SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Manajemen
Nama : Komang Tri Werthi NIM :052214095
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Manajemen
Oleh :
Komang Tri werthi NIM : 052214095
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Hanya karena Kekuatan Ida Shang Hyang Widhi Washa dan Doa
dari Orang tua aku dapat berhasil
Bekerja dengan sepenuh hati dan dengan keyakinan yang kuat kita
bisa mencapai kesuksesan yang berarti
v
Ida Shang Hyang Widhi Washa yang selalu menyertai aku,
membimbing aku dan memberkati aku dalam penulisan skripsi ini.
Almamater ku Sanata Dharma
Orang Tua aku, Papa I Nyoman Karinu dan Mama Made K
Sukherti Tercinta yang selalu menanti kelulusan ku dengan sabar
Saudara-saudara ku kak Putu, kak Santi, Ade Ayu, Ade geg yang
tersayang
Ditya tersayank
viii
terselesainya skripsi yang berjudul : ”Sikap Dan Pemaknaan Konsumen Terhadap Produk Aspal (Asli Tapi Palsu) Bermerek Terkenal”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis untuk mencapai gelar sarjana pada program studi Manajemen fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penghargaan atas bantuan tersebut maka dengan segenap kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Drs. Y. P. Supardiyono, M.Si.,Akt.,QIA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. V. Mardi Widyadmono, SE, MBA, selaku Kaprodi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ike Jenita Dewi, SE., MBA., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah memberi waktu untuk membimbing, saran, masukan, kritikan, tenaga dan pikiran demi terwujudnya skripsi ini.
4. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA selaku dosen pembimbing II yang telah memberi waktu untuk membimbing, saran, masukan, kritikan, tenaga dan pikiran demi terwujudnya skripsi ini.
ix
selalu menyertai langkahku dengan restu dan doa. Ecy selalu sayank papa-mama 8. Saudara-Saudara ku kak Putu, kak Santhi, bli Wir, bli Wayan, ade Ayu, Ade
geg, candha dan putra yang selalu tanya-tanya hari wisuda aku, yang buat aku semangat untuk ngerjain skripsi ini.
9. Ditya tersayang, yang dengan penuh kasih sayang dan sabar selalu memberiku semangat dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabatku Titus, Guruh, Bayu, Wiby, Tomi, yang selalu ada waktu susah dan senang terimakasi atas persahabatan yang indah aku sayank kalian cemua. 11. Teman-teman ku Andi, Virsa, Heni, Ariana, Hesti, kluarga Sugeng regency
(Monic, Dimaz, Gegey, Cella, putri, mas Sugeng), dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu dengan segenap kerendahan hati penulis mohon maaf atas kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna memberikan referensi dan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.
Yogyakarta
x
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
HALAMAN KEASLIAN KARYA vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
ABSTRAK xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Batasan Masalah 4 D. Tujuan Penelitian 5 E. Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
xi
D. Jenis Data 34 E. Variabel Penelitian 35 F. Skala Yang Digunakan 39 G. Populasi dan Sampel 39 H. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas 40 I. TeknikAnalisis Data 42
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 49
A. Fenomena Produk Aspal 49 B. Fenomena Produk Aspal Di Indonesia 52 C. Outlet Biru 53
BAB V ANALISIS DATA 57
A. Karakteristik Responden 57 B. Analisis Kuantitatif 61 C. Pengujian Hipotesis 64
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN 81 A. Kesimpulan 81
xiii
Tabel V. 2 Karakteristik responden berdasarkan Fakultas dan Prodi 59 Tabel V. 3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 60 Tabel V. 4 Karakteristik responden berdasarkan Uang Saku/Pendapatan 60
Tabel V. 5 Validitas CI 62
Tabel V. 6 Validitas CSII 62
Tabel V. 7 Validitas LOC 62
Tabel V. 8 Validitas ADS 63
Tabel V. 9 Validitas Sikap 63
Tabel V. 10 Validitas Minat Beli 63 Tabel V. 11 Reliabilitas Instrumen Penelitian 64
Tabel V. 12 Tabel Tingkat CI 65
Tabel V. 13 Tabel Tingkat CSII 68
Tabel V. 14 Tabel Tingkat LOC 70
Tabel V. 15 Tabel Tingkat ADS 73
xiv
Gambar Sepatu Adidas Asli & Aspal 55
Gambar Sepatu Nike Asli & Aspal 56
xv Lampiran 2 : Wawancara
Lampiran 3 : Tabulasi data kuesioner Lampiran 4 : Jawaban Hasil Wawancara Lampiran 5 : Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 : One Way Anova Multiple Comparison Lampiran 7 : Regresi Sederhana
Lampiran 8 : Tabel t dan F
xvi
Komang Tri Werthi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini lakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap konsumen ditinjau dari tingkat CI (Consumer Innovativeness), CSII (Consumer Suscepbility to Interpersonal Influence), LOC (Locus of Control), ADS ( Advertising Skepticism), untuk mengetahui bagaimana konsumen memaknai konsumsinya akan produk aspal bermerek terkenal, untuk mengetahui apakan Sikap mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk aspal bermerek terkenal.
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Dengan sampel sebanyak 100 mahasiswa kampus I Universitas Sanata Dharma. Kemudian untuk tehnik analisis data penelitian, penulis menggunakan One-Way Anova dan Regresi Linier Sederhana.
xvii
Komang Tri Werthi Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The research was conduted to know the influence of Concumer innovativeness CI), Consumer Suscepbility to Interpersonal Influence (CSII), Locus of Control (LOC), and Advertising Skepticism (ADS), on counterfeit-branded product and also to know consumers’ meaning construction of their consumption.
Data were collected via questionnare and interviews. The sample were of 100 students of Campus I Sanata Dharma. The data analysis tehniquess were volm simple linier regression and Anova.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, persaingan perusahaan untuk memperebutkan pelanggan tidak
lagi terbatas pada atribut produk atau kegunaan suatu produk, melainkan sudah
berkaitan dengan merek. Sebuah produk atau brand memiliki nilai dari segi
fungsional dan emosional. Segi fungsional meliputi nilai yang di dapat dari atribut
produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional, yang secara langsung
dapat di rasakan oleh customer. Brand yang memiliki keunggulan secara
fungsional sangat berpeluang menjadi dominan di kategori tertentu, akan tetapi
dalam era kompetisi seperti sekarang ini, manfaat atau fungsi seperti ini sangat
gampang untuk di tiru oleh pesaing. Oleh karena itu, manfaat yang ditawarkan
harus meliputi aspek emosional. Aspek emosional meliputi kemampuan suatu
brand untuk membangkitkan perasaan positif pada saat customer membeli atau
menggunakan produk bermerek, sampai pada tingkatan customer mempunyai
persepsi positif emosionaltentang produkatau brand misalnya terlihat lebih sporty
bila menggunakan sepatu bermerek tertentu.
Banyak faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian. Dalam satu sisi konsumen merupakan pembeli rasional yaitu orang
yang mengetahui semua fakta dan secara logis membandingkan pilihan
terbesar dari uang dan waktu yang mereka korbankan. Akan tetapi, konsumen juga
mementingkan arti merek pada pemilihan sebuah produk karena citra merek
memberi citra khusus kepada penggunanya. Keadaan inilah yang menyebabkan
makin maraknya barang-barang tiruan memakai merek terkenal beredar dipasaran
atau yang biasa disebut barang aspal (asli tapi palsu).
