• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2 di WILAYAH PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2 di WILAYAH PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2 di WILAYAH

PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

TITA PERMATA SAKTI 141201009

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

TITA PERMATA SAKTI 141201009

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

EVALUASI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2 di WILAYAH

PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

TITA PERMATA SAKTI 141201009

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)
(5)

ABSTRACT

Tita Permata Sakti : Evaluation of The Use of Forest Area Using Sentinel 2 Satellite Imagery in The Coastal Area of Deli Serdang Regency. Supervised by Bejo Slamet.

The Coastal area is a dynamic area and vulnerable to the environmental impact. The study was carried out to identify the land cover, to evaluate the land use of the coastal belt and river belt and to evaluate the use of forest area in the coastal area of Deli Serdang. Field research was conducted in April 2018 using Sentinel 2 satellite imagery. The accurate of the classification showed that the kappa coefficient is 98,57 % and the overall accurate is 98,75 %. The results show that the land cover of the coastal area in Deli Serdang dominated by dryland agriculture 19.081,12 hectares or 37,37%.

The coastal belt at distance 0-100 meters was dominated by forest is 109 hectares or 36,21%. While the land cover type in the river belt at distance 0-50 meters dominated by forest is 155 hectares or 65,40%. The land use of forest area in Deli Serdang that has been converted to non forest is 32,38 hectares or 49,12 %.

Keyword: Land Cover, Sentinel 2, use Forest Area, Coastal Area

(6)

Tita Permata Sakti : Evaluasi Penggunaan Kawasan Hutan Menggunakan Citra Sentinel 2 di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Bejo Slamet.

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang dinamis, dan rentan terkena dampak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tutupan lahan pada kawasan sempadan pantai dan sungai serta mengevaluasi penggunaan kawasan hutan diwilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang. Penelitian lapangan ini dilakukan pada bulan April 2018 menggunakan citra sentinel 2. Hasil uji akurasi diperoleh akurasi kappa sebesar 98,57% dan akurasi keseluruhan sebesar 98,75%. Luas tutupan lahan yang mendominasi wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang adalah pertanian lahan kering seluas 19.081,12 ha atau 37,37%. Tutupan lahan yang mendominasi sempadan pantai pada jarak 0-100 meter yaitu hutan seluas 109 ha atau 36,21%. Tutupan lahan yang mendominasi sempadan sungai pada jarak 0-50 meter adalah hutan seluas 155 ha atau 65,40%. Penggunaan kawasan hutan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang yang telah di konversi menjadi non hutan sebesar 32,38 ha atau 49,12%.

Kata Kunci : Tutupan Lahan, Sentinel 2, Kawasan Hutan, Wilayah Pesisir,

(7)

RIWAYAT HIDUP

Tita Permata Sakti dilahirkan di Medan, Kecamatan Medan Amplas, Kabupaten Medan Kota, Sumatera Utara pada tanggal 31 Juli 1996 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Maya Syura Shakti, SH. Dan Ibunda Ibu Tiorli Pohan.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 064029 Medan pada tahun 2008, lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 (SMPN6) pada tahun 2011, lulus dari Sekolah Menengah Atas Swasta (SMA) Harapan Mandiri pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa USU melalui seleksi masuk jalur undangan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan.

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kawasan Mangrove Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai dari tanggal 01 Agustus sampai 10 Agustus 2016. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Kepulauan Seribu Jakarta dari tanggal 22 Januari sampai 22 Februari 2018.

(8)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul

“Evaluasi Penggunaan Kawasan Hutan Menggunakan Citra Sentinel 2 di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang” dengan baik untuk memenuhi sebagai persyaratan menyelesaikan studi pada program S1 Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa dari kedua orang tua yang penulis sayangi yaitu ayahanda Maya Syura Shakti, SH dan ibunda Tiorli Pohan yang tidak pernah henti memberikan kasih sayang, doa dukungan, juga nasihat yang tulus sampai sekarang ini dan adik saya Inayah Oktalia yang selalu membantu dan mendoakan saya selama proses penelitian hingga saat ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si selaku dosen penguji ujian komprehensif.

3. Dr. Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

4. Teman- teman tim penelitian yaitu Siti Nadira, Melda Tiurma Sinaga, Sri Erliyana Barus, Yusnizar Veronica dan Abed Togatorop yang telah bekerja sama dalam menjalankan dan membantu penelitian ini.

(9)

5. Alumni Hut A 2014, teman- teman satu angkatan tahun 2014 atas dukungan dan doanya yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

6. Sahabat yang selalu memberi dukungan semangat Siti Nadira, Melda Tiurma Sinaga, Ida Mallia Ginting Suka, Azizun Fahmizza dan Ami Ambarwati.

Penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan dari pembaca karena penulis sadar penelitian ini tidaklah sempurna. Semoga penelitian ini akan memberikan manfaat dan menyumbangkan kemajuan bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2018

Penulis

(10)

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 3

Pesisir dan Pantai ... 4

Faktor Penyebab Terjadinya Evaluasi Lahan ... 4

Sistem Informasi Geografis ... 5

Citra Sentinel 2 ... 5

Evaluasi Pengelolaan kawasab sempadan pantai ... 6

Ketiadaan Vegetasi Pada Saat Pasang ... 6

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 7

Alat dan Bahan ... 8

Prosedur Penelitian ... 10

Analisis Data ... 12

Koreksi Citra ... 12

Pengecekan Lapangan ... 12

Supervised Classification ... 13

Kawasan Hutan ... 15

Kriteria Kawasan Hutan Lindung ... 15

Analisis Digital ... 15

Layout ... 16

Evaluasi Penggunaan Lahan... ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Tutupan Lahan Secara Digital ... 17

Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi ... 24

Tutupan Lahan Sempadan Pantai ... 30

Tutupan Lahan Sempadan Sungai ... 32

Hasil Identifikasi Penggunaan Kawasan Hutan ... 34

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 37 Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA

(12)

No. Teks TT ... Halaman

1 Karakteristik Citra Sentinel-2 ... ... 6

2 Data dan Sumber data Penelitian ... ... 9

3. Karakteristik Tutupan Lahan Secara Visual Pada Band Kombinasi ... 17

4 Interpretasi Citra Sentinel 2 ... 20

5. Nilai Separabilitas Kelas Penggunaan Lahan ... 22

6. Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi ... 23

7. Tutupan Lahan di Wilayah Pesisir Deli Serdang ... 26

8. Tutupan Lahan Sempadan Garis Pantai ... 28

9. Tutupan Lahan Sempadan Sungai ... 28

10. Hasil Identifikasi Penggunaan Kawasan Hutan ... 33

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks ... Halaman

1 Peta Lokasi Penelitian Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang ... 7

2. Peta Buffer Garis Pantai Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang ... 8

3 Skema Evaluasi Tutupan Lahan Pesisir Kabupaten Deli Serdang ... 10

4 Peta Tutupan Lahan Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang ... 25

5. Peta Buffer Garis Pantai Tutupan Lahan di Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang ... 29

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah sumberdaya pesisir di Indonesia memiliki potensi yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional.

