• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 6 - 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Fadhly Hakim Mahmudi, S.Farm

1306343574

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 6 - 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker

Fadhly Hakim Mahmudi, S.Farm

1306343574

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(3)
(4)
(5)
(6)

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

2. Dr. Hayun M.Si., Apt., selaku ketua program profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

3. Drg. Yudhita Endah Primaningtias, M.Kes., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA.

4. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman, Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

5. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.

6. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

(7)

kesempatan kepada Kami untuk mengumpulkan data-data yang kami butuhkan dalam penyusunan laporan PKPA ini.

8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

9. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan material kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

(8)
(9)

Nama : Fadhly Hakim Mahmudi Program Studi : Profesi Apoteker

Judul

: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur

Jl. Matraman Raya No.218 Periode 6 - 30 Januari 2014

Praktik kerja profesi apoteker di suku dinas kesehatan Jakarta Timur bertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker di instansi pemerintahan tersebut. Fokus pembelajaran tugas dan fungsi apoteker ini terdapat pada bagian seksi sumber daya kesehatan, subseksi farmasi, makanan dan minuman. Salah satu tugas dan fungsinya adalah mengawasi serta menerima laporan pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), laporan narkotika dan psikotropika, Penggunaan Obat Rasional (POR), dan perencanaan obat setiap tahun dari puskesmas yang berada di bawah suku dinas kesehatan Jakarta Timur. Pada tahun 2013 di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur, didapatkan laporan LPLPO dengan penggunaan obat kloferinaramin maleat 4 mg tablet sebagai obat non narkotika dan psikotropika yang paling banyak digunakan. Codein 10 mg tablet dan diazepam 2 mg tablet adalah obat yang paling banyak digunakan untuk golongan narkotika dan psikotropika. Di Puskesmas tersebut masih ditemukan penggunaan obat yang kurang rasional untuk pengobatan ISPA non spesifik. Perencanaan obat di Puskesmas Jatinegara untuk tahun 2014 adalah 87,77% untuk obat generic dan 12,23% untuk obat yang bermerek.

Kata Kunci : Suku Dinas Kesehatan, puskesmas Jatinegara, farmasi, makanan, minuman

Tugas Umum : xv +147 halaman; 28 gambar; 19 tabel; 12 lampiran Daftar Acuan : 9 (1978-2010)

Tugas Khusus : vii + 81 halaman; 6 gambar; 4 tabel; 30 lampiran Daftar Acuan : 9 (1978-2010)

(10)

Name : Fadhly Hakim Mahmudi Program Study : Pharmacist Apothecary

Title : Pharmacist Internship Report at East Jakarta Health Departement, 218 Matraman Raya Street in The Period 6 - 30 Januari 2014 Pharmacist Internship in East Jakarta health department aims to determine the role and functions of pharmacists in the government agencies. The focus of learning is in the section of health resources, subsection pharmaceutical, food and beverage. One of the duties and functions are to monitor and receive Report on Usage and Medication Request Sheet , reports of narcotics and psychotropic substances, Rational Drug Use, and drug plans every year of health centers under the health department in East Jakarta. In 2013 in Djatinegara health center East Jakarta, a report obtained by the use of drugs kloferinaramin LPLPO Maleate 4 mg tablets as a non-narcotic and psychotropic drugs most widely used. Codeine 10 mg tablets and diazepam 2 mg tablets are the most widely used drugs for the class of narcotics and psychotropic substances. At the health center still found lacking rational use of drugs for the treatment of non-specific respiratory infection. Planning drugs in Jatinegara health centers for the year 2014 was 87.77% for generic and 12.23% for branded drugs.

Key Words : Health department, Jatinegara health center, pharmacy, food, beverage.

