• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KIMIA UNTUK SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT UKUR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KIMIA UNTUK SISWA SMA."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ...xxviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoretik ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

BAB II ALAT UKUR BERPIKIR KRITIS KIMIA SMA A. Hakikat Berpikir ... 9

B. Berpikir Kritisdan Komponen-Komponennya ... 11

C. Konsep Kimia Untuk meningkatkan Berpikir Kritis ... 15

D. Struktur Ilmu Kimia ... 20

E. Hubungan dan Fungsi Antara Evaluasi, Asesmen, Pengukuran, dan Tes ... 23

(2)

H. Standarisasi Alat UkurBerpikir Kritis ... 32

1. Validitas Tes ... 33

a. Validitas Isi (Content validity) ... 35

b. Validitas Konstruk (Construct validity) ... 36

c. Validitas Berdasar Kriteria (Criterion-relatedvalidity) ... 37

1) Validitas Prediktif (predictive validity) ... 37

2) Validitas Konkuren (concurrent validity) ... 38

2. ReliabilitasTes ... 38

a. Metode Tes Ulang (Test-Retest Method) ... 40

b. Metode Tes Paralel (Alternate Form Method)... 41

c. Metode Administrasi Tunggal ... 43

1) Metode Belah Dua (Split-half Method) ... 43

2) Persamaan Rulon ... 44

3) Persamaan Flanagan ... 44

4) Kuder Richardson-20 (KR-20) ... 45

5) Kuder Richardson-21 (KR-21) ... 45

6) Analisis Varian ... 46

7) Koefisien Alfa... 46

3. TingkatKesukaran (TK) ... 46

4. Daya Pembeda (DP) ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma dan Desain Penelitian ... 49

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 64

C. Instrumen Penelitian ... 67

D. Teknik Pengumpulan Data ... 68

E. Teknik Analisis Data ... 69

1. Validitas ... 69

(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1) Penyusunan kisi-kisi tes keterampilan berpikir kritis ... 80

2) Perancangan Butir Soal keterampilan berpikir kritis ... 89

3) Validasi isi oleh ahli ... 89

4) Revisi ... 98

2. Tahap Validasi Produk ... 115

a. Uji Coba I (Terbatas) ... 115

1) Validitas Empiris ... 120

a) Konsep Hidrokarbon ... 120

b) Konsep Termokimia ... 124

c) Konsep Kesetimbangan Kimia ... 127

2) Tingkat Kesukaran ... 131

a) Konsep Hidrokarbon ... 132

b) Konsep Termokimia ... 134

c) Konsep Kesetimbangan Kimia ... 137

3) Daya Pembeda ... 141

a) Konsep Hidrokarbon ... 142

b) Konsep Termokimia ... 145

c) Konsep Kesetimbangan Kimia ... 149

4) Reliabilitas ... 153

b. Uji Coba II (Luas) ... 157

1) Kota Cirebon ... 158

(4)

2) Kabupaten Kuningan ... 181

a) Hidrokarbon ... 181

b) Termokimia ... 188

c) Kesetimbangan Kimia ... 195

3) Kabupaten Majalengka ... 202

a) Hidrokarbon ... 202

b) Termokimia ... 209

c) Kesetimbangan Kimia ... 215

3. Tahap Uji Produk / Implementasi ... 223

a. Hasil Uji Produk Tes Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Karakteristik Konsep ... 223

b. Hasil Uji Produk Tes Keterampilan Berpikir Kritis KimiaAntar Wilayah... 224

c. Hasil Uji Produk Tes Keterampilan Berpikir Kritis Masing-Masing Konsep Berdasarkan Tingkatan Sekolah ... 225

1) Hidrokarbon ... 225

2) Termokimia ... 227

3) Kesetimbangan Kimia ... 229

d. Hasil Uji Produk Tes Keterampilan Berpikir Kritis Masing-masing Konsep Berdasarkan Wilayah ... 231

1) Wilayah Cirebon ... 231

a) Hidrokarbon ... 231

b) Termokimia ... 232

c) Kesetimbangan Kimia ... 233

2) Wilayah Kuningan ... 234

a) Hidrokarbon ... 234

b) Termokimia ... 235

c) Kesetimbangan Kimia ... 236

3) Wilayah Majalengka ... 237

a) Hidrokarbon ... 237

b) Termokimia ... 238

(5)

e. Hasil Uji Produk Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tiap Konsep Antar Wilayah ... 240

1) Hidrokarbon ... 240

2) Termokimia ... 241

3) Kesetimbangan Kimia ... 241

f. Profil Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Kimia ... 243

g. Profil Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kimia Untuk Siswa SMA ... 252

h. Perbandingan Hasil Analisis Kualitas Butir Soal menggunakan program EXCEL dengan program ITEMAN ... 262

B. Pembahasan ... 289

1. Tahap Studi Pendahuluan ... 290

2. Tahap Pengembangan Tes ... 292

a. Uji Coba I (Terbatas) ... 292

1) Koefisien Korelasi / Validitas ... 293

2) Indeks Kesukaran ... 294

3) Daya Pembeda ... 296

4) Reliabilitas ... 297

b. Uji Coba II (Luas) ... 299

1) Koefisien Reliabilitas ... 299

2) Indeks Kesukaran ... 304

3) Daya Pembeda ... 306

4) Reliabilitas ... 311

3. Tahap Uji Produk / Implementasi Model ... 314

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 329

B. Rekomendasi ... 330

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat tidak hanya membuahkan kemajuan, namun juga menimbulkan berbagai permasalahan yang pelik, kompleks, dan multidimensi.Permasalahan-permasalahan di bidang kehidupan di abad ke-21 ini, menuntut individu untuk memiliki ketangguhan dan kemampuan berpikir yang berkualitas tinggi dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mencari alternatif penyelesaian atas masalah yang dihadapi.

Keadaan ini harus disikapi dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar menghasilkan generasi penerus yang siap menghadapi tantangan zaman dan memiliki kemampuan berpikir yang berkualitas tinggi. Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia ini dapat dilakukan diantaranya melalui pendidikan sains. Sains yang sarat akan kegiatan berpikir dapat menjadi wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, terutama dalam membangun keterampilan berpikirnya. Pembentukan keterampilan ini sangat menentukan dalam membangun kepribadian dan pola tindakan dalam kehidupan setiap insan Indonesia, karena itu pembelajaran sains perlu diberdayakan untuk mencapai maksud tersebut (Liliasari, 2005).

(7)

adalah berpikir kritis. Sistem pendidikan sains harus membantu siswa mencapai tujuan membangun sejumlah konsep dan sistem konseptual yang bermakna, mengembangkan keterampilan berpikir bebas, kreatif, kritis, serta meningkatkan kemampuan menerapkan pengetahuannya untuk belajar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

Dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, seperti halnya mengembangkan keterampilan motorik memerlukan latihan-latihan. Keterampilan berpikir siswa harus terus di asah dan dilatihkan. Berpikir dapat diajarkan melalui tiga cara, yaitu teaching for thinking,teaching of thinking, dan teaching about thinking (Costa, 1985). Teaching for thinking merupakan upaya membentuk

kondisi sekolah dan kelas yang kondusif untuk mengembangkan kognitif siswa sepenuhnya.Teaching of thinking merupakan upaya mengajarkan kepada siswa keterampilan dan strategi secara langsung atau mengimplementasikan satu program atau lebih.Teaching about thinking bermaksud menolong siswa menjadi sadar akan proses kognitif yang dialami oleh mereka dan orang lain serta kegunaannya dalam situasi dan masalah kehidupan nyata.

(8)

akan mampu mengevaluasi, membedakan, dan menentukan apakah suatu informasi, buah pikiran orang lain ataupun pikirannya sendiri itu benar atau salah. Ia juga akan mampu mencari alternatif penyelesaian atas masalah yang dihadapi.Sejalan dengan pandangan Bowee&Kamp (2002) bahwa one of the primary aims of training in critical thinking is to learn concepts and techques

which will help us to express cleary what is wrong with an argument, thereby

dispelling that frustration

Kemampuan berpikir kritis dalam pengajaran dikembangkan dengan asumsi bahwa umumnya anak dapat mencapai berpikir kritis dan keterampilan berpikir pada anak selalu berkembang. Demikian pula kemampuan berpikir dapat diajarkan dan dapat dipelajari. Sebagai implikasi dari asumsi tersebut guru perlu mengembangkan proses pembelajaran dengan cara mengembangkan model/desain pembelajaranyang diimplrmentasikan di dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang dan memotivasi siswa serta membuat sistem penilaian yang dapat membuka pola pikir siswa dari sekedar mengingat fakta menuju pola pikir yang kritis. Sesuai dengan karakteristiknya, berpikir kritis memerlukan latihan yang salah satu caranya dengan kebiasaan mengerjakan soal-soal ujian yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dievaluasi dengan adanya alat ukur yang relevan.

(9)

dengan bentuk pilihan ganda dan masih sangat sedikit mengukur taraf berpikir tingkat tinggi(Rustaman, 1992). Ada kecenderungan guru mengkonstruksi butir soal tipe pilihan ganda dan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif(Zainul, 2003). Ada kecenderungan evaluasi hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis, menekankan pada aspek pengetahuan saja (Arikunto, 2003). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sistem penilaiankenaikan kelas dan catur wulan/semester dilaksanakan di tiap sekolah dengan alat ukur yang digunakan mirip dengan EBTANAS, sehingga guru tidak termotivasi melakukan proses pembelajaran yang lebih kritis.

Proses pembelajaran dan sistem penilaian ini berimplikasi terhadap kualitas pendidikan. Hasil pelaksanaan pendidikan IPA di Indonesia sampai saat sekarang masih dapat dikatakan sangat rendah . Kenyataan ini didukung oleh data Nilai Ebtanas Murni (NEM) rata-rata kelompok IPA (kimia, Fisika, Biologi) Sekolah Menengah Umum (SMU) negeri maupun swasta di Indonesia dari tahun ajaran 1997/1998 sampai dengan tahun ajaran 1999/2000 (Depdiknas, 2001) pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data NEM Rata-Rata Kelompok Materi IPA SMU di Indonesia Tahun Ajaran 1997/1998-1999/2000

No Wilayah Tahun Status SMU Jumlah Kimia Fisika Biologi

1 Nasional 1997/1998 Negeri dan Swasta 5165 4,88 3,88 4,62

2 Nasional 1998/1999 Negeri dan Swasta 3361 4,55 3,34 4,08

(10)

Pada Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pendidikan kimia SMU masih bermasalah. Hasil studi tentang kemampuan IPA siswa di sekolah menengah berada pada urutan ke-32 dari 38 negara peserta, dilihat dari ukuran Human Development Index (UNDP, 1999) dapat dikatakan bahwa mutu sumber daya manusia Indonesia termasuk sangat rendah, dan juga dinyatakan bahwa permasalahan yang menonjol dalam Pendidikan Nasional antara lain adalah masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan.

Upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis, diperlukan suatu alat ukur yang dapat mengukur kemampuan tersebut. Pengukuran merupakan faktor penting dalam pendidikan karena melalui pengukuran akan diketahui secara persis dimana posisi siswa pada suatu saat atau pada suatu kegiatan.

Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa berpikir kritis termasuk karakteristik psikologis seseorang yang dapat diketahui kualifikasinya (rendah, sedang, atau tinggi) dan hal itu bisa diketahui apabila diadakan pengukuran dengan aturan dan formula yang jelas. Berdasarkan pra penelitian saat ini belum ada alat ukur yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SMU khususnya dalam bidang kimia.

(11)

konsep termokimia, hidrokarbon, dan kesetimbangan kimia. Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui konsep termokimia yang memiliki karakteristik sebagai konsep yang berdasarkan suatu prinsip dan kesetimbangan kimia sebagai konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat, serta konsep senyawa karbon yang memiliki karakteristik sebagai konsep yang melibatkan penggambaran simbol.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengembangan alat ukur berpikir kritis kimia untuk siswa SMU yang dapat menentukan kualifikasi berpikir kritis kimia dan bagaimana keterpakaiannya dalam skala lebih luas ?

B. Rumusan Masalah

Latar belakang di atas dijadikan titik tolak dalam merumuskan permasalahan pokok yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu “ Alat ukur yang

bagaimanakah yang dapat dikembangkan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SMA dalam bidang pembelajaran kimia?”

Rumusan permasalahan tersebut di atas, secara operasional dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Indikator keterampilan berpikir kritis apa saja yang dapat diakomodasi dalam pengembangan alat ukur berpikir kritis Kimia SMA?

(12)

3. Bagaimanakah hasil implementasi alat ukur keterampilan berpikir kritis kimiaSMA padatiga daerah penelitian dengan karakteristik lingkungan berbeda?

4. Bagaimanakah hasil implementasi alat ukur keterampilan berpikir kritis Kimia SMA berdasarkan tiga karakteristik materi kimia yang berbeda?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan memvalidasi alat ukur berpikir kritis Kimia SMA sehingga dihasilkan alat ukur berpikir kritis Kimia untuk siswa SMA yang tervalidasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretik

Manfaat teoretik dari hasil penelitian ini adalah memperoleh gambaran kemampuan penguasaan berpikir kritis siswa SMA dengan alat ukur terstandar sesuai dengan kondisi objektif lapangan.

2. Manfaat Praktis

(13)

b. Bagi lembaga pendidikan yaitu diperolehnya alat ukur berpikir kritis yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang sewaktu-waktu dapat digunakan secara langsung atau diambil bagian-bagiannya untuk menyusun soal-soal tes sesuai kebutuhan.

c. Bagi guru yaitu diperolehnya alat ukur keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

E. Definisi Operasional

Pengembangan alat ukur yang dimaksud dalam penelitian ini

adalahsebagai kegiatan perencanaan, konstruksi, pengujian, karakteristik tes, sehingga diperoleh alat ukur yang valid, reliabel dan sesuai tingkat kesukaran dan daya bedanya.

Alat ukur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah instrumentes untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis dalam pendidikan ilmu kimia berupa butir-butir soal dan perangkat tes yang berbentuk pilihan ganda berjenjang dan ujicobavaliditas dan reliabilitasnyaserta tingkat kesukaran dan daya beda butir soal sehingga diperoleh perangkat yang secara konsisten dapat mengukur kemampuan berpikir kritis melalui hasil belajar konsep kimia.

(14)

Berpikir kritisadalah kemampuan proses berpikir pada tingkat

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma dan Desain Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini mengacu padaPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa standar kelulusan bagi siswa SMA/MA/SMAK/Paket C, antara lain: Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis,kritis, kreatif, dan inovatif; Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri; Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik; Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan tantangan yang sangat kompetitif dan dinamis.Kompetensi tersebut harus dikembangkan dalam setiap mata pelajaran yang ada, termasuk kimia.

(16)

Pembelajaran kimia sebagai kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selain bertujuan seperti yang diuraikan di atas juga bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Kemampuan berpikir dan analisis peserta didik dapat dikembangkan melalui muatan dan atau kegiatan pembelajaran kimia. Kemampuan berpikir dan analisis dapat dicapai apabila peserta didik memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Keterampilan berpikir kritis dan kreatif dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran kimia yang meliputi aspek rancangan pembelajaran, implementasi rancangan pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan khususnya untuk meng-asses keterampilan tersebut.Rancangan pembelajaran merupakan perangkat persiapan yang disusun dan memuat kompetensi yang akan dicapai, materi atau bahan ajar kimia yang akan digunakan, metode/strategi pembelajaran yang digunakan, contoh evaluasi yang dilakukan khususnya yang terkait dengan keterampilan berpikir kritis. Implementasipembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka membangun suasana kelas yang memungkinkan berkembangnya keterampilan berpikir yang ingin dicapai melalui pembelajaran kimia. Sedangkan evaluasi yang dilakukan menyangkut evaluasi proses dan hasil dari keterampilan berpikir dan kompetensi yang diharapkan.

(17)

menggambarkan simbol memiliki karakteristik yang berbeda dengan materi yang berdasarkan prinsip tapi contohnya konkrit. Perbedaan karakteristik tersebut tentu saja tidak hanya mempengaruhi proses pembelajaran tetapi juga hasil belajarnya, salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis perlu dilatihkan dalam pembelajaran kimia. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritisdiperlukan suatu alat ukur yang dapat mengukur kemampuan tersebut.Alat ukur keterampilan berpikir kritis yang baik diperlukan agar menghasilkan pengukuran yang sesuai dengan yang diharapkan.Baik disini mengandung pengertian sesuai dengan standar yang ada dan keterpakaian alat ukur tersebut.Pengembangan standar alat ukur yang ada diperlukan agar sesuai dengan karakteristik dan lingkungan yang ada.Validasi dari tenaga ahli, ujicoba terbatas, dan implementasi dilakukan untuk menghasilkan alat ukur yang baik dan berkualitas.

(18)

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Standar dan Kurikulum Implementasi Evaluasi

Standar Kompetensi Lulusan SMA

Kurikulum

Tujuan Pembelajaran

Keterampilan Sikap

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Pembelajaran di Sekolah

Pembelajaran Kimia

Lingkungan Belajar Konten/Materi

Alat Ukur Standar

Evaluasi Keterampilan Berpikir Kritis

(19)

Desain penelitian ini adalah ”Research and Development (R&D)” yang diadopsi dari model Borg dan Gall (1989). Menurut Sukmadinata (2005), penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (1989) dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 3 langkah, yaitu: (1) Tahap pendahuluan, yang terdiri atas : studi literatur, persiapan/perencanaan, pengembangan draft produk, validasi draft produk, revisi/penyempurnaan draft produk, (2) Tahap Pengembangan Produk, yang terdiri atas: Uji coba lapangan I (terbatas), penyempurnaan produk hasil uji lapangan, uji coba lapanagan II (luas), penyempurnaan produk akhir, dan (3) Diseminasi dan implementasi.

(20)

Gambar 3.2

Penentuan Pokok Bahasan dan Indikator

Model Tes KBK

Persiapan/Survei Lapangan

Penyusunan Kisi-kisi Tes KBK

Perancangan Tes KBK

Validasi Isi oleh Ahli

Uji Coba Luas (Cirebon, Kuningan, Majalengka)

Implementasi

Uji Coba Terbatas I (hanya Cirebon)

(21)

Tahap-tahap penelitian Research and Development di atas dapat di jabarkan secara rinci sebagai berikut, yaitu :

1. Studi Literatur

Tahap studiliteraturdalam penelitian ini adalah studi dokumentasi untuk mengumpulkan data-data dan informasi tentang kondisi penilaian dan alat penilaian hasil belajar serta dilakukan kajian pustaka yang relevan. Kajian itu meliputi :

a. Analisis Standar IsiMata Pelajaran Kimia SMA

b. Analisis indikator berpikir kritis yang dikembangkan Ennis (1985)

c. Analisis materi dari buku teks kimia SMA kelas I dan II Penerbit Erlangga dan Grafindo Media Pratama

Hasil dari analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA, analisis materi kimia dan teori keterampilan berpikir kritis kemudian digunakan dalam pengembangan alat ukur.

2. Persiapan/Survei lapangan

Pada tahap persiapan dilakukan perencanaan untuk menentukan aktivitas yang harus dilakukan sehubungan dengan perumusan/penyusunan alat ukur, yaitu :

(22)

yang mewakili kelompok sekolah tingkat atas, kelompok sekolah tingkat menengah, dan kelompok sekolah tingkat bawah.

b. Merencanakan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes maupun perencanaan waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.

c. Penyusunan draft awal alat ukur yang akan dikembangkan, terkait dengan menentukan tipe soal yang akan digunakan dan jumlah soal yang dikembangkan. Tipe soal yang dikembangkan adalah tipe soal pilihan ganda berjenjang. Setiap butir soal terdiri dari dua jenjang. Jenjang pertama berkenaan dengan konsep kimia, dan jenjang ke dua mengenai alasan atau pilihan pada jenjang ke dua. Masing-masing jenjang dengan 5 pilihan option. Tipe soal pilihan ganda digunakan dengan tujuan untuk memberikan contoh kepada pengguna khususnya guru dan calon guru bahwa tipe soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.

3. PenyusunanDraft Produk

Dalam penyusunan draft produk dilakukan langkah-langkah yaitu : a. Menyusun kisi-kisi alat ukur berpikir kritis pada konsep termokimia,

(23)

kisi-kisi yang dikembangkan memuat gambaran proporsi antara konsep, indikator keterampilan berpikir kritis, sub indikator berpikir kritis, soal,dan kunci jawaban. Tabel kisi-kisi alat ukur berpikir kritis pada konsep termokimia, kesetimbangan kimia, dan senyawa karbon dapat dilihat di Lampiran.

b. Menyusun butir soal alat ukur keterampilan berpikir kritis terdiri atas 40 soal alat ukur berpikir kritis untuk konsep termokimia, 35 soal alat ukur berpkir kritis untuk konsep kesetimbangan kimia, dan 50 alat ukur berpikir kritis untuk konsep hidrokarbon. Penyusunan alat ukur berpikir kritis ini mengacu pada kisi-kisi butir soal yang telah diselaraskan sesuai dengan indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan menurut Ennis.

4. Validasi Isi Alat Ukur Berpikir Kritis

(24)

konstruksi soal dan kejelasan bahasa, agar butir soal yang diujikan tersebut merupakan sampel yang representatif. Komponen-komponen pertimbangan validasi pakar berupa : (1) Bahasa mudah dimengerti, (2) Kesesusaian soal dengan materi, (3) Kesesuaian soal dengan indikator, dan (4) Memerlukan tahapan berpikir kritis.

Validasi dilakukan pakar dengan cara mengisi format yang telah disediakan dengan cara membubuhkan tanda contreng (√) pada kolom yang telah disediakan, dan memberikan komentar/saran perbaikan untuk soal yang perlu direvisi di kolom keterangan. Akhir dari proses validasi dilakukan diskusi antara peneliti dan pakar agar dibangun adanya kesamaan persepsi antara peneliti dan pakar. Format validasi isi dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

5. Revisi / Penyempurnaan Draft Produk

Setelah divalidasi ahli, alat ukur yang dikembangkan dilakukan revisi sesuai dengan masukan dan saran-saran pakar, kemudian hasil revisi siap diujicobakan hingga diperoleh alat ukur berpikir kritis. Perbaikan alat ukur yang dikembangkan meliputi perbaikan kesesuaian indikator dengan soal, penulisan yang kurang tepat, pertanyaan yang kurang menuntun, isi materi serta kesesuaian antara indikator dengan konsep yang dikembangkan.

6. Uji Coba Terbatas

(25)

tidak. Uji coba juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Melalui uji coba maka kualitas produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.Alat ukur yang telah dikembangkan diujikan di sekolah peringkat atas di Kota Cirebon. Maksud pengujian alat ukur dilakukan di sekolah peringkat atas diharapkan dapat mewakili kemampuan berpikir kritis siswa SMA dari semua tingkatan sekolah dan agar alat ukur yang dikembangkan valid dan reliabel.

Uji coba terbatas meliputi :

(26)

b. Penskoran hasil jawaban siswa. Ketentuan penskoran sebagai beikut :

 Skor 2 jika pilihan jawaban betul, pilihan alasan betul

 Skor 1 jika pilihan jawaban betul, pilihan alasan salah atau pilihan

jawaban salah, pilihan alasan betul

 Skor 0 jika jawaban maupun alasan salah

c. Analisis butir soal untuk alat ukur berpikir kritis uji coba terbatas. Analisis butir soal meliputi validitas empiris, reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda setiap butir soal. Hasil yang didapatkan setelah melakukan uji coba terbatas berupa skor perolehan siswa. Skor ini akan menentukan kualitas dari alat ukur yang dikembangkan. Kualitas suatu tes dapat dilihat dari validitas empiris, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis statistik.

d. Revisi alat ukur berdasarkan hasil analisis butir soal yang tetap disesuaikan dengan indikator yangg ditetapkan. Berdasarkan analisis data, maka ditentukan alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel tidak diikutsertakan dalam pengembangan alat ukur berikutnya.

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan

(27)

8. Uji Coba Luas

Alat ukur yang telah dikembangkan diujikan kepada tiga daerah sampel untuk memperoleh alat ukur berpikir kritis konsep kimia yang baku. Uji pelaksanaan lapangan (uji luas) diimplementasikan kepada siswa kelas XI SMA yang telah mendapatkan konsep hidrokarbon dan kepada siswa kelas XII SMA yang telah mendapatkan konsep kesetimbangan kimia dan termokimia di wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka.

Alat ukur berpikir kritis pada konsep Kesetimbangan diimplementasikan kepada 39 orang siswa (Kota Cirebon), 37 orang siswa (Kabupaten Kuningan), dan 37 orang siswa (Kabupaten Majalengka). Alat ukur berpikir kritis pada konsep termokimia diimplementasikan kepada 39 orang siswa (Kota Cirebon), 31 oraang siswa (Kabupaten Kuningan) dan 38 orang siswa (Kabupaten Majalengka). Alat ukur berpikir kritis konsep senyawa karbon diimplementasikan kepada 37 orang siswa (Kota Cirebon), 40 orang siswa (Kabupaten Kuningan) dan 35 orang siswa (Kabupaten majalengka).

Tabel 3.1 Subyek Uji Coba Luas

Lokasi Kesetimbangan

Kimia Termokimia

Senyawa Karbon

Kota Cirebon 39 orang 39 orang 37 orang

(28)

a. Penskoran hasil jawaban siswa sehingga didapatkan data berupa skor hasil siswa. Penetapan penskoran dengan ketentuan sebagai berikut :

 Skor 2 jika pilihan jawaban betul, pilihan alasan betul

 Skor 1 jika pilihan jawaban betul, pilihan alasan salah atau pilihan jawaban salah, pilihan alasan betul

 Skor 0 jika jawaban maupun alasan salah

b. Analisis butir soal untuk alat ukur berpikir kritis uji coba ke dua. Analisis butir soal meliputi validitas empiris, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Hasil yang didapatkan setelah melakukan uji coba luas berupa skor perolehan siswa. Skor ini akan menentukan kualitas dari alat ukur yang dikembangkan. Kualitas suatu tes dapat dilihat dari validitas empiris, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

9. Penyempurnaan Produk Akhir

Alat ukur yang telah dilakukan pengujian secara luas kemudian dilakukan analisis butir soal untuk menentukan validitas, daya pembeda, indeks kesukaran, dan reliabilitas. Berdasarkan analisis data, maka ditentukan alat ukur yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam implementasi.

10.Implementasi

(29)

Implementasi dilakukan di sekolah peringkat tinggi, sedang, dan bawah di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka. Penentuan peringkat sekolah didasarkan passing grade nilai UAN sesuai data akurat dari DIKNAS di masing-masing wilayah.

Alat ukur berpikir kritis pada konsep Kesetimbangan diimplementasikan kepada 96 orang siswa (Kota Cirebon), 90 orang siswa (Kabupaten Kuningan), dan 106 orang siswa (Kabupaten Majalengka). Alat ukur berpikir kritis pada konsep termokimia diimplementasikan kepada 117 orang siswa (Kota Cirebon), 94 oraang siswa (Kabupaten Kuningan) dan 104 orang siswa (Kabupaten Majalengka). Alat ukur berpikir kritis konsep hidroarbon diimplementasikan kepada 98 orang siswa (Kota Cirebon), 107 orang siswa (Kabupaten Kuningan) dan 101 orang siswa (Kabupaten Majalengka).

Jumlah subyek pada implementasi alat ukur keterampilan berpikir kritis di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Subyek Implementasi Alat Ukur

Lokasi Kesetimbangan

Kimia Termokimia

Senyawa Karbon

Kota Cirebon 96 orang 117 orang 98 orang

Kabupaten Kuningan 90 orang 94 orang 107 orang Kabupaten Majalengka 106 orang 104 orang 101 orang

(30)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian inidilakukan di wilayah Jawa Barat yaitu di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka. Alasan pemilihan daerah tersebut didasarkan pada perbedaan karakteristik wilayah dan budaya yaitu Kota Cirebon mewakili kota daerah pantai, Kabupaten Kuningan mewakili daerah pertanian, dan Kabupaten Majalengka mewakili daerah industri. Ketiga daerah tersebut termasuk Daerah Wilayah III Cirebon (Ciayumajakuning). Posisinya yang masih berdekatan dalam satu kawasan dan masing-masing wilayah memiliki karakteristik daerah dan budaya yang berbeda.

Posisi Kota Cirebon yang strategis berada di daerah pantai dan kebudayaannya yang terbuka dan kosmopolitan, memungkinkan masyarakatnya lebih mudah menerima informasi IPTEK, lebih cepat mengalami perubaham kemajuan (globalisasi) dan mudah bertransformasi, serta mudah dalam penyebaran dan pemerataan pelayanan. Struktur ekonomi yang kuat, pendidikan yang maju dan tumbuh pesat serta dukungan fasilitas sarana dan prasarana yang lebih lengkapmenjadikan pola pikir masyarakat Kota Cirebon lebih kritis, kreatif, aktif, dinamis dan tangguh dalam menghadapi tantangan globalisasi dan IPTEK.

(31)

Kabupaten Majalengka yang belum maksimal serta fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai menyebabkan tumbuhnya industri-industri dengan mengolah sumber daya alam yang dimiliki, seperti industri genteng dan kecap. Kultur masyarakat di daerah Majalengkadengan budaya dagang yang kental cenderung lebih berpikir kreatif.

Karakteristik Kabupaten Kuningan yang berada di daerah pegunungan, dengan tanah yang subur dan sumber air yang berlimpah dari Gunung Ciremai menjadikan masyarakatnya sebagian besar bermatapencaharian bertani. Pertanian sangat erat kaitannya dengan desa sehingga petani diidentikkan sebagai masyarakat desa. Karakteristik dari masyarakat desa cenderung digeneralisasikan sebagai masyarakat yang terbelakang, masyarakat hidupnya tergantung kepada alam. Karakteristik masyarakat di daerah pertanian bersifat pasif, kurang inovasi, santai, apatis, praktis, dan kurangnya kesadaran akan perubahan kemajuan (IPTEK) sehingga pola pikir masyarakat di daerah pertanian cenderung tidak kritis.

Adanya perbedaan karakteristik daerah dan budayadiasumsikan memiliki pola pikir yang berbeda pula, dijadikan sebagai alasan dalam pemilihan lokasi penelitian ini.

(32)

Majalengka.Subyek penelitian ditarik secara multistage stratified sampling dengan langkah sebagai berikut:

1. Memilih Kabupaten/Kota tempat siswa berada di wilayah Kabupaten Kuningan (daerah pertanian), Kota Cirebon (daerah pantai), dan Kabupaten Majalengka (daerah industri).

2. Menentukan Kriteria Sekolah ditentukan secara random berdasarkan peringkat Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN).Tiap Kabupaten/Kota dan diambil tiga sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Dasar alasan Pemilihan sekolah berdasarkan peringkat nilai UAN SMA ini adalah bahwa UAN merupakan acuan yang dapat dijadikan salah satu tolok ukur untuk menentukan kualitas keberhasilan pendidikan suatu sekolah. Asumsinya sekolah yang memiliki rata-rata UAN tinggi maka proses pembelajaran sekolah tersebut baik.

3. Menentukan siswa kelas IX dan X pada masing-masing Sekolah dari tiap kategori di masing-masing Kabupaten. Subyek penelitian digolongkan ke dalam kategori kelompok kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Penggolongan subyek penelitian didasarkan pada ketentuan 27% kelompok atas, 27% kelompok bawah, dan sisanya adalah kelompok menengah.

(33)

Tabel 3.3

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Analisis konsep termokimia, senyawakarbon dan kesetimbangankimia

2. Kisi-kisi alat ukur keterampilan berpikir kritis pada konsep termokimia, kesetimbangan kimia, dan senyawa hidrokarbon

3. Alat ukur keterampilan berpikir kritis berupa butir-butir soal tes pilihan ganda berjenjang

4. Software uji validitas butir soal, daya pembeda, indeks kesukaran, dan reliabilitas

(34)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis. Tes ini digunakan untuk menentukan kulitas alat ukur yang dikembangkan berupa validitas butir soal, daya pembeda, indeks kesukaran, dan reliabilitas yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA melalui konsep kimia. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep senyawa karbon, termokimia dan kesetimbangan kimia.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi penentuan validitas instrumen secara keseluruhan, analisis item yang meliputi penentuan validitas setiap butir soal dalam instrumen, penentuan indeks kesukaran setiap butir soal instrumen, penentuan daya pembeda setiap butir soal instrumen, penentuan reliabilitas instrumen secara keseluruhan.

1. Validitas

Dalam menentukan validitas instrumen penelitian ini secara keseluruhan digunakan validitas logis, yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct validity)

a. Validitas Isi (content validity)

(35)

penelaahannya (validasi) kepada tiga orang pakaryaitu satu orang pakar alat ukur, satu orang pakar berpikir kritis dan satu orang pakar konsep kimia. Jumlah pakar yang digunakan sebanyaktiga orang, hal ini dimaksudkan agar memudahkan mengambil keputusan ketika menganalisis hasil penilaiandari pakar. Komponen-komponen pertimbangan validasi yang pakar berupa : (1) Bahasa mudah dimengerti, (2) Kesesuaian soal dengan materi, (3) Kesesuaian soal dengan indikator, dan (4) Memerlukan tahapan berpikir kritis.