Pemanfaatannya belum optimal, dan cenderung telah terjadi degradasi sumberdaya alam di beberapa perairan pesisir akibat pemnafaatan lahan yang tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan cenderung mengalami tumpang tindih lahan (Lasabuda, 2013).

Pesisir dipengaruhi atas ekosistem transisi daratan dan lautan yang didalamnya mencakup beberapa ekosistem, salah satu ekosistemnya adalah hutan mangrove. Kekayaan sumber daya yang dimiliki wilayah pesisir menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak untuk dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung serta bagaimana mengolah pemanfaatannya secara sektoral agar dapat memberikan sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi misalnya pertambangan, perikanan, kehutanan, industri, pariwisata dan lain-lain (Kawamuna et al., 2017).

Penggunaan data satelit merupakan cara yang efektif untuk pemetaan penutup lahan dan vegetasi, sangat terkaitnya permasalahan perubahan lahan dengan aspek keruangan, teknik penginderaan jarak jauh atau yang dikenal dengan istilah (remote sensing). Teknik penginderaan merupakan pengamatan atau pengukuran suatu objek atau fenomena yang digunakan dengan menggunakan alat atau tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang diamati dan diteliti (Sampurno dan Thoriq, 2016).

Hutan lindung adalah salah satu kawasan yang memiliki fungsi yang telah

(15)

2

ditetapkan untuk menjaga fungsi utama terhadap kelestarian lingkungan hidup dan ekosistemtem disekitarnya. Pemerintah menerapkan kriteria yang dapat dikatakan sebagai kawasan hutan lindung mencakup wilayah dengan jenis tanah, topografi, intensitas curah hujan dan ketinggian tempat dari permukaan laut dengan nilai tertentu yang menjadikan kawasan tersebut diharuskan menjadi kawasan lindung (Senoaji, 2010).

Hutan mangrove adalah suatu ekosistem habitat daerah pantai yang harus dipertahankan keberadaannya karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan.

Berbagai ekosistem terdapat di wilayah pesisir diantara seperti seperti hutan mangrove, rawa payau, padang lamun, rumput laut, dan terumbu karang. Luas ekosistem mangrove di Indonesia semakin berkurang tiap tahunnya. Pengkajian terhadap ekosistem hutan mangrove harus digiatkan dengan adanya program rehabilitasi hutan mangrove yang tersebar di kawasan pantai Indonesia yang di program pemerintah (Fitri dan Iswahyudi, 2010).

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi tutupan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Deli Serdang.

2. Mengevaluasi penggunaan lahan pada sempadan pantai dan sungai di pesisir Kabupaten Deli Serdang.

3. Mengevaluasi kawasan hutan di pesisir Kabupaten Deli Serdang.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap keadaan tutupan lahan, evaluasi penggunaan tutupan lahan pada sempadan pantai dan sungai serta kawasan hutan di pesisir pantai Kabupaten Deli Serdang.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi perubahan penggunaan kawasan hutan dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten di Provinsi Sumatera Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan mempunyai aksesibilitas tinggi dimana dekat dengan ibukota provinsi. Secara geografis koordinatnya terletak di 2°57' sampai dengan 3°16' Lintang Utara dan 98°33' sampai dengan 99°27' Bujur Timur, luas wilayah administrasi seluas 249.772 Ha yang terdiri atas 22 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 389 Desa (BPS, Kabupaten Deli Serdang, 2014).

Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang, adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka . Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun.

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kanupaten Langkat dan Karo.

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Secara topografi wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang lahannya relatif datar dan memiliki pemanfaatan lahan yang potensial di berbagai sektor diantaranya yaitu Sektor perikanan dengan budidaya tambak, Sektor kehutanan yang ditandai dengan sepanjang wilayah pesisir ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No 579/Menhut-II/2014 tentang penunjukan kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara seluas seluas ± 3.742.120 (tiga juta tujuh ratus empat puluh dua ribu seratus dua puluh).

(17)

4

Pesisir dan Pantai

Daerah pesisir terdiri dari pertemuan antara darat dan laut. Bentuk lahan kepesisiran adalah bentuk lahan yang secara genetik terbentuk oleh proses marin, organik, atau eolian, Sedangkan pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan wilayah lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Secara umum pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang (Setiyarso et al., 2016).

Faktor Penyebab Terjadinya Evaluasi Lahan

Penutupan lahan dapat juga diartikan sebagai perubahan fisik dan biologis penutupan tanah oleh vegetasi termasuk diantaranya adalah air. Pengamatan terhadap land cover change biasanya dilakukan dengan remote sensing.

Penggunaan lahan yang melampaui kemampuan lahannya menyebabkan lahan terdegradasi, jika keadaan ini terus dibiarkan akan memicu terjadinya lahan kritis, Penanganan lahan kritis oleh berbagai instansi selama ini dilaksankan dengan melakukan reboisasi yang merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap erosi. Selain faktor sifat fisik lahan yang memang sulit diubah, seperti curah hujan yang tinggi, lereng yang curam, dan tanah yang rentan erosi.

Berdasarkan pemahaman ini, maka perubahan penutupan/ penggunaan lahan dapat dianalisis melalui interpretasi model yang berbasis spasial berdasarkan perubahan penutupan/penggunaan lahan atau disebut model dinamika perubahan lahan dengan Sistem Informasi Geografik (SIG) (Kubangun et al., 2016).

(18)

Tata guna lahan disebut juga dengan penataan ruang yang merupakan sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Secara umum tujuan penataan ruang adalah terselenggaranya pengaturan pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya dengan sasarannya untuk mewujudkan keseimbangan antara kesejahteraan dan keamanan, serta perlindungan fungsi ruang dan mencegah atau menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan (Fitriani et al., 2015).

