MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM
PENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN
(Studi Kasus di MI Tahfidz Ash-Habul Kahfi Ngawi)
TESIS
Oleh:
Fakarotul Karimah
NIM: 212216017
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
ABSTRAK
KARIMAH, FAKAROTUL. 2018. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam dalam Peningkatkan Mutu Layanan Pendidikan (Studi Kasus di MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi”). Tesis, Pascasarjana, Manajemen
Pendidikan Islam, IAIN Ponorogo, Pembimbing Nur Kolis, Ph.D
Key word: manajemen pembiayaan, manajemen mutu
Penelitian ini bermaksud melihat secara nyata fenomena pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendapatkan diskripsi tentang kegiatan
perencanaan pembiayaan pendidikan (budgeting), (2) pelaksanaan pembiayaan
pendidikan (actuating), (3) pengawasan pembiayaan pendidikan (controlling) di
MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi.
Pengujian keabsahan data didasarkan pada keterpercayaan, transferebilitas dependabilitas/ reliabilitas, dan konfirmabilitas/ objektifitas. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/ penarikan kesimpulan. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
Dari hasil analisis data diperoleh temuan-temuan penelitian sebagai
berikut: Pertama, perencanaan pembiayaan pendidikan (budgeting) merupakan
proses mempersiapkan rangkaian keputusan untuk mengambil tindakan yang dijabarkan dalam konsep real untuk menjalankan kehidupan madrasah mendatang dengan pembiayaan yang terprogramkan untuk mencapai tujuan dan menghasilkan desain ideal, hasil perencanaan berupa efisiensi anggaran, pemaksimalan fungsi manajemen dan kebutuhan siswa terakomodir.
Kedua, pelaksanaan pembiayaan pendidikan (actuating) sebagai proses
implementasi pembiayaan pendidikan melibatkan pelaksana bertindak sesuai perencanaan dengan petunjuk teknis BOS, pentingnya orientasi dan menggerakkan operator agar visi tercapai, dengan prosedur mengedepankan
prinsip actuating dan kehati-hatian. Actuating membutuhkan pengorganisasian
yang memperhatikan ketersediaan sumber daya dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah ada sebagai bahan pertimbangan untuk mengorganisasikan program.
Ketiga, pengawasan pembiayaan pendidikan (controlling) berfungsi
memonitoring seluruh aktifitas penggunaan pembiayaan anggaran pendidikan, mencegah terjadinya kesalahan, dan mencegah penyimpangan, kenyataannya masih terdapat pembiayaan yang tidak tercantum dalam APBM, sehingga diperlukan tambahan biaya dari sumber lain.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Semenjak diberlakukannya 8 Standart Nasional Pendidikan yang meliputi,
standar pengelolaan, standar isi, standar sarana dan prasarana, standar tenaga
pendidik dan kependidikan, standar pembiayaan, standar proses, standar
kompetensi lulusan, dan standar penilaian, yang diberlakukan pemerintah, maka
setiap sekolah atau madrasah harus berbenah memenuhi delapan standar tersebut,
agar dapat eksis dan diakui keberadaannya.
Dari delapan standar tersebut bagi MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi
standar pembiayaanlah yang merupakan tantangan terbesar dalam
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dikarenakan, komunitas peserta didik
didominasi dari keluarga kurang dan tidak mampu, harus memperoleh pendidikan
layak dengan pelayanan terbaik. Belum lagi banyak program unggulan madrasah
yang memerlukan pembiayaan besar dan pengelolaan yang serius dan benar.
Program tersebut untuk menunjang keberlangsungan dan ketertarikan siswa dalam
belajar agar kelak mereka mempunyai bekal dan keterampilan hidup yang cukup
dan cakap. Program tersebut adalah tahfidzul qur’an, pramuka, extra renang,
ekstra berkebun, ekstra kaligrafi, MIPA, qira’ah, tahsin, pidato 3 bahasa, internet
sekolah, dan lain-lain yang ke semuanya itu memerlukan manajemen yang baik
yang dapat diimplementasikan di madrasah. Tidak jarang sekolah atau madrasah
lain memungut biaya besar dari peserta didiknya untuk menunjang pelaksanaan
nyaman yang akhirnya terganggu dalam proses pembelajaran, padahal prestasi
dan kemampuan mereka tidak jauh berbeda, maka MI Tahfidz Ash Habul Kahfi
Ngawi berkomitmen untuk membebaskan seluruh siswanya dari uang SPP. Dari
jumlah siswa sebanyak 172 orang dan bantuan operasional siswa pada tahun
pelajaran 2017/2018 per tahun sebesar Rp137.600.000,00 dengan total kebutuhan
biaya operasional madrasah sebesar Rp137.600.000,00 per tahun tanpa
penganggaran biaya program unggulan madrasah dan ekstrakurikuler.1
Bahkan sekitar 40% atau Rp48.600.000,00 anggaran pembiayaan hanya
untuk gaji guru dan karyawan, meskipun demikian madrasah tetap memberikan
pelayanan terbaik bagi peserta didik. Dari kenyataan ini madrasah bertekad untuk
melahirkan calon-calon hafidz dan hafidzah dan calon-calon pemimpin masa
depan yang sholeh dan sholehah, serta mewujudkan visi madrasah yaitu
membumikan Al-Qur’an serta terwujudnya peserta didik yang sholeh berdasarkan
ilmu, iman, dan taqwa yang diimbangi dengan penganggaran (budgeting),
pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (controlling) pembiayaan pendidikan yang
optimal. Madrasah ini menghujamkan azzam bahwa dengan manajemen
pembiayaan yang benar akan dapat memberikan pelayanan mutu pendidikan
dengan sebaik-baiknya meskipun dengan biaya yang terbatas agar misi madrasah
dapat terealisasi dengan baik dan maksimal.
Atas dasar keunikan yang tidak dimiliki di sekolah/madrasah di tengah kota
di Kabupaten Ngawi inilah peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan
manajemen pembiayaan pendidikan dengan fokus kegiatan penganggaran
(budgeting), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (controlling) pengelolaan
pembiayaan pendidikan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi, dengan asumsi
bahwa desain pengelolaan manajemen pembiayaan pendidikan yang baik akan
menghasilkan output (keluaran) yang berkualitas, bermutu, berprestasi, dan
menjadi idola masyarakat.
Di sinilah perlunya solusi untuk menganggarkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembiayaan pendidikan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi
agar semua program madrasah dapat dijalankan dengan baik dan berkelanjutan
sehingga kelak mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai kecakapan hidup
dan menjadi generasi gemilang, menjadi muslim yang sesungguhnya dan
berdedikasi untuk bangsa dan agama dengan menjadi pemimpin bangsa yang
sholeh dan sholehah. Berangkat dari kegelisahan inilah diperlukan penelitian
manajemen pembiayaan pendidikan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
Perlu diakui bahwa pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia yang
akan memberikan sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui
peningkatan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan produktifitas. Jika
pendidikan ditempatkan pada posisi upaya untuk mencerdaskan bangsa dalam
konteks madani, maka diperlukan keberanian investasi yang besar untuk sistem
pendidikan nasional. Sementara itu, pendidikan nasional di hadapkan pada
masalah antara lain peningkatan kualitas, pemerataan kesempatan, keterbatasan
anggaran yang tersedia dan belum terpenuhinya sumber daya dari masyarakat
bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua.2 Pendidikan sebagai
instrumen fundamental bagi peradaban manusia memiliki sistem yang kompleks
dan terencana serta terprogram dengan pembiayaan dan penyelenggaraannya.3
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara rakyat dan pemerintah
serta masyarakat untuk mencetak sumber daya manusia yang terdidik guna
tercapainya kemajuan pada suatu pemerintahan.
