PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN METODE
KOOPERATIF TIPE
JIGSAW PADA SISWA KELAS IV MI AL
BIDAYAH CANDI, KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
VIVI WULANDARI NIM. 115-14-067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN METODE
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV MI AL
BIDAYAH CANDI, KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
VIVI WULANDARI NIM. 115-14-067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
اَلا
اُنِمْؤُ ي
ا
اْمُكُدَحَأ
ا
ىَّتَح
ا
اَّبِحُي
ا
اِهْيِخَِلِ
ا
اَما
ا بِحُي
ا
اِه ِسْفَ نِل
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orangtua, Bapak Sukidin dan Ibu Mundakiyah yang tidak
henti-hentinya mendo‟akan, mendidik, membimbing dan mengasuhku sampai
sekarang ini.
2. Bapak KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Nyai Hj. Asfiyah yang mendidik
penulis menjadi pribadi yang baik.
3. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga.
4. Sahabat-sahabatku tercinta Arifatul Azizah, Lailatul Asfufah, Riska dewi,
Setyaning S, Imas, Makrufah yang selalu memberi dukungan semangat
padaku dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman mahasiswa PGMI angkatan 2014 yang bersama-sama
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا الله مسب
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih dan Penyayang,
segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sertakeluarga dan
sahabat. Dengan limpahan rahmat-Nya penulis telah mampu menyelesaikan
penelitian yang berjudul : “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial
Dengan Metode kooperatif tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IV MI Al-Bidayah
Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018” dengan
lancar.
Selama penulisan skripsi ini tentunya kesulitan dan hambatan telah
dihadapi penulis. Dalam menghadapinya penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, atas bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, pembimbing akademik dan Skripsi yang telah membantu
penulis dalam menjalani studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
3. Ibu Peni susapti, S,Si., M.Si selaku ketua jurusan PGMI.
5. Bapak Cholid Mawardi. S.Ag selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Al
Bidayah Candi Bandungan Kabupaten Semarang.
6. Ibu Niswatun Fa‟izah S.Pd.I selaku wali kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al
Bidayah yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas IV MI Al Bidayah yang telah membantu peneliti dalam
pengumpulan data.
Semoga peneliti ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan khususnya
bagi penulis. Aamiin
Salatiga, 14 September 2018
Vivi Wulandari
ABSTRAK
Wulandari,Vivi. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas IV M Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.SKRIPSI.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Suwardi, M.Pd.
Kata Kunci: jigsaw, hasil belajar, masalah sosial
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar peserta didik di MI Al-Bidayah Candi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini terbukti hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru kelas IV yang mengatakan hasil belajar IPS beberapa peserta didik masih berada di bawah KKM. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah kurangnya penggunaan metode-metode lain yang digunakan guru saat pembelajaran. Rumusan masalah yang dikaji adalah apakah penerapan metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Masalah Sosial pada siswa kelas IV MI Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten semarang tahun pelajaran 2017/2018?
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari: (1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrumen penelitian lainnya. (2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial. (3) Observing, pengambilan data tentang hasil melalui metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan lembar pengamatan. (4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV MI Al Bidayah Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yang berjumlah 39 peserta didik, terdiri dari laki-laki 16 peerta didik dan perempuan 23 peserta didik.
DAFTAR ISI
SAMPUL ...
JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6
F. Metode Penelitian ... 7
1. Rancangan Penelitian ... 7
2. Subjek Penelitian ... 8
3. Langkah-Langkah Penelitian ... 9
4. Teknik Pengumpulan Data ... 11
5. Instrumen Penelitian... 12
6. Analisis Data ... 13
G.Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 15
1. Hasil Belajar IPS ... 15
2. Metode Kooperatif Tipe Jigsaw ... 45
3. Hubungan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar IPS ... 51
B. Materi Pengetahuan Sosial ... 52
C.Kajian Pustaka ... 63
BABIII PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 67
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 71
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per siklus ... 88
1. Siklus I ... 88
2. Siklus II ... 91
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93
1. Siklus I ... 94
2. Siklus II ... 95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Tabel 3.1 Profil Sekolah ... 68
Tabel 3.2 Daftar Guru di MI Al Bidayah ... 69
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana MI Al Bidayah ... 69
Tabel 3.4 Pengamatan Guru Siklus I ... 74
Tabel 3.5 Pengamatan Siswa Siklus 1 ... 78
Tabel 3.6 Kekurangan dan Perbaikan Siklus 1 ... 80
Tabel 3.7 Pengamatan Guru Siklus II ... 84
Tabel 3.8 Pengamatan Siswa Siklus II ... 88
Tabel 4.1 Daftar Nilai Siklus I ... 89
Tabel 4.2 Daftar Nilai Siklus II ... 91
Tabel 4.3 Perbandingan Pre Test dan Post Test Siklus I ... 94
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pre Test Dan Post Tes Sikus II... 95
Tabel 4.5 Peningkatan Siklus I dan Siklus II ... 96
Diagram 4.1 Nilai Pre Test, Post Test Siklus I dan Siklus II ... 97
Tabel 4.6 Presentase Peningkatan Ketuntasan Siklus I dan II ... 98
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus
Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siklus I
Lampiran 5 Kekurangan dan Perbaikan Siklus I
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 7 Lembar Pengamatan siklus II