Validasi dilakukan pakar dengan cara mengisi format yang telah disediakan dengan cara membubuhkan tanda contreng (√) pada kolom yang telah disediakan, dan memberikan komentar/saran perbaikan untuk soal yang perlu direfisi di kolom keterangan. Akhir dari proses validasi dilakukan diskusi antara peneliti dan pakar agar dibangun adanya kesamaan persepsi antara peneliti dan pakar.

b. Validitas Konstruksi (construct validity)

(36)

2. Analisis Kualitas Butir Soal

a. Validitas Butir Soal

Pada penelitian ini validitas butir soal ditentukan dengan menggunakan perhitungan statistik berbantuan program komputer. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasiproduk moment pearson:

  

Dan selanjutnya untuk menentukan apakah nilai validitas butir soal yang diperoleh di atas termasuk ke dalam kelompok validitas tinggi, sedang atau rendah, digunakan patokan seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1987) sebagai berikut :

Tabel 3.4

(37)

b. Reliabilitas Butir Soal

Penentuan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Belah Ganjil dan Genap sebagai berikut:

ab

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyak butir soal (item)

ab

 = Korelasi tiap item soal ganjil dan genap

Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas alat evaluasi digunakan kriteria menurut Suherman(2003). Penafsiran harga korelasi reliabilitas sebagai berikut:

Kriteria: Bila rhitung> rTabel , maka butir soal dikatakan reliabel.

c. Indeks Kesukaran

(38)

indeks. Penentuan tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini digunakan rumus (Nitko, 1996) yaitu :

�� =Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal

Jumlah siswa yang mengikuti tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal dapat menggunakan kriteria Suherman (2003) dalam tabel berikut :

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal

No Range Tingkat kesukaran Kategori

1 0,0 Terlalu Sulit membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi yang diujikan. Penentuan daya pembeda butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus (Suherman, 2003) yaitu:

DP = indeks daya pembeda suatu butir soal

(39)

B

S = jumlah skor kelompok bawah

A

J = jumlah skor ideal kelompok atas

Kriteria penafsiranDaya Pembeda suatu butir soal menurut Suherman (2003) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Nilai DP Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 <DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 <DP ≤ 0,70 Baik 0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat baik

(40)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Instrumen yang digunakan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep hidrokarbon, termokimia, dan kesetimbangan kimia.

2. Pendidikan kimia di SMA dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan alat ukur keterampilan berpikir kritis pada konsep hidrokarbon, termokimia, dan kesetimbangan kimia dengan indikator elementary clarification, basic support, inference, advance clarification,dan

strategy and tactics.

3. Karakteristik butir soal tes keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan memenuhi kualitas butir soal yang baik. Pada konsep hidrokarbon, termokimia, dan kesetimbangan kimiamemilikidaya pembeda rentang 0,4 < DP ≤ 0,7, indeks kesukaran rentang 0,1 < IK ≤ 0,7), koefisien korelasi rentang 0,2 < rxy ≤ 0,6), dan reliabilitas rentang 0,4 < r11 ≤ 1,0).

4. Alat ukur yang dikembangkan dalam pembelajaran kimia SMA mampu membedakan keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan karakteristik konsep dan karakteristik wilayah.

(41)

6. Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa meningkat mulai dari konsep kesetimbangan kimia ( � = 21,13), termokimia (� = 33,6), dan konsep hidrokarbon (� =33,7).

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dikemukakan setelah penelitian ini dilakukan yaitu :

1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan menggunakan index (scoring value) keterampilan berpikir kritis.

2. Peneliti lain dapat mengembangkan alat ukur keterampilan berpikir kritis kimia pada konsep hidrokarbon, termokimia, dan kesetimbangan kimia dengan menggunakan indikator keterampilan berpikir kritis yang berbeda untuk memperkaya alat evaluasi dalam pendidikan kimia.

3. Guru sebaiknya dalam pembelajaran menggunakan alat ukur keterampilan berpikir kritis agar dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswanya. 4. Butir soal yang valid dapat digunakan sebagai alat ukur keterampilan berpikir

kritis sedangkan yang tidak valid sebaiknya tidak digunakan sebagai alat ukur keterampilan berpikir kritis, khususnya soal nomor 24, 32, 34, 37, 39 pada konsep hidrokarbon (12,5%) , soal nomor 1, 3, 5, 6, 8, 20, 27, 28, 30 pada konsep termokimia (30%), dan soal nomor 3, 6, 14, 16, 18, 24 pada konsep kesetimbangan kimia (24%).

(42)

C. Implikasi

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, M.J. & Yen, W.M. 1979. Introduction to Measuremernt Theory, Monterey: Brooks/Cole Publishing Company

Anastasi, A. & Urbina, S. 1997. Psychological Testing (7th ed). New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Anuradha, A.G. 1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking, Journal of Technology Education, V.7, no 1, http : // acholar.jib.vt.edu/journals/JTV/v7n1/gokhale.jtv-v7n1.html.

Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. 2012. Bandung. Remaja Rosda Karya

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara

Azwar, S. 2005. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (Edisi II). Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Bloom, B, Engelhart, M., Furst, E., Hill, W., & Krathwohl, D. 1956. Taxonomy of Educational Objectives : The Classification of Educational Goals. Handbooks I : Cognitive Domain. New York : Longman.

Borg, W.R. & Gall, M. D. 1989. Educational Research. Fifth Edition. New York : Longman

Cindy.L.L, Susan. K.W. 2001. Helping Your Students Develop Critical Thinking Skills. The IDEA Center.

Costa, A.L. 1985. Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria : ASCD

Crocker, L. & Algina, J. 1986. Introduction to Classical and Modern Test Theory. Forth Worth : Holt, Rinehart, and Winston, Inc

Cronbach. 1970. Essential of Psychological Testing, 3rd Edition. New York, NY : Harper and Row

(44)

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga

Dirjen Dikdasmen. (2002). Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah Ennis, H. Robert.1995. Critical Thinking. University of Illionis. Prentice Hall,

Upper saddle River, NJ 07458

Faciona, P. 2006. Critical Thinking : What It Is and Why It Counts. [Online]. Tersedia : www.aacu.org/meetings/pdfs/criticalthinking.pdf [20 Juni 2011]

Faciona, P.A, Faciona N.C, and Giancarlo, C. 2000. The Dispotition Toward Critical Thinking : It Character, Measurement, and Relationship to Critical Thingking Skills. Journal of Informal Logic, Volume 20-1,61-84

Fisher, Alec.2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta. Erlangga

Gabel, L. Dorothy. 1993. Hand Book of Research on Science Teaching and Learning. A Project of National science Teachers Association. New York. Macmillan Publishing Company.

