• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp) SKRIPSI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA

(Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri NIM : 158114015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA

(Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri NIM : 158114015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

STANDARISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA

(Pyrossia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea SP)

Skripsi yang diajukan oleh:

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri NIM : 158114015

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

Dr. apt. Erna Tri Wulandari tanggal 12 Juli 2021

(4)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA

(Pyrossia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp)

Oleh:

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri NIM : 158114015

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 29 Juli 2021

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartini

Panitia Penguji: Tanda Tangan

1. Dr. apt. Erna Tri Wulandari Penguji 1 ...

2. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc Penguji 2 ...

3. Dr. apt. Dewi Setyaningsih Penguji 3 ...

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 1 September 2021 Penulis

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Karolla Leonarda Maria Mursita Putri Nomor Mahasiswa : 158114015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G. Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 1 September 2021 Yang menyatakan

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri

(7)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus atas berkat, kasih, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“STANDARDISASI EKSTRAK DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price) POHON INANG KOPI (Coffea sp)”. Penyusunan skripsi ini untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses ini tidak luput dari bimbingan, dukungan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Orang tua dan kedua kakak terkasih, yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan dengan penuh kesabaran secara moril maupun materiil.

2. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, arahan, dan dukungan selama masa perkuliahan.

3. Ibu Dr. apt. Christine Patramurti, selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Dr. apt. Erna Tri Wulandari, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing, mengarahkan dan mendukung selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi dan dosen penguji, yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk penelitian ini, serta atas bimbingan, arahan, dan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Dr. apt. Dewi Setyaningsih, selaku dosen penguji atas bimbingan, arahan, dan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bimbingan, arahan, dukungan serta ilmu yang telah dibagikan selama masa perkuliahan.

(8)

vii

8. Bapak Yohanes Wagiran, Bapak Agung Sinto Nugroho, serta seluruh laboran di Laboratorium Universitas Sanata Dharma yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan selama proses penelitian berlangsung.

9. Nendi Cresti, teman seperjuangan di tim skripsi sisik naga atas dukungannya selama ini.

10. Teman-teman FSM A 2015 yang telah berdinamika, selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat, serta kebersamaan selama proses perkuliahan hingga penyelesaian naskah skripsi ini.

11. Ibu kos dan keluarga, Anastasia Peni Hera, Eunike Meilani, Mia Aprilia, serta teman-teman di kos Pelangi atas doa, dukungan, dan semangat kepada penulis.

12. Carissa, Tia, Nadya, teman-teman organis St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta atas doa, dukungan, dan semangat yang telah diberikan secara langsung maupun tidak langsung.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas doa, semangat dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar dapat memberikan karya yang lebih baik lagi. Penulis ucapkan terima kasih, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam perkembangan di bidang farmasi.

Yogyakarta, 1 September 2021

Karolla Leonarda Maria Mursita Putri

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

Alat dan Bahan Penelitian ... 2

Determinasi Tumbuhan Sisik Naga ... 2

Pengumpulan Daun Sisik Naga ... 3

Pembuatan Simplisia Daun Sisik Naga ... 3

Pembuatan Ekstrak Daun Sisik Naga ... 3

Standardisasi ... 4

a. Parameter Spesifik ... 4

b. Parameter Non-spesifik ... 5

Uji Kandungan Flavonoid ... 7

Analisa Data ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Pengumpulan Bahan... 8

Hasil Determinasi Tumbuhan Sisik Naga ... 8

Hasil Pembuatan Simplisia Daun Sisik Naga ... 8

Hasil Ekstraksi Daun Sisik Naga ... 9

(10)

ix

Hasil Standardisasi ... 11

a. Parameter Spesifik ... 11

b. Parameter Non-spesifik ... 14

Uji Kandungan Flavonoid ... 17

KESIMPULAN ... 20

SARAN ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 23

BIOGRAFI PENULIS ... 48

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus... 9

Tabel II. Persen Rendemen Ekstrak ... 11

Tabel III. Persen Kadar Sari Larut Air ... 13

Tabel IV. Persen Kadar Sari Larut Etanol ... 13

Tabel V. Persen Kadar Abu Total ... 16

Tabel VI. Persen Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 16

Tabel VII. Nilai Rf Sampel dan Standar Rutin ... 19

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ekstrak Cair (A) dan Ekstrak Kental (B) Metanol Daun Sisik Naga .. 11

Gambar 2. Hasil elusi KLT ekstrak metanol dengan standar rutin ... 18

Gambar 3. Tumbuhan sisik naga pohon inang kopi ... 45

Gambar 4. Serbuk simplisia daun sisik naga ... 45

Gambar 5. Hasil penetapan kadar sari larut air (a) dan larut etanol (b) ... 46

Gambar 6. Hasil susut pengeringan ekstrak ... 46

Gambar 7. Hasil penetapan kadar abu total (a) dan tidak larut asam (b) ... 46

Gambar 8. Proses elusi kandungan flavonoid ... 47

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Determinasi ... 24

Lampiran 2. Penimbangan Serbuk Daun Sisik Naga Pohon Inang Kopi ... 27

Lampiran 3. Volume Maserasi ... 27

Lampiran 4. Bobot Tetap dan Persen Rendemen ... 28

Lampiran 5. Penetapan kadar sari larut air... 29

Lampiran 6. Penetapan kadar sari larut etanol ... 31

Lampiran 7. Penetapan Susut Pengeringan ... 33

Lampiran 8. Bobot Jenis ... 34

Lampiran 9. Penetapan kadar air ... 35

Lampiran 10. Penetapan kadar abu total ... 37

Lampiran 11. Penetapan kadar abu tidak larut asam... 39

Lampiran 12. Data Penimbangan Bahan ... 41

Lampiran 13. Perhitungan nilai Rf ... 43

Lampiran 14. Foto bahan dan hasil penelitian ... 45

(14)

xiii ABSTRAK

Obat tradisional digunakan oleh masyarakat secara turun-temurun dan masih dimanfaatkan. Sisik naga (Pyrossia piloselloides (L) M.G Price) diketahui memiliki khasiat sebagai antikanker, sehingga perlu dilakukan standardisasi.

Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental dengan melakukan standardisasi sesuai prosedur yang tercantum dalam Materia Medika Indonesia.

Ekstraksi sisik naga dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Kemudian dilanjutkan standardisasi yang meliputi uji identitas, organoleptik, penetapan kadar sari larut air dan larut etanol, penetapan kadar abu total dan abu tidak larut asam, susut pengeringan, bobot jenis, serta kadar air.

Kandungan flavonoid ekstrak diidentifikasi menggunakan metode KLT. Hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif yaitu uji identitas, organoleptik, susut pengeringan, bobot jenis, dan kadar air. Hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif komparatif yaitu kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam.

Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun sisik naga mengandung flavonoid (rutin). Hasil standardisasi ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi yaitu memiliki konsistensi kental, berwarna coklat, bau khas;

memiliki susut pengeringan 27,5599%, bobot jenis 0,78988 gram/mL, kadar sari larut air 67,0561%, kadar sari larut etanol 35,4152 %, kadar abu total 5,0104 %, kadar abu tidak larut asam 2,0270%. Hasil standardisasi simplisia yaitu berbentuk serbuk, warna kecoklatan, agak anyir, rasa kelat cepat hilang; kadar sari larut air 23,1549%, kadar sari larut etanol 7,1860%, kadar air 7,9960%, kadar abu total 7,8879%, kadar abu tidak larut asam 1,2724%. Hasil standardisasi ekstrak sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia, namun hasil standardisasi simplisia pada kadar sari larut air belum sesuai.

Kata kunci: Pyrrosia piloselloides, standardisasi ekstrak, ekstrak metanol daun sisik naga, rutin

(15)

xiv ABSTRACT

Traditional medicines has been used by society for generations and still used today. Dragon’s scales (Pyrossia piloselloides (L) M.G Price) are known to have medicinal values as anticancer, so standardization is necessary. This is a non- experimental research by standardizing simplicia and extract according to the procedures in the Materia Medika Indonesia. This extraction was carried out by maceration using methanol. Then proceed standardization includes identity test, organoleptic, determination of water and ethanol soluble extract content, determination of total ash and acid insoluble ash content, drying losses test, specific gravity, and water content. The flavonoid content was identified using TLC method.

Results of identity test, organoleptic, drying loss, specific gravity, and water content were analyzed descriptively. The results of water soluble extract content, ethanol soluble extract content, total ash and acid insoluble ash content were analyzed descriptive comparatively.

The results showed that methanol extract of dragon’s scales leaf contains flavonoid (rutin). The result of extract standardization are thick, brown, distinctive odor; has drying losses 27,5599%, specific gravity 0,78988 grams/mL, water soluble extract content 67,0561%, ethanol soluble extract content 35,4152%, total ash content 5,0104%, acid insoluble ash content 2,0270%. The results of simplicia standardization are powder, brownish, slightly rancid, chelate taste disappears quickly; water soluble extract content 23,1549%, ethanol soluble extract content 7,1860%, water content 7,9960%, total ash content 7,8879%, acid insoluble ash content 1,2724%. The results of this extract standardization are in accordance with Materia Medika Indonesia, but the results of simplicia standardization in determining water soluble extract are not appropriate.

Kata kunci: Pyrrosia piloselloides, extract standardization, methanol extract of dragon scales leaf on coffee host tree, rutin

(16)

1 PENDAHULUAN

Obat tradisional sudah digunakan oleh masyarakat secara turun-temurun dan sampai sekarang masih dimanfaatkan. Di Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan, namun hanya sekitar 7.500 jenis yang diketahui dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Agusta, 2015). Salah satu tumbuhan yang diketahui memiliki khasiat obat yaitu tumbuhan sisik naga (Pyrossia piloselloides (L) M.G Price) sebagai obat batuk, obat kulit, dan obat pencahar (laksan) (DepKes RI, 1989).

Menurut Oktavia et al. (2017), masyarakat menggunakan tumbuhan sisik naga sebagai obat kanker payudara. Tumbuhan sisik naga berpotensi sebagai antikanker karena adanya aktivitas antioksidan (Wulandari et al., 2013). Aktivitas antioksidan ini dapat terjadi dikarenakan oleh kandungan kimia yang terkandung dalam daun sisik naga, terutama pada pohon inang kopi (Saputra, 2016). Salah satu kandungan kimia tersebut yaitu flavonoid (rutin). Tumbuhan sisik naga pada penelitian ini diambil dari inang pohon kopi karena di dalam kopi terdapat senyawa yang dapat berperan sebagai antioksidan (Jeszka-Skowron et al., 2015).

Flavonoid yang terdapat pada tumbuhan dalam bentuk terikat pada gula sebagai glikosida. Untuk menganalisis flavonoid, sebaiknya ekstrak tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu untuk memecah ikatan gula dengan aglikon flavonoid (Harbone, 1998). Menurut Ferreira (2012), aglikon yang lebih polar atau glikosida flavonoid diekstraksi menggunakan etanol atau campuran air-alkohol. Ekstraksi pada penelitian ini menggunakan pelarut metanol, karena ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi adalah ekstrak metanol (Saputra, 2016).

Sebagai obat tradisional, tumbuhan sisik naga perlu distandardisasi untuk menjamin keamanan, mutu, serta kemurniannya. Standardisasi obat herbal adalah proses karakteristik, nilai kualitatif dan kuantitatif yang menjamin mutu, khasiat, keamanan, dan kemurnian bahan obat. Standardisasi merupakan alat dalam proses pengendalian mutu (Kumari et al., 2016). Pada proses standardisasi dilakukan identifikasi dan beberapa pengukuran sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia.

Hasil pengukuran parameter tersebut kemudian disesuaikan dengan Materia Medika Indonesia, karena monografi mengenai daun sisik naga belum tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia.

(17)

2

Parameter yang tercantum dalam Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989, yaitu uji organoleptik, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan bahan organik asing. Dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi Kedua tahun 2017, parameter yang tercantum yaitu uji organoleptik, senyawa identitas, susut pengeringan, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar flavonoid total. Parameter yang dilakukan pada penelitian ini meliputi parameter spesifik, parameter non-spesifik, serta uji kandungan kimia ekstrak. Parameter spesifik meliputi identitas, organoleptik, kadar senyawa yang terlarut dalam air dan kadar senyawa yang larut dalam etanol. Parameter non-spesifik meliputi susut pengeringan dan bobot jenis, kadar air, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Uji kandungan kimia untuk melihat gambaran komposisi kandungan flavonoid menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu timbangan analitik (Mettler Toledo), pipet ukur (Pyrex), gelas beaker (Pyrex), labu takar (Pyrex), labu erlenmeyer (Pyrex), oven (Memmert), alat pembuat serbuk, vacuum rotary evaporator (Buchi), peralatan destilasi, furnace, peralatan kromatografi lapis tipis, shaker (Optima), kertas saring bebas abu, cawan porselen, piknometer, sendok, batang pengaduk, botol timbang bertutup.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu daun sisik naga yang menempel pada pohon kopi (Coffea sp), metanol teknis, metanol pro analisis, n- butanol, asam asetat, AlCl3, rutin, aquadest, toluen, air jenuh kloroform, asam klorida encer, etanol pro analisis.

Determinasi Tumbuhan Sisik Naga

Determinasi tumbuhan sisik naga dilakukan oleh determinator di Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta menggunakan bahan seluruh tumbuhan sisik naga.