Pemerintah dalam menjalankan perannya dengan masyarakat dan swasta
tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya dalam pemerataan dan mutu
pendidikan. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk tercapainya tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan, agar kelak bangsa ini menjadi
bangsa yang kokoh dan berjaya.
Hakikat sebuah pendidikan adalah sebuah upaya untuk meningkatkan
kualitas peradaban manusia, oleh karena itu setiap proses pendidikan akan
berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen
penting untuk mengembangkan dan mengubah pola pikir peserta didik sehingga
kelak mereka menjadi generasi yang tangguh dan berbudi. Untuk mewujudkan
tujuan mulia tersebut tentunya harus diatur dengan manajemen pengelolaan yang
baik serta terencana.
Pembiayaan pendidikan memang sangat mahal dengan asumsi jika
diinginkan sebuah madrasah yang berkualitas maka harus didukung dengan
kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan, peningkatan profesionalisme,
2 Fattah, Nanang, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (PT Remaja RosdaKarya, Bandung,
2012),78.
dana operasional yang cukup dan kenyamanan bagi kegiatan pembelajaran peserta
didik dan fasilitas yang lengkap, hal ini akan terwujud apabila ditunjang dengan
anggaran yang memadai, sehingga dapat menopang proses pembelajaran yang
maksimal dengan harapan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.4
Namun pengaturan/ manajemen pembiayaan pendidikan yang tepat tidak
akan terjadi apabila pengelola pendidikan tidak mempunyai dasar pengetahuan
tentang itu. UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 6 Ayat 6, mengamanatkan
bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan pengendalian untuk
layanan pendidikan. Pasal 46 Ayat 1 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat,
Demikian juga Pasal 49 Ayat 1 bahwa lokasi dana pendidikan minimal 20 persen
dari APBN dan 20 persen APBD di luar gaji.
Untuk melaksanakannya diperlukan ketegasan dan komitmen yang tinggi
dari elit politik dan pemangku kebijakan pendidikan agar mampu menjadi
pengelola bagi kemajuan pendidikan di daerahnya dengan mengembangkan
berbagai potensi yang ada. Kebijakan pendidikan di Indonesia dihitung dari hasil
yang akan tercapai secara sistematis dalam jangka waktu yang panjang yaitu
tatanan masyarakat yang didukung oleh mekanisme untuk mendorong
kemandirian daerah. Prioritas program pendidikan dilakukan bagaimana daerah
memperlihatkan prioritas pembangunan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Pembangunan pendidikan dibiayai dengan pendanaan yang bersumber dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua siswa dan masyarakat, dengan
estimasi jumlah pendapatan penerimaan negara yang diperlukan pemerintah untuk
membiayai rencana belanja pengeluaran pemerintah untuk satu periode tertentu.
Semakin berkembangnya strategi dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan
cukup memberikan pengaruh positif terhadap mutu dan keselarasan pendidikan.
Dengan adanya anggaran pendidikan yang memadai sebuah lembaga
pendidikan dapat menyusun alokasi dana yang dibutuhkan untuk menopang
seluruh kegiatan sehingga sesuai dengan target yang diharapkan.
Pada era sekarang ini mengelola sebuah sekolah/madrasah memerlukan
inovasi dan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan agar dapat berkembang,
dengan memertimbangkan standar pengelolaan pendidikan untuk meraih
kemajuan dan peningkatan di berbagai aspek, baik akademis, prestasi
nonakademis dan kemampuan manajerial dalam menyusun, perencanaan
pembiayaan, pengorganisasian, aktualisasi/ pelaksanaan, dan pengawasan yang
pada akhirnya sebuah lembaga akan mempunyai daya saing tinggi dan dicintai
masyarakat oleh karenanya diperlukan pengelola lembaga pendidikan yang
visioner yang mampu menjawab tantangan zaman.
Salah satu permasalahan mendasar pada manajemen pembiayaan pendidikan
adalah bagaimana sebuah lembaga mampu merencanakan, mengorganisasikan,
mengaktualisasikan, dan mengawasi pembiayaan pendidikan agar sekolah/
madrasah dapat berjalan sesuai sistem dan menghasilkan lulusan yang mempunyai
instrumental yang sangat penting dalam menyiapkan sumber daya manusia
melalui penyelenggaraan pendidikan di madrasah/ sekolah.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
menegaskan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab
pemerintah, masyarakat dan orang tua siswa. Semua setuju bahwa pendidikan
adalah penting bagi terciptanya kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa. Karena
pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang, pemerintah RI sejak
tahun 2009, memiliki kebijakan yang tegas dan berani untuk membawa bangsa ini
menjadi bangsa yang cerdas, berpengetahuan, bermartabat dan mempunyai daya
saing tinggi dalam bidang pendidikan, hasilnya adalah hampir setiap tahun
Indonesia merupakan langganan juara olimpiade sains, penelitian ilmiah remaja,
dan matematika di ajang internasional.
Disadari bahwa anggaran pembiayaan bukan merupakan satu-satunya faktor
penentu agar pendidikan lebih berkualitas, namun tanpa pembiayaan yang cukup
akan sulit mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas yang dapat
dinikmati semua lapisan masyarakat.
Kesadaran yang dibangun pemerintah akan pentingnya pendidikan yang
berkualitas pada era global modern yang serba teknologi canggih, telah
diwujudkan pemerintah melalui peningkatan biaya operasional siswa, pemberian
kartu pintar dan beasiswa agar pemerataan pendidikan dapat dinikmati oleh
semua lapisan masyarakat.
Oleh karenanya pemerintah secara terus menerus berupaya meningkatkan
di jenjang pendidikan dasar yang bermutu yang dicanangkan pemerintah agar
dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahpahaman. Biaya pendidikan
merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi berhasilnya
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya dukungan biaya yang memadai.
Ditinjau dari sisi ekonomi tidak ada kegiatan pendidikan yang tidak
memerlukan biaya, terlebih jika dikaitkan dengan kualitas proses dan hasil
pendidikan. Semakin tinggi tuntutan kualitas semakin tinggi pula pembiayaan
yang dibutuhkan. Biaya diperlukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang
berkaitan dengan proses pendidikan.5
Proses pendidikan memerlukan pembiayaan oleh karenanya diperlukan
penganggaran, pelaksanaan dan evaluasi yang tepat dalam penganggaran
pembiayaan pendidikan agar proses kegiatan sekolah/madrasah berjalan sesuai
yang diprogramkan, guna meningkatkan mutu layanan pendidikan madrasah maka
diperlukan upaya perbaikan manajemen. Merespon keinginan masyarakat akan
pentingnya pendidikan, MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi berlomba-lomba
membangun institusi pendidikan dengan bermacam-macam branding dan tawaran
program dengan biaya paling kecil dan minimal.
Berbagai upaya yang dilakukan MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi untuk
merebut hati calon para siswanya sebagai pelanggan (customers), di antaranya
dengan menawarkan berbagai program unggulan, dan berbagai keunikan antara
lain, program literasi Juz Amma setiap pagi, kelas excellent berbasis al Qur`an
yang nantinya akan melahirkan hafidz-hafidz al-Qur`an di masa mendatang,
banjarian, kaligrafi, qiraah, pidato 3 bahasa dan bimbingan belajar intensif untuk
siswa-siswa luar biasa dan siswa berkebutuhan khusus6 yang tentunya semua
program tersebut memerlukan operasional dan pembiayaan yang memadai agar
dapat mendukung pelaksanaannya sementara dana operasional sekolah/ BOS
sering kali tidak mencukupi, maka pengelola lembaga tersebut dituntut mampu
mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut sehingga madrasah ini tetap
mampu menjalankan program-program unggulan madrasah dan ekstrakurikuler
dengan biaya anggaran sendiri terpisah dari LPJ BOS dan RKAM madrasah dan
tanpa pungutan SPP setiap bulan dari siswa.
