• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Rantau Panjang merupakan salah satu desa yang berada di daerah

pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai

Labu. Desa Rantau Panjang berdiri pada tahun 1960, orang pertama di Desa

Rantau Panjang berasal dari daerah seperti Padang, Aceh, Melayu, Nias dan

lain-lain. Beragam suku yang berdomisili yang merantau ke Desa Rantau Panjang dan

akhirnya dapat membangun komunitas masyarakat pesisir. Berdasarkan hasil

wawancara Bapak Saiful yang merupakan Sekretaris Desa Rantau Panjang

mengatakan bahwa siapa yang merantau ke sana (Rantau Panjang) pasti akan

panjang, misalnya panjang waktunya disana, panjang rezekinya dan lain-lain.

Masyarakat Desa Rantau Panjang mayoritas penduduknya adalah suku

Melayu, akan tetapi menurut sejarah, suku Tiongkoklah yang ada di Desa Rantau

Panjang dari pada suku melayu. Desa Rantau Panjang merupakan desa multietnis,

yang terdiri dari beragam suku antara lain etnis Melayu, Aceh, Bugis, Flores,

Buton, dan juga Etnis Cina, begitu juga dengan Desa Rantau Panjang mayoritas

penduduknya adalah beragama Islam, disamping itu bukan hanya agama Islam

saja yang ada di desa tersebut akan tetapi ada agama lainnya seperti Budha.

Secara geografis Desa Rantau Panjang merupakan bagian Kecamatan Pantai

Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Desa Rantau Panjang merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di

Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.

(2)

Nelayan 96%, dan 0,07% PNS, dan sisanya adalah 33% pedagang dilihat dari

propil Desa Rantau Panjang tersebut. Realita pendidikan pada masyarakat Desa

Rantau Panjang masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan infrastruktur

yang tidak memadai serta kesadaran akan pentingnya pendidikan masih rendah.

Dapat dikatakan bahwa pendidikan masyarakat Desa Rantau Panjang mengalami

dehumanisasi karena kualitas pendidikan yang mengalami kemunduran dengan

terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya atau dimilikinya.

Pendidikan pada masyarakat pesisir ini menjadi kebutuhan nomor sekian, dimana

masyarakat khususnya anak-anak masih mementingkan pekerjaan dan akan

langsung menghasilkan uang. Hal ini merupakan ancaman terhadap demokratisasi

dan tujuan bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Terlihat dari masing-masing setiap masyarakat bahwasanya masyarakat

kebanyakan hanya sampai jenjang sekolah SD, dan SMP pendidikan disetiap

masyarakat Desa Rantau Panjang. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor

ekonomi yang menjadi penghambat anak mereka untuk melanjutkan sekolah,

ditambah lagi kemauan anak juga masih kurang untuk sekolah. Hal itu didasarkan

karena anak-anak kurang mendapat motivasi dari orang tua nya, sebab orang tua

bekerja sebagai nelayan yang harus pergi pagi buta dan kembali pada sore hari,

sehingga tidak sempat untuk mengontrol anak-anaknya. Telah terbentuk pola pikir

di desa tersebut bahwa anak-anak cukup untuk membaca saja, sebab sekolah juga

akan membuang-buang waktu saja bagi mereka. Pemikiran tersebut membuat

anak-anak lebih memilih untuk bekerja ketimbang untuk sekolah. Selain itu

didukung pula oleh faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi anak-anak agar

(3)

Banyak asumsi masyarakat mengenai pendidikan bahwa sekolah

tinggi-tinggi saja tidak mampu menghasilkan uang, selain itu juga tidak akan bisa

mendapat pekerjaan yang lebih layak. Ijazah bagi mereka tidak penting, sebab

mereka beranggapan bahwasanya berpendidikan setinggi apapun nantinya akan

balik juga ke desa dan akan menjadi seorang nelayan, bahkan asumsi dari

masyarakat ijazah tidak penting karena kalau tidak ada uang, maka bekerja

sebagai apa-apapun sulit seperti misalnya untuk masuk polisi saja harus bayar.

