• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS IV MI AL BIDAYAH CANDI, KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS IV MI AL BIDAYAH CANDI, KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN METODE

KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA SISWA KELAS IV MI AL

BIDAYAH CANDI, KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

VIVI WULANDARI NIM. 115-14-067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV MI AL

BIDAYAH CANDI, KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

VIVI WULANDARI NIM. 115-14-067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

اَلا

اُنِمْؤُ ي

ا

اْمُكُدَحَأ

ا

ىَّتَح

ا

اَّبِحُي

ا

اِهْيِخَِلِ

ا

اَما

ا بِحُي

ا

اِه ِسْفَ نِل

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orangtua, Bapak Sukidin dan Ibu Mundakiyah yang tidak

henti-hentinya mendo‟akan, mendidik, membimbing dan mengasuhku sampai

sekarang ini.

2. Bapak KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Nyai Hj. Asfiyah yang mendidik

penulis menjadi pribadi yang baik.

3. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga.

4. Sahabat-sahabatku tercinta Arifatul Azizah, Lailatul Asfufah, Riska dewi,

Setyaning S, Imas, Makrufah yang selalu memberi dukungan semangat

padaku dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman mahasiswa PGMI angkatan 2014 yang bersama-sama

(9)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih dan Penyayang,

segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sertakeluarga dan

sahabat. Dengan limpahan rahmat-Nya penulis telah mampu menyelesaikan

penelitian yang berjudul : “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial

Dengan Metode kooperatif tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IV MI Al-Bidayah

Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018” dengan

lancar.

Selama penulisan skripsi ini tentunya kesulitan dan hambatan telah

dihadapi penulis. Dalam menghadapinya penulis tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, atas bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi ini, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, pembimbing akademik dan Skripsi yang telah membantu

penulis dalam menjalani studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Ibu Peni susapti, S,Si., M.Si selaku ketua jurusan PGMI.

(10)

5. Bapak Cholid Mawardi. S.Ag selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Al

Bidayah Candi Bandungan Kabupaten Semarang.

6. Ibu Niswatun Fa‟izah S.Pd.I selaku wali kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al

Bidayah yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas IV MI Al Bidayah yang telah membantu peneliti dalam

pengumpulan data.

Semoga peneliti ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan khususnya

bagi penulis. Aamiin

Salatiga, 14 September 2018

Vivi Wulandari

(11)

ABSTRAK

Wulandari,Vivi. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas IV M Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.SKRIPSI.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Suwardi, M.Pd.

Kata Kunci: jigsaw, hasil belajar, masalah sosial

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar peserta didik di MI Al-Bidayah Candi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini terbukti hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru kelas IV yang mengatakan hasil belajar IPS beberapa peserta didik masih berada di bawah KKM. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah kurangnya penggunaan metode-metode lain yang digunakan guru saat pembelajaran. Rumusan masalah yang dikaji adalah apakah penerapan metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Masalah Sosial pada siswa kelas IV MI Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten semarang tahun pelajaran 2017/2018?

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari: (1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrumen penelitian lainnya. (2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial. (3) Observing, pengambilan data tentang hasil melalui metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan lembar pengamatan. (4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV MI Al Bidayah Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yang berjumlah 39 peserta didik, terdiri dari laki-laki 16 peerta didik dan perempuan 23 peserta didik.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ...

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

(13)

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

1. Rancangan Penelitian ... 7

2. Subjek Penelitian ... 8

3. Langkah-Langkah Penelitian ... 9

4. Teknik Pengumpulan Data ... 11

5. Instrumen Penelitian... 12

6. Analisis Data ... 13

G.Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 15

1. Hasil Belajar IPS ... 15

2. Metode Kooperatif Tipe Jigsaw ... 45

3. Hubungan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar IPS ... 51

B. Materi Pengetahuan Sosial ... 52

C.Kajian Pustaka ... 63

BABIII PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 67

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 71

(14)

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per siklus ... 88

1. Siklus I ... 88

2. Siklus II ... 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

1. Siklus I ... 94

2. Siklus II ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel 3.1 Profil Sekolah ... 68

Tabel 3.2 Daftar Guru di MI Al Bidayah ... 69

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana MI Al Bidayah ... 69

Tabel 3.4 Pengamatan Guru Siklus I ... 74

Tabel 3.5 Pengamatan Siswa Siklus 1 ... 78

Tabel 3.6 Kekurangan dan Perbaikan Siklus 1 ... 80

Tabel 3.7 Pengamatan Guru Siklus II ... 84

Tabel 3.8 Pengamatan Siswa Siklus II ... 88

Tabel 4.1 Daftar Nilai Siklus I ... 89

Tabel 4.2 Daftar Nilai Siklus II ... 91

Tabel 4.3 Perbandingan Pre Test dan Post Test Siklus I ... 94

Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pre Test Dan Post Tes Sikus II... 95

Tabel 4.5 Peningkatan Siklus I dan Siklus II ... 96

Diagram 4.1 Nilai Pre Test, Post Test Siklus I dan Siklus II ... 97

Tabel 4.6 Presentase Peningkatan Ketuntasan Siklus I dan II ... 98

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus

Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siklus I

Lampiran 5 Kekurangan dan Perbaikan Siklus I

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran 7 Lembar Pengamatan siklus II

