berperan dalam meningkatkan risiko pneumonia pada balita.
ikut berperan dalam meningkatkan risiko pneumonia pada balita. 2.1.5
2.1.5 PatogenePatogenesissis
Kuman yang sering mengadakan kolonisasi pada saluran atas sering Kuman yang sering mengadakan kolonisasi pada saluran atas sering mengeluarkan enzim proteolitik dan merusak IgA. Defesiensi dan kerusakan dari mengeluarkan enzim proteolitik dan merusak IgA. Defesiensi dan kerusakan dari setiap komponen pertahanan saluran napas atas akan menyebabkan kolonisasi setiap komponen pertahanan saluran napas atas akan menyebabkan kolonisasi
kuman patogen yang mempermudah terjadinya infeksi saluran napas bawah. kuman patogen yang mempermudah terjadinya infeksi saluran napas bawah. Soedarsono (2010) menyebutkan ada beberapa cara mikroorgnasime untuk Soedarsono (2010) menyebutkan ada beberapa cara mikroorgnasime untuk mencapai permukaan saluran napas:
mencapai permukaan saluran napas: 1)
1) Inokulasi langsungInokulasi langsung 2)
2) Penyebaran melalui pembuluh darahPenyebaran melalui pembuluh darah 3)
3) Inhalasi bahan aerosolInhalasi bahan aerosol 4)
4) Kolonisasi pada permukaan mukosaKolonisasi pada permukaan mukosa
Bakteri dengan ukuran 0,5-2,0 mm melalui udara dapat mencapai bronkus Bakteri dengan ukuran 0,5-2,0 mm melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Patogen yang terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Patogen yang menyebabkan pneumonia mencapai paru-paru balita dengan berbagai rute. Secara menyebabkan pneumonia mencapai paru-paru balita dengan berbagai rute. Secara garis besar, bakteri sudah berada pada hidung dan tenggorokan sang anak garis besar, bakteri sudah berada pada hidung dan tenggorokan sang anak kemudian masuk ke dalam paru saat bernapas. Patogen juga dapat menyebar dari kemudian masuk ke dalam paru saat bernapas. Patogen juga dapat menyebar dari droplet yang terkontaminasi atau dari darah. Risiko bayi terkena pneumonia droplet yang terkontaminasi atau dari darah. Risiko bayi terkena pneumonia meningkat melalui kontak dengan jalan lahir atau zat yang terkontaminasi selama meningkat melalui kontak dengan jalan lahir atau zat yang terkontaminasi selama proses melahirkan (UNICEF, 2006).
proses melahirkan (UNICEF, 2006).
Respon yang ditimbulkan oleh bakteri
Respon yang ditimbulkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniaStreptococcus pneumonia (pneumokokus) setelah mencapai alveoli ada 4 tahap, yaitu kongesti, hepatisasi (pneumokokus) setelah mencapai alveoli ada 4 tahap, yaitu kongesti, hepatisasi merah, hepatisasi kelabu, dan resolusi. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama) terjadi merah, hepatisasi kelabu, dan resolusi. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama) terjadi ketika eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang ketika eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi
berdilatasi dan bocor. dan bocor. Hepatisasi Hepatisasi merah (48 merah (48 jam jam berikutnya) adalah berikutnya) adalah tahap tahap dimanadimana paru-paru
paru-paru tampak tampak merah merah dan dan bergranula. bergranula. Tahap Tahap selanjutnya selanjutnya adalah adalah hepatisasihepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di kelabu (3 sampai 8 hari) karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. Alveoli terisi pus atau cairan yang akan dalam alveoli yang terserang. Alveoli terisi pus atau cairan yang akan mengganggu absorpsi oksigen sehingga penderita akan sulit bernapas. Tahap mengganggu absorpsi oksigen sehingga penderita akan sulit bernapas. Tahap
terakhir adalah resolusi (7 sampai 11 hari), yaitu eksudat mengalami lisisdan terakhir adalah resolusi (7 sampai 11 hari), yaitu eksudat mengalami lisisdan direabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula direabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula (Price dkk., 2005).
(Price dkk., 2005). 2.1.6 Gejala dan
2.1.6 Gejala dan Penularan PneumoniaPenularan Pneumonia
Gejala pneumonia (ringan-sedang) pada anak di bawah 5 tahun adalah batuk Gejala pneumonia (ringan-sedang) pada anak di bawah 5 tahun adalah batuk dan/ sulit bernapas dengan disertai demam atau tidak dan memiliki frekuensi dan/ sulit bernapas dengan disertai demam atau tidak dan memiliki frekuensi napas
napas ≥40 ≥40 kali. kali. PPneumonia berat ditandai apabila disertai dengan tarikan dindingneumonia berat ditandai apabila disertai dengan tarikan dinding dada bagian bawah pada daerah epigastrium, interkostal, dan suprasternal, dada bagian bawah pada daerah epigastrium, interkostal, dan suprasternal, kesadaran menurun, pucat, tidak bisa minum, kejang, stridor pada waktu anak kesadaran menurun, pucat, tidak bisa minum, kejang, stridor pada waktu anak tenang, dan gizi buruk. Napas berbunyi (
tenang, dan gizi buruk. Napas berbunyi (wheezing wheezing ) biasanya untuk pneumonia) biasanya untuk pneumonia yang disebabkan virus (WHO, 2013).
yang disebabkan virus (WHO, 2013).
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Hasil Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Hasil pemeriksaan
pemeriksaan inspeksi teinspeksi terdapat nafas rdapat nafas cuping hidung cuping hidung dan tedan terlihat brlihat bagian agian yang sakityang sakit tertinggal waktu bernapas. Pada pemeriksaan palpasi fremitus dapat mengeras. tertinggal waktu bernapas. Pada pemeriksaan palpasi fremitus dapat mengeras. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan perkusi yperkusi yaitu reduaitu redup. p. Pada Pada pemeriksaan pemeriksaan auskultasi dapauskultasi dapatat terdengar suara napas (bronkovesikuler) sampai bronkial, dapat disertai ronki terdengar suara napas (bronkovesikuler) sampai bronkial, dapat disertai ronki basah
basah halus halus nyaring, nyaring, yang yang kemudian kemudian menjadi menjadi ronki ronki kasar kasar pada pada stadium stadium resolusiresolusi (FK UI, 2010).