MI Tahfidz Ash Habul Kahfi dapat mewujudkan visi dan misinya meski
dengan biaya yang minimal. Siswa samasekali tidak dipungut biaya SPP akan
tetapi setiap siswa mempunyai sebuah tabungan yang diwajibkan madrasah untuk
diisi setiap bulannya minimal Rp20.000 untuk kepentingan pembiayaan
ekstrakurikuler madrasah sebagai penunjang pembelajaran agar mampu bersaing
dengan sekolah dan madrasah unggulan di lingkungannya.
Kegiatan dan agenda madrasah tetap dapat berjalan dengan baik meskipun
dengan biaya yang minimalis dari total anggaran pertahun yang tersedia. Olehh
karena itu, madarasah ini melakukan penganggaran, pelaksanaan dan evaluasi
yang terpadu agar semua kegiatan berjalan lancar dan terprogram lebih baik dan
rinci. Keterlibatan dan dukungan komite madrasah dan juga yayasan terhadap MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi serta kepercayaan masyarakat dibuktikan
6 Sumardi, “ Madrasah Unggul Berkarakter Berbasis Budaya Kerja”, (Artikel, Pendidikan
dengan jumlah pendaftar dua tahun terakhir menunjukkan kecenderungan
meningkat, pada tahun pelajaran 2017/2018 daya tampung siswa sebesar 30
jumlah pendaftar 40 anak, tahun 2018/2019 daya tampung 30 siswa jumlah
pendaftar 45 anak.
Sumbangan dana pendidikan baik dari pemerintah maupun perusahaan
menuntut pengelolaan yang profesional dan dapat dipertanggungjawabkan ke pos
mana dana tersebut ditempatkan agar berdaya manfaat pada siswa, dan dapat
membantu pembiayaan pendidikan yang belum teranggarkan di RKAM.
Efisiensi dan efektivitas manajemen pembiayaan pendidikan di MI Tahfidz
Ash Habul Kahfi Ngawi akan diukur tingkat keberhasilan penggunaan dana dalam
membiayai semua program yang menjadi prioritas pengembangan madrasah.
Indikator keberhasilan tersebut dapat diukur dari proses penganggaran,
pelaksanaan, dan evaluasi pembiayaan pendidikan, penyerapan anggaran serta
kelancararan proses pembelajaran, prestasi siswa diberbagai bidang, prestasi
sekolah baik akademis maupun nonakademis, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya perlu penelitian manajemen pembiayaan pendidikan yang
dimaksudkan untuk memotret madrasah/ sekolah tersebut, bahwa dengan desain
penganggaran (budgeting), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (controlling)
pembiayaan pendidikan yang baik dapat menghasilkan output yang sesuai harapan
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana penganggaran (budgeting) pembiayaan pendidikan di MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi?
2. Bagaimanana pelaksanaan (actuating) pembiayaan pendidikan di MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi?
3. Bagaimana evaluasi (controlling) pembiayaan pendidikan di MI Tahfidz
Ash Habul Kahfi Ngawi?
4. Bagaimana mutu layanan pendidikan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi
Ngawi?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai diantaranya sebagai berikut:
1. Menjelaskan penganggaran (budgeting) pembiayaan pendidikan di MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
2. Menjelaskan pelaksanaan (actuating) pembiayaan pendidikan di MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
3. Menjelaskan evaluasi (controlling) pembiayaan pendidikan di MI
Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
4. Menjelaskan mutu layanan pendidikan di MI Tahfidz Ash Habul Kahfi
Ngawi.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dan dirasakan dari hasil penelitian ini
1. Manfaat secara teoretis
Penelitian ini telah mampu memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pendidikan Islam dan manajemen pendidikan Islam,
lebih terkhusus menambah teori baru terhadap manajemen pembiayaan
pendidikan.
2. Manfaat secara praktis
Penelitian ini telah dapat memberikan manfaat di antaranya.
a. Bagi peneliti yaitu dapat menambah wawasan tentang permasalahan
manajemen pembiayaan pendidikan Islam.
b. Bagi peneliti lain yaitu sebagai bahan acuan untuk melakukan
penelitian tentang manajemen pembiayaan pendidikan Islam.
c. Bagi institusi yaitu memberikan gambaran kepada madrasah dalam hal
pengembangan manajemen khususnya dan dapat menjadi sumbangsih
bagi lembaga yang diteliti untuk dapat menjadi madrasah unggulan
khususnya pada pengelolaan dana pendidikan.
d. Bagi masyarakat secara umum yaitu menambah wawasan dan ilmu
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Terdahulu
Pertama, Kisbiyanto, (2014), dalam penelitiannya yang berjudul
Pengefektifan Manajemen Pembiayaan Pendidikan.7 Pembiayaan
pendidikan sangat penting untuk perencana pendidikan dan para pembuat
kebijakan pendidikan. Ketersediaan biaya yang memadai dengan
manajemen pembiayaan (manajemen of finance) yang lebih baik dapat
menyumbangkan peningkatan hasil pendidikan, baik dilihat dari jumlah
maupun mutunya. Pembiayaan pendidikan sebagai salah satu faktor
penting penyelenggaraan pendidikan memerlukan analisis yang cermat dan
tepat sehingga pengelolaan pendidikan bisa dilaksanakan secara efisien
dan efektif. Efisiensi anggaran terletak pada ketepatan analisis dan
penggunaannya semaksimal mungkin bagi kepentingan pendidikan.
Efektivitas anggaran terletak pada besarnya capaian tujuan pendidikan
yang didukung oleh penggunaan anggaran pendidikan.
Kedua, M. Jupri, (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Model
Manajemen Pembiayaan Pendidikan Menuju SBI.8 Rintisan sekolah
bertaraf internasional banyak diminati masyarakat, tetapi untuk
mendapatkan pendidikan tersebut diperlukan biaya yang tinggi. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus,
7 Kisbiyanto,“Pengefektifan Manajemen Pembiayaan Pendidikan”, Elementary, Vol 2 No
1,(2014),160.
penelitian ini untuk menganalisis pembiayaan SMP N 2 RSBI Rembang
dengan fokus, penganggaran, akuntansi, dan auditing, hasil penelitian
menunjukkan bahwa SMP N 2 RSBI Rembang, dalam proses pembiayaan
pendidikan melibatkan banyak pihak, pencatatan, penerimaan,
penyimpanan, dan penggunaan telah sesuai dengan data.
Pengawasan dan pertanggungjawaban dilaksanakan melalui audit
internal dan eksternal sekolah. Disarankan sekolah dapat melibatkan
pengurus osis dalam tim sekolah untuk mendapatkan usulan yang
berkenaan dengan kebutuhan peserta didik dalam anggaran sekolah.
Sekolah memiliki ahli IT untuk membantu mengelola sistem informasi dan
keuangan sekolah, pemerintah kabupaten dapat membuat standar iuran
masyarakat untuk RSBI/SBI agar pembiayaan bisa transparan.
Dalam alternatif model manajemen pembiayaan pendidikan tim
penyusun anggaran sekolah dibentuk sebelum tahun pelajaran berjalan.
Rancangan anggaran dikonsultasikan ke Dinas Pendidikan Kab Rembang,
selanjutnya dimintakan persetujuan komite sekolah sebagai perwakilan
orang tua Dinas Pendidikan dan pengesahan dari Dinas Pendidikan agar
RAPBS menjadi APBS.
