• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI HIBRIDISASI UNTUK MENINGKATKAN NILAI KOGNITIF PSIKOMOTOR, AFEKTIF SISWA DI SMP NEGERI 2 DELITUA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI HIBRIDISASI UNTUK MENINGKATKAN NILAI KOGNITIF PSIKOMOTOR, AFEKTIF SISWA DI SMP NEGERI 2 DELITUA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

HIBRIDISASI UNTUK MENINGKATKAN NILAI KOGNITIF,

PSIKOMOTOR, AFEKTIF SISWA DI SMP NEGERI 2 DELITUA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

ANI

NIM : 809173025

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

HIBRIDISASI UNTUK MENINGKATKAN NILAI KOGNITIF,

PSIKOMOTOR, AFEKTIF SISWA DI SMP NEGERI 2 DELITUA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

ANI

NIM : 809173025

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Research on Contextual Teaching Learning (CTL) with seven learning methods, they are contructivsm, inqury, ask the question, learning community, modelling, assessment and reflection on the matter of hybridization which wash conducted by Ani NIM 809 173 025 at class IXD SMP Negeri 2 Delitua from January to March 2012 aimed to increase the student cognitive, psychomotor and affective values.

Deeply material and habitual comprehension of student positive life skills can be built through Contextual Learning material in hybridization by planting the plants with the way of scientist, Goerge Mendell.

The student learning activitas, such as sharing among the students, sharing among student and teacher were based on the lesson plans and the student activity sheets in order to get te student achievements and the student inovation through observation, discussion and agreemeent to determine the conclusion of the learning proses. These activities affected the improvement of the student knowledge so that student can apreciate themself, science, and admire the God” creatues

Using real media in the learning process produces learning experiences students bring joy saintist goals. The instruments used in this research were cognitive, psychomotoric1, psychomotoric 2, significancy on hibridization, and afectif values so that they can accomodate material of hybridization. Determining of minimal score at least 75 was done by remedial process, using media*,peer tutor, conselor, parent, and answed the easier problem of question.

The data were analyzed by Service Statistical Product Solution. The students who got the above of average total score were 67,50%. The data of each instrumen showed that each instrumen had the variation of value. It each of instrumen value was compared to the total value of learning hybridization. The compare of learning hybridization with cognitive wash 20%, with psychomotoric 1 was 20%, psychomotoric 2 was 12,50%, significancy on hibridization was > 2,50%, and afectif was 22,50%.

Habituation of positive life skills from an early age at school needed examples, work hard, team work, maximum mentoring, because the student have different backgrounds and diffrent characters, but they were still encourage to achieve the vision and mission in accordance with the national education goals.

Key words : contekstual teaching learning, hybridization, kognitif, psikomotor,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, ridho dan karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching Learning) pada Materi Hibridisasi, untuk Meningkatkan Nilai Kognitif Psikomotor dan Afektif Siswa di SMP Negeri 2 Delitua”.

Permulaan yang baik umumnya berakhir baik, akhir yang baik akan

memberikan kebahagian dan kepuasan. Pekerjaan yang dimulai, dengan niat yang baik

membuat peneliti mendapat respon dari sebagian stakeholder, hal ini berdampak kepada

kesempurnaan tesis ini.

Dalam mengerjakan tesis ini penulis begitu banyak mendapatkan masukan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan,

bapak Prof. Dr.Abdul Muin Sibuea M Pd direktur Pascasarjana Universitas Negeri

Medan, juga pendahulu, pendahulunya.

2. Ibu Dr. Ely Djulia, M.Pd sebagai dosen pembimbing I, dan ibu Dr. Fauziah

Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing II, dan notulen, yang telah

membimbing, memberikan masukan dan arahan selama menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, ketua program studi biologi/ dosen, bapak Dr. rer

nat Binari, Manurung, M.Si, bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si, bapak Syarifuddin,

M.Sc, Ph.D., bapak Prof Busmin Gurning M.Pd, bapak Prof. Dr. Herbert si

Pahutar, bapak Ir. Haikal Msi, bapak Prof.Dr. Ir. M. Rafiqi, dan bapak Prof. Dr

Badiran M.Pd, Dra Meida, selaku narasumber/dosen yang telah memberi ilmunya

(7)

4. Bapak Drs. Zulkipli Simatupang, M,Pd. Sebagai validator instrumen penelitian

Pembelajaran kontekstual pada topik hibridisasi, untuk meningkatkan nilai

kognitif, nilai psikomotorik, dan nilai afektif siswa.

