• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNARUNGU PADA BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 3 SDLBN Kabupaten Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNARUNGU PADA BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 3 SDLBN Kabupaten Tasikmalaya."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor : 114/S/PPB/2013

RUMUSAN KOMPETENSI ASESMEN YANG HARUS DIKUASAI KONSELOR/GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

(Penelitian Survei terhadap Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

SRI MARLIANI 0806041

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Nomor : 114/S/PPB/2013

Hak Cipta

Rumusan Kompetensi Asesmen yang

harus dikuasai Konselor/Guru

Bimbingan dan Konseling

(Penelitian Survei Terhadap Guru-guru Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kota Tasikmalaya)

Oleh Sri Marliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sri Marliani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Nomor : 114/S/PPB/2013

SRI MARLIANI NIM. 0806041

RUMUSAN KOMPETENSI ASESMEN YANG HARUS DIKUASAI KONSELOR/GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

(Penelitian Survei terhadap Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tasikmalaya)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. NIP. 19591130 198703 1 001

Pembimbing II,

Dr. Nurhudaya, M.Pd. NIP. 19600725 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Sri Marliani. (2013). Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling.

Penelitian ini didasari oleh adanya hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kinerja konselor/guru bimbingan dan konseling masih belum sesuai dengan yang diharapkan, termasuk pada kompetensi asesmen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling. Kompetensi asesmen konselor/guru bimbingan dan konseling didefinisikan sebagai kemampuan yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data tentang siswa serta melakukan evaluasi secara efektif guna pengambilan keputusan bagi pengembangan individu dan institusi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode penelitian non-eksperimen yaitu penelitian survei. Teknik pengumpulan data menggunakan angket rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan kajian literatur. Sampel penelitian adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Tasikmalaya sebagai responden yang memberikan pertimbangan mengenai kompetensi apa yang harus dikuasai oleh konselor/guru bimbingan dan konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumusan kompetensi asesmen yaitu: a) konselor mengetahui konsep asesmen/pengumpulan data dalam pelayanan bimbingan dan konseling; b) konselor memilih strategi dan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling; c) konselor memilih jenis instrumen pengumpul data yang sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling; d) konselor menyusun instrumen pengumpul data untuk keperluan bimbingan dan konseling ; e) konselor terampil mengadministrasikan, menskor, menafsirkan, dan melaporkan hasil pengumpulan data untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling; f) konselor terampil mengevaluasi pelaksanaan pengumpulan data dan program bimbingan dan konseling; g) konselor terampil dalam menggunakan hasil pengumpulan data untuk pengambilan keputusan bagi individu dan institusi; dan h) konselor menampilkan tanggung jawab profesional sesuai dengan asas bimbingan dan konseling dalam praktik pengumpulan data, penting harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu ditingkatkannya kompetensi asesmen konselor sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

(5)

ABSTRACT

Sri Marliani . ( 2013) . Competency assessment formula that must be mastered Counselor / Teacher Guidance and Counseling .

This study is based on the results of previous studies showing that the performance of the counselor / teacher guidance and counseling is still not as expected , including the assessment of competence . This study aims to determine the competency assessment formula that must be mastered counselor / teacher guidance and counseling . Competency assessment counselor / teacher guidance and counseling is defined as consisting of the ability of knowledge , understanding and skills to gather , analyze , and interpret data about students and evaluate effectively to the decision-making for individual and institutional development . The approach used is a quantitative approach . The method used was a non - experimental research method is survey research . Data collection techniques using formula competency assessment questionnaire that must be mastered counselor / teacher guidance and counseling based on a literature review . Samples were teachers Public High Schools Tasikmalaya as respondents who give consideration as to what competencies must be mastered by the counselor / teacher guidance and counseling . The results showed that the formulation of the assessment of competence , namely: a) the counselor knows the concept of assessment / data collection in guidance and counseling services , b ) counselors choose strategies and data collection techniques that fit the needs of guidance and counseling services ; c ) counselor to choose the type of data collection instruments in accordance with the needs of guidance and counseling services ; d ) counselors develop instruments for the purposes of data collection guidance and counseling ; e ) administer skilled counselor , menskor , interpret , and report on data collection for the purposes of guidance and counseling services ; f ) evaluate the implementation of the skilled counselor data collection and program guidance and counseling ; g ) counselors skilled in the use of outcomes data collection for decision making for individuals and institutions , and h ) counselor featuring professional responsibilities in accordance with the principles of guidance and counseling in the practice of data collection , it is important to be mastered counselor / teacher guidance and counseling . Recommendations from this study is the need to increase competency assessment counselors as needed in the field .

