BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Belajar
Manusia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Berbagai macam cara manusia gunakan dalam kegiatan belajar. Menurut Morgan (1978) dalam Sagala (2010: 13) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Djamarah (2002: 13) menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan-perbuhan yang terjadi. Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak.
Menurut Suyono (2014: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Komalasari (2011: 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Menurut Rahyubi (2012: 2) belajar dalam arti luas adalah proses persentuhan seseorang dengan kehidupan itu sendiri. Dari proses ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Menurut Slameto, (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern, yakni sebagai berikut:
a. Faktor Intern
Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmaniah : a) Faktor kesehatan
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga siswa akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2) Faktor psikologis a) Inteligensi
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Menurut Gazali dalam Slameto (2010:56) perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c) Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah
sebagai berikut: ”Interest is persisting tendency to pay
attention to and enjoy some activity or content”. Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
d) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah ”the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah
e) Motif
James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut: ”Motive is an effectiveconative factor which operates in determining the direction of an individual’s
behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or
unconsioustly.” Jadi motif erat sekali hubungannya dengan
tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
f) Kematangan
g) Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3) Faktor kelelahan
Untuk menghilangkan kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dilakukan dengan cara-cara seperti : tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obatan yang melancarkan peredaran darah, rekreasi dan ibadah yang teratur, olahraga.
b. Faktor Ekstern
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang juga terganggu, jadi faktor kesehatan sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar.
2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses belajar yang diberikan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, mengembangkan kreatifitas siswa, dan memberikan pengetahuan yang baru bagi siswa. Menurut Komalasari (2011: 3) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Pembelajaran mempunyai suatu istilah dalam pelaksanaannya yaitu aktivitas pembelajaran. Aktifitas pembelajaran menurut Rahyubi (2012: 8) mempunyai tiga variabel yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Variabel kondisi pembelajaran, yang meliputi karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, Kendala pembelajaran, dan tujuan instruksional.
c) Variabel hasil pembelajaran, yang meliputi efektifitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2009: 255) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sagala (2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Menurut Rahayubi (2012: 6) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mempunyai pengertian yang sangat mirip dengan pengajaran walapun mempunyai pengertian yang berbeda. Rahyubi (2012: 7) menyatakan bahwa pengajaran memberi kesan hanya sebagai perkerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa. Guru sebagai pendidik dalam melakukan pembelajaran harus menggunakan strategi penyampaian pembelajaran yang tepat.
3. Rasa Tanggung Jawab
Menurut Salahudin (2013: 56) tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karakter dimulai dalam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Samani (2012: 51) tanggung jawab merupakan melakukan tugas dengan sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (Giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri,akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.
Menurut Mustari (2014: 19) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan. Menurut Sukanto dalam Mustari (2014: 20) menyatakan bahwa tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah :
a. Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepadanya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tak ada seorang pun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.
b. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya. c. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan
dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya. Dari bersifat kekurangan ekonomi.
d. Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga. e. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.
terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan kita. g. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan,
termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.
Macam-macam Tanggung jawab menurut Mustari (2014: 20-24) yaitu :
a. Tanggung Jawab Personal
Bertanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkaatan dan tingkah lakunya. Dari hal tersebut timbulah indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab. Ciri-ciri tersebut antaranya ialah:
1) Memilih jalan lurus.
2) Selalu memajukan diri sendiri. 3) Menjaga kehormatan diri. 4) Selalu waspada.
5) Memiliki komitmen pada tugas
6) Melakukan tugas dengan standar yang baik. 7) Mengakui semua perbuatannya.
8) Menepati janji.
Orang yang bertanggung jawab kepada dirinya adalah orang yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal. Kontrol internal adalah suatu keyakinan bahwa ia boleh mengontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya adalah hasil dari usahanya sendiri
b. Tanggung Jawab Moral
Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu. Tidak taat pada kewajiban-kewajiban moral, kemudian menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Masyarakat umumnya beranggapan bahwa manusia bertanggung jawab atas tindakannya, dan akan mengatakan bahwa manusia layak mendapatkan pujian atau tuduhan atas apa yang manusia kerjakan.
c. Tanggung Jawab Sosial
manusia apabila berinteraksi dalam masyarakat atau dengan orang lain di antaranya adalah :
1) Senantiasa berbicara benar, 2) Menghindarkan perasaan iri dengki, 3) Tidak bakhil, 4) Bersikap pemaaf, 5) Adil, 6) Amanah, 7) Tidak sombong.
Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013:142-143) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator tanggung jawab ada dua yaitu :
1) Indikator Sekolah
a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.
b) Melakukan tugas tanpa disuruh.
c) Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.
d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. 2) Indikator Kelas
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tanggung jawab adalah sikap dan perilaku yang harus dimiliki setiap individu untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya dengan kerja keras, disiplin, dan taat yang berkaiatan dengan diri sendiri, masyarakat, lingkungan, bangsa dan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu harus membiasakan diri menjadi orang yang bertanggung jawab. Seseorang jika tidak melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka seseorang tersebut mempunyai karakter yang buruk.
4. Prestasi Belajar
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah akan menghasilkan sebuah prestasi belajar bagi siswa yang telah terlibat dalam kegiatan belajar. Menurut Arifin (2013:12) kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan.
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai
“tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan
kebutuhan umum manusia”.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang diperoleh berdasarkan suatu hal yang dilakukan baik oleh individu atau kelompok. Menurut fungsinya prestasi belajar juga dapat disimpulkan sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi siswa dan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Institusi pendidikan mempunyai faktor intern dan ektern. Faktor intern yang berupa kurikulum sekolah dan faktor ekstern yang berupa tingkat kesuksesan siswa.
5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut Aly (2010: 18) IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Menurut Mulyasa (2009: 111) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan, keindahan dan keteraturanya alam ciptaanya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk bereperan serta dalam
memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang memahami tentang alam semesta dan gejala-gejala alam lainya lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen. Ilmu pengetahuan alam ini sangatlah bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan alam juga sebagai wahana untuk siswa untuk belajar memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam disekitar.
6. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
kontekstual. Sistem pembelajaran dalam kooperatif merupakan sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Isjoni (2010: 15) cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya menegerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Isjoni (2010: 16) menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain , siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Menurut Majid (2013: 174) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Rusman (2013: 202) pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Lie (2010:12) cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan
dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong”.
Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2013: 203) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembejalaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Rusman (2013: 205-206) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan perestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah dan mengintergrasi pengetahuan dengan pengalaman.
Menurut Majid (2013: 175) model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
2. Agar peserta didik dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
3. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa; berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 21-22) ada tiga konsep yang menjadi karakteristik cooperatif learning yaitu:
1. Pengahargaan kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggung jawaban individu
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative learning menggunakan metode skoring.
Metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
b.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
TGT (Team Games Tournament) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif seluruh peserta didik dan melibatkan sebuah kerjasama tim untuk melakukan
game dan tournament kelompok yang dilakukan pada ahir
pembelajaran atau pada setiap ahir minggu. Menurut Komalasari (2011: 67) model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta reinforcement. Menurut Trianto (2011: 83) pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Menurut Slavin (2005: 163) TGT menggunakan tournament akademik, dan menggunakan kuis- kuis dan sistem
a. Presentasi Kelas
Materi dalam TGT (Team Game Tournament) pertama- tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang di pimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar- benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan game akademik dengan sebaik- baiknya, dan skor yang didapat dalam turnamen akan menentukan skor tim mereka.
b. Tim
mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang di tekanankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.
c. Game
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada ahir minggu atau ahir unit, setelah guru memberikan presentasi dikelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Dibawah ini merupakan skema ilustrasi dari meja turnamen.
TIM A
TIM B TIM C
Gambar 2.1 Skema penempatan peserta didik kedalam meja turnamen menurut Slavin (2005: 168).
yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 4 ke meja 3) skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan skor yang paling rendah di “turunkan”. Menggunakan cara ini,
jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.
e.Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan yang lain (hadiah) apabila skor rata- rata mereka mencapai kriteria tertentu . Skor tim siswa dapat digunakan untuk menentukan peringkat mereka yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah di sepakati. Ada 3 tingkatan penghargaan yang berdasarkan pada skor rata-rata tim yaitu :
Tabel 2.1 Pengahargaan berdasarkan skor rata-rata tim menurut Slavin (2005: 175)
Kriteria (Rata-Rata Tim) Pengahargaan
40 Tim Baik (Good Team)
45 Tim Sangat Baik (Great Team)
Menurut Slavin (2005: 169) ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai TGT (Team Game Tornament) yaitu :
a. Materi yang akan diajarkan
Materi yang diajarkan yaitu materi yang terkait dengan materi yang akan diajarkan oleh guru, materi itu bisa bersumber dari buku paket atau buku cetak atau dari materi yang dibuat oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. b. Menempatkan siswa kedalam tim
delapan dan ke sembilan akan ditempatkan kedalam tim H, dan yang ke sepuluh dalam tim G, selanjutnya dalam tim F, dan seterusnya. Jika sudah sampai huruf A, berhentilah dan ulangi prosesnya mulai dari bawah ke atas, seterusnya lanjutkan lagi mulai dan ahiri dengan huruf A.