5. Seluruh civitas Universitas Negeri Medan yang terlibat langsung ataupun tidak

langsung, dan sahabat mahasiswa Pascasajana Biologi angkatan XVII.

6. Ibunda T Ritonga, ayahanda almarhum H. Mgr. Syaifin Dalimunthe, almarhum

Hasan Basri S.Pd, ex suami saya, juga ayahanda dari ananda Meutia Mirnanda

Aulia ST, Ali Abdi Ridha, Nauli Nurul Suhaida, A.Md, dan keluarga besarnya

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Delitua bapak Drs. H. AkhiruddinTanjung, M.Pd,

rekan sejawat, ibu Kepala Dinas Saadah Lubis, S.Pd, M.AP dan jajarannya, bapak

dan Ibu DF, civitas DBE3, dan civitas USAID, Bapak/Ibu kepala BLH/

Laboratorium Lingkungan Sumatera Utara, Ibu ketua Green Teaher, Bapak

Bupati, Gubernur, dan stake holder lainnya.

Untuk Stakeholder yang membantu, memberi jasa, memotivasi, dan memberi

pengorbanan, dan doanya dalam penyelesaian tesis ini, semoga Tuhan Yang Maha

Esa merodhoi aktivitas kita dan senantiasa memberikan balasan yang berlipat

ganda pada kita semua.

Akhirnya peneliti sangat mengharapkan kritik, saran serta solusi, demi

kesempurnaan tesis ini. Kepada Allah peneliti berdoa, semoga tesis ini

bermanfaat bagi kita. Amin

Medan Februari 2013

Penulis/Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Batasan Masalah ... 7

1.4Rumusan Masalah ... 7

1.5Tujuan Penelitian ... 8

1.6Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Rencana Aktifitas Pembelajaran ... 10

2.1.1 Pembelajaran Kontekstual ... 10

2.1.2 Pendidikan ... 11

2.2 Rencana Ativitas Pembelajaran Kontekstual... 16

2.4 Komponen Pembelajaran Kontekstual pada Materi Hibridisasi ... 21

2.4.1 Menkonstruksi (Contruktivisme)... 22

2.4.2 Penelitian (Inquiry) ... 23

2.4.3 Bertanya (Questioning) ... 25

2.4.4 Masyarakat Belajar (Learning Community) ... 27

2.4.5 Pemodelan (Modeliing) ... 27

2.4.6 Penilaian (Assesment) ... 28

2.4.7 Pencerminan (Reflection) ... 28

2.5 Penilaian Pembelajaran Hibridisasi pada CTL ... 29

2.5.1 Penilaian Nilai Kognitif ... 29

2.5.2 Penilaian Nilai Psikomotorik ... 29

2.5.3 Penenilaian Pemahaman Signifikasi Hibridisasi pada CTL .... 29

2.5.4 Penilaian Nilai Afektif ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.2.1 Populasi ... 34

3.2.2 Sampel Penelitian ... 34

3.3 Jenis dan Desain Penelitian ... 34

3.3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.3.2 Desain Penelitian ... 35

3.4 Variabel Penelitian ... 37

3.4.1 Variabel Bebas ... 37

(9)

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.5.1 Nama instrumen instrumen penilaian dan muatannya ... 39