Ketiga, Armida, (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Model
Pembiayaan Pendidikan di Indonesia.9 Pembiayaan dalam dunia
pendidikan bukanlah hal yang sederhana. Di negara maju, pembiayaan
9Armida, “Model Pembiayaan Pendidikan di Indonesia”,Jurnal Media Akademika, Fakultas Adab
pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara. Dalam sejarah
Indonesia, setidaknya ada dua model pembiayaan pendidikan.
Model pertama adalah sentralisasi, yang dilaksanakan pada masa ord
baru, dan model desentralisasi yang dilaksanakan pada masa orde
reformasi. Dalam hal pembiayaan ada tiga komponen yang bertanggung
jawab, pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Kesimpulannya adalah
dalam mengelola suatu pembiayaan pendidikan diperlukan suatu konsep
dan sistem perencanaan yang matang, agar mampu merumuskan sistem
pembiayaan nasional pendidikan Indonesia dalam kerangka otonomi
daerah
Keempat, Nanang Fattah, (2008), dalam penelitiannya yang berjudul
Pembiayaan Pendidikan Landasan Teori dan Studi Empiris.10 Pembiayaan
dihampir semua negara disediakan baik oleh sektor swasta maupun
pemerintah. Terdapat beragam komponen dalam pembiayaan pendidikan,
umumnya dihitung dari biaya nyata dan biaya operasional. Penghitungan
biaya pendidikan meliputi total cost per peserta didik, average cost, dan
marginal cost. Kesimpulannya adalah bahwa pendidikan lebih
menguntungkan sebagai bentuk investasi untuk individu, dari pada untuk
masyarakat secara keseluruhan.
Kelima, Buhari Luneto, (2015),dalam penelitiannya yang berjudul
Manajemen Pembiayaan Pendidikan di Madrasah.11 Biaya adalah semua
jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan
baik dalam bentuk uang atau barang dan tenaga. Masalah dalam
pembiayaan pendidikan adalah bagaimana biaya yang diperoleh itu
direncanakan, dan dialokasikan.
Biaya yang dikeluarkan dalam pendidikan meliputi biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar mengajar, sedangkan biaya
tidak langsung berupa keuntungan yang hilang yang dikorbankan peserta
didik selama belajar. Kesimpulannya adalah bahwa hal terpenting pada
penyusunan RAPBS/M adalah bagaimana memanfaatkan dana secara
efisien serta mengalokasikan dana secara tepat sesuai kebutuhan agar
keberhasilan program dapat dicapai.
Berdasarkan kajian dari kelima hasil penelitian tersebut dapat
disarikan bahwa kelimanya lebih menekankan pada tataran keefektifan
pembiayaan, pengawasan, akuntasi, pertanggungjawaban perumusan
sistem pembiayaan dan kebermanfaatan manajemen pembiayaan, sehingga
penulis perlu memaksimalkan fungsi manajemen yang lain dalam
pembiayaan pendidikan yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan dengan penelitian baru yang berjudul
Manajemen Pembiayaaan Pendidikan (Studi Kasus di MI Tahfidz Ash
11 Luneto Buhari, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan di Madrasah”, Jurnal Tadbir, IAIN Sultan
habul Kahfi Ngawi) yang sifatnya akan melengkapi penelitan sebelumnya
dan pembaharuan.
B. Kajian Teori
1. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
a. Definisi Manajemen Pembiayaan
Manajemen Pembiayaan merupakan sebuah proses dalam mengoptimalkan
sumber dana yang ada, mengalokasikan dana yang tersedia dan
mendistribusikannya sebagai fasilitas atau sarana pendukung proses pembelajaran
sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, fokus manajemen pembiayaan pendidikan pada bagaimana
sumber dana yang ada mampu dikelola secara profesional sehingga memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.12
b. Prinsip dan Fungsi Pembiayaan Pendidikan
Dalam definisi ini ada tiga kata kunci dalam manajemen pembiayaan
pendidikan, yaitu optimalisasi sumber dana, alokasi dan distribusi. Tiga kata
kunci inilah yang pada akhirnya menjadi fungsi dari pembiayaan pendidikan itu
sendiri.
1) Optimalisasi sumber dana
Fungsi manajemen pembiayaan adalah bagaimana lembaga pendidikan
mampu mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan yang
diperoleh.
2) Alokasi
12 Jaja Jahari dan Amirullah Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi,
Alokasi dalam manajemen pembiayaan pendidikan merupakan proses
financial decision. Di sinilah kebijakan alokasi pembiayaan pendidikan
ditentukan. Kebijakan dalam menentukan alokasi ini harus
mengedepankan program prioritas dalam sebuah proses pendidikan.
3) Distribusi
Distribusi merupakan proses penyaluran dana sesuai dengan alokasi yang
telah ditentukan.13
Terkait dengan fungsi manajemen pembiayaan pendidikan, dikatakan
bahwa dana (biaya) memainkan peran penting dalam pendidikan pada tiga area;
pertama, ekonomi pendidikan dalam kaitannya dengan pengeluaran masyarakat
secara keseluruhan; kedua, keuangan sekolah kaitannya dengan kebijakan sekolah
untuk menerjemahkan uang terhadap layanan kepada peserta didik dan ketiga,
pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir secara langsung berkaitan
dengan tujuan kebijakan. Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah
bagaimana mengalokasikan sumber-sumber terbatas untuk mencapai tujuan yang
beraneka ragam mungkin tak terhingga.14
Untuk menjalankan fungsi manajemen pembiayaan secara efektif, maka
kita harus memerhatikan prinsip-prinsip yang menjadi dasar pengelolaannya.
Diantara prinsip manajemen pembiayaan pendidikan adalah:
1) Akuntabilitas (accountability)
2) Transparan)
3) Integritas
13 Ibid, 74.
4) Konsistensi
5) Efektif dan efisien
c. Ruang Lingkup Pembiayaan Pendidikan
(1)Penganggaran (Budgeting)
Penganggaran (budgeting) merupakan kegiatan atau proses
penyusunan anggaran. Budget merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga dalam
kurun waktu tertentu dalam menentukan biaya satuan pendidikan terdapat
dua pendekatan yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro.
Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana
kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro berdasarkan
perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen
pendidikan yang digunakan oleh murid.
Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam penganggaran biaya
pendidikan adalah:
a) Anggaran belanja sekolah harus dapat mengganti beberapa
peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan kebutuhan
pendidikan
b) Merevisi peraturan dan input lain yang relevan, dengan
c) Memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus-menerus
dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap
berikutnya.
Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka
yang sangat bertanggung jawab sebagai pelakasana adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi
pengembangan administratif.
Dalam hubungan ini adalah penyusunan RKAM memerlukan analisis
masa lalu dan lingkungan ekstern yang mencakup kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman.
(2) Pelaksanaan (Accounting)
Accounting adalah bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hasil
kegiatan ekonomi. Dalam pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis besarnya
dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan yaitu penerimaan dan
pengeluaran. Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu
dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan kesepakatan
yang telah disepakati, baik berupa konsep teoretis maupun peraturan
pemerintah.
(3) Evaluasi (Auditing)
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat melaporkan
dalam evaluasi keuangan sekolah, pengawasan merupakan salah satu proses
yang harus dilakukan dalam manajemen pembiayaan berbasis sekolah.
d. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan
Pada prinsipnya sumber pembiayaan pendidikan bisa diperoleh dari
berbagai sumber selama sumber itu diperoleh secara halal dan bisa
dipertanggungjawabkan. Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung
dan biaya tak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar
peserta didik berupa pembelian alat-alat belajar, biaya tranportasi, gaji guru,
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun peserta didik itu
sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung adalah berupa keuntungan yang
hilang yang dikorbankan peserta didik selama belajar.
Alokasi dana ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi
pengeluaran operasional atau pendapatan dan pengeluaran modal.
