• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Imunisasi a. Pengertian - Pipit Astini BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Imunisasi a. Pengertian - Pipit Astini BAB II"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori 1. Imunisasi

a. Pengertian

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang

baru lahir sampai usia satu tahun untuk mecapai kadar kekebalan diatas

ambang perlindungan. (Depkes RI,2005). Sedangkan menurut (Ranuh

dkk, 2001) imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit.

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu (Theophilus, 2007), sedangkan yang dimaksud vaksin

adalah obat yang diberikan untuk membantu mencegah penyakit serta

membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi berfungsi melindungi tubuh

(Theopahilus, 2007).

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap

penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indriarti, 2008).

Imunisasi merupakan rekasi antara antigen dan antibodi- antibodi, yang

dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut

(2)

b. Syarat-syarat pemberian imunisasi

Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,

yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam

bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada

tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan tidak boleh memperoleh imuisasi

yaitu : anak sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu

penyakit, sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau

obat imunisupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu

membentuk zat anti yang cukup banyak (Huliana, 2003).

Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat

yang harus diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat,

vaksin yang diberikan harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat

masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat,

mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi

yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang telah diberikan,

memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada buku

anak atau kartu imuisasi serta memberikan informed concent kepada

orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang

sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan

efek samping atau kejadian pasca imunisasi yang dapat timbul setelah

(3)

c. Jenis Imunisasi

Ada dua jenis klasifikasi imunisasi, yaitu kekebalan pasif dan

kekebalan aktif (Sukarmin, 2009)

Imunisasi aktif

Merupakan imunisasi dengan cara menyuntikan antigen ke dalam

tubuh anak sendari yang membuat zat antibody yang akan bertambah

bertahun-tahun. imunisasi aktif akan bertahan lama dibandingkan dengan

imunisasi pasif.

Imunisasi pasif

Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi

mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum

yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkan dari ibu

saat dalam kandungan.

1) Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi

a) Vaksin BCG (Bacilius Calmette Guerine)

Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk

mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan

Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan.

Pada pemberian imunisasi BCG akan menimbulkan reaksi: reaksi

lokal, 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada area penyuntikan

timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.

Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung

(4)

ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu

dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Reaksi

regional pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa

disertai nyteri tekan maupun demam yang akan menghilangkan

dalam waktu 3-6 bulan.

b) Hepatitis B

Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi

hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif

untuk memutuskan rantai penularan memalui transmisi maternal

dari ibu pada bayinya. Pemberian kepada anak yang sakit berat

sebaiknya ditunda sampai anak benar- benar pulih efek samping

dari pemberian vaksin HB adalah efek lokal nyeri pada tempat

suntikan, demam ringan,lesu, perasaan tidak enak pada saluran

pencernaan, yang akan hilang dalam beberapa hari.

c) DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)

Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh

diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.

DPT sering menyebabkan efeksamping yang ringan seperti

demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa

hari efek samping terjadi karena adanya komponen pertusis di

dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan DPT

menyebabkan komplikasinya demam tinggi (lebih 40,50C),

(5)

meberikan respon). Jika anak mempunyai riwayat kejang.

Pemberian imunisasi diberikan adalah DT, yang hanya dapat

diperoleh di puskesmas (kombinasi toksoid difteri dan tetanus

(DT) mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang

memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis

(Ranuh, dkk, 2005)

d) Polio

Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program

pengembangan imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk

mendapatkan cakupan yang tinggi. Kontraindikasipemberian

vaksin polio : diare, gangguan kekebalan (karena obat

imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid).

e) Campak

Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan

dalam, pada umur 9 bulan. Kontraindikasi pemberian adalah

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 380C, gangguan

sistem kekebalan, alergi terhadap protein telur.

2) Vaksin Kombinasi/Kombo

Vaksin kombinasi adalah gabungan beberapa antigen tunggal

satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda.

Misalnya Vaksin kombinasi DPT/Hb adalah gabungan

antigen-antigen D-P-T dengan antigen-antigen Hb untuk mencegah penyakit difteri,

(6)

Alasan utama pembuatan vaksi kombinasi adalah:

a) Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis dibandingkan dengan

vaksin monovalen, sehingga mempermudah pemberian maka

dapat lebih meningkatkan cakupan imunisasi.

b) Mengurang ferkuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan sehingga

mengurangi biaya pengobatan.

c) Mengurangi biaya pengadaan vaksin.

d) Memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program

imunisasi yang telah ada.

e) Untuk mengejar imunisai yang terlambat.

f) Biaya lebih murah.

d. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar

Menurut Suparyanto (2011), faktor yang mempengaruhi

kelengkapan imunisasi dasar adalah:

1) Pendidikan

pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas

pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih

luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang

pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan

kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan Wardana

(7)

status imunisasi anaknya cenderung tidak lengkap dibandingkan ibu

yang berpendidikan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Danuri

(2005) tentang hubungan karakteristik,pengetahuan dan sikap ibu

batita dengan kelengkapan status imunisasi di Desa Ambowetan

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan

status imunisasi (p= 0,008).

2) Pendapatan atau pengasilan

Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan.

Semakin rendah pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu

dalam membelanjakan bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas

maupun kuantitasnya, sebagai ketersediaan pangan di tingkat

keluarga tidak mencukupi (Syamsul, 2002). Penelitian yang

dilakukan oleh Mardani (2008) tentang beberapa faktor yang

mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di kecamatan kretek

kabupaten bantul propinsi daerah istimewa yogyakarta ditemukan

hasil terdapat 8 faktor yang mempengaruhi kaitan dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi, yaitu kondisi bayi, jumlah

anak balita yang diasuh, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan

formal ibu/suami, tingkat pengahasilan, penyuluhan imunisasi dan

(8)

3) Pengetahuan

Terbatasnya pengetahuan ibu tentang imunisasi bayi ini

mengenai manfaat dan tujuan imunisasi maumpun dampak yang akan

terjadi jika dilaksanakan Imunisasi bayi akan mempengaruhi

kesehatan bayi. Hal ini sesuai dengan teori dan pendorong. Dalam

pendorong dengan mengimunisasi bayinya, salah satunya dalah

pengetahuan dimana pengetahuan tersebut ditemukan dalam media

elektronik (TV, Radio), media massa (Koran majalah).

Pengetahuan adalah segala seseuatu yang diketahui berkaitan

dengan proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti

motivasi dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia

serta keadaan sosial budaya (Poerwadarminta, 2002). Penelitian yang

dilakukan oleh Amplas (2003) menunjukan bahwa pengetahuan ibu

berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita.

Penelitian yang dilakukan oleh Akmar Azmi (2005) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan masyarakat di masa

yang akan datang semakin besar kesadaran untuk melaksanakan

imunisasi dan secara tepat ibu tersebut menerima informasi dan dapat

mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk

melaksanakan imunisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, Fakhiyah (2010)

tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan

(9)

kedunggalar dengan hasil menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang makin mudah untuk menerima informasi

tetapi sebaliknya dengan pengetahuan yang rendah akan menghambat

untuk menerima informasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Karina dan Warsito (2012)

mengenai pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar balita dengan hasil

ibu yang memiliki pengetahuan baik sebesar 62,5% dan yang

memiliki pengetahuan kurang sebesar 37,5% menunjukan bahwa

sebagian besar ibu memiliki pengetahuan baik tentang imunisasi

dasar balita, dan diharapkan pengetahuan yang baik ini dapat

menunjang status imunisasi yang baik untuk anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Albertina dan Febriana (2009)

tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor

yang berhubungan di poliklinik anak bebrapa rumah sakit dijakarta

dan sekitar pada bulan maret 2008 dengan hasil kelengkapan

imunisasi dasar anak balita di tempat penelitian 61%, faktor yang

berhubungan dengan kelengkapan imunisasi ialah pengetahuan

orangtua.

4) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertup. Sikap

(10)

stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-sehari adalah merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan atau prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

tebuka (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian Zakiyah (2007) tentang

hubungan pengetahuan, sikap ibu tentang imunisasi dan dukungan

keluarga dengan kelengkapan imunisasi DPT pada bayi umur 6-11

bulan di desa taman gede kecamatan gemuh kabupaten kendal,

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu tentang

imunisasi dengan kelengkapan imunisasi DPT pada bayi umur 6-11

bulan.

5) Motif

Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri sesorang yang

menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan guna

mencapai suatu tujuan (Suparyanto, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2008)

faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di

Puskesmas Banyudono Kabupaten boyolali, hasil penelitian

menunjukan bahwa motivasi, memiliki pengaruh signifikan terhadap

(11)

6) Pengalaman

Sesuai dengan kategori hidonisme (Bahasa Yunani) berarti

kesukaran, kesenangan, atau kenikmatan. Dalam hal ini semua orang

akan mengindari hal-hal yang sulit dan mengusahakan atau

mengandung resiko berat. Jika kegiatan imunisasi tetap berjalan

dengan baik misalnya, bayi menangis saat menunggu giliran yang

lama, tubuh menjadi panas setelah diimunisasi. Hal ini dapat

mempengaruhi ibu untuk mengimunisasikan bayinya (Suparyanto,

2011).

7) Pekerjaan

Teori kebutuhan (teori Maslow) mengemukakan nilainya 5

tingkat kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkat ilmiah yang

kemudian dijadikan pengertian guna dalam mempelajari motivasi

manusia. Kelima tingkatan tersebut adalah kebutuhan fisiologis,

kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan, kebutuhan aktivitas diri ibu yang mempunyai pekerjaan

itu demi mencukupi kebutuhan keluarga (kebutuhan pertama) akan

mempengaruhi kegiatan imunisasi yang termasuk kebutuhan rasa

aman dan perlindungan sehingga ibu lebih mengutamakan pekerjaan

dari pada mengantarkan bayinya untuk imunisasi (Suparyanto, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2005) menunjukan tidak

(12)

ibu tidak bekerja, namun perbedaan ini bermakna pada sikap dan

perillaku.

8) Dukungan Keluarga

Teori lingkungan kebudayaan dimana orang belajar banyak

dari lingkungan kebudayaan sekitarnya. Pengaruh keluarga terhadap

pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang

yang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap

keluarga terhadap imunisasi kurang begitu respon dan bersikap tidak

menghiraukan atau bahkan pelaksanaan kegiatan imunisasi maka

pelaksanan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena tidak

ada dukungan oleh keluarga (Suparyanto, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Dimicco dan Dashiff (2004)

dukungan paling bermakna dirasakan dari ibu dan kedua dari ayah si bayi.

Jadi sangat berbeda dengan sistem dukungan di Indonesia khususnya kota

depok dimana sebagian besar ibu menyatakan yang paling bermakna adalah

darin suami.

9) Fasilitas Posyandu

Fasilitas merupakan suatu saran untuk melancarkan

pelaksanaan fungsi (Suparyanto, 2011).

10) Lingkungan

Kehidupan dalam suatu linngkungan mutlak adanya interaksi

sosial hubungan antara dua atau lebih individu yang salinng

mempengaruhi lingkungan rumah dan masyarakat dimana individu

(13)

mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar seperti jarak pelayanan

kesehatan, tempat pelayanan imunisasi, ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan yang menunjang pelayanan imunisasi dasar

(Panjaitan, 2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Adisti (2009) yang

menunjukan adanya hubungan antara lingkungan dengan kelengkapan

imunisasi pada bayi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan

lingkungan yang positif akan berdampak positif juga terhadap

kelengkapan imunisasi di suatu daerah. Begitu pula sebaliknya. Nilai

p-value 0,001 (p=0,05).

11) Tenaga kesehatan

Petugas kesehatan berupaya dan bertanggung jawab,

memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat yang

provesional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

Sehingga diharapkan ibu mau mengimunisasi bayinya dengan

meberikan atau menjelaskan pentingnya imunisasi

(Suparyanto,2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Sabariah (2007) melalukan

survei terhadap ibu-ibu bayi usia 0-12 bulan untuk mengidentifikasi

faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada

bayi menyebutkan bahwa penerimaan ibu terhadap imunisasi bayi

dipengruhi oleh tingkat pengetahuan, waktu tempuh dan pelayanan

(14)

Menurut lawrence green dalam Notoatmodjo (2007) yang

mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh

dua faktor pokok yaitu faktor prilaku dan faktor-faktor diluar

perilaku. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok:

a) Faktor predisposisi (Predisposing faktor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

yang dianut masyarakat, tingakat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi.

b) Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas

kesehatan.

c) Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.

Konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan di

pengaruhi oleh 3 yakni lingkungan, pelayanan kesehatan,

keturnan (hereditas).

e. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31)

DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,

pioliomielitis, campak, dan hepatitis. Berikut ini akan diuraiakan tujuh

(15)

1) Tuberkulosis

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

yang sebagian besar menyerang masyarakat dengan kelas sosial

ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami

gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di

pemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi

penularan penyakit. Apabila sorang anak terkena tuberkulosis,organ

tubuh yang akan terkena dalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang,

sendi, dan selaput otak. Cara penularannya adalah melalui droplet

atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah manusia.

Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada

kesulitan unmtuk menilai dampak BCG terhadap angka kejadian

tuberkulosis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti

pemukiman yang padat tidak sehat dan banyaknya sumber penularan

dimasyarakat yang tidak mendapat pengobatan dengan tepat. dampak

vaksinasi BCG lebih ringan sehingga menurunkan angka kematian

atau kecacatan.

2) Difteri

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Corynebacterium

dyptheriae tipe gravis, milis, dan intermedius, yang menular melalui

percikan lidah yang tercemar. Anak yang terkena difteri akan

menunjukan gejala ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berupa

membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi

(16)

atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak (bull neck).

Kematian dapat terjadi apabila gagal jantung dan obstruksi jalan nafas

yang tidak bisa dihindari. Difteri dapat menjadi endemik pada

lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah karena

banyaknya difteri kulit yang dialami anak-anak dan menular dengan

cepat. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah

DPT pada anak dibawah satu tahun (imunsiasi dasar) dan DT pada

anak kelas 1 dan VI SD (booster).

3) Pertusis

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Bordetelle pertusis

dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awan mengenalnya

dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis

adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal

batuk pilek, kemudian setelah hari ke-10 batuk bertambah berat dan

sering kali disertai muntah. Untuk itu, imunisasi DPT adalah saalah

satu cara pencegahan yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu

tidak bersifat proktektif (DepKes, 2000).

4) Tetanus

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani

yang berbetuk spora masuk ke dalam luka terbuka, berkembang biak

secara anaerobik, dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi

pada usia anak adalah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum dapat

(17)

napas. Reservoarnya adalah kotoran hewan atau tanah yang

terkontaminasi kotoran hewan dan manusia. Gejala awal ditunjukan

dengan mulut mencucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada

penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau vaksinasi lengkap

karena riwayat penyakit tetanus tidak meyebabkan kekebalan pada

anak. Imunisasi yang diberikan tidak hanya DPT pada anak, tetapi

juga TT pada calon pengantin (TT caten), TT pada ibu hamil yang

diberikan saat antenatal care (ANC), dan DT pada anak sekolah

dasar kelas I dan VI.

5) Poliomielitis

Sesuai dengan namanya, penyebab infeksi ini adalah virus

polio tipe 1,2, dan 3, yang menyerang mielin atau serabut otak. Gejala

awal tidak jelas, dapat timbul gelaja demam ringan dan infeksi

saluran pernafasan (ISPA), kemudian timbul gejala paralisis flaksid

yang mengenai sekelompok serbut otot sehingga timbul kelumpuhan.

Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan

otot menelan. Penularan manusia yang menderita polio. Pencegahan

dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi

polio, bahkan dapat eradiaksi dengan cakupan polio 100%.

6) Campak

Penyebab penyakit infeksi ini dalam virus morbili yang

menular droplet. Gejala awal ditunjukan dengana adanya kemerahan

(18)

kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu

disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Seletah 3-4 hari,

kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan

bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak

seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada anak usia 9 bulan dengan

rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan

hilang sampai usia 9 bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah

otitis media, konjungtivitis berat, enteritis, dan pneumonia, terlebih

pada anak dengan status gizi buruk.

7) Hepatitis B

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis tipe B

yang menyerang kelompok resiko secara vertikal, yaitu bayi dan ibu

pengidap, sedangkan secara horisontal tenaga medis dan paramedis,

pecandu narkoba, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai

jasa atau petugas akupuntur. Gejala yang dapat muncul yaitu khas,

seperti anoreksia, mual, dan kadang-kadang ikterik. Sejak tahun 1992,

vaksin hepatitis B menjadi bagian dari program di Inidonesia

walupun belum merata di semua provinsi dapat menjalankannya

karena harga vaksin yang cukup mahal sehingga dilakukan secara

bertahap. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0-11 bulan

(19)

f. Pedoman pemberi imunisasi

Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum

bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

berilah imunisasi sedini mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan

melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk

campak, dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan. Pada umur kurang

dari 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan tubuh anak

dihambat karena masih adanya zat kekbalan yang berasal dari darah ibu

(Satgas IDAI,2008).

Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta

jumlah dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai dengan

kebutuhann tubuh bayi. Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih

dari sekali juga harus diperhatikan rentang wajtiu antara satu pemberian

dengan pemberian berikutnya.

g. Cara dan pemberian waktu imunisasi

Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk

pemberian imunisasi

Tabel 2.1 Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm 40)

Vaksin Dosis Cara pemberian

BCG

Intrakutan tepat di insersio mukulus deltoideus kanan

Intramuskular Diteteskan kemulut

Subkutan, biasanya dilengan kiri atas Intramuskular pada paha bagian luar

(20)

Tabel 2.2 Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar

Vaksin Pemberian imunisasi

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo

UMUR VAKSIN TEMPAT

Bayi lahir di rumah

0 bulan HB 1 Rumah

Bayi lahir di RS/RB/Bidan Praktekan

0 bulan HB 1, Polio, BCG RS/RB/BIDAN

*: Atau tempat pelayanan lain

#: Atau posyandu

h. Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak di atas usia 1 tahun atau

lebih populer dengan sebutan anak dibawah lima tahun. Balita merupakan

(21)

rentan usia 2 hingga 5 tahun, ada juga yang menyebutkan dengan periode

usia prasekolah (Muaris, 2006)

Klasifikasi menurut Lewer GH (1996) membagi tahap perkembangan

untuk anak mulai balita :

a. Usia bayi (0-1 tahun)

b. Usia bermain toddler (1-3 tahun)

c. Usia pra sekolah (3-5 tahun)

2. Pengetahuan a. Pengertian

pengetahuan segala yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motifasi dan

faktor dari luar berupa saranan informasi yang tersedia serta keadaan

sosial budaya (Poerwadaminto, 2002). Sementara itu menurut

Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pennginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

dipengaruhi dari mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran).

b. Kategori pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori,

yaitu:

1) Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari

(22)

2) Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari

seluruh pertanyaan.

3) Kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari

seluruh pertanyaan.

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) dibagi menjadi 6

domain meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Tahu (know) sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini dalah

mengingatkan kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami

(comprehension) Kemampuan menjelaskan dengan benar mengenai obyek

yang telah diketahui dan dapat meninterprestasikan materi tersebut

dengan benar. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill

(sebenarnya). Analisis (Analysis) artinya suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, masih ada kaitannya satu

sama lain. Sintesis (Sintesis) artinya menunjukan suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Evaluasi (Evaluation) artinya berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justufikasi atau penilaian terhadap suatu

(23)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut mendapat

informasi.

2) Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar bagi setiap orang.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi dilakukan oleh orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk. Demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

ketersediaan fasilitas yang diperlukan dalam kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan

(24)

4) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut.

5) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa lalu.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

3. Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif

(25)

Menurut Gerungan (1996) dikutip oleh Sunaryo (2002), attitude

diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan

sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oelh

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi.

b. Komponen sikap

Menurut Aswar (2011) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling

menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif, representasi yang dipercayai individu pemilik

sikap,komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama

apablila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

2) Komponen afektif, perasaan yang menyangkut aspek emosional.

3) Komponen koratif, aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

sikap yang dimiliki oleh seseorang.

c. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) Berbagai tingkatan dalam

pembentukan sikap yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

(26)

tugas yang diberikan, lepas pekerjakan itu benar atau salah adalah

berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah-masalah adalah suatu

indikasi tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto, 1998: 63):

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan dalam hubungan.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu

yang mempermudah sikap orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

(27)

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

e. Teori sikap

1) Kognitif Disonasi Kognitif Festinger(Festinger,1957)

Kognitif adalah suatu pengetahuan, opini atau apa yang

dipercaya orang menganai lingkungan, mengenai diri sendir dan atau

perilaku. Jadi kognitif mempunyai tiga unsur yaitu kepercayaan, sikap,

dan perilaku. Dan apabila terjadi konflik (inkosistensi) diantara

kognisi maka akan terjadi disonasi.

Disonasi kognitif adalah suatu keadaan psikologi yang tidak

menyenangkan yang timbul ketika dalam diri manusia terjadi konflik

dua unsur kognisi (Brehm dan Kassin, 1990). Penyebab utama yang

menyebabkan terjadinya inkonsistensi yaitu Inkonsistensi logis,

Norma dan Budaya, Pendapatan yang inkonsistensi dengan perbuatan

dan Pengalaman masa lalu.

Festinger membuat hipotesis “Adanya disonansi yang

menimbulkan ketidakenakan psikologis akan memotivasi seseorang

untuk mecoba mengurangi disonansi tersebut dalam mencapai

konsonansi”.

Ada 3 cara mengurangi disonansi:

a) Mengubah unsur kognitif yang berupa perilaku

(28)

c) Menambahkan unsur kognitif yang baru

2) Teori Konsistensi Afektif-Kognitif (Rosenberg)

Manusia mempunyai kebutuhan untuk mencapai dan

memelihara konsistensi afektif, konsep teori ini adalah apa yang

terjadi dalam diri individu seawktu terjadi perubahan sikap. Aspek

yang penting untuk memahami sikap dan perilaku manusia adalah

pengungkapan assessment dan pengukuran (measurement) sikap.

Dalam sikap tergantung preferensi atau rasa suka tak suka terhadap

sesuatu sebagai obyek sikap.

f. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap model Likert

Dalam skala likert, item ada yang bersifat favorable

(baik/positif/tidak mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya

yang bersifat unfavorable (tidak baik/regatif) terhadap masalah yang

diteliti. Jumlah item yang positifmaupun yang negatif sebaiknya harus

seimbang atau sama (Machfoedz, 2007).

Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pertanyaan yang

masuk dalam kategori skala likert adalah sebagi berikut:

Alternatif penilaian terhadap item positif:

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

4 3 2 1

Alternatif penilaian terhadap item yang negatif

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak

setuju

1 2 3 4

(29)

Skala likert makin tinggi skor yanng diperoleh oleh seseorang,

merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap

objek sikap,demikian sebaliknya (Zuriah, 2003).

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen yang ikut mempengaruhi sikap kita.

3) Pengaruh kebudayaan

Dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita.

4) Media massa

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan

landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, media

masa sebagai sarana komunikasi yang mempengaruhi pengaruh besar

pembentukan opini dan kepercayaan.

5) Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta agama sebgai suatu sistem

(30)

keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam

individu.

6) Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan

dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk

sikap merupakan kenyataan yang didasarkan oleh emosi yang bertugas

sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. (Aswar, 2000).

4. Tenaga Kesehatan a. Pengertian

Pengertian SDM hubungannya dengan kesehatan yang tertuang dalam

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 disebutkan bahwa tenaga

kesehatan sebagai orang bekerja secara aktif dan profesional dibidang

kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak

yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan

upaya kesehatan (Depkes 2004).

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan

profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal

kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Ali, 2005)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok

dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanam yang menghimpun sebagai

(31)

kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Ali,

2005).

b. Peran tenaga kesehatan dibidang Pelayanan Posyandu

Menurut Soekanto (2002) peran adalah segala sesuatu oleh seseorang atau

kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan karena kedudukan yang

dimilikinya.

Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial

tertentu agar memenuhi harapan (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan

yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

c. Peran kader sebagai tenaga pelayanan posyandu

Peran adalah suatu rangkain yang teratur yang ditimbulkan karena

suatu jabatan. Peran kader posyandu adalah yaitu melaksanakan tugas

program pos pelayanan terpadu yang menjadi tanggungjawabnya.

Untuk menilai peran kader pasyandu menurut Djaimal (2002) adalah

sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Tugas

Kader posyandu sebagai pelaksanaan tugas program pos pelayanan

terpadu. Seorang kader posyandu harus dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik, karena itu diperlukan pengetahuan baik yang mendukung

(32)

2) Tanggung jawab

Kader posyandu bertanggungjawab terhadapa jalannya program

posyandu dan memberikan pelayanan kepada masyarakat desa.

3) Sikap

Persepsi kader terhadap tugasnya. Sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap akan menenentukan perilaku kader dalam

melaksanakan tugasnya.

4) Perilaku

Tindakan atau praktek kader dalam melaksanakan tugasnya sebagai

kader posyandu. Perilaku adalah semua kegiatan/aktifitas yang diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar.

d. Peran Bidan sebagai Tenaga Pelayanan Posyandu

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah berlaku, dicacat (registrasi), diberi izin secara

sah untuk menjalankan praktek (Nazariah, 2009).

Menurut Estiwidani. D, dkk (2008) peran, fungsi bidan dalam

pelayanan kebidanan adalah sebagai: pelaksana, pengelola, pendidik dan

penelti. Sedangkan tanggungjawab bidan meliputi pelayanan konseling,

pelayanan kebidanan normal, pelayanan kebidanan abnormal, pelayanan

kebidanan pada anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan

masyarakat. Sedemikian kompleknya peran, fungsi, dan tanggunga jawab

(33)

kebidanan yang tebaik dan profesional kepada masyarakat maka untuk

keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang

kuat berupa kompetensi bidan.

5. Waktu Tempuh a. Pengertian

Kehidupan dalam suatu lingkungan mutlak adanya interaksi sosial

hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi

lingkungan rumah dan masyarakat dimana individu melakukan interaksi

sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasi

dasar seperti jarak pelayanan kesehatan (Panjaitan, 2003).

b. Jarak tempuh ke pelayanan kesehatan

Jarak adalah angka yang menunjukan seberapa jauh suatu benda

berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam

pengerian sehari-hari, jarak bisa berupa estimasi jarak fisik dari dua buah

posisiberdasarkan kriteria tertentu (Anonim, 2010). Yang dimaksud jarak

dalam penelitian ini adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat

tinggal ke Posyandu dimana adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasioanl

(2002) dalam Khalimah (2007) jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh)

antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat

Posyandu. Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah (2007), letak

posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh

(34)

penduduk, balai rakyat, pos rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW)

atau pos lainnya. Hal ini agar jarak Posyandu tidak terlalu jauh sehingga

tidak menyulitkan masyarakat untuk menimbang anaknya.

Dari beberapa hasil penelitian, bahwa faktor jarak ternyata

memberikan kontribusi terhadap sesorang dalam melalukan suatu

tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002)

bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke

Posyanduberpeluang baik untuk berkunjung ke Posnyandu dibandingkan

yang jarak tempuh jauh. Jarak tempuh penerima pelayanan menjadi salah

satu pertimbangan untuk mencari fasilitas pelayanan kesehatan karena

selain melibatkan waktu tempuh ke fasilitas tersebut, juga melibatkan

transportasi dan biaya yang dibutuhkan. Pertimbangan tersebut akan

menjadi sangat diperhitungkan apabila tempat pelayanan kesehatan yang

ada berada sangat jauh dati akses pelayanan kesehatan dengan tingakt

perekonomian penduduk yang rendah (Maryati, 2010).

c. Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan

Besaran yang menunjukan lamanya suatu peristiwa berlangsung.

Waktu termasuk besaran skala. Satuan waktu anatara lain detik, menit,

jam dn hari. Alat yang digunakan untuk mengukur satuan waktu adalah

arloji, stopwatch (Sarwono, 2007). Waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi keinginan

(35)

tidak hanya karena lamanya waktu yang dibutuhkan tetapi karena

transportasi dan biaya yang dibutuhkan (Maryanti, 2010).

d. Sarana dan fasilitas kesehatan

Menurut penelitian Hutagalung (1992) menunjukan bahwa persepsi

ibu terhadap kelengkapan Posyandu dengan perilaku menimbangkan

anaknya ke Posyandu mempunyai hubungan yang bermakna, yang berarti

semakin lengkap kelengkapan Posyandu maka semakin sering ibu

menimbangkan anaknya ke Posyandu.

Hasil penelitian tentang kelengkapan sarana, fasilitas dan kegiatan

Posyandu dibuktikan oleh penelitian yang berkesimpulan bahwa semakin

lengkap sarana yang digunakan di Posyandu, semakin sering ibu

(36)

B. Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori

dalam penelitianini adalah sebagai berikut :

Keterangan

Yang diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.1 (sumber modifikasi Lawrance Green dan Hendrik L. Blum dalam

suparyanto 2011, Notoatmodjo 2007) Faktor Predisposisi:

Pendidikan

Motif

pengalaman -pengetahuan

Sikap

faktor pemungkin:

(37)

C. Kerangka Konsep

Keterangan

Independen (bebas)

Dependen (terikat)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada

balita di posyandu Desa Karang Bawang kecamatan Rembang

2. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada balita di

posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang

3. Ada hubungan antara tenaga kesehatan terhadap kelengkapan imunisasi pada

balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang.

4. Ada hubungan antara waktu tempuh terhadap kelengkapan imunisasi pada

balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang. pengetahuan

sikap Kelengkapan

imunisasi

Waktu tempuh

Gambar

Tabel 2.1 Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan
Gambar 2.1 Hidayat, 2007
Gambar 2.1 (sumber modifikasi Lawrance Green dan Hendrik L. Blum dalam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Tekanan anggaran waktu telah memotivasi auditor untuk melakukan perilaku disfungsional, maka hal ini menjadi ancaman serius terhadap kualitas audit dan kepercayaan pada

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor

memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas

Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas; imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang pemberian makan yang baik pada bayi untuk

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan