commit to user 6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN
A. Prosedur
1. Pengertian Prosedur
Cole dalam Baridwan (2003:3) menyatakan bahwa prosedur adalah suatu urutan – urutan pekerjaan-pekerjaan kerani (clerical) biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Sedangkan menurut Mulyadi (2008:5) menyatakan bahwa prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal (tulis menulis, menggandakan, menghitung, membandingkan antara data sumber dengan data pendukung kedua belah pihak), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu urutan kegiatan yang tersusun dan biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Menurut Pamoedji (1996:39), prosedur kerja adalah rangkaian dari suatu tata kerja yang berurut, tahap demi tahap serta jelas menunjukkan jalan atau arus (flow) yang harus ditempuh dari mana pekerjaan berasal, kemana diteruskan dan kapan atau dimana selesainya, dalam rangka penyelesaian sesuatu bidang pekerjaan/tugas. Prosedur kerja juga adalah perincian langkah-langkah dari serangkaian fungsi yang diarahkan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Dengan kata lain prosedur kerja dapat diartikan sebagai rincian dinamika mekanisme organisasi.
Selanjutnya menurut Pamoedji (1996:40), mengemukakan hakekat dan luas prosedur tertulis ada bermacam-macam, biasanya terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
commit to user
a. Tidak ada yang diperlakukan apabila bidang lingkup metode demikian padatnya sehingga sedikit sekali koordinasi yang diperlukan, laporan juru analisa merupakan suatu catatan yang mencakup untuk mengadakan perubahan.
b. Koordinasi yang meliputi sejumlah unit pekerjaan benar-benar berarti dan bijaksana, serta prosedur antar bagian harus dicatat dan disetujui agar sistem yang baru dapat berjalan.
c. Serangkaian buku pedoman latihan diperlukan sebagai tambahan pada suatu prosedur umum, agar hal-hal yang penting tidak akan diabaikan apabila sistem yang baru diterapkan.
Selanjutnya menurut Syamsi (1994:17), bahwa untuk menyiapkan prosedur, maka harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pekerjaan yang akan dibuatkan prosedur kerja itu dicari data-datanya seakurat mungkin, yaitu cukup lengkap, terpercaya kebenarannya dan masih aktual. Data itu diperoleh dari dokumen dari instansi lain yang kira-kira sama, wawancara dengan petugas yang melakukan pekerjaan itu dan lain-lainnya. Data tersebut menyangkut bagaimana cara pekerjaan yang biasa dilakukan, fasilitas apa saja yang digunakan, dan berapa lama rata-rata waktu penyelesaiannya.
2) Setelah data-data tersebut terkumpul secukupnya, kemudian dipelajari seperlunya. Untuk meyakinkan hal itu kemudian pelajari gerak dan waktu (motion and time study) dengan mempraktekkan cara pengerjaannya perlahan-lahan. Masing-masing langkah gerak dicatat namanya dan diukur waktunya secara berurutan sampai selesainya pengerjaan.
3) Kemudian dianalisis apakah pengerjaan seperti itu sudah benar, dan apakah waktunya tidak terlalu lama. Dianalisis juga apakah kiranya perlu disederhanakan (dibuang yang tidak perlu), ataukah urutannya yang diubah agar lebih praktis dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan demi efisiensi cara kerja, apabila pekerjaan itu terdiri dari rangkaian prosedur
commit to user
yang harus dilalui dan penyelesaian akhirnya ke sasaran tertentu, kiranya perlu dibuatkan diagram jaringan kerja.
4) Setelah diadakan perubahan cara kerja, kemudian dicoba lagi untuk pemantapan apakah cara baru tersebut benar-benar telah dapat dan lebih praktis.
5) Apabila telah benar-benar mantap, kemudian prosedur kerja itu dituangkan ke dalam kartu prosedur kerja, isi dari kartu prosedur kerja itu antara lain : nama petugas yang harus mengerjakan beserta identitasnya, tempat kerjanya, fasilitas yang digunakan dan lain-lain yang dianggap perlu ini biasanya untuk instansi/perusahaan yang besar dan kompleks. Untuk prosedur kerja dalam organisasi yang sederhana atau biasa, cukup dicantumkan jenis pekerjaan, urutan pekerjaan, fasilitas yang digunakan beserta waktu penyelesaiannya.
6) Prosedur kerja ini selain dicantumkan dalam bentuk kerja, juga dihimpun (kualifikasi) dalam buku yang namanya buku petunjuk pelaksana kerja dan petunjuk teknis pelaksanaan kerja atau apapun namanya.
Winardi (1970:20), menjelaskan prosedur kerja harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :
a) Didasarkan atas fakta-fakta yang cukup jumlahnya mengenai situasi tertentu, bukan atas dugaan atau keinginan.
b) Memiliki stabilitas, namun juga harus ada fleksibilitas. c) Harus dapat mengikuti zaman.
Dengan demikian prosedur kerja sebaiknya disusun baku agar dapat dilaksanakan secara konsekuen, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan perubahan apabila sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi yang ada. Sehingga perubahan didalam rangkaian prosedur kerja tetap diutamakan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan para konsumen.
2. Prosedur Pembukuan pada Perusahaan Keuangan
Prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi-
commit to user
transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklarifikasikan data akuntansi yang tepat. Klarifikasi data akuntansi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar. Susunan rekening-rekening-rekening-rekening dalam buku besar biasanya disebut chart of accounts (Kasmir, 2002:13).
Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), susunan rekening yang baik harus dapat memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan keuangan dan
laporan- laporan lainnya dengan ekonomis.
b. Meliputi rekening-rekening yang diperlukan untuk menggambarkan dengan baik dan teliti harta-harta milik, utang-utang, pendapatan-pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya yang harus dirinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen di dalam melakukan pengawasan operasi perusahaan.
c. Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat di dalam setiap rekening.
d. Memberikan batas sejelas-jelasnya antara pos-pos aktiva, modal, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya.
e. Membuat rekening-rekening kontrol apabila diperlukan (Kasmir, 2002:23-25).
Susunan rekening-rekening dalam buku besar ini biasanya diberi nomor kode dengan cara tertentu dan dibuatkan buku pedoman mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening.Pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi dapat dilakukan melalui prosedur-prosedur yang ditetapkan lebih dahulu. Prosedur-prosedur ini akan disusun untuk seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan. Dalam setiap prosedur akan digunakan dokumen-dokumen yang merupakan bukti terjadinya transaksi dan juga sebagai dasar untuk pencatatan transaksi-transaksi tersebut.
3. Prosedur Umum Kredit
Menurut Jusuf (2003:115-20), dalam pengajuan kredit kepada bank, pemohon individu atau perusahaan harus melakukan tahapan-tahapan dalam pemohonan kredit. Pemohon kredit individu atau perusahaan perlu
commit to user
mempersiapkan data-data yang diperlukan sebagai informasi yang dibutuhkan oleh bank selaku kreditur. Terdapat tujuh tahapan proses kredit yang secara umum berlaku di bank, yaitu sebagai berikut:
a. Permohonan kredit
Proses penyaluran kredit dimulai dari masuknya permohonan kredit ke bank, yang biasa berawal dari hasil perbincangan calon debitur dengan pihak bank atau melalui pengajuan tertulis. Kenyataannya pengajuan tertulis baru dilakukan setelah didahului oleh pembicaraan secara lisan. Pengajuan tertulis berisikan informasi perusahaan yang diberikan kepada bank. Pengajuan tertulis ini disebut dengan proposal kredit. Secara umum isi suatu proposal kredit dapat diringkas sebagai berikut.
Tabel 2.1 Proposal kredit
Bagian Keterangan Isi
Ringkasan eksekutif Bagian ini merupakan kondensasi seluruh isi proposal kredit. Panjangnya maksimum 2 halaman.
Identitas Memberikan informasi mengenai nama,
alamat, telepon, faks, e-mail, situs, dan nama orang yang dapat dihubungi. Gambaran umum Uraian detail mengenai perusahaan, baik
dari sisi legal, filosofis, pengurus, bisnis yang ditekuni dan lain-lain.
Kondisi keuangan Uraian dan anlisis tentang situasi
keuangan perusahaan. Sedapat mungkin, lakukan analisis terhadap kinerja
beberapa tahun. Jangan hanya potret sesaat.
Analisis industri Analisis tentang situasi industri yang ditekuni baik saat ini maupun prospek masa depan.
Rencana bisnis Inisiatif-inisiatif yang akan
diimplementasikan perusahaan untuk masa depan termasuk di dalamnya
commit to user
berbagai investasi yang dibutuhkan. Struktur keuangan
(proposal kredit)
Uraian detail tentang struktur
keuangan/pembiayaan yang dibutuhkan termasuk pengajuan pinjaman.
Analisis proyeksi keuangan Gambaran situasi keuangan perusahaan di masa yang akan datang, termasuk di dalamnya proyeksi yang akan
dimanfaatkan untuk pelunasan pinjaman. Jaminan kredit Uraian detail mengenai aktiva yang akan dijaminkan ke bank sehubungan dengan permohonan kredit yang dilakukan.
Lampiran Tambahan dan kelengkapan informasi
yang merupakan kesatuan dari proposal kredit termasuk di dalamnya dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pengajuan kredit.
Sumber : Jusuf (2003 : 117)
Begitu permohonan diterima lisan maupun tulisan, bank mulai bekerja lewat investigasi awal. Mereka mulai mencari tahu mengenai diri calon debitur ke berbagai sumber. Apabila segalanya menunjukkan sinyal positif atau bagus, barulah mereka akan melangkah ke tahap berikutnya. Akan tetapi, bila sebaliknya, maka dengan cepat bank akan menolak permohonan kredit.
b. Pengumpulan data usaha dan peninjauan jaminan
Jika bank menilai bahwa permohonan kredit layak diproses lebih lanjut, bank akan menelepon pemohon kredit untuk membuat perjanjian pertemuan. Pada saat kunjungan ini, bank berusaha mengenal bisnis calon debitur sejelas-jelasnya dan sedalam-dalamnya. Calon debitur harus memberikan dukungan penuh kepada officer bank yang melakukan kunjungan. Calon debitur harus memberikan keterangan yang jelas mengenai jaminan yang akan diberikan kepada bank. Penilaian jaminan umumnya dilakukan oleh karyawan bank.
commit to user c. Analisis kredit
Berdasarkan data yang telah terkumpul, account/credit officer bank akan melakukan analisis kredit. Pada dasarnya, ada dua golongan data yang dianalisis yaitu pertama adalah analisis terhadap data kuantitatif seperti menghitung kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan, kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman, analisis keuangan, dan lain-lain. Kedua adalah analisis terhadap data kualitatif, misalnya cara calon debitur menghadapi persaingan, kemampuan manajemen dalam mengelola bisnis dan lain-lain.
Dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5 C, yaitu:
1) Character (watak)
Penilaian terhadap personalitas debitur, bagaimana sifatnya, kejujurannya, rajin, tidak pemabuk, tidak penjudi, pergaulannya di masyarakat, pendapat masyarakat mengenai calon debitur, masa kerja debitur pada tempat pekerjaan terakhir, usia debitur, dan lain-lain. Watak calon debitur juga dapat diketahui dengan melihat kelancaran pembayaran kredit di masa lalu jika ada, sedangkan untuk nasabah non-kredit, wataknya dapat diketahui dengan melihat kebiasaan setor/tarik, kualitas giro yang disetor atau apakah nasabah pernah membuka giro kosong. Analis kredit akan memeriksa Daftar Hitam Bank Indonesia (BI Checking) untuk melihat kolektibilitas kredit/tingkat kesehatan kredit debitur. Analis kredit juga melakukan
trade checking yaitu pencarian informasi ke rekan bisnis pemohon
kredit, pesaingnya ataupun pemilik usaha sejenis untuk memperoleh informasi mengenai reputasi, etika, jenis usaha, dan perilaku bisnis calon debitur.
2) Capacity (kapasitas)
Kemampuan calon debitur untuk membayar, di mana diteliti mengenai pendidikan dan pengalaman usahanya, reputasi perusahaan, riwayat usaha, keahliannya dalam bidang usaha tersebut sehingga
commit to user
bank mempunyai keyakinan bahwa suatu usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh orang-orang yang tepat. Analis kredit akan melihat bagaimana kemampuan calon debitur dalam menghasilkan laba, kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari, dan memenuhi kewajiban kredit. Aspek pemasaran meliputi harga pokok, pengelolaan, penagihan. Aspek pembelian terutama untuk sektor bisnis manufaktur dan perdagangan meliputi jumlah pembelian per bulan, besarnya pembelian tunai, porsi dan lama kredit pemasok, fluktuasi pemasok, fluktuasi pasokan, dan melihat kualitas hubungan calon debitur dengan pemasok.
3) Capital (modal)
Meneliti besar kecilnya modal dan bagaimana pendistribusian modal, apakah ada modal yang cukup untuk menggerakkan sumber daya secara efektif, apakah pengaturan modal kerja baik, sehingga perusahaan berjalan lancar, berapa besar modal kerja, perlu pula dinilai sumber dan struktur permodalan, tingkat pertumbuhan laba, di mana semua ini dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan.
4) Collateral (jaminan)
Jaminan yang diberikan calon debitur akan dianalisis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Nilai jaminan yang harus dipenuhi (liquid value) adalah 70% dari niali jaminan (nilai pasar), sedangkan permohonan kredit akan dipertimbangkan jika Cover ratio di atas 100%, di mana :
Cover ratio = Liquid Value / Permohonan Kredit x 100 %
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis jaminan antara lain jaminan mempunyai nilai ekonomis secara umum dan bebas, jaminan tidak mudah dipasarkan, tidak cepat rusak, dan yang lainnya tidak mengurangi nilai ekonomisnya, kondisi dan lokasi jaminan cukup baik. Syarat yuridis jaminan yang juga harus dipenuhi adalah jaminan milik calon debitur, ada dalam penguasaan debitur, tidak dalam sengketa, memiliki bukti-bukti kepemilikan atas nama
commit to user
calon debitur, barang jaminan tersebut juga harus bebas dan tidak ada kaitannya dengan pihak lain.
5) Condition (kondisi)
Kondisi ekonomi secara umum dan khusus menyangkut fleksibilitas sektor usaha calon debitur dalam menghadapi perubahan di masa yang akan datang perlu diteliti. Dengan maksud agar bank dapat memperkecil resiko yang mungkin timbul oleh situasi ekonomi. Aspek-aspek yang diperhatikan bank dalam mengevaluasi suatu proposal kredit antara lain peraturan pemerintah, kondisi sosial politik, pengaruh fluktuasi kurs terhadap bisnis dan kredit nasabah, perkembangan teknologi, persaingan baik persaingan diantara sesama pemain industri yang sama maupun persaingan antara industri seperti munculnya produk subtitusi. Bank harus mengetahui strategi yang akan diimplementasikan calon debitur untuk menghadapi persaingan tersebut.
d. Penyusunan proposal kredit
Berdasarkan hasil analisis kredit yang dilakukan, bank akan sampai pada kesimpulan mengenai kelayakan proposal kredit. Jika layak,
account officer akan menyusun proposal kredit untuk diajukan ke pejabat
kredit yang berwenang agar disetujui oleh pejabat tertentu. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa dalam pengambilan keputusan sering kali para pejabat bank tidak mengenal pribadi atau bisnis calon debitur sebelumnya. Mereka hanya membacanya dari proposal kredit yang disusun oleh account officer. Itu sebabnya kelengkapan dan kejelasan data calon debitur sangatlah penting.
e. Pengumpulan data pelengkap
Apabila proposal kredit dinilai layak untuk dibiayai, bank sudah tentu akan menyetujui proposal tersebut. Calon debitur akan menerima kabarnya dari officer yang mengajukan. Biasanya, selain menerima pemberitahuan tadi, calon debitur pun diminta untuk segera melengkapi berbagai dokumen yang dibutuhkan dalam rangka realisasi permohonan
commit to user
kredit yang telah disetujui, seperti dokumen jaminan yang asli, kelengkapan data calon debitur, dan sebagainya. Tabel berikut menunjukkan berbagai dokumen pengajuan kredit.
Tabel 2.2
Dokumen Pengajuan Kredit
Jenis dokumen Perorangan Perusahaan
Fotokopi identitas diri (umumnya KTP)
Suami dan istri untuk yang telah menikah
Susunan pengurus dan pengawas Fotokopi NPWP √ √ Fotokopi kartu keluarga √ - Fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya - √ Fotokopi SIUP/SITU/TDP √ √ Fotokopi rekening koran √ √ Fotokopi dokumen jaminan √ √ Laporan keuangan minimum 2 tahun terakhir
Untuk pengajuan jumlah kredit tertentu
Dokumen tambahan yang dianjurkan untuk debitur pengusaha perorangan dan perusahaan
Laporan penilaian
Terutama untuk jaminan yang nilainya relatif besar dan/ atau kompleks
commit to user jaminan dari perusahaan penilai independen Studi kelayakan proyek
Terutama untuk jaminan yang nilainya relatif besar dan/ atau kompleks
Proposal kredit Terutama untuk jaminan yang nilainya relatif besar dan/ atau kompleks
Keterangan: √ = harus dilengkapi Sumber : Jusuf (2003:117)
f. Pengikatan kredit dan pengikatan jaminan
Dapat dikatakan, pada saat inilah hubungan perkreditan dimulai. Dengan menandatangani perjanjian kredit dan jaminan, bank dan calon debitur menyepakati berbagai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kredit yang akan diberikan bank. Ada dua perjanjian yang akan ditandatangani:
1) perjanjian kredit yang berisi aspek yang berkaitan dengan kredit, misalnya jumlah, mata uang, suku bunga, jangka waktu, persyaratan penarikan dana, pembayaran bunga dan pokok, dan sebagainya; 2) perjanjian jaminan yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari
suatu kredit, misalnya, pemberian kuasa kepada bank untuk menjual mobil apabila terjadi kredit bermasalah, pemasangan hak tanggungan untuk jaminan tanah/bangunan, pengalihan hak tagihan, dan sebagainya.
g. Administrasi pinjaman
Pekerjaan ini sepenuhnya ada di bank. Bank akan mengusahakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pinjaman yang disalurkan. Misalnya, menyimpan jaminan dan dokumennya di tempat yang aman dan tahan api, memasukkan data debitur ke sistem komputer, menghitung bunga, melakukan pemotongan cicilan kewajiban, dan sebagainya.
commit to user h. Pencairan dana dan pembukaan fasilitas
Setelah semuanya siap, maka dana kredit dapat dicairkan sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam perjanjian kredit. Untuk pinjaman konstruksi misalnya, setiap pencairan harus disertai bukti prestasi bangunan, pinjaman ekspor harus dilengkapi dengan bukti order atau L/C
(letter of credit) dan seterusnya. Proses di atas bukanlah suatu proses
yang berlangsung hanya satu kali, tetapi akan terus berlangsung selama kredit masih belum lunas. Hal ini berlaku terutama untuk pinjaman modal kerja yang akan diperpanjang terus. Sebelum perpanjangan dilakukan, bank akan melakukan peninjauan kembali pada bisnis calon debitur, meminta data terbaru, dan seterusnya. Artinya calon debitur akan terus berinteraksi dengan bank.
B. Kredit
1. Definisi Kredit
Perkataan kredit sesungguhnya berasal dari bahasa latin “credere”
yang berarti kepercayaan, atau “credo” yang berarti saya percaya. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit, berarti ia memperoleh kepercayaan (trust). Dengan perkataan lain maka kredit mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu (Firdaus, 2009:1).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka (11) mengatakan arti “kredit” sebagai berikut :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Didalam pemberian kredit terdapat dua pihak yang berkepentingan langsung yaitu pihak yang kelebihan uang disebut pemberi kredit dan yang
commit to user
membutuhkan disebut penerima kredit. Bilamana terjadi pemberian kredit berarti pihak yang berkelebihan uang memberikan uangnya (prestasi) kepada pihak yang memerlukan uang dan pihak yang memerlukan uang berjanji akan mengembalikan uang tersebut disuatu waktu tertentu dimasa yang akan datang. Disini terkaitlah faktor waktu antara pemberian prestasi dan penerimaan prestasi tersebut. Tenggang waktu antara pemberian dan penerimaan kembali prestasi ini adalah sesuatu hal yang abstrak, yang tak dapat diukur secara nyata, sukar untuk diraba (Singungan, 1983: 12).
Masa antara pemberian dan penerimaan prestasi tersebut dapat berjalan beberapa menit saja dan dapat pula berlangsung dalam beberapa tahun. Karenanya dalam kredit terkandung pula pengertian tentang degree of risk, suatu tingkat resiko tertentu, oleh karena pelepasan kredit mengandung suatu resiko bagi penerima kredit (Singungan, 1983: 13).
Jadi disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil, kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar langsung kedevelover dan nasabah hanya membayar cicilan rumah tersebut setiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.
2. Unsur-Unsur dalam Perjanjian Kredit
Berdasarkan UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan terdapat beberapa unsur perjanjian kredit yaitu:
a. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Uang dalam hal ini adalah sejumlah dana (tunai dan saldo rekening giro) baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Dalam pengertian “penyediaan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu” adalah cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro
commit to user
nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari, pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang (factoring) dan pengambilalihan (pembelian) kredit atau piutang dari pihak lain seperti negosiasi hasil ekspor (Ginting, 2005:1)
b. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antarabank dengan pihak lain.
Sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata, agar suatu perjanjian menjadi sah diperlukan empat syarat, yaitu kesepakatan para pihak, kecakapan untuk membuat perjanjian, terdapat obyek tertentu dan ada suatu kausa (cause) yang halal. Selain kesepakatan antara debitur dan kreditur juga diperlukan ketiga syarat lain tersebut di atas sebagai dasar untuk menyatakan sahnya suatu perjanjian (Ginting, 2005:1).
c. Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktru tertentu. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari adanya hubungan pinjam meminjam antara debitur dan kreditur.
d. Pelunasan utang yang disertai dengan bunga. Bunga merupakan nilai tambah yang diterima kreditur dari debitur atas sejumlah uang yang dipinjamkan kepada debitur dimaksud.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Suyanto (1993:14) adalah sebagai berikut:
1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
2) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontrapertasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3) Degree Of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Sebagai upaya mengurangi resiko diperlukan strategi dengan syarat adanya jaminan pokok maupun tambahan.
commit to user
4) Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang. Tetapi juga dapat bentuk batang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang adalah yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan.
3. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Hasanuddin Rahman (1995:108), secara umum jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Berdasarkan penggunaannya
1) Commercial Loan
Merupakan kredit yang diberikan kepada seseorang atau badan usaha, sehingga kredit ini mampu memperbaiki atau mengembangkan kinerja (performance) usaha debitur, bahkan jika mungkin dapat membawa efek berganda yang sifatnya positif (multiplier effect). Penggunaan jenis kredit ini adalah untuk usaha-usaha produktif (kredit investasi dan kredit modal kerja), yang dapat mendukung sector riil dalam kehidupan perekonomian masyarakat
b) Consummer’s Loan
Merupakan kredit yang diberikan bukan untuk kegiatan usaha yang produktif, tetapi untuk penggunaan yang bersifat konsumtif, namun mampu meningkatkan taraf hidup dan memperkuat daya beli si peminjam, yang secara tidak langsung mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor riil.
b. Berdasarkan Jangka Waktu 1) Kredit jangka pendek
Kredit ini merupakan yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. 2) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
commit to user 3) Kredit Jangka Panjang
Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang.
c. Berdasarkan sifatnya
1) Revolving, merupakan kredit yang dananya dapat ditarik dan disetor
sesuai kebutuhan dan digunakan secara berulang-ulang sepanjang masih tersedia kelonggaran tarik (plafon) serta jangka waktu kredit.
2) Non-Revolving, merupakan kredit yang dananya dapat ditarik secara
sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan, namun untuk dana yang telah disetorkan (diangsur) tidak dapat digunakan/ditarik kembali secara berulang walaupun jangka waktu kredit masih berlaku.
4. Penggolongan Kolektivitas Kredit
Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.30/267/KEP/DIR, seluruh kredit diklasifikasikan berdasarkan lama jangka waktu pemenuhan ketepatan pembayaran kembali pokok menjadi lima golongan, yaitu:
a. Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penunggakan pengembangan pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
b. Kredit dalam perhatian khusus yaitu kredit yang mengalami penunggakan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama 1 hari sampai dengan kurang dari 90 hari jadwal yang diperjanjikan.
c. Kredit diragukan yaitu kredit yang mengalami penunggakan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama > 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari sampai dengan kurang dari 180 hari dari jadwal yang diperjanjikan.
d. Kredit diragukan yaitu kredit yang mengalami penunggakan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama > 180 hari sampai dengan kurang dari 270 hari jadwal yang telah diperjanjikan.
commit to user
e. Kredit macet adalah kredit yang mengalami penunggakan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama lebih dari 270 hari dari jadwal yang telah diperjanjikan bunganya selama lebih dari 270 hari dari jadwal yang telah diperjanjikan.
Menurut Muchdarsyah Sinungan (1993:265) pengelompokan kredit berdasarkan keadaan dan kelancarannya sangat perlu untuk dilakukan demi kelancaran tugas-tugas pengamanan fasilitas-fasilitas yang telah diberikan kepada para nasabah.
C. Prosedur Pengajuan Kredit
Pada umumnya, bank membagi debiturnya ke dalam dua golongan besar,yaitu debitur perorangan dan debitur perusahaan (sekali lagi, debitur adalah pihak yang meminjam uang dari bank).
Berikut ini adalah persyaratan yang diminta bank sesuai golongan debiturnya seperti dijelaskan dalam forumkompas.com pada tanggal 3 Februari 2013 yaitu:
1. Debitur Perorangan
Debitur perorangan terdiri dari berbagai macam latar belakang profesi. Bisa dokter, artis, pegawai negeri, perancang busana, arsitek, karyawan swasta, pedagang, dan lain sebagainya. Tiap-tiap profesi mempunyai ciri khasnya sendiri yang oleh bank dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu wirausahawan, karyawan, dan profesional.
Persyaratan yang diminta untuk masing-masing debitur perorangan tersebut pada umumnya adalah:
a. Kopi identitas diri (KTP , SIM, atau paspor). b. Kopi akte nikah (bagi yang sudah menikah).
Bank akan meminta salinan akte nikah bagi debitur yang sudah menikah adalah untuk mengetahui apakah harta yang dijaminkan merupakan harta bersama suami-istri (harta gono-gini) atau bukan, sehingga baik istri atau suami debitur dapat dimintai persetujuannya dan turut bertanggung jawab terhadap harta yang dijaminkan ke bank berikut
commit to user
sejumlah hutangnya.Jika calon debitur memiliki Perjanjian Pisah Harta, yaitu perjanjian notariil antara suami-isteri yang isinya adalah harta yang diperoleh selama perkawinan merupakan harta masing-masing pribadi, maka Bank juga akan meminta foto kopi perjanjiannya
c. Kopi kartu keluarga.
Untuk mengetahui apakah calon debitur juga menanggung biaya hidup oang lain selain dirinya sendiri.
d. Kopi rekekening koran/rekening giro atau buku tabungan di bank manapun antara 3 bulan terakhir.
Data tersebut diperlukan Bank untuk melakukan analisa keuangan calon debiturnya, sehingga dapat diukur seberapa besar penghasilan debitur yang dapat disisihkan untuk membayar angsuran pinjaman tiap bulannya.
e. Kopi slip gaji atau surat keterangan penghasilan dari perusahaan tempat bekerja calon debitur.
Syarat ini hanya diberlakukan untuk calon debitur yang bekerja di suatu perusahaan, pemerintah maupun swasta. Tujuannya untuk memastikan bahwa calon debitur memang bekerja di situ dan memiliki penghasilan tetap setiap bulannya.
2. Debitur Badan Usaha / Perusahaan
Debitur yang berbentuk perusahaan meliputi bentuk badan usaha seperti CV, PT, firma, dan lain-lain. Persyaratan yang diminta antara lain: a. Kopi identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris). b. Kopi NPWP (Nomor Pokok wajib pajak).
c. Kopi SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan).
d. Kopi Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan beserta perubahannya dari Notaris.
e. Kopi TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
Dokumen di atas akan digunakan oleh bank untuk memeriksa keabsahan / legalitas antara apa yang tercantum di akte pendirian dengan
commit to user
bidang usahanya, segala surat perizinannya dan kewajiban pajaknya terhadap negara.
f. Kopi rekening koran/giro atau buku tabungan di bank manapun selama 3 bulan terakhir.
g. Data keuangan lainnya, seperti neraca keuangan, laporan rugi laba, catatan penjualan & pembelian harian, dan data pembukuan lainnya.
Dua dokumen ini digunakan Bank untuk melakukan berbagai analisa keuangan terhadap calon debiturnya. Kesanggupan debitur dalam membayar kembali hutangnya akan dianalisa dari berbagai sisi, seperti: kesanggupan dalam membayar kembali hutang jangka pendeknya, kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya, kemampuan dalam mencetak laba, dan sebagainya.
commit to user
Gambar 2.3 Alur Prosedur Pengajuan Kredit PD.BPR BKK BOYOLALI Cab Banyudono
Sumber: diolah dari hasil wawancara dengan Subsi kredit PD.BPR BKK BOYOLALI Cab Banyudono
Debitur Isi Data Diri Data Disetujui Ditolak Surat Penolakan Disetujui Ditolak Surat Penolakan Realisasi Kredit Survei Data Analisa Data Berkas Dilengkapi Realisasi Kredit
commit to user
D. Metode Pengamatan
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan ini adalah PD. BPR BKK Boyolali Cabang Banyudono yang beralamat di Jl. Raya Pasar Pengging KM 02 Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Penulis memilih perusahaan tersebut karena selain sebagai tempat magang penulis, BPR BKK Boyolali Cabang Banyudono juga melibatkan kegiatan perkreditan sehingga menjadi masalah yang layak untuk diteliti.
2. Jenis Pengamatan
Pengamatan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana pengamatan yang dilakukan terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta. Hasil pengamatan ditekankan pada pemberian gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diamati. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
3. Sumber data
a. Narasumber
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber disini memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. ( H.B Sutopo 2002 : 50 )
Narasumber dalam pengamatan ini adalah pimpinan dan karyawan dari PD BPR BKK Boyolali Kota Cab Banyudono.
b. Dokumen dan Arsip
Dalam pengamatan ini diperoleh data dari beberapa arsip dan dokumen yang berhubungan dengan masalah pengamatan tersebut.
commit to user c. Tempat dan Lokasi
Tempat ditemukannya data adalah di kantor PD BPR BKK Boyolali Kota Cabang Banyudono.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Melaksanakan wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara
(interviewee) dengan maksud menghimpun informasi interviewee.
Menurut Kahn dan Cannell dalam Sarosa (2012: 45) wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.
b. Observasi
Menurut Riduwan (2009: 104) menyatakan bahwa observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.
c. Pengkajian Dokumen dan Arsip
Yaitu mengkaji dokumen dan arsip yang terdapat di perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diamati.
5. Teknik Analisa Data
Sutopo (2002: 94) menyatakan bahwa analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Reduksi Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dicatat dalam bentuk catatan lapangan, direduksi,
commit to user
yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
b. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang diipahami tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.