Sistem Informasi Geografis

Penginderaan jarak jauh atau yang sering disingkat sebagai (remote sensing) telah berkembang pesat di Indonesia. Remote sensing didefinisikan sebagai teknik atau metode dalam pengamatan atau pengukuran suatu objek atau fenomena, dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang diamati. Penerapan metode ini telah dilakukan pada berbagai bidang ilmu diantaranya termasuk bidang ilmu kehutanan (Louhenapessy dan Waas, 2009).

Citra Sentinel - 2

Sentinel-2 adalah salah satu satelit penginderaan jauh yang menggunakan sensor pasif buatan Eropa multispektal yang mempunyai 13 band ; 4 band beresolusi 10 m, 6 band beresolusi 20 m, dan 3 band bereolusi spasial 60 m.

Dengan area sapuan sejauh 290 km. Tujuan dari Sentinel-2 adalah untuk menyajikan data sebagai kepentingan atas monitoring lahan, dan sebagai data dasar penggunaan pada beragam aplikasi, mulai dari pertanian sampai kehutanan, dari monitoring lingkungan sampai dengan perencanaan perkotaan, dan juga

(19)

6

mampu untuk mendeteksi perubahan tutupan lahan, penggunaan lahan, pemetaan risiko bencana serta beragam aplikasi lainnya.

Tabel 1. Karakteristik Citra Sentinel-2

Sentinel-2 Band Panjang Gelombang

Resolusi spasial (m)

Band 1 - Coastal aerosol 0,443 60

Band 2 – Blue 0,49 10

Band 3 – Green 0,56 10

Band 4 – Red 0,665 10

Band 5 - Vegetation Red Edge 0,705 20

Band 6 - Vegetation Red Edge 0,74 20

Band 7 - Vegetation Red Edge 0,783 20

Band 8 – NIR 0,842 10

Band 8A - Vegetation RedEdge 0,865 20

Band 9 - Water vapour 0,945 60

Band 10 - SWIR – Cirrus 1,375 60

Band 11 – SWIR 1,61 20

Band 12 – SWIR 2,19 20

(European space agency, 2017)

Evaluasi pengelolaan kawasan sempadan pantai

Wilayah pesisir memiliki kerentanan terhadap bencana seperti abrasi pantai. Pemanfaatan wilayah pesisir untuk kegiatan pariwisata mengakibatkan kerusakan lingkungan pantai maka itu perlu adanya evaluasi berupa mitigasi bencana. Mitigasi bencana dapat berupa upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik struktur fisik alami maupun nonstruktur yang mampu meningkatkan untuk mengurangi ancaman bencana dipesisir (Budilestari et al., 2014).

Ketiadaan vegetasi pada saat pasang

Pasang surut diperairan pantai dapat memengaruhi berbagai aktivitas biologis seperti zonasi tanaman, Pasang surut merupakan suatu fenomena pegerakan naik turun permukaan air laut secara berkala diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik bumi dan bulan, pasang surut sangat memengaruhi proses fisik seperti penghempasan air laut ke pantai akibat gelombang dan pembilasan massa air, yaitu biasanya adalah daerah yang terletak

(20)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018 di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang terdiri atas 22 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 389 Desa. Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan mempunyai aksesibilitas yang tinggi dimana dekat dengan ibukota provinsi. Secara geografis koordinatnya terletak di 2°57' sampai dengan 3°16' Lintang Utara dan 98°33' sampai dengan 99°27' Bujur Timur, dengan luas wilayah administrasi seluas 249.772 Ha. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas SumateraUtara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang

(21)

8

Gambar 2. Peta Buffer Garis Pantai Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), meteran. Perangkat keras (hardware) personal computer/notebook, Scanner dan Printer. Perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007, Microsoft Word 2007, ArcGis (ArcMap) 10.3 dan Erdas Imagine 9.1. Kamera manual dan digital Compact disc (CD) untuk menyimpan data penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Sentinel 2 meliputi citra terkoreksi dan peta administrasi kabupaten Deli Serdang.

(22)

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan pada saat penelitian dan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari berbagai sumber.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Data dan Sumber yang diperlukan dalam Penelitian

No Nama Data Sumber Tahun

1.

2.

Data Lapangan (ground check) Citra Sentinel-2

GPS dan Kamera digital www.scihub.copernicus.eu

2017 2018 3. Peta Administrasi Kabupaten

Deli Serdang

Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan

2017 4.

5.

Peta Tutupan Lahan Kabupaten Deli Serdang

Peraturan dan Kebijakan yang terkait dengan penataan ruang, Kawasan Hutan dan kawasan lindung

Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Keputusan oleh menhut SK menteri 2014 kehutanan No. 579/Menhut-II/2014

2017 2014

(23)

10

Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian evaluasi penggunaan kawasan hutan menggunakan Citra Sentinel 2 di wilayah pesisir pantai Kabupaten Deli Serdang dengan dilakukan untuk mengkaji tutupan lahan secara spasial, untuk menentukan kawasan hutan, dan kawasan lindung menganalisis penutupan lahan masing- masing citra yang dapat dilakukan dalam tahap yang digambarkan dalam diagram alir seperti.

Tidak

Ya

Citra Sentinel-2

Citra Terkoreksi

Peta Tutupan Lahan Klasifikasi Terbimbing

Evaluasi Penggunaan Lahan

Ground Check/

Pengecekan Lapangan

Koreksi Citra AOI

Akurasi > 85%

Peta Kawasan Hutan SK 579/Menhut-II/2014

(24)

Penelitian ini dilakukan dengan klasifikasi citra dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan untuk mengklasifikasikan kelas tutupan lahan. Data primer berupa citra Sentinel-2 citra. Adapun penjelasan diagram alir diatas adalah sebagai berikut:

a. Pengolahan citra secara geometrik dan di proyeksi peta dengan titik koordinat yang sesuai. Koreksi geometrik pada citra dilakukan dengan bantuan pengambilan titik ground control point (GCP) pada saat dilapangan menggunakan alat bantu yaitu GPS handled untuk citra sentinel-2.

b. Untuk memperbaiki pixel agar sesuai dengan yang seharusnya dilakukan dengan koreksi radiometrik dengan mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama.

c. Dilakukan pemotongan (cropping) pada data citra sentinel-2 2018 sesuai dengan batasan administrasi Pesisir Kabupaten Deli Serdang.

d. Metode pelaksanaan penyusunan review peta tutupan lahan pada setiap fungsi kawasan (HK, HL, HP, APL) di Kabupaten Deli Serdang berupa Peta Fungsi Kawasan Hutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 579 tahun 2014 tentang penunjukkan Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara dalam menetapkan kawasan hutan di Sumut mencapai 3,05 juta ha.