(FK UI, 2010).
2.2 Mekanisme Pertahanan Tubuh
2.2 Mekanisme Pertahanan Tubuh terhadap Infeksiterhadap Infeksi
Udara yang kita hirup, kulit, dan saluran cerna, mengandung banyak mikroba, Udara yang kita hirup, kulit, dan saluran cerna, mengandung banyak mikroba, biasanya
biasanya berupa berupa bakteri bakteri dan virus, dan virus, kadang jamur kadang jamur atau atau parasit. parasit. Sistem Sistem imun dapatimun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah (nonspesifik) dan didapat (spesifik). Sistem dibagi menjadi sistem imun alamiah (nonspesifik) dan didapat (spesifik). Sistem imun tersebut secara umum dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Gambaran Umum Sistem Imun (Dikutip sesuai aslinya dari ImunologiGambaran Umum Sistem Imun (Dikutip sesuai aslinya dari Imunologi Dasar: Baratwidjaja dkk., 2009)
Dasar: Baratwidjaja dkk., 2009)
Imunitas alamiah sudah ada sejak lahir. Respon imun alamiah merupakan Imunitas alamiah sudah ada sejak lahir. Respon imun alamiah merupakan pertahanan utama dan
pertahanan utama dan pertama pada pertama pada invasi mikroorganisme. Sistinvasi mikroorganisme. Sistem imun alamiahem imun alamiah memiliki empat komponen, yaitu proteksi melalui barier fisik, mekanik dan memiliki empat komponen, yaitu proteksi melalui barier fisik, mekanik dan biokomia, barier humoral, serta mekanisme seluler (Darwin, 2006).
biokomia, barier humoral, serta mekanisme seluler (Darwin, 2006).
Proteksi melalui barier fisik diperoleh dari struktur saluran pernapasan. Silia Proteksi melalui barier fisik diperoleh dari struktur saluran pernapasan. Silia di saluran napas membantu menurunkan jumlah mikroba yang masuk tubuh. di saluran napas membantu menurunkan jumlah mikroba yang masuk tubuh. Strukur pernapasan berupa cincin banyak ditemukan di berbagai tempat, berisikan Strukur pernapasan berupa cincin banyak ditemukan di berbagai tempat, berisikan nodul yang terletak sekitar bronkus dan berhubungan dengan epitel seperti plak nodul yang terletak sekitar bronkus dan berhubungan dengan epitel seperti plak sel limfoid. Sel-sel
sel limfoid. Sel-sel Bronchus Bronchus Associated Associated Lymphoid Lymphoid TissueTissue (BALT) memiliki(BALT) memiliki kemampuan pergantian yang dan berperan dalam respon terhadap antigen kemampuan pergantian yang dan berperan dalam respon terhadap antigen (Baratawidjaja dkk., 2009). (Baratawidjaja dkk., 2009). Sistem Imun Sistem Imun Fisik Fisik 1) Kulit 1) Kulit 2) Selaput Lendir 2) Selaput Lendir 3) Silia 3) Silia 4) Batuk 4) Batuk 5) Bersin 5) Bersin
Non Spesifik (Alamiah) Non Spesifik (Alamiah)
Larut Larut 1)Biokimia 1)Biokimia -Lisozim -Lisozim -Sekresi/sebaseus -Sekresi/sebaseus -Asam lambung -Asam lambung -Laktoferin -Laktoferin -Asam neuraminik -Asam neuraminik 2)Humoral 2)Humoral -Komplemen -Komplemen Selular Selular 1)Fagosit 1)Fagosit -Mononuklear -Mononuklear -Polimorfonuklear -Polimorfonuklear 2) Sel NK 2) Sel NK 3) Sel Mast 3) Sel Mast 4) Basofil 4) Basofil 5) Eosinofil 5) Eosinofil 6) SD 6) SD Humoral Humoral 1) Sel B 1) Sel B -IgG -IgG -IgA -IgA -IgM -IgM -IgE -IgE -IgD -IgD 2) Sitokin 2) Sitokin Selular Selular 1) Sel T 1) Sel T -Th1 -Th1 -Th2 -Th2 -Ts/Tr/ -Ts/Tr/ - Tdth - Tdth -Ctl/Tc -Ctl/Tc -NKT -NKT -Th17 -Th17 Spesifik (Didapat) Spesifik (Didapat)
Tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru dalam keadaan sehat Tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru dalam keadaan sehat karena adanya mekanisme pertahanan di paru. Paru memiliki mekanisme karena adanya mekanisme pertahanan di paru. Paru memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah agar k
pertahanan untuk mencegah agar kuman tidak masuk ke dalam paru, yaitu:uman tidak masuk ke dalam paru, yaitu: 1)
1) Reepitelisasi saluran napasReepitelisasi saluran napas 2)
2) Aliran lendir pada permukaan epitelAliran lendir pada permukaan epitel 3)
3) Bakteri alamiah atauBakteri alamiah atau epithelial cell binding site analog epithelial cell binding site analog 4)
4) Kompetesi mikroba setempatKompetesi mikroba setempat 5)
5) Sistem transpor mukosilierSistem transpor mukosilier 6)
6) Refleks bersin dan batuk (Soedarsono, 2010)Refleks bersin dan batuk (Soedarsono, 2010)
Bakteri dari luar yang masuk tubuh (jalur eksogen) akan segera diserang Bakteri dari luar yang masuk tubuh (jalur eksogen) akan segera diserang sistem imun nonspesifik berupa fagosit, komplemen,
sistem imun nonspesifik berupa fagosit, komplemen, Acute Acute Phase ProteiPhase Proteinn (APP) (APP) atau dinetralkan oleh antibodi spesifik yang sudah ada di dalam darah. Pertahanan atau dinetralkan oleh antibodi spesifik yang sudah ada di dalam darah. Pertahanan pejamu terdiri atas sarana-sarana untuk memerangi patogen lokal (Darwin, 2006). pejamu terdiri atas sarana-sarana untuk memerangi patogen lokal (Darwin, 2006). Respon imun adaptif berbeda dengan respon alamiah, karena respon imun Respon imun adaptif berbeda dengan respon alamiah, karena respon imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terlebih dahulu terhadap adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terlebih dahulu terhadap stimulus misalnya virus dan bakteri. Respon ini dibagi menjadi respon humoral stimulus misalnya virus dan bakteri. Respon ini dibagi menjadi respon humoral dan selular. Terdapat tiga elemen yang berperan pada respon imun humoral dalam dan selular. Terdapat tiga elemen yang berperan pada respon imun humoral dalam pengenalan
pengenalan dan dan pengikatan pengikatan antigen, antigen, yaitu yaitu antibodi, antibodi, reseptor reseptor sel sel T, T, dan dan molekulmolekul Mayor Hustocompatibility Complex
Mayor Hustocompatibility Complex (MHC) (Darwin, 2006).(MHC) (Darwin, 2006).