Lampiran 8 Dokumentasi
Lampiran 9 Surat Tugas Pembimbing Skripi
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 13 Daftar Nilai SKK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu nama mata pelajaran
yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata
pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata
pelajaran Sejarah, Geografi dan Ekonomi serta mata pelajaran Ilmu Sosial
lainnya. Ciri khas IPS dan IPA pada mata pelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu dari sejumlah mata
pelajaran dengan tujuan dengan mata pelajaran ini lebih bermakna bagi
peserta didik (Sapriya, 2009:7). Menurut Sobry (2014) Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami
aktivitas belajar. Dengan demikian hasil belajar IPS adalah kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran IPS
yang didampingi oleh guru.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang
sekolah dasar, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang selama
ini dianggap sulit oleh para peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar
sampai sekolah menengah. Karena dalam proses pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah selama ini masih menggunakan metode ceramah,
bagi pendidik metode ceramah sangat mudah dan sangat sering diterapkan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti
dengan guru serta siswa kelas IV MI Al-bidayah Candi Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang pada tanggal 17 April 2018 dan
diperoleh keterangan bahwa selama proses pembelajaran peserta didik
terlihat tidak begitu antusias mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini
dapat dilihat dalam pembelajaran IPS terdapat beberapa permasalahan
khususnya permasalahan dalam hasil belajar siswa.
Permasalahan tesebut diantaranya:
1. Guru tidak menerapkan model yang inovatif
2. Siswa sulit untuk menangkap materi yang disampaikan oleh guru.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pemikirannya
4. Siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan ide atau
pendapatnya
5. Karena nilai siswa belum mencapai target KKM.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti mencoba
memberikan solusi untuk menambah hasil belajar IPS peserta didik
dengan menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw. Metode jigsaw adalah
sebuah teknik pengajaran yang ddipakai secara luas yang memiliki
kesamaan dengan teknis “pertukaran dari kelompok ke kelompok lain”,
(group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting setiap peserta
didik mengajarkan sesuatu. (Slavin, 2010: 245). Pada kegiatan
pembelajarannya peserta didik dikelompokkan untuk mendiskusikan suatu
Pembentukan kelompok tersebut bertujuan agar peserta didik dapat
berkolaborasi dengan teman secara kooperatif, sehingga diharapkan
peserta didik akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang
peserta didik untuk belajar, baik belajar dari guru maupun dari temannya.
Berdasarkan berbagai alasan diatas, penulis memberikan sedikit
gambaran tentang solusi yang tepat. Yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Adapun alasan pemilihan model kooperatif tipe jigsaw, diantaranya:
a. Membantu mendinamisir kelas yang jenuh.
b. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran
c. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
d. Mengoptimalkan energi dan mengembangkan kreativitas guru dalam
mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Kelebihan metode Jigsaw yaitu peserta didik mendapatkan
kesempatan untuk bekerjasama dengan peserta didik yang lain, dalam
mengungkapkan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah tanpa takut
membuat salah sehingga dapat mengasah keaktifan dalam
berbicara.Mempermudah pekerjaan pendidik dalam mengajar, karena
peserta didik ada yang bertugas menjelaskan materi kepada
teman-temannya.
Kelemahan dari metode kooperatif tipe Jigsaw adalah membutuhkan
waktu yang lama, apabila waktu penataan ruang belum terkondisi dengan
gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum
melaksanakan model pembelajaran ini berjalan dengan baik. Keadaan
kelas yang ramai, sehingga membuat peserta didik kurang bisa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasai. Jika
tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni metode akan sulit
dijalankan, karena mengingat peserta didik harus berapa kali berpindah
dan berganti tempat.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah
Apakah metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
IPS pada materi masalah sosial di MI Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS pada
materi masalah sosial dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw di
MI Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian
Melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan, manfaat yang ingin
diperoleh adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk
pendidikan. Khususnya dalam nilai pendidikan IPS supaya dapat
diambil manfaatnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw
memungkinkan siswa untuk memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat
dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota
kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya
dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat
menyampaikan informasinya pada kelompok lain. Disamping itu,
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
ini, mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan juga siswa bisa belajar dengan suasana menyenangkan dan
lebih menarik dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Bagi guru
Diperolehnya metode pembelajaran yang tepat, bervariasi,
inovatif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPS bagi siswa
kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
c. Bagi Sekolah/Madrasah
Didapatkannya masukan bagi madrasah untuk perbaikan
proses pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan inspirasi dan
referensi bagi peneliti lain dalam menerapkan metode kooperatif
tipe jigsaw dalam proses pembelajaran yang menarik bagi peserta
didik.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2008 : 64).