General report : xv +147 pages; 28 pictures; 19 tables; 12 attachments References : 9 (1978-2010)

Sepecific report : vii + 81 pages; 6 pictures; 4 tables; 30 attachments references : 9 (1978-2010)

(11)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ... 4

2.1 Instansi Kesehatan ... 4

2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Timur ... 5

2.2.1 Visi dan Misi ... 7

2.2.2 Sasaran Mutu ... 7

2.2.3 Struktur Organisasi ... 8

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ... 15

3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan ... 15

3.1.1 Dasar Hukum ... 15

3.1.2 Ruang Lingkup ... 18

3.2 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 38

3.2.1 Pengertian Puskesmas ... 38

3.2.2 Visi dan Misi Puskesmas ... 39

3.2.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas ... 41

3.2.4 Upaya penyelenggaraan ... 42

3.2.5 Pelayanan di Puskesmas ... 43

BAB 4. PEMBAHASAN ... 47

4.1 Suku Dinas Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan... 48

4.2 Puskesmas di Wilayah Jakarta Timur ... 54

4.2.1 Puskesmas Kecamatan Jatinegara ... 54

4.2.2 Puskesmas Kecamatan Matraman ... 66

4.2.3 Puskesmas Kecamatan Duren Sawit ... 77

4.2.4 Puskesmas Kecamatan Pulogadung ... 86

(12)

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 103

DAFTAR ACUAN ... 104

(13)

Halaman Gambar 2.1. Tampilan Awal Website SIPNAP ... 16 Gambar 2.2. Tampilan Saat Akan Memasukkan Laporan Penggunaan Narkotika

pada Website SIPNAP ... 17 Gambar 2.3. Tampilan Saat Akan Menyetujui Pendaftaran Unit Pelayanan

Kesehatan ... 18 Gambar 4.1. Diagram Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013 ... 55 Gambar 4.2. Diagram Penggunaan Narkotika dan Psikotropika di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013 ... 60 Gambar 4.3. Perbandingan Presentase Perencanaan Obat Generik dan Non

Generik Tahun 2014 di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur ... 64 Gambar 4.4. Diagram Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas

Kecamatan Matraman Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013 ... 68 Gambar 4.5. Diagram Kunjungan Resep di Puskesmas Kecamatan Matraman

Periode Januari – Desember 2013 ... 70 Gambar 4.6. Diagram Pemakaian Psikotropika di Puskesmas Kecamatan

Matraman Periode Januari – Desember 2013 ... 74 Gambar 4.7. Perbandingan Presentase Perencanaan Obat Generik dan Non

Generik Tahun 2014 di Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur ... 77 Gambar 4.8. Diagram Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013 ... 79 Gambar 4.9. Diagram Pemakaian Psikotropika di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Periode Januari – Desember 2013 ... 83 Gambar 4.10. Perbandingan Presentase Perencanaan Obat Generik dan Non

Generik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur Tahun 2014 ... 86 Gambar 4.11. Diagram Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas

Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013 ... 87 Gambar 4.12. Diagram Pemakaian Psikotropika di Puskesmas Kecamatan

Pulogadung Periode Januari – Desember 2013 ... 91 Gambar 4.13. Perbandingan Presentase Perencanaan Obat Generik dan Non

Generik Tahun 2014 di Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur ... 94 Gambar 4.14. Diagram Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013 ... 95

(14)
(15)

Tabel 4.1 Jumlah perizinan sarana Farmakmin Jakarta Timur selama tahun 2013 per Kabupaten ... 51 Tabel 4.2 Pemantauan waktu pelayanan perizinan sarana Farmakmin yang

telah diterbitkan izinnya selama tahun 2013………... 51 Tabel 4.3 Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan

Jatinegara Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013.... .. 56 Tabel 4.4 Jumlah Penggunaan Obat Golongan Narkotika di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013……….. ... 59 Tabel 4.5 Jumlah Penggunaan Obat Golongan Psikotropika di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013………... ... 60 Tabel 4.6 Presentase Indikator Peresepan pada ISPA non Spesifik, Diare non

Spesifik dan Injeksi pada Myalgia di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013… .. 61 Tabel 4.7 Daftar 10 Pemakaian Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan

Matraman Periode Januari – Desember 2013…... ... 69 Tabel 4.8 Jumlah Kunjungan Resep di Puskesmas Kecamatan Matraman

Periode Januari – Desember 2013……….. 71 Tabel 4.9 Data Pemakaian Obat Narkotika di Puskesmas Kecamatan

Matraman Periode Januari - Desember 2013………. . 72 Tabel 4.10 Data Pemakaian Obat Psikotropika di Puskesmas Kecamatan

Matraman Periode Januari - Desember 2013………. . 73 Tabel 4.11 Data Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