3.5.1.1 Instrument 1 (Penilaian Kognitif) ... 39

3.5.1.2 Instrument 2 (Penilaian Psikomotorik I) ... 39

3.5.1.3 Instrument 3 (Penilaian Psikomotorik II) ... 39

3.5.1.4 Instrument 4 (Penilaian Pemahaman Signifikasi Hibridisasi pada CTL) ... 40

3.5.1.5 Instrument 5 (Peniaian Afektif) ... 40

3.6 Prosedur Penelitian ... 41

3.7 Perencanaan Penelitian ... 42

3.8 Materi Pembelajaran ... 42

3.9 Pelaksanaan Penelitian ... 43

3.9.1 Perlakuan Penelitian ... 39

3.9.2 Siklus Pembelajaran dan Siklus Penilaian Kontekstual pada Hibridisasi ... 44

3.9.2.1.1 Siklus Pembelajaran Kontekstual pada Hibridisasi ... 44

3.9.2.1.2 Siklus Pembelajaran dan Siklus Penilaian Kontekstual pada Hibridisasi ... 47

3.10 Lokasi Kegiatan Pembelajaran / Penelitian ... 49

3.11 Kegiatan Mengevaluasi ... 53

3.12 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 53

3.12.1 Alat Pengumpulan Data ... 54

3.12.2 Teknik Pengolahan Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Data Nilai Kognitif ... 55

4.2 Nilai Psikomotorik ... 58

4.2.1 Data Nilai Psikomotorik I ... 58

4.2.2 Data Nilai Psikomotorik II ... 61

4.2.3 Jumlah Nilai Psikomotorik I dan II ... 63

4.3 Data Nilai Pemahaman Signifikasi Hibridisasi pada CTL ... 64

4.4 Penilaian Sikap (Afektif) ... 66

4.4.1 Data Penelitian Afektif ... 68

4.5 Total Nilai Pembelajaran Hibridisasi ... 70

4.6 Perbedaan Persentase Jumlah Siswa di Atas Rata dan Jumlah Siswa di Bawah Rata Rata ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Implikasi ... 76

5.3 Saran ... 77

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Model Evaluation Program for Inovatif Tipe Curriculum

(EPIC) ... 14

2. Gambar 3.1 Prosedur Penelitian... 38

3. Gambar 4.1.2 Data nilai kognitif ... 50

4. Gambar 4.2.2 Nilai psikomotorik... 53

5. Gambar 4.2.3 Data nilai psikomotorik I (eksperimen) ... 54

6. Gambar 4.2.3 Data nilai psikomotorik 2 ( menabung nilai) ... 55

7. Gambar 4.3.2 Data Nilai signifikasi hibridisasi pada CTL ... 57

8. Gambar 4.4.2 Data nilai afektif hibridisasi ... 62

9. Gambar 4.5.2 Data total nilai hibridisasi ... 62

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI 45, berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif,

mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab (Peraturan

Menteri Pendidikan Nasion Nomor 22, 2006).

Tujuan pendidikan nasional dapat diwujudkan dengan berbagai metoda belajar.

Saat ini masih banyak pendidikan didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan

sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru

sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi metode utama

dalam mengajar. Untuk itu, diperlukan metode belajar kontekstual yang lebih

memberdayakan siswa. Sebuah metode belajar yang tidak hanya mengharuskan

siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah metode yang mendorong siswa dapat

mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri melalui, penelitian, bertanya,

belajar bersama, memodelkan, mengevaluasi, dan merefleksi diri.

Kompetensi dan potensi diri siswa menjadi perhatian utama dalam dunia

pendidikan. Akhir-akhir ini nilai sikap (afektif) sedang aktual dibicarakan. Indikator

(12)

2

Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, dengan harapan mengembangkan

potensi dan kompetensi yang beretika bagi siswa sesuai dengan harapan pendidikan

Nasional. Proses pembelajaran biologi, jika diadaptasikan dengan pembelajaran

kontekstual akan membuat siswa mampu mengkontruksi atau membangun

pengetahuan, dimemori jangka panjangnya.

Membangun pengetahuan seperti yang diamanahkan pada pendidikan

nasional dapat dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran kontekstual

(Contekstual Teaching Learning) dan penilaiannya. Pembelajaran kontekstual

mencakup tujuh metode pembelajaran yaitu mengkontruksi (contructivism), meneliti

(inquiry), bertanya (question), belajar bersama/kelompok (learning comunity),

memodelkan (modelling), dan memantulkan (reflection), dengan menerapkan tiga

ranah penilaian yaitu penilaian kognitif, penilaian psikomotorik, dan penilaian

afektif.Penilaian pembelajaran hiridisasi pada penelitian ini, dimodifikasi menjadi

lima penilaian yaitu, penilaian kognitif, penilaian psikomotorik I, penilaian

psikomotorik II, penilaian pemahaman signifikasi hiridisasi dan penilaian afektif.

Peroses pembelajaran kontekstual pada materi perkawinan silang (hibridisasi)

sangat sesuai jika dilakukan di kelas, di laboratorium, atau di luar kelas. Di kelas

siswa dapat memahami 20 istilah hibridisasi dan menemukan keturunan (filial) hasil

persilangan satu sifat beda (monohibrid) atau dua sifat beda (dihibrid). Pembelajaran

di laboratorium menggunakan mikroskop untuk mengamati putik, dan benangsari,

juga menggunakan kancing genetika untuk memahami rasio fenotif, di luar

(13)

3

“Saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, saya lakukan saya mengerti.