Hipotesis dalam penelitian ini terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Sehingga dapat dikatakan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah: Penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar pada materi masalah sosial di MI
Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dikatakan efektif apabila tujuan belajar yang
telah ditetapkan oleh guru dapat tercapai. Adapun keberhasilan
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Dengan
presentase minimal 85% dari jumlah peserta didik dalam satu kelas.
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penggunaan ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau
dapat disebut dengan PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar menjadi meningkat (Wardani : 2009)
Menurut McNiff dalam buku Arikunto (2014: 102) bahwa PTK
adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri
terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi
belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemkiran dan
kepantasan dari praktik-praktik belajar megajar, memperbaiki
pemahaman praktik belajar mengajar, dan memperbaiki situasi atau
lembaga tempat praktik tersebut dilakukan, serta memperbaiki
berbagai aspek pembelajaran, memperbaiki profesinya sebagai guru,
sehingga hasil belajar para peserta didik terus meningkat (Suyadi,
2010: 22).
Alasan peneliti menggunakan PTK, agar
permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran didalam kelas dapat dipecahkan.
dilakukan secara berulang-ulang yakni berupa tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
Siklus penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Siklus penelitian tindakan kelas menurut Suyadi
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV
MI Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang dengan jumlah
keseluruhan 39 siswa yaitu 23 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
?
Pelaksanaan refleksi
Kolaborator adalah orang yang bekerjasama dalam pelaksanaan
penelitian ini. Adapun kolaboratornya adalah wali kelas IV yaitu Ibu
Niswatun Fa‟izah S.Pd.I.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai
dengan bulan Mei 2018.
3. Langkah-langkah Penelitian
a) Tahap Perencanaan
1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
wawancara dan pencatatan arsip.
2) Observasi awal kelas yang akan diteliti, sehinga peneliti dapat
menemukan atau mengetahui permasalahan yang dihadapi
guru di kelas, seperti prestasi belajar siswa maupun aktivitas
belajar siswa. Setelah mengetahui permasalahan yang timbul,
maka peneliti dapat merencanakan suatu tindakan yang akan
dilakukan dalam penelitian.
3) Merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.
4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlakukan saat proses pembelajaran.
5) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui kondisi
siswa dalam proses pembelajaran.
6) Pembuatan instrumen tes tiap akhir siklus sebagai alat evaluasi
7) Pembuatan instrumen lembar aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran.
b) Tindakan
Tahap tindakan adalah diskripsi tindakan yang akan
dilakukan, skenario kerja dan prosedur tindakan meliputi :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran. Rencana pembelajaran
pada pertemuan kedua disusun berdasarkan hasil analisis
terhadap metode kooperatif tipe jigsaw sebagai yang digunakan
peneliti meliputi pendahuluan, inti (mengamati, menanya,
melakukan, menghubungkan, dan mengkomunikasikan) dan
penutup.
2) Membentuk kelompok yang anggotanya 6-7 orang.
3) Menyajikan bahan materi pelajaran.
4) Memberikan materi diskusi.
5) Mengorganisasian diskusi kelompok, guru mengarahkan.
6) Mempresentasikan hasil diskusi.
7) Memberikan kesempatan siswa untuk memberikan tanggapan.
8) Memberikan penguatan dan kesimpulan.
9) Memberikan pengamatan
c) Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini guru melakukan pengamatan
data berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dengan lembar pengamatan/observasi. Kegiatan ini
dapat dilakukan bersama-sama guru sebagai mitra peneliti. Data
yang terkumpul akan dianalisis berikut dengan menilai hasil
observasi menggunakan format lembar observasi.
d) Refleksi
Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis data hasil tes dan
hasil observasi, kemudian dilanjutkan dengan refleksi pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode kooperatif
tipe jigsaw sehingga dapat diketahui apakah terjadi peningkatan
hasil belajar.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas
peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
a) Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam
penelitian. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimul) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan
jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka
b) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011: 104).
c) Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis (Asmani, 2011: 132). Jadi dalam teknik
pengumpulan data dokumentasi peneliti mengumpulkan dan
mencermati data-data berupa jumlah peserta didik, sarana dan
prasarana, metode yang digunakan dan data lainnya yang dianggap
penting bagi peneliti.
5. Instrumen Penelitian
a) Tes Tertulis
Tes tertulis dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah pembelajaran IPS
materi masalah sosial menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.
b) Lembar Observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati proses
kegiatan pembelajaran dan aktivitas peserta didik di kelas dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode kooperatif
c) Dokumentasi
Mendokumentasi dengan foto-foto untuk mengetahui proses
pembelajaran dan aktivitas peserta didik selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
6. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian pelaksanaan tindakan kelas
yang digunakan maka langkah-langkah analisis data dalam peneliti ini
sebagai berikut:
a) Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes.
b) Menentukan kriteria nilai (70-100 tuntas dan 0-69 tidak tuntas)
c) Data keaktifan peserta didik diambil dari keaktifan peserta didik,
ketika pembelajaran, kemudian dianalisis dan cari rata-rata
menggunakan rumus.
d) Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus.