Pengeluaran operasional merupakan semua pengeluaran yang dilakukan
untuk kegiatan yang mendukung proses kegiatan mengajar seperti gaji
kepala sekolah, gaji guru tetap maupun gaji guru tidak tetap, penyusunan
aktiva tetap, biaya listrik dan telepon. Sedangkan pengeluaran modal
merupakan semua pengeluaran modal merupakan semua pengeluaran yang
dilakukan untuk membiayai barang modal seperti membeli tanah,
e. Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.15 Pembiayaan
pendidikan terdiri atas biaya operasional, dan biaya personal.
1) Biaya Operasional
Biaya operasional dalam standar pembiayaan pendidikan terdiri-dari:
a) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji
b) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c) Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa, daya, air, jasa,
telekomunikasi, pemeliharaan sarana prasarana, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi dan sebagainya.16
2) Biaya Personal
Biaya personal merupakan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan, antara lain meliputi pakaian, transpor, buku, konsumsi,
dan akomodasi.
Di dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi,
biaya operasional dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan
meliputi biaya penyediaan sarana prasarana, pengem bangan sumber daya
15 PP No 19 Tahun 2005.
16 Fatah Nanang, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012)
manusia dan modal kerja tetap. PP ini diperkuat dengan PP No 48 tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan, di mana biaya pendidikan meliputi
biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan atau pengelolaan
pendidikan, dan biaya pribadi peserta didik.
Biaya satuan pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya operasi,
bantuan biaya pendidikan, dan beapeserta didik. Biaya penyelenggaraan
dan pengelolaan pendidikan terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. PP No 48 tahun 2008 ini sifatnya melengkapi dan
mengukuhkan PP No 19 tahun 2005, tidak ada pemberlakuan standar
ganda pada penggunaan kedua PP tersebut, karena PP No 48 tahun 2008
memberikan penafsiran yang lebih jelas terhadap PP no 19 tahun 2005
tentang Pendanaan Pendidikan.
f. Sistem Pembiayaan Pendidikan di Sekolah/Madrasah
1) Konsep Pembiayaan Pendidikan di Sekolah/Madrasah
Biaya pendidikan adalah nilai rupiah yang digunakan untuk kegiatan
pendidikan yang terdiri dari seluruh sumber daya.17 Biaya dalam
pendidikan meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya
langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar peserta didik yang berupa
pembelian alat–alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru,
baik yang dikeluarkan pemerintah, orang tua, maupun peserta didik
sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang
17 Fatah Nanang, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012)
dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan peserta
didik selama belajar.47
Pembiayaan pendidikan merupakan aktivitas yang berkenaan dengan
perolehan dana (pendapatan) yang diterima dan bagaimana penggunaan
dana tersebut digunakan untuk membiayai seluruh program pendidikan
yang telah ditetapkan. Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses di
mana pendapatan dan sumber dana tersedia digunakan untuk
memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah/madrasah Pendapatan
atau sumber dana pendidikan diperoleh dari APBN, APBD, dan
masyarakat atau orang tua.
Menurut Levin dalam Akdon, pembiayaan sekolah adalah proses di
mana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk
memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah
geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.18 Jadi pembiayaan
pendidikan adalah aktivtas mengelola pendanaan pendidikan yang
berwujud uang dan barang untuk membiayai program kegiatan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah/madrasah akan
memengarui bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan dan
digunakan sebesar besarnya untuk mencerdaskan peserta didik dan
peningkatan mutu. Pembiayaan merupakan hal penting dalam keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan, dan pemerintah memiliki peran yang besar di
18 Akdon, et.al, Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015),
dalamnya. Agar penggunaan dana efektif setiap lembaga pendidikan,
madrasah/sekolah seharusnya menetapkan rencana yang menjadi prioritas
pembiayaan pendidikan secara komprehensif dari program pembiayaan
yang melibatkan keputusan yang kritis dalam wilayah program pendidikan
yang harus dibiayai, sistem pajak yang digunakan untuk pembiayaan
program, dan sistem alokasi dana negara untuk wilayah atau daerah
persekolahan.
Fungsi pembiayaan adalah untuk mendukung agar penyelenggaraan
pendidikan dapat berjalan sesuai dengan landasan dan misi yang diemban
bangsa. Konsep pembiayaan identik dengan anggaran. Anggaran
merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif pada
bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan lembaga pada kurun waktu tertentu.
Anggaran pembiayaan pendidikan disusun untuk menggambarkan
seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh madrasah/lembaga
pendidikan. Anggaran dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan
pengendalian pada manajemen pembiayaan pendidikan untuk
mengarahkan madrasah/sekolah dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
Dalam arti yang lebih makro anggaran mempunyai fungsi:
a) Sebagai alat penafsir, yaitu untuk memerkirakan besarnya pendapatan
dan pengeluaran sehingga dapat dilihat kebutuhan data yang
b) Sebagai alat kewenangan yaitu dapat memberikan kewenangan untuk
pengeluaran dana sehingga melalui anggaran tersebut dapat diketahui
besarnya dana yang boleh dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
berdasarkan perencanaan anggaran sebelumnya.
c) Sebagai alat efisiensi yaitu dapat diketahuinya, realisasinya sebuah
kegiatan yang kemudian dapat dibandingkan dengan perecanaan,
sehingga dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau penghematan
anggaran.19 Menurut John , Morphet , dan Alexanders, dalam Akdon,
ada beberapa kebijakan umum yang biasa dianjurkan oleh ahli
pembiayaan pendidikan antara lain:
1) Jika masukan biaya tambahan akan menambah lebih banyak
keuntungan secara individu dan sosial sistem pendidikan dibandingkan
dengan jumlah investasi, maka masukan pembiayaan harus ditingkatkan.
2) Jika keuntungan secara individual dan sosial dari sistem organisasi
dapat menghasilkan dengan masukan biaya yang lebih kecil, maka
masukan pembiayaan seharusnya dikurangi.
3) Jika unit administrasi sekolah merupakan unit yang sangat kecil
dapat mencapai keuntungan dalam skala ekonomi penting untuk
memaksimalkan keuntungan pendidikan, per rupiah masukannya, maka
sistem sekolah/madrasah itu harus ditinjau organisasinya secara tepat.
19 Luneto, Buhari , Manajemen Pembiayaan Pendidikan Di Madrasah, Tadbir, Vol 3, No.2
4) Jika struktur organisasi tidak berfungsi secara efisien dan efektif
untuk memaksimalkan keuntungan pendidikan, maka struktur organisasi
itu harus di modifikasi.
5) Jika setiap kebijakan pendidikan, program atau cara kerja tidak
berfungsi, tidak efektif/efisien, maka kebijakan pendidikan harus diubah.20
Pendidikan dalam operasionalnya tidak terlepas dari pembiayaan atau
moneter. Biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan
pendidikan tidak akan tampak hasilnya secara nyata dalam waktu yang
relatif singkat, oleh karena itu uang yang dikeluarkan pemerintah,
masyarakat, maupun orang tua, untuk menghasilkan pendidikan atau
membeli pendidikan bagi anaknya dipandang sebagai investasi, yang di
masa mendatang akan menghasilkan keuntungan atau manfaat dalam
bentuk finansial dan nonfinansial.21
Dukungan finansial yang cukup akan memermudah proses manajerial
suatu lembaga pendidikan untuk berbuat banyak dalam upaya memajukan
lembaga pendidikan yang dipimpin. Keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Kedua hal tersebut merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di
sekolah/madrasah bersama komponen-komponen lainnya. Pembiayaan
20 Akdon, et.al, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, (2015),
25-26.