Kalimat manis dan penuh makna dapat memotivasi peneliti agar pembelajaran

hiridisasi, dibelajarkan di kelas, di laboratorium juga di lingkungan sekolah.

Laboratorium sebagai wahana pembelajaran harus mendapat dukungan dari

semua pihak. Pada ruangan ilmiah ini jika proses dilakukan dari hati dan kompetensi

khusus akan menghasilkan generasi saintis berkarakter ilmiah memiliki rasa ingin

tahu, disiplin, mampu menganalisis, objektif, jujur, menghargai pendapat orang lain,

dan melestarikan lingkungan.

Sikap ilmiah yang dibangun siswa pada proses pembelajaran hibridisasi

dimasa depannya dapat menghantarkannya menjadi saintis yang berkarakter ilmiah,

karena penemuannya di kelas, di laboratorium atau lingkungan lainnya. Sehingga

kompetensi dasar yang ada pada Badan Standat Nasional Pedidikan yaitu,

“Mendeskripsikan proses pewarisan sifat dan hasil pewarisan sifat”, diterima siswa

dan menjadi pengalaman belajar yang bermakna bagi diri, dan lingkungannya.

Indikator pencapaian / target pembelajaran dikembangkan dengan penekanan

life skill positif, agar memahami keberadaan gen dan penciptaNya, organisme unggul

hasil persilangan dan penemunya, serta menanam demi meneladani Bapak Genetika

George Mendell. Bertujuan membiasakan siswa berkontribusi positif sejak dini

terhadap lingkungannya.

Penggunaan mikroskop, kancing genetika, dan lingkungan belum maksimal

dimanfaatkan pada proses pembelajaran hibridisasi. Ada temuan dari hasil

wawancara pada acara MOS (Masa Orientasi Siswa) diawal tahun pembelajaran,

(14)

4

menggunakan skala mm. Hal yang sama juga terjadi pada saat siswa kelas IXD

diberi pertanyaan pre test tentang perbedaan persarian dan fertilisasi, 95% siswa

belum dapat membedakannya.

Permasalahan afektif dapat dideskripsikan bahwa pada kegiatan awal

pembelajaran, kehadiran siswa tidak mencapai 100%. Banyak alasan yang

dikemukakan siswa, misalnya terlambat bangun, lapar (belum sarapan), tak selera,

tak sempat, tak ada sarapan. Alasan ini digunakan untuk mendapat ijin meninggalkan

proses pembelajaran. Sebagian kelompok siswa yang berada di dalam kelas belum

dapat memusatkan perhatian pada pembelajaran, dengan berbagai aktivitasnya, ada

yang cerita, ada yang mengikuti pembelajaran, tapi belum mau menulis dengan

alasan yang beragam. Kelompok ini harus dimotivasi, dengan sentuhan kata kata,

seperti, mari belajar biologi agar kita memahami tubuh kita, memahami makanan dan

minuman kita, memahami hewan dan tumbuhan kesayangan kita, memahami

lingkungan kita, bahkan untuk mengenal Tuhan kita. “Siapa yang mengenal dirinya

akan mengenal Tuhannya” (LPMP S U, 2006). Mendengar dan menuliskan kata kata

tersebut membuat motivasi belajar siswa meningkat sesaat. Pada pembelajaran

hibridisasi motivasi khusus tentang sifat sifat genotif yang akan diturunkan pada keturunan atau sifat genotif yang diturunkan dari orang tua pada anaknya adalah

motivasi yang tepat mengawali pembelajaran. Tetapi pada sebagian siswa sentuhan

fisik harus dilakukan. Aktivitas ini mengakibatkatkan waktu yang seharusnya

digunakan membahas materi terpaksa tersita untuk kegiatan memotivasi

Fenomena laboratorium di sekolah mengindikasikan penggunaan mikroskop

dan kancing genetika, pada pembelajaran hibridisasi perlu dimaksimalkan. Hal ini

(15)

5

penentuan rasio fenotif dan genotif yang diperoleh berdasarkan hasil simulasi).