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KOMPETENSI ASESMEN KONSELOR A. Konsep Kompetensi Asesmen ... 7

1. Pengertian Kompetensi ... 7

2. Pengertian Asesmen ... 9

3. Kompetensi Asesmen Konselor ... 10

B. Penelitian Terdahulu ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

1. Lokasi Penelitian ... 24

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional Variabel ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 29

(7)

v

2. Penyusunan butir-butir Pernyataan ... 30

F. Uji Coba Alat Ukur ... 31

1. Uji Validitas ... 31

2. Revisi Akhir Instrumen ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

H. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 33

1. Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling ... 33

2. Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Menurut Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling ... 35

3. Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Menurut Guru Bidang Studi... 38

4. Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Lama Bekerja ... 41

5. Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Rekomendasi ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konselor merupakan salah satu dari kualifikasi pendidik dalam sistem pendidikan nasional yang setara dengan guru, pamong, tutor, fasilitator dan instruktur. Hal ini ditegaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6. Walaupun sejajar, namun dari masing-masing kualifikasi pendidik mempunyai keunikan pada konteks kerjanya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2010 Pasal 4 menyebutkan bahwa penilaian kinerja guru yang didasarkan pada Peraturan Menteri berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013. Penilaian kinerja guru ini dapat dilihat dari pelaksanaan tugas utama guru.

Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Secara umum standar kompetensi guru terdiri dari empat kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, sosial, profesional dan kepribadian. Dari ke empat kompetensi yang harus dimiliki, masing-masing mempunyai sub kompetensi khusus sesuai dengan konteks kerja masing-masing pendidik. Berdasarkan Permendiknas RI No. 27 Tahun 2008, standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor ada 17 sub-kompetensi dengan 69 indikator yang harus dimiliki. Salah satu kompetensi profesional yang harus dikuasai konselor ialah menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli.

(9)

2

maka kegiatan layanan bimbingan dan konselingnya pun jelas diragukan. Kegiatan asesmen merupakan tonggak awal perencanaan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, karena proses pertama asesmen adalah mengetahui dan memahami kondisi konseli.

Dalam praktik di lapangan, ternyata masih banyak ditemukan layanan bimbingan dan konseling yang belum mencapai harapan sebagaimana mestinya. Penelitian oleh Asrori (1990: 99-100) menunjukkan bahwa kinerja petugas

bimbingan 40,63% yang termasuk kategori “tinggi” dan 59,37% termasuk kategori “sedang”. Konselor dianggap oleh siswa masih belum memiliki kemampuan seperti yang diharapkan dalam aspek keterampilan konseling individual.

Supriadi (1990: 12) mengungkapkan bahwa 38 % orang tua belum menerima keberadaan program bimbingan dengan alasan kurang profesionalnya guru pembimbing dalam menjalankan tugas.

Nurihsan (1993: 5) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan konseling oleh guru pembimbing belum sesuai dengan yang diharapkan, yakni masih kurangnya kemampuan pembimbing dalam menangani dan menggali masalah yang dihadapi siswa.

Supriatna (1999: 76) menunjukan program yang dikembangkan oleh konselor SMU di kota Bandung masih belum didasarkan atas realitas yang objektif akan kondisi sekolah dan kebutuhan konseli, padahal pengembangan program BK merupakan salah satu fungsi konselor yang strategis dan menegaskan kinerja konselor serta memperlihatkan eksistensinya sebagai profesi.

(10)

3

penelitian dan hasil penelaitian terbaru tentang pelayanan BK, dan kemampuan pelayanan BK serta kemampuan empati terhadap siswa.