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 Surat Tugas Pembimbing Skripi

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 12 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 13 Daftar Nilai SKK

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu nama mata pelajaran

yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata

pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata

pelajaran Sejarah, Geografi dan Ekonomi serta mata pelajaran Ilmu Sosial

lainnya. Ciri khas IPS dan IPA pada mata pelajaran pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu dari sejumlah mata

pelajaran dengan tujuan dengan mata pelajaran ini lebih bermakna bagi

peserta didik (Sapriya, 2009:7). Menurut Sobry (2014) Hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami

aktivitas belajar. Dengan demikian hasil belajar IPS adalah kemampuan

yang dimiliki oleh peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran IPS

yang didampingi oleh guru.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang

sekolah dasar, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang selama

ini dianggap sulit oleh para peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar

sampai sekolah menengah. Karena dalam proses pembelajaran di

Madrasah Ibtidaiyah selama ini masih menggunakan metode ceramah,

bagi pendidik metode ceramah sangat mudah dan sangat sering diterapkan

(18)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

dengan guru serta siswa kelas IV MI Al-bidayah Candi Kecamatan

Bandungan Kabupaten Semarang pada tanggal 17 April 2018 dan

diperoleh keterangan bahwa selama proses pembelajaran peserta didik

terlihat tidak begitu antusias mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini

dapat dilihat dalam pembelajaran IPS terdapat beberapa permasalahan

khususnya permasalahan dalam hasil belajar siswa.

Permasalahan tesebut diantaranya:

1. Guru tidak menerapkan model yang inovatif

2. Siswa sulit untuk menangkap materi yang disampaikan oleh guru.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pemikirannya

4. Siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan ide atau

pendapatnya

5. Karena nilai siswa belum mencapai target KKM.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti mencoba

memberikan solusi untuk menambah hasil belajar IPS peserta didik

dengan menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw. Metode jigsaw adalah

sebuah teknik pengajaran yang ddipakai secara luas yang memiliki

kesamaan dengan teknis “pertukaran dari kelompok ke kelompok lain”,

(group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting setiap peserta

didik mengajarkan sesuatu. (Slavin, 2010: 245). Pada kegiatan

pembelajarannya peserta didik dikelompokkan untuk mendiskusikan suatu

(19)

Pembentukan kelompok tersebut bertujuan agar peserta didik dapat

berkolaborasi dengan teman secara kooperatif, sehingga diharapkan

peserta didik akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang

peserta didik untuk belajar, baik belajar dari guru maupun dari temannya.

Berdasarkan berbagai alasan diatas, penulis memberikan sedikit

gambaran tentang solusi yang tepat. Yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Adapun alasan pemilihan model kooperatif tipe jigsaw, diantaranya:

a. Membantu mendinamisir kelas yang jenuh.

b. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran

c. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi

d. Mengoptimalkan energi dan mengembangkan kreativitas guru dalam

mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Kelebihan metode Jigsaw yaitu peserta didik mendapatkan

kesempatan untuk bekerjasama dengan peserta didik yang lain, dalam

mengungkapkan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah tanpa takut

membuat salah sehingga dapat mengasah keaktifan dalam

berbicara.Mempermudah pekerjaan pendidik dalam mengajar, karena

peserta didik ada yang bertugas menjelaskan materi kepada

teman-temannya.

Kelemahan dari metode kooperatif tipe Jigsaw adalah membutuhkan

waktu yang lama, apabila waktu penataan ruang belum terkondisi dengan

(20)

gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum

melaksanakan model pembelajaran ini berjalan dengan baik. Keadaan

kelas yang ramai, sehingga membuat peserta didik kurang bisa

berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasai. Jika

tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni metode akan sulit

dijalankan, karena mengingat peserta didik harus berapa kali berpindah

dan berganti tempat.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah

Apakah metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

IPS pada materi masalah sosial di MI Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan

Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS pada

materi masalah sosial dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw di

MI Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

D. Kegunaan Penelitian

Melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan, manfaat yang ingin

diperoleh adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk

(21)

pendidikan. Khususnya dalam nilai pendidikan IPS supaya dapat

diambil manfaatnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw

memungkinkan siswa untuk memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat

dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota

kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya

dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat

menyampaikan informasinya pada kelompok lain. Disamping itu,

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

ini, mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa

dan juga siswa bisa belajar dengan suasana menyenangkan dan

lebih menarik dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Bagi guru

Diperolehnya metode pembelajaran yang tepat, bervariasi,

inovatif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPS bagi siswa

kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.

c. Bagi Sekolah/Madrasah

Didapatkannya masukan bagi madrasah untuk perbaikan

proses pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan

(22)

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan inspirasi dan

referensi bagi peneliti lain dalam menerapkan metode kooperatif

tipe jigsaw dalam proses pembelajaran yang menarik bagi peserta

didik.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Jadi hipotesis juga dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2008 : 64).

Hipotesis dalam penelitian ini terkait dengan rumusan masalah

penelitian. Sehingga dapat dikatakan hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah: Penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar pada materi masalah sosial di MI

Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian

tindakan kelas ini dapat dikatakan efektif apabila tujuan belajar yang

telah ditetapkan oleh guru dapat tercapai. Adapun keberhasilan

(23)

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Dengan

presentase minimal 85% dari jumlah peserta didik dalam satu kelas.