Nilai post tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan
metode kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS. Untuk
mengetahui presentase ketuntasan per siswa ditentukan dengan
rumus di bawah ini:
1) Mencari nilai rata-rata (mean)
Untuk mencari nilai rata-rata, maka dirumuskan:
M = ∑
Keterangan :
∑x = Jumlah semua nilai peserta didik
N = Jumlah peserta didik (Djamarah, 2006: 64)
2) Sedangkan untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar
siswa, digunakan rumus sebagai berikut:
P = X100%
N F
Keterangan :
P = Nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006: 255-256)
3) Setelah diketahui hasil presentase kemudian mengambil
kesimpulan dalam bentuk narasi kalimat.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi lima bab yang saling berkaitan,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian Hipotesis Tindakan dan Indikator
Keberhasilan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan
Skripsi
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab ini penulis menguraikan studi kepustakaan yaitu
gunakan terkait teori dan penerapan metode kooperatif tipe
jigsaw.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian
Berisi deskripsi pelaksanaan penelitian prasiklus, deskripsi
pelaksanaan penelitian siklus I, dan deskripsi pelaksanaan
penelitian siklus II.
BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup
analisis hasil prasiklus, analisis hasil siklus I, dan analisis hasil
siklus II dan pembahasan.
BAB V : Penutup
Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan hasil
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar IPS a. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang
dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik
dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak, Ahmad (2013:5).
Menurut Djamarah (2012:12) berpendapat, belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa gara untuk memperoleh suatau
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Susanto (2011:12) belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkansesorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak. Menurut Asep dan Abdul (2013:4) perbuatan belajar
terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan
Kastolani (2014:6) belajar didefinisikan sebagai tahapan
perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dan
latihan yang diperkuat. Dari beberapa definisi belajar diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar serangkaian kegiatan dan interaksi
seseorang dengan lingkungan sekitar yang menghasilkan suatu
perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang relatif
mantap.
b. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan
(Agus, 2011:5). Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu
kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai
akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh (Sam‟s
2010:33). Menurut Dimyati (2002:3-4) Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar.
Menurut Nana Sudjana dalam Sopiati (2011:63-64), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuanyang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hal ini
Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan
tingkah laku yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari
pengalaman atau tingkah laku.
Secara psikologi, pengertian belajar yaitu suatu proses
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan
yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu setiap perubahan dalam diri
individu merupakan perubahan dalam belajar (Slameto, 1991:2).
Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa seseorang itu melakukan tindakan untuk
memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.
Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan orang
berubah dalam perilaku, sikap dan kemampuan. (Sam‟s, 2010:34)
Jadi hasil belajar adalah suatu perbuatan, tindakan atau kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dampak yang diperoleh dari proses belajar maupun
memberikan perubahan baik cara berfikir maupun cara bertindak
peserta didik tersebut.
c. Hasil Belajar IPS
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan sosial, yang disingkat dengan IPS
sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang
dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan
pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya
di tingkat dasar dan menengah. (Susanto, 2013: 137)
Dalam bukunya Wahidmurni (2017: 17) Pusat
Kurukulum menyatakan bahwa IPS adalah bahan kajian
terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi,
dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,
antropologi dan ekonomi.
IPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
perpaduan dari berbagai bagian konsep atau materi ilmu-ilmu
sosial yang diramu untuk kepentingan program pendidikan dan
pembelajaran disekolah/madrasah.
Jadi IPS adalah ilmu untuk mengembangkan konsep
pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di
lingkungan peserta didik. Pendidikan ips saat ini dihadapkan
pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya
kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan
IPS benar-benar benar dapat mengembangkan pemahaman
konsep dan berpikir kritis.
Dari pengertian hasil belajar dan pengertian IPS diatas
kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam proses
pembelajaran untuk mengembangkan konsep pemikiran yang
berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan
peserta didik.
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial
Tujuan utama dari mempelajari IPS adalah membantu
peserta didik sebagai warga negara dalam membuat keputusan
yang rasional berdasarkan informasi untuk kepentingan umum
dari masyarakat demokratis dan budaya yang beragam di dunia
yang saling tergantung. Tujuan belajar IPS adalah mendukung
kompetensi warga negara dalam hal pengetahuan, proses
intelektual, dan karakter yang demokratis, yang diperlukan
peserta didik untuk terlibat aktif dalam kehidupan publik.
(Wahidmurni, 2017: 18).