Penelitian Nurhudaya (2012: 122-123) menunjukkan bahwa rata-rata skor setiap sub-kompetensi pada kelompok perlakuan, hanya satu kompetensi yang termasuk kategori cukup yakni sub-kompetensi mengelola data/informasi; tiga sub-kompetensi termasuk kedalam kategori sedang yakni sub-kompetensi

menyelenggarakan/melaksanakan asesmen’, ‘menafsirkan data/informasi‟, dan

sub-kompetensi‘melaporkan hasil asesmen’. Serta ada dua sub-kompetensi yang termasuk kedalam kategori kurang yakni sub-kompetensi‘menganalisis data/informasi’ dan sub-kompetensi‘memanfaatkan data/informasi hasil asesmen’. Sedangkan pada kelompok kontrol, hanya satu kompetensi yang termasuk kategori cukup yakni sub-kompetensi‘mengelola data/informasi’, sedangkan lima sub-kompetensi lainnya termasuk ke dalam kategori kurang.

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa konselor belum menunjukkan penguasaan kompetensinya, termasuk pada kompetensi asesmen. Padahal kompetensi asesmen merupakan kompetensi pertama yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling karena sebagai langkah awal kinerja layanan bimbingan dan konseling.

Hal serupa dirasakan peneliti selama peneliti menjadi siswa di kota Tasikmalaya terlebih saat di bangku Sekolah Menengah Atas yang lebih merasakan akan kebutuhan guru bimbingan dan konseling, yaitu masih terasa kurangnya layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan potensi diri siswa.

Selain penelitian mengenai bagaimana kinerja konselor di lapangan, ada juga penelitian yang dilakukan oleh American School Counselor Association (ASCA) dan Association for Assessment in Counseling (AAC) pada tahun 1998

(11)

4

tersebut dirasa penting dikuasai, maka kompetensi tersebut akan mudah untuk dikuasai oleh konselor/guru bimbingan dan konseling. Pertimbangan ini tidak hanya dilakukan oleh konselor/guru bimbingan dan konseling saja, namun melibatkan guru-guru bidang studi. Sebagaimana rekomendasi dari hasil penelitian Nurhudaya (2012:170) yakni perlu melibatkan guru bidang studi untuk mengurangi kesenjangan pemahaman antara konselor dengan guru bidang studi dalam hal asesmen. Hal ini akan memperkuat kebutuhan kompetensi asesmen konselor untuk membantu guru-guru bidang studi, sehingga layanan bimbingan dan konseling semakin efektif.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kompetensi asesmen diperlukan untuk mengefektifkan layanan bimbingan dan konseling, karena asesmen merupakan langkah awal kinerja layanan bimbingan dan konseling. Jika kompetensi asesmen tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, maka layanan bimbingan dan konseling tidak akan efektif.

Untuk mengetahui kebutuhan kompetensi asesmen yang sesuai di lapangan, maka secara umum masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling, dan secara khusus masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut konselor/guru bimbingan dan konseling itu sendiri?

2. Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut guru bidang studi?

3. Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan lama bekerja?

(12)

5

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling. Secara khusus, tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut konselor/guru bimbingan dan konseling itu sendiri.

2. Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut guru bidang studi.

3. Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan lama bekerja.

4. Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan jenjang pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Organisasi Profesi dan Lembaga Pelatihan

Menambah informasi perkembangan kompetensi profesional konselor di Indonesia dan sebagai bahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan guna meningkatkan kinerja konselor.

2. Konselor

Sebagai gambaran kebutuhan di lapangan dalam pelaksanaan asesmen, sehingga dapat meningkatkan kompetensi asesmen untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang lebih sesuai dan efektif.

E. Struktur Organisasi Skripsi

(13)

6

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Tasikmalaya yang terdiri dari SMAN 1 Tasikmalaya beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 28; SMAN 2 Tasikmalaya beralamat di Jl. RE. Martadinata No.261; SMAN 3 Tasikmalaya beralamat di Jl. Letkol Basyir Surya No.89; SMAN 4 Tasikmalaya beralamat di Jl. Letkol RE. Djaelani; SMAN 5 Tasikmalaya beralamat di Jl. Tentara Pelajar No.58; SMAN 6 Tasikmalaya beralamat di Jl. Cibungkul, Sukamajukaler, Indihiang; SMAN 7 Tasikmalaya beralamat di Jl. Air Tanjung No. 25; SMAN 8 Tasikmalaya beralamat di Jl. Mulyasari No.3 Kec. Tamansari; SMAN 9 Tasikmalaya beralamat di Jl. Leuwidahu No. 61; dan SMAN 10 Tasikmalaya beralamat di Jl. Karikil KM. 01 Kec. Mangkubumi.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan teknis yaitu memudahkan penelitian terkait keluasan wilayah, penyebaran populasi dan besarnya populasi yang mempengaruhi waktu dan dana yang diperlukan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karateristik umum yang sama. Sedangkan sampel adalah bagian dari suatu populasi (Furqon, 2013: 146).

(15)

25

Tabel 3.1

Jumlah Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Tasikmalaya

Sekolah Jumlah Guru

SMAN 1 Tasikmalaya 63 orang

SMAN 2 Tasikmalaya 63 orang

SMAN 3 Tasikmalaya 69 orang

SMAN 4 Tasikmalaya 48 orang

SMAN 5 Tasikmalaya 48 orang

SMAN 6 Tasikmalaya 56 orang

SMAN 7 Tasikmalaya 45 orang

SMAN 8 Tasikmalaya 42 orang

SMAN 9 Tasikmalaya 27 orang

SMAN 10 Tasikmalaya 14 orang

Jumlah 475 orang

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya (Mei, 2013)

(16)

26

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

Sekolah Jumlah Guru

SMAN 1 Tasikmalaya 17 orang

SMAN 2 Tasikmalaya 49 orang

SMAN 3 Tasikmalaya 9 orang

SMAN 4 Tasikmalaya 12 orang

SMAN 5 Tasikmalaya 6 orang

SMAN 6 Tasikmalaya 29 orang

SMAN 7 Tasikmalaya 7 orang

SMAN 8 Tasikmalaya 43 orang

SMAN 9 Tasikmalaya 12 orang

SMAN 10 Tasikmalaya 26 orang

Jumlah 210 orang

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif untuk dikaji secara kuantitatif. Jenis datanya dikuantifikasikan dalam bentuk angka dan dianalisis menggunakan statistik (Musfiqon, 2012: 59).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian noneksperimen yaitu penelitian survei. Menurut Robandi (Musfiqon, 2012: 67), penelitian survei adalah pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai pola perilaku, pola sikap, pendapat, dan opini responden. Survei menghimpun data yang lebih bersifat permukaan, pencatatan data, menghimpun pendapat umum, dan berkenaan dengan masalah-masalah dengan pertanyaan apa (Syaodih, 2012: 74). Maka penelitian survei ini sesuai untuk mengetahui rumusan kompetensi asesmen konselor/guru bimbingan dan konseling.

(17)

27

sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi atau responden, (2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan dari suatu populasi, dan (3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Sebab, tujuan penelitian survei adalah untuk mengetahui karakteristik populasi melalui sampel yang dipilih menjadi responden (Musfiqon, 2012: 68).

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah kompetensi asesmen konselor. Secara operasional kompetensi asesmen konselor yang dimaksud didefinisikan sebagai berikut.

Dalam Standar Kompetensi Konselor Indonesia (2005: 11), kompetensi adalah sebuah rangkaian perkembangan mulai dari proses kesadaran, kesediaan, dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja.

Competency is the vital behavioral skills, knowledge and personal attributes

that are translations of organizational capabilities and are deemed essential for

success. (Competency Development Guidebook: 6). Kompetensi adalah

keterampilan perilaku yang penting, pengetahuan dan sifat pribadi yang merupakan terjemahan dari kemampuan berorganisasi dan dianggap penting untuk keberhasilan.

NCDA & AACE (2010) mengemukakan bahwa, competencies describe knowledge, understanding, and skills that a career counselor must posses to

perform assessment and evaluation activities effectively. Kompetensi

menggambarkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang konselor karir untuk melakukan kegiatan penilaian dan evaluasi secara efektif.

Salvia, et al (2010) mengungkapkan bahwa, Assessment is a process of collecting data for the purpose of making decisions about students or schools.

Penilaian adalah proses pengumpulan data untuk tujuan membuat keputusan tentang siswa atau sekolah.

(18)

28

pengambilan keputusan bagi pengembangan individu dan institusi (Baker 2004; Santoadi, 2010: 111)

Menurut Gantina dkk (2011: 13) asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data tentang konseli dan lingkungannya yang terbagi dalam dua kategori yaitu tes dan nontes, berfungsi untuk membantu mendalami konseli dan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling terlaksana lebih cermat berdasarkan data empirik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai kompetensi dan asesmen maka dalam penelitian ini kompetensi asesmen konselor/guru bimbingan dan konseling didefinisikan sebagai kemampuan yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data tentang siswa serta melakukan evaluasi secara efektif guna pengambilan keputusan bagi pengembangan individu dan institusi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kompetensi asesmen yang harus dimiliki konselor/guru bimbingan konseling. Instrumen ini berupa angket. Angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Syaodih, 2012: 219).

(19)

29

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Pengembangan Kisi-kisi

Berpedoman pada beberapa kompetensi asesmen yang diungkapkan oleh berbagai instansi yaitu Standar Kompetensi Konselor Indonesia (ABKIN 2005), Kompetensi Konselor (Dirjendikti 2008), Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 Tanggal 11 Juni 2008), Competencies In Assessment And Evaluation For School Counselors (ASCA & AAC 1998), Kompetensi Asesmen dalam Instrumen Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling /Konselor (Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2010) maka dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Asesmen Konselor/ Guru Bimbingan dan Konseling

Variabel Sub-variabel Indikator Nomor

(20)

30

(21)

31

F. Uji Coba Alat Ukur

1. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini adalah uji validitas konstruk dan validitas isi secara rasional yang dilakukan oleh tiga dosen ahli yaitu Bapak Prof. Furqon, MA., M.Pd., Ph.D., Bapak Prof. Dr. Ahman, M.Pd., dan Bapak Dr. Solehuddin MA., M.Pd. (Format judgement terlampir).

Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan para dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item pernyataan dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau dapat digunakan dengan revisi.

Hasil penilaian para dosen ahli menunjukan ada beberapa item yang dirasa tidak memadai dan harus dilakukan peninjauan kembali, baik itu dari segi konstruk, konten maupun redaksinya.

2. Revisi Akhir Instrumen

Setelah dilakukan peninjauan kembali terhadap item-item yang dirasa tidak memadai dan diperbaiki sehingga memenuhi kebutuhan untuk penelitian, dari 73 dan 80 item pernyataan yang diajukan kepada penimbang dihasilkan 104 item pernyataan yang telah disesuaikan dengan pertimbangan para dosen ahli untuk kemudian siap digunakan dalam penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian survei seperti pada penelitian rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konsleor/guru bimbingan dan konseling ini adalah dengan teknik angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung karena peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden (Syaodih, 2012: 219).

(22)

32

Dari 475 angket yang disebar, sebanyak 214 angket yang terkumpul kembali. Dari 214 angket yang terkumpul, dilakukan verifikasi untuk kelayakan pengolahan data dan sebanyak 210 angket yang dapat diolah, karena empat anget lainnya hanya terisi identitas dan tanda tangan saja tanpa memberikan pertimbangan terhadap pernyataan yang diajukan. Maka 210 angket yang terkumpul dijadikan sebagai sampel seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian mengenai rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling secara umum, menurut konselor/guru bimbingan dan konseling itu sendiri, guru bidang studi, serta berdasarkan lama bekerja dan jenjang pendidikan.

Hasil skala pertimbangan dilihat dari kelompok kompetensi, bukan per-item pernyataan. Untuk menentukan tingkat pertimbangan dari hasil perhitungan, maka digunakan batas titik tengah, seperti berikut ini.

Tabel 3.4 Kualifikasi Tingkat Pertimbangan

Rentang Skala Kualifikasi Tingkat Pertimbangan

< 1,50 Tidak Penting

1,51 – 2,50 Kurang Penting

2,51 – 3, 50 Cukup Penting

3,51 – 4,50 Penting

> 4,51 Sangat Penting

Tabel 3.4 menunjukkan jika skala kurang dari 1,50 maka kualifikasi tingkat pertimbangannya “tidak penting”, skala 1,51 – 2,50 kualifikasi tingkat pertimbangannya “kurang penting”, skala 2,51 – 3,50 kualifikasi tingkat pertimbangannya “cukup penting”, skala 3,51 – 4,50 kualifikasi tingkat pertimbangannya “penting”, dan skala lebih dari 4,51 kualifikasi tingkat

(23)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, berikut akan dipaparkan kesimpulan dari penelitian ini.

1. Secara umum responden mempertimbangan bahwa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling yaitu: a) konselor mengetahui konsep asesmen/pengumpulan data dalam pelayanan bimbingan dan konseling; b) konselor memilih strategi dan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling; c) konselor memilih jenis instrumen pengumpul data yang sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling; d) konselor menyusun instrumen pengumpul data untuk keperluan bimbingan dan konseling ; e) konselor terampil mengadministrasikan, menskor, menafsirkan, dan melaporkan hasil pengumpulan data untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling; f) konselor terampil mengevaluasi pelaksanaan pengumpulan data dan program bimbingan dan konseling; g) konselor terampil dalam menggunakan hasil pengumpulan data untuk pengambilan keputusan bagi individu dan institusi; dan h) konselor menampilkan tanggung jawab profesional sesuai dengan asas bimbingan dan konseling dalam praktik pengumpulan data, penting harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling.

2. Hasil pertimbangan konselor/guru bimbingan dan konseling mengenai rumusan kompetensi asesmen menunjukkan bahwa kompetensi tersebut sangat penting dikuasai oleh konselor/guru bimbingan dan konseling.

3. Hasil pertimbangan guru bidang studi mengenai rumusan kompetensi asesmen menunjukkan bahwa kompetensi tersebut penting dikuasai oleh konselor/guru bimbingan dan konseling.

(24)

77

pertimbangan yang diberikan oleh responden yang telah bekerja selama 32-36 tahun. Pada kelompok ini, responden mempertimbangkan bahwa rumusan kompetensi asesmen tersebut kurang penting dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling. Sedangkan pada kelompok lainnya, responden mempertimbangan rumusan kompetensi asesmen tersebut penting harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling.

5. Hasil pertimbangan rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan jenjang pendidikan, menunjukkan bahwa kompetensi tersebut penting dikuasai oleh konselor/guru bimbingan dan konseling.

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling

Konselor perlu meningkatkan keterampilan dalam kompetensi asesmen guna lebih mengefektifkan layanan bimbingan dan konseling.

2. Bagi Lembaga Pendidik Calon Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Lembaga Pendidik Calon Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling perlu menegaskan konsep-konsep kerangka kerja kompetensi asesmen sesuai dengan kebutuhan asesmen di lapangan.

3. Bagi Organisasi Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling

Organisasi konselor/guru bimbingan dan konseling (ABKIN) perlu mengkaji kembali hasil rumusan kompetensi asesmen pada penelitian ini, sehingga didapat kompetensi asesmen yang telah dilegalkan secara keorganisasian dan dapat diberlakukan secara nasional.

4. Bagi Lembaga Pelatihan Bimbingan dan Konseling

(25)

78

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Azhar. (2008). Competency Development Guidebook. [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/4587790/1-Competency-Development-GUIDEBOOK [24 Maret 2012]

ABKIN. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: Pengurus Besar ABKIN.

Arora, et.all. (2010). Competency Mapping. [Online]. Tersedia: http://www.4shared.com/office/sQviHGQc/competency_mapping_cmr.ht ml [24 Maret 2012]

Asrori, M. (1990). Unjuk Kerja Petugas Bimbingan dalam Melaksanakan Konseling Dikaji dari Latar Belakang Pendidikan dan Iklim Organisasi Sekolah. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2008). Penataan Pendidikan Profesioal Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ditjen PMPTK. (2010). Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru, Buku 2: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Erford, Badley T. (Eds). (2004). Professional School Counseling: A Handbook of Theories, Programs & Practices. Austin, Texas: Pro-Ed, Inc.

Furqon. (2013). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gallardo, M.A.S. (2009). “Competences to Improve Productivity: A Structural

Model”. Presented at the Production and Operations Management Society

20thAnnual Conference. May 1 – 4, 2009. Orlando, FL. USA. [Online]. Tersedia di: www.POMS.org [30 Desember 2011]

Gantina,dkk. (2011). Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: Indeks.

(27)

80

Mulyadi, Yadi. (2009). Profil Kompetensi Pribadi Konselor Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Murad, Abdul. (2005). Standar Kualitas Kompetensi Konselor Profesional. Disertasi Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

NCDA & AACE. (2010). Career Counselor Assessment and Evaluation

Competencies. [Online]. Tersedia:

http://ncda.org/aws/NCDA/asset_manager/get_file/18143/aace-ncda_assmt_eval_competencies [27 April 2012]

Nurhudaya. (2012). Model Penguatan Kompetensi Konselor Dalam Bidang Asesmen di Sekolah. Disertasi Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurihsan, J. (1993). Kualitas Hubungan Guru Pembimbing dengan Siswa dalam Penyuluhan dan Hubungannya dengan Perilaku Efektif Siswa. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 Pasal 4. [Online]. Tersedia:

http://www.google.com/#bav=on.2,or.r_qf.&fp=d04eb02cd5280087&psj= 1&q=Peraturan+Menteri+Pendidikan+Nasional+Nomor+35+Tahun+2010 +Pasal+4 [30 Desember 2011]

Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Bandung: Nuansa Aulia.

Permendiknas RI No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Bandung: Nuansa Aulia.

Salvia, J., et all. (2010). Assessment in Special and Inclusive Education 11th Edition. Australia: Wadsworth Cengage Learning.

(28)

81

Suhendi, Hendi. (2008). Persepsi Konselor tentang Penguasaan Kompetensi yang dimilikinya di SMA Negeri Kota Bandung. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriadi, Dedi. (1990). Profesi dan Profesionalitas Konseling di Sekolah. Makalah. Bandung: PPS IKIP.

Supriatna, Mamat. (1999). Kerangka Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Fungsi Konselor pada Beberapa SMUN di Bandung. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Swank, M.J dan Lambie, W.G. (2012). “Counseling Outcome Research and Evaluation”. The Assessment of CACREP Core Curricullar Areas and Student Learning Outcomes Using the Conseling Competencies Scale. 3, (2), 116-127.

Syaodih, Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. The Nicholls State University General Education Assessment Program. (2009).

Assessment. [Online]. Tersedia:

http://www.nicholls.edu/general-education/assessment/ [27 April 2012]

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Tasikmalaya
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 3.3  Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Asesmen Konselor/
Tabel 3.4 Kualifikasi Tingkat Pertimbangan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan peningkatan dalam kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Glenn Doman efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak

Dian Ekawati (A520085060), Implementasi Whole Linguistic Dalam Permainan Membaca Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan media komunikasi visual berupa tulisan dan gambar untuk meningkatkan bahasa reseptif yang terdiri dari

Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok B di TK Bhakti Pertiwi Selodoko

Inilah yang mendorong penulis melakukan sebuah penelitian guna meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca, cara yang digunakan

Permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah: “ Apakah penerapan Metode Maternal Reflektif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak

Diharapkan peneliti dapat mengetahui langkah – langkah penggunaan media flashcard dalam meningkatkan membaca dan menulis dalam pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas II di SDN Kepuh