Kondisi ini dapat meningkatkan pemahaman guru, tentang pembelajaran kontekstual

lebih menyeluruh (sempurna) dalam membelajarkan hibridisasi. Pelatihan - pelatihan

telah dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan guru, diharapkan kemauan dan

kemampuan guru akan menunjukkan hasil yang signifikan dengan harapan pelatihan

itu. Harapan yang sama berlaku pada peneliti dan siswa yang diteliti.

Adanya kesenjangan harapan pelatihan dan hasil pelatihan, penyebabnya

adalah: Miskonsepsi pelatih dan yang dilatih, kesiapan guru mata pelajaran,

dukungan pemerintah, dukungan sekolah atau kepala sekolah, dukungan siswa,

dukungan orang tua, atau motivasi guru.

Persoalan guru, hampir sama dengan persoalan siswa, yaitu ada miskonsepsi

guru dengan siswa dan sebaliknya, kesiapan siswa, dukungan siswa, dukungan orang

tua.Tetapi yang paling mendominasi keberhasilan siswa adalah jika motivasi belajar

berasal dari dalam diri siswa, di dukung dengan fasilitas pembelajaran yang

maksimal. Banyak cara yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai apa yang ia

inginkan, Khusus materi perkawinan silang (hibridisasi) di SMP dianggap materi

yang lebih sulit dipahami oleh sebagian siswa. Data diperoleh dari diskusi spontan

pada kelompok guru mata pelajaran biologi pada waktu waktu tertentu. Misalnya

setelah mengoreksi hasil ujian hiridisasi atau setelah mengadakan remedial, ternyata

nilai hiridisasi siswa masih banyak di bawah kriteria ketuntasan nilai minimal.

1.2 Identifikasi Masalah

Mengingat uraian di atas maka dapat diidentifikasi, bahwa permasalahan

(16)

6

hibridisasi siswa, serta kurang bermaknanya pembelajaran hibridisasi disebabkan,

belum menerapkan metode kontekstual, dan sistem penilaiannya. Faktor lain,

misalnya faktor guru, siswa, orangtua, kelengkapan alat dan bahan pembelajaran,

peroses pembelajaran yang kurang maksimal. Mengingat hal tersebut maka setiap

kelompok dari stakeholder harus merefleksi diri. Sebagai seorang guru peneliti

melakukan merepleksi diri, apakah belum:

1. Memahami secara menyeluruh tentang pembelajaran kontekstual, pada materi

perkawinan silang (hibridisasi) dan penerapan penilaian kognitif, penilaian

psikomotorik, dan penilaian afektif, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Mempersiapkan media, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, sesuai

situasi dan kodisi, menguasai materi pelajaran secara utuh, mengelola siswa,

merangkum secara klasikal, menyelesaikan tugas secara tuntas, menyimpan alat

alat setelah belajar, melaksanakan evaluasi hingga asesmen alternatif

3. Mampu menggunakan mikroskop dan kancing genetika. Penggunaan kancing

genetika untuk mempermudah pemahaman tentang rasio fenotif pada F1,

penggunaan mikroskop untuk pengamatan organ reproduksi organisme.

4. Secara aktual membelajarkan biologi sesuai situasi dan kondisi

5. Mampu memotivasi seluruh siswa agar mempunyai konsep diri positif pada

pembelajaran perkawinan silang dan penanaman lingkungan sekolahnya.

6. Mampu bekerja sama dengan orang tua siswa, untuk memantau perkembangan

(17)

7

Menyadari bahwa perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan nilai

kognitif, nilai psikomotorik, nilai afektif siswa pada materi hibridisasi bukan hanya

tugas guru, diperlukan peningkatan perhatian seluruh stakeholder, dan pada

gilirannya akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan nilai karakter

saintis siswa melalui pembelajaran kontekstual pada materi hibridisasi.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada

1. Penerapan pembelajaran kontekstual pada materi hibridisasi (monohirid dan

dihirid) serta penanaman bibit unggul di sekolah oleh siswa sehingga terjadi

peningkatan pemahaman yang lebih dalam dan bermakna tentang hiridisasi.

2. Penerapan penilaian kognitif, penilaian penilaian psikomotorik, penilaian

pemahaman signifikasi hiridisasi, serta penilaian afektif, untuk dapat

meningkatkan persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas rata-

rata, dengan kriteria ketuntasan nilai minimal 75 pada siswa.