Syaifudin (2005: 24) mengatakan bahwa tujuan
pembelajaran IPS yaitu untuk mengembangkan kemampuan
berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun
sebagai sosial budaya. Jadi tujuan utama pembelajaran IPS
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi sehari-hari baik menimpa
d. Macam-macam Hasil Belajar
Menurut Buyamin Bloom, hasil belajar mencakup 3 ranah
yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis, dan
evaluasi. Keenam aspek tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat apa yang sudah
dipelajari.
b) Pemahaman, yaitu kemampuan mengangkat makna dari
yang dipelajari.
c) Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan hal yang
sudah dipelajari ke dalam situasi baru yang kongkret.
d) Analisis, yaitu kemampuan untuk merinci hal yang
dipelajari ke dalam unsur-unsurnya, supaya struktur
organisasinya dimengerti.
e) Sintesis, yaitu kemampuan untuk mengumpulkan
bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru.
f) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada
beberapa jenis kategoridala ranah afektif sebagai hasil belajar.
Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat
yang kompleks.
a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa
dalam konteks situasi dan gejala.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulus yang datangnya dari luar.
c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap stimulus.
d) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan
nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki dan
dipengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku seseorang.
c. Ranah psikomotor.
Hasil belajar psikomotor tampak dalam keterampilan
dan kemampuan bertindak individu. Ada lima tingkat
a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak
sadar)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya
membedakan visual, auditif, motoris dan lain-lain.
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan,
keharmonisan, dan sampai pada keterampilan yang
kompleks.
e. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
non-decursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
(sopiatin, 2011: 67-68).
Hasil belajar yang dikemukakan dari ketiga ranah
diatas, yaitu hasil belajar tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun dalam proses
belajar mengajar saat ini, tipe kognitif lebih dominan jika
dibandingkan dengan tipe hasil belajar afektif dan psikomotor.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian hasil belajar yang baik merupakan usaha yang
tidak mudah, karena hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor.
Dalam pendidikan formal, guru sebagai pendidik harus dapat
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik dalam rangka pencapaian hasil belajar yang
diharapkan. (Fathurrohman, 2012: 119-120)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri peserta didik. Faktor ini dibagi menjadi tiga, yaitu: faktor
jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Diantara faktor jasmani yaitu faktor ksehatan dan faktor
cacat tubuh.
1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
2) Faktor Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau
badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi
belajar. Jika hal ini terjadi, hendaklah ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
b. Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu
adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan. (Slameto, 1991: 57)
1. Intelegensi atau kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
yang dihadapinya. Intelegensi adalah kecakapan yang
terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat (Fathurrohman, 2012: 123)
Oleh karena itu faktor intelegasi merupakan
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Tentu saja
peserta didik yang memiliki intelegasi tingkat tinggi
akan lebih mudah untuk mencapai hasil belajar
dibandingkan peserta didik yang memiliki intelegasi
tingkat rendah yang harus berusaha lebih keras untuk
2. Perhatian
Menurut Gazali dalam Slemeto (1991: 58)
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek benda
atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin hasil
belajar dengan baik, peserta didik harus memperhatikan
bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran yang
disajikan tidak menarik maka timbullah rasa bosan dan
malas untuk mengikuti proses pembelajarannya.
Dengan hal seperti itu hasil belajar peserta didik akan
menurun.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tiak sesuai dengan minat
peserta didik, peserta didik tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
4. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan
kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi
kecakapan-kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya. Sehubungan dengan bakat ini dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar
bidang-bidang studi tertentu. (Fathurrohman, 2012: 124)
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa bakat dalam proses belajar mengajar memiliki
peranan penting dalam pencapaian hasil belajar. Bakat
dapat berkembang dengan baik apabila peserta didik
menerima latihan yang sesuai dengan bakatnya, maka
bakat tersebut dapat berkembang menjadi kecakapan
yang nyata.
5. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan
atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai
materi pelajaran yang sedang diikutinya.
Jadi motivasi merupakan faktor penting dalam
belajar, karena motivasi mampu memberi semangat
pada peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
6. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya
sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Misalnya anak dengan kakinya siap untuk berjalan,
tangan dan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan
lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat
melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu
diperlukan latihan-latian dan pelajaran. Dengan kata
lain anak belum dapat melaksanakan kecakapan
sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika
anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan
belajar. (Slameto, 1991: 60)
Jadi kematangan berpengaruh terhadap proses
belajar mengajar. Kematanga adalah fase awal dari
kesiapan peserta didik untuk memulai belajar. Karena
peserta didik yang melakukan belajar dengan kesiapan
dibandingkan dengan peserta didik yang kurang matang
dalam belajar.
7. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi
respon atau reaksi kesediaan itu timbul dari dalam diri
seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. (Slameto, 1991:61).