IgA adalah salah satu jenis antibodi yang diproduksi dari limfosit B. IgA IgA adalah salah satu jenis antibodi yang diproduksi dari limfosit B. IgA merupakan pertahanan permukaan mukosa. Infeksi lebih sering terjadi dan lebih merupakan pertahanan permukaan mukosa. Infeksi lebih sering terjadi dan lebih berat
berat pada pada anak anak usia usia balita balita (Baratawidjaja (Baratawidjaja dkk., dkk., 2009). 2009). sIgA sIgA melindungi melindungi tubuhtubuh dari patogen oleh karena dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen dari patogen oleh karena dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen potensial
pejamu.
pejamu. IgA IgA juga juga dapat dapat bekerja bekerja sebagai sebagai opsonin, opsonin, oleh oleh karena karena neutrofil, neutrofil, monosit,monosit, dan makrofag sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan dan makrofag sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin (Keperien dkk., 2012).
menetralisasi toksin (Keperien dkk., 2012).
Pertahanan imun terhadap bakteri terdiri antara lain atas antibodi yang Pertahanan imun terhadap bakteri terdiri antara lain atas antibodi yang menetralkan toksin, opsonisasi organisme, aktivasi komplemen yang dapat menetralkan toksin, opsonisasi organisme, aktivasi komplemen yang dapat melisiskan secara langsung. Vasodilatasi memungkinan sel PMN, makrofag, dan melisiskan secara langsung. Vasodilatasi memungkinan sel PMN, makrofag, dan sel T bermigrasi untuk membantu mengontrol infeksi (Jackson, 2006).
sel T bermigrasi untuk membantu mengontrol infeksi (Jackson, 2006).
Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang hidup dan Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang hidup dan berkembang
berkembang biak biak secara secara intraseluler. intraseluler. Untuk Untuk menghancurkan menghancurkan mikroorganismemikroorganisme tersebut, sistem imunitas tubuh mengaktifkan fungsi limfosit T. Subpopulasi sel T tersebut, sistem imunitas tubuh mengaktifkan fungsi limfosit T. Subpopulasi sel T (Th) mengaktivasi dan mengekspansi limfosit B. Respon imul seluler diawali oleh (Th) mengaktivasi dan mengekspansi limfosit B. Respon imul seluler diawali oleh interaksi antara limfosit Th dengan
interaksi antara limfosit Th dengan Antigen Antigen Presentating Presentating Cell Cell (APC) atau (APC) atau interaksi limfosit Tc dengan sel sasaran. Sel Tc memproduksi perforin yang dapat interaksi limfosit Tc dengan sel sasaran. Sel Tc memproduksi perforin yang dapat merusak memberan sel dengan membentuk pori, dan
merusak memberan sel dengan membentuk pori, dan granzyme granzyme yang berfungsi yang berfungsi membunuh sel sasaran (Darwin, 2006). Imunitas utama terhadap setiap jenis membunuh sel sasaran (Darwin, 2006). Imunitas utama terhadap setiap jenis mikroorganisme dapat dilihat di tabel berikut:
mikroorganisme dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 2.2
Tabel 2.2 Mekanisme Pertahan Imun Utama (Dikutip sesuai aslinya dariMekanisme Pertahan Imun Utama (Dikutip sesuai aslinya dari Imunologi Dasar: Baratawidjaja dkk., 2009)
Imunologi Dasar: Baratawidjaja dkk., 2009) Jenis
Jenis Infeksi Infeksi Mekanisme Mekanisme pertahanan pertahanan imunimun Bakteri
Bakteri Antibodi, kompleks Antibodi, kompleks imun, imun, sitotoksisitassitotoksisitas Mikobakteri
Mikobakteri DTH DTH dan dan reaksi reaksi granulomatosagranulomatosa Virus
Virus Antibodi Antibodi (netralisasi), (netralisasi), CTL, CTL, dan dan TdthTdth Protozoa
Protozoa DTH DTH dan dan antibodyantibody Parasit
Parasit cacing cacing Antibodi Antibodi (Atopi, (Atopi, ADCC) ADCC) dan dan reaksireaksi granulomatosa
granulomatosa Jamur
Pada tingkat seluler oksigen merupakan nutrisi yang penting bagi Pada tingkat seluler oksigen merupakan nutrisi yang penting bagi metabolisme sel, terutama produksi energi. Energi tersebut terutama diperoleh metabolisme sel, terutama produksi energi. Energi tersebut terutama diperoleh dari co-enzim ATP, yang merupakan energi kimia paling penting pada level dari co-enzim ATP, yang merupakan energi kimia paling penting pada level molekul dan enzim ssATP disintesis dalam mitokondria melalui proses fosforilasi molekul dan enzim ssATP disintesis dalam mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif. Reaksi tersebut sangat bergantung pada oksigen dan tidak dapat oksidatif. Reaksi tersebut sangat bergantung pada oksigen dan tidak dapat berlangsung
berlangsung tanpa tanpa keberadaan keberadaan oksigen.oksigen. NADPH-linked NADPH-linked oxygenaseoxygenase merupakan merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam proses fagositosis leukosit. Enzim tersebut enzim yang bertanggung jawab dalam proses fagositosis leukosit. Enzim tersebut memproduksi sejumlah oksigen melalui konsumsi sejumlah besar oksigen. memproduksi sejumlah oksigen melalui konsumsi sejumlah besar oksigen. Oksidan dibutuhkan untuk mencegah infeksi. (Bartlett, 2004). Oksidan atau Oksidan dibutuhkan untuk mencegah infeksi. (Bartlett, 2004). Oksidan atau mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis disebut ROI (Radical oxygen mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis disebut ROI (Radical oxygen Intermediet) yang dapat berupa anion superoksid, H
Intermediet) yang dapat berupa anion superoksid, H22OO22 dan radikal bebas lainnya. dan radikal bebas lainnya. Bahan-bahan tersebut sangat toksik untuk bakteri dan jaringan tetapi sangat tidak Bahan-bahan tersebut sangat toksik untuk bakteri dan jaringan tetapi sangat tidak stabil karena segera dipecah oleh katalase (Baratawidjaja dkk., 2009).
stabil karena segera dipecah oleh katalase (Baratawidjaja dkk., 2009).
2.2.1. Mekanisme Pertahanan Tubuh pada Anak 2.2.1. Mekanisme Pertahanan Tubuh pada Anak
Pertahanan imun pada bayi baru lahir sudah ada, tapi belum matang. Untuk Pertahanan imun pada bayi baru lahir sudah ada, tapi belum matang. Untuk mengkompensasinya, IgG dari ibu melewati plasenta. IgG tersebut bertahan 6 mengkompensasinya, IgG dari ibu melewati plasenta. IgG tersebut bertahan 6 sampai 12 bulan pertama dan selanjutnya menerima antibodi dari ASI. ASI sampai 12 bulan pertama dan selanjutnya menerima antibodi dari ASI. ASI mengandung banyak IgA yang dapat melindungi bayi dari infeksi. Anak usia 0-2 mengandung banyak IgA yang dapat melindungi bayi dari infeksi. Anak usia 0-2 tahun masih mendapatkan asupan ASI (
tahun masih mendapatkan asupan ASI (Brunt dkk., 2011).Brunt dkk., 2011).
ASI mengandung protein, gula, lemak, termasuk faktor imun seperti antibodi ASI mengandung protein, gula, lemak, termasuk faktor imun seperti antibodi (IgA), enzim, dan sel darah putih. ASI, terutama kolostrum, terdiri dari 5x10 (IgA), enzim, dan sel darah putih. ASI, terutama kolostrum, terdiri dari 5x1066 sel sel leukosit per ml, 10 kali lipat dibandingkan yang ada pada susu formula. leukosit per ml, 10 kali lipat dibandingkan yang ada pada susu formula.
Makrofag, neutrofil, limfosit, sl NK, dan sel pembuat antibodi B, terdapat dalam Makrofag, neutrofil, limfosit, sl NK, dan sel pembuat antibodi B, terdapat dalam 10% leukosit dari ASI (
10% leukosit dari ASI (Brunt dkk., 2011)Brunt dkk., 2011)
Bayi sering mengalami infeksi saluran napas berulang kali dan hal ini Bayi sering mengalami infeksi saluran napas berulang kali dan hal ini biasanya
biasanya dihubungkan dengan dihubungkan dengan defisiensi defisiensi IgG (HiIgG (Hipogamaglobulin fisiologis) pogamaglobulin fisiologis) sertaserta dapat berubah menjadi normal secara spontan pada umur 4 tahun. Dalam waktu 3 dapat berubah menjadi normal secara spontan pada umur 4 tahun. Dalam waktu 3 bulan,
bulan, bayi bayi normal normal sudah sudah mulai mulai membentuk membentuk antibodi antibodi sendiri, sendiri, namun namun antibodiantibodi terhadap kapsul polisakarida bakteri tidak terbentuk dalam jumlah memadai terhadap kapsul polisakarida bakteri tidak terbentuk dalam jumlah memadai sebelum ia berumur 2 tah
sebelum ia berumur 2 tahun (Darwin, 2006).un (Darwin, 2006).
Sistem imun pada anak usia satu pertama sampai usia 5 tahun masih belum Sistem imun pada anak usia satu pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang. Meskipun neonatus menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, keseluruhan matang. Meskipun neonatus menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, keseluruhan sel tersebut adalah sel naif yang tidak memberikan respon yang adekuat terhadap sel tersebut adalah sel naif yang tidak memberikan respon yang adekuat terhadap antigen (Darwin, 2006). ASI juga merupakan sumber proteksi pada usia dini dan antigen (Darwin, 2006). ASI juga merupakan sumber proteksi pada usia dini dan mencegah infeksi paru dan saluran cerna (Jackson, 2006). Kerentanan infeksi mencegah infeksi paru dan saluran cerna (Jackson, 2006). Kerentanan infeksi pada balita lebih rendah dari
pada balita lebih rendah dari pada anak usia lebih tua pada anak usia lebih tua dan dewasa karena itu balitadan dewasa karena itu balita mudah terinfeksi (Darwin, 2006)
mudah terinfeksi (Darwin, 2006)
Timus adalah organ imunitas primer yang bertanggung jawab pada Timus adalah organ imunitas primer yang bertanggung jawab pada perkembangan limfosit T. Selama proses
perkembangan limfosit T. Selama proses maturasi, limfosit maturasi, limfosit T muda berlatih untukT muda berlatih untuk membedakan antigen
membedakan antigen self self dandan non-non-self. Ukuran timus akan berkurang secaraself. Ukuran timus akan berkurang secara perlahan-halan
perlahan-halan mulai mulai usia usia 5 5 tahun tahun sampai sampai usia usia pubertas pubertas (Darwin, (Darwin, 2006).2006). Hasselbalch (Dalam Jackson, 2010) menyebutkan bahwa kelenjar timus lebih Hasselbalch (Dalam Jackson, 2010) menyebutkan bahwa kelenjar timus lebih berkembang
berkembang pada pada bayi bayi 4 4 bulan bulan yang yang mengkomsumsi mengkomsumsi ASI ASI ekslusif ekslusif dibandingkandibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI secara parsial atau susu formula. ASI dapat dengan bayi yang diberikan ASI secara parsial atau susu formula. ASI dapat mencegah autoimuniti pada bayi baru lahir.
2.3 Gizi 2.3 Gizi
I Dewa
I Dewa Nyoman S (2001Nyoman S (2001) dalam buku “Pen) dalam buku “Penilaian Status Gizi” menyebutkanilaian Status Gizi” menyebutkan bahwa
bahwa gizi gizi adalah adalah zat zat yang yang dikonsumsi dikonsumsi secara secara normal normal melalui melalui proses proses digesti,digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Sumber lain menyatakan zat tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Sumber lain menyatakan zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses
proses kehidupan. kehidupan. Gizi Gizi terdiri terdiri dari dari Karbohidat, Karbohidat, protein, protein, lemak, lemak, vitamin vitamin dandan mineral (Almatsier, 2010).
mineral (Almatsier, 2010). Tabel 2.2
Tabel 2.2 Zat-zat Gizi Esensial Zat-zat Gizi Esensial yang Dibutuhkan Tubuh (Almatsier, 2003)yang Dibutuhkan Tubuh (Almatsier, 2003) Karbohidrat Karbohidrat Glukosa Glukosa Serat Serat Mineral Mineral Kalsium Klor Kalsium Klor Fosfor Sulfur Fosfor Sulfur Natrium
Natrium KaliumKalium Zat
Zat besi besi SeleniumSelenium
Seng Mangan Seng Mangan Tembaga Kobalt Tembaga Kobalt Iodium Krom Iodium Krom Fluor Timah Fluor Timah Nikel
Nikel SilikonSilikon Vanadium Vanadium Magnesium Magnesium Vitamin Vitamin A (retinol) A (retinol) D (kolekalsiferol) D (kolekalsiferol) E (tokoferol) E (tokoferol) K (menadion) K (menadion) Tiamin Tiamin Riboflavin Riboflavin Niasin Niasin Biotin Biotin Folasin/Folar Folasin/Folar Vitamin B Vitamin B66 Vitamin B Vitamin B1212 Vitamin C Vitamin C Lemak/Lipid Lemak/Lipid Asam linoleat Asam linoleat (Omega-6) (Omega-6) Asam linolenat Asam linolenat (Omega-3) (Omega-3) Protein Protein Asam Amino Asam Amino Air Air
2.3.1 Manfaat Gizi untuk Tubuh 2.3.1 Manfaat Gizi untuk Tubuh
American Society
American Society for Clifor Clinical Nutritinical Nutritionon (1999) menyebutkan bahwa manfaat (1999) menyebutkan bahwa manfaat gizi antara lain:
1)
1) Memberi EnergiMemberi Energi
Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi
protein. Oksidasi zat-zat zat-zat tersebut tersebut menghasilkan emenghasilkan energi nergi yang diperlukan yang diperlukan tubuhtubuh untuk melakukan aktivitas
untuk melakukan aktivitas 2)
2) Memelihara Jaringan Tubuh dan PertumbuhanMemelihara Jaringan Tubuh dan Pertumbuhan
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Zat-zat tersebut Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
yang rusak. 3)
3) Mengatur Proses TubuhMengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
penangkal organisme organisme yang yang bersifat bersifat infektif. infektif. Mineral Mineral dan dan vitamin vitamin diperlukandiperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot, sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot, serta proses penuaan. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan dalam serta proses penuaan. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan dalam tubuh.
tubuh.
2.3.2 Status Gizi 2.3.2 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
penggunaan zat-zat gizi. gizi. Status Status gizi gizi dibedakan menjadi dibedakan menjadi status status gizi gizi butuk, kurang,butuk, kurang, baik,
baik, dan dan lebih lebih (Almatsier, (Almatsier, 2010). 2010). Penilaian Penilaian status status gizi gizi secara secara langsung langsung dapatdapat diukur dengan cara antropometri, klinis, dan biokimia. Penilaian status gizi secara diukur dengan cara antropometri, klinis, dan biokimia. Penilaian status gizi secara garis besar yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.2
Gambar 2.2 Penilaian Status Gizi (Dikutip sesuai dengan aslinya dari Penilaian Penilaian Status Gizi (Dikutip sesuai dengan aslinya dari Penilaian Status Gizi: Supariasa dkk., 2001)
Status Gizi: Supariasa dkk., 2001)
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi adalah tujuan, unit sampel yang akan diukur, jenis informasi yang gizi adalah tujuan, unit sampel yang akan diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tingkat reabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dibutuhkan, tingkat reabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan peralatan, tenaga, waktu, dan dana. Status gizi secara langsung salah satunya dan peralatan, tenaga, waktu, dan dana. Status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam adalah antropometri. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
pengukuran dimensi dimensi tubuh tubuh dan dan komposisi komposisi tubuh tubuh dari dari berbagai berbagai tingkat tingkat umur umur dandan tingkat gizi. Jenis parameter (ukuran tunggal) dalam antropometri antara lain tingkat gizi. Jenis parameter (ukuran tunggal) dalam antropometri antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan jaringan lunak (Supariasa
dan jaringan lunak (Supariasa dkk., 2001).dkk., 2001).
Status gizi pada balita diukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi Status gizi pada balita diukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan.
badan. Berat Berat badan badan anak anak ditimbang ditimbang dengan dengan timbangan timbangan digital digital yang yang memilikimemiliki presisi
presisi 0,1 kg, 0,1 kg, panjang bpanjang badan diukur adan diukur dengan lengthdengan length-board dengan -board dengan persisi persisi 0,1 cm,0,1 cm,
Penilaian Status Penilaian Status Gizi Gizi Pengukuran Pengukuran langsung langsung Pengukuran Pengukuran tidak langsung tidak langsung 1. Survei Konsumsi 1. Survei Konsumsi 2. Statistik Viral 2. Statistik Viral 3. Faktor Ekologi 3. Faktor Ekologi 1. Antropometri 1. Antropometri 2. Biokimia 2. Biokimia 3. Klinis 3. Klinis 4. Biofisik 4. Biofisik
dan tinggi badan diukur dengan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel anak dan tinggi badan diukur dengan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel anak disajikan dalam bentuk tiga indikator antoprometri, yaitu berat badan menurut disajikan dalam bentuk tiga indikator antoprometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggibadan menurut tinggi badan (BB/TB) (Kemenkes, 2010).
badan (BB/TB) (Kemenkes, 2010).
Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi akut (Supariasa dkk., 2001).
(kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi akut (Supariasa dkk., 2001).
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan dan sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan dan perilaku
perilaku hidup. hidup. Indikator Indikator BB/TB BB/TB dan dan IMT/U IMT/U memberikan memberikan indikasi indikasi masalah masalah gizigizi yang sifatnya akut sebagai akibat peristiwa yang terjadi dalam waktu yang singkat yang sifatnya akut sebagai akibat peristiwa yang terjadi dalam waktu yang singkat seperti adanya wabah penyakit dan kekurangan makan (Kemenkes, 2010)
seperti adanya wabah penyakit dan kekurangan makan (Kemenkes, 2010)
Salah satu indeks antropometri yang dianjurkan oleh WHO adalah Standar Salah satu indeks antropometri yang dianjurkan oleh WHO adalah Standar deviasi unit (SD) yang disebut juga
Z-deviasi unit (SD) yang disebut juga Z- score score. WHO merekomendasikan cara ini. WHO merekomendasikan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan. WHO memberikan gambaran untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku
perhitungan SD unit terhadap baku National Center for Health National Center for Health StatisticsStatistics (NCHS),(NCHS), yaitu 1 SD Unit kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U, 10% dari yaitu 1 SD Unit kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U, 10% dari median BB/TB, dan 5% dari median TB/U. Dalam Buku Diagnostik Fisik Pada median BB/TB, dan 5% dari median TB/U. Dalam Buku Diagnostik Fisik Pada Anak (2008), indikator gizi menurut BB/U dapat diperoleh dengan menggunakan Anak (2008), indikator gizi menurut BB/U dapat diperoleh dengan menggunakan kurva CDC rujukan WHO-NCHS dengan rumus:
kurva CDC rujukan WHO-NCHS dengan rumus: BB/U =
BB/U =
Kriteria status gizi menurut BB/U dengan rumus tersebut adalah: Kriteria status gizi menurut BB/U dengan rumus tersebut adalah:
80-120%=> Gizi baik80-120%=> Gizi baik
60-80% 60-80% => Gizi kurang. Deng=> Gizi kurang. Dengan edema menjadi gizi buruan edema menjadi gizi burukk
<60% <60% => => Gizi Gizi buruk. buruk. Tanpa Tanpa edema: edema: marasmus. marasmus. Dengan Dengan edema:Marasmus-
edema:Marasmus-Kwashiorkor Kwashiorkor
2.3.4 Epidimiologi Status Gizi 2.3.4 Epidimiologi Status Gizi
Prevalensi status gizi berat-kurang pada balita sebesar 19,6% pada tahun Prevalensi status gizi berat-kurang pada balita sebesar 19,6% pada tahun 2013 dengan rincian 5,7% untuk gizi buruk dan 13,9% untuk gizi kurang. 2013 dengan rincian 5,7% untuk gizi buruk dan 13,9% untuk gizi kurang. Sumatera Barat menempati urutan ke 18 dari 33 provinsi di Indonesia dengan Sumatera Barat menempati urutan ke 18 dari 33 provinsi di Indonesia dengan status gizi buruk-kurang (Kemenkes, 2014).
status gizi buruk-kurang (Kemenkes, 2014). 2.4 Hubungan Status Gizi dengan
2.4 Hubungan Status Gizi dengan Infeksi PneumoniaInfeksi Pneumonia
Asupan nutrisi yang menurun pada balita menyebabkan balita mengalami gizi Asupan nutrisi yang menurun pada balita menyebabkan balita mengalami gizi kurang/buruk yang berakibat pada penurunan sistem kekebalan tubuh. Sistem kurang/buruk yang berakibat pada penurunan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan humoral sangat berperan dalam mekanisme pertahanan paru (saluran kekebalan humoral sangat berperan dalam mekanisme pertahanan paru (saluran napas atas). IgA merupakan salah satu bagian dari sekret hidung. Akibat dari gizi napas atas). IgA merupakan salah satu bagian dari sekret hidung. Akibat dari gizi buruk terhadap sistem imun antara lain:
buruk terhadap sistem imun antara lain: 1) Penurunan
1) Penurunan T-cell T-cell helper helper terhadap respon imun dependen pada CD terhadap respon imun dependen pada CD44 matur matur 2) Pemanjangan respon Antiobodi terhadap antigen tertentu
2) Pemanjangan respon Antiobodi terhadap antigen tertentu 3) Mendepresi mukus sIgA dan antibodi terhadap infeksi mukus 3) Mendepresi mukus sIgA dan antibodi terhadap infeksi mukus 4) Memperburuk aktivasi komplemen
4) Memperburuk aktivasi komplemen 5) Memperburuk aktivitas opsonik 5) Memperburuk aktivitas opsonik 6) Atrofi timus (West, 2007). 6) Atrofi timus (West, 2007).
Selain gizi yang berpengaruh terhadap sistem imun balita, infeksi yang terjad Selain gizi yang berpengaruh terhadap sistem imun balita, infeksi yang terjad ii pada
pada balita balita juga juga mempengaruhi mempengaruhi status status gizi gizi balita. balita. Kedua Kedua hal hal tersebut tersebut salingsaling mempengaruhi. Akibat dari infeksi terhadap status gizi antara lain:
mempengaruhi. Akibat dari infeksi terhadap status gizi antara lain: 1)
1) Katabolisme protein dan keseimbangan protein negatifKatabolisme protein dan keseimbangan protein negatif 2)
2) Deplesi penyimpanan karbohidratDeplesi penyimpanan karbohidrat 3)
3) Meningkatkan metabolismeMeningkatkan metabolisme resting energiresting energi 4)
4) Meningkatkan glukoneogenesisMeningkatkan glukoneogenesis 5)
5) Resistensi insulin periferResistensi insulin perifer 6)
6) Perubahan metabolisme lemak dan anabolisme proteinPerubahan metabolisme lemak dan anabolisme protein 7)
7) RedistribusiRedistribusi tracetrace elemen (Fe, Cu, Zn)elemen (Fe, Cu, Zn) 8)
8) Meningkatkan Meningkatkan eksresi vitamin eksresi vitamin (West, 20(West, 2007)07)
Selain 20 sampai 30 gram protein yang dipecahkan secara obligat setiap hari, Selain 20 sampai 30 gram protein yang dipecahkan secara obligat setiap hari, tubuh memakai hampir semua karbohidrat atau lemak sebagai sumber energi, tubuh memakai hampir semua karbohidrat atau lemak sebagai sumber energi, selama keduanya masih tersedia. Setelah beberapa minggu mengalami kelaparan, selama keduanya masih tersedia. Setelah beberapa minggu mengalami kelaparan, sewaktu jumlah simpanan lemak dan karbohidrat mulai berkurang, asam amino sewaktu jumlah simpanan lemak dan karbohidrat mulai berkurang, asam amino darah akan dideaminasi dan dioksidasi dengan cepat sebagai sumber energi. Dari darah akan dideaminasi dan dioksidasi dengan cepat sebagai sumber energi. Dari proses
proses ini, ini, protein protein jaringan jaringan dipecahkan dipecahkan dengan dengan cepat cepat -sebanyak -sebanyak 125 125 gram gram tiaptiap hari- sehingga fungsi sel
hari- sehingga fungsi sel menurun dengan cepat (Guyton, 2003).menurun dengan cepat (Guyton, 2003).
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
penangkal organisme organisme yang yang besifat besifat infektif. infektif. Kekurangan Kekurangan gizi gizi pada pada proses proses tubuhtubuh menyebabkan sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah menyebabkan sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terkena infeksi. Hal ini dapat mebawa kematian pada anak-anak terutama pada terkena infeksi. Hal ini dapat mebawa kematian pada anak-anak terutama pada balita (Almatsier, 2010).
Bahan dasar protein dibentuk langsung menjadi antibodi, selanjutnya Bahan dasar protein dibentuk langsung menjadi antibodi, selanjutnya berkembang
berkembang menjadi menjadi bahan bahan dasar dasar tingkat tingkat molekul molekul DNA DNA yang yang akan akan disesuaikandisesuaikan perubahan menjadi
perubahan menjadi DNA spesifik DNA spesifik sebagai kode sebagai kode genetik genetik antibodi yang antibodi yang dibutuhkandibutuhkan untuk mengikat antigen/epitop (Subowo, 2009).
untuk mengikat antigen/epitop (Subowo, 2009).
Sel T, yang diproduksi oleh Timus pada balita, sangat berperan dalam Sel T, yang diproduksi oleh Timus pada balita, sangat berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh dari benda asing. Organ timus sangat sensitif mekanisme pertahanan tubuh dari benda asing. Organ timus sangat sensitif terhadap malnutrisi karena kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi timus. terhadap malnutrisi karena kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi timus. Hampir semua mekanisme pertahanan tubuh memburuk dalam keadaan Hampir semua mekanisme pertahanan tubuh memburuk dalam keadaan malnutrisi, sekalipun dalam keadaan kurang gizi (Keperien dkk., 2011).
malnutrisi, sekalipun dalam keadaan kurang gizi (Keperien dkk., 2011). Malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan energi protein akan dise
Malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan energi protein akan dise rtai olehrtai oleh kekurangan vitamin A, vitamin E, vitamin B6, vitamin C, folat, zink, zat besi, kekurangan vitamin A, vitamin E, vitamin B6, vitamin C, folat, zink, zat besi, tembaga, dan selenium. Malnutrisi
tembaga, dan selenium. Malnutrisi yang berat dan kronis menjadi penyebab utamayang berat dan kronis menjadi penyebab utama atrofi timus yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan (Keperien dkk., atrofi timus yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan (Keperien dkk., 2011).
2011).
Vitamin A menjadi faktor penentu dalam proses diferensiasi sel, terutama sel Vitamin A menjadi faktor penentu dalam proses diferensiasi sel, terutama sel goblet yang mengeluarkan mukus. Mukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan goblet yang mengeluarkan mukus. Mukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Benda-benda asing yang masuk mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan akan terbawa keluar bersama mukus karena adanya epitel ke saluran pernapasan akan terbawa keluar bersama mukus karena adanya epitel yang menyapu mukus keluar. Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel yang menyapu mukus keluar. Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel epitel bersisik dan kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel epitel bersisik dan kering. Membran mukosa tidak dapat lagi mengeluarkan cairan mukus dengan kering. Membran mukosa tidak dapat lagi mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri. Retinol pada vitamin A berpengaruh sempurna sehingga mudah terserang bakteri. Retinol pada vitamin A berpengaruh pada diferensiasi limfosit B (Almatsier. 2010).
Metabolisme vitamin A juga dibantu oleh adanya mineral mikro seperti seng Metabolisme vitamin A juga dibantu oleh adanya mineral mikro seperti seng (Zn). Zink berperan penting sebagai mediasi imun non spesifik seperti neutrofil (Zn). Zink berperan penting sebagai mediasi imun non spesifik seperti neutrofil dan sel NK dan imun non spesifik seperti keseimbangan sel Th. Defesiensi zink dan sel NK dan imun non spesifik seperti keseimbangan sel Th. Defesiensi zink sebesar 100 mg menjadi
sebesar 100 mg menjadi penentu utama pneumonia (Brunt dkk., 2011).penentu utama pneumonia (Brunt dkk., 2011).
Malnutrisi merupakan masalah yang penting karena terganggunya imun yang Malnutrisi merupakan masalah yang penting karena terganggunya imun yang kompeten. Pada saat sistem imun seseorang belum sempurna atau terkompresi, kompeten. Pada saat sistem imun seseorang belum sempurna atau terkompresi, balita yang malnutrisi akan
balita yang malnutrisi akan mudah terke na infeksi mudah terke na infeksi kronik dan berulang. Pengaruhkronik dan berulang. Pengaruh terhadap pertahanan mukosa dan fungsi
terhadap pertahanan mukosa dan fungsi barrier barrier terhadap terhadap invasi invasi patogen patogen berubahberubah pada saat malnutrisi (Kartasasmita dkk., 2010).
pada saat malnutrisi (Kartasasmita dkk., 2010).