21 Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan Bandung, PT Remaja Rosdakarya, (2013),
pendidikan sangat terkait dengan kepercayaan masyarakat untuk turut
andil dan merasa memiliki lembaga tersebut, oleh karenanya jika
madrasah/lembaga ingin mendapatkan dana dari partisipasi masyarakat
maka madrasah/lembaga harus memiliki program yang bagus.
Kepercayaan memang dapat membangunkan kesadaran seseorang
untuk memberikan bantuan dana. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat, terutama para calon donatur, harus diperkuat dan dijaga.
Untuk membangun dan memerkukuh kepercayaan mereka. Ada beberapa
langkah yang perlu ditempuh, yaitu:
1) Pihak yang mengajukan proposal kepada calon donatur haruslah
orang yang jujur, bersih dan amanat;
2) Lembaga pendidikan harus mampu menunjukkan bahwa bantuan
dari pihak lain yang diterima telah dimanfaatkan secara benar dan dapat
dibuktikan;
3) Pihak yang mengajukan bantuan bersama kelompoknya haruslah
orang-orang yang dikenal memiliki semangat besar untuk menghidupkan
dan memajukan lembaga;
4) Calon donatur harus bisa diyakinkan bahwa pelaksanaan program
benar-benar sangat penting, bahkan mendesak untuk segera diwujudkan;
5) Calon donatur perlu disadarkan bahwa bantuan yang akan
diberikan untuk pembangunan lembaga pendidikan merupakan shadaqah
jariyah yang pahalanya terus mengalir.22
2. Bentuk-Bentuk Desain Anggaran Pembiayaan
Sedikitnya ada empat bentuk desain anggaran pembiayaan pendidikan
yang dianut sekolah/madrasah. Menurut Nanang Fattah, bentuk- bentuk
desain anggaran pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Anggaran butir per butir
Merupakan anggaran yang paling simpel dan banyak digunakan.
Setiap pengeluaran dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori,
misalnya gaji, upah, honor, menjadi satu kategori.
b. Anggararan program
Adalah bentuk anggaran yang dirancang untuk mengidentifikasi biaya
setiap program. Perhitungan anggaran pembiayaan berdasarkan pada
perhitungan masing-masing jenis program.
c) Anggaran berdasarkan hasil Adalah bentuk anggaran yang
menekankan hasil , bukan pada keterperincian dari suatu alokasi
anggaran.
d) Sistem perencanaan penyusunan program dan penganggaran Adalah
sebuah kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan
informasi dan menganalisisnya secara sistematis. Setiap program
dinyatakan dengan jelas, baik jangka pendek, maupun jangka panjang.
disajikan secara lengkap, sehingga pengambil keputusan dapat
menentukan pilihan program yang dianggap paling menguntungkan.23
3. Implementasi Pembiayaan Pendidikan
a) Penerapan konsep model dalam biaya satuan pendidikan
konsep model penentuan biaya sekolah/madrasah dapat digambarkan
dalam model fishbone atau model tulang ikan.
Penentuan biaya sekolah/madrasah dikelompokkan menjadi 8
komponen, sesuai standar komonen pendidikan nasional. Berikut adalah
gambar model pengalokasian pembiayaan di sekolah/madrasah.
Tabel 2.1 Model Pengalokasian Pembiayaan di Sekolah/ Madrasah
Standar
23 Fattah Nanang, Standar Pembiayaan Pendidikan, (PT Remaja Rosda Karya, Bandung,
4. Unsur-Unsur Model Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan di
Madrasah
Struktur pengembangan model pengelolaan pembiayaan madrasah
berdasarkan kebutuhan belajar dibangun berdasarkan permasalahan yang dihadapi
oleh madrasah. Dalam mengalokasikan dana, madrasah hanya mengalokasikan
dana berdasarkan pengalaman yang sudah dilaksanakan sebelumnya, kurang
memfokuskan pada program yang sebenarnya perlu dibiayai sehingga kurang
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
Struktur model pengelolaan pembiayaan madrasah yang dibangun terdiri dari
unsur-unsur yang saling berhubungan dalam pengelolaan pembiayaan di madrasah
agar pendistribusian dana mampu dialokasikan berdasarkan program dalam
melaksanakan PBM dan sesuai kebutuhan peserta didik. Unsur-unsur tersebut
adalah
a. Kebutuhan belajar peserta didik
Pendidikan yang dibutuhkan peserta didik adalah ilmu pengetahuan,
keterampilan, sikap,dan kecakapan dasar untuk tumbuh dan berkembang ke
jenjang yang lebih tinggi yang didukung nilai-nilai agama
b. Program atau kegiatan prioritas Unsur ini merupakan dasar dalam mencapai
tujuan dan sasaran PBM, serta untuk menentukan pendistribusian dan
pengalokasian dana sehingga penggunaannya dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Contoh Pengembangan kurikulum, ekstra kurikuler,
PSB, Bantuan peserta didik miskin, Kegiatan ulangan harian dan penyediaan
alat peraga edukatif.
c. Tujuan atau sasaran Unsur ini merupakan arah yang akan dicapai oleh
sekolah/madrasah dalam melaksanakan PBM.
d. Peserta didik Unsur ini memberikan gambaran jumlah peserta didik yang
mengikuti pendidikan di madrasah/sekolah sehingga diketahui bobot besaran
biaya yang dibutuhkan untuk setiap sekolah/madrasah.
e. Distribusi dan alokasi dana Unsur ini merupakan pedoman bagi
sekolah/madrasah dalam mendistribusikan dan mengalokasikan dana yang
diperoleh untuk dipergunakan secara efektif dan efisien dalam melaksanakan
PBM.
f. Sumber dana Unsur ini memberikan gambaran tentang dari mana
sekolah/madrasah mendapatkan sumber-sumber pembiayaan untuk
mendukung penyelenggaraan pendidikan di madrasah k. Standar nasional
pendidikan Unsur ini merupakan landasan dalam memetakan kebutuhan
belajar peserta didik.24
5. Model –Model Pembiayaan Pendidikan Menurut Thomas H. Jones dalam
Armida ada enam model pembiayaan pendidikan, yaitu :
a) Model Flat Grant
Model ini merupakan tipe perencana bantuan pembiayaan pendidikan yang
tertua, dengan konsep setiap sekolah/madrasah memiliki sejumlah dana yang
sama, yang dihitung perpeserta didik atau per unit pendanaan lainnya.
24 Akdon,et.al, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, (PT Remaja Rosda Karya,
Sekolah/madrasah dengan jumlah peserta didik terbanyak akan mendapat dana
lebih besar. Semua sekolah akan mendapatkan bantuan yang sama terlepas dari
seberapa besar kekayaan yang dipunyai madrasah/sekolah atau seberapa rendah
tarif pajak yang mereka berlakukan. Model ini diadopsi pemerintah pusat dalam
mendistribusikan dana bantuan operasional peserta didik (BOS).
b) Model Power Equalizing
Model Power Equalizing membebankan kepada kabupaten yang sangat
kaya untuk membayarkan pajak sekolah yang dipungut kembali ke kas negara,
negara menggunakan dari kabupaten yang kaya untuk menambah bantuan bagi
kabupaten/distrik yang miskin. Setiap daerah akan menerima jumlah dana yang
berbeda tergantung pada kemampuan penghasilan daerah. Daerah miskin akan
menerima 5 permil ditambah 7 permil dana dasar daerah, sehingga terdapat
keseimbangan dana atar daerah-daerah yang sumber alamnya kaya.
c) Model Complete State
Model complete state, merancang permbiayaan pendidikan untuk
menghapus semua perbedaan lokal, baik dalam pembelanjaan maupun dalam
perolehan pajak.Tidak ada pajak property sekolah lokal dengan berbagai tarif.