Dari penjelasan diatas, kesiapan merupakan
keadaan peserta didik dalam melakukan proses belajar
mengajar. Kesiapan itu berasal dari dalam diri peserta
didik. Dimana peserta didik mampu menerima dan
memberi respon serta bereaksi dengan apa yang
disampaikan pendidik.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani bersifat
psikis. (Slameto, 1991: 61)
1. Kelelahan Jasmani
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh,
sehingga darah tidak atau kurang lancar pada
bagian-bagian tertentu.
2. Kelelahan Rohani
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani
biasa terjadi secara terus menerus memikirkan masalah
yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal
yang selalu sama atau konstan tanpa ada variasi, dan
mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai
dengan bakat, minat, dan perhatiannya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yang sifatnya di luar diri peserta didik. Diantara faktor
eksternal tersebut yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat (Slameto, 1991: 62)
a. Faktor Keluarga
1) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan
dipertegas oleh Drs. Sutjipto Wirowidjojo dalam
menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang
sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama
kali anak merasakan pendidikan.karena awal dimana
anak mulai belajar mengenai hal-hal yang ada dilingkup
keluarga seperti berbicara menggunakan bahasa yang
santun, jika menerima sesuatu menggunakan tangan
kanan, dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.
Sehingga secara langsung maupun tidak langsung apa
yang diajarkan keluarga akan mempengaruhi
pencapaian hasil belajar dan kepribadian anak.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting
adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi
anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga
yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud
relasi ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan
kasih sayang dan perhatian, ataukah diliputi kebencian,
sikap yang terlalu keras, ataukah acuh tak acuh dan
Jadi relasi antar anggota keluarga itu tergantung
cara orang tua mendidik anak. Bagaimana cara orang
tua mendidik anaknya dengan relasi yang baik di dalam
keluarga seperti memberi perhatian, membimbing anak
dan akrab terhadap anak. Relasi seperti itu dapat
menjadi penyebab kesuksesan belajar anak.
3) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi
atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam
keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak
termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang
gaduh atau ramai tidak akan memberi ketenangan
belajar kepada anak. (Slameto, 1991: 65).
Dari penjelasan di atas, bahwa suasana rumah
yang keadaannya ribut, tidak kondusif, dan sering
terjadi cekcok antar keluarga akan menyebabkan
dampak buruk terhadap belajar anak. Dan apabila dalam
keluarga keadaannya harmonis, tentram dan damai,
serta anak merasa nyaman saat berada didalamnya
dapat menyebabkan anak belajar dengan baik dan
4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,
meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku
dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika keluarga mempunyai cukup uang (Slameto,
1991:65).
Dari uraian diatas keadaan ekonomi keluarga
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
Semisal pada keluarga yang kurang mampu dalam
memenuhi fasilitas belajar anak yaitu tidak memiliki
media belajar seperti buku –buku pelajaran dan laptop,
membayar uang sekolah sering telat. Hal seperti ini
dapat menggangu proses belajar anak dan menyebabkan
merosotnya hasil belajar anak itu sendiri.
5) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian
orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu
dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak
pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat
mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau
perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui
perkembangannya. (Slameto, 1991: 66).
Jadi pengertian orang tua sangatlah berpengaruh
terhadap belajar anak. Orang tua dengan memberikan
perhatian, kasih sayang, dan nasihat yang baik kepada
anak tersebut sama halnya memberi dorongan anak
untuk selalu semangat dalam belajar.
6) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam
keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu
kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar
(Slameto, 1991: 66).
Jadi sebagai orang tua wajib menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, karena anak lebih
mudah belajar dengan cara meniru kebiasaan yang di
lakukan didalam keluarga. Hal tersebut berpengaruh
dengan cara belajar anak.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah. (Slameto, 1991: 66).
1. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan
yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu
sendiri menurut Ulih dalam Slameto (199: 67) metode
mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang
kepada orang lain agar orang lain itu menerima,
menguasai, dan mengembangkannya.
Jadi apabila pendidik dalam mengajar
menggunakan metode yang menarik perhatian peserta
didik, maka peserta didik dapat lebih bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran. Karena metode yang
bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
2. Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada peserta didik, kegiatan itu sebagian
besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar peserta
didik menerima, menguasai, dan mengembangkan
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
sesuai dengan kemampuan peserta didik, karena hal
tersebut dapat mengembangkan kreatifitas berfikir
peserta didik pada proses pembelajaran.
3. Relasi Pendidik dengan Peserta didik.
Proses belajar mengajar terjadi antara peserta
didik dengan pendidik. Di dalam relasi pendidik dan
peserta didik yang baik, peserta didik menyukai
pendidik dan sekaligus menyukai mata pelajaran yang
diberikan. Sehingga peserta didik berusaha mempelajari
dengan sebaik-baiknya.
Relasi pendidik dengan peserta didik sangat
berpengaruh terhadap cara belajar siswa. Karena
komunikasi yang baik dapat memicu peserta didik
menyukai pelajaran yang diberikan pendidik.
4. Disiplin Sekolah
Disiplin sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan peserta didik dalam sekolah dan juga dalam
belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan
pendidik dalam mengajar, kedisiplinan karyawan dalam
pekerjaan dan melaksanakan tata tertib (Slameto, 1991:
Seluruh warga sekolah yang mengikuti tata
tertib dan bekerja dengan disiplin memberikan
pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
5. Alat Pelajaran
Alat belajar berkaitan erat dengan cara belajar
peserta didik, karena alat pelajaran dipakai oleh peserta
didik untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat
pembelajaran yang lengkap akan memperlancar
penerimaan bahan pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik. (Slameto, 1991: 70).
Jadi alat pelajaran seperti buku diperpustakaan,
laboratorium atau media lainnya. Maka sekolah harus
berusaha memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi,
karena alat pelajaran yang lengkap dan baik akan sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran, dan supaya
pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuannya.
6. Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses
belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang,
sore atau malam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi pesert adidik. (Slameto, 1991: 70). Jadi
waktu yang efektif bagi peserta didik untuk melakukan
didik masih dalam keadaan jasmani yang baik. serta
berkonsentrasi tinggi.
7. Standar Pelajaran diatas Ukuran
Pendidik berpendirian untuk memberikan
pelajaran diatas ukuran standar. Pendidik dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
kemampuan peserta didik masing-masing. Yang
terpenting adalah tujuan yang telah dirumuskan dapat
tercapai. (Slameto, 1991: 71) Jadi pendidik yang
menuntun penguasaan materi harus sesuai dengan
kemampuan peserta didik, karena kemampuan antara
peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama.
8. Keadaan Gedung
Jumlah peserta didik yang luar biasa banyaknya,
keadaan gedung terpaksa kurang, mereka duduk
berjejel-jejel di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin
mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu
terpaksa berisi 50 orang peserta didik. (Slameto, 1991:
71).
Dapat diuraikan bahwa keadaan gedung,
suasana sekolah dan kapasitas gedung serta banyaknya
peserta didik akan sangat mempengaruhi terhadap
tempat keramaian dan keadaan bangunan sekolah tidak
sesuai dengan peserta didik. Maka akan sangat
mengganggu proses belajar mengajar dan peserta didik
kurang berkonsentrasi.
9. Metode belajar
Banyak peserta didik melaksanakan cara belajar
yang salah. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif
hasil belajar peserta didik. Dalam pembagian waktu
untuk belajar. Kadang-kadang peserta didik belajar
tidak teratur, atau belajar terus menerus karena besok
akan ujian. Dengan demikian pserta didik akan kurang
beristirahat dan mungkin bisa jatuh sakit. Maka perlu
adanya belajar secara teratur setiap hari, dengan
pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang
tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil
belajar. (Slameto, 1991: 71) Metode belajar yang benar
yaitu belajar yang dilakukan setiap hari secara teratur
dan juga tetap memperhatikan waktu istirahat. Karena
metode berpengaruh dengan hasil belajar.
10.Tugas Rumah
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu dirumah
biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka
tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak
mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. (Slameto,
1991: 72).
Tugas rumah yang diberikan pendidik untuk
dikerjakan dirumah sebaiknya tidak memberatkan peserta
didik. Misal dengan memberikan satu materi. Dengan
begitu peserta didik masih dapat melakukan kegiatan yang
lainnya, atau bisa juga mempelajarai materi pelajaran yang
lain.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi
karena keadaan siswa dalam masyarakat. Faktor
masyarakat antara lain:
1. Kegiatan Peserta Didik dalam Masyarakat
Kegiatan peserta didik dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.
Tetapi jika peserta didik ambil bagian dalam kgiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya mengikuti
kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain.
Maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
Peran orang tua sangatlah diperlukan dalam
kegiatan anak di dalam masyarakat. Sehingga orang tua
harus membatasi kegiatan-kegiatan yang diikuti
anaknya, supaya anak dapat belajar secara maksimal
tidak terganggu dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
a) Mass Media
Yang termasuk dalam mass media adalah
bioskop, radio, TV, buku-buku, komik-komik dan
lainnya. Semuanya beredar di dalam masyarkat.
Mass media yang baik memberikan pengaruh yang
baik kepada peserta didik dan juga pada proses
belajarnya. Sebaliknya jika mass media yang jelek
juga akan berpengaruh jelek terhadap peserta didik
dan pelajarannya. (Slameto, 1991: 72)
Mass media erat kaitannya dengan pengaruh
hasil belajar peserta didik. Jika peserta didik dapat
memanfaatkan mass media dengan baik hal tersebut
dapat memberikan semangat dalam belajar.
b) Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa
lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita
duga. Teman bergaul yang lebih baik akan
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti
mempengaruhi yang bersifat buruk juga (Slameto,
1991: 73). Jadi sebagai orang tua perlu
memperhatikan dengan siapa anak tersebut bergaul.
Sebab pergaulan anak di zaman seperti ini sangat
memprihatinkan, karena semakin majunya
teknologi, sehingga anak mudah berpengaruh.
c) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari
orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka
mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik,
akan berpengaruh jelek kepada siswa yang berada di
situ (Slameto,1991: 73)
Jadi kehidupan masyarakat sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik
dalam proses pembelajarannya. Jika anak berada
dalam lingkungan yang baik, maka secara otomatis
anak akan meniru apa yang telah dilakukan
orang-orang disekitarnya. Namun jika itu jelek anak akan
mudah terpengaruh dan menjadikan anak malas
belajar, sehingga anak tidak semangat dalam belajar
f. Indikator Hasil Belajar
Menurut Sujana (2011:20) kriteria tercapainya tujuan yang
sudah dirumuskan adalah sebagai berikut:
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada
pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi
dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu
mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk
mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut pandang
prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan sebagai
berikut:
1. Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih
dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara
sistematik?
2. Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia
melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,
kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk memperoleh
tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap
yang dikehendaki dari pengajaran itu?
3. Apakah guru menggunakan multumedia?
4. Apakah peserta didik mempunyai kesempatan untuk
mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang
5. Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua peserta
didik dalam kelas?
6. Apakah suasana pegajaran atau proses mengajar cukup
menyenangkan dan merangsang siswa belajar?
7. Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,
sehingga menjadi laboratorium belajar?
b. Kriteria ditinjau dari hasilnya
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil,
berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran
ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:
a) apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari
pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku
secara menyeluruh?
b) apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari
proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan
peserta didik?
c) apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik tahan
lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup
mempengaruhi perilaku dirinya?
d) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh
2. Metode Kooperatif tipe Jigsaw
a. Model Pembelajaran Kooperatif
1) pengertian pembelajaran kooperatif
Cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa dapat dan kerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok,
baik secara individu maupun kelompok (Slavin dalam Etin
Solihatin, 2009: 4).
Kooperatif leraning merupakan pembelajaran yang
efektif dan efisien terhadap belajar peserta didik, mengajarkan
kepada peserta didik untuk selalu bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama, menciptakan suasana yang kondusif
dan rekreatif serta membantu peserta didik untuk berpikir
teoritis dan praktis (Kastolani, 2014: 170)
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
tergantung pada efektivitas kelompok-kelompok. Dalam
pembelajaran ini guru diharapkan membentuk
kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati supaya semua
anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan
2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Arends dikutip
sujono menyatakan ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif,
yaitu:
a. Hasil Belajar Akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan
bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan Pendapat yang Beraneka Ragam
Tinjauan lain model pembelajaran kooperatif adalah
menerima secara luas dari orang-orang yang berbeda
ketidakmampuannya untuk bekerja sama dalam menangani
persoalan akademik.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif
adalah mengajarkan kepada peserta didik keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan
sosial penting dimiliki oleh peserta didik, sebab saat ini
banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan
sosial (Sujono, 2006:31)
Tujuan dari pengembangan kooperatif adalah untuk
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik.
Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai kelompok orang lain,
memancing teman bertanya, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
b. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot
Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh
Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi
etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti
“gergaji ukir”. Ada juga yang menyebutkan dengan istilah
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu
peserta didik melakukan kegiatan belajara dengan cara
bekerjasama dengan peserta didik lain untuk mencapai tujuan
bersama (Majid, 2014:182)
Strategi pembelajaran jigsaw adalah strategi
pembelajaran yang berupaya untuk mendalami sebuah materi
dengan memberikan sudut pandang yang bervariasi dari setiap
peserta didik. Hal ini sangat menarik dan membutuhkan peran
aktif ataupun pemahaman yang baik terhadap materi yang akan
dibahas (Hamid, 2014:222)
Dengan demikian, peserta didik termotivasi untuk
mempelajari materi tersebut dengan baik dan bekerja keras
dalam kelompok-kelompok pakar sehingga mereka dapat
membantu tim mereka bekerja dengan baik. Kunci keberhasilan
model jigsaw adalah saling ketergantungan peserta didik dalam
tim untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk
mendapatkan penilaian yang baik atas pekerjaan mereka.
2) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Metode jigsaw learning dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidag studi apa saja, dan kelas yang
kelas cukup mudah. Secara garis besar langkah-langkah adalah
sebagai berikut:
a. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi
beberapa segmen (bagian).
b. Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik
adalah 50, sementara jumlah segemen yang ada adalah 5,
maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika
jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua,
sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian
setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan
tersebut.
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan
mendiskusikan materi yang berbeda-beda.
d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok
lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di
kelompok.
e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian
tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak
terpecahkan dalam kelompok.
f. Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi (Zaini dkk, 2008: