Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
305 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
TELAAH FITOKIMIA HERBA KENCANA UNGU (Ruellia tuberosa L.)
Fahrauk Faramayuda1*, Farhan1, Komar Ruslan K21Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani 2Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung
*E-mail : ramayuda_f@yahoo.com
Abstrak: Ruellia tuberosa L. merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan diuresis, antidiabetes, antipiretik, antihipertensi dan bahan antidot. Tanaman kencana ungu ini di Indonesia masih belum banyak digunakan, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan aktivitas yang disebutkan secara tradisional tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik farmakognosi dan fitokimia dari simplisia herba kencana ungu. Karakteristik simplisia terdiri dari penetapan kadar abu, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada herba kencana ungu (Ruellia tuberosa L.). Profil kromatografi ditentukan dari ekstrak n-heksan herba kencana ungu (Ruellia tuberosa L.). Hasil karakterisasi serbuk simplisia herba kencana ungu diperoleh kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kadar air berturut-turut 16,74% ; 6,14%; 1,75%; 51,68%; 23,36%; dan 2,0%. Hasil penapisan fitokimia herba kencana ungu positif mengandung senyawa alkaloid, polifenol, flavonoid, saponin, kuinon, steroid triterpenoid, dan monoterpen seskuiterpen. Profil KLT terbaik ditunjukkan menggunakan fase gerak n-heksan : etil asetat (8:2) dengan nilai Rf 0,81 yang berflouresensi biru dan Rf 0,61 serta Rf 0,53 yang berflouresensi merah di bawah sinar UV 365 nm.
Kata Kunci : Ruellia tuberosa L., Karakteristik simplisia, Penapisan fitokimia, Profil KLT
Pendahuluan
Salah satu tanaman asli Indonesia yang bisa dimanfatkan dan sebagai sumber senyawa bioaktif adalah dari suku Acanthaceae. Salah satu anggota suku Acanthaceae adalah genus Ruellia. (Van,
1975) Ruellia tuberosa L. merupakan salah
satu jenis dari genus Ruellia yang merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara.
Secara tradisional R. tuberosa L. ini
digunakan untuk pengobatan sebagai diuresis, antidiabetes, antipiretik, antihipertensi, dan bahan antidot. (Chiu, 1995. Chen, 2006)
Di Taiwan R. tuberosa L. termasuk
simplisia yang ditambahkan dalam minuman kesehatan. (Chen, 2006) Di Trinidad dan Tobago digunakan sebagai
antihipertensi dan penurun panas (cooling).
Di Amerika latin ramuannya atau herbanya digunakan untuk mengobati fibroid rahim (pertumbuhan non kanker di dinding rahim). (Balick, 2000) Di Indonesia, tanaman ini belum banyak digunakan, apalagi sebagai bahan obat, karena biasanya hanya dikenal sebagai gulma. Pada satu daerah di Sukabumi yaitu di
Kalapanunggal, daun dari R. tuberosa L. ini
digunakan sebagai antidiabetes yang penggunaannya hanya dengan menyeduh daunnya yang telah dikeringkan terlebih dahulu seperti seduhan teh.
R. tuberosa L. berasal dari Amerika tropis, namun ternaturalisasi di Asia Tenggara (Thailand, Peninsular Malaysia, Jawa) dan di tempat tropis lainnya (India, Sri Langka, Afrika) sebagai tanaman
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
306 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
budidaya yaitu tanaman hias. Tetapi di Indonesia terutama di Jawa tumbuh secara liar, atau berada di sepanjang pinggir jalan dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut. (Lemmens, 2003)
Daun dan akar R. tuberosa L.
mengandung saponin, di samping itu daunnya juga mengandung polifenol dan akarnya mengandung flavonoida. (Hutapea, 1994) Pada beberapa penelitian disebutkan adanya alkaloid, flavonoid, dan fenol pada berbagai bagian tanaman. (Imam, 2013)
Daun R. tuberosa L. berkhasiat sebagai
obat sakit kencing batu. Untuk obat kencing batu dipakai ± 15 gram daun R. tuberosa L.,
dicuci dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih selama 15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil saringan
diminum sekaligus. (Hutapea, 1994)
Dekok kering dan serbuk akarnya digunakan sebagai diuretik, sering juga kasus gonorrhoea dan sifilis, untuk masalah ginjal dan diabetes, sebagai obat penurun panas dan pilek. Dekok seluruh bagian tanaman digunakan secara eksternal untuk luka dan secara internal untuk mengobati paru-paru basah, asma, influenza, dan pilek. Daunnya digunakan untuk mengobati sakit gigi, dan dekok dari daun untuk demam, bronchitis kronis dan leucorrhoea. Di Thailand, biji dan daunnya digunakan sebagai topikal untuk bisul dan abses. (Lemmens, 2003)
Sejauh penelusuran pustaka, belum ditemukan data mengenai telaah fitokimia
herba kencana ungu (Ruellia tuberosa L.)
ini, sehingga perlu dilakukan penelusuran mengenai kandungan kimia, karakterisasi simplisia serta profil kromatografi sebagai salah satu parameter standar spesifik dari ekstrak herba kencana ungu.