Kecamatan Matraman Periode Januari - Desember 2013…….. . 75 Tabel 4.12 Daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit wilayah Jakarta Timur periode Januari-Desember 2013……….. ... 79 Tabel 4.13 Jumlah Pemakaian Obat Golongan Narkotika di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Periode Januari-Desember 2013……. 80 Tabel 4.14 Jumlah Pemakaian Obat Golongan Psikotropika di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Periode Januari-Desember 2013……. 82 Tabel 4.15 Persen indikator peresepan antibiotik pada ISPA non

pneumonia,diare non spesifik, dan injeksi pada myalgia periode Januari-Desember 2013 di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit……… ... 84 Tabel 4.16 Pemakaian sepuluh obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan

Pulogadung Jakarta Timur periode Januari – Desember 2013.. . 88 Tabel 4.17 Data Pemakaian Obat Narkotika di Puskesmas Kecamatan

Matraman Periode Januari - Desember 2013………. . 89 Tabel 4.18 Data Pemakaian Obat Psikotropika di Puskesmas Kecamatan

Pulogadung Periode Januari - Desember 2013………... 90 Tabel 4.19 POR Puskesmas Kecamatan Pulogadung periode Januari –

Desember 2013………... 92 Tabel 4.20 Pemakaian Sepuluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan

(16)

Tabel 4.22 Jumlah Penggunaan Obat Golongan Psikotropika di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2013……….. ... 98 Tabel 4.23 Hasil Rekapitulasi Data POR Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

(17)

Lampiran 1. Alur perizinan sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman di Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Timur ... 106

Lampiran 2. Form Persyaratan Izin Apotek yang Bekerjasama dengan Pihak Lain ... 107

Lampiran 3. Form Persyaratan Izin Apotek Praktek Profesi ... 108

Lampiran 4. Form Persyaratan Izin Depo Obat/Farmasi ... 109

Lampiran 5. Form Persyaratan / Lembar Administrasi Izin Apotek Rakyat ... 110

Lampiran 6. Form Persyaratan Izin Pedagang Toko Obat (Toko Obat Berizin) 111 Lampiran 7. Form Persyaratan Usaha Mikro Obat Tradisional... 112

Lampiran 8. Form Persyaratan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ... 113

Lampiran 9. Form Persyaratan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ... 114

Lampiran 10. Formulir Permohonan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis ... 115

Lampiran 11. Formulir Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/Surat Izin Kerja (SIK)* ... 116

(18)

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi bangsa Indonesia untuk pencapaian keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, perlu diselengggrakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal ini, pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009a).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 terjadi perubahan ketatanegaraan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Undang-Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing- masing yang setiap daerah diberi kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 yang mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa kesehatan merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah.

Dengan adanya sistem otonomi daerah maka sebagian kewenangan dan tugas Pemerintah Pusat dilimpahkan ke Pemerintah Daerah. Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Salah satu pendelegasian wewenang adalah dalam hal pengelolaan kesehatan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan, yaitu Sistem Kesehatan Daerah

(19)

(Gubernur DKI Jakarta, 2009). Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur.

Suku dinas kesehatan merupakan unit kerja dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Di dalam struktur organisasi suku dinas kesehatan terdapat seksi sumber daya kesehatan yang membawahi koordinator farmasi makanan dan minuman. Koordinator farmasi makanan dan minuman mempunyai tugas pokok dalam perijinan, pembinaan, pengelolaan serta pengawasan pekerjaan kefarmasian. Oleh karena itu, koordinator ini merupakan salah satu wadah bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesi kefarmasiannya di lingkup pemerintahan.

Peran dan fungsi apoteker dalam lingkup pemerintahan perlu diketahui oleh mahasiswa calon apoteker sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas profesinya dimasa yang akan datang. Salah satu upaya pemahaman, gambaran dan pengetahuan mendalam tentang peran dan fungsi apoteker yaitu dengan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 6 Januari hingga 30 Januari 2014 untuk memberikan bekal kepada calon apoteker mengenai peran dan fungsinya di suku dinas kesehatan.

(20)

1.2 Tujuan

1. Mengetahui tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.

2. Mengetahui tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administasi Jakarta Timur, terutama di bagian Farmasi Makanan dan Minuman.

3. Mengetahui dan memahami gambaran umum Puskesmas di wilayah Kota Administratif Jakarta Timur beserta peran dan fungsinya.

(21)

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

2.1. Instansi Kesehatan

Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi:

a. Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional.

b. Dinas Kesehatan (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b)

Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta.

c. Suku Dinas Kesehatan (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b)

Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya. d. Puskesmas

(22)

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 76 Puskesmas Kelurahan.