Berdasarkan fungsinya, SK menetapkan kawasan suaka alam 427.008 ha, kawasan hutan lindung 1,2 juta ha, hutan produksi terbatas 641.769 ha, hutan produksi 704.452 ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi yakni 75.684 ha. Sehingga menghasilkan peta tutupan lahan yang ada di wilayah pesisir pantai Kabupaten Deli Serdang.

(25)

12

Analisis data 1. Koreksi Citra

Data utama yang digunakan adalah citra Sentinel-2 diunduh di https://scihub.copernicus.eu/. Data pelengkap peta administrasi dan tutupan lahan di dapat di balai pemantapan kawasan hutan. Dilakukan koreksi yaitu koreksi geometris dan koreksi radiometris.

Koreksi geometris yaitu proses transformasi dari satu sistem grid menggunakan transformasi geometrik maupun proses resampling untuk melakukan ekstrapolasi nilai data untuk piksel-piksel sistem grid yang baru dari nilai piksel aslinya sedang kan koreksi radiometrik adalah proses untuk meniadakan (noise) yang terjadi akibat pengaruh sistematik perekam citra.

Dimana meliputi proses koreksi geometrik pada citra Sentinel-2 untuk mereduksi kesalahan geometrik yang terjadi pada citra, sehingga dihasilkan citra terkoreksi geometrik. Proses cropping atau pemotongan citra dilakukan untuk membatasi daerah kajian untuk meringankan proses pengolahan data agar pemrosesan data menjadi lebih ringan.

2. Pengecekan Lapangan

Kegiatan survei lapangan bertujuan untuk pengecekan kebenaran klasifikasi penggunaan lahan dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan fungsi lahan Kabupaten Deli Serdang. Pengecekan dilakukan dengan bantuan Global Position System (GPS). Titik pengamatan ditentukan dengan metode purposive sampling.

Masing-masing kelas tutupan lahan diwakili dengan minimal empat titik observasi. Setiap titik didatangi kemudian dilakukan pendataan, pengamatan serta pencatatan informasi penting. Data yang diambil adalah data rekam koordinat titik

(26)

pengamatan lapangan dari GPS, kondisi tutupan lahan sekitar titik lapangan yang dilengkapi gambar.

3. Supervised Classification (Klasifikasi Terbimbing)

Pengolahan data pada tahap ini dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing. Klasifikasi Terbimbing pada citra Sentinel-2 dibutuhkan tipe-tipe sesuai dengan hasil kombinasi band RGB Sentinel-2 untuk mengetahui deteksi mangrove. Ketelitian seluruh hasil klasifikasi (overal accuration) dari pengolahan tutupan lahan pada tahun yang ditetentukan.

Analisis separabilitas merupakan evaluasi keterpisahan training area dari setiap kelas apakah suatu kelas layak digabung atau tidak. Pada penelitian ini metode yang digunakan ialah transformed divergence. Nilai minumum berarti tidak dapat dipisahkan, sedangkan nilai maksimum menunjukkan keterpisahan yang sangat baik.

Kriteria tingkat keterpisahan antar kelas menurut Sampurno dan Thoriq (2016) adalah sebagai berikut :

a. Tidak terpisah (unseparable) : < 1600 b. Kurang (poor) : 1600 - < 1800 c. Cukup (fair) : 1800 - < 1900 d. Baik (good) : 1900 - < 2000 e. Sangat baik (excellent) : 2000

Uji akurasi digunakan untuk mengevaluasi ketelitian dari klasifikasi tutupan lahan yang telah ditentukan berdasarkan training area. Akurasi ini dianalisis dengan menggunakan suatu matriks kontingensi atau matriks kesalahan (confusion matrix).

(27)

14

Data Referensi Diklasifikasi ke Kelas

Nilai Produsser accurasy

A B C D

A X11 X12 X13 X14 X1+ X11 / X1+

B X21 X22 X23 X24 X2+ X22 / X2+

C X31 X32 X33 X34 X3+ X33 / X3+

D X41 X42 X43 X44 X4+ X44 / X4+

Jumlah X+1 X+2 X+3 X+4 N

User’s

Accuracy X11/ X+1 X22/ X+2 X33/ X+3 X44/ X+4

User’s accuracy =

Producer’s accuracy =

Overall accuracy =

Dimana:

Xii = nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i X+i = jumlah piksel dalam kolom ke-i

X i+ = jumlah piksel dalam baris ke-i N = banyaknya piksel dalam contoh

Keterangan :

N = banyaknya piksel dalam contoh

Xii = nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan Kolom ke-i Xi+ = jumlah piksel dalam baris ke-i

X+i = jumlah piksel dalam kolom ke-i

(28)

4. Kawasan Hutan

Analisa kawasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan SK Menteri Kehutanan No.579/Menhut-II/2014 kawasan hutan dan perairan Provinsi Sumatera Utara. Teknik analisa dilakukan dengan menggunakan overlay pada kawasan administrasi Kabupaten Deli Serdang.

5. Kriteria Kawasan Hutan Lindung menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990

Kawasan hutan yang mencakup intensitas hujan harian rata-rata melebihi 175. Lereng melebihi 40%. Jalur pengaman sungai minimal 100 m kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri anak sungai diluar pemukiman. Pelindung mata air minimal 200 meter disekeliling mata air. Pelindung sempadan pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pelindung waduk/danau 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan rawan bencana yaitu yang berpotensi mengalami longsor, gunung berapi dan gempa bumi. Kawasan hutan dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kawasan gambut dihulu sugai dengan tebal 3 meter atau lebih.

6. Analisis Digital

Pada teknik ini, informasi dalam setiap pixel diperoleh dengan bantuan komputer. Klasifikasi data digital berangkat dari asumsi bahwa nilai digital memiliki hubungan yang erat dengan kondisi penutupan lahannya. Juga diasumsikan bahwa penutupan lahan yang sama akan memiliki nilai digital yang relatif sama citra hasil klasifikasi kemudian digabung (overlay) dengan data peta digital untuk menambahkan informasi citra dan memudahkan proses digitasi,

(29)

16

sistem koordinat yang dipakai sama dengan sistem koordinat peta yang digunakan yaitu sistem koordinat latitude/longtitude.