Kurangnya asupan makanan pada kebanyakan penderita malnutrisi
Kurangnya asupan makanan pada kebanyakan penderita malnutrisi cenderungcenderung menyebabkan infeksi sekunder penyakit endemik. Penyakit seperti pneumonia, menyebabkan infeksi sekunder penyakit endemik. Penyakit seperti pneumonia, malaria, tuberkulosis, diare, dan infeksi parasit menjadi beban utama pada balita malaria, tuberkulosis, diare, dan infeksi parasit menjadi beban utama pada balita di negera berkembang. Hampir setengah dari kematian balita setiap tahunnya di negera berkembang. Hampir setengah dari kematian balita setiap tahunnya yang disebabkan oleh penyakit-tersebut dihubungkan dengan keadaan malnutrisi. yang disebabkan oleh penyakit-tersebut dihubungkan dengan keadaan malnutrisi. Interaksi antara patogeneis dari malnutrisi, gangguan ontogeni sistem imun, dan Interaksi antara patogeneis dari malnutrisi, gangguan ontogeni sistem imun, dan peningkatan
peningkatan antigen antigen pada pada infeksi infeksi kronis kronis menjadi menjadi penyebab penyebab kematian kematian utama.utama. Pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pemberian makan, dan kolonisasi mikroflora Pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pemberian makan, dan kolonisasi mikroflora di usus halus berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh (Cripss dkk., di usus halus berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh (Cripss dkk., 2008).
2008).
Infeksi bakterial rekuren sering mengenai sel B, sel fagosit, dan komplemen. Infeksi bakterial rekuren sering mengenai sel B, sel fagosit, dan komplemen. Sedangkan infeksi virus, jamur, dan protozoa berat sering mengenai sel T. Sedangkan infeksi virus, jamur, dan protozoa berat sering mengenai sel T. Defesiensi komplemen didapat disebabkan oleh depresi sintesis, misalnya sirosis Defesiensi komplemen didapat disebabkan oleh depresi sintesis, misalnya sirosis hati dan malnutrisi protein /kalori. Malnutrisi protein-kalori dan kekurangan hati dan malnutrisi protein /kalori. Malnutrisi protein-kalori dan kekurangan
elemen gizi tertentu (Fe, Zn) sebab tersering defisiensi imun sekunder elemen gizi tertentu (Fe, Zn) sebab tersering defisiensi imun sekunder (Baratawidjaja dkk., 2009).
(Baratawidjaja dkk., 2009).
Malnutrisi dapat menimbulkan defisiensi imun, Adanya defisiensi
Malnutrisi dapat menimbulkan defisiensi imun, Adanya defisiensi imun harusimun harus dicurigai bila ditemukan tanda peningkatan ketahanan terhadap infeksi dan jenis dicurigai bila ditemukan tanda peningkatan ketahanan terhadap infeksi dan jenis infeksi tergantung dari komponen sistem imun yang defektif. Defisiensi imun infeksi tergantung dari komponen sistem imun yang defektif. Defisiensi imun dapat tejadi akibat defek pematangan limfosit atau aktivasi atau dalam mekanisme dapat tejadi akibat defek pematangan limfosit atau aktivasi atau dalam mekanisme efektor imunitas nonspesifik dan spesifik. Penderita defisiensi IgA memiliki risiko efektor imunitas nonspesifik dan spesifik. Penderita defisiensi IgA memiliki risiko terjadi infeksi saluran napas berulang (Baratawidjaja dkk., 2009). Anak dengan terjadi infeksi saluran napas berulang (Baratawidjaja dkk., 2009). Anak dengan daya tahan terganggu menderita pneumonia berulang atau
daya tahan terganggu menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasitidak mampu mengatasi penyakit
penyakit ini ini dengan dengan sempurna. sempurna. Malnutrisi Malnutrisi mengganggu mengganggu fisiologis fisiologis tubuh. tubuh. HampirHampir setengah kematian balita setiap tahun meninggal dihubungkan dengan keadaan setengah kematian balita setiap tahun meninggal dihubungkan dengan keadaan malnutirisi (Cripss
malnutirisi (Cripss dkk., 2008).dkk., 2008).
Penelitian Achmad Ghozali (2010) menunjukkan bahwa anak balita yang Penelitian Achmad Ghozali (2010) menunjukkan bahwa anak balita yang pneumonia
pneumonia lebih lebih banyak banyak pada pada anak anak dengan dengan status status gizi gizi kurang kurang dan dan buruk. buruk. GiziGizi buruk akan menyebabk
BAB 3 BAB 3
Kerangka Konsep dan Hipotesis Kerangka Konsep dan Hipotesis
3.1 Kerangka Konsep 3.1 Kerangka Konsep v v v v Keterangan Keterangan
: Variabel yang diteliti : Variabel yang diteliti
Host Host Umur Umur Defisiensi Gizi Defisiensi Gizi
(Protein, Vit.A, Zn, Fe) (Protein, Vit.A, Zn, Fe)
Ringan-sedang sedang Berat Berat Patogenitas Patogenitas Inhalasi Inhalasi Kolonisasi Kolonisasi Hematogen Hematogen Agen Agen
((Bakteri, Virus, Jamur)Bakteri, Virus, Jamur) Virulensi Virulensi Jumlah Jumlah Imunogenik Imunogenik Lingkungan Lingkungan Higienitas/Sanitasi Higienitas/Sanitasi Asap rokok Asap rokok Polusi udara Polusi udara Pemukiman padat Pemukiman padat Pneumonia Pneumonia Saluran Saluran pernapasan pernapasan atas atas Saluran Saluran pernapasan pernapasan bawah bawah Infeksi
Infeksi ↓↓ Pertahanan Pertahanan Tubuh Tubuh Penilaian Penilaian Status Gizi Status Gizi rujukan rujukan WHO-NCHS WHO-NCHS Inflamasi Inflamasi parenkim parenkim paru paru
Frekuensi napas >40, tarikan Frekuensi napas >40, tarikan dinding dada bagian bawah, dll dinding dada bagian bawah, dll
3.2 Hipotesis Penelitian 3.2 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia di Terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia di RS DR. M. Djamil