3. Memaksimalkan pengaruh pembelajaran hiridisasi terhadap pembiasaan life

skill positif siswa pada lingkungan.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengaruh pembelajaran

kontekstual pada materi hibridisasi yaitu monohibrid dan dihibrid serta penanaman

bibit unggul dilingkungan sekolah oleh siswa, dengan mengaplikasikan penilaian

kognitif, penilaian pisikomotor I penilaian kognitif, penilaian psikomotorik, dan

(18)

8

dapat meningkatkan pemahaman hibridisasi siswa, agar terjadi peningkatan

persentase jumlah siswa yang memperoleh di atas rata-rata, dengan kriteria

ketuntasan minimal 75 serta menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan

bermakna, sehingga siswa dapat, berkontribusi positif di lingkungan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk meningkatkan persentase jumlah siswa yang

memperoleh nilai di atas rata–rata, dengan kriteria ketuntasan minimal 75, pada

pembelajaran kontekstual yang mempelajari hiridisasi dengan mengaplikasikan

penilaian kognitif, penilaian psikomotorik I, penilaian psikomotorik II, penilaian

pemahaman signifikasi hibridisasi, serta penilaian afektif, sehingga pembelajaran

lebih bermakna, dan mendalam pada siswa dan dengan pengetahuaan hibridisasinya

siswa mampu berkontriusi positif pada lingkungannya.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Secara teori manfaat penelitian ini dapat menambah:

Khasanah pengetahuan bagi rekan guru dalam peningkatan proses

pembelajaran, menuju pembelajaran yang lebih bermakna, dan peningkatan nilai

kognitif, nilai psikomotorik I, nilai psikomotorik II, nilai pemahaman signifikasi

hibridisasi, dan nilai afektif, sehingga siswa dapat berkontriusi positif pada

lingkungan. Terutama sebagai bahan masukan untuk mengambil keputusan dalam

(19)

9 b. Secara praktis manfaat penelitian yaitu :

Meningkatkan proses pembelajaran, dengan penerapan pembelajaran

kontekstual, dengan mengintegrasikan metode mengkontruksi (kontrutivisme),

meneliti (inquiry), memodelkan (modeling), belajar bersama (learning comunity),

menilai (asesmen), dan merefleksi (reflection). Sehingga dapat meningkatkan cara

siswa mengkontruksi pengetahuan hibridisasinya, serta siswa terbiasa memiliki

konsep diri positif serta berbias pada lingkungannya.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini direncanakan menggunakan pembelajaran kontekstual pada

materi perkawinan silang ( hibridisasi ). Dilanjutkan melaksanakan penanaman di

lingkungan sekolah, untuk peningkatan nilai kognitif, psikomotorik dan apektif siswa

Alat yang digunakan dalam penelitian ini:

Mengakses psikomotor menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS)

charta, model dan tabel dan tanpa nomor (kosong) serta, lembar

penilaian kemampuan bertanya dan kemampuan menjawab.

Untuk kognitif menggunakan soal pilihan ganda, uraian dan kuis.

Nilai apektif menggunakan skala sikap.

Lembar observasi

A.

B

C

(20)

10

Alat tulis menulis,karton,spidol hitam dan spidol warna,kertas

origami,selotip,gunting,hekter.kertas plipchart,

Nilai apektif menggunakan skala sikap

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Pembelajaran kontekstual dengan tujuh komponennya yaitu mengkontruksi

(contructivism), meneliti (inquiry), bertanya (questioning), komunitas belajar

(learning community), memodelkan (modeling), menilai (evaluation) dan memantulkan (reflection), mampu mengakomodir proses pembelajaran pada

materi yang kompleks yaitu materi hibridisasi, sehingga siswa dapat

menemukan, mengkontruksi pengtahuan, memperkaya pengetahuan, memaknai

pengetahuan dengan saling berbagi, selama dalam fasilitasi guru, serta pada

kondisi kelompok siswa yang berkeinginan menjadi ilmuan. Pembelajaran

lebih bermakna karena dilanjutkan dengan proses menanam (meneladani

ilmuan George Mendell). Melalui kegiatan menanam di lingkungan sekolah,

siswa telah berkontribusi positif sejak dini terhadap lingkungannya.

2. Penggunaan lembar kegiatan siswa adalah standar proses belajar yang dialami

dan dilakukan siswa, untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Aktivitas

pembelajaran yang menggunakan media sebenarnya pada lembar kegiatan

siswa membuat siswa lebih mudah memahami pembelajaran hibridisasi. Media

tidak saja dapat dilihat tapi dapat diindra dengan sentuhan, membantu

memunculkan cita-cita saintis siswa.