Metode
Alat Penelitian
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat-alat gelas yang umumnya digunakan di laboratorium, timbangan analitik, kertas saring, kertas saring bebas abu, aluminium foil, plastik wrap, krus silika, kompor pengarang (Akebono), tanur (Thermolyne), perangkat
alat gelas, mortir dan stamper, rotary
evaporator (Dragon LAB RE-10 Pro),
penangas air (JEIO TECH BW-20E), alat destilasi, corong pisah, oven (Memmert), desikator, seperangkat alat maserator, chamber, lampu Uv 254 nm dan 365 nm.
Bahan Penelitian Bahan Kimia
Bahan–bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu n-heksan redest, etanol 95%, etil asetat redest, aquadest, Asam klorida, Serbuk Mg, Eter, Asam Sulfat, besi(III)klorida 1%, Kalium Hidroksida, Eter, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi Liebermann-Bouchard, pereaksi vanillin-asam sulfat 10%, pereaksi gelatin 1 %, Silika gel 60 GF254 (pelat KLT).
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Herba Kencana Ungu yang diperoleh dari Sukabumi, Jawa Barat.
Cara Kerja
Determinasi Tanaman
Sebelum melakukan penelitian tanaman dideterminasi terlebih dahulu di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati ITB yang bertujuan untuk
menentukan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri morfologi secara
makroskopis herba kencana ungu (Ruellia
tuberosa L.) terhadap kepustakaan.
Penyiapan Simplisia
Tahap penyiapan simplisia ini meliputi proses panen, sortasi, pengeringan dan tahap selanjutnya adalah memperkecil ukuran partikel dengan alat penggilingan
simplisia untuk memperbesar luas
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
307 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ukuran partikel agar mempermudah kontak antara bahan dengan pelarutnya, sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik.
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik serbuk
simplisia herba kencana ungu meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan penetapan kadar air.
Penapisan Fitokimia Simplisia
Penapisan fitokimia meliputi golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol, terpenoid dan seskuiterpenoid, triterpenoid dan steroid, dan kuinon.
Ekstraksi
Sebanyak 250 gram serbuk simplisia
herba kencana ungu diekstraksi
menggunakan cara dingin yaitu maserasi menggunakan pelarut n-heksan redestilasi. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan sebagai ekstrak total. Ekstrak dipekatkan dengan penguap putar sampai dihasilkan ekstrak pekat. Ekstrak pekat kemudian diuapkan diatas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian ditimbang.
Analisis Kandungan Metabolit Sekunder Dengan Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak dilarutkan ke dalam pelarut n-heksan, kemudian ditotolkan pada pelat
silika gel GF254 dengan ukuran 7x1 cm.
Digunakan pengembang n-heksan : etil asetat (8:2) dan dijenuhkan dalam bejana tertutup selama 10 menit. Kemudian pelat dimasukkan ke dalam bejana untuk dielusi dengan pengembang di atas hingga batas yang telah ditentukan pada pelat silika. Hasil pemeriksaan KLT memberikan pola noda yang paling baik di bawah sinar Uv panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Selanjutnya dilakukan identifikasi kandungan dengan memberikan penampak bercak yang spesifik untuk setiap golongan senyawa.
1.
Hasil dan PembahasanDeterminasi dan Penyiapan Simplisia
Pada penelitian ini, simplisia uji yang digunakan adalah herba kencana ungu (Ruellia tuberosa L.) yang diperoleh dari Sukabumi, Jawa Barat pada bulan Januari
tahun 2014. Kemudian dilakukan
determinasi tanaman di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Hasil determinasi menunjukan bahwa tanaman uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah spesies Ruellia
tuberosa L. dari suku Acanthaceae.
Penyiapan simplisia herba kencana ungu ini dimulai dari proses pengumpulan bahan segar, pembersihan dari bahan pengotor seperti debu, serangga dan pengotor lainnya dengan cara dicuci menggunakan air mengalir, yang bertujuan untuk menjaga kualitas herba kencana ungu. Untuk mencegah terjadinya reaksi enzimatis atau hidrolisis pada sel jaringan tumbuhan, serta mencegah terjadinya pertumbuhan jamur, bakteri dan pencemar lainnya, maka herba dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari tidak langsung ± 3 hari sampai cukup kering kemudian dikeringkan kembali menggunakan oven pada suhu 50-55°C untuk mempermudah pengecilan partikel. Simplisia mengalami proses pengecilan ukuran dengan cara digiling sampai menjadi serbuk. Pemilihan
dalam bentuk serbuk supaya luas
permukaan simplisia menjadi lebih besar, sehingga area kontak simplisia dengan pelarut lebih besar maka penarikan metabolit sekunder oleh pelarut lebih maksimal.