Hasil penggabungan memperlihatkan areal perubahan penutupan lahan berdasarkan wilayah administrasi dan penggunaan lahan. Selanjutnya untuk mengetahui informasi lebih detail, diperlukan penyusunan data atribut lain.

7. Layout

Layout adalah tampilan peta, bagan, tabel dan data grafis (asli maupun import). Layouting dilakukan setelah proses evaluasi penggunaan kawasan lindung dan garis pantai selesai tahap berikutnya adalah layout (tampilan peta).

Layout merupakan hasil akhir yang akan ditampilkan dalam bentuk peta (Raihansyah et al., 2016).

8. Evaluasi Penggunaan Lahan

Menurut Peratuan Presiden Nomor 51Tahun 2016 Tentang Batas Sempadan Pantai

Batas sempadan pantai adalah ruang sempadan pantai yang ditetapkan berdasarkan metode tertentu. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Parameter adalah unsur-unsur yang digunakan untuk menggambarkan suatu konsep. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km² beserta kesatuan ekosistemnya. Pantai adalah daerah antara muka air surut terendah dengan muka air pasang tertinggi.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Tutupan Lahan Secara Digital

Tipe tutupan lahan dari hasil klasifikasi data citra sentinel 2 dengan cara interpretasi visual pada wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang diklasifikasikan kedalam kelas tutupan lahan yaitu awan, badan air, bayangan awan, beting, hutan, kebun campuran, lahan kosong, pertanian lahan kering, mangrove, pemukiman, sawah, sawit, semak dan tambak. Adapun penentuan tipe tutupan lahan didapatkan berdasarkan hasil penelitian langsung dilapangan.

Pada citra sentinel 2 untuk mendapatkan tipe tutupan lahan yang sesuai dengan hasil kombinasi band RGB sentinel 2 dilakukan dengan supervised classification. Dari pengolahan tutupan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang diperoleh ketelitian hasil klasifikasi kappa koefisien sebesar 98,57 %.

Tabel 3. Karakteristik tutupan lahan secara visual pada band kombinasi RGB 432 Kelas Tutupan Lahan Keterangan Foto Lapangan

Badan Air Badan air adalah tutupan lahan yang didalamnya termasuk sungai, kolam, laut dan waduk.

Hutan Hutan adalah bentang

lahan yang didominasi pohon dengan kerapatan yang tinggi, memiliki keberadaan lingkungan yang berbeda di luar hutan.

(31)

18

Tabel 3. (lanjutan)

Kelas Tutupan Lahan Keterangan Foto Lapangan

Mangrove Tutupan lahan hutan

mangrove merupakan kenampakan di seluruh hutan bakau, nipah dan nibung yang berada disekitar pantai.

Kebun campuran Lahan yang ditanami dengan berbagai macam tanaman kehutanan dan pertanian seperti pisang, manggis, durian, tebu, kelapa, jambu, mangga dan singkong

Lahan kosong Area berupa tanah kosong yang tidak ditumbuhi oleh vegetasi apapun. Tanah kosong di lokasi penelitian berupa lahan bekas galian pasir.

Pertanian Lahan kering Pertanian lahan kering adalah kegiatan aktivitas dilahan kering berupa tegakan pertanian seperti tegalan dan ladang.

Permukiman Permukiman umumnya

adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik didesa maupun dikota yang dijadikan sebagai tempat tinggal dan bekerja.

(32)

Tabel 3. (lanjutan)

Kelas Tutupan Lahan Keterangan Foto Lapangan

Sawah Sawah sebagai semua

aktivitas pertanian lahan basah dengan pola pematang.

Semak Semak adalah dimana

terdapat vegetasi perdu atau semak belukar yang didominasikan vegetasi rendah.

Sawit Sawit merupakan seluruh

kawasan yang ditanami sawit dikelola dengan pola tanam tertentu.

Tambak Tambak aktivitas adalah

perikanan darat (ikan atau udang) atau penggaraman yang umumnya berada di wilayah pesisir.

Wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang diklasifikasikan kelas tutupan lahan yaitu awan, badan air, bayangan awan, beting, hutan, kebun campuran, lahan kosong, pertanian lahan kering, mangrove, pemukiman, sawah, sawit, semak dan tambak, dimana Lahan pertanian merupakan tutupan lahan yang paling sering dijumpai tegakan pertanian seperti tegalan dan ladang. Beberapa jenis penggunaan lahan pertanian yang biasa dijumpai adalah pisang, ubi, jagung dan cabai, walaupun dalam interpretasi menyulitkan karena luasannya yang bercampur dengan daerah permukiman.

(33)

20

Tabel 4. Interpretasi citra Sentinel 2

Hutan Hutan pada citra

sentinel 2 ditandai dengan warna hijau muda dan hijau tua dengan bentuk persegi yang tidak beraturan.

Kebun campuran Kebun pada citra sentinel 2 ditandai dengan warna hijau cerah kegelapan dengan tekstur halus dengan bentuk tidak berteratur.

Lahan Kosong Lahan kosong pada citra sentinel 2 di tandai dengan warna coklat muda, pink muda hingga coklat tua dengan bentuk persegi yang tidak beraturan.

Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering pada citra sentinel 2 di tandai dengan warna hijau muda, hijau kegelapan dengan tekstur halus.

Mangrove Mangrove pada citra sentinel 2 di tandai dengan warna hijau gelap hingga hijau muda yang berurutan dengan tekstur dan bentuk yang tidak beraturan.

Permukiman Permukiman pada citra sentinel 2 umumnya identik di tandai dengan warna merah muda dengan tekstur yang kasar dengan pola cukup teratur.

(34)

Tabel 4. (Lanjutan)

Sawah Sawah pada citra

ditandai dengan warna merah muda dengan pola yang tidak bearturan.

Sawit Sawit pada citra sentinel 2 ditandai dengan warna hijau cerah kegelapan, hijau muda dengan tekstur halus dengan bentuk tidak berteratur.

Semak Semak pada citra

sentinel 2 ditandai dengan warna hijau muda, hingga coklat tua dengan bentuk persegi yang tidak beraturan.

