• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN

MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP

Lembang)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Johnrival P.S. NIM. 1106553

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN

MATEMATIS SISWA KELAS VII

Oleh

Johnrival P.S. NIM. 1106553

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Johnrival P.S. 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari pemilik.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN

MATEMATIS SISWA KELAS VII

Oleh

Johnrival P.S.

1106553

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. H. Karso, M. M. Pd.

NIP. 195509091980021001

Pembimbing II,

Drs. Nar Herrhyanto, M. Pd.

NIP. 196106181987031001

Mengetahui,

Plt. Ketua Departemen Pendidikan Matematika

Dr. Elah Nurlaelah, M. Si.

(4)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Johnrival P.S. (2015). Pengaruh Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis dan Kecemasan Matematis Siswa Kelas VII

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa, padahal kemampuan koneksi matematis sangat penting dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika karena matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Selain aspek kognitif, aspek apektif seperti kecemasan matematis juga akan mempengaruhi siswa dalam pencapaian hasil belajar matematika. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan menurunkan kecemasan matematis siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memilih dan menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan menurunkan kecemasan matematis siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis dan kecemasan matematis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMP yang berada di Lembang. Sampel pada penelitian ini adalah sekelompok siswa dalam satu kelas. Metode Penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperimental Designs dengan rancangan One-Group Pretes-Posttest Designs. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes kemampuan koneksi matematis berupa soal pretes dan postes, angket kecemasan matematis, dan lembar observasi. Kesimpulan dari penelitian ini model penemuan terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis dan kecemasan matematis siswa.

(5)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Johnrival P.S. (2015). The Influence of Guided Discovery Learning to Mathematical Connections and Mathematical Anxiety of VII Grade Students .

This research is motivated by the lack of mathematical connections of students, whereas mathematical connections is very important to student in learning mathematics, beacause mathematics is a science that is structured and organized to have a relationship between one concept to another. In addition to cognitive, affective aspects like mathematical anxiety will also affect the learning achievement of students in mathematics. Therefore, it is necessary to improve mathematical connections and lowers students' mathematical anxiety. One effort that can be done is to choose and use teaching models that can improve mathematical connections and lowers students' mathematical anxiety. The purpose of this research was to determine the influence of guided discovery learning to mathematical connection and mathematical anxiety of students. The population in this research is the seventh grade students at one junior high school in Lembang. Samples in this research was a group of students in a class. The research method used is Pre-Experimental Design with One-Group Pretest-Posttest Designs. The instrument used in this research consisted of test instruments such as pretest and posttest, mathematical anxiety questionnaire and observation sheet. The conclusion from this research is guided discovery learning affect to mathematical connections and the students' mathematical anxiety.

(6)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 9

B. Kemampuan Koneksi Matematis ... 10

C. Kecemasan Matematis... 13

D. Penelitian yang Relevan ... 15

E. Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

A. Metode dan Desain Penelitian ... 17

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 18

D. Instrumen Penelitian... 18

E. Prosedur Penelitian... 28

F. Teknik Pengolahan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

(7)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(8)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisian Validitas ... 20

Tabel 3.2 Data Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 21

Tabel 3.3 Data Hasil Uji Keberartian Butir Soal ... 21

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 23

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 24

Tabel 3.6 Data Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal ... 24

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 25

Tabel 3.8 Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal... 26

Tabel 3.9 Data Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ... 26

Tabel 3.10 Klasifikasi Effect Size... 32

Tabel 3.11 Klasifikasi Effect Size... 35

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes dan Data Postes ... 37

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 38

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Postes... 38

Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Data Pretes dan Postes... 39

Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Data Pretes dan Postes ... 40

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Data Angket ... 41

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Angket ... 42

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Postes Angket ... 43

Tabel 4.9 Hasil Uji Wilcoxon Data Angket... 44

(9)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 54

Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa ... 79

Lampiran B Lampiran B.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis... 98

Lampiran B.2 Rubrik Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Koneksi ...Matematis ... 101

Lampiran B.3 Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 106

Lampiran B.4 Kisi-Kisi Angket Kecemasan Matematis ... 108

Lampiran B.5 Angket Kecemasan Matematis ... 114

Lampiran B.6 Lembar Observasi ... 117

Lampiran C Lampiran C.1 Hasil Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematis .... 123

Lampiran C.2 Hasil Pengolahan Data Summated Ratings Angket Kecemasan Matematis... 130

Lampiran C.3 Hasil Perhitungan Skor Angket Kecemasan Matematis dengan Menggunakan Metode Summated Ratings ... 133

Lampiran C.4 Hasil Uji Instrumen Angket Kecemasa n Matematis... 136

Lampiran D Lampiran D.1 Data Hasil Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 148

Lampiran D.2 Data Hasil Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 150

Lampiran D.3 Data Hasil Angket Kecemasan Matematis ... 152

Lampiran D.4 Output Uji Normalitas Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 154

Lampiran D.5 Output Uji Normalitas Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 155

(10)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lampiran D.7 Ouput Uji Normalitas Pretes Angket Kecemasan

...Matematis ... 157

Lampiran D.8 Output Uji Normalitas Postes Angket Kecemasan

...Matematis ... 158

Lampiran D.9 Output Uji Wilcoxon Angket Kecemasan Matematis ... 159

Lampiran E

Lampiran E.1 Contoh Hasil Jawaban Uji Instrumen Tes Kemampuan

Koneksi Matematis...

Lampiran E.2 Contoh Hasil Jawaban Uji Instrumen Angket Kecemasan

Matematis ...

Lampiran E.3 Contoh Hasil Jawaban Pretes Kemampuan Koneksi

Matematis ...

Lampiran E.4 Contoh Hasil Jawaban Postes Kemampuan Koneksi

Matematis ...

Lampiran E.5 Contoh Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa ...

Lampiran E.6 Contoh Hasil Jawaban Pretes Angket Kecemasan

Matematis ...

Lampiran E.7 Contoh Hasil Jawaban Postes Angket Kecemasan

Matematis ...

Lampiran E.8 Hasil Pengamatan Observer ...

Lampiran F

Lampiran F.1 Surat Tugas ...

Lampiran F.2 Surat Izin Penelitian ...

Lampiran F.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...

Lampiran F.4 Surat Persetujuan Mengikuti Ujian Sidang ...

Lampiran F.5 Kartu Bimbingan ...

(11)

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

(12)

1

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang

memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Matematika

diberikan kepada peserta didik sejak dari sekolah dasar, sekolah menengah

pertama, hingga sekolah menengah atas. Menurut Permendiknas no 22 tahun 2006

(BSNP, 2006, hlm. 346), tujuan dari pelajaran matematika di sekolah adalah agar

siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien,dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan tersebut, kemampuan koneksi matematis merupakan

salah satu kemampuan matematis yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah.

Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan menjelaskan keterkaitan

antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah. Hal tersebut diilhami karena ilmu matematika merupakan

satu kesatuan, tidak terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah. Oleh

karena itu, tanpa koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat

terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM,

(13)

2

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah, NCTM (2000,

hlm. 29) menyatakan bahwa ada lima standar proses matematis yaitu kemampuan

pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning),

kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),

dan kemampuan representasi (representation). Berdasarkan hal tersebut, salah

satu daya matematis yang harus dikembangkan oleh siswa adalah kemampuan

koneksi matematis. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka

pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena

mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks

selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000, hlm.

64).

Pada hakekatnya, matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematik

mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling

berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai implikasinya, maka dalam belajar

matematika untuk mencapai pemahaman yang bermakna siswa harus memiliki

kemampuan koneksi matematis yang memadai. Bruner (Suherman, 2001, hlm. 45)

menyatakan bahwa tidak ada konsep atau operasi dalam matematika yang tidak

terkoneksi dengan konsep atu operasi lain dalm suatu sistem, karena suatu

kenyataan bahwa esensi matematika merupakan sesuatu yang selalu terkait

dengan sesuatu yang lain.

Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan mengaitkan konsep

konsep matematika baik antar konsep dalam matematika itu sendiri maupun

mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya (Ruspiani,

2000, hlm. 68). Dalam pembelajaran matematika pemahaman siswa tentang

koneksi antar konsep atau ide-ide matematika akan memfasilitasi kemampuan

mereka untuk memformulasi dan memverifikasi konjektur secara induktif dan

deduktif. Selanjutnya, konsep, ide dan prosedur matematis yang baru

dikembangkan dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah lain dalam

matematika atau disiplin ilmu lainnya (Sumarmo, 2007, hlm. 117).

Pada saat ide-ide matematika setiap hari dikoneksikan pada pengalamannya,

baik di dalam maupun di luar sekolah, maka anak-anak akan menjadi sadar

(14)

3

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1989, hlm. 32) yang menyatakan bahwa melalui koneksi matematis maka

pengetahuan siswa akan diperluas, siswa akan memandang matematika sebagai

suatu kesatuan yang utuh bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta siswa

akan menyadari kegunaan dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di

luar sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya bertumpu pada salah satu

konsep atau materi matematika yang sedang dipelajari, tetapi secara tak langsung

siswa memperoleh berbagai konsep atau area pengetahuan yang berbeda, baik di

dalam matematika maupun di luar matematika. Jadi sangatlah penting agar siswa

dapat mengoneksikan antara ide-ide pengetahuan tersebut, yang akhirnya akan

dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi

matematis beberapa siswa SMP masih rendah. Hal tersebut didukung oleh

beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ruspiani (Suhartini, 2014, hlm. 6) yang menyatakan bahwa

kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematis masih rendah. Nilai

rata-rata kemampuan koneksi siswa sekolah menengah di Indonesia sekitar 22% untuk

koneksi matematis dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi matematis

dengan bidang lain, dan 67,3% untuk koneksi matematis dengan kehidupan

sehari-hari. Penelitian Programme for International Student Assessment (Mariana,

2011, hlm. 2) menyatakankan bahwa 69% siswa Indonesia hanya mampu

mengenali tema masalah tapi tidak mampu menemukan keterkaitan antartema

masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki, dan penelitian yang dilakukan

oleh Felasiva (2015) di salah satu SMP di Depok menyatakan bahwa sebagian

besar siswa belum mampu menyelesaikan persoalan yang melibatkan lebih dari

satu konsep matematika dan beberapa siswa mengalami kesulitan jika diberikan

permasalahan matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Banyak faktor yang menyebabkan kemampuan koneksi matematis masih

rendah, diantaranya adalah aspek afektif yaitu psikologi siswa. Aspek psikologi

merupakan salah satu pendukung atau penunjang seseorang untuk berhasil. Hal

tersebut didukung oleh Sabandar (2007, hlm. 2) yang menyatakan bahwa

seseorang dapat dikatakan berhasil di dalam pembelajaran jika terjadi perubahan

(15)

4

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena itu, kondisi psikologi siswa merupakan salah satu apek yang harus

diperhatikan dalam pembelajaran matematika karena kondisi psikologi siswa

dapat menjadi penentu dalam keberhasilan belajar siswa.

Pada saat aspek psikologi siswa tidak stabil dalam proses pembelajaran

maka dapat menimbulkan kecemasan matematis siswa yang mengakibatkan

tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ketika kecemasan matematika itu sudah

berlebihan, maka akan menghambat siswa dalam belajar dan mengembangkan

kemampuan matematisnya. Kecemasan matematis (Mathematics Anxiety) adalah

kecemasan yang dialami siswa pada mata pelajaran matematika. Kecemasan

terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa, karena

ketidakmampuan siswa dalam beradaptasi pada pelajaran menyebabkan siswa

kesulitan serta fobia terhadap matematika yang pada akhirnya akan menyebabkan

hasil belajar dan prestasi siswa dalam matematika rendah.

Kecemasan matematika dapat diperparah karena kondisi pembelajaran di

kelas yang kurang menyenangkan. Faktor yang muncul dapat berasal dari desain

pembelajaran yang monoton atau dari kurang cakapnya guru matematika.

Wahyudin (2010, hlm. 21) menyatakan bahwa kecemasan matematika seringkali

tumbuh dalam diri para siswa di sekolah, sebagai akibat dari pembelajaran oleh

guru yang juga merasa cemas tentang kemampuan matematika mereka sendiri

dalam area tertentu. Seperti yang dituliskan oleh Ma (Zakaria & Nordin, 2008,

hlm. 27) ada hubungan antara kecemasan matematika dengan prestasi siswa

dalam matematika. Prestasi dan hasil belajar matematika siswa secara terperinci

dijabarkan dalam beberapa penguasaan kemampuan matematis sesuai dengan

jenjang pendidikan.

Berdasarkan paparan tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk

meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah memilih dan menggunakan model-model pembelajaran yang

dapat mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa dan model-model

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga tingkat kecemasan

matematis siswa diharapkan dapat menurun.

Model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

(16)

5

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang

bersifat student oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunaan

intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan

bimbingan dan penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide,

konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan

yang baru. Menurut Bruner (Prince & Felder, 2006, hlm. 132) belajar dengan

penemuan merupakan pendekatan yang berbasis pemeriksaan. Para siswa diberi

suatu pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau

pengamatan-pengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk

melengkapi tugas-tugas, menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan

temuannya, dan “menemukan” pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang

diinginkan di dalam proses.

Pada proses pembelajarannya, siswa menemukan konsep, prinsip dan

prosedur matematika melalui lembar kegiatan siswa (LKS). LKS yang digunakan

adalah LKS berbasis penemuan. Lembar kegiatan siswa berbasis penemuan

menuntut siswa untuk aktif dalam menyusun, memproses, mengorganisir suatu

data yang diberikan guru. Proses penemuan melalui LKS dalam pembelajaran

matematika akan memberikan pengalaman secara langsung dan pembelajaran

yang bermakna kepada siswa, karena dalam LKS menggunakan

pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang mengarahkan peserta didik menemukan konsep,

prinsip dan prosedur matematika.

Model pembelajaran penemuan terbimbing termasuk ke dalam model

pembelajaran berkelompok. Pembelajaran berkelompok dapat menurunkan

tingkat kecemasan matematis siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Dzulfikar (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

efektif untuk mengatasi kecemasan matematis siswa. Selain itu, Miller & Mitchell

(Rosmanita, 2014, hlm. 6) menyatakan bahwa untuk mengurangi kecemasan

matematika dan meningkatkan prestasi siswa, guru haruslah menciptakan

lingkungan belajar positif yang bebas dari ketegangan dan memungkinkan

timbulnya rasa malu. Salah satu model pembelajarannya yang dapat digunakan

(17)

6

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka peneliti merasa perlu

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing

(guided discovery learning) terhadap kemampuan koneksi matematis dan

kecemasan matematis siswa SMP kelas VII.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang dikaji dalam meneliti pengaruh pembelajaran Penemuan

Terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis dan kecemasan matematis

siswa SMP adalah:

1. Bagaimana pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

kemampuan koneksi matematis siswa?

2. Bagaimana pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kecemasan

matematis siswa?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam pengkajian materi maka

materi yang diambil dibatasi pada materi kelas VII semester satu yaitu Persamaan

dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Bahan ajar yang digunakan berbentuk

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dari silabus dan RPP kurikulum

2006 (KTSP).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

kemampuan koneksi matematis siswa.

2. Mengetahui pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kecemasan

(18)

7

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari pengkajian penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, dapat memperoleh pembelajaran yang menyenangkan, memiliki

kesempatan dalam mengeksplorasi kemampuan matematisnya, meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa

dalam matematika.

2. Bagi guru, menambah perbendaharaan model pembelajaran sehingga model

penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengajar

matematika agar lebih bermakna.

3. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan diri dan pembelajaran mengenai

model pembelajaran penemuan terbimbing sehingga dapat digunakan pada saat

mengajar kelak.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang

istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan yang

sedang dibicarakan, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah dalam

variabel penelitian ini.

1. Model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning)

adalah model pembelajaran yang melibatkan guru sebagai pembimbing atau

pemandu siswa dalam proses penemuan suatu konsep dimana siswa secara

aktif melakukan pengamatan-pengamatan untuk memecahkan suatu masalah

sesuai dengan arahan guru.

2. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan menjelaskan keterkaitan

antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah. Indikator kemampuan koneksi matematisnya sebagai

berikut:

a. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.

b. Memahami hubungan antar topik matematika.

c. Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan

sehari-hari.

(19)

8

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Mencari hubungan suatu prosedur dengan prosedur lain dan representasi

yang ekuivalen.

f. Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik

matematika dengan topik yang lain.

(Sumarmo, 2005, hlm. 7)

3. Kecemasan matematis adalah perasaan-perasaan cemas, tegang, dan takut

yang akan mengganggu siswa dalam proses pembelajaran matematika

sehingga siswa merasa dirinya tidak mampu dalam mempelajari matematika

(20)

17

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang dengan melibatkan

satu kelas. Kelas ini akan mendapatkan pembelajaran dengan model Penemuan

Terbimbing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pembelajaran Penemuan Terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis

siswa dan kecemasan matematis siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental

Designs dan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Group

Pretest-Posttest Designs. Pada penelitian ini hanya ada satu sampel, yaitu

kelompok eksperimen yang melakukan pembelajaran matematika dengan

menggunakan model Penemuan Terbimbing. Kelompok ini diberikan pretes dan

postes dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Secara sederhana One

Group Pretest-Posttest Designs dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Skor pretes.

X : Pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

O2 : Skor postes.

(Sugiyono, 2012, hlm. 111)

Desain sederhana tersebut menjelaskan bahwa kelas dikenakan pretes (O1)

untuk mengukur kemampuan koneksi matematis awal siswa, kemudian diberikan

treatment berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model

Penemuan Terbimbing. Setelah itu diberi postes (O2) dengan isntrumen yang

sama untuk mengukur kemampuan koneksi matematis akhir siswa. Instrumen

yang digunakan sebagai pretes dan postes dalam penelitian ini merupakan

instrumen untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang akan

(21)

18

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas : Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

2. Variabel terikat : Kemampuan koneksi dan kecemasan matematis

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 3

Lembang. Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2015 / 2016.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP tersebut

sebanyak satu kelas yaitu kelas VII-H. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono

teknik Purposive Sampling (2012, hlm. 124) adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Agar sampel bersifat representatif

maka dilakukan beberapa pertimbangan untuk menentukan kelas yang akan

dijadikan sampel diantaranya hasil nilai ulangan harian dan saran dari guru yang

bersangkutan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data serta informasi

yang lengkap mengenai hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pembelajaran dan

instrumen pengumpulan data yang disusun dalam bentuk tes kemampuan koneksi

matematis dan angket kecemasan matematis yang dijawab oleh siswasecara

tertulis.

1. Instrumen Penelitian

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari instrumen tes kemampuan koneksi matematis dan instrumen non-tes tentang

(22)

19

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Tes kemampuan koneksi matematis bertujuan untuk mengetahui

kemampuan koneksi matematis berdasarkan kemampuan kognisi siswa. Bentuk

dari instrumen tes ini adalah bentuk uraian. Tes bentuk uraian ini diberikan

kepada siswa agar peneliti dapat mengetahui proses pengerjaan soal oleh siswa

sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mampu menyelesaikan soal tes

kemampuan koneksi sesuai dengan indikator yang diukur. Tes kemampuan

koneksi matematis disusun berdasarkan indikator kemampuan koneksi matematis.

Tes kemampuan koneksi matematis ini terdiri dari pretes dan postes yang

diberikan pada kelompok eksperimen. Pretes dilakukan untuk mengukur

kemampuan koneksi matematis awal siswa sedangkan postes dilakukan setelah

pembelajaran untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis akhir siswa.

Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen akan diberikan terlebih

dahulu kepada dosen pembimbing, beberapa orang guru dan beberapa siswa di

sekolah tempat penelitian untuk dilihat validitas mukanya. Setelah mendapatkan

judgement dari dosen pembimbing, guru dan beberapa siswa, instrumen akan

diujicobakan agar alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas

baik. Untuk mendapatkan instrumen yang kualitasnya baik perlu diperhatikan

beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Alat evaluasi yang baik dapat ditinjau dari

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Aspek-aspek tersebut

dihitung dengan cara sebagai berikut:

1. Validitas

Suatu alat evaluasi disebut valid jika alat evaluasi tersebut dapat

mengevaluasi sesuatu yang seharusnya dievaluasi dengan tepat. Secara umum

dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi karakter X valid, jika yang

dievaluasi itu berkarakter X juga, dengan hasil yang mencerminkan keadaan

sebenarnya dari karakteristik itu (Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 135). Salah

satu cara mencari koefisien validitas dengan menggunakan rumus korelasi produk

moment menggunakan angka kasar yaitu:

rxy = ∑ ∑ ∑

(23)

20

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y.

n : Banyaknya subyek.

x : Skor siswa pada tiap butir soal.

y : Nilai hasil tes yang akan dicari koefisien validitasnya.

(Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 154)

Derajat validitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya,

1990, hlm. 147) dapat digunakan kriterium di bawah ini dengan nilai diartikan

sebagai koefisien validitas.

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Validitas Koefisien Validitas Interpretasi

0,80 < rxy < 1,00 Validitas sangat tinggi ( sangat baik)

0,60 < rxy < 0,80 Validitas tinggi (baik)

0,40 < rxy < 0,60 Validitas sedang (cukup)

0,20 < rxy < 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 < rxy < 0,20 Validitas sangat rendah

rxy < 0,00 Tidak Valid

Setelah diperoleh nilai koefisien validitas maka nilai koefisien validitas

tersebut harus diuji keberartiannya dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Validitas tiap butir soal tidak berarti.

H1 : Validitas tiap butir soal berarti.

dengan statistik uji (Sudjana, 2004, hlm. 380) adalah:

Kriteria pengujian (menggunakan taraf nyata  = 0,05):

H0 diterima jika :

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan software AnatesV4

diperoleh validitas butir soal instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

(24)

21

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Data Hasil Uji Validitas Butir Soal No.

Soal

Koefisien

Validitas Kriteria Signifikansi

1 0,64 Tinggi Signifikan

2 0,85 Sangat tinggi Sangat signifikan

3 0,81 Sangat tinggi Sangat signifikan

4 0,80 Tinggi Sangat signifikan

5 0,70 Tinggi Signifikan

6 0,74 Tinggi Sangat signifikan

Selanjutnya, nilai validitas yang diperoleh diuji keberartiannya dengan

mengambil taraf  = 0,05. Berikut ini merupakan hasil uji keberartian validitas

dari tiap butir soal.

Tabel 3.3

Data Hasil Uji Keberartian Butir Soal No.

Soal rxy thitung ttabel Interpretasi

1 0,64 4,71 2,03 Validitas butir soal berarti

2 0,85 9,13 2,03 Validitas butir soal berarti

3 0,81 7,81 2,03 Validitas butir soal berarti

4 0,80 7,54 2,03 Validitas butir soal berarti

5 0,70 5,54 2,03 Validitas butir soal berarti

(25)

22

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu

alat yang memberikan hasil yang tetap sama. Hasil pengukuran itu harus tetap

sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama

meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat

yang berbeda pula. Alat yang reliabilitasnya tinggi disebul alat ukur yang reliabel

(Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 167).

Penelitian ini menggunakan bentuk tes uraian, maka rumus yang

digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian adalah rumus Alpha

sebagai berikut:

(Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 194)

Sedangkan untuk menghitung variansnya digunakan rumus:

Keterangan:

x : skor yang diperoleh siswa.

n : banyak subyek (testi).

(Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 194)

Kriterium dari koefisien reliabilitas menurut J.P. Guilford (Suherman dan

(26)

23

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Validitas Interpretasi

r11 < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11 < 0,60 Derajat reliabilitas sedang

0,60 < r11 < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi

0,80 < r11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software AnatesV4

diperoleh hasil uji reliabilitas soal adalah 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa

derajat reliabilitas instrumen tergolong sangat tinggi. Artinya instrumen tes akan

mendapatkan hasil yang tetap sama (konsisten) meskipun dilakukan oleh orang,

waktu, dan tempat yang berbeda, tidak dipengaruhi oleh pelaku, situasi, dan

kondisi.

3. Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut

(atau testi yang menjawab salah). Dengan perkataan lain daya pembeda sebuah

butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi yang

pandai (berkemampuan tinggi-kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai

(kelompok rendah) (Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 199-200).

Daya Pembeda (DP) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

(27)

24

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

DP : Daya Pembeda

̅̅̅̅ : Rerata skor dari siswa-siswa kelompok atas untuk butir soal yang dicari daya pembedanya.

̅̅̅̅ : Rerata skor dari siswa-siswa kelompok bawah untuk butir soal yang dicari daya pembedanya.

: Skor Maksimal Ideal (bobot). (Suherman, 2003, hlm. 160)

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman dan Sukjaya,

1990, hlm. 202) yang banyak digunakan adalah:

Tabel 3.5

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Software AnatesV4

diperoleh daya pembeda dari soal instrumen tes seperti yang disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 3.6

Data Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal No. Soal Koefisien Daya

Pembeda Interpretasi

(28)

25

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Soal Koefisien Daya

Pembeda Interpretasi

2 0,45 Soal baik

3 0,74 Soal sangat baik

4 0,64 Soal baik

5 0,30 Soal cukup

6 0,43 Soal baik

4. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran dari soal adalah suatu parameter yang mengidentifikasi

sebuah soal dikatakan mudah atau sulit untuk disajikan kepada siswa (Suherman,

2003, hlm.169). Untuk menghitung indeks kesukaran soal bentuk uraian

digunakan rumus sebagai berikut:

̅

Keterangan:

IK : Indeks Kesukaran.

̅ : Rata-rata skor siswa.

: Skor Maksimal Ideal (bobot). (Suherman, 2003, hlm. 170)

Sedangkan kriterium indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman dan

Sukjaya, 1990, hlm. 213) sebagai berikut.

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran Koefisien Validitas Interpretasi

Soal terlalu sukar

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

(29)

26

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Software AnatesV4

diperoleh bahwa koefisien indeks kesukaran soal instrumen tes seperti yang

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal No.

Soal Koefisien Interpretasi

1 0,75 Soal mudah

Data rekapitulasi hasil uji instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan menggunakan software AnatesV4 yang meliputi validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran akan disajikan pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.9

Data Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen No.

Soal Reliabilitas Validitas

(30)

27

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No.

Soal Reliabilitas Validitas

Daya

Berdasarkan hasil pengolahan data uji validitas, reliabilitas, daya pembeda,

dan indeks kesukaran dari 6 butir soal instrumen tersebut maka seluruh instrumen

dapat digunakan dalam penelitian karena memenuhi syarat sebagai instrumen

penelitian.

b. Instrumen Non-tes

Instrumen non tes terdiri dari angket kecemasan matematis dan lembar

observasi.

1. Angket Kecemasan Matematis

Tes kecemasan matematis siswa ini berupa angket yang diberikan kepada

siswa untuk mengetahui tingkat kecemasan matematis siswa antara sebelum dan

sesudah mendapatkan pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing.

Instrumen non-tes untuk mengukur kecemasan matematis siswa dalam penelitian

ini adalah angket yang disusun berdasarkan indikator kecemasan matematis

menurut Anita (2014). Angket kecemasan matematis ini terdiri dari 51 butir

pernyataan. Sebelum digunakan, angket ini diujicobakan terlebih dahulu. Hasil uji

coba angket menyatakan bahwa terdapat 14 butir pernyataan yang tidak valid,

sehingga angket kecemasan matematis yang digunakan untuk penelitian terdiri

(31)

28

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengolahan angket ini menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono

(134, hlm. 2012), skala Likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi berisi acuan yang harus diisi oleh pengamat tentang

aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan model Penemuan

Terbimbing. Hal tersebut dibuat untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan rencana dan tujuan penelitian. Lembar observasi yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari lembar observasi untuk mengatamati aktivitas guru

dalam mengelola pembelajaran dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan

kegiatan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Menentukan topik permasalahan.

b. Membuat proposal.

c. Melakukan seminar proposal.

d. Membuat instrumen penelitian.

e. Mengurus perizinan ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

f. Menguji instrumen penelitian.

g. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

h. Membuat RPP, LKK, dan instrumen penelitian.

i. Mengkonsultasikan RPP, LKK, dan instrumen penelitian pada dosen

pembimbing.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah:

(32)

29

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Melaksanakan pretes.

c. Memberikan angket kecemasan matematis.

d. Melaksanakan pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing pada

kelas eksperimen.

e. Melaksanakan observasi.

f. Melaksanakan postes.

g. Memberikan angket kecemasan matematis.

3. Tahap Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengumpulkan data hasil tes tertulis, angket, dan lembar observasi.

b. Mengolah dan menganalisis data secara statistik.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Setelah penelitian dan analisis data selesai maka dilakukan penyusunan

laporan. Setelah penyusunan laporan, hasilnya diserahkan kepada pembimbing

untuk direvisi.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu

data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Data yang bersifat

kuantitatif adalah data hasil pretes dan postes siswa, sedangkan data yang bersifat

kualitatif adalah data hasil angket siswa. Adapun teknik pengolahan datanya

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Hasil Pretes dan Postes

Analisis hasil pretes dan postes ini terdiri dari nilai maksimum, nilai

minimum, jumlah siswa, dan rata-rata. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik

lainnya dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0. Langkah-langkah

(33)

30

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kelompok

sampel bertistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis yang digunakan pada

uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data skor tes kemampuan koneksi matematis berasal dari populasi yang

...berdistribusi normal.

H1 : Data skor tes kemampuan koneksi matematis berasal dari populasi yang

...berdistribusi tidak .normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi pengujiannya 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika signifikansi pengujiannya 0,05 maka H0 ditolak.

Uji Statistika Nonparametrik

Uji ini dilakukan apabila satu kelas penelitian tidak memenuhi asumsi

normalitas. Pengujiannya menggunakan uji Wilcoxon dengan perumusan hipotesis

yang digunakan sebagai berikut:

H0 .: Kemampuan koneksi matematis siswa sesudah diberi pembelajaran dengan

..model penemuan terbimbing tidak lebih tinggi daripada sebelum diberi

..pembelajaran dengan menggunakan model penemuan.terbimbing.

H1 : Kemampuan koneksi matematis siswa sesudah diberi pembelajaran dengan

.model penemuan terbimbing lebih tinggi daripada sebelum diberi

.pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Dengan kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data 0,05 maka H0 diterima.

(34)

31

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan Dua Rata-Rata dilakukan apabila satu kelas penelitian

memenuhi asumsi normalitas. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh pembelajaran model Penemuan Terbimbing terhadap kemampuan

koneksi matematis siswa atau tidak. Pengujiannya menggunakan uji-t dengan

perumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Penemuan Terbimbing

…terhadap kemampuan koneksi matematis siswa.

H1...:..Terdapat pengaruh model pembelajaran Penemuan Terbimbing terhadap

…kemampuan koneksi matematis siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kriteria pengujiannya

adalah sebagai berikut:

a. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data < 0,05 maka H0 ditolak.

b. Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size )

Menurut Olejnik dan Algina (dalam Santoso, 2010), effect size adalah

ukuran mengenai besarnya efek suatu variabel pada variabel lain, besarnya

perbedaan maupun hubungan yang bebas dari pengaruh besarnya sampel.

Menghitung effect size menggunakan rumus Cohen’s sebagai berikut:

̅̅̅ ̅̅̅

Dengan,

(Minium, E. dkk, 1993 dalam Rahmadiantri, 2014 )

Keterangan:

̅̅̅ : Rerata skor posttest

̅̅̅ : Rerata skor pretest : Effect size

(35)

32

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu : Simpangan baku posttest

: Koefisien korelasi

Hasil perhitungan effect size diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi menurut Cohen (dalam Rahmadiantri, 2014) yaitu:

Tabel 3.10 Klasifikasi Effect Size

Besarnya Effect Size Interpretasi

Besar

Sedang

Kecil

2. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif terdiri dari analisis data hasil angket dan analisis

hasil observasi.

a. Analisis Hasil Angket

Angket kecemasan matematis diberikan kepada siswa sebelum dan

sesudah memperoleh pembelajaran Penemuan Terbimbing. Data angket

digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran

penemuan terbimbing terhadap kecemasan matematis siswa atau tidak.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0.

Langkah-langkah dalam melakukan pengujian statistik adalah sebagai berikut:

1. Deskriptif Statistik

Terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap statistik deskriptif dari data

angket untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai tingkat kemandirian

belajar matematika siswa. Data angket diubah dari data ordinal menjadi data

interval menggunakan bantuan Methode of Successive Interval (MSI) pada

software Microsoft Excel 2013. Selanjutnya akan dilakukan uji statistik sebagai

(36)

33

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Normalitas

Uji dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kelompok sampel

bertistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji

normalitas adalah sebagai berikut:

H0 .: .Data angket kecemasan matematis berasal dari populasi yang berdistribusi

.normal.

H1 : .Data angket kecemasan matematis berasal dari pupulasi yang berdistribusi

tidak normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi pengujiannya 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika signifikansi pengujiannya 0,05 maka H0 ditolak.

Uji Statistika Nonparametrik

Uji ini dilakukan apabila satu kelas penelitian tidak memenuhi asumsi

normalitas. Pengujiannya menggunakan uji Wilcoxon dengan perumusan hipotesis

yang digunakan sebagai berikut:

H0 : ...Kecemasan matematis siswa sesudah diberi pembelajaran dengan model

penemuan terbimbing tidak lebih rendah daripada sebelum diberi

pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing

H1 : ...Kecemasan matematis siswa sesudah diberi pembelajaran dengan model

penemuan terbimbing lebih rendah daripada sebelum diberi pembelajaran

dengan menggunakan model penemuan terbimbing

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Dengan kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data < 0,05 maka H0 ditolak.

Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan Dua Rata-Rata dilakukan apabila satu kelas penelitian

memenuhi asumsi normalitas. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

(37)

34

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematis siswa atau tidak. Pengujiannya menggunakan uji-t dengan perumusan

hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Penemuan Terbimbing

….terhadap kecemasan matematis siswa.

H1...:...Terdapat pengaruh model pembelajaran Penemuan Terbimbing terhadap

….kecemasan matematis siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kriteria pengujiannya

adalah sebagai berikut:

a. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) pengujian data < 0,05 maka H0 ditolak.

2. Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size )

Menurut Olejnik dan Algina (dalam Santoso, 2010), effect size adalah

ukuran mengenai besarnya efek suatu variabel pada variabel lain, besarnya

perbedaan maupun hubungan yang bebas dari pengaruh besarnya sampel.

Menghitung effect size menggunakan rumus Cohen’s sebagai berikut:

̅̅̅ ̅̅̅

Dengan,

(Minium, E. dkk, 1993 dalam Rahmadiantri, 2014 )

Keterangan:

̅̅̅ : Rerata skor posttest

̅̅̅ : Rerata skor pretest : Effect size

: Simpangan baku pretest

: Simpangan baku posttest

: Koefisien korelasi

Hasil perhitungan effect size diinterpretasikan dengan menggunakan

(38)

35

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.11 Klasifikasi Effect Size

Besarnya Effect Size Interpretasi

Besar

Sedang

Kecil

b. Analisis Hasil Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengetahui apakah tahap-tahap

pembelajaran sudah sesuai dengan model Penemuan Terbimbing atau tidak.

Analisis data hasil observasi dilakukan dengan cara mnyimpulkan hasil

pengamatan observer selama proses pembelajaran. Dalam lembar observasi terdiri

(39)

51

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pengaruh

pembelajaran dengan model penemuan terbimbing terhadap kemampuan koneksi

matematis dan kecemasan matematis siswa kelas VII diperoleh kesimpulan

sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa sesudah duberi

pembelajaran dengan model penemuan terbimbing lebih tinggi daripada

sebelum diberi pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Sehingga

model pembelajaran penemuan terbimbing berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan koneksi matematis siswa.

2. Kecemasan matematis siswa sesudah diberi pembelajaran dengan model

penemuan terbimbing lebih rendah daripada sebelum diberi pembelajaran

dengan model penemuan terbimbing. Sehingga model penemuan terbimbing

berpengaruh terhadap penurunan kecemasan matematis siswa.

B.Saran

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran dengan model

penemuan terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis dan kecemasan

matematis siswa kelas VII yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang diberikan

oleh peneliti antara lain sebagai berikut.

1. Saran Praktis

a. Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat dipilih sebagai alternatif

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan

menurunkan kecemasan matematis siswa.

b. Tahap persiapan dan pelaksanaan model pembelajaran penemuan

terbimbing memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga alokasi waktu

untuk setiap tahapan harus benar-benar direncanakan dan dikelola dengan

(40)

51

Johnrival P. S.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS D AN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Saran Teoritis

a. Bagi peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian seperti

ini, disarakankan untuk melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu agar

memperkuat latar belakang masalah pada penelitian yang dilakukan.

b. Aspek kognitif yang diukur dalam penelitian ini hanya kemampuan koneksi

matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan

terbimbing. Bagi peneliti selanjutnya disarankan meneliti kemampuan

matematis lainnya yang dapat ditingkatkan melalui penerapan model

pembelajaran penemuan terbimbing seperti kemampuan pemecahan

masalah matematis.

c. Aspek psikologi yang diukur dalam penelitian ini hanya kecemasan

matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan

terbimbing. Bagi peneliti selanjutnya disarankan meneliti aspek psikologi

lainnya yang dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran

penemuan terbimbing seperti kemandirian belajar dan rasa percaya diri

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Data Hasil Uji Validitas Butir Soal
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kategori KAM sedang dan rendah, pencapaian koneksi matematis siswa yang mendapat pembelajaran penemuan lebih baik daripada siswa yang mendapat

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menelaah: (1) perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang memperoleh

Hasil penelitian adalahl peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang

Tesis yang berjudul "Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis dan Motivasi Belajar Siswa SMP" merupakan salah satu syarat untuk

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya LKS yang menyajikan kegiatan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing untuk menopang kemampuan komunikasi

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya LKS yang menyajikan kegiatan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing untuk menopang kemampuan komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing dengan tutor sebaya lebih tinggi secara