• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Biaya Operasi

Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai biaya atau beban.

a. Beban/biaya pabrik, terdiri dari :

1. Biaya pabrikasi dan bahan baku yang digunakan 2. Penyusutan dan deplesiasi pabrik

3. Gaji dan upah (tenaga kerja langsung) b. Beban penjualan dan distribusi, terdiri dari :

1. Beban distribusi 2. Iklan dan pameran 3. Gaji, upah dan tunjangan 4. Jasa tenaga ahli

5. Transportasi 6. Sewa 7. Penyusutan 8. Beban lain-lain

c. Beban umum dan administrasi, terdiri dari : 1. Gaji, upah dan tunjangan

2. Jasa tenaga ahli

(2)

3. Sumbangan dan representasi 4. Biaya trademark

5. Perjalanan

6. Perbaikan dan pemeliharaan 7. Sewa

8. Penyusutan

9. Amortisasi beban tangguhan 10. Beban lain-lain

4.2 Pemisahan Biaya Operasi

Langkah pertama yang diperlukan untuk melakukan perhitungan Break Even Point adalah dengan memperhatikan iktisar perhitungan laba rugi, yaitu pada penjualan netto, komposisi biaya-biaya operasi, dan kapasitas produksi atau kapasitas penjualan perusahaan, sehingga dapat diketahui unit penjualan dan tingkat harga per unit biaya-biaya operasionalnya.

Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengklasifikasinya dan memisahkan biaya-biaya operasionalnya berdasarkan sifatnya. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan data dan mempermudah perhitungan maupun penganalisaannya.

Biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi perusahaan-perusahaan dikelompokkan menjadi tiga bagian, antara lain sebagai berikut : a. Biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar

(3)

b. Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau produksi.

c. Biaya semi variabel, adalah biaya yang pada aktivitas tertentu memperlihatkan karakteristik biaya tetap dan biaya variabel, didalamnya.

Pengelompokan biaya-biaya yang terjadi pada PT. Holcim Indonesia Tbk adalah sebagai berikut :

a. Biaya tetap (fixed costs), terdiri dari : 1. Beban distribusi

2. Beban gaji, upah dan tunjangan 3. Biaya transportasi

4. Biaya sewa 5. Biaya penyusutan

6. Biaya perbaikan dan pemeliharaan b. Biaya Variabel (Variable costs) terdiri dari :

1. Biaya pabrikasi dan bahan baku yang digunakan 2. Biaya gaji dan upah (tenaga kerja langsung) c. Biaya Semi Variabel terdiri dari :

1. Biaya menyusutan dan deplisiasi pabrik 2. Iklan dan pameran

3. Jasa tenaga ahli

4. Sumbangan dan representasi 5. Biaya trade mark

(4)

6. Biaya perjalanan

7. Biaya amortisasi beban tangguhan 8. Biaya lain-lain

Langkah selanjutnya ialah memisahkan biaya semi variabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini dilakukan karena dalam perhitungan BEP hanya mengenal biaya tetap dan biaya variabel dan tidak ada biaya semi variabel sesuai dengan yang diasumsikan dalam perhitungan analisa BEP.

Adapun biaya semi variabel yang terjadi pada PT. Holcim Indonesia Tbk dari tahun 2005 sampai 2008 adalah sebagai berikut

Tabel 4.1

PT Holcim Indonesia Tbk

Biaya semi variable (dalam jutaan rupiah) Tahun Uraian

2005 2006 2007 2008 - Biaya penyusutan dan deplesiasi pabrik

- Biaya iklan dan pameran - Biaya jasa tenaga ahli

- Biaya sumbangan dan representasi - Biaya trademark

- Biaya perjalanan

- Biaya amortisasi beban tangguhan - Biaya lain-lain 389.659 15.450 59.500 4736 - 7.683 22.093 48.262 427.307 46.589 35.054 8.298 7.402 7.167 2.490 70.240 282.151 44.690 23.214 4.698 14.710 5.285 286 57.281 288.559 54.494 17.753 4.028 20.986 9.323 508 63.248 Total biaya semi variabel 547.383 604.547 432.315 458.899 Kapasitas produksi (dalam ribuan ton) 6.593 6.077 5.158 5.101

(5)

Untuk tahun 2005 dan 2006, data yang digunakan dalam satu tahun. Namun untuk tahun 2007 dan 2008 adlaah data hingga kuartal ke-3 (bulan September). Oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian untuk jumlah total biaya semi variabel dan kapasitas produksi. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh total biaya semi variabel tahun 2005 adalah Rp. 410.537.000.000,- dan tahun 206 adalah Rp. 453.410.000.000,- sedangkan untuk kapasitas produksi tahun 2005 adalah 4.944.750 ton dan tahun 2006 adalah 4.557.750 ton.

Metode perhitungan yang dilakukan dalam pemisahan biaya semi variabel ini adalah menggunakan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method). Perhitungannya dilakukan dengan rumus sebagai berikut : Biaya Variabel = x kt kr kt br bt − − Biaya Tetap = bt - x kt kr kt br bt − − Dimana :

Dari data-data yang diperoleh, penulis dapat menentukan bahwa : kt = 5.158.000 ton

kr = 4.557.750 ton

bt = Rp. 458.899.000.000,- br = Rp. 410.537.000.000,-

jika dilakukan perhitungan dengan rumus di atas, maka akan diperoleh hasil

(6)

Biaya Variabel = x kt kr kt br bt − − 5.158.000 x 4.557.750 -5.158.000 0.000 41.0537.00 -0.000 458.899.00 = 5.158.000 x 600.250 .000 48.362.000 = = Rp. 415.579.000.000,- Biaya Tetap = bt - x kt kr kt br bt − − = 458.899.000.000 – (458.899.000.000 – 410.537.000.000) x 5.158.000 5.158.000 – 4.557.750 = 458.899.000.000 – 415.579.000.000 = Rp. 43.320.000.000

Setelah memisahkan biaya-biaya yang terdapat di dalam biaya semi variabel, menjadi biaya tetap dan biaya variabel, maka dapat disusun dengan jelas komponen-komponen biaya yang terjadi pada PT. Hoclim Indonesia Tbk untuk tahun 2007 dan 2008 yang menjadi fokus penelitian dibanding dua tahun yang lain. Biaya-biaya tersebut disajikan dalam tabel berikut ini :

(7)

Tabel 4.2

PT. Holcim Indonesia Tbk Biaya Tetap (dalam jutaan rupiah)

Tahun Uraian

2007 2008 Biaya distribusi

Biaya gaji, upah dan tunjangan Biaya transportasi

Biaya sewa Biaya penyusutan

Biaya perbaikan dan pemeliharaan

242.455 116.720 5.395 6.007 4.659 3.595 285.191 114.833 4.730 8.369 6.083 4.535

Jumlah biaya tetap 378.831 423

Biaya tetap dari biaya semi variabel 84.999 43.320

Total biaya tetap 463.830 467.061

Sumber : Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk yang telah diolah

Tabel 4.3

PT. Holcim Indonesia Tbk Biaya Variabel (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Uraian 2007 2008

Biaya pabrikasi dan bahan baku yang digunakan Biaya gaji dan upah (TKL)

Jumlah biaya variabel

Biaya variabel dari alokasi biaya semi variabel

1.355.660 146.168 1.501.828 368.411 1.781.181 176.043 1.957.224 415.579 Total biaya variabel 1.870.239 2.372.803 Sumber : Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk yang telah diolah

(8)

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3, dapat bahwa biaya tetap untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp. 463.830.000.000,- dan tahun 2008 adalah sebesar Rp. 467.061.000.000,-. Sedangkan total biaya variabel tahun 2007 adalah Rp. 1.870.239.000.000,- dan tahun 2008 adalah Rp. 2.372.803.000.000,-

4.3 Perhitungan Break Even Point

Setelah biaya-biaya dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, maka break even point dapat dihitung. Namun, sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu harga per unit produk dan harga variabel per unit untuk melakukan perhitungan BEP dalam unitnya atau kualitasnya.

Untuk mencari harga per unit dan biaya variabel per unit, dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Harga jual =

produksi kapasitas

bersih penjualan

Harga jual tahun 2007 =

ton Rp 000 . 158 . 5 000 . 000 . 602 . 726 . 2 .

Harga jual tahun 2008 =

ton Rp 000 . 101 . 5 000 . 000 . 981 . 440 . 3 .

Biaya variabel per unit =

produksi kapasitas

total iabel Biaya var

Biaya variabel tahun 2007 =

ton Rp 000 . 158 . 5 000 . 000 . 407 . 917 . 1 .

Biaya variabel tahun 2008 =

ton Rp 000 . 101 . 5 000 . 000 . 463 . 303 . 2 . = Rp. 451.571 / ton

(9)

Break even point PT. Holcim Indonesia Tbk untuk tahun 2007 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BEP (dalam unit) FC P – VC Rp. 463.830.000.000 Rp. 528.616 – Rp. 371.735 Rp. 463.830.000.000 Rp. 156.881 = 2.956.572 ton

BEP (dalam rupiah) =

S VC FC 1 = 000 . 000 . 602 . 726 . 2 . 000 . 000 . 239 . 870 . 1 . 1 000 . 000 . 830 . 463 . Rp Rp Rp − = 31 , 0 000 . 000 . 830 . 463 . Rp = Rp 1.476.803.000.000,-

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa tingkat break even pada tahun 2007 adalah sebesar 2.956.572 ton atau pada tingkat penjualan

=

=

(10)

Rp. 1.476.803.000.000,-. Artinya bahwa pada tingkat penjualan tersebut, perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Break even point PT. Holcim Indonesia Tbk untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut :

BEP (dalam unit) =

P VC FC − = 571 . 451 . 570 . 674 . 000 . 000 . 315 . 494 . Rp Rp Rp − = ton Rp Rp 669 . 216 . 2 999 . 222 . 000 . 000 . 315 . 494 . = BEP (dalam Rp) = S VC FC − 1 = 000 . 000 . 981 . 440 . 3 . 000 . 000 . 465 . 303 . 2 . 1 000 . 000 . 315 . 494 . Rp Rp Rp − 33 , 0 000 . 000 . 315 . 494 . Rp = Rp 1.497.924.000.000

(11)

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa tingkat break even pada tahun 2008 adalah sebesar 2.216.669 ton atau pada tingkat penjualan Rp 1.497.924.000.000. Artinya bahwa pada tingkat penjualan tersebut, perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Selain dengan rumus-rumus tersebut, hasil break even point juga dapat dilihat dari grafik berikut ini.

Gambar 4.1

PT. Holcim Indonesia Tbk Gambar Break Even Point

Tahun 2007 Biaya dan penjualan

(Juta Rp) 2.726.602 1.870.239 1.476.803 463.830 Fc Vc Tc (ribu ton) Volume Penjualan 2.956,572 Rugi BEP Laba Penjualan

(12)

Dari gambar terlihat bahwa keadaan Break Even Point perusahaan

terjadi pada tingkat produksi 2.956.572 ton dengan nilai penjualannya sebesar Rp. 1.476.803.000.000,-. Semakin besar perusahaan meningkatkan produksi

maka semakin besar pula keuntungan yang akan diperolehnya.

Gambar 4.2

PT. Holcim Indonesia Tbk Gambar Break Even Point

Tahun 2008 Biaya dan Penjualan

(Juta Rp) 3.440.981

2.303.465

1.497.924

4.94.315

Dari gambar terlihat bahwa keadaan Break Even Point perusahaan terjadi pada tingkat produksi sebesar 2.216.669 ton dengan nilai penjualannya sebesar Rp. 1.497.924.000.000,- Fc Vc Tc (ribu ton) Volume Penjualan Rugi BEP Laba Penjualan

(13)

4.4 Perhitungan Margin Of Safety (MOS)

Margin of safety atau margin pengaman penjualan adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan atas volume penjualan impas. Dengan ini maka perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Semakin tinggi persentase margin of safety yang didapat, maka semakin baik kondisi perusahaan tersebut. Rumus yang digunakan adalah :

Margin of safety = Penjualan yang dibudgetkan – Penjualan impas Penjualan yang dibudgetkan

Margin of safety PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2007 adalah :

Margin of safety = Rp. 2.726.602.000.000 – Rp. 1.476.803.000.000 Rp. 2.726.602.000.000

= 45,84 %

Jumlah Margin of safety = 45,84% x Rp. 2.726.602.000.000

= Rp. 1.249.799.000.000

Margin of safety PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2008 adalah : Margin of safety = Rp. 3.440.981.000.000 – Rp. 1.497.924

Rp. 3.440.981.000.000 = 56,47%

Jumlah Margin of safety = 56,47% x Rp. 3.440.981.000.000 = Rp. 1.943.057.000.000

x 100%

x 100%

(14)

Dari perhitungan margin of safety tersebut dapat disimpulkan bahaw perusahaan mempunyai tingkat batas aman untuk menurunkan penjualannya sebesar 45,84 % pada tahun 2007 dan 56,47 % pada tahun 2008. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan membaik

4.5 Perhitungan Perencanaan Laba

Perencanaan laba dilakukan untuk mengetahui berapa laba yang dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan konsep Break Even. Laba atau profit dapat dihitung dengan rumus :

Profit = Margin of safety x Rasio kontribusi margin

Sedangkan rasio kontribusi margin dapat dihitung dengan rumus = Rasio kontribusi margin = Harga jual/unit – biaya variabel /unit

Harga jual/unit

Sebelum melakukan perhitungan profit, perlu melakukan perhitungan rasio kontribusi margin. Rasio kontribusi Margin PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2007 adalah :

Rasio kontribusi margin = Rp. 528.616 – Rp. 371.735

Rp. 528.616

= 29.68 %

Rasio kontribusi margin PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2008 adalah : Rasio kontribusi margin = Rp. 674.570 – Rp. 451.571

Rp. 674.570 = 33,06 %

x 100%

x 100%

(15)

Keuntungan/profit PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2007 adalah : Profit = Rp. 1.249.799.000 x 29,68 % = Rp. 370.911.000.000,-

Keuntungan/profit PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2008 adalah : Profit = Rp. 1.943.057.000.000 x 33,06% = Rp. 642.335.000.000

Jadi, laba yang bisa diperoleh untuk tahun 2007 adalah :

Rp. 370.911.000.000 dan tahun 2008 adalah Rp. 642.335.000.000,-

4.6 Perhitungan Harga Jual

Setelah mengetahui tingkat laba yang bisa diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah penjualan yang dapat mencapai laba tersebut. Penjualan tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Penjualan = S VC Keuntungan FC − + 1

Jumlah penjualan yang memaksimalkan laba pada PT. Holcim Indonesia Tbk tahuan 2008 adalah :

Penjualan = 000 . 000 . 239 . 870 . 1 . 1 000 . 000 . 911 . 370 . 000 . 000 . 830 . 463 . Rp Rp Rp − + = Rp. 834.741.000.000 0.31 = Rp. 2.657.759.000.000

(16)

Jumlah penjualan yang memaksimalkan laba pada PT. Hlocim Indonesia Tbk tahun 2008 adalah :

Penjualan = 000 . 000 . 602 . 239 . 870 . 1 . 1 000 . 000 . 911 . 370 . 000 . 000 . 830 . 463 . Rp Rp Rp − + Rp. 2.726.602.000.000 = Rp. 834.741.000.000 0,31 = Rp. 2.657.759.000.000

Jumlah penjualan yang memaksimalkan laba pada PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2008 adalah :

Penjualan = 000 . 000 . 803 . 372 . 2 . 1 000 . 000 . 335 . 642 . 000 . 000 . 061 . 467 . Rp Rp Rp − + Rp. 3.440.981.000.000 = Rp. 1.109.396.000.000 0,31 = Rp. 3.573.759.000.000

Langkah berikutnya ialah menentukan harga jual per unit berdasarkan penjualan yang telah diperoleh. Perhitungan harga per unit dapat dilakukan dengan rumus berikut :

Harga per unit = Total penjualan Volume penjualan

(17)

Yang diturunkan dari rumus TR = P x Q

Harga jual per unit (ton) untuk tahun 2007 pada PT. Holcim Indonesia Tbk adalah:

Harga jual = Total penjualan Volume penjualan

= Rp. 2.657.759.000.000 5.158.000 ton

= Rp. 515.269 per ton

Harga jual per unit (ton) untuk tahun 2008 pada PT. Holcim Indonesia Tbk adalah:

Harga jual = Total penjualan Volume penjualan

= Rp. 3.573.759.000.000 5.101.000 ton

= Rp. 700.600 per ton

Jadi, harga jual yang memaksimalkan laba pada PT. Holcim Indonesia Tbk untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp. 515.269,00 per ton, dan untuk tahun 2008 adalah Rp. 700.600,00 per ton.

Referensi

Dokumen terkait

Pada ketika institusi pengajian tinggi di Malaysia dan juga di Asia Tenggara belum lagi memperkenalkan kursus dan penyelidikan secara ilmiah mengenai sejarah,

TCP tidak digunakan dalam pengiriman data suara pada VoIP karena pada suatu komunikasi data VoIP penanganan data yang mengalami keterlambatan lebih penting daripada penanganan

Perpanjangan BPP-LN Moda-3 diperuntukkan bagi karyasiswa penerima beasiswa Ditjen Dikti yang belajar di perguruan tinggi dengan program S3 berdurasi lebih dari

Terdapat berbagai jenis makanan tambahan yang diberikan kepada bayi, yakni : susu botol, bubur bayi, nasi tim, dan nasi pisang, Dalam sehari bayi diberi makan tambahan bervariasi,

RUTAN atau LAPAS/Cabang LAPAS diatur lebih lanjut dengan.

Kedua, perubahan sosial sebagai dampak penggunaan gawai berbasis Android tidak men- ciptakan perubahan sosial yang terlembaga, yang terjadi adalah proses adaptasi dengan teknologi

Virtual Connection Identifiers in UNIs and NNIs... McGraw-Hill ©The McGraw-Hill Companies,

test Tes lisan Menguraikan ontology ilmu komunikasi, memahami hakikat dari keberadaan ilmu komunikasi, apa yang menjadi objek materil dan objek formal ilmu komunikasi;