Tambak Tambak pada citra

sentinel 2 ditandai dengan warna hijau muda, hijau kegelapan dengan tekstur halus.

Badan Air Badan air pada citra sentinel 2 ditandai dengan warna hitam hingga putih yang berurutan dengan tekstur dan bentuk yang tidak beraturan.

Awan dan Bayangan Awan

Awan pada citra sentinel 2 umumnya ditandai dengan warna putih dan Bayangan Awan ditandai dengan warna hitam dengan tekstur yang kasar dengan pola cukup teratur.

(35)

22

Tabel 5. Nilai separabilitas 14 kelas penggunaan lahan Tutupan

Lahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

2 2000 0 2000 1997.68 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

3 2000 2000 0 2000 1998.29 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

4 2000 1997.68 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

5 2000 2000 2000 1998.29 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

6 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

7 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

8 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000

9 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 1985.52 2000 2000 2000 2000

10 2000 2000 1999.99 2000 2000 2000 2000 2000 1985.52 0 2000 2000 2000 2000

11 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000

12 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000

13 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000

14 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

Keterangan : 1= Tambak, 2= Kebun campuran, 3= Lahan kosong, 4= Semak, 5= Sawah, 6= Pemukiman, 7= Bayagan awan, 8= Sawit, 9= Hutan, 10= Pertanian lahan kering, 11= Mangrove, 12= Awan, 13= Beting, 14= Badan Air

(36)

Tabel 6. Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi Tutupan

Lahan

Tbk Kbn Lk Smk Swh Pmkn B.Awan Swt Ht Lp Mgr Awn Btg B.Air Total UA (%)

Tbk 58 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 58 100,00

Kbn 0 236 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 237 99,57

Lk 0 0 205 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 205 100,00

Smk 0 0 0 1845 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1850 99,72

Swh 0 0 0 0 695 0 0 0 0 0 0 0 0 0 695 100,00

Pmkn 0 1 0 3 0 481 0 0 0 0 0 0 0 0 485 99,17

B.Awn 0 0 0 0 0 0 738 0 0 0 0 0 0 0 738 100,00

Swt 0 0 0 0 0 0 0 546 0 0 0 0 0 0 546 100,00

Ht 0 3 0 2 0 0 0 4 224 20 0 0 0 0 253 88,53

Plk 0 0 6 0 0 0 0 0 3 471 7 0 0 0 490 96,12

Mgr 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1379 0 0 0 1379 100,00

Awn 0 0 1 0 1 1 0 0 1 2 3 1561 0 0 1570 99,42

Btg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 87 0 87 100,00

B.air 0 1 0 2 0 0 0 4 1 0 0 0 0 56 56 100,00

Total 58 241 212 1853 701 482 738 554 229 493 1389 1561 87 56 8690

PA (%) 100,00 97,92 96,69 99,56 99,14 99,79 100,00 98,53 97,81 95,53 99,28 100,00 100,00 100,00 98,75 Kappa(%) 98,57

(37)

24

Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasfikasi

Persentase kelas tutupan lahan Kabupaten Deli Serdang berdasarkan hasil klasifikasi citra sentinel 2 dapat dilihat pada Tabel 7. Tutupan lahan diklasifikasikan kedalam kelas tutupan lahan yaitu awan, badan air, bayangan awan, beting, hutan, kebun, lahan kosong, pertanian lahan kering, mangrove, pemukiman, sawah, sawit, semak dan tambak. Kelas tutupan lahan terbesar adalah Lahan pertanian yaitu mencapai 37,37 %. Hasil klasifikasi tutupan lahan dapat digunakan untuk mengidentifikasi awal lokasi hutan atau jenis tutupan lahan lainnya.

Hasil uji akurasi pada klasifikasi tutupan lahan menunjukkan ketelitian yang besar yaitu dengan nilai overal accuration 98,75 dengan akurasi kappa sebesar 98,57 %, yang mana berarti telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Badan Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS (>85%). Dengan hasil yang diperoleh dapat menunjukkan bahwa peta hasil klasifikasi citra sentinel 2 dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dalam mennentukan awal lokasi baru atau jenis tutupan lahan lainnya.

Klasifikasi terbimbing pada penelitian ini menggunakan metode maximum likelyhood (kemiripan maksimum). Maximum likelyhood mempertimbangkan faktor peluang dari satu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas atau kategori tertentu. Peluang ini sering disebut prior probability, dapat dihitung dengan menghitung persentase tutupan pada citra yang akan diklasifikasi. Hasil klasifikasi citra 15 kelas tutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.

(38)

Gambar 4. Peta Tutupan Lahan Di Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang

(39)

26

Hasil interpretasi citra sentinel 2 diperoleh luas tutupan lahan di kawasan pesisir kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa tutupan lahan yang dominan adalah jenis pertanian lahan kering yaitu 37,37%, hutan yaitu 17,42% dan sawah yaitu 13,91%. Ketiga penggunaan lahan tersebut merupakan yang paling sering dijumpai. Penyebaran jenis penggunaan lahan pertanian menyebar merata di setiap desa. Beberapa jenis penggunaan lahan pertanian yang biasa dijumpai adalah pisang, ubi, jagung dan cabai walaupun dalam interpretasi menyulitkan karena luasannya yang bercampur dengan daerah permukiman. Luasan tiap tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tutupan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang.

Tutupan Lahan Luasan (Ha) Persentase (%)

Awan 1.627,20 3,19

Badan air 1.009,62 1,97

Bayangan awan 9,58 0,02

Beting 1,95 0,003

Hutan 8.896.80 17,42

Kebun campuran 4.612.17 9,03

Lahan kosong 139,07 0,27

Pertanian lahan kering 19.081,12 37,37

Mangrove 1.779,69 3,49

Permukiman 5.009,10 9,81

Sawah 7.099,44 13,91

Sawit 563,50 1,10

Semak 1.142,23 2,23

Tambak 49,52 0,10

Total 51.053,94 100

Desakan kebutuhan lahan untuk kegiatan pembangunan begitu kuat, sementara luas lahan tidak bertambah. Selama ini lahan pertanian dinilai mempunyai nilai lahan yang reltif rendah dibandingkan peruntukan lahan lainnya.

Akbibatnya banyak lahan pertanian yang mulai dikonversi menjadi ke lahan non pertanian Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dewi dan Rudiarto (2013) yang

(40)

menyatakan bahwa lahan pertanian mempunyai nilai dari segi ekonomi khususnya penyangga untuk kebutuhan pangan, segi ekologi khususnya mengatur tata air, penyerapan karbon diudara manfaat tersebut seharusnya dapat dipertahankan bukan untuk diabaikan.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik didesa maupun dikota yang dijadikan sebagai tempat tinggal dan bekerja.

Keberadaan permukiman di kabupaten Deli Serdang mudah untuk dijumpai karena luasan yang meyebar dan padat. Berdasarkan hasil interpretasi citra sentinel 2 diperoleh luas tutupan lahan permukiman yaitu 9,81% besarnya luas tutupan lahan tersebut sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk di kabupaten Deli Serdang BPS (2014) dimana kecamatan Hamparan perak dan Percut sei tuan merupakan yang memiliki jumlah penduduk yang padat.

Permasalahan yang ditemui saat melakukan penelitian di sepanjang pesisir kabupaten Deli Serdang adalah dimana tutupan lahan mangrove yang umumnya mendominasi kawasan pesisir hanya sebesar 3,49% dan tambak yang mana juga merupakan jenis tutupan lahan terkecil dari hasil interpretasi citra sentinel 2 sebesar 0,10%, hal ini sesuai dengan kondisi dari informasi yang didapatkan dari masyarakat maupun pemerintah setempat bahwa sejak tahun 1990 telah terjadi pembukaan besar-besaran terhadap tutupan lahan mangrove dan tambak tekanan terhadap tutupan lahan mangrove dan tambak mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem segi aspek ekologi, ekonomi di kawasan pesisir Deli Serdang seta tergerusnya pantai karena terjadinya sedimentasi.

(41)

28

Tabel 8. Tutupan lahan sempadan pantai di wilayah Kabupaten Deli Serdang Luas (Ha) Jarak

Sempadan

Pantai (m) Hutan

Kebun campuran

Lahan kosong

Pertanian lahan

kering Mangrove Pemukiman Sawah Sawit Semak Tambak Total

100 109 0 0 51 76 13 47 5 0 0 301

500 506 1 0 228 358 73 162 73 6 3 1410

1000 590 2 0 411 220 83 377 101 17 3 1804

Total 1205 3 0 690 654 169 586 179 23 6 3515

Tabel 9. Tutupan lahan sempadan sungai di wilayah Kabupaten Deli Serdang Luas (Ha) Jarak

Sempadan

Sungai (m) Hutan

Kebun campuran

lahan kosong

Pertanian lahan

kering Mangrove Pemukiman Sawah Sawit Semak Tambak Total

0-50 155 1 0 26 0 41 11 1 2 0 237

50-100 163 2 1 94 0 63 33 5 9 0 370

Total 318 3 1 120 0 104 44 6 11 0 607

(42)

Gambar 5. Peta Buffer Garis Pantai Tutupan Lahan Di Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang

(43)

30

Tutupan lahan sempadan pantai

Sempadan pantai yang berjarak 100 meter didominasi oleh hutan adalah seluas 109 ha atau 36,21 % dikuti dengan mangrove seluas 76 ha atau 25,24%

(Tabel 8) dimana berdasarkan hasil analisis, kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai sebesar 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

Perlindungan terhadap pantai dilakukan sebagai peyangga (buffer) untuk melindungi pantai dari abrasi akibat gelombang air laut. Berdasarkan hasil analisis, luas sempadan pantai adalah 3.515 ha.

Luas lahan pada pertanian lahan kering yang ditemui dari jarak 500 sampai dengan 1000 meter dari pantai adalah yang terluas kedua berupa tutupan lahan pertanian, berdasarkan informasi BPS Lubuk Pakam 2014 tentang banyaknya pemaksaan lahan bekas tambak yang dikonversi paksa menjadi lahan pertanian. Maka sekarang ditemukan lahan bekas tambak yang terlantar dan sudah tidak produktif atau tidak memiliki profit yang tinggi lagi.

Sempadan pantai bertujuan untuk melindungi pantai dari terjangan badai gelombang dan tekanan laut dan menetapkan batas jarak aman dari garis pantai yang mengakibatkan rusaknya tutupan lahan dipesisir dan yang ada di sekitarnya.

Secara garis besar permasalahan yang ditemui disekitar pesisir kabupaten Deli Serdang adalah permasalahan fisik seperti penambangan pasir dijadikan untuk bahan bangunan yang mana menyebabkan potensi yang memacu kerusakan ekosistem kawasan pesisir. Permasalahan selanjutnya yang ditemukan saat dilapangan adalah pemanfaatan lahan yang tidak tepat dan tumpang tindih.

Konflik pemakaian lahan untuk parawisata, sering terjadi di dalam satu kawasan pantai.

(44)

Konsekuensi permasalahan yang ditemukan saat dilapangan, masyarakat menjadi tidak terlindungi untuk dapat menikmati keindahan pantai. Karena itu pantai perlu dilakukan evaluasi untuk menjaga ekosistem pesisir antara masyarakat dan pemerintah yang baik, dengan salah satunya membuat zona-zona yang diatur dan dipelihara seperti melindungi hutan mangrove Hal ini sesuai dengan pernyataan Samosir dan Restu (2017) hutan mangrove memiliki peranan penting dalam menyeimbang garis pantai agar tidak mudah erosi, pengumpul lumpur dan tempat utama perputaran nitrogen sehingga ekosistem menjadi seimbang.

Evaluasi pengelolaan kawasan sempadan pantai kabupaten Deli Serdang yaitu penanganan abrasi akibatan kerusakan lingkungan oleh kegiatan pariwisata dan pengerusan pasir berlebihan yang ada disekitar lingkungan yang menyebabkan rentannya terkena dampak bencana alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Budilestari et al (2014) yang menyatakan bahwa dampak bencana alam dapat dikurangi dengan upaya kegiatan struktur/fisik meliputi pembangunan pelindung pantai, premajaan pantai, vegetasi pantai dan pengelolaan ekosistem pesisir.

Melihat kondisi dilapangan, tidaklah mudah melaksanakan sempadan pantai dengan lebar lebih dari 200 meter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Keppres No. 51 tahun 2016 menyatakan bahwa lebar sempadan pantai adalah 100 meter dijadikan lebar minimal sempadan pantai. Perlu adanya manjemen zona pantai menjadi pedoman melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat pesisir dan akademisi. Dengan demikian kesadaran dan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan dapat sinergi.