3. Penerapan penilaian kognitif, penilaian psikomotorik, penilaian afektif

(22)

penilaian. Data tersebut setelah dianalisis dengan bantuan Service Product

Statistic Solution menghasilkan jumlah persentase siswa yang memperoleh nilai di atas rata pada total nilai hibridisasi sebesar 67,50%.

Data yang diperoleh pada setiap instrumen menghasilkan siswa yang

memperoleh nilai di atas rata-rata bervarisi, jika dibandingkan dengan nilai

total pembelajaran hibridisasi. Perbedaannya adalah untuk nilai kognitif =

20%, untuk nilai psikomotorik 1 = 20%, untuk nilai psikomotorik II = 12,50%,

untuk nilai signifikasi hibridisasi >2,50%, dan untuk nilai afektif = 22,50%.

4. Pembiasaan life skill positif sejak dini di sekolah membutuhkan teladan, kerja

keras, kerja sama, pendampingan maksimal, dariseluruh stakeholder bagi

orang tua orang tua yang berkeinginan menjaga generasi penerus bangsa

sebagai aset utama nomor satu, mengingat latar belakang siswa yang beragam

karakter, tetapi tetap ingin mewujudkan visi misi yang sama sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional.

5.2. Implikasi

Dampak penulisan dan penerapan life skill yang diintegrasi dengan alam dan

penciptaNya pada pembelajaran kontekstual yang membahas materi hibridisasi

mengingatkan peneliti agar menyampaikan life skil life skill positif pada siswa.

Penyampaiannya dapat dilakukan pada waktu memahami bagian bagian sel,

mengamati putik dan benang sari bunga padi. Hasil pengamatan berupa gambar

putik dan bagian bagiannya, juga benang sari dan bagian bagiannya, dapat diberi

warna. Pemberian warna ditujukan, agar gambar yang dihasilkan siswa lebih

mendekati warna aslinya. Kegiatan ini dapat mengulang pemahaman siswa

(23)

memiliki potensi menjadi seniman (pelukis) semakin terlatih melukis bentuk

bentuk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Aktivitas ini dapat membuka/

memperkaya wawasan siswa, dan mengarahkannya agar memahami pentingnya

pengetahuan dan menghormati penemunya, mengetahui menemukan organisme

organisme unggulan hasil persilangan terdahulu, dan yang di temukan siswa

(secara teori) serta manfaatnya, memilih keterampilan yang bermanfaat, seperti

menanam dan share manfaat menanam, diharapkan terjadi peningkatan

pengetahuanannya, seiring dengan hal itu, terjadi peningkatan frekuensi sikap

positif yang berguna bagi diri dan lingkungannya.

5.3. Saran

Berdasarkan temuan-temuan di lapangan disarankan :

1. Pembelajaran konstekstual dengan 7 komponennya sangat sesuai pada

pembelajaran hibridisasi, sebab menurut peneliti materi hibridisasi di SMP

adalah materi yang sangat kompleks, juga kompleks dalam proses

pembelajarannya.

2. Penulisan life skill positif, dapat dikembangkan pada materi biologi lainnya

untuk melatih meningkatkan sikap sikap positif pada aktiviras aktivitas siswa.

3. Mengakomodir penilaian kognitif, penilaian psikomototrik, penilaian afektif

pada proses pembelajaran kontekstual yang membahas materi hibridisasi

disarankan untuk meningkatkan jumlah siswa, yang memperoleh nilai di atas

Gambar

Gambar 2.1 Model Evaluation Program for Inovatif Tipe Curriculum  (EPIC) ...............................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap insdustri pangan di daerah DIY// Pasalnya salahsatu pejabat Disperindagkop DIY -Aguntoro-mengatakan/ para pengusaha

Pengaruh Harga E-Commerce Account Agoda Terhadap Keputusan Menginap Tamu Di Serela Hotel Riau Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Perpustakaan secara tradisional memang lebih mudah untuk dikelola, dan memerlukan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perpustakaan yang berbasiskan komputer, akan

Keanekaragaman spesies bactrocera dan parasitoidnya yang Menyerang berbagai jenis buah di pasar bandungan.

pengaruh perputaran piutang, perputaran modal kerja, dan rasio utang terhadap tingkat likuiditas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia1. Adapun

[r]

[r]