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penggunaan ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau

dapat disebut dengan PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi

diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar menjadi meningkat (Wardani : 2009)

Menurut McNiff dalam buku Arikunto (2014: 102) bahwa PTK

adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri

terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi

belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemkiran dan

kepantasan dari praktik-praktik belajar megajar, memperbaiki

pemahaman praktik belajar mengajar, dan memperbaiki situasi atau

lembaga tempat praktik tersebut dilakukan, serta memperbaiki

berbagai aspek pembelajaran, memperbaiki profesinya sebagai guru,

sehingga hasil belajar para peserta didik terus meningkat (Suyadi,

2010: 22).

Alasan peneliti menggunakan PTK, agar

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran didalam kelas dapat dipecahkan.

(24)

dilakukan secara berulang-ulang yakni berupa tahapan-tahapan sebagai

berikut:

a. Perencanaan

b. Tindakan

c. Pengamatan

d. Refleksi

Siklus penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Siklus penelitian tindakan kelas menurut Suyadi

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV

MI Al-Bidayah Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang dengan jumlah

keseluruhan 39 siswa yaitu 23 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

?

Pelaksanaan refleksi

(25)

Kolaborator adalah orang yang bekerjasama dalam pelaksanaan

penelitian ini. Adapun kolaboratornya adalah wali kelas IV yaitu Ibu

Niswatun Fa‟izah S.Pd.I.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai

dengan bulan Mei 2018.

3. Langkah-langkah Penelitian

a) Tahap Perencanaan

1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,

wawancara dan pencatatan arsip.

2) Observasi awal kelas yang akan diteliti, sehinga peneliti dapat

menemukan atau mengetahui permasalahan yang dihadapi

guru di kelas, seperti prestasi belajar siswa maupun aktivitas

belajar siswa. Setelah mengetahui permasalahan yang timbul,

maka peneliti dapat merencanakan suatu tindakan yang akan

dilakukan dalam penelitian.

3) Merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.

4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang

diperlakukan saat proses pembelajaran.

5) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui kondisi

siswa dalam proses pembelajaran.

6) Pembuatan instrumen tes tiap akhir siklus sebagai alat evaluasi

(26)

7) Pembuatan instrumen lembar aktivitas belajar siswa selama

proses pembelajaran.

b) Tindakan

Tahap tindakan adalah diskripsi tindakan yang akan

dilakukan, skenario kerja dan prosedur tindakan meliputi :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai

acuan pelaksanaan proses pembelajaran. Rencana pembelajaran

pada pertemuan kedua disusun berdasarkan hasil analisis

terhadap metode kooperatif tipe jigsaw sebagai yang digunakan

peneliti meliputi pendahuluan, inti (mengamati, menanya,

melakukan, menghubungkan, dan mengkomunikasikan) dan

penutup.

2) Membentuk kelompok yang anggotanya 6-7 orang.

3) Menyajikan bahan materi pelajaran.

4) Memberikan materi diskusi.

5) Mengorganisasian diskusi kelompok, guru mengarahkan.

6) Mempresentasikan hasil diskusi.

7) Memberikan kesempatan siswa untuk memberikan tanggapan.

8) Memberikan penguatan dan kesimpulan.

9) Memberikan pengamatan

c) Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini guru melakukan pengamatan

(27)

data berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dengan lembar pengamatan/observasi. Kegiatan ini

dapat dilakukan bersama-sama guru sebagai mitra peneliti. Data

yang terkumpul akan dianalisis berikut dengan menilai hasil

observasi menggunakan format lembar observasi.

d) Refleksi

Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis data hasil tes dan

hasil observasi, kemudian dilanjutkan dengan refleksi pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode kooperatif

tipe jigsaw sehingga dapat diketahui apakah terjadi peningkatan

hasil belajar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas

peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a) Tes

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam

penelitian. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimul) yang

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan

jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka

(28)

b) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011: 104).

c) Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis (Asmani, 2011: 132). Jadi dalam teknik

pengumpulan data dokumentasi peneliti mengumpulkan dan

mencermati data-data berupa jumlah peserta didik, sarana dan

prasarana, metode yang digunakan dan data lainnya yang dianggap

penting bagi peneliti.

5. Instrumen Penelitian

a) Tes Tertulis

Tes tertulis dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah pembelajaran IPS

materi masalah sosial menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.

b) Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati proses

kegiatan pembelajaran dan aktivitas peserta didik di kelas dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode kooperatif

(29)

c) Dokumentasi

Mendokumentasi dengan foto-foto untuk mengetahui proses

pembelajaran dan aktivitas peserta didik selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

6. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian pelaksanaan tindakan kelas

yang digunakan maka langkah-langkah analisis data dalam peneliti ini

sebagai berikut:

a) Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes.

b) Menentukan kriteria nilai (70-100 tuntas dan 0-69 tidak tuntas)

c) Data keaktifan peserta didik diambil dari keaktifan peserta didik,

ketika pembelajaran, kemudian dianalisis dan cari rata-rata

menggunakan rumus.

d) Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus.

Nilai post tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan

metode kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS. Untuk

mengetahui presentase ketuntasan per siswa ditentukan dengan

rumus di bawah ini:

1) Mencari nilai rata-rata (mean)

Untuk mencari nilai rata-rata, maka dirumuskan:

M = ∑

Keterangan :

(30)

∑x = Jumlah semua nilai peserta didik

N = Jumlah peserta didik (Djamarah, 2006: 64)

2) Sedangkan untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar

siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

P = X100%

N F

Keterangan :

P = Nilai dalam persen

F = Frekuensi

N = Jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006: 255-256)

3) Setelah diketahui hasil presentase kemudian mengambil

kesimpulan dalam bentuk narasi kalimat.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi lima bab yang saling berkaitan,

yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian Hipotesis Tindakan dan Indikator

Keberhasilan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

Skripsi

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan studi kepustakaan yaitu

(31)

gunakan terkait teori dan penerapan metode kooperatif tipe

jigsaw.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian

Berisi deskripsi pelaksanaan penelitian prasiklus, deskripsi

pelaksanaan penelitian siklus I, dan deskripsi pelaksanaan

penelitian siklus II.

BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup

analisis hasil prasiklus, analisis hasil siklus I, dan analisis hasil

siklus II dan pembahasan.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan hasil

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar IPS a. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang

dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan

seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik

dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak, Ahmad (2013:5).

Menurut Djamarah (2012:12) berpendapat, belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa gara untuk memperoleh suatau

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Susanto (2011:12) belajar adalah suatu aktivitas yang

dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk

memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru

sehingga memungkinkansesorang terjadinya perubahan perilaku

yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam

bertindak. Menurut Asep dan Abdul (2013:4) perbuatan belajar

terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan

(33)

Kastolani (2014:6) belajar didefinisikan sebagai tahapan

perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dan

latihan yang diperkuat. Dari beberapa definisi belajar diatas dapat

disimpulkan bahwa belajar serangkaian kegiatan dan interaksi

seseorang dengan lingkungan sekitar yang menghasilkan suatu

perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang relatif

mantap.

b. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan

(Agus, 2011:5). Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu

kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai

akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh (Sam‟s

2010:33). Menurut Dimyati (2002:3-4) Hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.

Menurut Nana Sudjana dalam Sopiati (2011:63-64), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuanyang dimiliki peserta

didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hal ini

(34)

Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan

tingkah laku yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari

pengalaman atau tingkah laku.

Secara psikologi, pengertian belajar yaitu suatu proses

perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan

yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun

jenisnya karena itu sudah tentu setiap perubahan dalam diri

individu merupakan perubahan dalam belajar (Slameto, 1991:2).

Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa seseorang itu melakukan tindakan untuk

memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.

Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan orang

berubah dalam perilaku, sikap dan kemampuan. (Sam‟s, 2010:34)

Jadi hasil belajar adalah suatu perbuatan, tindakan atau kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam proses

pembelajaran. Dampak yang diperoleh dari proses belajar maupun

memberikan perubahan baik cara berfikir maupun cara bertindak

peserta didik tersebut.

c. Hasil Belajar IPS

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial, yang disingkat dengan IPS

(35)

sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang

dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan

pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya

di tingkat dasar dan menengah. (Susanto, 2013: 137)

Dalam bukunya Wahidmurni (2017: 17) Pusat

Kurukulum menyatakan bahwa IPS adalah bahan kajian

terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi,

dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan

keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,

antropologi dan ekonomi.

IPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

perpaduan dari berbagai bagian konsep atau materi ilmu-ilmu

sosial yang diramu untuk kepentingan program pendidikan dan

pembelajaran disekolah/madrasah.

Jadi IPS adalah ilmu untuk mengembangkan konsep

pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di

lingkungan peserta didik. Pendidikan ips saat ini dihadapkan

pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya

kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan

IPS benar-benar benar dapat mengembangkan pemahaman

konsep dan berpikir kritis.

Dari pengertian hasil belajar dan pengertian IPS diatas

(36)

kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam proses

pembelajaran untuk mengembangkan konsep pemikiran yang

berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan

peserta didik.

2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial

Tujuan utama dari mempelajari IPS adalah membantu

peserta didik sebagai warga negara dalam membuat keputusan

yang rasional berdasarkan informasi untuk kepentingan umum

dari masyarakat demokratis dan budaya yang beragam di dunia

yang saling tergantung. Tujuan belajar IPS adalah mendukung

kompetensi warga negara dalam hal pengetahuan, proses

intelektual, dan karakter yang demokratis, yang diperlukan

peserta didik untuk terlibat aktif dalam kehidupan publik.

(Wahidmurni, 2017: 18).

Syaifudin (2005: 24) mengatakan bahwa tujuan

pembelajaran IPS yaitu untuk mengembangkan kemampuan

berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun

sebagai sosial budaya. Jadi tujuan utama pembelajaran IPS

adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka

terhadap masalah sosial yang terjadi sehari-hari baik menimpa

(37)

d. Macam-macam Hasil Belajar

Menurut Buyamin Bloom, hasil belajar mencakup 3 ranah

yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni pengetahuan

atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis, dan

evaluasi. Keenam aspek tersebut yaitu sebagai berikut:

a) Pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat apa yang sudah

dipelajari.

b) Pemahaman, yaitu kemampuan mengangkat makna dari

yang dipelajari.

c) Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan hal yang

sudah dipelajari ke dalam situasi baru yang kongkret.

d) Analisis, yaitu kemampuan untuk merinci hal yang

dipelajari ke dalam unsur-unsurnya, supaya struktur

organisasinya dimengerti.

e) Sintesis, yaitu kemampuan untuk mengumpulkan

bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru.

f) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu

(38)

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada

beberapa jenis kategoridala ranah afektif sebagai hasil belajar.

Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat

yang kompleks.

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa

dalam konteks situasi dan gejala.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulus yang datangnya dari luar.

c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap stimulus.

d) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu

sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan

nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah

dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki dan

dipengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku seseorang.

c. Ranah psikomotor.

Hasil belajar psikomotor tampak dalam keterampilan

dan kemampuan bertindak individu. Ada lima tingkat

(39)

a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak

sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya

membedakan visual, auditif, motoris dan lain-lain.

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan,

keharmonisan, dan sampai pada keterampilan yang

kompleks.

e. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi

non-decursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

(sopiatin, 2011: 67-68).

Hasil belajar yang dikemukakan dari ketiga ranah

diatas, yaitu hasil belajar tidak berdiri sendiri, melainkan saling

berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun dalam proses

belajar mengajar saat ini, tipe kognitif lebih dominan jika

dibandingkan dengan tipe hasil belajar afektif dan psikomotor.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian hasil belajar yang baik merupakan usaha yang

tidak mudah, karena hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor.

Dalam pendidikan formal, guru sebagai pendidik harus dapat

mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar

(40)

peserta didik dalam rangka pencapaian hasil belajar yang

diharapkan. (Fathurrohman, 2012: 119-120)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri peserta didik. Faktor ini dibagi menjadi tiga, yaitu: faktor

jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmani

Diantara faktor jasmani yaitu faktor ksehatan dan faktor

cacat tubuh.

1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan

beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

2) Faktor Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau

badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi

belajar. Jika hal ini terjadi, hendaklah ia belajar pada

lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu

agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh

(41)

b. Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu

adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan. (Slameto, 1991: 57)

1. Intelegensi atau kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

yang dihadapinya. Intelegensi adalah kecakapan yang

terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat (Fathurrohman, 2012: 123)

Oleh karena itu faktor intelegasi merupakan

faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Tentu saja

peserta didik yang memiliki intelegasi tingkat tinggi

akan lebih mudah untuk mencapai hasil belajar

dibandingkan peserta didik yang memiliki intelegasi

tingkat rendah yang harus berusaha lebih keras untuk

(42)

2. Perhatian

Menurut Gazali dalam Slemeto (1991: 58)

perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek benda

atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin hasil

belajar dengan baik, peserta didik harus memperhatikan

bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran yang

disajikan tidak menarik maka timbullah rasa bosan dan

malas untuk mengikuti proses pembelajarannya.

Dengan hal seperti itu hasil belajar peserta didik akan

menurun.

3. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tiak sesuai dengan minat

peserta didik, peserta didik tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

(43)

4. Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan

kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi

kecakapan-kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada

seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang

dimilikinya. Sehubungan dengan bakat ini dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar

bidang-bidang studi tertentu. (Fathurrohman, 2012: 124)

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa bakat dalam proses belajar mengajar memiliki

peranan penting dalam pencapaian hasil belajar. Bakat

dapat berkembang dengan baik apabila peserta didik

menerima latihan yang sesuai dengan bakatnya, maka

bakat tersebut dapat berkembang menjadi kecakapan

yang nyata.

5. Motivasi

Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan

atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai

materi pelajaran yang sedang diikutinya.

(44)

Jadi motivasi merupakan faktor penting dalam

belajar, karena motivasi mampu memberi semangat

pada peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

6. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam

pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya

sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

Misalnya anak dengan kakinya siap untuk berjalan,

tangan dan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan

lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat

melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu

diperlukan latihan-latian dan pelajaran. Dengan kata

lain anak belum dapat melaksanakan kecakapan

sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika

anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk

memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan

belajar. (Slameto, 1991: 60)

Jadi kematangan berpengaruh terhadap proses

belajar mengajar. Kematanga adalah fase awal dari

kesiapan peserta didik untuk memulai belajar. Karena

peserta didik yang melakukan belajar dengan kesiapan

(45)

dibandingkan dengan peserta didik yang kurang matang

dalam belajar.

7. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

respon atau reaksi kesediaan itu timbul dari dalam diri

seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,

karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan. (Slameto, 1991:61).

Dari penjelasan diatas, kesiapan merupakan

keadaan peserta didik dalam melakukan proses belajar

mengajar. Kesiapan itu berasal dari dalam diri peserta

didik. Dimana peserta didik mampu menerima dan

memberi respon serta bereaksi dengan apa yang

disampaikan pendidik.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk

dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani bersifat

psikis. (Slameto, 1991: 61)

1. Kelelahan Jasmani

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

(46)

kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh,

sehingga darah tidak atau kurang lancar pada

bagian-bagian tertentu.

2. Kelelahan Rohani

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan

untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani

biasa terjadi secara terus menerus memikirkan masalah

yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal

yang selalu sama atau konstan tanpa ada variasi, dan

mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai

dengan bakat, minat, dan perhatiannya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil

belajar yang sifatnya di luar diri peserta didik. Diantara faktor

eksternal tersebut yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat (Slameto, 1991: 62)

a. Faktor Keluarga

1) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar

pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan

dipertegas oleh Drs. Sutjipto Wirowidjojo dalam

(47)

menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang

sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran

besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama

kali anak merasakan pendidikan.karena awal dimana

anak mulai belajar mengenai hal-hal yang ada dilingkup

keluarga seperti berbicara menggunakan bahasa yang

santun, jika menerima sesuatu menggunakan tangan

kanan, dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.

Sehingga secara langsung maupun tidak langsung apa

yang diajarkan keluarga akan mempengaruhi

pencapaian hasil belajar dan kepribadian anak.

2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting

adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi

anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga

yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud

relasi ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan

kasih sayang dan perhatian, ataukah diliputi kebencian,

sikap yang terlalu keras, ataukah acuh tak acuh dan

(48)

Jadi relasi antar anggota keluarga itu tergantung

cara orang tua mendidik anak. Bagaimana cara orang

tua mendidik anaknya dengan relasi yang baik di dalam

keluarga seperti memberi perhatian, membimbing anak

dan akrab terhadap anak. Relasi seperti itu dapat

menjadi penyebab kesuksesan belajar anak.

3) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi

atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam

keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana

rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak

termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang

gaduh atau ramai tidak akan memberi ketenangan

belajar kepada anak. (Slameto, 1991: 65).

Dari penjelasan di atas, bahwa suasana rumah

yang keadaannya ribut, tidak kondusif, dan sering

terjadi cekcok antar keluarga akan menyebabkan

dampak buruk terhadap belajar anak. Dan apabila dalam

keluarga keadaannya harmonis, tentram dan damai,

serta anak merasa nyaman saat berada didalamnya

dapat menyebabkan anak belajar dengan baik dan

(49)

4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi erat hubungannya dengan

belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus

terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,

perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,

meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku

dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi

jika keluarga mempunyai cukup uang (Slameto,

1991:65).

Dari uraian diatas keadaan ekonomi keluarga

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.

Semisal pada keluarga yang kurang mampu dalam

memenuhi fasilitas belajar anak yaitu tidak memiliki

media belajar seperti buku –buku pelajaran dan laptop,

membayar uang sekolah sering telat. Hal seperti ini

dapat menggangu proses belajar anak dan menyebabkan

merosotnya hasil belajar anak itu sendiri.

5) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian

orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu

dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak

(50)

pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat

mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau

perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui

perkembangannya. (Slameto, 1991: 66).

Jadi pengertian orang tua sangatlah berpengaruh

terhadap belajar anak. Orang tua dengan memberikan

perhatian, kasih sayang, dan nasihat yang baik kepada

anak tersebut sama halnya memberi dorongan anak

untuk selalu semangat dalam belajar.

6) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam

keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu

kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang

baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar

(Slameto, 1991: 66).

Jadi sebagai orang tua wajib menanamkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik, karena anak lebih

mudah belajar dengan cara meniru kebiasaan yang di

lakukan didalam keluarga. Hal tersebut berpengaruh

dengan cara belajar anak.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini

(51)

peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah. (Slameto, 1991: 66).

1. Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan

yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu

sendiri menurut Ulih dalam Slameto (199: 67) metode

mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang

kepada orang lain agar orang lain itu menerima,

menguasai, dan mengembangkannya.

Jadi apabila pendidik dalam mengajar

menggunakan metode yang menarik perhatian peserta

didik, maka peserta didik dapat lebih bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran. Karena metode yang

bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

2. Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada peserta didik, kegiatan itu sebagian

besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar peserta

didik menerima, menguasai, dan mengembangkan

(52)

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang

sesuai dengan kemampuan peserta didik, karena hal

tersebut dapat mengembangkan kreatifitas berfikir

peserta didik pada proses pembelajaran.

3. Relasi Pendidik dengan Peserta didik.

Proses belajar mengajar terjadi antara peserta

didik dengan pendidik. Di dalam relasi pendidik dan

peserta didik yang baik, peserta didik menyukai

pendidik dan sekaligus menyukai mata pelajaran yang

diberikan. Sehingga peserta didik berusaha mempelajari

dengan sebaik-baiknya.

Relasi pendidik dengan peserta didik sangat

berpengaruh terhadap cara belajar siswa. Karena

komunikasi yang baik dapat memicu peserta didik

menyukai pelajaran yang diberikan pendidik.

4. Disiplin Sekolah

Disiplin sekolah erat hubungannya dengan

kerajinan peserta didik dalam sekolah dan juga dalam

belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan

pendidik dalam mengajar, kedisiplinan karyawan dalam

pekerjaan dan melaksanakan tata tertib (Slameto, 1991:

(53)

Seluruh warga sekolah yang mengikuti tata

tertib dan bekerja dengan disiplin memberikan

pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

5. Alat Pelajaran

Alat belajar berkaitan erat dengan cara belajar

peserta didik, karena alat pelajaran dipakai oleh peserta

didik untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat

pembelajaran yang lengkap akan memperlancar

penerimaan bahan pembelajaran yang diberikan kepada

peserta didik. (Slameto, 1991: 70).

Jadi alat pelajaran seperti buku diperpustakaan,

laboratorium atau media lainnya. Maka sekolah harus

berusaha memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi,

karena alat pelajaran yang lengkap dan baik akan sangat

berpengaruh terhadap proses pembelajaran, dan supaya

pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuannya.

6. Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses

belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang,

sore atau malam hari. Waktu sekolah juga

mempengaruhi pesert adidik. (Slameto, 1991: 70). Jadi

waktu yang efektif bagi peserta didik untuk melakukan

(54)

didik masih dalam keadaan jasmani yang baik. serta

berkonsentrasi tinggi.

7. Standar Pelajaran diatas Ukuran

Pendidik berpendirian untuk memberikan

pelajaran diatas ukuran standar. Pendidik dalam

menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan peserta didik masing-masing. Yang

terpenting adalah tujuan yang telah dirumuskan dapat

tercapai. (Slameto, 1991: 71) Jadi pendidik yang

menuntun penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan peserta didik, karena kemampuan antara

peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama.

8. Keadaan Gedung

Jumlah peserta didik yang luar biasa banyaknya,

keadaan gedung terpaksa kurang, mereka duduk

berjejel-jejel di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin

mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu

terpaksa berisi 50 orang peserta didik. (Slameto, 1991:

71).

Dapat diuraikan bahwa keadaan gedung,

suasana sekolah dan kapasitas gedung serta banyaknya

peserta didik akan sangat mempengaruhi terhadap

(55)

tempat keramaian dan keadaan bangunan sekolah tidak

sesuai dengan peserta didik. Maka akan sangat

mengganggu proses belajar mengajar dan peserta didik

kurang berkonsentrasi.

9. Metode belajar

Banyak peserta didik melaksanakan cara belajar

yang salah. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif

hasil belajar peserta didik. Dalam pembagian waktu

untuk belajar. Kadang-kadang peserta didik belajar

tidak teratur, atau belajar terus menerus karena besok

akan ujian. Dengan demikian pserta didik akan kurang

beristirahat dan mungkin bisa jatuh sakit. Maka perlu

adanya belajar secara teratur setiap hari, dengan

pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang

tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil

belajar. (Slameto, 1991: 71) Metode belajar yang benar

yaitu belajar yang dilakukan setiap hari secara teratur

dan juga tetap memperhatikan waktu istirahat. Karena

metode berpengaruh dengan hasil belajar.

10.Tugas Rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu dirumah

biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka

(56)

tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak

mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. (Slameto,

1991: 72).

Tugas rumah yang diberikan pendidik untuk

dikerjakan dirumah sebaiknya tidak memberatkan peserta

didik. Misal dengan memberikan satu materi. Dengan

begitu peserta didik masih dapat melakukan kegiatan yang

lainnya, atau bisa juga mempelajarai materi pelajaran yang

lain.

c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi

karena keadaan siswa dalam masyarakat. Faktor

masyarakat antara lain:

1. Kegiatan Peserta Didik dalam Masyarakat

Kegiatan peserta didik dalam masyarakat dapat

menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.

Tetapi jika peserta didik ambil bagian dalam kgiatan

masyarakat yang terlalu banyak, misalnya mengikuti

kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain.

Maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak

(57)

Peran orang tua sangatlah diperlukan dalam

kegiatan anak di dalam masyarakat. Sehingga orang tua

harus membatasi kegiatan-kegiatan yang diikuti

anaknya, supaya anak dapat belajar secara maksimal

tidak terganggu dengan kegiatan-kegiatan tersebut.

a) Mass Media

Yang termasuk dalam mass media adalah

bioskop, radio, TV, buku-buku, komik-komik dan

lainnya. Semuanya beredar di dalam masyarkat.

Mass media yang baik memberikan pengaruh yang

baik kepada peserta didik dan juga pada proses

belajarnya. Sebaliknya jika mass media yang jelek

juga akan berpengaruh jelek terhadap peserta didik

dan pelajarannya. (Slameto, 1991: 72)

Mass media erat kaitannya dengan pengaruh

hasil belajar peserta didik. Jika peserta didik dapat

memanfaatkan mass media dengan baik hal tersebut

dapat memberikan semangat dalam belajar.

b) Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa

lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita

duga. Teman bergaul yang lebih baik akan

(58)

sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti

mempengaruhi yang bersifat buruk juga (Slameto,

1991: 73). Jadi sebagai orang tua perlu

memperhatikan dengan siapa anak tersebut bergaul.

Sebab pergaulan anak di zaman seperti ini sangat

memprihatinkan, karena semakin majunya

teknologi, sehingga anak mudah berpengaruh.

c) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan di sekitar siswa juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari

orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka

mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik,

akan berpengaruh jelek kepada siswa yang berada di

situ (Slameto,1991: 73)

Jadi kehidupan masyarakat sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik

dalam proses pembelajarannya. Jika anak berada

dalam lingkungan yang baik, maka secara otomatis

anak akan meniru apa yang telah dilakukan

orang-orang disekitarnya. Namun jika itu jelek anak akan

mudah terpengaruh dan menjadikan anak malas

belajar, sehingga anak tidak semangat dalam belajar

(59)

f. Indikator Hasil Belajar

Menurut Sujana (2011:20) kriteria tercapainya tujuan yang

sudah dirumuskan adalah sebagai berikut:

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada

pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi

dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu

mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk

mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut pandang

prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan sebagai

berikut:

1. Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih

dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara

sistematik?

2. Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,

kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk memperoleh

tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap

yang dikehendaki dari pengajaran itu?

3. Apakah guru menggunakan multumedia?

4. Apakah peserta didik mempunyai kesempatan untuk

mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang

(60)

5. Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua peserta

didik dalam kelas?

6. Apakah suasana pegajaran atau proses mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

7. Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,

sehingga menjadi laboratorium belajar?

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil,

berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat

dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran

ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:

a) apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari

pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku

secara menyeluruh?

b) apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari

proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan

peserta didik?

c) apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik tahan

lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup

mempengaruhi perilaku dirinya?

d) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh

(61)

2. Metode Kooperatif tipe Jigsaw

a. Model Pembelajaran Kooperatif

1) pengertian pembelajaran kooperatif

Cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa dapat dan kerja sama dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6

orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan dari kelompok

tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok,

baik secara individu maupun kelompok (Slavin dalam Etin

Solihatin, 2009: 4).

Kooperatif leraning merupakan pembelajaran yang

efektif dan efisien terhadap belajar peserta didik, mengajarkan

kepada peserta didik untuk selalu bekerja sama dalam

mencapai tujuan bersama, menciptakan suasana yang kondusif

dan rekreatif serta membantu peserta didik untuk berpikir

teoritis dan praktis (Kastolani, 2014: 170)

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

tergantung pada efektivitas kelompok-kelompok. Dalam

pembelajaran ini guru diharapkan membentuk

kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati supaya semua

anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan

(62)

2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan

situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Arends dikutip

sujono menyatakan ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif,

yaitu:

a. Hasil Belajar Akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul

dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep

sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan

hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi

keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun

kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan Pendapat yang Beraneka Ragam

Tinjauan lain model pembelajaran kooperatif adalah

menerima secara luas dari orang-orang yang berbeda

(63)

ketidakmampuannya untuk bekerja sama dalam menangani

persoalan akademik.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif

adalah mengajarkan kepada peserta didik keterampilan

bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan

sosial penting dimiliki oleh peserta didik, sebab saat ini

banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan

sosial (Sujono, 2006:31)

Tujuan dari pengembangan kooperatif adalah untuk

mengembangkan keterampilan sosial peserta didik.

Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai kelompok orang lain,

memancing teman bertanya, mau menjelaskan ide atau

pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

b. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot

Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh

Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi

etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti

“gergaji ukir”. Ada juga yang menyebutkan dengan istilah

(64)

gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga

mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu

peserta didik melakukan kegiatan belajara dengan cara

bekerjasama dengan peserta didik lain untuk mencapai tujuan

bersama (Majid, 2014:182)

Strategi pembelajaran jigsaw adalah strategi

pembelajaran yang berupaya untuk mendalami sebuah materi

dengan memberikan sudut pandang yang bervariasi dari setiap

peserta didik. Hal ini sangat menarik dan membutuhkan peran

aktif ataupun pemahaman yang baik terhadap materi yang akan

dibahas (Hamid, 2014:222)

Dengan demikian, peserta didik termotivasi untuk

mempelajari materi tersebut dengan baik dan bekerja keras

dalam kelompok-kelompok pakar sehingga mereka dapat

membantu tim mereka bekerja dengan baik. Kunci keberhasilan

model jigsaw adalah saling ketergantungan peserta didik dalam

tim untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk

mendapatkan penilaian yang baik atas pekerjaan mereka.

2) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode jigsaw learning dapat diterapkan dalam

kurikulum apa saja, bidag studi apa saja, dan kelas yang

(65)

kelas cukup mudah. Secara garis besar langkah-langkah adalah

sebagai berikut:

a. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi

beberapa segmen (bagian).

b. Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai

dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik

adalah 50, sementara jumlah segemen yang ada adalah 5,

maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika

jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua,

sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian

setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan

tersebut.

c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan

mendiskusikan materi yang berbeda-beda.

d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok

lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di

kelompok.

e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian

tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak

terpecahkan dalam kelompok.

f. Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek

pemahaman mereka terhadap materi (Zaini dkk, 2008:

Gambar

Tabel 1.1 Siklus penelitian tindakan kelas menurut Suyadi
Tabel 3. 1
Tabel guru di MI Al-Bidayah
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk mengatasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis web yang mampu menyalurkan informasi tentang

Herewith, we present a case of 50-year-old male patient who developed ABH on right lateral border of the tongue, following prosthodontics impression making for completely

penyusun,adanya bidang diskontinuitas atau struktur geologi yang berupa kekar (rekahan), lipatan, sesar (patahan), dan vegetasi penutup, maka di wilayah Kabupaten Kutai

Apoptotic cell death in patients with sepsis, shock, and multiple organ dys- function. Hotchkiss RS, Tinsley KW, Swanson PE,

Based on the figure above, it is known that the result of expansion load simulation for heating coil inside service tank portside is in white metallic color,

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis dan Perancangan

menggunakan regresi panel data ini karena observasi yang digunakan pada.. penelitian ini terdiri atas beberapa perusahaan ( cross section ) dan