Fenomena tersebut dapat diamati dari perilaku konsumen di Yogyakarta
bahwa banyak outlet yang menjual produk aspal yang konsumen utamanya adalah
mahasiswa. Banyak mahasiswa yang membeli produk aspal, meskipun mereka
mengetahui produk yang dibeli bukan produk yang benar-benar asli. Salah satu
outlet tersebut adalah outlet Biru. Outlet Biru terletak di daerah Selokan Mataram,
Seturan. Outlet ini menjual barang-barang seperti pakaian, sepatu, jam tangan, tas,
kacamata, dan dompet. Barang-barang tersebut hampir tidak bisa dibedakan
dengan barang yang benar-benar asli produksi merek ternama, barngkali tanpa
membeli produk aslinyapun, produk aspal sudah bisa menunjukan citra merek
aslinya.
Mahasiswa yang membeli barang aspal barangkali karena mereka bisa
merasakan manfaat yang sama dengan manfaat yang didapat dari barang yang asli
dari merek ternama dengan biaya yang lebih murah. Sebagai contoh, jam tangan
bermerek ADIDAS yang banyak digemari oleh mahasiswa. Harga jam tangan
merek ADIDAS yang asli rata-rata diatas Rp 456.000 bahkan sampai jutaan rupiah,
sedangkan harga jam tangan produk aspal bermerek ADIDAS hanya Rp 75.000 dan
menggambarkan seseorang yang keren, sporty, dan gaya. Jam aspal ini hampir
tidak bisa dibedakan dengan jam tangan asli bermerek ADIDAS dan dianggap
memberikan citra yang sama dengan jam tangan bermerek ADIDAS yang asli.
Fenomena ini hanyalah salah satu dari fenomena maraknya penjualan
produk-produk aspal di Indonesia maupun di dunia. Di Cina dan di Hongkong banyak
dijual barang-barang aspal seperti tas, jam tangan, dan sepatu bermerek terkenal.
Peminat barang aspal tersebut sangat banyak bahkan ada yang datang dari negara
lain yang datang hanya untuk berbelanja barng-barang aspal. Konsumen di
negara-negara tersebut sangat antusias terhadap produk-produk aspal bermerek terkenal.
Fenomena ini mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan secara lebih
sistematis tentang perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk-produk aspal
tersebut. Secara lebih spesifik panelitian ini akan menganalisis faktor-faktor di
belakang perilaku konsumen tersebut dan karakteristik psikografis konsumen yang
mendukung konsumsi produk-produk aspal bermerek terkenal.
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian maka disusunlah skripsi ini yang berjudul “ Sikap dan
Pemaknaan Konsumen Terhadap Produk Aspal (asli tapi palsu) Bermerek
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek
terkenal ditinjau dari tingkat consumer innovativeness ?
2. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek
terkenal ditinjau dari tingkat CSII (consumer suscepbility to interpersonal
influence) ?
3. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek
terkenal ditinjau dari tingkat locus of control ?
4. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek
terkenal ditinjau dari tingkat advertising skepticism ?
5. Bagaimana konsumen memaknai konsumsinya akan produk-produk aspal ?
6. Apakah sikap mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk aspal ?
C. Batasan Masalah
Yang dimaksud dengan barang aspal (asli tapi palsu) adalah barang yang
menggunakan merek yang sama namun bukan diproduksi oleh perusahaan pemilik
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat consumer
innovativeness.
2. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat CSII
(consumer suscepbility to interpersonal influence).
3. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat locus of
control.
4. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat advertising
skepticism.
5. Mengetahui Bagaimana konsumen memaknai konsumsinya akan
produk-produk aspal.
6. Mengetahui pengaruh sikap terhadap minat beli konsumen pada produk aspal.
E. Manfaat Penelitian
1. Dalam diskusi tentang UU Perlindungan Hak Cipta :
a. Untuk memberikan masukan dalam berbagai aspek perilaku masyarakat
yang cenderung menyukai produk aspal.
b. Untuk memberikan masukan pada diskusi tentang UU perlindungan hak
cipta di Indonesia karena penelitian ini akan menyelidiki karakteristik atau
2. Strategi Branding perusahaan
Sebagai pertimbangan dalam strategi pembangunan merek produk terutama
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari
hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (
Kotler, 2000:469).
Merek deapat memiliki 6 level pengertian, yaitu:
1. Atribut : Merek akan mengingatkan konsumen terhadap artibut tertentu.
2. Manfaat : Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional,
terlebih lagi aspek emosional.
3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu, yang lebih identik pada
kebiasaan konsumen.
5. Kepribadian : Perlu diketahui juga bahwa merek dapat mencerminkan
kepribadian tertentu.
6. Pemakai : Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk tersebut.
Brand Equity atau ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan merek yang
berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau
atau pelanggan perusahaan (Deny, Haryanto, “Marketing Quotient community “).
Aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek dikelompokan ke dalam 5
kategori :
1. Brand Loyalty (Loyalitas merek)
Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang
memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi
yang membentuk piramida loyalitas merek. Adapun tingkatan loyalitas merek
adalah :
a. Switcher (konsumen yang berpindah-pindah)
Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang
berada pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli
pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apapun, karena karakteristik
konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka
yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk
(apapun mereknya) dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan
yang kecil dalam keputusan untuk membeli.
b. Habitual Buyer (pembelian yang berdasarkan kebiasaan)
Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli yang
puas dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe ini
memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen
lain. Sungkannya konsumen untuk berpindah ke merek lain lebih
dikarenakan sikap mereka yang pasif.
c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan
merek yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka
memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost
yang terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang
melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.
d. Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek)
Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada
tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.
Preferensi mereka dilandaskan pada suatu assosiasi, seperti simbol,
rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.
e. Committed Buyer (pembeli yang setia)
Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka
memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek
sudah menjadi suatu hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena
fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan jati diri.
Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini ditunjukan
dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut
2. Brand Awareness (Kesadaran Nama)
Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali
atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori
produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum
(continuum ranging) dari perasaan yang tak pasti bahwa merek tertentu telah
dikenal dan menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakaan
satu-satunya dalam kelas produk yang berada pada kategorinya. Jangkauan
kontinum ini diwakili oleh 4 tingkat kesadaran merek, yaitu :
a. Top of Mind (puncak pikiran).
Yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara
spontan dan menempati tempat khusus/istimewa dibenak konsumen.
b. Brand recall (pengingatan kembali merek).
BMencerminkan merek–merek apa saja yang diingat konsumen setelah
menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek-merekyang
disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang
menempati brand recall dalam benak konsumen.
c. Brand Recognition (pengenalan merek).
Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan
pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek,
daftar gambar, atau cap merek. Dan merek yang masuk dalam ingatan
d. Unware of Brand (tidak menyadari merek)
Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida brand
awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu
merek.
3. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan
maksud yang diharapkan konsumen. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan
dari suatu produk atau jasa tersebut dapat menentukan nilai dari produk atau
jasa tersebut dan berpengaruh langsung pada:
a. Karakteristik produk.
b. Kinerja merek.
c. Fitur (bagian tambahan/elemen sekunder pada produk)
d. Kesesuaian dengan spesifikasi.
e. Keandalan.
f. Ketahanan.
g. Pelayanan.
h. Hasil akhir (fit and finish).
Secara umum perceived quality dapat menghasilkan beberapa nilai –nilai,
yaitu:
a. Alasan konsumen untuk membeli.
c. Harga optimum.
d. Kepentingan berbagai saluran distribusi.
e. Perluasan merek.
4. Brand Association (Assosiasi - assosiasi merek)
Brand association merupakan segala kesan yang muncul dan terkait
dengan ingatan konsumen mengenai suatu merek. Brand association
mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk, geografis,
harga, pesaing, selebriti dan lain-lainnya. Suatu merek yang telah mapan sudah
pasti akan memiliki posisi yang lebih menonjol daripada pesaing, bila
didukung oleh assosiasi yang kuat. Berbagai brand association yang saling
berhubungan akan membentuk suatu rangkaian yang disebut brand image,
semakin banyak assosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat brand
image yang dimiliki merek tersebut. Citra merek yang baik sangatlah penting
dimata konsumen, karena dapat menjadi value added dalam pengambilan
keputusan pemilihan merek. Fungsi brand association dalam pembentukan
brand equity adalah sebagai berikut :
a. Membantu penyusunan informasi merek.
b. Membedakan merek tersebut dengan merek lainnya.
c. Sebagai alasan konsumen untuk membeli.
5. Other Propietary Brand Assets (Royalty, Lisensi, Paten, dan sejenisnya)
Merupakan semua hal yang mendukung akan kekuatan suatu merek seperti
royalty, lisensi, paten dan lain-lain.
Citra merek produk dapat menggambarkan diri penggunanya. Seperti
produk sepatu yang bermerek NIKE yang meberikan citra kepada pemakainya
yaitu seorang yang sporty, keren, dan gaya. Seseorang akan merasa lebih
percaya diri apabila produk yang dipakai dapat menggambarkan pribadi
dirinya sendiri. Hal itu akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi
penggunanya.
B. Perilaku Konsumen
Dalam bukunya Husein Umar, 2003:11, John C. Mowen dan Michael Minor
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian dan
proses pertukaran yang mengakibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan
barang atau jasa, serta ide-ide. David L. Lauden dan Albert J. Della Bita
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktivitas individu secara fisik, yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan barang dan jasa.
Dari definisi diatas dapat disimpulakan bahwa perilaku konsumen merupakan
tindakan nyata individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi oleh aspek
internal dan eksternal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan
Perilaku terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Perilaku yang tampak
Variabel-variabel yang termasuk dalam perilaku ini adalah jumlah pembelian,
waktu, karena siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan
pembelian.
2. Perilaku yang tidak tampak
Variabel-variabelnya antara lain adalah persepsi, ingatan, terhadap informasi
dan kepemilikan konsumen. Perilaku konsumen berkenaan dengan niat dan
tindakan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan, niat membeli
merupakan indikator bagi tindakan membeli dimasa yang akan datang.
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi prilaku konsumen (Kotler, jilid
1,1988) yaitu:
a. Faktor-faktor kebudayaan :
1) Sub-budaya merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk
prilaku anggotanya. Kita dapat membedakan empat macam
sub-budaya. Kelompok-kelompok kebangsaan, seperti irlandi, polandia,
yang dijumpai dalam kelompok-kelompok besar dan menunjukan cita
rasa dan kecenderungan suku bangsa yang berbeda.
Kelompok-kelompok keagamaan seperti katolik, jahudi, hindu, islam, budha,
protestan menampilkan sub-budaya dengan preferensi budaya dan
larangan-larangan yang khas. Kelompok-kelompok ras seperti orang
Wilayah-wilayah geografis seperti California, Deep South, New
England merupakan sub-budaya yang berbeda dengan cirri-ciri gaya
hidupnya.
2) Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah
urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki
nilai,minat dan tingkah laku yang sama. Kelas sosial menunjukan
perbedaan pilihan produk dan merek dalam suatu bidang tertentu.
Beberapa pemasar memusatkan usahanya pada sebuah kelas sosial.
b. Faktor-faktor sosial :
1) Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan prilaku seseorang.
Pentingnya pengaruh kelompok referensi bervariasi diantara produk
dan merek pengaruh kelompok akan semakin besar pada produk yang
akan nampak pada orang-orang yang terhormat dalam satu kelompok
referensinya.
2) Keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap prilaku
pembeli. Kita dapat membedakan dua macam keluarga dalam
kehidupan konsumen. Pertama, keluarga sebagai sumber orientasiyang
terdiri dari orang tua. Dari orang tualah seorang memperoleh suatu
orientasi terhadap agama, politik, ambisi pribadi, harga diri, dan cinta
konsumen. Kedua,keluarga sebagai sumber keturunan adalah pasangan
suami istri beserta anak-anak. Keterlibatan suami istri berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan dan jenis produk yang akan dibeli.
c. Faktor pribadi :
1) Usia dan tahap daur hidup sangat mempengaruhi sikap konsumen.
Orang akan membeli suatu barang atau jasa yang berbeda dalam setiap
usianya dan perubahan yang terjadi pada minat konsumen sesuai
dengan daur hidupnya. Contoh: pada waktu bayi konsumen
mengkonsumsi makanan bayi dan memerlukan makanan paling banyak
waktu meningkat besar dan menjadi dewasa, dan memerlukan diet
khusus pada waktu menginjak usia lanjut. Selera pun akan berubah
sesuai dengan usia dan daur hidupnya.
2) Pekerjaan mempengaruhi pola pembelian konsumen. Kelompok yang
memiliki pekerjaan dan jabatan memiliki kecenderungan minat diatas
rata-rata dalam produk dan merek.
3) Keadaan ekonomi seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pilihan
produk. Keadaan ekonomik seseorang terdiri dari pendapatan yang
dapat dibelanjakan (tingkatnya, kestabilan, dan pola waktu), tabungan
dan milik kekayaan (termasuk persentase yang mudah diuangkan)
kemampuan meminjam, dan sikap terhadap pengeluaran lawan
menabung. Keadaan ini mempengaruhi prilaku kosumen terhadap
memiliki aspirasi ada juga yang merasa bisa mendapatkan barang yang
sama dengan harga yang murah.
4) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan
sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan , minat, dan pendapat yang
bersangkutan. Gaya hidup melukiskan “keseluruhan pribadi” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup mencerminkan sesuatu
yang lebih dari kelas sosial di satu pihak dan kepribadian dipihak lain
karena kelas sosial seseorang dapat menyimpulkan segala sesuatu
tentang kemungkinan prilaku konsumen. Setiap kelompok kelas sosial
memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap minat dan selera dalam
pilihan produk dan merek.
Faktor pribadi sangat mempengaruhi keputusan seorang pembeli.
Pribadi setiap orang tidak sama begitu juga dengan pandangan dari
masing-masing pribadi yang dapat berubah karena banyak hal yang dapat merubah
pandangan konsumen terhadap pilihan produk dan merek. Seperti di
Yogyakarta kehidupan masyarakatnya kebanyakan adalah pendatang dari
luar daerah salah satunya sebagai mahasiwa. Mahasiswa yang datang dari
berbagai daerah dengan bermacam gaya hidup dan pribadi yang kemudian
berinteraksi dengan lingkungannya dapat mempengaruhi pandangannya
terhadap berbagai hal termasuk dalam pilihan produk dan merek. Biasanya
pilihan terhadap produk bermerek terrefleksikan pada pilihan terhadap gaya
d. Faktor psikologis :
1) Motivasi adalah dorongan yang kuat untuk mengarahkan seseorang
agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhannya. Ada beberapa
teori motivasi diantaranya yaitu:
Teori motivasi Freud: freud beranggapan bahawa kekuatan psikologis
yang sebenarnya membentuk prilaku pembeli sebagian besar berasal
dari alam bawah sadar.
Teori motivasi Maslow: Abraham maslow mengelompokan kebutuhan
dalam beberapa jenjang kebutuhan yaitu:
a) Kebutuhan fsiologis.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan secara fsiologis contohnya: rasa
lapar dan haus.
b) Kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan akan rasa aman timbul karena ada pengaruh yang
membuat seeorang merasa tidak aman maka dibutuhkan keamanan
dan perlindungan.
c) Kebutuhan sosial.
Yang termasuk dalam kebutuhan social adalah kebutuhan perasaan
menjadi anggota lingkungan, perasaan cinta, dan perasaan akan rasa
d) Kebutuhan harga diri.
Kebutuhan harga diri timbul karena pengaruh lingkungan sosial.
Seseorang merasa ingin diakui harga dirinya, statusnya. Keadaan ini
membuat seseorang akan merasa gengsi karena tidak ingin terlihat
rendah dimata orang lain. Dalam pemenuhan kebutuhan ini
seseorang terkadang menggunakan produk dengan merek yag
mencerminkan statusnya. Maka konsumen biasanya lebih selektif
dalam pemilihan produk dan merek.
e) Kebutuhan pernyataan diri
Contoh dari kebutuhan pernyataan diri adalah kebutuhan akan
pengembangan dan perwujudan diri.
Jenjang-jenjang kebutuhan tersebut menggambarkan bahwa
manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang didapat secara
alami ataupun karena ada proses pembelajaran.
2) Personality adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang,
yang menyebabkan terjadinya jawaban secara relatif tetap dan bertahan
lama terhadap lingkungannya. Kepribadian seseorang biasanya
digambarkan dalam istilah: gampang mempengaruhi, percaya diri,
menghargai orang lain, sifat sosial, membela diri dan daya
menyesuaikan. Kepribadian dapat diklasifikasikan dan dianalisis kuat
lemahnya korelasi antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan
konsep kepribadian ini yaitu konsep diri (citra diri). Kita semua
memiliki gambaran mental yang rumit tentang diri kita sendiri. Sebagai
contoh seorang konsumen yang melihat dirinya berprestasi tinggi dan
pantas mencapai kemampuan terbaik. Berdasarkan hal itu maka
konsumen tersebut akan menyukai produk yang memproyeksikan
kualitas yang sama.
C. Karakteristik Psikografis
Beberapa karakteristik psikografis yang bisa menggambarkan perbedaan sikap
dan prilaku terhadap produk aspal adalah :
1. Consumer innovativeness
Orang-orang marketing harus mempelajari tentang konsumen yang terbuka dan
mau mencoba produk dengan berbagai inovasi terbaru. Hal itu merupakan
usaha agar produknya dapat diterima masyarakat. Ada beberapa faktor yang
membedakan consumer innovators dan consumer non- innovators yaitu :
a. Inovasi dari konsumen, bahwa setiap konsumen yang memiliki kesadaran
yang tinggi akan pentingnya inovasi maka konsumen cenderung lebih
mudah menerima produk dengan inovasi terbaru.
b. Pandangan agama, ada agama yang memiliki pandangan bahwa agar
umatnya lebih menutup auratnya ini berarti ada batasan untuk umatnya
c. Karakter sosial, mempengaruhi sikap individu konsumen. Konsumen
menyesuaikan diri dengan karakter sosial dilingkungan tempat tinggalnya.
d. Pencarian variasi produk, konsumen akan mencoba-coba berbagai produk
baru sampai ia menemukan produk yang cocok untuk dirinya.
Ukuran karakteristik personal memberikan batasan tentang keinginan
konsumen untuk berinovasi. Ada 6 hal untuk mengetahui ukuran tingkat
inovasi konsumen yaitu :
(dalam hal ini contoh yang digunakan adalah pembelian produk sepatu
bermerek Xterbaru.)
1) Secara umum merupakan orang terakhir yang membeli sepatu bermerek
Xterbaru.
2) Jika saya mendengar sepatu bermerek X sudah tersedia ditoko saya
akan tertarik untuk membeli sepatu bermerek X.
3) Dibandingkan dengan yang orang lain saya memiliki lebih sedikit
sepatu bermerek Xdengan model yang berbeda.
4) Merupakan orang terhir yang mengetahui berita mengenai sepatu
bermerek Xterbaru.
5) Suka membeli sepatu yang sedang trend meskipun belum mengetahui
kenyamanan yang diberikan oleh sepatu tersebut.
6) Lebih tahu mengenai produk sepatu bermerek X dibandingkan yang
Konsumen yang memiliki kesadaran akan inovasi suatu produk maka
cenderung lebih mudah menerima produk terbaru. Seperti barang aspal
bermerek terkenal yang selalu saja memiliki model terbaru yang terlihat
sama dengan model terbaru dari produk bermerek terkenal yang asli dan
selalu saja diminati oleh konsumen. Hal ini menunjukan bahwa barang
aspal bermerek terkenal juga memiliki inovasi produk mengikuti model
yang sedang trend. keadaan ini dapat menarik minat konsumen yang suka
terhadap produk dengan inovasi terbaru. Contohnya yaitu ketika ada model
terbaru yang sedang trend dari pruduk aspal bermerek terkenal banyak
orang yang akan menggunakan barang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :
H1 : Semakin tinggi tingkat inovasi konsumen maka semakin positif sikap
konsumen terhadap produk aspal bermerek terkenal.
2. Consumer suscepbility to interpersonal influence
CSII ( Consumer suscepbility to interpersonal influence ) diartikan
pentingnya identifikasi atau tingginya suatu image yang dinilai oleh satu
pendapat dan pendapat yang lain. Contoh bahwa hasil studi saat ini telah
menunjukan orang yang cenderung CSII biasanya adalah orang yang ingin
terlihat memiliki status yang lebih tinggi dan dapat diterima oleh masyarakat
dilingkungannya. Dengan CSII ini pemasar bisa menciptakan komunikasi yang
sikap, pencapaian tingkahlaku dan sebagai cirri sosial yang memiliki
kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui proses
informasi. Contohnya adalah pemasar bisa menciptakan komunikasi menarik
melalui selogan iklan produknya. Sehingga selogan itu dapat mempengaruhi
sikap konsumen.
Ada beberapa ciri yang menjadi ukuran CSII :
a. Suka berkonsultasi dengan orang lain mengenai produk berkelas.
b. Suka membeli produk yang digunakan orang yang disukai.
c. Penting jika orang lain Suka dengan produk yang biasa saya beli.
d. Jika ingin memilih produk baru biasanya suka mencari informasi dan
memilih produk yang lebih banyak pembeli dan pemakainya.
e. Saya sering merasa sama dengan seseorang setelah saya membeli barang
yang sama dengannya.
f. Jika saya belum mengetahui tentang produk yang ingin saya beli saya
sering bertanya kepada orang lain tentang produk tersebut.
g. Lebih suka membeli produk yang mereknya telah diakui.
h. Selalu ingin menggunakan produk yang bisa membuat orang lain terkesan.
Orang yang cenderung CSII biasanya ingin terlihat memiliki status yang
lebih tinggi dan diakui oleh masyarakat. Hal tersebut mungkin bisa dilihat
dari cara berpakaian dan produk yang digunakan. Misalnya jika orang
menggunakan barang bermerek terkenal maka akan terlihat lebih berkelas.
hampir tidak dapat dibedakan dengan barang bermerek terkenal yang asli
maka orang yang menggunakannya terlihat seperti menggunakan barang
bermerek terkenal yang asli.
Berdasarkan uraian diatas penulis mengajukan hipotesis :
H2 : Semakin tinggi tingkat CSII maka semakin positif sikap konsumen
terhadap produk aspal bermerek terkenal.
3. Locus of control
Pada umumnya locus of control menunjuk pada kepercayaan apakah
seseorang mampu atau tidak membuat ramalan pengeluarannya sendiri, karena
orang-orang percaya bahwa mereka tidak mampu untuk mengontrol
pengeluaran hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan dan orang lain. Sebagai
contoh adalah bahwa keberuntungan atau pengaruh dari masing-masing
individu berhubungan dengan tingkat kepercayaan lingkungan dan tingkah
laku, studi terdahulu menemukan faktor internal lebih bertanggung jawab
terhadap tingkahlaku lingkungan dibandingkan dengan faktor eksternal. Studi
ini mengharapkan faktor internal bisa mendukung adanya kerjasama yang bisa
membantu usaha pemasaran. Faktor internal lebih mendukung merek
dibandingkan faktor eksternal karena mereka percaya dengan pembelanjaan
produk bermerek maka mereka mendukung keadaan sosial masyarakat
sehingga bisa meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Faktor internal
lingkungan dan membuat ramalan pengeluaran yang dipengaruhi oleh suatu
merek produk.
Tidak semua orang bisa meramalkan dan merencanakan pengeluarannya
sendiri. Bagi orang-orang yang selalu ingin merencanakan pengeluarannya
biasanya lebih terkontrol dalam berbelanja. Hal ini membuat seseorang dapat
mengurangi pembeliannya. Keadaan ini juga dapat mempengaruhi sikap
konsumen terhadap barang aspal bermerek terkenal karena jika segala
sesuatunya telah dianggarkan dan direncanakan maka akan kecil
kemungkinannya untuk memikirkan produk lain selain yang telah
direncanakan dan dianggarkan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :
H3 : Semakin rendah locus of control maka akan semakin positif sikap
konsumen terhadap produk aspal bermerek terkenal.
4. Advertising skepticism
Secara umum sikap skeptis terhadap iklan menggambarkan kecenderungan
konsumen untuk meragukan kebenaran dari pesan yang terdapat diiklan karena
terdapat motif pemasar didalam pesan iklan tersebut. Obermiller, Spangeberg
dan Maclachlan (2005) menyatakan bahwa konsumen yang skeptis terhadap
iklan cenderung berfikir untuk tetap tidak terpengaruh dengan bahasa iklan dan
menunjukan kurangnya hubungan antara iklan dan tujuan pembelian.
ketidak percayaan konsumen terhadap iklan membawa sikap skeptis terhadap
kegiatan pemasaran menunjukan bahwa konsumen tidak lagi percaya jika
perusahaan menggunakan tujuan beramal dalam iklan produknya (Bhorn and
Vrioni, 2001).
Orang yang memiliki sikap skeptis tehadap iklan cenderung kurang
mempercayai iklan. Semakin sering ada iklan tentang produk bermerek
terkenal biasanya orang tersebut akan kurang suka terhadap produknya. Hal ini
dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek
terkenal. Contohnya jika ada iklan produk tas ransel asli bermerek REEBOK
yang terlalu sering tayang maka orang yang skeptis terhadap iklan akan
kurang menyukai produk tersebut. Sikap tersebut juga berlaku terhadap tas
ransel yang bermerek sama meskipun itu hanya barang aspal.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :
H4 : Semakin tinggi sikap skeptis maka akan semakin negatif sikap
D. Pengertian produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2000; 451). Produk-produk yang
dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, tempat, property,
dan gagasan.
1. Level produk:
a. Manfaat inti yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh
pelanggan, pemasar harusmemendang dirinya sebagai pemberi manfaat.
b. Produk dasar, pada level ini pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi
produk dasar (basic product)
c. Produk yang diharapkan, yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang
biasanya diharapkan oleh para pembeli ketika mereka membeli produk itu.
d. Produk yang ditingkatkan, dengan mengetahui kainginan para pelanggan
maka pemasar dapat meningkatkan produknya melampaui harapan
pelanggan.
Suatu produk harus dapat memberikan manfaat kepada konsumen. Berbagai
jenis kebutuhan hendaknya dipenuhi oleh produk itu sendiri. Baik kebutuhan
fsiologis ataupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti fenomena yang terjadi
saat ini banyaknya barang-barang aspal dari merek terkenal diperdagangkan.
Barang aspal tersebut memiliki harga lebih murah dari barang aslinya dan
bentuknya juga tidak jauh berbeda dengan barang asli dari merek terkenal
yang benar-benar asli. Hal tersebut tentu memberi keuntungan bagi konsumen,
konsumen bisa membeli barang kesenangannya dengan harga yang lebih murah
dan mendapatkan manfaat yang sama dengan barang yang asli bermerek
terkenal. Seperti halnya dengan produk utilitarian yang dapat memberikan
kesenangan, nilai, dan manfaat subyektif kepada orang yang mengkonsumsinya
dengan harga yang lebih rendah (Samuelson, 1999:102 ).
2. Klasifikasi produk:
a. Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut daya tahan
dan wujudnya:
1) Barang yang tidak tahan lama yaitu barang yang berwujud yang
biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.
2) Barang tahan lama adalah barang yang berwujud yang biasanya
digunakan berkali-kali. Produk tahan lama biasanya memerlukan
penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, marjin yang lebih tinggi,
dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.
3) Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis.
Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu,
kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian.
b. Klasifikasi barang kosumen:
1) Barang convenience adalah barang yang biasanya sering dibeli
konsumen, segera, dan dengan usaha yang minimum. Barang
convenience dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a) Barang kebutuhan sehari-hari (staples) adalah barang yang dibeli
konsumen secara teratur.
b) Barang dadakan (impulse), barang ini dibeli berdasarkan keinginan
seketika, tanpa perencanaan atau usaha pencarian.
c) Barang darurat (emergency), barang ini dibeli saat kebutuhan yang
mendesak yang memeng benar-benar dibutuhkan saat itu juga.
2) Barang shopping adalah barang yang karakteristiknya dibandingkan
berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses
pemilihan dan pembelian. Barang shooping dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
a) Barang shopping homogen, barang ini dianggap oleh pembeli
memiliki mutu yang serupa tetapi mempunyai barang yang cukup
berbeda sehingga dapat dijadikan alasan perbandingan dalam
berbelanja.
b) Barang shopping heterogen, barang ini berbeda dalam hal
keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting daripada
3) Barang unsought adalah barang yang tidak diketahui oleh konsumen atau
diketahui namun secara normal konsumen tidak berfikir untuk
memebelinya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengajukan hipotesis :
H5 : Konsumen memaknai konsumsinya akan produk aspal bahwa produk
aspal lebih murah dan dapat memberikan manfaat yang sama dengan
produk asli.
E. Sikap Konsumen
Untuk bisa menganalisis kebutuhan dan keinginan konsumen, maka
perusahaan perlu memahami sikap dan perilaku konsumennya. Sikap dan Perilaku
konsumen tidak hanya melibatkan aktifitas fisik saja yang mudah dilihat, tetapi
juga melibatkan proses pengambilan keputusan yang sulit diamati.
1. Sikap Konsumen
pengertian sikap konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2004) adalah suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk menunjukan sikap dalam keadaan yang
menyenangkan maupun tidak menyenangkan dengan memberikan tanggapan
pada suatu objek. Sikap dapat disebabkan oleh:
a. Pengalaman pribadi (Personal Experience)
Pengalaman langsung konsumen dengan suatu produk dapat membantu
b. Kelompok
Sikap seseorang selalu dipengaruhi oleh anggota lain dalam kelompoknya.
Sikap terhadap objek dipengaruhi oleh kelompok keluarga, kelompok kerja
dan budaya.
c. Pengaruh orang lain
Sikap dapat dibentuk dan diubah melalui hubungan dengan orang lain yang
berpengaruh terhadapnya, misalnya teman dan opinion leader.
F. Pengertian Minat Beli
Minat beli konsumen diartikan sebagai sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang diinginkan (Winkel, 1991: 533). Sedangkan
Darmadi Durianto (2003:109) mendefinisikan minat beli sebagai pernyataan
mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan
merek tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat, dikelompokan menjadi 2 golongan (W.S.
Winkel, 1991:27) :
1. Minat secara intrinsik
Minat yang berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak timbul dari dalam
diri individu sendiri tanpa adapengaruh dari luar.
2. Minat secara ekstrinsik
Minat yang berdasarkan dorongan atau pengaruh dari luar individu, misalnya:
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :
H6 : Sikap berpengaruh positif terhadap minat beli produk aspal
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian yang dipakai penulis berupa studi kasus. Studi
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu yang
populasinya terbatas, sehingga kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada objek
yang diteliti.
B. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus I Universitas Sanata Dharma Mrican
Yogyakarta pada bulan Januari tahun 2009
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu orang yang menjadi responden yang akan ditanyai
untuk memperoleh informasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menggunakan produk aspal
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh penulis. Objek dari
penelitian ini adalah sikap dan perilaku konsumen terhadap produk-produk
aspal bermerek terkenal.
D. Jenis Data
Data primer yaitu data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner dan
wawancacra dengan responden mengenai sikap dan persepsi konsumen terhadap
produk-produk aspal bermerek terkenal.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut
1. Kuesioner
Yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada
responden. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Kuesioner I berisi tentang pertanyaan mengenai data pribadi responden
(Nama, Jenis Kelamin, Umur, Fakultas, Penghasilan).
b. Kuesioner II berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat
menunjukan karakteristik psikografis konsumen, sikap dan perilakunya
terhadap produk-produk aspal bermerek terkenal.
2. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan secara langsung
menggambarkan pemaknaan konsumen terhadap produk-produk aspal
bermerek terkenal.
E. Variabel Penelitian
1. Operasionalisasi variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek
penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
diteliti sesuai dengan perumusan masalah. Variabel-variabel yang akan diteliti
adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah consumer innovativeness, CSII
(consumer suscepbility to interpersonal influenc), Locus of control,
Advertising skepticism, dansikap konsumen terhadap merek produk (sikap
juga sebagai variabel terikat saat melakukan uji beda terhadap sikap
berdasarkan karakteristik-karakteristik psikografis).
1) Karakteristik psikografis responden yang akan diuji signifikansi
perbedaannya dari segi sikap terhadap produk aspal bermerk terkenal.
Karakteristik psikografis tersebut adalah:
a) Consumer innovativeness
6 hal untuk mengetahui tingkat inovasi konsumen (dalam hal ini
contoh yang digunakan adalah pembelian produk sepatu bermerek
1. Secara umum merupakan orang terahir yang membeli sepatu
bermerek Xterbaru.
2. Jika saya mendengar sepatu bermerek X sudah tersedia ditoko
saya akan tertarik untuk membeli sepatu bermerek X.
3. Dibandingkan dengan yang lain biasanya orang tersebut
memiliki lebih sedikit sepatu bermerek X dengan model yang
berbeda.
4. Merupakan orang terakhir yang mengetahui berita mengenai
sepatu bermerek X terbaru.
5. Suka membeli sepatu yang sedang trend meskipun belum
mengetahui kenyamanan yang diberikan oleh sepatu tersebut.
6. Lebih tahu mengenai produk sepatu bermerek X dibandingkan
yang lain.
b) CSII (consumer suscepbility to interpersonal influence)
Ada beberapa ciri yang menjadi ukuran CSII :
1. Suka berdialog dengan orang lain mengenai produk berkelas.
2. Suka membeli produk yang digunakan orang yang disukai.
3. Penting jika orang lain Suka dengan produk yang biasa saya beli.
4. Jika ingin memilih produk baru biasanya suka mencari informasi
dan memilih produk yang lebih banyak pemakainya.
5. Saya sering merasa sama dengan seseorang setelah saya membeli
6. Jika saya belum mengetahui tentang produk yang ingin saya beli
saya sering bertanya kepada orang lain tentang produk tersebut.
7. Lebih suka membeli produk yang mereknya telah diakui
masyarakat.
8. Selalu ingin menggunakan produk yang bisa membuat orang lain
terkesan.
c) Locus of control
Ada beberapa ciri untuk mengetahui tingkat locus of control :
1. Suka membuat rencana pengeluaran pembelanjaan
barang-barang yang digunakan.
2. Suka berbelanja produk bermerek terkenal apabila bisa memberi
manfaat kepada orang lain.
3. Suka mengontrol pembelanjaan agar sesuai dengan rencana
pengeluaran yang telah dibuat.
d) Advertising skepticism
Beberapa ciri untuk mengetahui tingkat advertising skepticism :
1. Tidak suka melihat iklan produk yang terlalu banyak atau
terlalu sering muncul diTV.
2. Kurang mempercayai bahasa iklan.
4. Lebih suka menggunakan produk yang tidak terlalu banyak
iklannya.
2) Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu persepsi dan pemaknaan
konsumen terhadap barang aspal (asli tapi palsu). Sikap yaitu seperti
perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu produk merupakan salah
satu bentuk dari sikap konsumen. Rasa suka dapat dilihat dari beberapa
tindakan konsumen seperti :
a) Suka dan sering membicarakan tentang produk bermerek.
b) Senang melihat iklan produk bermerek.
c) Selalu tahu berita terbaru tentang suatu produk bermerek tertentu.
d) Selalu menggunakan produk bermerek tertentu.
e) Suka mencari tahu tentang produk terbaru dari merek tertentu
b. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli terhadap
produk-produk aspal bermerek terkenal. Minat beli terhadap produk-produk aspal
bermerek terkenal dapat dilihat dari :
1) Pernah membeli produk aspal.
2) Pernah menggunakan produk aspal.
3) Merekomendasikan secara positif produk aspal kepada keluarga dan
teman.
F. Skala yang digunakan
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Skala Likert
digunakan untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuesioner
yang mempunyai tingkatan dari yang sangat positif sampai dengan yang sangat
negatif.
Pemberian bobot atau skor digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif sebagai
berikut:
- Skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS)
- Skor 2 untuk tidak setuju (TS)
- Skor 3 untuk netral (N)
- Skor 4 untuk setuju (S)
- Skor 5 untuk sangat setuju (SS)
G. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa
Sanata Dharma yang menggunakan barang-barang aspal bermerek terkenal.
Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebagian mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang menggunakan barang aspal bermerek
terkenal. Dalam penelitian ini digunakan 100 orang responden sebagai sampel
yang dipilih untuk meneliti sikap dan perilaku konsumen terhadap
barang-barang aspal bermerek terkenal. untuk analisis kualitatif yang didasarkan data
hasil wawancara, akan dipilih 10 orang dari sampel di atas yang bersedia
memberikan data secara mendalam.
3. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan metode purposive convenience sampling.
Purposive convenience sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
dipilih berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan
dan maksud penelitian. Responden yang dipilih adalah orang yang
menggunakan produk aspal (asli tapi palsu) bermerek terkenal.
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai suatu derajat
ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya dari apa yang
diukur, rumus yang dapat digunakan untuk mengukur validitas suatu
r
xy = ] Y) ( -Y ][N X) ( -X [N Y) X)( ( -XY N 2 2 22 ∑ ∑ ∑
∑
∑ ∑ ∑
Keterangan :
r
xy = Korelasi moment tengkarY = Nilai total item
X = Nilai item
N = Banyak item
Apabila nilai r hitung yang diperolah dari hasil perhitungan lebih besar dari
r tabel, maka berarti ada korelasi yang nyata antara kedua variasi tersebut
dan dapat dikatakan alat pengukur yang digunakan valid. Tetapi apabila
nilai r hitung yang diperoleh lebih kecil dari r tabel maka alat pengukur
yang digunakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang
ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2005:57). Reliabilitas
menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila
datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun
%
100
x
N
nx
P
=
Dalam menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s
Alpha. Rumus Cronbach’s Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk
uraian.
Rumus Cronbach’s Alpha:
r11 = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −1 (k k ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ −
∑
t bσ
σ 2 2 1 Keterangan:r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
b 2σ = jumlah varian butir
t 2
σ = varian total
Instrumen dikatakan reliabel bila r hitung≥ r tabel dan akan menjadi tidak reliabel
jika r hitung < r tabel. Jika hasil pengujian memperlihatkan bahwa instrumen
tersebut dapat dipercaya/reliabel dan valid, maka kuesioner sahih untuk
digunakan.
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis persentase
Analisis ini untuk menganalisis secara deskriptif profil responden yang
meliputi umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Keterangan:
P = Jumlah persentase
nx = Jumlah yang akan dianalisis
N = Jumlah total
2. One Way Anova Untuk hipotesis 1-4
Pada teknik ini, penulis membandingkan sikap konsumen terhadap produk
aspal bermerek terkenal ditinjau dari tingkat CSII, CI, Locus of control,
Advertising scepticism dimana tingkatan nya dibagi menjadi tiga yaitu 1 berarti
kelompok rendah, 2 berarti kelompok menengah dan 3 berarti kelompok tinggi.
Analisis varian digunakan untuk varian dua/tiga kelompok yang bersifat
homogen. Oleh karena itu perlu pengujian homogenitas varian terlebih dahulu
dengan uji F.
terkecil varian
terbesar varian
F=
Setelah diketahui harga F nya, penulis membandingkan harga F dengan
pembilang dan penyebut. Untuk F tabel 5%, jika F hitung lebih kecil dari F
tabel maka varian data yang akan dianalisis bersifat homogen. Selanjutnya
untuk dapat melakukan perhitungan anova, maka kualitas tiap X
dikuadratkan, dan selanjutnya dijumlahkan, baik ke kanan, maupun kebawah.
N G n T Σ SS 2 2
b = −
Keterangan :
T : total X masing – masing kelompok G : total X keseluruhan
n : jumlah sampel masing – masing kelompok N : jumlah sampel keseluruhan
Untuk menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok digunakan rumus
sebagai berikut :
mk w SS
SS = Keterangan
SSmk adalah jumlah kuadrat simpangan masing – masing kelompok.
Selanjutnya untuk menghitung jumlah kuadrat total dapat digunakan
Rumus: N G ΣX SS 2 2
t = −
Untuk per hitungan F dengan derajat kebebasan 5 %:
N G ΣX SS 2 2
t = −
N G n T Σ SS 2 2
b = −
b t
w SS SS
SS = −
b b
b SS :dkSS
MSw =SSw:dkSSw F = MSb :MSw
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : menyatakan tidak ada perbedaan diantara rata – rata beberapa
populasi yang telah di tentukan.
Ho =μ1 =μ2 =μ3
Ha : menyatakan adanya perbedaan di antara rata- rata beberapa
populasi yang telah ditentukan, jadi Ho tidak terbukti.
Ha ≠μ1 ≠μ2 ≠μ3
b. Menentukan daerah diterima Ho dan Ha
1) numerator (pembilang) = (k-1)
2) denominator (penyebut) k(n-1)
Keterangan :
k merupakan jumlah kolom dan untuk n adalah elemen tiap kolom.
c. Menentukan nilai statistik uji
Nilai statistik uji atau Fratio dengan perhitungan sebagai berikut
Fhitung = Variance between sample
Variance within sample
d. Melakukan pembandingan berdasarkan Fratio dan probabilitas
a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2) Berdasarkan probabilitas dengan daerah penerimaan H0 dan Ha yang
sama.
a) Apabila p > 0,5, maka H0 diterima dan Ha ditolak
b) Apabila p < 0,5, maka H0 ditolak dan Ha diterima
e. Kesimpulan
Jika H0 diterima berarti menerima hipotesis yang menyatakan bahwa
rata-rata populasi baik kelompok 1,2 dan 3 tidak terdapat perbedaan nyata
dalam proses penilaiannya. Dan sebaliknya jika Ha diterima maka hipotesis
yang menyatakan bahwa rata-rata populasi tersebut terdapat perbedaan
nyata dalam proses penilaiannya.
3. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab hipotesis 5
Analisis kualitatif atas data kualitatif didapat melalui wawancara.
( )
(
)
(
)(
)
(
)
∑
∑
∑
∑
∑
∑
−
−
=
2 2 2X
X
n
XY
X
X
Y
a
(
)( )
(
)
∑
∑
∑
∑
∑
−
−
=
2 2X
X
n
Y
X
XY
n
b
berkenaan dengan motivasi responden dalam mengkonsumsi produk aspal
bermerek terkenal.
4. Analisis Regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis 6
Rumus dari analisis regresi linier sederhana adalah:
Y = a + bX
Dimana:
a = Konstanta
b = Kemiringan garis regresi
Y = Variabel dependen ( perilaku konsumen )
X = Variabel Independen ( sikap konsumen )
Harga a dihitung dengan rumus:
Harga b dihitung dengan rumus:
Keterangan:
a = Nilai konstanta
b = Koefisien regresi variabel sikap konsumen
X = Variabel sikap konsumen
Untuk mengetahui adanya signifikansi variabel sikap konsumen terhadap minat beli konsumen, digunakan uji t (test) dengan rumus sebagai berikut (Algifari,2000: 19)
Dimana:
t = nilai t hitung yang dicari
b = koefisien regresi
Sb = simpangan baku
Untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b) digunakan taraf nyata 5%
dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho adalah hipotesis yang menyatakan bahwa sikap konsumen tidak
berpengaruh terhadap minat beli konsumen terhadap produk aspal bermerek
terkenal.
Ha adalah hipotesis yang menyatakan bahwa sikap konsumen berpengaruh
terhadap minat beli konsumen pada produk aspal bermerek terkenal.
49
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Fenomena Produk Aspal
Produk aspal bermerek terkenal kini telah banyak diminati oleh konsumen.
Bentuk dari produk aspal yang hampir tidak dapat dibedakan dengan produk
aslinya dan harganya yang lebih murah dari produk aslinya merupakan alasan
konsumen untuk menyukai produk aspal bermerek terkenal. Produk aspal
bermerek terkenal ini dibedakan menjadi beberapa tingkat kualitas yaitu: KW1
(kualitas 1 kualitas yang terbaik), KW2 (kualitas 2 kualitas yang lebih jelek dari
kualitas 1), KW3 (kualitas 3 kualitas yang lebih jelek dari kualitas 2) kualitas
dibawah 3 biasanya kurang disukai oleh konsumen karena kualitas dan bentuknya
yang kurang bagus. Ada tiga negara yang menjadi surganya belanja produk aspal
bermerek terkenal yaitu China, Hongkong, dan Korea. Ketiga negara tersebut biasa
dijuluki surganya belanja produk aspal bermerek terkenal.
China memiliki beberapa tempat yang menjadi pasar produk aspal bermerek
terkenal yaitu Xiang Yang Market adalah salah satu tujuan wisata terkenal di
Shanghai China. Xiang Yang Market adalah tempat di mana barang-barang palsu
namun cukup berkualitas dipasarkan. Pada Juni 2006 pasar ini ditutup atas desakan
Pemerintah Amerika Serikat kepada Pemerintah RRC menyangkut isu intetlectual
property right (IPR/HAKI). Namun para pedagang ex pasar Xiang yang tidak
Pertama ada di salah satu jalan utama di Shanghai yaitu Nanjing Road,
tepatnya di Nanjing Road no 580. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Nanjing Road
walking street. Para pedagang pindahan dari Xiang Yang Market ini terkumpul di
sebuah gedung berlantai 3 dan terorganisir dengan rapih terbagi dari took-toko
kecil yang menambah kenyamanan belanja, tidak seperti pasar terdahulu yang
berupa kios-kios dan agak sedikit "kacau". Dibandingkan dengan pasar yang
terletak di Shanghai Science and Technology Museum, harga di Nanjing Lu ini
sedikit lebih reasonable. Contohnya, tas Backpack Swiss Army seharga 100 yuan
perbuah, sementara di Nanjing Road biasa didapatkan dengan harga 85 yuan
perbuah. Yang kedua, adalah Cipu Road, dimana terdapat sebuah pasar wholesale.
Meskipun terdiri dari took toko kecil, namun lebih merupakan "pasar" daripada
"pusat perbelanjaan". Satu hal yang mengganggu kenyamanan berbelanja adalah
banyaknya "agen" yang menawarkan barang-barang dengan cara mengikuti
konsumen. Barang-barang yang dijual ditempat ini kebanyakan produk garmen
dari mulai kaos sampai jaket bulu imitasi untuk winter dengan harga murah,
contohnya kaos sport NIKE dan ADIDAS dijual dengan harga sekitar 25 yuan
perbuah. Tepat di depan pasar wholesale ini terdapat satu gedung yang khusus
menjual barang-barang khas Xiang Yang Market, yang tentunya para pedagangnya
adalah pedagang yang sama dari Xiang Yang Market juga. Disini kenyamanan
lebih dirasakan dibandingkan dengan pasar wholesale didepannya, namun
kelengkapan barang lebih sedikit dibandingkan dengan Nanjing Road ataupun
(sama dengan di Nanjing Road). Produk yang ditawarkan kurang lebih sama, yaitu
jenis tas dari tas wanita sampai koper besar, jam tangan, accessories dan juga
sepatu olah raga seperti merek Nike, Polo, Adidas, Puma dan lain-lain.
Di Hongkong kawasan pertokoan di sekitar Hotel Grand Hyatt di Kowloon
merupakan salah satu tempat penjualan produk aspal bermerek terkenal, ditempat
ini pedagang-pedagang kaki lima lah yang menjual produk aspal bermerek
terkenal, biasanya pejalan kaki mengerubungi pedagang kaki lima. Kemeja dan
kaos dengan merek dunia seperti Calvin Klein, Tommy Hilfiger, Polo, Nike, Rusty
dan bermacam lagi. Harganya tentu saja sangat miring. Ada juga penjual jam
tangan dari berbagai merek terkenal. Gerobak tempat jualannya beroda, sehingga
dengan mudah si penjual melarikan dagangannya bila ada polisi berpatroli. Jam
tangan merek Cartier keluaran terbaru buatan Hongkong halus, detilnya semua
sempurna, termasuk kotak tempat jarum jam yang bisa berputar 360 derajat,
lengkap dengan batu berwarna pada bagian putaran jarum yang menjadi ciri khas
Cartier, harga produk aslinya adalah Rp 4.000.000 namun ditempat ini jam tangan
tersebut bisa didapat dengan harga Rp 500.000.
Di Korea, Itaewon merupakan surga barang-barang merek terkenal dengan
harga miring seperti baju kaos, sepatu, tas dan jam tangan bermerek Nike, Adidas,
Reebok dan lain-lain. Penjualan produk aspal di daerah ini biasanya mengikuti
permintaan dari konsumen yang berdasarkan tingkat kualitas nya. konsumen yang
Harga produk aspal bermerek terkenal beda tingkat KW maka akan beda juga
harganya. KW1 adalah tingkat kualitas terbaik dan harganya lebih mahal
dibandingkan KW2, KW2 harganya lebih murah dari KWI namun lebih mahal dari
KW2, KW3 adalah produk aspal yang harganya lebih murah dari KW1 dan KW2
karena kualitasnya dibawah KW1 dan KW2.
B. Fenomena Produk Aspal di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang menggandrungi produk aspal
bermerek terkenal. Ada beberapa kota yang menjadi pusat perbelanjaan produk
aspal bermerek terkenal di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Malang,
dan Yogyakarta. Produk aspal bermerek tersebut didatangkan dari China,
Hongkong, dan Korea.
Di Jakarta kini bertaburan "tas-tas mewah", macam Gucci, Guess, Louis
Vuitton sampai Hermes. Semua merek tersebut dapat dijumpai, di ITC, Tanah
Abang, Melawai, harganya bisa di nego, dari delapan puluh ribu rupiah sampai
jutaan rupiah. Fenomena tas-tas mewah ini tak hanya melanda Jakarta, tapi juga
kota-kota lain macam Bandung, Malang, ataupun Medan. Di Medan, tempat untuk
belanja tas-tas produk aspal adalah Pajak Rame (Pasar di Medan). Tas-tas produk
aspal bermerek terkenal yang dijual di Indonesia KW1 Rata-rata dengan harga Rp
850.000, sedangkan biasanya tas bermerek terkenal asli seperti Gucci, Guess,
Louis Vuitton sampai Hermes harganya mencapai Rp 4.000.000 bahkan bisa lebih.
Bukan hanya tas-tas mewah tapi produk seperti jam tangan, sepatu, baju kaos,
Indonesia. Di Yogyakarta dan Bandung penjualan produk aspal bermerek terkenal
juga tersedia diotlet-outlet yang memang sengaja didirikan untuk menjual produk
aspal bermerek terkenal sehingga terkesan lebih bergengsi. Banyaknya konsu