• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Putra Deli Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Putra Deli Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung

Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli

A. Data Umum Jumlah tanggungan : ... orang

B. Persepsi Wisatawan 1. Teman seperjalanan :

Teman Keluarga

Rombongan wisata/tour Lainnya

2. Bagaimanakah pengalaman wisata yang anda rasakan dalam mengunjungi lokasi wisata ini ?

a. Positif b. Netral c. Negatif

3. Sudah berapa kali kunjungan anda ke Pantai Putra Deli ? ... kali 4. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk perjalanan wisata ini ? ... (menit/jam)

5. Kegiatan wisata yang dilakukan :

Berenang Jalan-jalan

Melihat Pemandangan Memancing

Duduk-duduk Lainnya (sebutkan) ... 6. Sambutan masyarakat :

a. Kurang c. Baik

b. Cukup d. Sangat Baik

C. Sarana Prasarana

1. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang penyediaan pondok : a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

(2)

c. Baik

3. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang transportasi menuju Pantai Putra Deli :

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

4. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang penyediaan kios makanan dan minuman :

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

5. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang kondisi jalan menuju Pantai Putra Deli :

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

6. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang listrik : a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

7. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang ketersediaan tempat sampah a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

8. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang penyedian tempat parkir : a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

9. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang tempat ibadah : a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

D. Kualitas Ekologi

1. Apa saja daya tarik sumberdaya untuk wisata di Pantai Putra Deli ? a. Pantai d. Tumbuhan pesisir

b. Pasir pantai e. ... c. Air laut

2. Keindahan alam/pantai :

a. Kurang indah (tidak ada panorama) b. Cukup indah (panorama cukup indah) c. Indah (panorama indah, laut jernih)

(3)

e. Tidak tahu

3. Kondisi pasir pantai :

a. Kurang (abu-abu kehitaman) b. Cukup (coklat kehitaman) c. Baik (coklat)

d. Sangat baik (warna putih kecoklatan) e. Tidak tahu

4. Kejernihan air laut : a. Kurang (sangat keruh) b. Cukup (keruh)

c. Baik (terlihat tidak sampai dasar) d. Sangat baik (terlihat sampai dasar) e. Tidak tahu

5. Kenyamanan pantai untuk kegiatan wisata (kelapangan, ketentraman dan keamanan) :

a. Kurang nyaman d. Sangat nyaman b. Cukup nyaman e. Tidak tahu c. Nyaman

6. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kesadaran masyarakat di Pantai Putra Deli akan pentingnya kelestarian lingkungan :

a. Kurang d. Sangat baik

b. Cukup e. Tidak tahu

c. Baik

E. Isu dan Masalah

Permasalahan apa saja yang anda temui ketika anda berkunjung ke Pantai Putra Deli :

a. Susahnya akomodasi b. Mahalnya biaya c. Kenyamanan

d. Lainnya (sebutkan) ... F. Pengetahuan Ekowisata dan Mangrove

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang mangrove dan ekowisata ? a. Ya (kategori tinggi/sedang)

b. Tidak (kategori rendah)

2. Apabila ekowisata mangrove dikembangkan di daerah ini, manfaat apa yang akan diperoleh :

a. Potensi sumberdaya yang ada dapat dikembangkan b. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Putra Deli c. Adanya lapangan kerja baru

d. Meningkatnya pendapatan masyarakat

e. Sarana dan prasarana di Pantai Putra Deli dapat ditingkatkan (jawaban boleh lebih dari satu)

3. Setujukah anda bila ekowisata mangrove dikembangkan di daerah ini : a. Setuju

b. Tidak setuju

(4)

... 4. Jika ekowisata mangrove dikembangkan apakah bapak/ibu/saudara/i

berkeinginan untuk dapat berwisata mangrove di Pantai Putra Bali : a. Ya

b. Tidak

Lampiran 2. Kuisioner Masyarakat

Kuisioner penelitian untuk masyarakat Pantai Putra Deli

A. Data Umum

Nama : ... Jenis Kelamin : laki-laki perempuan

Umur : ... tahun

Asal : ...

Pendidikan : SD SLTP SLTA D3 S1 ... Pekerjaan : Utama: ... Sampingan: ...

Pendapatan per bulan : < 500 ribu > 2 juta 500 ribu-1juta ...

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

(5)

1 juta-2 juta

Status dalam keluarga : suami istri anak Jumlah tanggungan : ... orang

Lama tinggal di Kecamatan Pantai Labu : ... Bulan/Tahun

Status di daerah wisata Pantai Putra Deli : ... B. Sarana Prasarana

1. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang penyediaan pondok : a. Kurang d. Sangat Baik

3. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang transportasi menuju Pantai Putra Deli :

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

4. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang penyediaan kios makanan dan minuman :

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

5. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang kondisi jalan menuju Pantai Putra Deli :

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

6. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang listrik : a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

7. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang ketersediaan tempat sampah a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

8. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang penyedian tempat parkir : a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

9. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang tempat ibadah : a. Kurang d. Sangat Baik

(6)

C. Kualitas Ekologi

1. Apa saja daya tarik sumberdaya untuk wisata di Pantai Putra Deli ? a. Pantai d. Tumbuhan pesisir

b. Pasir pantai e. ... c. Air laut

2. Keindahan alam/pantai :

a. Kurang indah (tidak ada panorama) b. Cukup indah (panorama cukup indah) c. Indah (panorama indah, laut jernih)

d. Sangat indah (panorama indah, laut yang jernih, ombak yang besar) e. Tidak tahu

3. Kondisi mangove :

a. Kurang (banyak yang mengalami kerusakan dan tidak beragam jenis) b. Cukup (sedikit mengalami kerusakan dan beragam jenis)

c. Baik (tidak mengalami kerusakan dan beragam jenis) d. Sangat baik (lestari dan beragam jenis)

e. Tidak tahu

4. Kondisi pasir pantai :

a. Kurang (abu-abu kehitaman) b. Cukup (coklat kehitaman) c. Baik (coklat)

d. Sangat baik (warna putih kecoklatan) e. Tidak tahu

5. Kejernihan air laut : a. Kurang (sangat keruh) b. Cukup (keruh)

c. Baik (terlihat tidak sampai dasar) d. Sangat baik (terlihat sampai dasar) e. Tidak tahu

6. Kenyamanan pantai untuk kegiatan wisata (kelapangan, ketentraman dan keamanan) :

a. Kurang nyaman d. Sangat nyaman b. Cukup nyaman e. Tidak tahu c. Nyaman

7. Kegiatan dan frekuensi pemanfaatan perairan di Pantai Putra Deli oleh penduduk sekitar :

a. ... b. ... c. ... (misal: menangkap ikan, kegiatan budidaya ikan)

8. Alasan melakukan kegiatan pemanfaatan tersebut:

... ... ... (misal: kebutuhan sehari-hari, berhubungan dengan kegiatan wisata)

(7)

a. ... b. ... c. ... D. Isu dan Masalah

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui status lahan kepemilikan Pantai Putra Deli merupakan milik ...

2. Apa saja permasalahan yang timbul pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Pantai Putra Deli ?

a. ... b. ... c. ... 3. Apakah di Pantai Putra Deli masih ada kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan racun atau bom ?

a. Ya c. Tidak tahu

b. Tidak

4. Bagaimana sistem pembuangan limbah cair dan dampak apa saja yang sudah ditimbulkan ?

... ... E. Pengetahuan Ekowisata dan Mangrove

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang mangrove dan ekowisata ? a. Ya (kategori tinggi/sedang)

b. Tidak (kategori rendah)

2. Apabila ekowisata mangrove dikembangkan di daerah ini, manfaat apa yang akan diperoleh :

a. Potensi sumberdaya yang ada dapat dikembangkan b. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Putra Deli c. Adanya lapangan kerja baru

d. Meningkatnya pendapatan masyarakat

e. Sarana dan prasarana di Pantai Putra Deli dapat ditingkatkan (jawaban boleh lebih dari satu)

3. Bagaimana presepsi Bapak/Ibu mengenai potensi wisata di Pantai Putra Deli a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

4. Apakah anda merasa terganngu bila Pantai Putra Deli dijadikan kawasan Ekowisata Mangrove ?

a. Ya

b. Tidak terganggu

(8)

c. Pengelola Pondok

Lampiran 3. Kuisioner Pengelola

Kuisioner penelitian untuk pengelola Pantai Putra Deli

A. Data Umum Jumlah tanggungan : ... orang

Lama tinggal di Kecamatan Pantai Labu : ... Bulan/Tahun

Status di daerah wisata Pantai Putra Deli : ... B. Sarana dan Prasarana

1. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang jumlah pengunjung yang wisata ke Pantai Putra Deli:

= ... ... ... 2. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang sarana dan prasarana yang

sudah tersedia di Pantai Putra Deli:

= ... ... ... C. Kualitas Ekologi

1. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang sumberdaya yang ada di Pantai Putra Deli:

= ... ...

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

(9)

2. Bagaimana menurut bapak/ibu/saudara/i tentang keindahan alam/pantai: = ... ... ... 3. Kondisi mangrove :

= ... ... ... 4. Alasan bapak/ibu/saudara/i untuk mengelola Pantai Putra Deli untuk menjadi

area wisata pantai:

= ... ... ... 5. Apa harapan Bapak/Ibu dari adanya kegiatan wisata, terutama wisata

mangrove ?

a. ... b. ... c. ... D. Isu dan Masalah

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui status lahan kepemilikan Pantai Putra Deli merupakan milik ...

2. Apa saja permasalahan yang timbul pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Pantai Putra Deli ?

a. ... b. ... c. ... 3. Apakah di Pantai Putra Deli masih ada kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan racun atau bom ?

a. Ya c. Tidak tahu

b. Tidak

4. Bagaimana sistem pembuangan limbah cair dan dampak apa saja yang sudah ditimbulkan ?

... ... E. Pengetahuan Ekowisata dan Mangrove

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang mangrove dan ekowisata ? a. Ya (kategori tinggi/sedang)

b. Tidak (kategori rendah)

2. Apabila ekowisata mangrove dikembangkan di daerah ini, manfaat apa yang akan diperoleh :

a. Potensi sumberdaya yang ada dapat dikembangkan b. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Putra Deli c. Adanya lapangan kerja baru

d. Meningkatnya pendapatan masyarakat

(10)

(jawaban boleh lebih dari satu)

3. Bagaimana presepsi Bapak/Ibu mengenai potensi wisata di Pantai Putra Deli a. Kurang d. Sangat Baik

b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

4. Apakah anda merasa terganngu bila Pantai Putra Deli dijadikan kawasan Ekowisata Mangrove ?

a. Ya

b. Tidak terganggu

5. Apakah ada saran dari Bapak/Ibu mengenai ekowisata mangrove di Pantai Putra Deli:

(11)

Lampiran 4. Jenis mangrove Bruguiera cylindrical

Daun

Pohon Buah

Avicennia lanata

(12)

Avicennia alba

Buah

Pohon Daun

Avicennia marina

(13)

Rhizophora mucronata

Buah Daun

Lumnitzera littorea

Daun

Finlaysonia maritima

(14)

Passiflora foetida

Daun dan Buah Bunga

Acrostichum speciosum

(15)
(16)
(17)
(18)

Lampiran 6. Jenis Fauna yang ditemukan

Mycteria cinerea Boiga sp.

Telescopium telescopium Scylla serrata

(19)

Lampiran 7. Tabel Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove Setiap Stasiun Stasiun I

No Parameter Bobot Hasil Skor S*B

1 Ketebalan Mangrove

(m) 5 312 2 10

2 Kerapatan Mangrove

(100 m2) 3 55 3 9

Indeks kesesuaian Ekowisata 71,79%

Kategori SB

Stasiun II

No Parameter Bobot Hasil Skor S*B

1 Ketebalan Mangrove

(m) 5 247 2 10

2 Kerapatan Mangrove

(100 m2) 3 44 3 9

Indeks kesesuaian Ekowisata 76,92%

(20)

Stasiun III

Indeks kesesuaian Ekowisata 74,35%

Kategori SB

Keterangan:

SB = Sesuai Bersyarat

Contoh Perhitungan Stasiun I Nmaks = Nilai Maksimum (39)

Ketebalan Mangrove = Ni = 5 x 2 = 10

Indeks Kesesuaian (IKW) :

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Alfira, R. 2014. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove pada Kawasan Suaka Margasatwa Mampie di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. [Skripsi]. Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Armos, N.H. 2013. Studi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Ditinjau Berdasarkan Biogeofisik. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Azkia, F. A. 2013. Kesesuaian Ekosistem Mangrove dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Dukuh Tambaksari Desa Bedono, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro, Semarang.

Fadrika, T.M., Rahmawaty dan Z. A. Harahap. 2014. Kajian Potensi untuk Ekowisata di Pantai Lestari Indah Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Jurnal. Jurnal Aquacoastmarine Vol. 7 (2).

Hutabarat, S dan Stewart, M.E. 2008. Pengantar Oseanografi. UI-Press, Jakarta. Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Dikutip dari

Jaya, I. 2007. Pengelolaan Lingkungan Kawasan Wisata Danau Lebo Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. [Tesis]. Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Kawaroe, M. 2001. Kontribusi Ekosistem Mangrove Terhadap Struktur Komunitas Ikan di Pantai Utara Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal Pesisir dan lautan.Vol 3 (3).

Krebs, C. J. 1989. Ecologycal Methodology. University of British Colombia. Harper Collians Publisher, New York.

Lapoo. A., A. Fahrudin, D. G. Bengen dan A. Damar. 2010. Kajian Karakteristik dan Kesesuaian Kawasan Mangrove untuk Kegiatan Ekowisata Mangrove di Gugus Pulau Togean, Taman Nasional Kepulauan Togean. Vol 33 (4).

(22)

Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan Ekowisata di Estuari Perancak, Jembrana, Bali. [Skripsi]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Musrifin. 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai. Vol 16 (1).

Ningsih, S. S. 2008. Investarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara, Medan

Noor, Y.K., M. Khazali., dan I. N. N. Suryadiputra. 2006. Panduan pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Romimohtarto, K dan S, Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan, Jakarta.

Rozalina, N., A. Pratomo dan D. Apdillah. 2014. Kesesuaian Kawasan Untuk Pengembangan Ekowisata Mangrove Berdasarkan Biofisik di Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan. [Jurnal]. Jurnal Umrah Vol 9 (8).

Ruddle, A. 1998. Traditional Community – Based Coastal Marine Fisheries Management in Viet Nam. Ocean and Coastal Management. Elsevier Science. Sawitri, R., M. Bismark dan E. Karlina. 2013. Ekosistem Mangrove sebagai

Obyek Wisata Alam di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kota Tarakan. Vol 10 (3).

Setiawan, N. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Universitas Padjajaran, Bandung.

Siagian, M., M. Basyuni dan R. Leidonald. 2014. Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Jurnal. Jurnal Aquacoastmarine Vol. 7 (2).

Sitohang, P. S., Yunasfi dan A. M. Rangkuti. 2014. Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Jurnal. Jurnal Aquacoastmarine Vol. 4 (3).

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.

(23)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015 di Pantai Putra Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Identifikasi jenis mangrove dilakukan langsung di lapangan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan

(24)

Pantai Putra Deli, rencana biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2 dan formulir pertanyaan (kuisioner) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel

Stasiun I : Stasiun ini secara geografis terletak pada 03040’41,8”LU dan 98054’53,7” BT. Merupakan area hutan mangrove yang dekat dengan aktivitas wisata pantai dan terletak di bagian Barat Pantai Putra Deli dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Lokasi Stasiun I

(25)

Gambar 5. Lokasi Stasiun II

Stasiun III : Stasiun ini secara geografis terletak pada 03040’32,8”LU dan 98054’54,2” BT. Merupakan hutan mangrove yang berada jauh dari kegiatan pada aktivitas manusia serta dominan substratnya berjenis lumpur dan terletak dibagian Timur Pantai Putra Deli dapat dilihat pada Gambar 6.

(26)

Pengumpulan Data

Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan 1. Data Primer

Adapun data primer yang diperoleh dengan melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat lokal dan pihak-pihak terkait.

a. Pengambilan Contoh Vegetasi Mangrove

Metode yang digunakan adalah Purposive Random Sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun. Stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 stasiun dengan area sepanjang transek garis yang dibentangkan mulai dari batas laut tumbuhnya mangrove sampai batas daratan dimana mangrove masih tumbuh. Pada masing-masing stasiun ditentukan 5 transek/plot. Transek pertama dimulai dari arah laut menuju ke daratan dan tegak lurus garis pantai. Masing-masing transek/plot memiliki jarak sekitar 50 meter, sedangkan jarak antara stasiun sekitar 300 meter. Skematik transek pengukuran mangrove dapat dilihat pada Gambar 7.

Transek/ plot

Gambar 7. Skematik Transek Pengukuran Mangrove Laut

(27)

Pengambilan contoh untuk analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan transek garis (line transect). Identifikasi jenis mangrove dapat langsung ditentukan dilapangan dan jenis yang belum diketahui jenisnya diidentifikasi di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan dengan mengacu pada buku identifikasi. Pada transek pengamatan dibuat petak-petak contoh dengan tingkat tegakan menurut Onrizal dan Kusmana (2008) :

1. Pohon adalah memiliki diameter batang lebih dari 10 cm pada cetak contoh 10 x10 meter.

2. Pancang adalah anakan yang memiliki diameter batang kurang dari 10 cm dengan tinggi lebih dari 1,5 meter pada petak contoh 5 x 5 meter.

3. Semai adalah anakan yang memiliki tinggi kurang dari 1,5 meter pada petak contoh 2 x 2 meter.

Contoh transek pengukuran vegetasi mangrove diperlihatkan pada Gambar 8.

10 m

5 m 10 m

2 m

2 m 5 m

2 m Arah Rintis 2 m 5 m 10 m

5 m

10 m

Gambar 8. Transek Pengkuran Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kategori Pohon (10 x 10 m), Pancang (5 x 5 m) dan Semai (2 x 2 m).

(28)

b. Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat dan Pengunjung

Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara langsung dengan responden (pedoman dengan kuisioner). Jumlah responden menggunakan nilai galat 5% untuk masyarakat dan pengunjung. Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung yang berkunjung ke Pantai Putra Deli dalam waktu satu bulan dan masyarakat sekitar Pantai Putra Deli. Sampel data yang diambil dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin diacu Setiawan (2007).

�= N

N. d2+ 1

Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = galat pendugaan

c. Pengambilan Biota Mangrove

Pengambilan biota mangrove dilakukan dalam plot/ transek yang sama dengan pengambilan vegetasi mangrove. Sampel biota yang diambil dari substrat dan yang menempel di pohon yang ada dalam plot kemudian dihitung jumlah biota tersebut. Eratnya hubungan antara jenis mangrove dengan biota ditentukan dengan banyaknya jumlah individu biota yang ditemukan pada lokasi mangrove.

Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia Perairan

(29)

Tabel 1. Parameter Fisika Kimia Perairan

Parameter Satuan Alat Tempat Analisis

Fisika

Pengambilan contoh air dilakukan pada plot 1, 3 dan 5. Contoh air diambil kemudian dianalisis secara in situ. Pengukuran yang dilakukan meliputi nitrat dan phosphate yang terkandung dalam air. Hasil dari pengukuran parameter fisika dan kimia perairan akan dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya secara tidak langsung. Data tersebut antara lain seperti buku, literatur, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi bersangkutan atau media lain mengenai mangrove dan ekowisata mangrove. Sumber data berasal dari Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Daerah.

Analisis Data

1. Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove

(30)

secara ekologi, yaitu dibatasi pada penentuan nilai kerapatan mangrove saja, yang merupakan salah satu aspek dalam penentuan kesesuaian suatu kawasan ekowisata mangrove. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Kerapatan (K) = Jumlah Individu Luas Petak Contoh

Kerapatan relatif (KR) adalah perbandingan antara jumlah kerapatan jenis i dan jumlah total Kerapatan seluruh jenis :

K. Relatif (KR) = K suatu jenis

K total seluruh jenis x 100%

2. Analisis Indeks Keanekaragaman

Tingkat keanekaragaman jenis dapat dihitung dengan menggunakan rumus Shannon dan Wiener (Krebs, 1989) sebagai berikut:

H′=� �ni

H = Indeks keanekaragaman ni = Jumlah individu

n = Jumlah total individu Dengan kriteria:

H’< 1 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah 1>H’>3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang H’>3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi

3. Analisis Kesesuaian Ekologis

(31)

dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari (Yulianda, 2007) adalah sebagai berikut:

IKW =� � Ni

N maks� x 100% s

i=1

Keterangan:

IKW = Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove (Sesuai: 83%- 100%, Sesuai Bersyarat: 50%-<83%, Tidak Sesuai: 50%)

Ni = Nilai parameter ke-I (Bobot x Skor)

Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove (39).

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain : ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut dan objek biota dapat dilihat pada tabel 2 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Matriks kesesuaian ekowisata mangrove

Sumber: Modifikasi Yulianda, 2007

No Parameter Bobot Kategori

(32)

4. Analisis Daya Dukung

Analisis daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari yang tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007).

DDK = k x Lp Lt x

Wt Wp

Keterangan:

DDK = Daya Dukung Kawasan (orang)

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp = Panjang area yang dapat dimanfaatkan (m)

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m)

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/liter)

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari)

(33)

yang digunakan untuk kategori ekowisata mangrove ialah 50 meter dan pengunjung yang melakukan ekowisata ialah satu orang.

5. Analisis Kelembagaan Pengelolaan Ekowisata Mangrove

Pengembangan kelembagaan pengelolaan kawasan wisata mangrove di pantai Putra Deli mencakup perbaikan organisasi pengelolaan dan aturan main pengelolaan. Perbaikan organisasi pengelolaan dengan melihat kondisi organisasi pengelolaan eksisting dan melihat kesenjangan dengan kondisi yang seharusnya. Kemudian merumuskan organisasi untuk mengoptimalkan koordinasi dan komando antara pihak yang terkait.

Untuk aturan main pengelolaan kawasan pesisir mengacu pada konsep pengelolaan yang dikembangkan oleh Ruddle (1998). Seperti halnya organisasi pengelolaan dengan melihat kondisi eksisting terhadap aturan main yang ada saat ini yang dibandingkan dengan kondisi yang seharusnya dilakukan. Pola pengelolaan dari Ruddle (1998) mengacu pada struktur kelembagaan yang terdiri dari :

1. Kewenangan (authority) hal ini akan terkait dengan wilayah kekuasaan dan bagaimana sistem pinjam dari pemerintah kepada masyarakat.

2. Tata aturan (rules) hal ini akan berkaitan dengan norma/peraturan yang mengikat antara pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan ekowisata mangrove

(34)

4. Pemanfaatan dan kontrol (monitoring) hal ini berkaitan dengan bagaimana pemantauan dari pihak pemerintah terhadap pelaksanaan semua aturan, norma, perjanjian maupun sanksi yang di sepakati. Selain itu, keterlibatan masyarakat terhadap monitoring juga perlu di analisis apakah perlu dilibatkan ataupun tidak.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Monografi Desa

Jumlah kepadatan penduduk Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2013 mencapai sekitar 537 jiwa/km2. Luas wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah 81,85 km2 dengan jarak dari Kota Medan ialah 10 km2. Jumlah penduduk Desa Denai Kuala pada tahun 2013 mencapai 2404 orang. Dengan kepadatan 302 jiwa/ km2. Jumlah penduduk laki-laki ialah 1226 orang dan perempuan 1178 orang.

Penduduk Desa Denai Kuala terdiri atas agama Islam, Protestan dan Budha. Agama masyarakat di Desa Denai Kuala berdasarkan data primer yang diperoleh dari pihak kelurahan adalah Islam (82,61%), Protestan (9,52%) dan Budha (7,86%).

Ekosistem Mangrove

1. Potensi Sumberdaya Mangrove

(36)

Tabel 3. Komposisi Jenis Mangrove

 = Terdapat komposisi jenis mangrove - = Tidak terdapat komposisi jenis mangrove

Dari hasil pengamatan, diperoleh kisaran kerapatan jenis setiap stasiun, baik itu untuk tingkat pohon, pancang dan semai. Tabel hasil pengolahan data primer potensi mangrove dapat dilihat pada Lampiran 4. Stasiun I terdiri dari 5 jenis mangrove, yaitu Avicennia alba, A. lanata, A. marina, Bruguiera cylindrica. Kerapatan jenis yang paling besar pada stasiun ini adalah pada jenis Bruguiera cylindrica. Nilai kerapatan total kategori pohon pada stasiun I adalah 39 ind/100 m2. Kerpatan jenis untuk kategori pohon pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun I kategori Pohon

(37)

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun I Kategori Pancang

No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K (ind/ha)

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori semai pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun I Kategori Semai

No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K (ind/ha)

(38)

Tabel 7. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun II Kategori Pohon

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun II Kategori Pancang

No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K (ind/ha)

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori semai pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun II Kategori Semai

No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K (ind/ha)

(39)

Nilai kerapatan total kategori pohon pada stasiun III adalah 51 ind/m2. Kerapatan jenis untuk kategori pohon pada stasiun III dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Pohon

No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K (ind/ha)

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun III dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun III Kategori Pancang

No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K (ind/ha)

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori semai pada stasiun III dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun III Kategori Semai

(40)

2. Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pantai Putra Deli

Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa. Komunitas fauna ekosistem mangrove di Pantai putra Deli membentuk percampuran antara dua kelompok fauna daratan (teresterial) dan kelompok fauna perairan (akuatik).

Kelompok fauna daratan (teresterial) di Pantai Putra Deli adalah jenis burung seperti Bangau Putih Susu (Mycteria cinerea), Burung Kuntul Karang (Egretta sacra), Burung Camar (Laras saundersi) dan jenis reptil seperti Ular Pohon (Boiga sp.), Ular Lumpur (Enhydris plumbea), Biawak (Varanussalvator). Kelompok fauna perairan (akuatik) di daerah ini adalah jenis Ikan Blodok (Periophthalmus chrysospilos). Jenis moluska seperti Telescopium telescopium. Jenis krustasea adalah Scylla serrata.

Keberadaan fauna-fauna ini dapat menjadi potensi pengembangan alternatif wisata mangrove dekat daerah pantai lainnya. Contoh alternatif-alternatif ini seperti pengamatan jenis burung dan fotografi. Dengan adanya fauna-fauna yang ada di daerah mangrove Pantai Putra Deli akan menarik minat para wisatawan untuk melakukan ekowisata.

(41)

Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan Ekowisata

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Indeks kesesuaian ekologis dapat digunakan untuk mengidentifikasikan apakah suatu ekosistem sesuai (S), sesuai bersyarat (SB), atau tidak sesuai (N) untuk suatu kegiatan wisata. Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilian.

Berdasarkan analisis kesesuaian ekologi 3 stasiun pengamatan, diperoleh 3 stasiun yang termasuk ke dalam kategori sesuai bersyarat (SB) yaitu stasiun I, stasiun II dan stasiun III (Tabel 13 dan Lampiran 6). Kategori sesuai bersyarat menunjukkan bahwa untuk menjadikan lokasi ini sebagai lokasi ekowisata mangrove, diperlukan upaya perlindungan seperti penanaman kembali jenis mangrove guna tetap menjaga potensi mangrove di kawasan tersebut dan pengelolaan terlebih dahulu sebelum dijadikan sebagai kawasan wisata. Perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem mangrove penting dilakukan untuk mencegah terjadi biodegradasi mangrove yang menyebabkan terjadinya kerusakan alami.

Tabel 13. Indeks Kesesuaian Ekosistem untuk Wisata Mangrove Lokasi

Pengamatan Total Skor

Indeks Kesesuaian

Ekosistem (%) Tingkat Kesesuaian

Stasiun I 28 71,79 SB

Stasiun II 30 76,92 SB

Stasiun III 29 74,35 SB

(42)

Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya

1. Karakteristik Masyarakat Pemanfaatan Ekosistem Mangrove

Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang bermukim di Kecamatan Pantai Labu dan sebagian besar masyarakat yang memanfaatkan Pantai Putra Deli. Jumlah masyarakat sebanyak 27 orang, terdiri atas 14 orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

Sebagian besar usia masyarakat yang memanfaatkan Pantai Putra Deli berkisar antara 23-32 tahun dengan persentase 11%, kisaran usia 33-42 tahun adalah 15%, kisaran usia 43-52 tahun adalah 20%, kisaran usia 53-62 tahun adalah 25% dan kisaran usia 63-68 tahun adalah 29% yang memanfaatkan Pantai Putra Deli selama wawancara. Karakteristik usia masyarakat di Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Karakteristik Usia Masyarakat

Secara umum pendidikan masyarakat di sekitar Pantai Putra Deli masih rendah. Pendidikan SD sebanyak 44%, SLTP sebanyak 19%, SLTA sebanyak 33% dan yang tidak memiliki pendidikan sebanyak 4%. Karakteristik pendidikan dapat dilihat pada Gambar 10.

11%

15%

20%

25% 29%

23-32

33-42

43-52

53-62

(43)

Gambar 10. Karakteristik Tingkat Pendidikan Masyarakat

Berdasarkan karakteristik pekerjaan, terdapat masyarakat yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15%, buruh sebanyak 7%, guru sebanyak 4%, nelayan sebanyak 15%, , pengelola sebanyak 4% dan wiraswasta sebanyak 55%. Karakteristik pekerjaan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 11. Masyarakat di Kecamatan Pantai Labu khususnya Desa Denai Kuala Dusun II memliki pekerjan sebagai wiraswasta.

Gambar 11. Karakteristik Pekerjaan Masyarakat 44%

19% 33%

4%

SD

SLTP

SLTA

Tidak Ada

15%

7% 4%

15%

4% 55%

Ibu Rumah Tangga

Buruh

Guru

Nelayan

Pengelola

(44)

2. Pemahaman dan Persepsi Masyarakat

Pemahaman masyarakat terhadap ekosistem mangrove cukup baik. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya. Namun ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui ekosistem mangrove dan lebih dari 10% masyarakat sekitar Pantai Putra Deli belum mengenal istilah ekowisata. Persentase pemahaman masyarakat terhadap ekowisata dan mangrove dapat dilihat pada Gambar 12.

(45)

Gambar 13. Persepsi Masyarakat terhadap Sarana dan Prasarana

Pantai Putra Deli tidak memiliki sumber listrik yang dapat mendukung sarana dan prasarana dalam kegiatan ekowisata. Daerah ini hanya memiliki beberapa sumur alami dan sumur buatan (bor) yang dapat membantu masyarakat dalam penyediaan air bersih di sekitar pantai, tetapi saat ini belum dapat berjalan dengan baik. Namun alur transportasi menuju Pantai Putra Deli sudah mendukung sarana dan prasarana sedangkan untuk ketersediaan tempat sampah di daerah ini juga kurang mendukung, dengan terlihat masih banyak sampah yang berserakan di sekitar Pantai Putra Deli.

3. Kegiatan Pemanfaatan Pantai Putra Deli Oleh Masyarakat

Masyarakat sebagian besar melakukan kegiatan pemanfaatan Pantai Putra Deli untuk kegiatan penangkapan ikan, budidaya ikan, pemancingan ikan dan

sebagian kecil untuk kegiatan bercocok tanam (tanaman ubi dan kacang-kacangan). Alasan masyarakat melakukan kegiatan tersebut untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat dan didukung dengan potensi sumberdaya alam yang tersedia di daerah tersebut cukup tinggi.

70

Kurang Cukup Baik Sangat

(46)

4. Keterlibatan Masyarakat

Satu diantara tujuan kegiatan ekowisata adalah untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan ekowisata sangat penting, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menetukan kualitas produk wisata. Dari hasil wawancara, seluruh dari masyarakat berkeinginan untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata. Masyarakat yang ingin terlibat dalam kegiatan ekowisata ini nantinya ada yang bersedia menjadi pemandu (guide), pengelola, pengelola pondok dan penjual makanan. Persentase masyarakat yang ingin ikut terlibat dalam ekowisata mangrove dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Pekerjaan Masyarakat yang Ikut Terlibat

5. Karakteristik Pengunjung

Sama halnya dengan masyarakat, jumlah pengunjung yang diwawancarai sebanyak 55 orang. Pengunjung yang diwawancarai adalah pengunjung yang dating ke Pantai Putra Deli dan melakukan kegiatan pemanfaatan seperti kegiatan wisata.

18%

15%

19%

48% Pemandu (Guide)

Pengelola

Pengelola Pondok

(47)

Usia pengunjung didominasi oleh kisaran usia 12-21 tahun sebanyak 7%, kisaran 22-31 tahun sebanyak 14%, kisaran usia 32-41 tahun sebanyak 20%, kisaran usia 42-51 tahun sebanyak 26% dan kisaran usia 52-61 tahun sebanyak 33%. Karakteristik usia pengunjung dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Karakteristik Usia Pengunjung

Tingkat pekerjaan pengunjung sangat bervariasi. Tingkat pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 9%, mahasiswa dan pelajar sebanyak 33%, wiraswasta sebanyak 27%, pegawai swasta sebanyak 9%, pegawai negeri sebanyak 13% dan yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 9%. Karakteristik tingkat pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 16.

(48)

6. Pemahaman dan Persepsi Pengunjung

Secara umum pemahaman tentang ekosistem mangrove dan ekowisata masih sangat rendah. Kegiatan ekowisata dalam pelaksanaannya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pengunjung tentang ekosistem mangrove. Pemahaman pengunjung ekowisata dan mangrove dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Pemahaman Pengunjung terhadap Mangrove dan Ekowisata Pengunjung Pantai Putra Deli mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana seperti listrik, air bersih, transportasi dan tempat sampah belum memadai. Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana dapat dilihat pada Gambar 18. Kegiatan wisata yang akan dikembangkan di suatu wilayah harus didukung dengan adanya fasilitas umum penunjang kegiatan, seperti kamar mandi umum, tempat sampah dan fasilitas lainnya.

(49)

Gambar 18. Persepsi Pengunjung terhadap Sarana dan Prasarana

Pengunjung merupakan salah satu factor yang mempengaruhi suatu daerah layak untuk dijadikan sebagai objek wisata. Banyak aspek yang dapat mempengaruhi banyaknya jumlah pengunjung di suatu daerah wisata. Satu diantaranya berasal dari masyarakat daerah tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pengunjung, daerah Pantai Putra Deli termasuk dalam kategori yang baik dalam pemberian sambutan terhadap pengunjung oleh masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat menjadikan sebagai satu kelebihan masyarakat dalam mempromosikan daerah wisatanya, dimana pengunjung merasa nyaman untuk melakukan kegiatan wisata di daerah tersebut. Persepsi pengunjung terhadap sambutan masyarakat Pantai Putra Delu dapat dilihat pada Gambar 19.

10 12

Kurang Cukup Baik Sangat

(50)

Gambar 19. Persepsi Pengunjung terhadap Sambutan Masyarakat

Masyarakat Pantai Putra Deli sudah cukup memiliki kesadaran terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan karena pengunjung sebagian besar merasa lingkungan di sekitar Pantai Putra Deli dalam keadaan yang terawat. Hal ini terbukti dengan tersedianya sarana dan prasarana dalam penunjang kelestarian lingkungannya terutama tempat sampah. Persepsi pengunjung terhadap kesadaran masyarakat Pantai Putra Deli dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Persepsi Pengunjung terhadap Kesadaran Masyarakat 36%

25% 31%

6% 2%

Kurang

Cukup

Baik

Sangat Baik

Tidak tahu

36%

45%

15% 2% 2%

Kurang

Cukup

Baik

Sangat Baik

(51)

7. Keinginan Pengunjung Berwisata Mangrove di Pantai Putra Deli

Sekitar 82% pengunjung mengatakan bersedia datang untuk berwisata mangrove dan sisanya 18% mengatakan tidak bersedia melakukan wisata mangrove di daerah Pantai Putra Deli. Jenis kegiatan wisata yang ditawarkan dapat mempengaruhi tingkatn keinginan pengunjung untuk datang ke suatu kawasan wisata dan melakukan kegiatan wisata. Persentase keinginan pengunjung untuk berwisata mangrove di Pantai Putra Deli dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Keinginan Pengunjung untuk Berwisata Mangrove

Daya Dukung Kawasan untuk Kegiatan Ekowisata

Analisis daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Nilai daya dukung kawasan Pantai Putra Deli dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran 12.

82% 18%

Mau

(52)

Tabel 14. Nilai Daya Dukung Kawasan

Ekosistem mangrove di sekitar kawasan Pantai Putra Deli memiliki keunikan yang khas yaitu memiliki jenis mangrove yang cukup banyak, kondisi ekosistemnya yang sangat menarik dengan adanya tempat pemancingan ikan diantara hamparan hutan mangrove. Keunikan ini dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisatawan untuk melakukan kegiatan ekowisata melalui perairan ataupun daratan. Alternatif tracking kawasan Pantai Putra Deli. Pada usulan track hanya terdapat lokasi yang berada di daratan yaitu terdapat di stasiun I, stasiun II dan stasiun III. Usulan track untuk ekowisata mangrove ini dilakukan dengan berjalan kaki.

Ekosistem mangrove merupakan slah satu potensi wisata di kawasan Pantai Putra Deli. Semua stasiun pengamatan dilapangan dapat dijadikan track darat ekowisata mangrove. Untuk stasiun I berjarak 250 meter ke arah darat, stasiun II berjarak 300 meter ke arah darat dan stasiun III berjarak 200 meter ke arah darat. Cara untuk menikmati track ini adalah dengan berjalan menyusuri ekosistem mangrove dengan menggunakan fasilitas keamanan berupa sepatu mangrove. Kegiatan ini dapat memberkan pengalaman, seperti pengalaman berjalan di tengah hutan mangrove, memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis mangrove dan ciri-ciri khasnya serta manfaat dari beberapa jenis-jenis mangrove yang terdapat di kawasan tersebut. Pengamati jenis-jenis fauna yang terdapat di sekitar ekosistem mangrove seperti burung bangau juga dapat dijadikan sebagai

Lokasi DDK (orang/hari)

Total (orang/hari)

Stasiun I 20 20

Stasiun II 24 24

(53)

daya tarik dalam track. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan kesadaran masyarakat maupun pengunjung akan pentingnya ekosistem mangrove.

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adlaah membuat jalan setapak dengan panjang disesuaikan dengan ketebalan mangrove sampai ke arah daratan dan lebar sekitar 2 meter. Contoh jalan setapak tersebut seperti terdapat pada stasiun I (Gambar 22), stasiun II (Gambar 23) dan stasiun III (Gambar 24) dan masih perlu dilakukan perbaikan jalan. Track daratan dibuat dengan pertimbangan pada daerah yang memenuhi criteria sesuai dengan indeks kesesuaian wisata atau kategori sesuai bersyarat. Kegiatan yang dilakukan pada kawasan ini dalam pelaksanaannya harus memperhatikan daya dukung kawasan.

Gambar 22. Track stasiun I

(54)

Gambar 24. Track stasiun III

Analisis Kelembagaan Pengelolaan Ekowisata Mangrove di Pantai Putra Deli 1. Status Kawasan

(55)

2. Organisasi Pengelolaan Pantai Putra Deli

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terjadi konflik terhadap status pengeloaan Pantai Putra Deli yang selama ini tidak jelas. Masyarakat merasa terganggu adanya pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak yang mengaku dari pemerintah. Hal ini menjadi satu penyebab tidak berjalannya wisata Pantai Putra Deli ketika pihak tersebut datang. Pemerintah dalam hal ini seharusnya dapat bertindak sepenuhnya untuk memberi kejelasan terhadap pemungutan liar yang dilakukan pihak yang tidak jelas, agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Hasil wawancara terhadap masyarakat dan pengunjung serta penentuan daya dukung kawasan dan alternatif track) diperoleh kesimpulan bahwa Pantai Putra Deli memiliki potensi yang tinggi dan sesuai bersyarat dijadikan sebagai obyek ekowisata mangrove.

(56)

masyarakat tersebut sebenarnya adalah untuk dirinya sendiri. Masyarakat yang terlibat merupakan masyarakat yang memiliki keinginan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam, selain itu masyarakat memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan kawasan.

(57)

Pembahasan

Ekosistem Mangrove

Keanekaragaman sumberdaya hayati yang dimiliki oleh Pantai Putra Deli sangat beragam dan berpotensi sangat baik. Hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya 7 jenis mangrove yang terdiri dari atas Avicennia alba, A. lanata, A. marina, Rhizophora mucronata, Bruguiera cylindrica, Acrostichum speciosum, Lumnitzera littorea. Keadaan ini yang membedakan Pantai Putra Deli berbeda dengan pantai-pantai lainnya yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang maupun di

Sumatera Utara dalam hal potensi dan keanekaragamannya. Menurut Alfira (2014), salah satu konsep pariwisata yang sedang marak adalah ekowisata,

dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas-prioritas. Dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

(58)

Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan Ekowisata

Kelayakan pengembangan ekowisata mangrove ditentukan berdasarkan analisis ekologi, sosial-ekonomi, dan faktor penunjang. Berdasarkan penelitian sebelumnya Siagian, dkk., (2015) menyatakan bahwa potensi sumberdaya alam dan potensi lokal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan sosial budaya masyarakat pesisir Sei Nagalawan perlu dikaji dan selanjutnya diarahkan pengembangannya sebagai wisata yang berkualitas dan menarik bagi wisatawan dengan tetap menjaga lingkungan alamiah ekosistem mangrove di pesisir Sei Nagalawan. Hal ini sangat berpengaruh penting, melihat kondisi di lapangan yang pada dasarnya Pantai Putra Deli masih perlu diperhatikan dalam penyediaan sarana dan prasarananya terutama dalam penyediaan air bersih, listrik, transportasi dan tempat sampah yang pada hasil wawancara masih kurang memadai.

(59)

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari pengelola wisata Pantai Putra Deli, perairan Pantai Putra Deli dan sekitarnya termasuk jenis pasang surut diurnal. Dengan tinggi pasang surut 2 meter. Menurut Musrifih (2011) menyatakan Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal tides). Apabila terjadi pasang maka kegiatan mangrove dapat dilakukan di stasiun lain dan apabila terjadi surut maka kegiatan wisata dapat dilakukan dengan berjalan kaki.

Persepsi Masyarakat di Pantai Putra Deli

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat diperoleh karakteristik usia masyarakat yang banyak memanfaatkan Pantai Putra Deli tertinggi pada usia 63-68 tahun yaitu sebanyak 29%. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan masyarakat Pantai Putra Deli yang masih rendah dengan pendidikan, ketidakpedulian masyarakat yang masih muda (produktif) untuk ikut serta dalam pengelolaan wisata pantai dan telah banyaknya masyarakat dengan usia muda yang merantau atau tidak peduli dengan ekosistem pantai.

(60)

ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

(61)

Persepsi Pengunjung di Pantai Putra Deli

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dilapangan diperoleh hasil karakteristik usia pengunjung yang paling banyak pada kisaran usia 52-61. Hal ini dikarenakan daya tarik berwisata leih tinggi pada usia tersebut, dimana pengunjung terbanyak didominasi oleh para usia lanjut yang ada di Kecamatan Pantai Labu. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam pengembangan ekowisata mangrove nantinya. Para orang tua dapat mengajak keluarga mereka untuk melakukan ekowisata mangrove di Pantai Putra Deli dan menimbulkan cinta akan kelestarian lingkungannya.

(62)

Daya Dukung Kawasan untuk Kegiatan Ekowisata

Analisis daya dukung mangrove dilakukan pada setiap kegiatan pemanfaatan yang telah dianalisis kesesuaiannya untuk kegiatan ekowisata mangrove. Satu diantara konsep yang tepat untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam yang berada di kawasan wisata yaitu dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. Sitohang, dkk., (2014) menyatakan bahwa analisis daya dukung dilakukan pada setiap kegiatan pemanfaatan yang telah dianalisis kesesuaiannya untuk kegiatan ekowisata mangrove. Satu diantara konsep yang tepat untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam yang berada di kawasan wisata yaitu dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, daya dukung kawasan untuk stasiun I sebanyak 20 orang/hari dengan jarak track 250 meter, stasiun II sebanyak 24 orang/hari dengan jarak track 300 meter dan stasiun III sebanyak 16 orang/hari dengan jarak track 200 meter. Selanjutnya didukung oleh penelitian Fadrika, dkk., (2014) menyatakan bahwa daya dukung kawasan di Pantai Lestari Indah adalah 288 orang/hari atau lebih tepatnya 2016 orang/minggu yang dapat dibandingkan jumlah pengunjung yang datang ke pantai tersebut berkisar 500 orang/minggu diartikan bahwa pantai ini dapat menampung seluruh kegiatan wisata yang dilakukan para pengunjung tanpa melebihi daya dukung kawasan sehingga pantai ini tetap terjaga kelestariannya.

Kelembagaan Pengelolaan Ekowisata Mangrove

(63)

menyatakan bahwa ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonversi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan pembangunan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Masyarakat dapat memnuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan mengelola obyek wisata dan pemerintah memperoleh pendapatan hasil daerah dari obyek wisata tersebut.

(64)

Pola pengelolaan perlu ditetapkan dalam suatu kawasan wisata guna meminimalkan dan mencegah terjadinya konflik antar pemanfaat sumberdaya tersebut. Konflik tersebut seharusnya dapat diatasi dengan pengelolaan yang baik dan memperhatikan keseimbangan ekosistem mangrove. Menurut Rozalina dkk., (2014), menyatakan ekowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata yang menekan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Jika dikaji, maka definisi ini menekankan pada pentingnya gerakan konservasi. Seiring dengan semakin berkembangnya niat konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka lahir definisi baru mengenai ekowisata yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

(65)

Sarana dan Prasarana Pendukung Kawasan

Ketersediaan sarana dan prasarana dibutuhkan dalam ekowisata mangrove agar ekowisata dapat dinikmati dengan baik oleh para pengunjung dan dapat meningkatkan daya tarik Pantai Putra Deli dari segi pantai dan mangrovenya. Hal ini sesuai dengan penelitian Fadrika, dkk., (2014) menyatakan bahwa potensi di Pantai Lestari Indah sangat baik dijadikan untuk tempat ekowisata. Ini dibuktikan dari adanya hasil penebaran kuisioner maupun wawancara yang dilakukan kepada beberapa pihak seperti masyarakat, pengelola dan juga pengunjung Pantai Lestari Indah mengenai prasarana dan sarana juga berdasarkan kondisi pasir maupun pemandangan yang disajikan oleh pantai Lestari Indah yang masih baik.

Keberadaan sarana dan prasarana bagi tempat ekowisata sangat diperlukan guna rasa aman dan nyaman terutama bagi pengunjung. Dari hasil penelitian didapat sarana dan prasarana di Pantai Putra Deli kurang memadai bagi pengunjung dan masyarakat seperti listrik, air bersih, transportasi dan tempat sampah. Siagian, dkk., (2014) menyatakan bahwa sarana dan prasarana adalah salah satu kunci utama yang akan mendukung keberhasilan pengembangan di suatu kawasan. Lebih dari 50% masyarakat mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana yang mencakup listrik, air bersih, aula, transportasi di sekitar kawasan pesisir Sei Nagalawan sudah memadai.

(66)

sekali belum terdapat di kawasan ini sehingga para masyarakat harus menyediakan genset. Fasilitas akomodasi dan transportasi yang masih sulit diperoleh di daerah ini, umumnya pengunjung menggunakan kendaraan pribadi seperti (sepeda motor dan mobil). Penyediaan tempat sampah yang sangat sedikit di daerah ini menyebabkan banyak tumpukan sampah berserakan tidak pada tempatnya. Hal ini sangat mempengaruhi dalam pengembangan suatu kawasan wisata, dimana pengelola harus dapat membuat pengunjung merasa nyaman dan aman untuk melakukan kegiatan wisata di suatu kawasan. Armos (2013) menyatakan potensi wisata adalah semua obyek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan atau hubungan aktivitas dan fasilitas yang dapat menarik pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.

(67)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pantai Putra Deli memiliki potensi mangrove yang lumayan baik terdapat jenis Avicennia alba, A. lanata, A. marina, Rhizophora mucronata, Bruguiera cylindrica, Acrostichum speciosum, Lumnitzera littorea.

2. Pantai Putra Deli dapat dijadikan ekowisata mangrove dengan nilai indeks kesesuaiannya berada pada kategori Sesuai Bersyarat. Daya dukung kawasan untuk kategori Sesuai Bersyarat sebanyak 20 orang untuk stasiun I, 24 orang untuk stasiun II dan 16 orang untuk stasiun III.

3. Penyediaan air bersih, listrik, transportasi dan tempat sampah di Pantai Putra Deli masih dalam keadaan kurang dan penting untuk dilengkapi guna keberlangsungan kegiatan ekowisata mangrove.

4. Organisasi dan pola pengelolaan Pantai Putra Deli didasarkan pada Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dengan menetapkan masyarakat sekitar sebagi pihak pengelola yang memiliki izin dan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.

Saran

1. Masih diperlukan penyediaan sarana dan prasarana pendukung dalam pengembangan kawasan wisata.

(68)

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Umum Wilayah

Kecamatan Pantai Labu merupakan salah satu dari 22 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang yang terletak di daerah Pantai Timur Sumatera Utara. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang mencakup 2.486 km2 yang terdiri dari 394 kelurahan/desa. Secara administratif, batas-batas wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Medan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam - Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Malaka

Kecamatan Pantai Labu memiliki luas 81,85 km2 merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-8 m dpl. Daerah Kecamatan Pantai Labu beriklim tropis dengan suhu berkisar 230C sampai dengan 340C. Wilayah administrasi pesisir Kecamatan Pantai Labu (Desa Denai Kuala, Desa Paluh Sibaji, Desa Rugemuk, Desa Bagan Serdang dan Desa Sei Tuan) yang dijadikan sebagai desa kajian mangrove merupakan kawasan pantai (Ningsih, 2008)

Jarak Desa Denai Kuala dengan pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 km, jarak dengan pusat pemerintahan Kabupaten adalah 17 km, dan jarak dengan pusat pemerintahan Provinsi adalah 95 km. Secara administratif, Desa Denai Kuala mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

(69)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Denai Lama

Pengertian Ekosistem Mangrove

Istilah ‘mangrove’ tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Ada yang mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari bahasa Portugis dan Inggris. Bangsa Portugis menyebut salah satu jenis pohon mangrove sebagai ‘mangue’ dan istilah Inggris ‘grove’, bila disatukan akan menjadi ‘mangrove’ atau ‘mangrave’. Ada kemungkinan pula berasal dari bahasa Malay, yang menyebut jenis tanaman ini dengan ‘mangi-mangi’ atau ‘mangin’. Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut (Irwanto, 2006).

Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak

merugikan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove (Noor, dkk., 1999).

(70)

pohon-pohon di sini tidak sampai merusak lingkungan hidup (Hutabarat dan Stewart, 2008).

Ekosistem mangrove memiliki peran yang sangat penting dalam dinamika ekosistem pesisir dan laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem mangrove merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut. Peran ekosistem mangrove di wilayah pesisir dan laut dapat dihubungkan dengan fungsi ekosistem tersebut dalam menunjang keberadaan biota menurut beberapa aspek antara lain adalah fungsi fisik, biologi, dan sosial ekonomi. Salah satu alasan yang menjadikan ekosistem mangrove sangat terkait dengan perairan disekitarnya adalah keunikan ekosistem mangrove yang merupakan batas yang menghubungkan antara ekosistem darat dan ekosistem laut (Kawaroe, 2001).

Santoso (2006) diacu oleh Muhaerin (2008), menyatakan bahwa ruang lingkup mangrove secara keseluruhan meliputi ekosistem mangrove yang terdiri atas:

1. Satu atau lebih spesies pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas di habitat mangrove (exclusive mangrove).

2. Spesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat hidup di habitat non-mangrove (non-exclusive mangrove).

(71)

4. Proses-proses dalam mempertahankan ekosistem ini, baik yang berada di daerah bervegetasi maupun di luarnya.

5. Daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenarnya dengan laut.

6. Masyarakat yang hidupnya bertempat tinggal dan tergantung pada mangrove.

Karakteristik dan Zonasi Hutan Mangrove

Rawa mangrove adalah salah satu jenis tanah rawa yang terdapat di wilayah pantai dengan sifatnya yang unik, yang berbeda dengan rawa-rawa air tawar dan tanah gambut. Sumbangan terbesar dari rawa mangrove bagi kita adalah karena ia menunjang produksi makanan laut dengan menyediakan zat hara ke perairan pantai sekitarnya serta berlaku sebagai daerah asuhan untuk berbagai jenis Crustacea dan ikan (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

(72)

Dalam lingkungan yang serba berat ini, sangat sulit untuk tumbuh-tumbuhan mangrove berkembang biak seperti tumbuh-tumbuh-tumbuhan biasa. Suatu penyesuaian perkembangbiakan yang disebut viviparitas (viviparity) yang telah dikembangkan. Sekali ia lepas dari induknya ia menancap pada dasar lumpur dengan hipokotil yang seperti paku besar. Adaptasi semacam ini terdapat pada kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora, Bruguiera dan Ceripos. Beberapa

jenis seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan

Nypa fruitcans terdapat pada habitat yang lebih tawar (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Avicennia merupakan marga yang memiliki kemampuan toleransi terhadap kisaran salinitas yang luas dibandingkan dengan marga lainnya. A. marina mampu tumbuh dengan baik pada salinitas yang mendekati tawar sampai dengan 90 permil. Pada salinitas ekstrim, pohon tumbuh kerdil dan kemampuan menghasilkan buah hilang. Jenis-jenis Sonneratia umumnya ditemui hidup di daerah dengan salinitas tanah mendekati salinitas air laut, kecuali S. caseolaris yang tumbuh pada salinitas kurang dari 10 permil. Beberapa jenis lain juga dapat tumbuh pada salinitas tinggi seperti Aegiceras corniculatum pada salinitas 20 – 40

permil, Rhizopora mucronata dan R. Stylosa pada salinitas 55 permil, Ceriops tagal pada salinitas 60 permil dan pada kondisi ekstrim ini tumbuh kerdil,

(73)

Gambar 2. Tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia (Irwanto, 2006)

Fungsi dan Manfaat Vegetasi Mangrove

Mangrove berperan dalam menangkap, menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove (Irwanto, 2006).

Menurut Wibisono (2005) yang diacu oleh Muhaerin (2008), menyatakan secara ekologis ekosistem mangrove mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, di antaranya:

(74)

2. Sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta sebagai pembentuk daratan baru.

3. Merupakan tempat ideal untuk berpijah (spawning ground) dari berbagai jenis larva udang dan ikan.

4. Sebagai cadangan sumber alam (bahan mentah) untuk dapat diolah menjadi komoditi perdagangan yang bisa menambah kesejahteraan penduduk setempat.

Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi (Irianto, 2006).

(75)

kesesuaian strategi pengelolaan berkelanjutan dan diperlukan pengetahuan tentang nilai strategis dari keberadaan hutan mangrove yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar salah satunya melalui kegiatan pengembangan ekowisata dengan upaya konservasi, proses pemberdayaan masyarakat dan kegiatan rekreasi yang dilakukan secara terpadu dan perlu mendapatkan prioritas khusus untuk melestarikan komponen ekosistem wilayah pesisir. (Azkia, 2013).

Menurut Muhaerin (2008) , alternatif pemanfaatan ekosistem mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem ini meliputi: penelitian ilmiah (scientific research), pendidikan (education), dan rekreasi terbatas/ ekoturisme (limited recreation/ecoturism). Potensi rekreasi dalam ekosistem mangrove antara lain (Bahar, 2004):

a. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis vegetasi mangrove seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutu (Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp., Avicenia spp.), akar papan (Heritiera spp.).

b. Buah yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon) yang terlihat oleh beberapa jenis vegetasi mangrove seperti Rhizophora spp. dan Ceriops spp..

c. Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi zonasi).

(76)

biawak, buaya, ular, udang, ikan, kerang-kerangan, keong, kepiting dan sebagainya.

e. Atraksi adat istiadat masyarakat setempat yang berkaitan dengan sumberdaya mangrove.

f. Hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan tumpang sari dan pembuatan garam, bisa menarik wisatawan.

Ekowisata

Pengertian Pariwisata dan Ekowisata

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Yulianda, 2007). Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan yang bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Muhaerin, 2008).

(77)

Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan untuk bersenang-senang mengunjungi obyek / atraksi wisata, menyaksikan secara langsung adat budaya setempat, dan tujuan lainnya (tidak untuk mendapatkan penghasilan), dengan durasi waktu lebih dari 24 jam, sehingga memerlukan kebutuhan utama selain objek-objek wisata yang akan dikunjungi, yaitu: transportasi, akomodasi dan konsumsi. Definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam (Armos, 2013)

(78)

dinikmati, serta pencemaran udara yang akan menimbulkan degradasi lingkungan. (Jaya, 2007).

Perlu adanya konsep pengelolaan yang tepat dan optimal dengan menjamin praktek pengelolaan hutan mangrove sesuai dengan tujuan dan sasaran, sehingga diharapkan mampu menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar yang dengan sendirinya akan membina kesadaran dan kepedulian untuk tetap menjaga lingkungan alamiah hutan mangrove melalui kegiatan ekowisata (Azkia, 2013).

Pengembangan Kawasan Ekowisata

Menurut Jaya (2007), menyatakan bahwa ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonversi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan pembangunan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan Dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni:

1. Ekowisata sebagai produk 2. Ekowisata sebagai pasar

3. Ekowisata sebagai pendekatan pembangunan.

Gambar

Tabel 2. Matriks kesesuaian ekowisata mangrove
Tabel 3. Komposisi Jenis Mangrove
Tabel 5. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun I Kategori Pancang
Tabel 8. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun II Kategori Pancang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat air sumur bor di Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang memiliki tingkat Daya Hantar Listrik yang melewati batas standar kualitas

Keanekaragaman Jenis Burung Air di kawasan Pesisir Pantai Timur Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.. Medan: Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan

Desa Rantau Panjang merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di.. Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten

Komunitas Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Pencemaran Perairan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.. Dibimbing oleh YUNASFI dan ZULHAM

Hubungan Panjang Bobot dengan Indeks Kematangan Gonad Ikan Tembang (Sardinellafimbriata) di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara di bawah bimbingan

Berdasarkan studi &#34; Pengaruh Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Hutan Mangrove di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang&#34;, maka dapat disarankan sebagai

Ekowisata mangrove di Pantai Muara Indah dinilai layak untuk dikembangkan dengan skor 69,5, namun pada beberapa aspek yang masih belum sesuai untuk pengembangan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa upaya konservasi mangrove yang ada di Pantai Muara Indah Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah pembibitan