• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap dan pemaknaan konsumen terhadap barang-barang aspal (asli tapi palsu) bermerek terkenal : studi kasus pada kampus I Universitas Sanata Dharma, Mrican Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sikap dan pemaknaan konsumen terhadap barang-barang aspal (asli tapi palsu) bermerek terkenal : studi kasus pada kampus I Universitas Sanata Dharma, Mrican Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Manajemen

Nama : Komang Tri Werthi NIM :052214095

FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Manajemen

Oleh :

Komang Tri werthi NIM : 052214095

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Hanya karena Kekuatan Ida Shang Hyang Widhi Washa dan Doa

dari Orang tua aku dapat berhasil

Bekerja dengan sepenuh hati dan dengan keyakinan yang kuat kita

bisa mencapai kesuksesan yang berarti

(6)

v

Ida Shang Hyang Widhi Washa yang selalu menyertai aku,

membimbing aku dan memberkati aku dalam penulisan skripsi ini.

Almamater ku Sanata Dharma

Orang Tua aku, Papa I Nyoman Karinu dan Mama Made K

Sukherti Tercinta yang selalu menanti kelulusan ku dengan sabar

Saudara-saudara ku kak Putu, kak Santi, Ade Ayu, Ade geg yang

tersayang

Ditya tersayank

(7)
(8)
(9)

viii

terselesainya skripsi yang berjudul : ”Sikap Dan Pemaknaan Konsumen Terhadap Produk Aspal (Asli Tapi Palsu) Bermerek Terkenal”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis untuk mencapai gelar sarjana pada program studi Manajemen fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penghargaan atas bantuan tersebut maka dengan segenap kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Y. P. Supardiyono, M.Si.,Akt.,QIA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. V. Mardi Widyadmono, SE, MBA, selaku Kaprodi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ike Jenita Dewi, SE., MBA., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah memberi waktu untuk membimbing, saran, masukan, kritikan, tenaga dan pikiran demi terwujudnya skripsi ini.

4. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA selaku dosen pembimbing II yang telah memberi waktu untuk membimbing, saran, masukan, kritikan, tenaga dan pikiran demi terwujudnya skripsi ini.

(10)

ix

selalu menyertai langkahku dengan restu dan doa. Ecy selalu sayank papa-mama 8. Saudara-Saudara ku kak Putu, kak Santhi, bli Wir, bli Wayan, ade Ayu, Ade

geg, candha dan putra yang selalu tanya-tanya hari wisuda aku, yang buat aku semangat untuk ngerjain skripsi ini.

9. Ditya tersayang, yang dengan penuh kasih sayang dan sabar selalu memberiku semangat dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabatku Titus, Guruh, Bayu, Wiby, Tomi, yang selalu ada waktu susah dan senang terimakasi atas persahabatan yang indah aku sayank kalian cemua. 11. Teman-teman ku Andi, Virsa, Heni, Ariana, Hesti, kluarga Sugeng regency

(Monic, Dimaz, Gegey, Cella, putri, mas Sugeng), dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu dengan segenap kerendahan hati penulis mohon maaf atas kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna memberikan referensi dan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Yogyakarta

(11)

x

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

HALAMAN KEASLIAN KARYA vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Batasan Masalah 4 D. Tujuan Penelitian 5 E. Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

(12)

xi

D. Jenis Data 34 E. Variabel Penelitian 35 F. Skala Yang Digunakan 39 G. Populasi dan Sampel 39 H. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas 40 I. TeknikAnalisis Data 42

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 49

A. Fenomena Produk Aspal 49 B. Fenomena Produk Aspal Di Indonesia 52 C. Outlet Biru 53

BAB V ANALISIS DATA 57

A. Karakteristik Responden 57 B. Analisis Kuantitatif 61 C. Pengujian Hipotesis 64

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN 81 A. Kesimpulan 81

(13)
(14)

xiii

Tabel V. 2 Karakteristik responden berdasarkan Fakultas dan Prodi 59 Tabel V. 3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 60 Tabel V. 4 Karakteristik responden berdasarkan Uang Saku/Pendapatan 60

Tabel V. 5 Validitas CI 62

Tabel V. 6 Validitas CSII 62

Tabel V. 7 Validitas LOC 62

Tabel V. 8 Validitas ADS 63

Tabel V. 9 Validitas Sikap 63

Tabel V. 10 Validitas Minat Beli 63 Tabel V. 11 Reliabilitas Instrumen Penelitian 64

Tabel V. 12 Tabel Tingkat CI 65

Tabel V. 13 Tabel Tingkat CSII 68

Tabel V. 14 Tabel Tingkat LOC 70

Tabel V. 15 Tabel Tingkat ADS 73

(15)

xiv

Gambar Sepatu Adidas Asli & Aspal 55

Gambar Sepatu Nike Asli & Aspal 56

(16)

xv Lampiran 2 : Wawancara

Lampiran 3 : Tabulasi data kuesioner Lampiran 4 : Jawaban Hasil Wawancara Lampiran 5 : Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 : One Way Anova Multiple Comparison Lampiran 7 : Regresi Sederhana

Lampiran 8 : Tabel t dan F

(17)

xvi

Komang Tri Werthi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini lakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap konsumen ditinjau dari tingkat CI (Consumer Innovativeness), CSII (Consumer Suscepbility to Interpersonal Influence), LOC (Locus of Control), ADS ( Advertising Skepticism), untuk mengetahui bagaimana konsumen memaknai konsumsinya akan produk aspal bermerek terkenal, untuk mengetahui apakan Sikap mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk aspal bermerek terkenal.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Dengan sampel sebanyak 100 mahasiswa kampus I Universitas Sanata Dharma. Kemudian untuk tehnik analisis data penelitian, penulis menggunakan One-Way Anova dan Regresi Linier Sederhana.

(18)

xvii

Komang Tri Werthi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The research was conduted to know the influence of Concumer innovativeness CI), Consumer Suscepbility to Interpersonal Influence (CSII), Locus of Control (LOC), and Advertising Skepticism (ADS), on counterfeit-branded product and also to know consumers’ meaning construction of their consumption.

Data were collected via questionnare and interviews. The sample were of 100 students of Campus I Sanata Dharma. The data analysis tehniquess were volm simple linier regression and Anova.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, persaingan perusahaan untuk memperebutkan pelanggan tidak

lagi terbatas pada atribut produk atau kegunaan suatu produk, melainkan sudah

berkaitan dengan merek. Sebuah produk atau brand memiliki nilai dari segi

fungsional dan emosional. Segi fungsional meliputi nilai yang di dapat dari atribut

produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional, yang secara langsung

dapat di rasakan oleh customer. Brand yang memiliki keunggulan secara

fungsional sangat berpeluang menjadi dominan di kategori tertentu, akan tetapi

dalam era kompetisi seperti sekarang ini, manfaat atau fungsi seperti ini sangat

gampang untuk di tiru oleh pesaing. Oleh karena itu, manfaat yang ditawarkan

harus meliputi aspek emosional. Aspek emosional meliputi kemampuan suatu

brand untuk membangkitkan perasaan positif pada saat customer membeli atau

menggunakan produk bermerek, sampai pada tingkatan customer mempunyai

persepsi positif emosionaltentang produkatau brand misalnya terlihat lebih sporty

bila menggunakan sepatu bermerek tertentu.

Banyak faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan

pembelian. Dalam satu sisi konsumen merupakan pembeli rasional yaitu orang

yang mengetahui semua fakta dan secara logis membandingkan pilihan

(20)

terbesar dari uang dan waktu yang mereka korbankan. Akan tetapi, konsumen juga

mementingkan arti merek pada pemilihan sebuah produk karena citra merek

memberi citra khusus kepada penggunanya. Keadaan inilah yang menyebabkan

makin maraknya barang-barang tiruan memakai merek terkenal beredar dipasaran

atau yang biasa disebut barang aspal (asli tapi palsu).

Fenomena tersebut dapat diamati dari perilaku konsumen di Yogyakarta

bahwa banyak outlet yang menjual produk aspal yang konsumen utamanya adalah

mahasiswa. Banyak mahasiswa yang membeli produk aspal, meskipun mereka

mengetahui produk yang dibeli bukan produk yang benar-benar asli. Salah satu

outlet tersebut adalah outlet Biru. Outlet Biru terletak di daerah Selokan Mataram,

Seturan. Outlet ini menjual barang-barang seperti pakaian, sepatu, jam tangan, tas,

kacamata, dan dompet. Barang-barang tersebut hampir tidak bisa dibedakan

dengan barang yang benar-benar asli produksi merek ternama, barngkali tanpa

membeli produk aslinyapun, produk aspal sudah bisa menunjukan citra merek

aslinya.

Mahasiswa yang membeli barang aspal barangkali karena mereka bisa

merasakan manfaat yang sama dengan manfaat yang didapat dari barang yang asli

dari merek ternama dengan biaya yang lebih murah. Sebagai contoh, jam tangan

bermerek ADIDAS yang banyak digemari oleh mahasiswa. Harga jam tangan

merek ADIDAS yang asli rata-rata diatas Rp 456.000 bahkan sampai jutaan rupiah,

sedangkan harga jam tangan produk aspal bermerek ADIDAS hanya Rp 75.000 dan

(21)

menggambarkan seseorang yang keren, sporty, dan gaya. Jam aspal ini hampir

tidak bisa dibedakan dengan jam tangan asli bermerek ADIDAS dan dianggap

memberikan citra yang sama dengan jam tangan bermerek ADIDAS yang asli.

Fenomena ini hanyalah salah satu dari fenomena maraknya penjualan

produk-produk aspal di Indonesia maupun di dunia. Di Cina dan di Hongkong banyak

dijual barang-barang aspal seperti tas, jam tangan, dan sepatu bermerek terkenal.

Peminat barang aspal tersebut sangat banyak bahkan ada yang datang dari negara

lain yang datang hanya untuk berbelanja barng-barang aspal. Konsumen di

negara-negara tersebut sangat antusias terhadap produk-produk aspal bermerek terkenal.

Fenomena ini mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan secara lebih

sistematis tentang perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk-produk aspal

tersebut. Secara lebih spesifik panelitian ini akan menganalisis faktor-faktor di

belakang perilaku konsumen tersebut dan karakteristik psikografis konsumen yang

mendukung konsumsi produk-produk aspal bermerek terkenal.

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian maka disusunlah skripsi ini yang berjudul Sikap dan

Pemaknaan Konsumen Terhadap Produk Aspal (asli tapi palsu) Bermerek

(22)

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek

terkenal ditinjau dari tingkat consumer innovativeness ?

2. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek

terkenal ditinjau dari tingkat CSII (consumer suscepbility to interpersonal

influence) ?

3. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek

terkenal ditinjau dari tingkat locus of control ?

4. Apakah ada perbedaan sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek

terkenal ditinjau dari tingkat advertising skepticism ?

5. Bagaimana konsumen memaknai konsumsinya akan produk-produk aspal ?

6. Apakah sikap mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk aspal ?

C. Batasan Masalah

Yang dimaksud dengan barang aspal (asli tapi palsu) adalah barang yang

menggunakan merek yang sama namun bukan diproduksi oleh perusahaan pemilik

(23)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat consumer

innovativeness.

2. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat CSII

(consumer suscepbility to interpersonal influence).

3. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat locus of

control.

4. Mengetahui perbedaan sikap konsumen yang ditinjau dari tingkat advertising

skepticism.

5. Mengetahui Bagaimana konsumen memaknai konsumsinya akan

produk-produk aspal.

6. Mengetahui pengaruh sikap terhadap minat beli konsumen pada produk aspal.

E. Manfaat Penelitian

1. Dalam diskusi tentang UU Perlindungan Hak Cipta :

a. Untuk memberikan masukan dalam berbagai aspek perilaku masyarakat

yang cenderung menyukai produk aspal.

b. Untuk memberikan masukan pada diskusi tentang UU perlindungan hak

cipta di Indonesia karena penelitian ini akan menyelidiki karakteristik atau

(24)

2. Strategi Branding perusahaan

Sebagai pertimbangan dalam strategi pembangunan merek produk terutama

(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Merek

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari

hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari

seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (

Kotler, 2000:469).

Merek deapat memiliki 6 level pengertian, yaitu:

1. Atribut : Merek akan mengingatkan konsumen terhadap artibut tertentu.

2. Manfaat : Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional,

terlebih lagi aspek emosional.

3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu, yang lebih identik pada

kebiasaan konsumen.

5. Kepribadian : Perlu diketahui juga bahwa merek dapat mencerminkan

kepribadian tertentu.

6. Pemakai : Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Brand Equity atau ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan merek yang

berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau

(26)

atau pelanggan perusahaan (Deny, Haryanto, “Marketing Quotient community “).

Aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek dikelompokan ke dalam 5

kategori :

1. Brand Loyalty (Loyalitas merek)

Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang

memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi

yang membentuk piramida loyalitas merek. Adapun tingkatan loyalitas merek

adalah :

a. Switcher (konsumen yang berpindah-pindah)

Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang

berada pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli

pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apapun, karena karakteristik

konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka

yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk

(apapun mereknya) dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan

yang kecil dalam keputusan untuk membeli.

b. Habitual Buyer (pembelian yang berdasarkan kebiasaan)

Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli yang

puas dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe ini

memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen

(27)

lain. Sungkannya konsumen untuk berpindah ke merek lain lebih

dikarenakan sikap mereka yang pasif.

c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan

merek yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka

memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost

yang terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang

melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.

d. Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek)

Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada

tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.

Preferensi mereka dilandaskan pada suatu assosiasi, seperti simbol,

rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.

e. Committed Buyer (pembeli yang setia)

Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka

memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek

sudah menjadi suatu hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena

fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan jati diri.

Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini ditunjukan

dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut

(28)

2. Brand Awareness (Kesadaran Nama)

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali

atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori

produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum

(continuum ranging) dari perasaan yang tak pasti bahwa merek tertentu telah

dikenal dan menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakaan

satu-satunya dalam kelas produk yang berada pada kategorinya. Jangkauan

kontinum ini diwakili oleh 4 tingkat kesadaran merek, yaitu :

a. Top of Mind (puncak pikiran).

Yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara

spontan dan menempati tempat khusus/istimewa dibenak konsumen.

b. Brand recall (pengingatan kembali merek).

BMencerminkan merek–merek apa saja yang diingat konsumen setelah

menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek-merekyang

disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang

menempati brand recall dalam benak konsumen.

c. Brand Recognition (pengenalan merek).

Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan

pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek,

daftar gambar, atau cap merek. Dan merek yang masuk dalam ingatan

(29)

d. Unware of Brand (tidak menyadari merek)

Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida brand

awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu

merek.

3. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan

maksud yang diharapkan konsumen. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan

dari suatu produk atau jasa tersebut dapat menentukan nilai dari produk atau

jasa tersebut dan berpengaruh langsung pada:

a. Karakteristik produk.

b. Kinerja merek.

c. Fitur (bagian tambahan/elemen sekunder pada produk)

d. Kesesuaian dengan spesifikasi.

e. Keandalan.

f. Ketahanan.

g. Pelayanan.

h. Hasil akhir (fit and finish).

Secara umum perceived quality dapat menghasilkan beberapa nilai –nilai,

yaitu:

a. Alasan konsumen untuk membeli.

(30)

c. Harga optimum.

d. Kepentingan berbagai saluran distribusi.

e. Perluasan merek.

4. Brand Association (Assosiasi - assosiasi merek)

Brand association merupakan segala kesan yang muncul dan terkait

dengan ingatan konsumen mengenai suatu merek. Brand association

mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam

kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk, geografis,

harga, pesaing, selebriti dan lain-lainnya. Suatu merek yang telah mapan sudah

pasti akan memiliki posisi yang lebih menonjol daripada pesaing, bila

didukung oleh assosiasi yang kuat. Berbagai brand association yang saling

berhubungan akan membentuk suatu rangkaian yang disebut brand image,

semakin banyak assosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat brand

image yang dimiliki merek tersebut. Citra merek yang baik sangatlah penting

dimata konsumen, karena dapat menjadi value added dalam pengambilan

keputusan pemilihan merek. Fungsi brand association dalam pembentukan

brand equity adalah sebagai berikut :

a. Membantu penyusunan informasi merek.

b. Membedakan merek tersebut dengan merek lainnya.

c. Sebagai alasan konsumen untuk membeli.

(31)

5. Other Propietary Brand Assets (Royalty, Lisensi, Paten, dan sejenisnya)

Merupakan semua hal yang mendukung akan kekuatan suatu merek seperti

royalty, lisensi, paten dan lain-lain.

Citra merek produk dapat menggambarkan diri penggunanya. Seperti

produk sepatu yang bermerek NIKE yang meberikan citra kepada pemakainya

yaitu seorang yang sporty, keren, dan gaya. Seseorang akan merasa lebih

percaya diri apabila produk yang dipakai dapat menggambarkan pribadi

dirinya sendiri. Hal itu akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi

penggunanya.

B. Perilaku Konsumen

Dalam bukunya Husein Umar, 2003:11, John C. Mowen dan Michael Minor

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian dan

proses pertukaran yang mengakibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan

barang atau jasa, serta ide-ide. David L. Lauden dan Albert J. Della Bita

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan

aktivitas individu secara fisik, yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh,

menggunakan barang dan jasa.

Dari definisi diatas dapat disimpulakan bahwa perilaku konsumen merupakan

tindakan nyata individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi oleh aspek

internal dan eksternal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan

(32)

Perilaku terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Perilaku yang tampak

Variabel-variabel yang termasuk dalam perilaku ini adalah jumlah pembelian,

waktu, karena siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan

pembelian.

2. Perilaku yang tidak tampak

Variabel-variabelnya antara lain adalah persepsi, ingatan, terhadap informasi

dan kepemilikan konsumen. Perilaku konsumen berkenaan dengan niat dan

tindakan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan, niat membeli

merupakan indikator bagi tindakan membeli dimasa yang akan datang.

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi prilaku konsumen (Kotler, jilid

1,1988) yaitu:

a. Faktor-faktor kebudayaan :

1) Sub-budaya merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk

prilaku anggotanya. Kita dapat membedakan empat macam

sub-budaya. Kelompok-kelompok kebangsaan, seperti irlandi, polandia,

yang dijumpai dalam kelompok-kelompok besar dan menunjukan cita

rasa dan kecenderungan suku bangsa yang berbeda.

Kelompok-kelompok keagamaan seperti katolik, jahudi, hindu, islam, budha,

protestan menampilkan sub-budaya dengan preferensi budaya dan

larangan-larangan yang khas. Kelompok-kelompok ras seperti orang

(33)

Wilayah-wilayah geografis seperti California, Deep South, New

England merupakan sub-budaya yang berbeda dengan cirri-ciri gaya

hidupnya.

2) Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah

urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki

nilai,minat dan tingkah laku yang sama. Kelas sosial menunjukan

perbedaan pilihan produk dan merek dalam suatu bidang tertentu.

Beberapa pemasar memusatkan usahanya pada sebuah kelas sosial.

b. Faktor-faktor sosial :

1) Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan prilaku seseorang.

Pentingnya pengaruh kelompok referensi bervariasi diantara produk

dan merek pengaruh kelompok akan semakin besar pada produk yang

akan nampak pada orang-orang yang terhormat dalam satu kelompok

referensinya.

2) Keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap prilaku

pembeli. Kita dapat membedakan dua macam keluarga dalam

kehidupan konsumen. Pertama, keluarga sebagai sumber orientasiyang

terdiri dari orang tua. Dari orang tualah seorang memperoleh suatu

orientasi terhadap agama, politik, ambisi pribadi, harga diri, dan cinta

(34)

konsumen. Kedua,keluarga sebagai sumber keturunan adalah pasangan

suami istri beserta anak-anak. Keterlibatan suami istri berbeda-beda

sesuai dengan kebutuhan dan jenis produk yang akan dibeli.

c. Faktor pribadi :

1) Usia dan tahap daur hidup sangat mempengaruhi sikap konsumen.

Orang akan membeli suatu barang atau jasa yang berbeda dalam setiap

usianya dan perubahan yang terjadi pada minat konsumen sesuai

dengan daur hidupnya. Contoh: pada waktu bayi konsumen

mengkonsumsi makanan bayi dan memerlukan makanan paling banyak

waktu meningkat besar dan menjadi dewasa, dan memerlukan diet

khusus pada waktu menginjak usia lanjut. Selera pun akan berubah

sesuai dengan usia dan daur hidupnya.

2) Pekerjaan mempengaruhi pola pembelian konsumen. Kelompok yang

memiliki pekerjaan dan jabatan memiliki kecenderungan minat diatas

rata-rata dalam produk dan merek.

3) Keadaan ekonomi seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pilihan

produk. Keadaan ekonomik seseorang terdiri dari pendapatan yang

dapat dibelanjakan (tingkatnya, kestabilan, dan pola waktu), tabungan

dan milik kekayaan (termasuk persentase yang mudah diuangkan)

kemampuan meminjam, dan sikap terhadap pengeluaran lawan

menabung. Keadaan ini mempengaruhi prilaku kosumen terhadap

(35)

memiliki aspirasi ada juga yang merasa bisa mendapatkan barang yang

sama dengan harga yang murah.

4) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan

sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan , minat, dan pendapat yang

bersangkutan. Gaya hidup melukiskan “keseluruhan pribadi” yang

berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup mencerminkan sesuatu

yang lebih dari kelas sosial di satu pihak dan kepribadian dipihak lain

karena kelas sosial seseorang dapat menyimpulkan segala sesuatu

tentang kemungkinan prilaku konsumen. Setiap kelompok kelas sosial

memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap minat dan selera dalam

pilihan produk dan merek.

Faktor pribadi sangat mempengaruhi keputusan seorang pembeli.

Pribadi setiap orang tidak sama begitu juga dengan pandangan dari

masing-masing pribadi yang dapat berubah karena banyak hal yang dapat merubah

pandangan konsumen terhadap pilihan produk dan merek. Seperti di

Yogyakarta kehidupan masyarakatnya kebanyakan adalah pendatang dari

luar daerah salah satunya sebagai mahasiwa. Mahasiswa yang datang dari

berbagai daerah dengan bermacam gaya hidup dan pribadi yang kemudian

berinteraksi dengan lingkungannya dapat mempengaruhi pandangannya

terhadap berbagai hal termasuk dalam pilihan produk dan merek. Biasanya

pilihan terhadap produk bermerek terrefleksikan pada pilihan terhadap gaya

(36)

d. Faktor psikologis :

1) Motivasi adalah dorongan yang kuat untuk mengarahkan seseorang

agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhannya. Ada beberapa

teori motivasi diantaranya yaitu:

Teori motivasi Freud: freud beranggapan bahawa kekuatan psikologis

yang sebenarnya membentuk prilaku pembeli sebagian besar berasal

dari alam bawah sadar.

Teori motivasi Maslow: Abraham maslow mengelompokan kebutuhan

dalam beberapa jenjang kebutuhan yaitu:

a) Kebutuhan fsiologis.

Kebutuhan ini adalah kebutuhan secara fsiologis contohnya: rasa

lapar dan haus.

b) Kebutuhan rasa aman.

Kebutuhan akan rasa aman timbul karena ada pengaruh yang

membuat seeorang merasa tidak aman maka dibutuhkan keamanan

dan perlindungan.

c) Kebutuhan sosial.

Yang termasuk dalam kebutuhan social adalah kebutuhan perasaan

menjadi anggota lingkungan, perasaan cinta, dan perasaan akan rasa

(37)

d) Kebutuhan harga diri.

Kebutuhan harga diri timbul karena pengaruh lingkungan sosial.

Seseorang merasa ingin diakui harga dirinya, statusnya. Keadaan ini

membuat seseorang akan merasa gengsi karena tidak ingin terlihat

rendah dimata orang lain. Dalam pemenuhan kebutuhan ini

seseorang terkadang menggunakan produk dengan merek yag

mencerminkan statusnya. Maka konsumen biasanya lebih selektif

dalam pemilihan produk dan merek.

e) Kebutuhan pernyataan diri

Contoh dari kebutuhan pernyataan diri adalah kebutuhan akan

pengembangan dan perwujudan diri.

Jenjang-jenjang kebutuhan tersebut menggambarkan bahwa

manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang didapat secara

alami ataupun karena ada proses pembelajaran.

2) Personality adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang,

yang menyebabkan terjadinya jawaban secara relatif tetap dan bertahan

lama terhadap lingkungannya. Kepribadian seseorang biasanya

digambarkan dalam istilah: gampang mempengaruhi, percaya diri,

menghargai orang lain, sifat sosial, membela diri dan daya

menyesuaikan. Kepribadian dapat diklasifikasikan dan dianalisis kuat

lemahnya korelasi antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan

(38)

konsep kepribadian ini yaitu konsep diri (citra diri). Kita semua

memiliki gambaran mental yang rumit tentang diri kita sendiri. Sebagai

contoh seorang konsumen yang melihat dirinya berprestasi tinggi dan

pantas mencapai kemampuan terbaik. Berdasarkan hal itu maka

konsumen tersebut akan menyukai produk yang memproyeksikan

kualitas yang sama.

C. Karakteristik Psikografis

Beberapa karakteristik psikografis yang bisa menggambarkan perbedaan sikap

dan prilaku terhadap produk aspal adalah :

1. Consumer innovativeness

Orang-orang marketing harus mempelajari tentang konsumen yang terbuka dan

mau mencoba produk dengan berbagai inovasi terbaru. Hal itu merupakan

usaha agar produknya dapat diterima masyarakat. Ada beberapa faktor yang

membedakan consumer innovators dan consumer non- innovators yaitu :

a. Inovasi dari konsumen, bahwa setiap konsumen yang memiliki kesadaran

yang tinggi akan pentingnya inovasi maka konsumen cenderung lebih

mudah menerima produk dengan inovasi terbaru.

b. Pandangan agama, ada agama yang memiliki pandangan bahwa agar

umatnya lebih menutup auratnya ini berarti ada batasan untuk umatnya

(39)

c. Karakter sosial, mempengaruhi sikap individu konsumen. Konsumen

menyesuaikan diri dengan karakter sosial dilingkungan tempat tinggalnya.

d. Pencarian variasi produk, konsumen akan mencoba-coba berbagai produk

baru sampai ia menemukan produk yang cocok untuk dirinya.

Ukuran karakteristik personal memberikan batasan tentang keinginan

konsumen untuk berinovasi. Ada 6 hal untuk mengetahui ukuran tingkat

inovasi konsumen yaitu :

(dalam hal ini contoh yang digunakan adalah pembelian produk sepatu

bermerek Xterbaru.)

1) Secara umum merupakan orang terakhir yang membeli sepatu bermerek

Xterbaru.

2) Jika saya mendengar sepatu bermerek X sudah tersedia ditoko saya

akan tertarik untuk membeli sepatu bermerek X.

3) Dibandingkan dengan yang orang lain saya memiliki lebih sedikit

sepatu bermerek Xdengan model yang berbeda.

4) Merupakan orang terhir yang mengetahui berita mengenai sepatu

bermerek Xterbaru.

5) Suka membeli sepatu yang sedang trend meskipun belum mengetahui

kenyamanan yang diberikan oleh sepatu tersebut.

6) Lebih tahu mengenai produk sepatu bermerek X dibandingkan yang

(40)

Konsumen yang memiliki kesadaran akan inovasi suatu produk maka

cenderung lebih mudah menerima produk terbaru. Seperti barang aspal

bermerek terkenal yang selalu saja memiliki model terbaru yang terlihat

sama dengan model terbaru dari produk bermerek terkenal yang asli dan

selalu saja diminati oleh konsumen. Hal ini menunjukan bahwa barang

aspal bermerek terkenal juga memiliki inovasi produk mengikuti model

yang sedang trend. keadaan ini dapat menarik minat konsumen yang suka

terhadap produk dengan inovasi terbaru. Contohnya yaitu ketika ada model

terbaru yang sedang trend dari pruduk aspal bermerek terkenal banyak

orang yang akan menggunakan barang tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :

H1 : Semakin tinggi tingkat inovasi konsumen maka semakin positif sikap

konsumen terhadap produk aspal bermerek terkenal.

2. Consumer suscepbility to interpersonal influence

CSII ( Consumer suscepbility to interpersonal influence ) diartikan

pentingnya identifikasi atau tingginya suatu image yang dinilai oleh satu

pendapat dan pendapat yang lain. Contoh bahwa hasil studi saat ini telah

menunjukan orang yang cenderung CSII biasanya adalah orang yang ingin

terlihat memiliki status yang lebih tinggi dan dapat diterima oleh masyarakat

dilingkungannya. Dengan CSII ini pemasar bisa menciptakan komunikasi yang

(41)

sikap, pencapaian tingkahlaku dan sebagai cirri sosial yang memiliki

kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui proses

informasi. Contohnya adalah pemasar bisa menciptakan komunikasi menarik

melalui selogan iklan produknya. Sehingga selogan itu dapat mempengaruhi

sikap konsumen.

Ada beberapa ciri yang menjadi ukuran CSII :

a. Suka berkonsultasi dengan orang lain mengenai produk berkelas.

b. Suka membeli produk yang digunakan orang yang disukai.

c. Penting jika orang lain Suka dengan produk yang biasa saya beli.

d. Jika ingin memilih produk baru biasanya suka mencari informasi dan

memilih produk yang lebih banyak pembeli dan pemakainya.

e. Saya sering merasa sama dengan seseorang setelah saya membeli barang

yang sama dengannya.

f. Jika saya belum mengetahui tentang produk yang ingin saya beli saya

sering bertanya kepada orang lain tentang produk tersebut.

g. Lebih suka membeli produk yang mereknya telah diakui.

h. Selalu ingin menggunakan produk yang bisa membuat orang lain terkesan.

Orang yang cenderung CSII biasanya ingin terlihat memiliki status yang

lebih tinggi dan diakui oleh masyarakat. Hal tersebut mungkin bisa dilihat

dari cara berpakaian dan produk yang digunakan. Misalnya jika orang

menggunakan barang bermerek terkenal maka akan terlihat lebih berkelas.

(42)

hampir tidak dapat dibedakan dengan barang bermerek terkenal yang asli

maka orang yang menggunakannya terlihat seperti menggunakan barang

bermerek terkenal yang asli.

Berdasarkan uraian diatas penulis mengajukan hipotesis :

H2 : Semakin tinggi tingkat CSII maka semakin positif sikap konsumen

terhadap produk aspal bermerek terkenal.

3. Locus of control

Pada umumnya locus of control menunjuk pada kepercayaan apakah

seseorang mampu atau tidak membuat ramalan pengeluarannya sendiri, karena

orang-orang percaya bahwa mereka tidak mampu untuk mengontrol

pengeluaran hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan dan orang lain. Sebagai

contoh adalah bahwa keberuntungan atau pengaruh dari masing-masing

individu berhubungan dengan tingkat kepercayaan lingkungan dan tingkah

laku, studi terdahulu menemukan faktor internal lebih bertanggung jawab

terhadap tingkahlaku lingkungan dibandingkan dengan faktor eksternal. Studi

ini mengharapkan faktor internal bisa mendukung adanya kerjasama yang bisa

membantu usaha pemasaran. Faktor internal lebih mendukung merek

dibandingkan faktor eksternal karena mereka percaya dengan pembelanjaan

produk bermerek maka mereka mendukung keadaan sosial masyarakat

sehingga bisa meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Faktor internal

(43)

lingkungan dan membuat ramalan pengeluaran yang dipengaruhi oleh suatu

merek produk.

Tidak semua orang bisa meramalkan dan merencanakan pengeluarannya

sendiri. Bagi orang-orang yang selalu ingin merencanakan pengeluarannya

biasanya lebih terkontrol dalam berbelanja. Hal ini membuat seseorang dapat

mengurangi pembeliannya. Keadaan ini juga dapat mempengaruhi sikap

konsumen terhadap barang aspal bermerek terkenal karena jika segala

sesuatunya telah dianggarkan dan direncanakan maka akan kecil

kemungkinannya untuk memikirkan produk lain selain yang telah

direncanakan dan dianggarkan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :

H3 : Semakin rendah locus of control maka akan semakin positif sikap

konsumen terhadap produk aspal bermerek terkenal.

4. Advertising skepticism

Secara umum sikap skeptis terhadap iklan menggambarkan kecenderungan

konsumen untuk meragukan kebenaran dari pesan yang terdapat diiklan karena

terdapat motif pemasar didalam pesan iklan tersebut. Obermiller, Spangeberg

dan Maclachlan (2005) menyatakan bahwa konsumen yang skeptis terhadap

iklan cenderung berfikir untuk tetap tidak terpengaruh dengan bahasa iklan dan

menunjukan kurangnya hubungan antara iklan dan tujuan pembelian.

(44)

ketidak percayaan konsumen terhadap iklan membawa sikap skeptis terhadap

kegiatan pemasaran menunjukan bahwa konsumen tidak lagi percaya jika

perusahaan menggunakan tujuan beramal dalam iklan produknya (Bhorn and

Vrioni, 2001).

Orang yang memiliki sikap skeptis tehadap iklan cenderung kurang

mempercayai iklan. Semakin sering ada iklan tentang produk bermerek

terkenal biasanya orang tersebut akan kurang suka terhadap produknya. Hal ini

dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk aspal bermerek

terkenal. Contohnya jika ada iklan produk tas ransel asli bermerek REEBOK

yang terlalu sering tayang maka orang yang skeptis terhadap iklan akan

kurang menyukai produk tersebut. Sikap tersebut juga berlaku terhadap tas

ransel yang bermerek sama meskipun itu hanya barang aspal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :

H4 : Semakin tinggi sikap skeptis maka akan semakin negatif sikap

(45)

D. Pengertian produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk

memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2000; 451). Produk-produk yang

dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, tempat, property,

dan gagasan.

1. Level produk:

a. Manfaat inti yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh

pelanggan, pemasar harusmemendang dirinya sebagai pemberi manfaat.

b. Produk dasar, pada level ini pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi

produk dasar (basic product)

c. Produk yang diharapkan, yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang

biasanya diharapkan oleh para pembeli ketika mereka membeli produk itu.

d. Produk yang ditingkatkan, dengan mengetahui kainginan para pelanggan

maka pemasar dapat meningkatkan produknya melampaui harapan

pelanggan.

Suatu produk harus dapat memberikan manfaat kepada konsumen. Berbagai

jenis kebutuhan hendaknya dipenuhi oleh produk itu sendiri. Baik kebutuhan

fsiologis ataupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti fenomena yang terjadi

saat ini banyaknya barang-barang aspal dari merek terkenal diperdagangkan.

Barang aspal tersebut memiliki harga lebih murah dari barang aslinya dan

bentuknya juga tidak jauh berbeda dengan barang asli dari merek terkenal

(46)

yang benar-benar asli. Hal tersebut tentu memberi keuntungan bagi konsumen,

konsumen bisa membeli barang kesenangannya dengan harga yang lebih murah

dan mendapatkan manfaat yang sama dengan barang yang asli bermerek

terkenal. Seperti halnya dengan produk utilitarian yang dapat memberikan

kesenangan, nilai, dan manfaat subyektif kepada orang yang mengkonsumsinya

dengan harga yang lebih rendah (Samuelson, 1999:102 ).

2. Klasifikasi produk:

a. Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut daya tahan

dan wujudnya:

1) Barang yang tidak tahan lama yaitu barang yang berwujud yang

biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

2) Barang tahan lama adalah barang yang berwujud yang biasanya

digunakan berkali-kali. Produk tahan lama biasanya memerlukan

penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, marjin yang lebih tinggi,

dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.

3) Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis.

Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu,

kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian.

(47)

b. Klasifikasi barang kosumen:

1) Barang convenience adalah barang yang biasanya sering dibeli

konsumen, segera, dan dengan usaha yang minimum. Barang

convenience dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

a) Barang kebutuhan sehari-hari (staples) adalah barang yang dibeli

konsumen secara teratur.

b) Barang dadakan (impulse), barang ini dibeli berdasarkan keinginan

seketika, tanpa perencanaan atau usaha pencarian.

c) Barang darurat (emergency), barang ini dibeli saat kebutuhan yang

mendesak yang memeng benar-benar dibutuhkan saat itu juga.

2) Barang shopping adalah barang yang karakteristiknya dibandingkan

berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses

pemilihan dan pembelian. Barang shooping dibagi menjadi dua jenis

yaitu:

a) Barang shopping homogen, barang ini dianggap oleh pembeli

memiliki mutu yang serupa tetapi mempunyai barang yang cukup

berbeda sehingga dapat dijadikan alasan perbandingan dalam

berbelanja.

b) Barang shopping heterogen, barang ini berbeda dalam hal

keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting daripada

(48)

3) Barang unsought adalah barang yang tidak diketahui oleh konsumen atau

diketahui namun secara normal konsumen tidak berfikir untuk

memebelinya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengajukan hipotesis :

H5 : Konsumen memaknai konsumsinya akan produk aspal bahwa produk

aspal lebih murah dan dapat memberikan manfaat yang sama dengan

produk asli.

E. Sikap Konsumen

Untuk bisa menganalisis kebutuhan dan keinginan konsumen, maka

perusahaan perlu memahami sikap dan perilaku konsumennya. Sikap dan Perilaku

konsumen tidak hanya melibatkan aktifitas fisik saja yang mudah dilihat, tetapi

juga melibatkan proses pengambilan keputusan yang sulit diamati.

1. Sikap Konsumen

pengertian sikap konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2004) adalah suatu

kecenderungan yang dipelajari untuk menunjukan sikap dalam keadaan yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan dengan memberikan tanggapan

pada suatu objek. Sikap dapat disebabkan oleh:

a. Pengalaman pribadi (Personal Experience)

Pengalaman langsung konsumen dengan suatu produk dapat membantu

(49)

b. Kelompok

Sikap seseorang selalu dipengaruhi oleh anggota lain dalam kelompoknya.

Sikap terhadap objek dipengaruhi oleh kelompok keluarga, kelompok kerja

dan budaya.

c. Pengaruh orang lain

Sikap dapat dibentuk dan diubah melalui hubungan dengan orang lain yang

berpengaruh terhadapnya, misalnya teman dan opinion leader.

F. Pengertian Minat Beli

Minat beli konsumen diartikan sebagai sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan apa yang diinginkan (Winkel, 1991: 533). Sedangkan

Darmadi Durianto (2003:109) mendefinisikan minat beli sebagai pernyataan

mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan

merek tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat, dikelompokan menjadi 2 golongan (W.S.

Winkel, 1991:27) :

1. Minat secara intrinsik

Minat yang berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak timbul dari dalam

diri individu sendiri tanpa adapengaruh dari luar.

2. Minat secara ekstrinsik

Minat yang berdasarkan dorongan atau pengaruh dari luar individu, misalnya:

(50)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis :

H6 : Sikap berpengaruh positif terhadap minat beli produk aspal

(51)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian yang dipakai penulis berupa studi kasus. Studi

kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu yang

populasinya terbatas, sehingga kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada objek

yang diteliti.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus I Universitas Sanata Dharma Mrican

Yogyakarta pada bulan Januari tahun 2009

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu orang yang menjadi responden yang akan ditanyai

untuk memperoleh informasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menggunakan produk aspal

(52)

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh penulis. Objek dari

penelitian ini adalah sikap dan perilaku konsumen terhadap produk-produk

aspal bermerek terkenal.

D. Jenis Data

Data primer yaitu data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner dan

wawancacra dengan responden mengenai sikap dan persepsi konsumen terhadap

produk-produk aspal bermerek terkenal.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut

1. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada

responden. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Kuesioner I berisi tentang pertanyaan mengenai data pribadi responden

(Nama, Jenis Kelamin, Umur, Fakultas, Penghasilan).

b. Kuesioner II berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat

menunjukan karakteristik psikografis konsumen, sikap dan perilakunya

terhadap produk-produk aspal bermerek terkenal.

2. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan secara langsung

(53)

menggambarkan pemaknaan konsumen terhadap produk-produk aspal

bermerek terkenal.

E. Variabel Penelitian

1. Operasionalisasi variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek

penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang

diteliti sesuai dengan perumusan masalah. Variabel-variabel yang akan diteliti

adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah consumer innovativeness, CSII

(consumer suscepbility to interpersonal influenc), Locus of control,

Advertising skepticism, dansikap konsumen terhadap merek produk (sikap

juga sebagai variabel terikat saat melakukan uji beda terhadap sikap

berdasarkan karakteristik-karakteristik psikografis).

1) Karakteristik psikografis responden yang akan diuji signifikansi

perbedaannya dari segi sikap terhadap produk aspal bermerk terkenal.

Karakteristik psikografis tersebut adalah:

a) Consumer innovativeness

6 hal untuk mengetahui tingkat inovasi konsumen (dalam hal ini

contoh yang digunakan adalah pembelian produk sepatu bermerek

(54)

1. Secara umum merupakan orang terahir yang membeli sepatu

bermerek Xterbaru.

2. Jika saya mendengar sepatu bermerek X sudah tersedia ditoko

saya akan tertarik untuk membeli sepatu bermerek X.

3. Dibandingkan dengan yang lain biasanya orang tersebut

memiliki lebih sedikit sepatu bermerek X dengan model yang

berbeda.

4. Merupakan orang terakhir yang mengetahui berita mengenai

sepatu bermerek X terbaru.

5. Suka membeli sepatu yang sedang trend meskipun belum

mengetahui kenyamanan yang diberikan oleh sepatu tersebut.

6. Lebih tahu mengenai produk sepatu bermerek X dibandingkan

yang lain.

b) CSII (consumer suscepbility to interpersonal influence)

Ada beberapa ciri yang menjadi ukuran CSII :

1. Suka berdialog dengan orang lain mengenai produk berkelas.

2. Suka membeli produk yang digunakan orang yang disukai.

3. Penting jika orang lain Suka dengan produk yang biasa saya beli.

4. Jika ingin memilih produk baru biasanya suka mencari informasi

dan memilih produk yang lebih banyak pemakainya.

5. Saya sering merasa sama dengan seseorang setelah saya membeli

(55)

6. Jika saya belum mengetahui tentang produk yang ingin saya beli

saya sering bertanya kepada orang lain tentang produk tersebut.

7. Lebih suka membeli produk yang mereknya telah diakui

masyarakat.

8. Selalu ingin menggunakan produk yang bisa membuat orang lain

terkesan.

c) Locus of control

Ada beberapa ciri untuk mengetahui tingkat locus of control :

1. Suka membuat rencana pengeluaran pembelanjaan

barang-barang yang digunakan.

2. Suka berbelanja produk bermerek terkenal apabila bisa memberi

manfaat kepada orang lain.

3. Suka mengontrol pembelanjaan agar sesuai dengan rencana

pengeluaran yang telah dibuat.

d) Advertising skepticism

Beberapa ciri untuk mengetahui tingkat advertising skepticism :

1. Tidak suka melihat iklan produk yang terlalu banyak atau

terlalu sering muncul diTV.

2. Kurang mempercayai bahasa iklan.

(56)

4. Lebih suka menggunakan produk yang tidak terlalu banyak

iklannya.

2) Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu persepsi dan pemaknaan

konsumen terhadap barang aspal (asli tapi palsu). Sikap yaitu seperti

perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu produk merupakan salah

satu bentuk dari sikap konsumen. Rasa suka dapat dilihat dari beberapa

tindakan konsumen seperti :

a) Suka dan sering membicarakan tentang produk bermerek.

b) Senang melihat iklan produk bermerek.

c) Selalu tahu berita terbaru tentang suatu produk bermerek tertentu.

d) Selalu menggunakan produk bermerek tertentu.

e) Suka mencari tahu tentang produk terbaru dari merek tertentu

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli terhadap

produk-produk aspal bermerek terkenal. Minat beli terhadap produk-produk aspal

bermerek terkenal dapat dilihat dari :

1) Pernah membeli produk aspal.

2) Pernah menggunakan produk aspal.

3) Merekomendasikan secara positif produk aspal kepada keluarga dan

teman.

(57)

F. Skala yang digunakan

Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Skala Likert

digunakan untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuesioner

yang mempunyai tingkatan dari yang sangat positif sampai dengan yang sangat

negatif.

Pemberian bobot atau skor digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif sebagai

berikut:

- Skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS)

- Skor 2 untuk tidak setuju (TS)

- Skor 3 untuk netral (N)

- Skor 4 untuk setuju (S)

- Skor 5 untuk sangat setuju (SS)

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa

Sanata Dharma yang menggunakan barang-barang aspal bermerek terkenal.

(58)

Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebagian mahasiswa

Universitas Sanata Dharma yang menggunakan barang aspal bermerek

terkenal. Dalam penelitian ini digunakan 100 orang responden sebagai sampel

yang dipilih untuk meneliti sikap dan perilaku konsumen terhadap

barang-barang aspal bermerek terkenal. untuk analisis kualitatif yang didasarkan data

hasil wawancara, akan dipilih 10 orang dari sampel di atas yang bersedia

memberikan data secara mendalam.

3. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan metode purposive convenience sampling.

Purposive convenience sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

dipilih berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan

dan maksud penelitian. Responden yang dipilih adalah orang yang

menggunakan produk aspal (asli tapi palsu) bermerek terkenal.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai suatu derajat

ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya dari apa yang

diukur, rumus yang dapat digunakan untuk mengukur validitas suatu

(59)

r

xy = ] Y) ( -Y ][N X) ( -X [N Y) X)( ( -XY N 2 2 2

2 ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

Keterangan :

r

xy = Korelasi moment tengkar

Y = Nilai total item

X = Nilai item

N = Banyak item

Apabila nilai r hitung yang diperolah dari hasil perhitungan lebih besar dari

r tabel, maka berarti ada korelasi yang nyata antara kedua variasi tersebut

dan dapat dikatakan alat pengukur yang digunakan valid. Tetapi apabila

nilai r hitung yang diperoleh lebih kecil dari r tabel maka alat pengukur

yang digunakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2005:57). Reliabilitas

menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila

datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun

(60)

%

100

x

N

nx

P

=

Dalam menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s

Alpha. Rumus Cronbach’s Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas

instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk

uraian.

Rumus Cronbach’s Alpha:

r11 = ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −1 (k k ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ −

t b

σ

σ 2 2 1 Keterangan:

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b 2

σ = jumlah varian butir

t 2

σ = varian total

Instrumen dikatakan reliabel bila r hitung≥ r tabel dan akan menjadi tidak reliabel

jika r hitung < r tabel. Jika hasil pengujian memperlihatkan bahwa instrumen

tersebut dapat dipercaya/reliabel dan valid, maka kuesioner sahih untuk

digunakan.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis persentase

Analisis ini untuk menganalisis secara deskriptif profil responden yang

meliputi umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

(61)

Keterangan:

P = Jumlah persentase

nx = Jumlah yang akan dianalisis

N = Jumlah total

2. One Way Anova Untuk hipotesis 1-4

Pada teknik ini, penulis membandingkan sikap konsumen terhadap produk

aspal bermerek terkenal ditinjau dari tingkat CSII, CI, Locus of control,

Advertising scepticism dimana tingkatan nya dibagi menjadi tiga yaitu 1 berarti

kelompok rendah, 2 berarti kelompok menengah dan 3 berarti kelompok tinggi.

Analisis varian digunakan untuk varian dua/tiga kelompok yang bersifat

homogen. Oleh karena itu perlu pengujian homogenitas varian terlebih dahulu

dengan uji F.

terkecil varian

terbesar varian

F=

Setelah diketahui harga F nya, penulis membandingkan harga F dengan

pembilang dan penyebut. Untuk F tabel 5%, jika F hitung lebih kecil dari F

tabel maka varian data yang akan dianalisis bersifat homogen. Selanjutnya

untuk dapat melakukan perhitungan anova, maka kualitas tiap X

dikuadratkan, dan selanjutnya dijumlahkan, baik ke kanan, maupun kebawah.

(62)

N G n T Σ SS 2 2

b = −

Keterangan :

T : total X masing – masing kelompok G : total X keseluruhan

n : jumlah sampel masing – masing kelompok N : jumlah sampel keseluruhan

Untuk menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok digunakan rumus

sebagai berikut :

mk w SS

SS = Keterangan

SSmk adalah jumlah kuadrat simpangan masing – masing kelompok.

Selanjutnya untuk menghitung jumlah kuadrat total dapat digunakan

Rumus: N G ΣX SS 2 2

t = −

Untuk per hitungan F dengan derajat kebebasan 5 %:

N G ΣX SS 2 2

t = −

N G n T Σ SS 2 2

b = −

b t

w SS SS

SS = −

b b

b SS :dkSS

(63)

MSw =SSw:dkSSw F = MSb :MSw

a. Menentukan Ho dan Ha

Ho : menyatakan tidak ada perbedaan diantara rata – rata beberapa

populasi yang telah di tentukan.

Ho =μ123

Ha : menyatakan adanya perbedaan di antara rata- rata beberapa

populasi yang telah ditentukan, jadi Ho tidak terbukti.

Ha ≠μ1 ≠μ2 ≠μ3

b. Menentukan daerah diterima Ho dan Ha

1) numerator (pembilang) = (k-1)

2) denominator (penyebut) k(n-1)

Keterangan :

k merupakan jumlah kolom dan untuk n adalah elemen tiap kolom.

c. Menentukan nilai statistik uji

Nilai statistik uji atau Fratio dengan perhitungan sebagai berikut

Fhitung = Variance between sample

Variance within sample

d. Melakukan pembandingan berdasarkan Fratio dan probabilitas

(64)

a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

2) Berdasarkan probabilitas dengan daerah penerimaan H0 dan Ha yang

sama.

a) Apabila p > 0,5, maka H0 diterima dan Ha ditolak

b) Apabila p < 0,5, maka H0 ditolak dan Ha diterima

e. Kesimpulan

Jika H0 diterima berarti menerima hipotesis yang menyatakan bahwa

rata-rata populasi baik kelompok 1,2 dan 3 tidak terdapat perbedaan nyata

dalam proses penilaiannya. Dan sebaliknya jika Ha diterima maka hipotesis

yang menyatakan bahwa rata-rata populasi tersebut terdapat perbedaan

nyata dalam proses penilaiannya.

3. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab hipotesis 5

Analisis kualitatif atas data kualitatif didapat melalui wawancara.

(65)

( )

(

)

(

)(

)

(

)

=

2 2 2

X

X

n

XY

X

X

Y

a

(

)( )

(

)

=

2 2

X

X

n

Y

X

XY

n

b

berkenaan dengan motivasi responden dalam mengkonsumsi produk aspal

bermerek terkenal.

4. Analisis Regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis 6

Rumus dari analisis regresi linier sederhana adalah:

Y = a + bX

Dimana:

a = Konstanta

b = Kemiringan garis regresi

Y = Variabel dependen ( perilaku konsumen )

X = Variabel Independen ( sikap konsumen )

Harga a dihitung dengan rumus:

Harga b dihitung dengan rumus:

Keterangan:

(66)

a = Nilai konstanta

b = Koefisien regresi variabel sikap konsumen

X = Variabel sikap konsumen

Untuk mengetahui adanya signifikansi variabel sikap konsumen terhadap minat beli konsumen, digunakan uji t (test) dengan rumus sebagai berikut (Algifari,2000: 19)

 

Dimana:

t = nilai t hitung yang dicari

b = koefisien regresi

Sb = simpangan baku

Untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b) digunakan taraf nyata 5%

dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho adalah hipotesis yang menyatakan bahwa sikap konsumen tidak

berpengaruh terhadap minat beli konsumen terhadap produk aspal bermerek

terkenal.

Ha adalah hipotesis yang menyatakan bahwa sikap konsumen berpengaruh

terhadap minat beli konsumen pada produk aspal bermerek terkenal.

(67)

49

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Fenomena Produk Aspal

Produk aspal bermerek terkenal kini telah banyak diminati oleh konsumen.

Bentuk dari produk aspal yang hampir tidak dapat dibedakan dengan produk

aslinya dan harganya yang lebih murah dari produk aslinya merupakan alasan

konsumen untuk menyukai produk aspal bermerek terkenal. Produk aspal

bermerek terkenal ini dibedakan menjadi beberapa tingkat kualitas yaitu: KW1

(kualitas 1 kualitas yang terbaik), KW2 (kualitas 2 kualitas yang lebih jelek dari

kualitas 1), KW3 (kualitas 3 kualitas yang lebih jelek dari kualitas 2) kualitas

dibawah 3 biasanya kurang disukai oleh konsumen karena kualitas dan bentuknya

yang kurang bagus. Ada tiga negara yang menjadi surganya belanja produk aspal

bermerek terkenal yaitu China, Hongkong, dan Korea. Ketiga negara tersebut biasa

dijuluki surganya belanja produk aspal bermerek terkenal.

China memiliki beberapa tempat yang menjadi pasar produk aspal bermerek

terkenal yaitu Xiang Yang Market adalah salah satu tujuan wisata terkenal di

Shanghai China. Xiang Yang Market adalah tempat di mana barang-barang palsu

namun cukup berkualitas dipasarkan. Pada Juni 2006 pasar ini ditutup atas desakan

Pemerintah Amerika Serikat kepada Pemerintah RRC menyangkut isu intetlectual

property right (IPR/HAKI). Namun para pedagang ex pasar Xiang yang tidak

(68)

Pertama ada di salah satu jalan utama di Shanghai yaitu Nanjing Road,

tepatnya di Nanjing Road no 580. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Nanjing Road

walking street. Para pedagang pindahan dari Xiang Yang Market ini terkumpul di

sebuah gedung berlantai 3 dan terorganisir dengan rapih terbagi dari took-toko

kecil yang menambah kenyamanan belanja, tidak seperti pasar terdahulu yang

berupa kios-kios dan agak sedikit "kacau". Dibandingkan dengan pasar yang

terletak di Shanghai Science and Technology Museum, harga di Nanjing Lu ini

sedikit lebih reasonable. Contohnya, tas Backpack Swiss Army seharga 100 yuan

perbuah, sementara di Nanjing Road biasa didapatkan dengan harga 85 yuan

perbuah. Yang kedua, adalah Cipu Road, dimana terdapat sebuah pasar wholesale.

Meskipun terdiri dari took toko kecil, namun lebih merupakan "pasar" daripada

"pusat perbelanjaan". Satu hal yang mengganggu kenyamanan berbelanja adalah

banyaknya "agen" yang menawarkan barang-barang dengan cara mengikuti

konsumen. Barang-barang yang dijual ditempat ini kebanyakan produk garmen

dari mulai kaos sampai jaket bulu imitasi untuk winter dengan harga murah,

contohnya kaos sport NIKE dan ADIDAS dijual dengan harga sekitar 25 yuan

perbuah. Tepat di depan pasar wholesale ini terdapat satu gedung yang khusus

menjual barang-barang khas Xiang Yang Market, yang tentunya para pedagangnya

adalah pedagang yang sama dari Xiang Yang Market juga. Disini kenyamanan

lebih dirasakan dibandingkan dengan pasar wholesale didepannya, namun

kelengkapan barang lebih sedikit dibandingkan dengan Nanjing Road ataupun

(69)

(sama dengan di Nanjing Road). Produk yang ditawarkan kurang lebih sama, yaitu

jenis tas dari tas wanita sampai koper besar, jam tangan, accessories dan juga

sepatu olah raga seperti merek Nike, Polo, Adidas, Puma dan lain-lain.

Di Hongkong kawasan pertokoan di sekitar Hotel Grand Hyatt di Kowloon

merupakan salah satu tempat penjualan produk aspal bermerek terkenal, ditempat

ini pedagang-pedagang kaki lima lah yang menjual produk aspal bermerek

terkenal, biasanya pejalan kaki mengerubungi pedagang kaki lima. Kemeja dan

kaos dengan merek dunia seperti Calvin Klein, Tommy Hilfiger, Polo, Nike, Rusty

dan bermacam lagi. Harganya tentu saja sangat miring. Ada juga penjual jam

tangan dari berbagai merek terkenal. Gerobak tempat jualannya beroda, sehingga

dengan mudah si penjual melarikan dagangannya bila ada polisi berpatroli. Jam

tangan merek Cartier keluaran terbaru buatan Hongkong halus, detilnya semua

sempurna, termasuk kotak tempat jarum jam yang bisa berputar 360 derajat,

lengkap dengan batu berwarna pada bagian putaran jarum yang menjadi ciri khas

Cartier, harga produk aslinya adalah Rp 4.000.000 namun ditempat ini jam tangan

tersebut bisa didapat dengan harga Rp 500.000.

Di Korea, Itaewon merupakan surga barang-barang merek terkenal dengan

harga miring seperti baju kaos, sepatu, tas dan jam tangan bermerek Nike, Adidas,

Reebok dan lain-lain. Penjualan produk aspal di daerah ini biasanya mengikuti

permintaan dari konsumen yang berdasarkan tingkat kualitas nya. konsumen yang

(70)

Harga produk aspal bermerek terkenal beda tingkat KW maka akan beda juga

harganya. KW1 adalah tingkat kualitas terbaik dan harganya lebih mahal

dibandingkan KW2, KW2 harganya lebih murah dari KWI namun lebih mahal dari

KW2, KW3 adalah produk aspal yang harganya lebih murah dari KW1 dan KW2

karena kualitasnya dibawah KW1 dan KW2.

B. Fenomena Produk Aspal di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yang menggandrungi produk aspal

bermerek terkenal. Ada beberapa kota yang menjadi pusat perbelanjaan produk

aspal bermerek terkenal di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Malang,

dan Yogyakarta. Produk aspal bermerek tersebut didatangkan dari China,

Hongkong, dan Korea.

Di Jakarta kini bertaburan "tas-tas mewah", macam Gucci, Guess, Louis

Vuitton sampai Hermes. Semua merek tersebut dapat dijumpai, di ITC, Tanah

Abang, Melawai, harganya bisa di nego, dari delapan puluh ribu rupiah sampai

jutaan rupiah. Fenomena tas-tas mewah ini tak hanya melanda Jakarta, tapi juga

kota-kota lain macam Bandung, Malang, ataupun Medan. Di Medan, tempat untuk

belanja tas-tas produk aspal adalah Pajak Rame (Pasar di Medan). Tas-tas produk

aspal bermerek terkenal yang dijual di Indonesia KW1 Rata-rata dengan harga Rp

850.000, sedangkan biasanya tas bermerek terkenal asli seperti Gucci, Guess,

Louis Vuitton sampai Hermes harganya mencapai Rp 4.000.000 bahkan bisa lebih.

Bukan hanya tas-tas mewah tapi produk seperti jam tangan, sepatu, baju kaos,

(71)

Indonesia. Di Yogyakarta dan Bandung penjualan produk aspal bermerek terkenal

juga tersedia diotlet-outlet yang memang sengaja didirikan untuk menjual produk

aspal bermerek terkenal sehingga terkesan lebih bergengsi. Banyaknya konsu

Gambar

Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel V.2
Tabel V.3
Validitas Variabel Tabel V.8 Advertising Skepticism
+4

Referensi

Dokumen terkait

Komarudin., S.H Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Depok telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Depok Nomor: 615/Pid.Sus/2013/PN.Dpk

Secara garis besar metode SAW memiliki lima langkah, meliputi (a) menentukan kriteria; (b) menentukan bobot masing- masing kriteria; (c) memberikan nilai rating

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

Tidak hanya auditor operasional yang mendukung pencapaian dalam efektivitas pelayanan kesehatan, dibutuhkan juga penerapan good clinical governance untuk menjaga

Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 94 Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah

Sementara itu harga E a korosi baja dalam 20% asam asetat yang ditambah inhibitor lebih tunggi kecuali pada inhibitor AT dibandingkan dalam larutan asam tanpa

Pembuatan gambar mesin didasarkan pada kriteria rancangan mesin yang telah ditetapkan. Pada kegiatan menggambar ada dua proses yang harus dikerjakan secara simultan,

Lain halnya dalam pembelajaran kewirausahaan di SMA Adiguna Bandar Lampung cenderung lebih bersifat teoritis, sehingga siswa tidak memiliki kemampuan untuk memulai