Pengawasan keuangan lokal tidak efisien untuk masyarakat secara
keseluruhan. Model complete state menempatkan tanggung jawab yang lebih
besar untuk akuntabilitas pendidikan secara merata di berbagai provinsi dan
kabupaten/kotamadya.
Model ini dirancang untuk menggali masalah–masalah besar dalam
pendidikan dan keuangan, yaitu: kesetaraan pembelanjaan, penetapan standar
pajak dan pembelanjaan sekolah minimum. Pemisahan wewenang politik antar
propinsi adalah kebijakan untuk proses perbaikan yang berkesinambungan atas
proses pendidikan.
Prinsip pembiayaan pendidikan model Foundation plan, negara menentukan
biaya pendidikan per peserta didik per tahun bagi program pendidikan yang
memuaskan, negara menentukan tarif pajak minimum yang harus dilakukan
olehsemua provinsi dan kabupaten dengan jumlah yang sama, Negara
memberikan hibah (grants) kepada tiap kabupaten/kota dengan jumlah yang
sama, sedangkan nominal bantuan besarnya situasional terhadap kekayaan
lokal tetapi tidak pada upaya pajak. Pembagian pembiayaan pendidikan dibagi
dengan porsi yang sama dengan mengutamakan kabupaten yang miskin.
e) Model Guaranteed Percent equalizing
Model ini dimaksudkan bahwa negara membayar persentase tertentu dari
total pembiayaan pendidikan yang diinginkan oleh kabupaten/distrik sekolah
lokal. Penyertaan persentase negara diberlakukan tinggi pada distrik-distrik
sekolah miskin, dan persentase sekolah rendah pada distrik kaya. Model ini
memaksimalkan pengawasan lokal, kesetaraan wajib pajak, dan efisiensi
sekolah lokal. Guaranteed percent equalizing, menjamin tiap distrik sekolah
lokal dengan sejumlah dana tertentu.
Pembiayaan pendidikan bersumber pada dana pemerintah, dan diharapkan
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Sistem ini akan memberikan
dampak pada system pendidikan yang ada di daerah.25 Apabila dilihat dari
konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, prinsip pembiayaan tersebut
akan memiliki kesamaan seperti yang dikemukakan jones. Daerah-daerah di
Indonesia memiliki karakteristik yang sangat unik antara satu daerah dengan
daerah lainnya sehingga tidak mungkin menyamakan pembiayaan pendidikan
untuk setiap daerah.26
6. Strategi Pembiayaan Pendidikan dalam Penyusunan RAPBM
Strategi adalah keputusan atau tindakan untuk mencapai sasaran
organisasi.27 Strategi dipengaruhi oleh misi organisasi atau lembaga
(madrasah/sekolah) dan lingkungannya. Penyusunan RAPBM memerlukan
analisis masa lalu dan lingkungan ekstrim yang mencakup kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman (Analisis SWOT).
Dunia pendidikan sangat terpengaruh oleh berbagai perubahan baik politik,
sosial budaya, ekonomi, teknologi, industri maupun informasi. Pembaharuan
dalam aspek-aspek tersebut menuntut para pengambil keputusan kebijakan
pendidikan menyesuaikan diri, dengan perubahan tersebut. Strategi pembiayaan
pendidikan dalam penyusunan RAPBM di mulai dengan mengkaji perubahan
25 Armida, “Model Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia”, MediaAkademika, ,Fakultas Adab
IAIN SulthanThaha, Vol.26, No.1(2011)145-148.
26 Akdon,et.al,”Manajemen Pembiayaan Pendidikan”, Bandung,PT Remaja Rosdakarya, (2015),
34.
27 Fatah, Nanang,”Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan”,Bandung,PT Remaja Rosdakarya
peraturan perundangan dan tuntutan peningkatan mutu pendidikan. Pada dasarnya
konsep strategi ada 6, yaitu:
a) Suatu pola keputusan yang integrity, coherent, dan menyatu diantara setiap
komponen.
b) Menentukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan dalam
sasaran jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah, program dan prioritas
dari alokasi sumber dana pendidikan.
c) Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan, apa saja yang mungkin
akan diperlukan oleh masyarakat di masa yang akan datang.
d) Merespon dengan cepat semua peluang dan ancaman, kelemahan,dan
keunggulan yang ada di bidang lembaga pendidikan.
e) Membangun komitmen dari semua pihak, peserta didik, orang tua, masyarakat,
pemerintah, unit-unit Depdiknas, sampai pada internal sekolah untuk
bersama-sama meningkatkan mutu sekolah.
f) Menentukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan yang bermuatan
biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar peserta didik dan angka
permintaan masyarakat terhadap lulusan sekolah.28
Strategi RAPBM/S sangat dipengaruhi oleh misi dan faktor lingkungan
pendidikan (madrasah/sekolah). Lingkungan pendidikan dapat digolongkan
menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal
sekolah mencakup tenaga kependidikan, sarpras, kelengkapan fasilitas, dan biaya
yang tersedia di setiap sekolah. Sedangkan lingkungan eksternal sekolah
28 Fatah, Nanang, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung,PT Remaja RosdaKarya(2013),
mencakup kondisi sosial, ekonomi dan aspirasi masyarakat. Keadaan sosial
ekonomi orang tua, globalisasi informasi dan teknologi dan industri yang
berkembang sangat cepat akan memberikan pengaruh terhadap hasil-hasil
pendidikan. Sebagai pilihan pola pengelolaan strategi pembiayaan berikut
disajikan strategi pembiayaan berdasarkan sumber pendanaan.
7. Penghitungan biaya pendidikan anggaran biaya pendidikan terdiri dari
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran
Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh
sekolah/madrasah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur, yang
terdiri dari pemerintah pusat, pemda, masyarakat, dan orangtua peserta didik,
sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap
tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah/madrasah.29
Pengeluaran madrasah dapat dikatagorikan ke dalam beberapa item pengeluaran,
yaitu: pengeluaran untuk pelaksanaan.
8. Manajemen Mutu Layanan
Mutu merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik.
Namun demikian, istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan
perlu mendapat penafsiran secara cermat. Faktor utama yang menentukan
kinerja suatu organisasi/ lembaga adalah mutu barang dan jasa yang
dihasilkan. Produk dan jasa yang bermutu adalah produk dan jasa yang sesuai
dengan apa yang diinginkan konsumen/pelanggannya. Oleh karena itu,
organisasi/lembaga perlu mengenal pelanggan/konsumen dan mengetahui
29 Fattah, Nanang, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung, PT Remaja RosdaKarya,
kebutuhan pelanggan/konsumen tersebut. Ada banyak sekali pengertian mutu
(quality), yang sebenarnya pengertian tersebut masih mengalami kontradiksi.
Disatu sisi bisa diartikan sebagai sebuah konsep yang absolut dan disisi lain
juga bisa diartikan sebagai sebuah konsep yang relatif. Dalam konsep absolut,
sesuatu disebut bermutu bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna.
Artinya, sesuatu tersebut sudah tidak ada lagi yang melebihinya. Dalam
konsep ini mutu mirip dengan suatu kebaikan, kecantikan, kepercayaan yang
ideal tanpa ada kompromi. Mutu dalam makna absolut adalah yang terbaik,
tercantik, terpercaya.30
Sedangkan dalam konsep relatif, mutu bukan merupakan atribut dari
produk atau jasa. Sesuatu dianggap bermutu jika barang atau jasa memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu, mutu bukanlah merupakan tujuan
akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang
ditentukan. Mutu barang atau jasa dalam konsep relatif ini tidak harus mahal,
eksklusif atau spesial karena barang bermutu bisa biasa-biasa saja, bersifat
umum, dikenal banyak orang tetapi bisa berkonotasi cantik atau indah
walaupun tidak penting sekali.
Dalam konsep relatif produk atau jasa yang bermutu adalah sesuai
dengan tujuannya (fit for the purpose). Definisi mutu dalam konsep relatif
memiliki dua aspek, yaitu dilihat dari sudut pandang produsen/penyelenggara
maka mutu adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan, dan
dari sudut pandang konsumen/pelanggan maka mutu untuk memenuhi
tuntutan konsumen/pelanggan.
Keberadaan mutu suatu lembaga pendidikan adalah paduan sifat-sifat
layanan yang diberikan yang menyamai atau melebihi harapan serta kepuasan
pelanggannya, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Jika tujuan mutu
adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan, maka hal yang harus
diperjelas adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Untuk mengupayakan agar layanan yang diberikan itu memberikan
kepuasan kepada pelanggannya maka berbagai jenis pelayanan dan
pelangganya masing-masing harus dipilah-pilah. Sebagai mana dijelaskan di
atas pelanggan lembaga pendidikan dikatagorikan dalam dua macam, yaitu
pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Ini berarti lembaga harus
memberikan pelayanan kepada pihak-pihak yang ada di dalam sistem
penyelenggaraan pendidikan itu (pelanggan internal), yaitu guru dan
karyawan; dan pihak-pihak yang bukan menjadi bagian dari sisitem
penyeleggaraan pendidikan (pelanggan eksternal), yaitu sisiwa, orang tua,
pemerintah, penyandang dana, pemakai lulusan. Jadi, lembaga pendidikan
bermutu adalah lembaga yang mampu memberikan layanan yang sesuai atau
melebihi harapan guru, karyawan, peserta didik, penyandang dana (orang tua,
pemerintah), dan pemakai lulusan.31
31 Thorik Guna dan Utus Hardiono Sudibyo, Marketing Muhammad, (Bandung: Madani
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metodologi Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Selaras fungsi manajemen pendidikan Islam sebagai wahana untuk
mengelola dengan baik dalam meningkatkan kualitas institusi edukatif dan
aktifitas pembelajaran, maka di samping dukungan profesionalitas sumber daya
manusia, yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan dana atau sumber
pembiayaan yang memadai. Tanpa kehadirannya, setinggi dan sehebat apapun
cita-cita yang didambakan tentang kemajuan dunia edukatif kaum muslimin,
pstilah berujung pada kegagalan dan kekecewaan.
Ketersediaan biaya, merupakan syarat penting atau bahkan mutlak bagi
sukses atau tidaknya kegiatan manajemen pendidikan Islam. Sementara, dari
segi mana asal atau sumbernya, cara apa yang ditempuh untuk mencari dan
mendapatkannya, seberapa besar nominal atau jumlahnya dan bagaimana
ketepatan penggunaannya, adalah sederet pertanyaan yang sangat relevan
sebagai pemandu arah bagi kegiatan penelitian tentang manajemen pembiayaan
dalam pendidikan Islam.
Kemungkinan sumber pembiayaan bagi pengelolaan institusi dan
aktifitas pendidikan Islam. Ada yang sepenuhnya dari dan menjadi
tanggungjawab negara atau pemerintah, ada yang bersumber dari Bantuan
(SPP), partisipasi wali santri, murid, siswa, atau mahasiswa, diambil dari harta
waqaf atau penghasilannya, dari amal jariyah seseorang, ada yang berbentuk
donatur bulanan atau tahunan, bantuan eksidental dari pihak tertentu, ada juga
dalam wujud pemberian sukarela, hasil pengumpulan atau himpunan zakat mal,
dan adakalanya besumber dari kekayaan pribadi seseorang yang dengan tulus
diabdikan untuk kegiatan edukatif kaum muslimin. Perbedaan asal sumber dan
barangkali juga jumlahnya, pastilah berpengaruh terhadap kegiatan manajemen
pembiayaan, sejak dari bagaimana dilakukan, sejauh mana kelancaran
prosesnya, sampai pada tingkat keberhasilan manajerial dalam pengelolaan
suatu institusi dan aktifitas pendidikan Islam.
Jenis pembiayaan yang bersumber dari negara atau pemerintah, dalam
hal ini untuk madrasah dan perguruan tinggi Islam Negeri, maka terkait dengan
alokasi waktu, jumlah penerimaan serta aturan pengelolaannya sudh ditentukan
sedemikian rupa, tinggal menggunakannya begitu saja. Pada konteks semacam
inilah, aktifitas manajemen pembiayaan pendidikan Islam, sifatnya menjadi
kegiatan rutin belaka, sehingga amat sulit bagi munculnya kreatifitas atau
lankah alternatif yang dapat menggairahkan semangat juang untuk meraih
keberhasilan maksimal. Sebaliknya, pembiayaan lembaga pendidikan Islam
kategori partikelir seperti pesantren, madrasah dan sekolah atau perguruan
tinggi Islam swasta, di samping kegiatan pendidikan Islam non dan informal, di
mana sumber dananya harus diupayakan, dicari, dikumpulkan dan dikelola
aneka macam hambatan dan kesulitan, namun belakangan ini banyak pula yang
sukses mengatasinya dan berbalik menuju keberhasilan yang membanggakan.
Dalam penelitian ini digunakan metodologi dengan menggunakan
pendekatan kualitatif lapangan dengan karakteristik alami (natural setting)
sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari hasil.
Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis
induktif dan makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif.32
Ada 5 macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, penelitian interaktif,
dan penelitian tindakan kelas. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data yang bersifat kualitatif studi kasus. Data kualitatif berupa
informasi mengenai manajemen pembiayaan pendidikan pada studi kasus di
MI Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
b. Kehadiran Peneliti
Peneliti hadir sebagai instrumen penelitian lapangan di Madrasah
Ibtidaiyah Tahfidz Ash Habul Kahfi Ngawi.
c. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di madrasah ibtidaiyah Tahfidz Ash
Habul Kahfi Kabupaten Ngawi yang beralamat di Jalan S. Parman, Gang Soka,
Beran, Ngawi, Jawa Timur. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan
lokasi penelitian ini adalah madrasah tersebut adalah sebuah madrasah yang
berhikmah melayani semua lapisan masyarakat dengan keunikan yang tidak
dimiliki madrasah atau sekolah lain di Kab Ngawi yaitu adalah tahfidzul
qur’an, pramuka, extra renang, ekstra berkebun, ekstra kaligrafi, MIPA,
qira’ah, tahsin, pidato 3 bahasa, internet sekolah, dan lain-lain dimana lulusan
madrasah ini setelah lulus mampu menghafal al qur`an 30 juz, serta peringkat
akreditasi B yang menjadi madrasah tahfidz yang diminati di Kab Ngawi
dalam pengelolaaannya serta berpotensi dikembangkan menjadi sekolah model
dan keunikan dalam hal pembiayaan pendidikan adalah mempunyai tata kelola
keuangan dan implementasi pembiayaan pendidikan yang jujur, sehingga
belum pernah terjadi defisit anggaran, dan mampu menyejahterakan semua
steak holder madrasah. Masyarakat mempercayakan para putra-putrinya di
madrasah tersebut, sebagai bukti tiap tahun pelajaran mengalami peningkatan
rekrutmen siswa.33 Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018
sampai dengan bulan Juni 2018. Sehubungan dengan pendekatan dan
rancangan penelitian ini maka penulis menjajaki tempat dan orang-orang yang
dapat dijadikan sumber data atau subjek penelitian, mencari lokasi yang
dipandang sesuai dengan maksud pengkajian, dan selanjutnya mengembangkan
jaringan yang lebih luas untuk menemukan sumber data.
d. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
manajemen pengelolaan pembiayaan pendidikan, dengan pelaku
utama adalah orang-orang yang mengetahui persoalan manajemen