Grounlund, N. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching. Fifth Edition. New York : Mac Millan Publishing Company

Grounlund, N. 1998. Assesment of Student Achievement Sixth Edition. Boston : Allyn & Bacon.

Guilford, J.P. 1954. Psychometric Methods ( 2nd ediition), New York : McGraw Haladyna. 1997. Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thinking. Boston :

Allyn and Bacon

Herron, J.D. et al. 1977. Evaluation of Longeot Test of Cognitive Development. Journal or Research in Science Teaching, 18 (2). 123-130

Hoyt, C., 1941. Test Reliability Obtained by Analysis of Variance, Psychometrika Karno To. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengenalan ke Program ANATES).

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. FIP IKIP Bandung. Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu Lawson, A.E. 1995. Science teaching and The Development of Thinking,

California, Wadsworth Publishing Company Belmont.

(45)

Liliasari. 1999. Pengembangan Model Materi Subyek Untuk Meningkatkan Keterampilan Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Penelitian. Jakarta : Dikti, Penelitian HB VI.

Liliasari. 2003. Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru Melalui Model Pembelajaran Kimia. Mimbar Pendidikan Matematika dan Sains. Jurnal Pendidikan No 2 tahun XXII.

Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta. Mitra Cendekia.

National Science Education Standards. 1996. Washington, DC. National academy Press.

Nickerson, R.S. (1985). The Teaching of thinking. New Jersey. Lawrence Elbaum Associates Publishers.

Nitko, A.J. 1996. Curriculum-Based Assessment : Workshop Papers. Jakarta : Dikmenum Puslitbang Sisjan Depdikbud

Nitko, A.J. 1996. Educational Assesment of Students, Second Edition, New Jersey : Engelwood Cliffs.

Novak. 1984. Learning How to Learn.New York. CambridgeUniversity Press. Paul, R. & Elder, L. 2004. The Nature andFinctions of Critical and Creative

Thinking. [Online]. Tersedia ; www.criticalthinking [11 Juni 2011] Paul, R. And Scriven, M. 1996. Defining Critical Thingking : A Draft Statement

for the National Council for Exellence in Critical Thinking. [Online].

Tersedia : http://www.critical

thingking.org/University/univlibrary/library.nclk.[10 Agustus 2003] Paul, R., Elder, L, and Bartell, T. 1995. Study of 38 Public Universities and 28

Private Universities to Determine Faculty Emphasist on Critical

Thinking in Instruction. Tersedia :

http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.htm [7Maret 2003] Paul. 2002. Critical Thinking. New Jersey. Pearson

Preseisen, B.Z. 1985. Thinking Skills : Meaning and Models, in A.L. Costa (ed) Developing Minds, A Resource Book of Teaching Thinking, Alexandri : ASCD.

(46)

Rulon, P.J. 1939. A Simplified Procedure for Determining The Reliability of a Test By Split-Halves. Harvard Educational Review

Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press

Rustaman, N. 1995. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. Makalah disampaikan dan Dilatihkan Kepada Guru-Guru Dalam Rangka Pengabdian Kepada Masyarakat. IKIP Bandung.

Scriven, M & Paul, R. 2006. Defining Critical thinking. The Tinking Community Sihotang, K, dkk. 2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta.

Pustaka Sinar Harapan

Stiggins. J. Richard. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York. Macmillan College Publishing Company

Sudiatmika, I.R. 2010. Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP Dalam Konteks Budaya Bali. Disertasi. UPI. Tidak Diterbitkan.

Sudijono, A. 2005. Pengantar Evaluiasi Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Suherman. 2003. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung. Wijaya Kusuma

Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (cetakan ke empat). Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sunarya, Y. 2010. Kimia Dasar 1, Bandung. Yrama Widya.

Tyler, L.E. 1971. Test and Measurements, 2nd Edition. Engelwood Cliff, NJ : Prentice-Hall.

Wahidmurti, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta. Nuha Litera

Werdhiana, K. 2009. Pengembangan Asesmen Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA. Disertasi. UPI. Tidak Diterbitkan.

Yunita. 2004. Pengembangan Alat Ukur Hasil Pembelajaran Kimia di SMU Yang Sesuai Dengan Hakikat Ilmu Kimia dan Hakikat Pendidikan Kimia. Disertasi. UPI. Tidak Diterbitkan.

Gambar

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Subyek Uji Coba Luas
Tabel 3.2 Subyek Implementasi Alat Ukur
+6

Referensi

Dokumen terkait

S 3 yaitu jarak yang ditempuh bola setelah menumbuk dinding BD dan sebelum memasuki lubang... Terdapat suatu engsel licin yang menghubungkan kedua ujung batang

Perhitungan Umur Komponen Pipa (Remaining life) ... Perhitungan Next Inspection Date... Application of risk based inspection in refinery and processing piping ... Diagram Alir

Berdasarkan pengamatan peneliti di SMAN 1 Sidoarjo bahwa dengan adanya sebuah bahan ajar cetak yang berbentuk modul Unit Kegiatan Belajar Mandiri tersebut berpengaruh terhadap

[r]

Penerapan Teknik Peta Konsep Berorientasi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi (Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMAK 2 BPK Penabur

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Rizky Ihsan

Laporan keuangan adalah hal yang penting bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan atau mengetahui posisi atau keadaan keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu, dan

Hasil Tes Keterampilan Lompat Jongkok Kelas Kontrol.. Hasil Uji Normalitas