2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b)

Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya,dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu yaitu Suku Dinas Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan

(23)

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas

c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB)

e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular.

f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan

h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas.

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.

l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan

(24)

perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi

o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan

r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.

s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas

t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

2.2.1 Visi dan Misi (Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, 2009)

Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat, Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah :

a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM).

b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.

c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi.

d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi terkait.

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

2.2.2 Sasaran Mutu (Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, 2009)

Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah :

(25)

100% terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.

b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja.

d. Pelayanan perizinan sarana kesehatan 12 hari kerja. e. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.

f. Kepuasan pelanggan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori Baik.

2.2.3 Struktur Organisasi (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b)

Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari :

a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan

f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Subkelompok Jabatan Fungsional 2.2.3.1 Kepala Suku Dinas

Kepala Suku Dinas mempunyai tugas :

a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional.

c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

(26)

2.2.3.2 Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas :

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

d. Melakasanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas

j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.

k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan.

l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha.

m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas.

m. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.

(27)

2.2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.

Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas :

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan.

d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann masyarakat.

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi.

h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

l. Melaporkan dan mempertanggunjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

2.2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan

(28)

Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan

f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.

g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Melaksanakan siaga 24 jam/Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

k. Meyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan

2.2.3.5. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan

(29)

Kesehatan mempunyai tugas :

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman.

d. Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman.

e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.

k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator,

instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, took obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga.

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial.

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi.

(30)

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.

2.3.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.

d. Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat.

(31)

kegiatan imunisasi.

i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi.

j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan

lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengeloalaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengeloalaan lingkungan / upaya pemantauan lingkungan.

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.

p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

(32)

SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan (Undang-undang No. 25 Tahun 2009, 2009)

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain:

a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan; Tenaga Kesehatan; dan Farmasi, Makanan, dan Minuman selama 1 tahun.

b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan.

c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan.

d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan, dan Minuman.

e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.

f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.

3.1.1 Dasar Hukum

3.1.1.1 Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan

Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

(33)

g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat. j. Kepmenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri

Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

k. Permenkes No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.

l. Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

n. Kepmenkes No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas. PerMenKes No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.

3.1.1.2 Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan

Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi.

(34)

f. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer.

h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien.

i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis.

j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara.

3.1.1.3 Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan

Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi: a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur

dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.

(35)

b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lag ioleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat.

3.1.2 Ruang Lingkup

3.1.2.1 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman

Tugas dan tanggung jawab bagian farmasi makanan dan minuman, antara lain:

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Seksi Sumber Daya Kesehatan.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Seksi Sumber Daya Kesehatan.

c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana FARMAKMIN seperti Apotek, Apotek Rakyat, Sub Penyalur Alat Kesehatan (Sub-PAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO). d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan Apotek, Apotek Rakyat,

Sub Penyalur Alat Kesehatan (SPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO).

e. Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap Sarana Pelayanan Kesehatan Kefarmasian Pemerintahan dan swasta.

f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik.

(36)

h. Melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.

i. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial.

j. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan dan minuman.

k. Memantau dampak lingkungan.

l. Melaksanakan rekapitulasi laporan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) Puskesmas.

m. Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA).

n. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman.

o. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotik. p. Pengeloaan terhadap hasil supervisi.

q. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. r. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran, rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman.

s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat.

t. Mensosialisasikan perundangan dan program.

u. Bekerja sama dalam tim dengan Subseksi Standardisasi Mutu dan Subseksi Tenaga Kesehatan.

v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja.

w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.

Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah:

(37)

2. Apotek Rakyat. 3. Toko Obat.

4. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). 5. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK). 6. Izin Toko Alat Kesehatan.

7. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/ Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

a. Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002)

Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan.

Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).

b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA).

c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut.

d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat golongan narkotika dan

(38)

psikotropika, di mana terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat.

Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA).

SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola saranaapotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi,dan/atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek.

Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar

(39)

berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek.

Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta, sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali.

SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah :

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA).

b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan, dan ketentuan perundang-undangan yang lain.

e. Surat izin kerja APA dicabut.

f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.

Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain, izin apotek praktek profesi izin depo obat/farmasi dapat dilihat pada lampiran 2,3, dan 4.

Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

(40)

setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor, dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan, maka harus menunjuk apoteker supervisor.(Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).

Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).

b. Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, 2007)

Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah:

a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik.

(41)

b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan kesehatan rumah tangga.

c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.

d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.

e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin.

f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat.

Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek sederhana (apotek rakyat) dapat dilihat pada lampiran 5.

c. Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002)

Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat dapat dilihat pada lampiran 6.

(42)

Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat.

Perubahan non fisik meliputi:

a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).

b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.

c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi.

d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).

e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.

Perubahan fisik meliputi:

a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat. b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.

Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.

d. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Permenkes No.006 Tahun 2012)

Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat

(43)

diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional, Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin UMOT dapat dilihat pada lampiran 7.

Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.

Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan. Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan.

Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban:

a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan.

(44)

b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran.

c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan.

Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat:

a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.

b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir; dan/atau

c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen).

d. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan. UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.

e. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang

(45)

dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun.

Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) dapat dilihat pada lampiran 8.

Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman.

Perubahan non fisik meliputi:

a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya).

b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK.

c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi.

d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak. Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi:

a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK. b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK.

Izin CPAK direkomendasikan oleh Sudinkes untuk dikeluarkan izinnya oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Izin tersebut berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi.

f. Izin Toko Alat Kesehatan

(Kemenkes/No.1191/MenKes/Per/VIII/2010,2010)

Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan,

(46)

penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas.

Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut: a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh

izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun.

Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila:

a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar. b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur

Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan.

c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

g. Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.

(47)

b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT.

Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu: a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00.

b. Fotokopi KTP.

c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.

Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) dapat dilihat pada lampiran 9. Tata cara

penyelenggaraan SPP-IRT yaitu: a. Pengajuan permohonan

1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi

berupa:

a) Susu dan hasil olahan.

b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku.

c) Pangan kaleng. d) Pangan bayi.

e) Minuman beralkohol. f) Air minum dalam kemasan.

g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL, coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung).

h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.

3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes Kotamadya.

(48)

b. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan

Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi:

1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan.

2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga. 3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB).

4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan.

Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya:

1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga. 2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga

termasuk etika bisnis.

c. Pemeriksaan sarana produksi

Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT.

3.1.2.2 Koordinator Tenaga Kesehatan

Tugas dan tanggung jawab bagian tenaga kesehatan (NAKES) adalah: a. Membantu Kepala Seksi menyusun bahan rencana kerja dan anggaran

(RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran Seksi Sumber Daya Kesehatan b. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan

c. Menganalisa dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah perizinan sarana Farmakmin Jakarta Timur selama tahun 2013 per kabupaten No Kecamatan Jumlah Apotek Apotek Rakyat
Gambar 4.1. Diagram pemakaian sepuluh obat terbanyak di Puskesmas kecamatan Jatinegara Jakarta Timur periode Januari – Desember 2013
Tabel 4.3 Pemakaian sepuluh obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur periode Januari – Desember 2013
Tabel  4.5 Jumlah penggunaan  obat  golongan  psikotropika di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur periode Januari – Desember 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian tersebut didapatkan akurasi aksi gerak robot dengan mengimplementasikan teknik enkoding digital sebesar 98% dengan rata-rata waktu komputasi sekitar 0,16 detik

Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku wakil dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi yang tidak henti-hentinya

Bahasa Indonesia mempunyai bentuk dasar gabungan kata yang unsur- unsumya merniliki pertalian yang erat dalam mengungkapkan satu konsep gagasan. Unsur pembentuk gabungan

Tujuan penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: Menganalisis apresiasi pasar terhadap laporan keuangan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang tinggi dan

Untuk mengatasi masalah ini, peneliti mengajukan solusi dengan pembuatan sistem LIMS agar proses manajemen laboratorium dapat dilakukan secara elektronik yang

(4) Dalam hal alokasi yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memerlukan tambahan, Badan Usaha Bahan Peledak diizinkan untuk mengajukan permohonan penambahan alokasi

Iklan rokok tidak boleh : merangsang dan menyarankan orang untuk merokok, menggambarkan bahwa merokok memberikan manfaat kesehatan, memperagakan dan menggambarkan dalam bentuk

Bila pada waktu yang ditentukan Saudara tidak dapat memenuhi undangan pembuktian Kualifikasi ini maka perusahaan Saudara dinyatakan “GUGUR”. Demikian Kami sampaikan atas