c. Menempatkan siswa kedalam meja turnamen
Tulislah daftar nama siswa dari atas ke bawah sesuai urutan kinerja mereka sebelumnya, gunakan peringkat yang sama seperti yang digunakan untuk membentuk tim. Hitunglah jumlah siswa di dalam kelas. Jika jumlahnya habis dibagi empat, semua meja turnamen akan mempunyai empat peserta, tunjuklah empat siswa pertama dari daftar tadi untuk menempati meja satu, berikutnya ke meja dua, dan seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi empat, satu atau dua dari meja turnamen pertama akan beranggotakan lima peserta.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tornament (TGT) memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu
sebagai berikut :
a) Kelebihan Team Game Tournament (TGT)
1) Didalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menemukan pendapat.
3) Rasa percaya diri pada diri siswa meningkat. 4) Partisipasi siswa meningkat.
5) Perilaku mengganggu siswa lain jadi lebih kecil.
6) Memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa tidak mudah jenuh.
7) Hasil belajar siswa dapat meningkat. b) Kekurangan Team Game Tournament (TGT)
1) Sering terjadi dalam pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.
2) Kurangnya waktu pembelajaran, karena model pembelajaran ini memerlukan banyak waktu.
3) Kemungkinan terjadi kegaduhan jika guru tidak dapat mengelola kelas dengan baik.
B. Penelitiuan yang Relevan
Hasil penelitian yang diambil dari jurnal pendidikan kimia (JPK), volume 1, nomor 1 tahun 2012 ISSN 2337-9995, yang dilakukan oleh Luluk Fajri Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Fajri dilaksankan dalam dua silkus. Terdapat beberapa peningkatan yang terjadi yaitu pada hasil belajar siswa dan keatifan siswa. Peningkatan pada keaktifan siswa pada siklus I yaitu 60,72% dan pada siklus II naik menjadi 71,43%. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I ketuntasan belajar 64,29% dengan rata-rata nilai 72,3 dan pada siklus II presentase ketuntasan belajar menjadi 89,29% dengan rata-rata nilai 76,1. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran kimia dan keaktifan belajar siswa di SMA Negeri 2 Boyolali.
sehingga aktifitas siswa meningkat 18,59%. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Diah Megasari Tyasning dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa di SMA 1 Batik Surakarta karena dengan menggunakan model TGT ini mampu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, aktif bertanya, berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
Hasil penelitian di atas menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournamen (TGT). Penelitian yang akan dilakukan yaitu Penelitian
Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Rasa Tanggung
Jawab dan Prestasi belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT) Mata Pelajaran IPA Materi Pembentukan
Tanah Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Somagede. Persamaan dengan penelitian Luluk Fajri dan Diah Megasari Tyasning adalah pada model pembelajaran yang diambil yaitu model pembelajaran TGT .
C. Kerangka Berpikir
seenaknya sendiri. Siswa yang masih suka berbicara dan bermain-main sendiri saat pelajaran berlangsung, tidak memperhatikan guru saat pembelajaran juga mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun. Sikap siswa ketika diberikan tugas oleh guru, siswa kurang tanggap ketika diberikan tugas individu maupun kelompok hal ini menunjukan tanggung jawab siswa masih kurang.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan dapat menunjukan sikap tanggung jawab yang baik. Model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Team Games Tournament (TGT). Model pembelajaran ini dirancang adanya sebuah permainan dan turnamen pada ahir pembelajaran. Permainan dan turnamen ini akan menjadikan siswa lebih antusias dalam belajar, tidak merasa bosan. Menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT)dapat juga meningkatkan tanggung jawab siswa
karena setiap siswa akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan kelomponya saat turnamen berlangsung.
D. Hipotesis Tindakan
Untuk mengatasi permasalahan yang ada diatas, maka hipotesis yang diambil sebagai berikut :