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Hasil pengamatan makroskopi dari herba kencana ungu tinggi ±65cm, dengan warna hijau, tidak memiliki rasa dan berbau khas. Hasil mikroskopi serbuk simplisia herba
kencana ungu menunjukkan adanya
epidermis, rambut penutup dan sklerenkim.
Tabel 1. Pemeriksaan Karakteristik
Simplisia herba kencana ungu (Ruellia
tuberosa L.). No Pemeriksaan Hasil 1 Kadar abu total 16,74% b/b
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
308 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
2 Kadar abu larut air 6,14% b/b 3 Kadar abu tidak larut asam 1,75% b/b 4 Kadar sari larut air 51,68% b/b 5 Kadar sari larut etanol 23,36% b/b 6 Kadar air 2,0% v/b
Pemeriksaan Penapisan Fitokimia Herba Kencana Ungu
Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak kental herba kencana
ungu (Ruellia tuberosa L.)
No. Golongan Senyawa Hasil Simplisia Ekstrak Kental 1 Alkaloid + - 2 Flavonoid + - 3 Tanin - - 4 Polifenol + - 5 Saponin + - 6 Kuinon + - 7 Steroid dan Triterpenoid + + 8 Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid + + Keterangan: (+) = mengandung metabolit sekunder
(─) = tidak mengandung metabolit
sekunder
Rendemen Ekstrak
Rendemen ekstrak n-heksan herba kencana ungu sebesar 0,9737%.
Analisis Kandungan Metabolit Sekunder Menggunakan KLT
Gambar 1. Hasil KLT ekstrak n-heksan herba kencana ungu deteksi di bawah sinar UV 365 nm.
Keterangan :
• Fase diam silika gel 60 F254 • Fase gerak n-heksan : etil asetat
(a) perbandingan 7:3 (b) perbandingan 8:2 - x : Rf 0,8 flouresensi biru - y : Rf 0,61 flouresensi merah - z : Rf 0,53 flouresensi merah (c) perbandingan 9:1
2.
KesimpulanBerdasarkan hasil penapisan fitokimia
simplisia herba kencana ungu (Ruellia
tuberosa L.) mengandung golongan
metabolit sekunder alkaloid, saponin,
polifenol, flavonoid, kuinon,
monoterpen-seskuiterpen dan steroid-triterpenoid.
Karakteristik dari simplisia herba kencana
ungu (Ruellia tuberosa L.) meliputi kadar
air sebanyak ± 2,0% b/v, kadar abu total sebanyak ± 16,74% b/b, kadar abu larut air ± 6,14% b/b, kadar abu tak larut asam ± 1,75% b/b, kadar sari larut air sebanyak ±
51,68% b/b, dan kadar sari larut etanol sebanyak ± 23,36% b/b. Identifikasi metabolit sekunder menggunakan KLT menunjukkan positif golongan steroid/triterpenoid yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada penyemprotan penampak bercak Liebermann Burchard.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995, Materia Medika Indonesia,
Jilid VI, Direktorat Jederal
x y z (c (b) (a)
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
309 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Pengawasan Obat dan Bahan Makanan, Jakarta.
Van Steeins, C.G.G.J, 1975, Flora, PT.
Pradnya Paramita.
Chiu, N.Y., Chang, K.H., 1995, The illustrated medicinal plants of
Taiwan (2), Mingtong Medical J.
226: 1.
Chen, F.A., Wu, A.B., Shieh, P., Kuo, D.H., Hsieh, C.Y., 2006, Evaluation
of the antioxidant activity of Ruellia
tuberosa,Food Chem. 94: 14-18. Balick, M.J., Kronenberg, F., Ososki, A.L.,
Reiff, M., Fugh-Berman, A., O’Connor, B., Roble, M., Lohr, P.,
dan Atha, D., 2000, Medicinal plants
used by latino healers for women’s health conditions in New York city,
Economic Bot.54 (3):344-357.
Lemmens, R.H.M.J., dan
Bunyapraphatsara, N., 2003, Plant
Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous
Plants 3, Backhuys Publishers,
Leiden. Hlm 352-353.
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman
Obat Indonesia Jilid IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Hlm 157-158.
Imam, F., Haryadi, B., Sumarno, P.B., Miftakudin., Chandra, Z.M., dan Soetedjo, H., 2013, Explosion Phenomenon Observed from Seed
Capsules of Pletekan (Ruellia
tuberosa L.), Journal of Natural Sciences Research.