(45)

32

Tutupan lahan sempadan sungai

Sempadan sungai yang berjarak 0-50 meter didominasi oleh hutan adalah seluas 155 ha atau 65,40 % (Tabel 9). Kondisi ini dapat terjadi karena keberadaan tutupan lahan tersebut berada dikiri kanan sungai yang mana, keadaan vegetasi pada saat pasang dapat memengaruhi berbagai aktivitas biologis seperti zonasi tanaman hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kusmanto et al (2016) yang meyatakan bahwa pasang surut sangat memengaruhi proses fisik seperti penghempasan air laut akibat gelombang dan pembilasan massa air, yaitu biasanya adalah daerah yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah hal ini menyebabkan perairan menjadi dangkal.

Berdasarkan hasil analisis, kawasan perlindungan yang terdapat di pesisir kabupaten Deli Serdang adalah sempadan sungai terdiri dari sempadan sungai besar (utama) yang ditetapkan sebesar 100 meter kanan kiri sungai dan sempadan sungai kecil yang ditetapkan 50 meter kanan kiri sungai. Kegiatan ini berupa perlindungan sempadan sungai dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kondisi fisik pinggir sungai serta mengamankan aliran sungai. Perlu adanya manjemen zona pantai menjadi pedoman melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat pesisir dan akademisi. Dengan demikian kesadaran dan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan dapat sinergi.

Berdasarkan hasil analisis, luas sempadan sungai adalah 607 ha.

(46)

Tabel 10. Hasil identifikasi penggunaan kawasan hutan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang

No

Tipe kawasan hutan menurut SK

579

Perubahan penggunaan lahan

Luas (ha)

Persen (%)

Penggunaan kawasan

hutan

Luas (ha)

Persen ( (%)

1 Hutan lindung Kebun campuran 1 0,39 Hutan 326 69,21

(723 ha) Pertanian lahan kering 139 55,15 Mangrove 145 30,78

Permukiman 38 15,07

Sawah 45 17,85

Sawit 26 10,31

Semak 2 0,79

Tambak 1 0,39

Total 252 65.14 471 34.85

2 Hutan produksi Pertanian lahan kering 293 41,67 Hutan 288 62,06

terbatas Permukiman 13 1,84 Mangrove 176 37,93

(1167 ha) Sawah 383 54,48

Sawit 0 0

Semak 6 0,85

Tambak 8 1,13

Total 703 39,76 464 60,23

3 Hutan suaka alam Kebun campuran 2 0,08 Hutan 965 44,02 (4475) Lahan kosong 3 0,13 Mangrove 1227 55,97

Pertanian lahan kering 1038 45,46

Permukiman 299 13,09

Sawah 686 30,04

Sawit 235 10,29

Semak 15 0,65

Tambak 5 0,21

Total 2283 48,98 2192 51,01

Total Luas 6365 3238 49,12 3127 50,87

(47)

34

Hasil identifikasi penggunan kawasan hutan pesisir Kabupaten Deli Serdang Penunjukan kawasan hutan Kabupaten Deli Serdang sebagaimana tercantum dalam SK Menhut No.44/Menhut-II/2014 ternyata berbeda nyata dengan kondisi di lapangan dimana sebagian (pada hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan suaka alam) dan atau sebagian telah berubah fungsi menjadi areal penggunaan lahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Antoko et al 2008 belum tegasnya tata batas terhadap kawasan hutan yang ditunjuk tersebut sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan seperti masyarakat dan perusahaan untuk melakukan aktivitas dan merubah fungsi hutan.

Kawasan hutan di pesisir Kabupaten Deli Serdang seluas 6365 ha sebagian telah beralih fungsi menjadi penggunaan lahan non hutan sebesar 32,38 ha atau 49,12%. Pada (Tabel. 10) dapat dilihat bahwa pada setiap fungsi hutan telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan menjadi areal pertanian lahan kering, sawah, permukiman dan sawit merupakan perubahan terbesar yang terjadi di seluruh kawasan hutan.

Perubahan penggunaan lahan menjadi pertanian lahan kering pada kawasan hutan lindung adalah yang terbesar di seluruh kawasan hutan yaitu sebesar 1470 ha. Selanjutnya perubahan penggunaan lahan menjadi sawah menempati urutan kedua dengan total 1114 ha. Hal ini sesuai dengan pernyatanan Antoko et al 2008 yang menyatakan bahwa luasan ini masih belum ideal sebagai penyeimbang ekosistem dan pelindung tata air, dimana situasi kondisi hutan mengalami banyak tekanan dari berbagai sektor diantaranya pencurian kayu dan

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang
Gambar 2. Peta Buffer Garis Pantai Kawasan Pesisir Kabupaten Deli Serdang  Alat dan Bahan
Tabel 3. Karakteristik tutupan lahan secara visual pada band kombinasi RGB 432  Kelas Tutupan Lahan  Keterangan  Foto Lapangan
Tabel 4. Interpretasi citra Sentinel 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mangrove merupakan ekosistem utama di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Ekosistem mangrove merupakan salah satu pilar utama pengembangan wilayah di kawasan ini, oleh

Analisis perilaku dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan berbagai tipe habitat dan pola perilaku harian bagi burung pantai di pesisir Deli Serdang.Pengetahuan

Desa Rantau Panjang merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di.. Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten

“Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata Pada Berbagai Tingkat Salinitas di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bagan Percut Kabupaten Deli Serdang”.. Dibimbing oleh YUNASFI dan

Hasil dari penelitian mengenai penggunaan citra satelit Landsat 8 terklasifikasi untuk evaluasi pola ruang pesisir di Wilayah Pengembangan II Kabupaten Lamongan kemudian akan

Rencana kawasan pelestarian alam pada dasarnya tidak ada Taman Nasional yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang, akan tetapi Kawasan Hutan Suaka Alam (HSA) yang

Berdasarkan studi &#34; Pengaruh Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Hutan Mangrove di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang&#34;, maka dapat disarankan sebagai

PENGGUNAAN CITRA SATELIT LANDSAT ETM 7+ UNTUK EVALUASI PERUBAHAN GARIS PANTAI TEGUH 125 Penggunaan Citra Satelit Landsat ETM 7+ untuk Evaluasi Perubahan Garis Pantai di Wilayah