(18)

3 Pengumpulan Daun Sisik Naga

Daun sisik naga diambil dari perkebunan kopi di daerah Salatiga, Jawa Tengah. Tumbuhan ini diambil pada pagi hari dan dipilih dengan kriteria daun tidak busuk, jenis tropofil, tidak ada spora, bentuk bulat memanjang, ujung membundar, bertepi rata, dan berdaging tebal.

Pembuatan Simplisia Daun Sisik Naga

Setelah daun sisik naga dikumpulkan, dilanjutkan dengan sortasi basah untuk memisahkan kotoran atau bahan asing seperti tanah. Lalu daun dicuci menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel seperti debu. Setelah dicuci, lalu ditiriskan untuk menghilangkan air yang masih menempel dan dikeringkan.

Daun sisik naga dikeringkan dengan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40oC. Daun sisik naga dikatakan kering jika daun dapat hancur ketika diremas dengan tangan. Lalu dilakukan sortasi kering untuk memisahkan bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotor yang masih tertinggal pada simplisia kering. Daun sisik naga yang telah kering kemudian dibuat serbuknya dengan menggunakan blender, lalu diayak menggunakan ayakan nomor 40 mesh.

Pembuatan Ekstrak Daun Sisik Naga

Serbuk kering daun sisik naga yang diperoleh ditimbang 50 gram, lalu dimaserasi menggunakan 150 mL pelarut metanol selama 1x24 jam. Maserasi dilakukan secara berulang dengan pelarut yang sama hingga filtrat yang diperoleh jernih. Hasil maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu kurang lebih 50oC sehingga diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrak dipekatkan hingga bobot tetap, kemudian dihitung rendemennya.

%𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔) × 100%

(KemenKes RI, 2017).

(19)

4 Standardisasi

Standardisasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia (KemenKes RI, 2017) dan Utami et al. (2017).

a. Parameter Spesifik Identitas

Dilakukan dengan studi literatur meliputi deskripsi tata nama ekstrak dan senyawa identitas ekstrak.

Organoleptik

Dilakukan dengan menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.

Kadar sari larut air

Serbuk simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga ditimbang kurang lebih 1 gram, lalu dimasukkan ke dalam labu bersumbat. Kemudian ditambahkan 20 mL air jenuh kloroform, dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, lalu dibiarkan selama 18 jam. Hasil penyarian disaring dan 4 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105oC dan ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam % sari larut air.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)×20

4 × 100%

Keterangan :

20

4 = 1 gram serbuk dan ekstrak daun sisik naga dilarutkan dalam 20 mL air jenuh kloroform, diambil 4 mL untuk penetapan kadar sari larut air.

Kadar sari larut etanol

Serbuk simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga ditimbang kurang lebih 1 gram, dimasukkan ke dalam labu bersumbat, lalu ditambahkan 20 mL etanol 95% P. Kemudian dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Untuk menghindari penguapan etanol, disaring dengan cepat. Lalu 4 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan

(20)

5

105oC dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam % sari larut etanol.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)×20

4 × 100%

Keterangan :

20

4 = 1 gram serbuk dan ekstrak daun sisik naga dilarutkan dalam 20 mL etanol 95%

P, diambil 4 mL untuk penetapan kadar sari larut etanol.

b. Parameter Non-spesifik Susut pengeringan

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal tertutup, yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga membentuk lapisan setebal 5-10 mm. Lalu dimasukkan ke dalam oven, dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kemudian didinginkan dalam eksikator.

𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 × 100%

Bobot jenis

Bobot jenis ekstrak ditentukan terhadap hasil pengenceran ekstrak 5%

dalam pelarut. Pengukuran menggunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25oC. Suhu ekstrak cair diatur hingga 20oC, lalu dimasukkan ke dalam piknometer. Piknometer yang sudah diisi kemudian diatur suhunya hingga 25oC, buang kelebihan ekstrak cair dan ditimbang. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25oC.

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟

(21)

6 Kadar air

Ditimbang serbuk simplisia dan ekstrak metanol sebanyak 1 gram (kira- kira mengandung 1-4 mL air) dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Kemudian ditambahkan 200 mL toluen jenuh air ke dalam labu, dipasang pada rangkaian alat.

Toluen dimasukkan ke dalam tabung penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung. Labu dipanaskan selama 15 menit dengan hati-hati. Setelah toluen mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan 2 tetes/detik, hingga sebagian besar air tersuling, lalu kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes/detik. Setelah semua air tersuling, tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang. Volume air dibaca setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % v/b.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ (𝑚𝐿)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑔)× 100%

Kadar abu total

Serbuk simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga ditimbang sebanyak 1 gram, lalu dimasukkan ke dalam krus silikat yang sebelumnya sudah dipijarkan dan ditimbang. Krus dipijarkan secara perlahan hingga arang habis. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Jika arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas abu.

Kertas saring dan sisa penyaringan dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap bahan uji, dinyatakan dalam % b/b.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 (𝑔)× 100%

Kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 12,5 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Lalu dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan dalam krus dan ditimbang hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 (𝑔)× 100%

(22)

7 Uji Kandungan Flavonoid

Ekstrak metanol daun sisik naga yang digunakan untuk identifikasi kandungan flavonoid secara KLT dibuat dengan melarutkan 150 mg ekstrak metanol daun sisik naga dalam 10 mL metanol, dan diperoleh konsentrasi ekstak metanol 15000 g/mL. Standar rutin (konsentrasi 10000 g/mL) yang digunakan sebagai pembanding dibuat dengan melarutkan 250 mg standar rutin dalam 25 mL metanol. Pada lempeng KLT diberi tanda jarak rambat dan tempat penotolan.

Ekstrak ditotolkan pada fase diam silika 60 GF254 dengan menggunakan mikrohematokrit sebanyak 25 totolan, dan standar rutin ditotolkan sebanyak 15 totolan. Jarak totolan 1,5 cm dari tepi bawah lempeng, dan jarak antara totolan ekstrak metanol sisik naga dan standar rutin yaitu 2,4 cm; kemudian totolan dibiarkan mengering. Lalu lempeng dimasukkan ke dalam bejana yang berisi fase gerak. Fase gerak yang digunakan yaitu n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v).

Bejana ditutup dan fase gerak dibiarkan merambat hingga batas jarak rambat. Kemudian lempeng dikeluarkan dan dikeringkan. Bercak yang muncul diamati dengan sinar UV 254 dan 366 nm. Bercak disemprot menggunakan pereaksi semprot AlCl3. Kemudian bercak dibandingkan dengan standar, dicatat dan dihitung nilai Rf bercak tersebut menggunakan rumus:

𝑅𝑓 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

(KemenKes RI, 2017).

Analisa Data

Hasil yang diperoleh dari standardisasi ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi dianalisis dengan metode deskriptif dan deskriptif komparatif.

Analisis dilakukan dengan memaparkan hasil pengukuran yang diperoleh dari penelitian. Hasil yang akan dipaparkan secara deskriptif yaitu hasil pengujian identitas, organoleptik, susut pengeringan, bobot jenis, hasil uji kandungan flavonoid. Untuk nilai pengukuran kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol, serta kadar air dipaparkan secara

(23)

8

deskriptif komparatif dengan membandingkan hasil penelitian tersebut dengan nilai standar yang tercantum dalam Materia Media Indonesia Jilid V tahun 1989.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Bahan

Tumbuhan sisik naga diambil dari perkebunan kopi di daerah Salatiga, Jawa Tengah pada bulan Desember 2020. Tumbuhan ini diambil pada pagi hari karena aktivitas fisiologis tumbuhan masih rendah. Kriteria daun yang dipilih yaitu tidak busuk, jenis tropofil, tidak ada spora, bentuk bulat memanjang, ujung membundar, bertepi rata, dan berdaging tebal. Menurut Purnawati (2014), daun sisik naga memiliki 2 jenis, yaitu jenis tropofil dan sporofil. Daun jenis sporofil memiliki sporangium, dan sporangium tersebut terdapat pada daun fertil. Daun fertil pada tumbuhan digunakan untuk berkembang biak, sedangkan jenis tropofil digunakan untuk fotosintesis sehingga kandungan senyawa yang dimiliki cenderung lebih banyak.

Hasil Determinasi Tumbuhan Sisik Naga

Determinasi perlu dilakukan untuk memastikan tumbuhan yang digunakan adalah daun sisik naga. Determinasi tumbuhan sisik naga dilakukan di Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tumbuhan sisik naga dideterminasi oleh Yohanes Dwiatmaka, M.Si dengan mengacu pada Missouri Botanical Garden. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian benar-benar daun sisik naga pohon inang kopi dengan nama latin Pyrrosia piloselloides (L) M.G. Price (Lampiran 1).

Hasil Pembuatan Simplisia Daun Sisik Naga

Tumbuhan sisik naga yang sudah terkumpul kemudian disortasi basah dan dicuci menggunakan air mengalir. Pencucian ini untuk memisahkan daun dari kotoran yang melekat seperti debu dan tanah. Setelah dicuci, lalu ditiriskan untuk menghilangkan air yang masih menempel. Lalu sisik naga dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40oC selama 14 hari. Pengeringan ini

(24)

9

dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada simplisia, serta meminimalisir tumbuhnya jamur agar daun sisik naga dapat disimpan lebih lama.

Daun sisik naga dikatakan kering jika daun dapat hancur ketika diremas dengan tangan.

Daun sisik naga yang sudah kering kemudian disortasi kering untuk memisahkan pengotor yang masih tertinggal. Simplisia lalu diserbuk menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan ayakan nomor 40 mesh. Berdasarkan KemenKes RI (2017), kehalusan simplisia yang diperoleh yaitu serbuk simplisia agak kasar. Klasifikasi kehalusan serbuk simplisia tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel I. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus

(KemenKes RI, 2017) Simplisia diserbuk agar simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari lebih optimal ketika proses penyarian. Serbuk yang diperoleh tidak terlalu halus untuk meminimalisir terbentuknya suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil penyarian, sehingga hasil penyarian yang diperoleh tidak tercampur dengan partikel halus lainnya. Pada penelitian ini diperoleh 177,6928 gram serbuk simplisia.

Hasil Ekstraksi Daun Sisik Naga

Serbuk yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi adalah proses ekstraksi yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur kamar (Depkes RI, 2000). Metode maserasi dianggap cukup sederhana dan mudah dilakukan, tidak memerlukan pemanasan karena senyawa yang terkandung dapat rusak atau terjadi perubahan senyawa bila menggunakan pemanasan. Ekstraksi yang dilakukan

Nomor Pengayak Ukuran (m) Untuk mendapat derajat kehalusan

8 2360 Serbuk sangat kasar

20 850 Serbuk kasar

40 425 Serbuk agak kasar

60 250 Serbuk halus

80 180 Serbuk sangat halus

(25)

10

menggunakan pelarut polar, yaitu metanol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2016), pelarut metanol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari dua pelarut lainnya (diklorometana dan etil asetat) pada tumbuhan sisik naga pohon inang kopi.

Dalam Farmakope Herbal Indonesia tahun 2017, pelarut yang umum digunakan yaitu etanol dan air. Berdasarkan Surat Edaran BPOM No. HK.

04.02.42.421.12.17.1673 tahun 2017, pelarut selain etanol dan air boleh digunakan dalam pembuatan ekstrak dan/atau fraksi. Namun dalam penggunaannya harus melampirkan pengujian sisa pelarut yang digunakan. Nilai residu yang diperbolehkan pada pelarut metanol yaitu 30,0 mg/kg dengan batas kadar 3000 ppm.

Serbuk kering daun sisik naga ditimbang kurang lebih 50 gram, lalu dimaserasi menggunakan 150 mL pelarut metanol selama 1x24 jam. Maserasi dilakukan secara berulang dengan pelarut yang sama hingga filtrat yang diperoleh jernih. Hasil maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan pengaturan alat sebagai berikut.

1. Pelarut : Metanol

2. Suhu waterbath : 60oC 3. Titik didih : 40oC 4. Tekanan vacuum : 337 mbar 5. Pendinginan H2O maksimal : 20oC

Pengaturan ini disesuaikan dengan Petunjuk Manual Vacuum Rotary Evaporator untuk pelarut metanol (Anonim, 2021). Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh yaitu sebagai berikut.

(26)

11

Tabel II. Persen Rendemen Ekstrak

Gambar hasil ekstrak cair dan ekstrak kental metanol daun sisik naga pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 1. Ekstrak Cair (A) dan Ekstrak Kental (B) Metanol Daun Sisik Naga

Hasil Standardisasi

a. Parameter Spesifik Identitas

Uji identitas bertujuan untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas. Prinsipnya adalah melakukan deskripsi tata nama (ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, nama Indonesia tumbuhan) dan senyawa identitas ekstrak yang digunakan (Depkes RI, 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2016), ekstrak metanol daun sisik naga mengandung flavonoid, yaitu rutin.

1. Deskripsi tata nama

a. Nama simplisia : Simplisia daun sisik naga (Pyrrosia piloselloides folii simplicia)

b. Nama ekstrak : Ekstrak kental daun sisik naga Replikasi Rendemen

Replikasi 1 9,2894% b/b

Replikasi 2 8,6286% b/b

Replikasi 3 8,0064% b/b

Rata-rata 8,6415% b/b

SD 0,6416

(27)

12

(extractum Pyrrosia piloselloides folii densissima)

c. Nama latin tumbuhan : Pyrrosia piloselloides (L.) M. G.

Price d. Bagian tumbuhan yang digunakan : daun

e. Nama Indonesia tumbuhan : sisik naga, pakis duwitan (Jawa), sakat ribu-ribu (pesisir Sumatra) 2. Senyawa identitas ekstrak : Rutin

Uji Organoleptik

Uji organoleptik menggunakan pancaindera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuannya untuk pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin (Depkes RI, 2000). Hasil uji organoleptik simplisia daun sisik naga berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan, bau agak anyir, rasa agak kelat cepat hilang. Ekstrak metanol daun sisik naga memiliki konsistensi kental, berwarna coklat, bau khas. Dari hasil uji organoleptik yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989, dan hasilnya sesuai dengan yang telah ditetapkan yaitu bau lemah, agak anyir; rasa mula-mula agak asin, lama-lama agak kelat yang cepat hilang.

Penetapan kadar sari larut air

Penetapan kadar sari larut air bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa dalam simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga yang larut dalam air. Pada penetapan kadar sari larut air digunakan air jenuh kloroform untuk menghindari pembusukan simplisia dan ekstrak selama penyarian. Hasil yang diperoleh sebagai berikut.

(28)

13

Tabel III. Persen Kadar Sari Larut Air

Berdasarkan Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989, kadar sari larut air yang diperbolehkan yaitu tidak kurang dari 25,5%. Hasil pada ekstrak metanol sudah sesuai dengan acuan tersebut, yang artinya senyawa yang terkandung pada ekstrak metanol daun sisik naga dapat larut dalam air. Namun hasil pada simplisia daun sisik naga belum sesuai karena ada kemungkinan senyawa yang terkandung pada simplisia sifatnya cenderung non-polar atau semi polar. Selain itu ada kemungkinan kondisi simplisia terpengaruh oleh lokasi tumbuhan, waktu pemanenan, umur tumbuhan, dan/atau penyimpanan bahan sehingga kandungan senyawa pada simplisia daun sisik naga pohon inang kopi yang dapat larut dalam air belum mencapai nilai standar (DepKes RI, 2000).

Penetapan kadar sari larut etanol

Penetapan kadar sari larut etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa dalam simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga yang larut dalam pelarut etanol. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel IV. Persen Kadar Sari Larut Etanol

Replikasi Serbuk Simplisia Ekstrak Metanol Replikasi 1 23,5336% b/b 63,3796% b/b

Replikasi 2 22,9529% b/b 70,4916% b/b

Replikasi 3 22,9784% b/b 67,2972% b/b

Rata-rata 23,1550% b/b 67,0561% b/b

SD 0,3282 3,5621

Replikasi Serbuk Simplisia Ekstrak Metanol Replikasi 1 7,2919% b/b 31,6196% b/b

Replikasi 2 7,2711% b/b 31,3543% b/b

Replikasi 3 6,9951% b/b 43,2718% b/b

Rata-rata 7,1860% b/b 35,4152% b/b

SD 0,1657 6,8053

(29)

14

Hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989, yaitu tidak kurang dari 6%. Hasil ini dapat diartikan bahwa simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi mengandung senyawa yang dapat larut dalam etanol, meskipun kadar sari yang larut dalam etanol tidak sebanyak kadar sari yang dapat larut dalam air. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa air memiliki polaritas yang lebih tinggi dari etanol sehingga senyawa yang tersari lebih banyak.

b. Parameter Non-spesifik Susut pengeringan

Susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

Pengukuran susut pengeringan berdasarkan sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, dan dinyatakan sebagai nilai persen (Depkes RI, 2000). Kemungkinan senyawa yang hilang pada proses ini yaitu air, minyak atsiri, maupun pelarut metanol. Dari penelitian ini diperoleh nilai susut pengeringan ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi rata-rata sebesar 27,5599% b/b. Hasil ini belum bisa dibandingkan dengan nilai standar susut pengeringan untuk ekstrak metanol daun sisik naga karena belum ditemukan referensi standar nilai susut pengeringan ekstrak daun sisik naga.

Bobot jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan massa dari suatu zat terhadap kerapatan air dengan nilai massa per satuan volume. Tujuannya untuk memberikan gambaran kandungan kimia yang terlarut (Depkes RI, 2000). Pengukuran bobot jenis menggunakan 100 mg ekstrak metanol daun sisik naga dalam 50 mL metanol p.a kemudian diencerkan 5% dengan air dan diperoleh hasil bobot jenis ekstrak metanol daun sisik naga yaitu 0,7915 g/mL; 0,78372 g/mL; dan 0,79442 g/mL dengan rata-rata sebesar 0,78988 g/mL. Nilai standar deviasi dari bobot jenis yang diperoleh yaitu 5,5309×10-3. Hasil bobot jenis yang diperoleh belum bisa dibandingkan dengan standar bobot jenis untuk ekstrak metanol daun sisik naga

(30)

15

karena belum ditemukan referensi mengenai nilai standar bobot jenis ekstrak daun sisik naga.

Penetapan kadar air

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengukur kadar air yang terkandung dalam ekstrak metanol daun sisik naga. Kadar air yang tinggi dapat menjadi media tumbuhnya mikroba yang akan menurunkan stabilitas ekstrak. Kadar air simplisia maupun ekstrak daun sisik naga belum tercantum dalam Materia Medika Indonesia dan Farmakope Herbal Indonesia. Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia Edisi Kedua tahun 2017, batas kadar air yang ditetapkan secara umum yaitu 10%. Kadar air yang diperoleh pada simplisia rata-rata sebesar 7,9960%, dengan standar deviasi 1,9966. Kadar air ekstrak metanol belum bisa dihitung karena bobot ekstrak yang digunakan terlalu sedikit sehingga tidak terlihat volume air yang menetes pada alat destilasi.

Penetapan kadar abu total

Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal hingga terbentuknya ekstrak. Kadar abu yang tinggi atau melebihi standar yang telah ditetapkan menunjukkan bahwa tingkat cemaran bahan anorganik yang tinggi dapat memberikan efek toksik bagi tubuh.

Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara memijarkan serbuk dan ekstrak metanol daun sisik naga pada masing-masing krus silikat. Pemijaran hingga mencapai suhu 1000oC agar unsur karbon yang terkandung dapat terdestruksi dan hanya bahan anorganik yang tertinggal. Setelah simplisia dan ekstrak menjadi abu, dilanjutkan dengan pemijaran hingga bobot tetap.

(31)

16

Tabel V. Persen Kadar Abu Total

Berdasarkan Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989, nilai kadar abu pada tumbuhan sisik naga tidak lebih dari 8%. Hasil pemeriksaan yang diperoleh sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia, artinya bahan baku yang digunakan mulai dari pengumpulan bahan hingga menjadi serbuk dan ekstrak aman dari cemaran bahan anorganik.

Penetapan kadar abu tidak larut asam

Penetapan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral pada simplisia dan ekstrak metanol daun sisik naga yang tidak dapat larut dalam asam. Nilai kadar abu tidak larut asam yang tinggi atau melebihi standar menunjukkan adanya kandungan silikat yang berasal dari tanah atau pasir. Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan asam klorida untuk melarutkan bahan anorganik yang dapat larut dalam asam kuat.

Kemudian bagian yang tidak larut asam dipijarkan kembali hingga diperoleh bobot tetap.

Tabel VI. Persen Kadar Abu Tidak Larut Asam Replikasi Serbuk Simplisia Ekstrak Metanol Replikasi 1 7,1928% b/b 5,0686% b/b

Replikasi 2 8,1626% b/b 5,2064% b/b

Replikasi 3 8,3083% b/b 4,7562% b/b

Rata-rata 7,8879% b/b 5,0104% b/b

SD 0,6064 0,2307

Replikasi Serbuk Simplisia Ekstrak Metanol Replikasi 1 1,3586 % b/b 2,7032% b/b

Replikasi 2 1,3188% b/b 0,8017% b/b

Replikasi 3 1,1398% b/b 2,5763% b/b

Rata-rata 1,2724% b/b 2,0270% b/b

SD 0,1166 1,0631

(32)

17

Berdasarkan Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989, kadar abu tidak larut asam yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 4,5%. Hasil yang diperoleh ini sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia yang artinya kandungan mineral yang tidak larut asam berada dalam batas aman yang ditetapkan.

Pada penelitian ini tidak dilakukan penetapan bahan organik asing maupun pengukuran parameter lainnya, seperti kadar flavonoid total, karena bahan yang sudah terkumpul jumlahnya terbatas.

Uji Kandungan Flavonoid

Uji kandungan kimia ekstrak dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan senyawa spesifik, yaitu flavonoid. Metode yang digunakan yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT) karena mudah dilakukan, sederhana, dan waktu yang diperlukan cepat (Santiago and Strobel, 2013). Pada KLT, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau aluminium secara merata. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama, dengan menotolkan bahan uji dan pembanding pada lempeng yang sama (Kemenkes RI, 2017). Bentuk pemisahan pada KLT berupa bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, dan biologi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Sebelum dilakukan elusi, bejana yang berisi fase gerak dijenuhkan terlebih dahulu agar kenaikan fase gerak pada fase diam dapat merata. Penjenuhan dilakukan dengan menggunakan kertas saring untuk meratakan penjenuhan uap dari fase gerak dalam bejana. Kemudian plat KLT yang akan digunakan diaktifkan terlebih dahulu dengan cara memanaskan dalam oven pada suhu 110oC selama 1 jam agar kandungan air yang terdapat pada plat KLT berkurang sehingga plat dapat menyerap larutan senyawa yang akan dipisahkan. Pada penelitian ini menggunakan sampel ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi dengan standar pembanding rutin. Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan oleh Saputra (2016) diketahui bahwa ekstrak metanol tumbuhan sisik naga mengandung flavonoid.

Bercak yang muncul pada plat KLT kemudian dideteksi secara kimia dengan

(33)

18

menggunakan pereaksi semprot AlCl3 dan secara fisika dengan menggunakan lampu UV 254 nm dan 365 nm. Hasil elusi KLT ditunjukkan pada gambar dan tabel berikut.

Gambar 2. Hasil elusi KLT ekstrak metanol dengan standar rutin Keterangan gambar:

Fase Diam : silika gel GF254

Fase Gerak : n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v) Titik awal penotolan : 1,5 cm

Jarak perambatan : 8,0 cm

P : Standar rutin

S : Ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi

(34)

19

Tabel VII. Nilai Rf Sampel dan Standar Rutin

Hasil pengukuran KLT pada gambar 2 dan tabel VII menunjukkan bahwa hasil kualitatif pada ekstrak metanol kemungkinan mengandung rutin. Nilai Rf ekstrak metanol yang sama dengan standar rutin yaitu 0,4375. Adanya kandungan flavonoid juga dapat ditunjukkan dengan deteksi menggunakan AlCl3 dalam sinar UV 365 nm, menunjukkan bercak warna yang sama yaitu kuning.

No Sampel

Deteksi Pereaksi Kimia

(AlCl3) pada UV 365 nm Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 365 nm Visual

Rf Warna Rf Warna Rf Warna Rf Warna

1 Ekstrak Metanol

Rf1= 0,3125

Kuning

Rf1= 0,3125

Pemadaman

Rf1= 0,25 Biru Rf1= 0,3125 Kuning

Rf2= 0,375 Rf2= 0,375 Rf2= 0,375 Kuning

Rf3= 0,4375 Rf3= 0,4375 Rf2= 0,4375 Kuning

Rf4= 0,5 Rf4= 0,5

Rf5= 0,5625 Rf3= 0,5625 Kuning

Rf6= 0,65 Rf3= 0,7125

Rf5= 0,75 Biru muda Rf7= 0,75 Rf4= 0,75 Biru Rf4= 0,75 Kuning 2 Standar

Rutin 0,4375 Kuning 0,4375 Pemadaman 0,4375 Pemadaman 0,4375 Kuning

(35)

20 KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun sisik naga mengandung flavonoid, yaitu rutin. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Rf yang mendekati standar dan bercak warna kuning yang sama secara visual. Hasil standardisasi ekstrak metanol daun sisik naga pohon inang kopi sudah sesuai dengan nilai standar yang tercantum dalam Materia Medika Indonesia Jilid V tahun 1989. Namun hasil standardisasi simplisia belum sesuai dengan Materia Medika Indonesia pada penetapan kadar sari larut air.

SARAN

Untuk penelitian berikutnya, dapat dilakukan penetapan parameter lainnya seperti kadar bahan organik asing, kadar flavonoid total, residu pestisida, cemaran logam berat, cemaran mikroba, cemaran kapang, khamir dan aflatoksin, uji sisa pelarut, dan uji kandungan kimia ekstrak lainnya untuk melengkapi proses standardisasi bahan baku obat tradisional.

(36)

21

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A., 2015. Indonesia Miliki 7.500 Tanaman Obat, http://lipi.go.id/berita/single/Indonesia-Miliki-7500-Tanaman-Obat/11540, diakses pada tanggal 29 Desember 2020.

Anonim, 2021. Rotavapor R-300 Operation Manual. BÜCHI Labortechnik AG.

Switzerland.

BPOM, 2017. Surat Edaran No. HK. 04.02.42.421.12.17.1673 Tentang Pelarut yang Diizinkan dalam Produk Obat Bahan Alam dan Suplemen Kesehatan beserta Batasan Residunya. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.

https://asrot.pom.go.id/asrot/index.php/download/dataannounce/ZG9jcy9kY XRhdXBsb2FkYnBvbS9TdXJhdCBFZGFyYW4gUGVsYXJ1dCBla3N0cm Frc2kgT0JBICBkYW4gU0tfMjAxNy5wZGY=/59/Surat diakses pada tanggal 4 Agustus 2021.

DepKes RI, 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta.

DepKes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ferreira, O., and Pinho, S. P., 2012. Solubility of Flavonoids in Pure Solvents.

Industrial & Engineering Chemistry Research, 51: 6586-6590.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Harbone, J. B., 1998. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques of Plant Analysis, Third Edition. Chapman and Hall. New York.

Jeszka-Skowron, M., Zgoła-Grześkowiak, A., Grześkowiak, T., 2015. Analytical methods applied for the characterization and the determination of bioactive compounds in coffee. European Food Research and Technology, 240: 19–31.

KemenKes RI, 2017. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Kedua. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

(37)

22

Kumari, R., and Kotecha, M., 2016. A review on the Standardization of herbal medicines. International Journal of Pharma Sciences and Research, Vol. 7 No. 2, 97-106.

Oktavia, S., Arifin, H., Duarto, E., 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price) Terhadap Waktu Pendarahan, Waktu Pembekuan Darah dan Jumlah Trombosit Mencit Putih Jantan. Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9 No. 1, 48-55.

Purnawati, U., Turnit, M., Lovadi, I., 2014. Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont, 3(2):

155-165.

Santiago, M., and Strobel, S., 2013. Thin Layer Chromatography. Methods in Enzymology, Vol. 533, 303-324.

Saputra, G.N., 2016. Penetapan Karakter dan Uji Antioksidan Ekstrak Tumbuhan Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price) Pohon Inang Kopi (Coffea SP) dengan Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Utami, Y.P., Umar, A.H., Syahruni R., Kadullah, I., 2017. Standardisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahassae Teisjm. &

Binn.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences, 2(1), 32-39.

Wulandari, E.T., Elya, B., Hanani, E., Pawitan, J.A., 2013. In Vitro Antioxidant and Cytotoxicity Activity of Extract and Fraction Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price. International Journal of PharmTech Research, 5(1), 119-125.

(38)

23

LAMPIRAN

(39)

24

Lampiran 1. Surat Determinasi

(40)

25

Hasil determinasi tumbuhan sisik naga adalah sebagai berikut:

(41)

26

(42)

27

Lampiran 2. Penimbangan Serbuk Daun Sisik Naga Pohon Inang Kopi Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g) Beaker kosong 158,4369 127,3412 104,9294 Bobot beaker +

serbuk 208,4399 177,3868 154,9354

Bobot beaker +

sisa serbuk 158,4431 127,3535 104,9293

Bobot Sampel 49,9968 50,0333 50,0061

Lampiran 3. Volume Maserasi

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

150 ml 150 ml 150 ml

100 ml 100 ml 100 ml

100 ml 100 ml 100 ml

(43)

28

Lampiran 4. Bobot Tetap dan Persen Rendemen

Uraian Bobot cawan kosong (g) Cawan + ekstrak (g) Isi (g)

R1 53,3537 57,9981 4,6444

R2 56,4769 60,7941 4,3172

R3 55,9294 59,9331 4,0037

%Rendemen Ekstrak

%Rendemen =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔) × 100%

 Replikasi 1

%Rendemen = 4,6444 𝑔𝑟𝑎𝑚

49,9968 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 9,2894 % b/b

 Replikasi 2

%Rendemen = 4,3172 𝑔𝑟𝑎𝑚

50,0333 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 8,6286 % b/b

 Replikasi 3

%Rendemen = 4,0037 𝑔𝑟𝑎𝑚

50,0061 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 8,0064 % b/b Rendemen ekstrak rata-rata (X) = 8,6415% b/b

SD = 0,6416 CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 0,6416

8,6415× 100% = 7,4246%

(44)

29

Lampiran 5. Penetapan kadar sari larut air

Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot beaker kosong (g) 62,4103 52,1247 62,2143 Bobot beaker + simplisia (g) 63,4123 53,1266 63,2165 Bobot beaker + sisa (g) 62,4201 52,2705 62,3570 Bobot simplisia (g) 0,9922 0,8561 0,8595 Bobot cawan kosong (g) 38,5324 31,9381 39,0869

Bobot cawan + sari (g) 38,5791 31,9774 39,1264 Bobot sari konstan (g) 0,0467 0,0393 0,0395

Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot beaker kosong (g) 62,4123 52,1257 62,2161 Bobot beaker + ekstrak (g) 63,4216 53,1559 63,2209 Bobot beaker + sisa (g) 62,4126 52,1267 62,2164 Bobot ekstrak (g) 1,0090 1,0292 1,0045 Bobot cawan kosong (g) 32,4329 33,2560 34,0252

Bobot cawan + sari (g) 32,5608 33,4011 34,1604 Bobot sari konstan (g) 0,1279 0,1451 0,1352

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔)×20

4 × 100%

1. Simplisia

 Replikasi 1

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 0,0467(𝑔)

0,9922 (𝑔)×20

4 × 100% = 23,5336 % b/b

 Replikasi 2

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 0,0393 (𝑔)

0,8561 (𝑔)×20

4 × 100% = 22,9529 % b/b

 Replikasi 3

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 0,0395 (𝑔)

0,8595 (𝑔)×20

4 × 100% = 22,9784 % b/b

(45)

30

Kadar sari larut air rata-rata (X) = 23,1550 % b/b SD = 0,3282

CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 0,3282

23,1550× 100% = 1,4172%

Hasil belum sesuai dengan Materia Medika Indonesia, yaitu tidak kurang dari 25,5%.

2. Ekstrak Metanol

 Replikasi 1

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 0,1279 (𝑔)

1,0090 (𝑔)×20

4 × 100% = 63,3796 % b/b

 Replikasi 2

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 0,1451 (𝑔)

1,0292 (𝑔)×20

4 × 100% = 70,4916 % b/b

 Replikasi 3

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 0,1352 (𝑔)

1,0045 (𝑔)×20

4 × 100% = 67,2972 % b/b Kadar sari larut air rata-rata (X) = 67,0561% b/b

SD = 3,5621 CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 3,5621

67,0561× 100% = 5,3122%

Hasil sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia, yaitu tidak kurang dari 25,5%.

(46)

31

Lampiran 6. Penetapan kadar sari larut etanol

Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot beaker kosong (g) 63,4928 52,3806 62,2154 Bobot beaker + simplisia (g) 64,4950 53,3820 63,2191 Bobot beaker + sisa (g) 63,4939 52,3849 62,2184 Bobot simplisia (g) 1,0011 0,9971 1,0007 Bobot cawan kosong (g) 38,5355 31,9392 39,0872

Bobot cawan + sari (g) 38,5501 31,9537 39,1012 Bobot sari konstan (g) 0,0146 0,0145 0,0140

Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot beaker kosong (g) 63,4928 52,3816 62,2168 Bobot beaker + ekstrak (g) 64,4952 53,3834 63,2173 Bobot beaker + ekstrak (g) 63,6413 52,4250 62,2906 Bobot ekstrak (g) 0,8539 0,9584 0,9267 Bobot cawan kosong (g) 32,4318 33,2578 34,0271

Bobot cawan + sari (g) 32,4858 33,3179 34,1073 Bobot sari konstan (g) 0,0540 0,0601 0,0802

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔)×20

4 × 100%

1. Simplisia

 Replikasi 1

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0146 (𝑔)

1,0011 (𝑔)×20

4 × 100% = 7,2919 % b/b

 Replikasi 2

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0145 (𝑔)

0,9971 (𝑔)×20

4 × 100% = 7,2711 % b/b

 Replikasi 3

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0140 (𝑔)

1,0007 (𝑔)×20

4 × 100% = 6,9951 % b/b

(47)

32

Kadar sari larut etanol rata-rata (X) = 7,1860% b/b SD = 0,1657

CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 0,1657

7,1860× 100% = 2,3056%

Hasil sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia, yaitu tidak kurang dari 6%.

2. Ekstrak Metanol

 Replikasi 1

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0540 (𝑔)

0,8539 (𝑔)×20

4 × 100% = 31,6196 % b/b

 Replikasi 2

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0601 (𝑔)

0,9584 (𝑔)×20

4 × 100% = 31,3543 % b/b

 Replikasi 3

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0802 (𝑔)

0,9267 (𝑔)×20

4 × 100% = 43,2718 % b/b Kadar sari larut etanol rata-rata (X) = 35,4152% b/b

SD = 6,8053 CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 6,8053

35,4152× 100% = 19,2157%

Hasil sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia, yaitu tidak kurang dari 6%.

(48)

33

Lampiran 7. Penetapan Susut Pengeringan SEBELUM PENGERINGAN Uraian Bobot botol timbang

kosong (g)

Botol timbang +

ekstrak (g) Ekstrak (g)

R1 10,6899 11,6972 1,0073

R2 15,3003 16,3066 1,0063

R3 12,1686 13,1783 1,0097

SETELAH PENGERINGAN Uraian Bobot botol timbang

kosong (g)

Botol timbang +

ekstrak (g) Ekstrak (g)

R1 10,6899 10,9824 0,2925

R2 15,3003 15,5723 0,2720

R3 12,1686 12,4373 0,2687

𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑔)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑔)× 100%

 Replikasi 1

𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,2925

1,0073× 100% = 29,0380 % b/b

 Replikasi 2

𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,2720

1,0063× 100% = 27,0297 % b/b

 Replikasi 3

𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,2687

1,0097× 100% = 26,6119 % b/b Susut pengeringan rata-rata (X) = 27,5599 % b/b

SD = 1,2970 CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 1,2970

27,5599× 100% = 4,7062%

(49)

34

Lampiran 8. Bobot Jenis

Penentuan Bobot Jenis Ekstrak Metanol Daun Sisik Naga pada suhu 25oC Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot Piknometer kosong (g) 40,800 42,996 40,794 Bobot Piknometer + sampel (g) 80,375 82,182 80,512

Bobot sampel (g) 39,575 39,186 39,721

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (𝑚𝐿)

 Replikasi 1

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 39,575 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑚𝐿 = 0,7915 gram/mL

 Replikasi 2

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 39,186 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑚𝐿 = 0,78372 gram/mL

 Replikasi 3

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 39,721 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑚𝐿 = 0,79442 gram/mL

Bobot jenis sampel rata-rata (X) = 0,7899 gram/mL

SD = 5,5309 × 10-3 CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 5,5309 × 10−3

0,7899 × 100% = 0,7002%

(50)

35

Lampiran 9. Penetapan kadar air

Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot beaker kosong (g) 63,4971 52,3786 52,1233 Bobot beaker + simplisia (g) 68,4977 57,3809 57,1271 Bobot simplisia (g) 5,0006 5,0023 5,0038

Volume air (ml) 0,3 0,4 0,5

Uraian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot beaker kosong (g) 52,1250 52,3807 62,2151 Bobot beaker + ekstrak (g) 52,2317 53,3866 63,2169 Bobot ekstrak (g) 0,1067 1,0059 1,0018

Volume air (ml) - - -

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ (𝑚𝐿)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑔)× 100%

1. Simplisia

 Replikasi 1

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 0,3 𝑚𝑙

5,0006 𝑔× 100% = 5,9993 % v/b

 Replikasi 2

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 0,4 𝑚𝑙

5,0023 𝑔× 100% = 7,9963 % v/b

 Replikasi 3

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 0,5 𝑚𝑙

5,0038 𝑔× 100% = 9,9924 % v/b Kadar air rata-rata (X) = 7,9960% v/b

SD = 1,9965 CV = 𝑆𝐷

𝑋 × 100% = 1,9965

7,9960× 100% = 24,9699%

(51)

36 2. Ekstrak Metanol

 Replikasi 1

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 𝑚𝑙

0,1067 𝑔× 100% = … % v/b

 Replikasi 2

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑦 𝑚𝑙

1,0059 𝑔× 100% = … % v/b

 Replikasi 3

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑧 𝑚𝑙

1,0018 𝑔× 100% = … % v/b

Kadar air ekstrak belum bisa dihitung karena bobot ekstrak yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak terlihat volume air yang menetes pada alat.

Referensi

Dokumen terkait

This thesis entitled “ An Analysis o f Racism As Reflected In Bob Marley‟s Songs : War And Buffalo Soldier ” is a study about the social life of the African people

Selanjutnya untuk prosedur selanjutnya dalam melakukan wakaf uang diatur dalam pasal 29 yakni: (1) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemahaman perpajakan, tarif pajak, sanksi pajak, mekanisme pembayaran pajak, kesadaran wajib pajak dan kualitas

tersedia diperoleh atau disimpan oleh PT ASTRA AVIVA LIFE (sesuai yang tercantum pada formulir ini atau sarana lain), kepada pihak-pihak lain (termasuk tetapi tidak terbatas

The purpose of this study is to compare the performance of first hybrid polarimetric spaceborne satellite RISAT-1 data and simulated hybrid polarimetric data from quad-pol

GERAKAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER SISWA MELALUI HARMONISASI OLAH HATI (ETIK), OLAH RASA (ESTETIK), OLAH PIKIR (LITERASI), DAN OLAH RAGA (KINESTETIK)

We used PCA and DBFE, which are unsupervised and supervised techniques respectively for spectral feature extraction to investigate the integration of

sekolah Bapak/Ibu untuk mengetahui peranan mereka dalam pengembangan Penguatan Pendidikan Karakter dan berikan uraiannya.. • Diskusikan