Dan bukan hanya itu di Desa Rantau Panjang Tersebut juga merupakan

lingkungan yang terkenal sebagai tempat Bandar Narkoba. Terlihat narkoba

sangat merusak anak-anak di Desa Rantau Panjang, sebab kebanyakan anak-anak

desa tidak tahu apa-apa dan hanya diajak kawan-kawannya untuk

menggunakannya, sehingga ia terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik.

Asumsi ini yang merupakan ancaman terhadap demokratisasi dan tujuan bangsa,

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan merupakan satu masalah yang serius bagi masyarakat Desa

Rantau Panjang, permasalahan ini merupakan masalah yang belum terselesaikan

sampai sekarang ini, perkembangan pendidikan di desa ini terlihat lambat dan

berjalan ditempat. Sejatinya masyarakat pesisir dapat mengenyam pendidikan

sebagai mana masyarakat lain, karena pendidikan merupakan hak seluruh

masyarakat Indonesia sebagai mana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 31

ayat 1 yang berbunyi bahwasanya setiap anak berhak untuk mendapatkan

pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni

(4)

Pendidikan juga sebagai dasar pembangunan disetiap Negara termasuk

Indonesia. Keberhasilan suatu Pembangunan sangat ditentukan oleh keberhasilan

didalam membangun sumber daya manusia yang erat hubungannya dengan

pembangunan pendidikan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu sehingga

kualitas sumber daya manusia itu sendiri dapat diselaraskan dengan segala sesuatu

yang dibutuhkan oleh sector pembangunan (Departemen pendidikan dan

kebudayaan 1994/1995).

Begitu juga Pendidikan merupakan sebagai lembaga yang paling efektif

dalam mewujudkan mobilitas sosial individu menuju status sosial tinggi, bahkan

pada dasarnya pendidikan merupakan sebuah sistem yang mampu menghasilkan

generasi masa depan yang cerdas mengelola sumberdaya alam yang secara

optimal. Dalam arti lain, pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam

pembangunan suatu bangsa. Negara yang kuat peran pendidikan yang dianggap

sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia dengan tingkat

bangsa-bangsa yang ditunjukkan dari tindakan ekonomi dan sosial budaya. Oleh kerna

itu, pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang

merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan mayarakatnya. Ironisnya saat ini,

pendidikan yang seharusnya menjadi kepedulian komponen bangsa hanya menjadi

kepedulian komponen tertentu saja. Seperti yang terlihat bahwasanya di Desa

Rantau Panjang rata-rata pendidikan anaknya hanya tamatan sd dan smp. Hal ini

dikarenakan kemauan masyarakat untuk melanjutkan sekolah sangat minim atau

kurang.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di Desa Rantau Panjang terlihat

(5)

disebabkan oleh jarak tempuh antara desa dengan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan juga Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat jauh, namun faktor

ekonomi orang tua yang kurang memadai juga akan menyebabkan anak untuk

malas melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi lagi, sehingga anak-anak

memilih untuk bekerja, di samping itu kurangnya motivasi dan dorongan orang

tua untuk mendorong anak-anaknya melanjutkan sekolah, dan juga ketidak

pedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya sendiri, lalu kemauan anak-anak

untuk sekolah juga sangat kurang. Bahkan realita yang ada dilapangan rata-rata

anak laki-laki atau Para Remaja, hanya mementingkan mencari uang dengan cara

membantu orang tuanya ikut melaut, dan bahkan bukan hanya membantu orang

tuanya saja, tetapi membantu orang lain sebagai nelayan untuk mencari ikan ke

laut, bukan hanya melaut bahkan sebagian dari anak laki-laki mereka pergi

merantau ke Negeri sebrang bekerja sebagai TKI. Sementara itu untuk anak

perempuan dari desa rantau panjang tersebut kebanyakan bekerja sebagai TKW

dan untuk anak-anak yang masih dibawah umur yang tidak sekolah hanya

dirumah saja, membantu orang tua nya membersihkan rumah dan menjaga

adik-adik nya.

Berdasarkan data BKKBN tahun 2010, angka putus sekolah di Indonesia

mencapai 13.685.324 siswa dengan usia sekolah 7-15 tahun. Jumlah total angka

putus sekolah tersebut, sekitar 627.947 siswa putus sekolah berada di provinsi

sumatera utara (Kiroyan,2010). Siswa yang putus sekolah di provinsi sumatera

utara banyak berasal dari masyarakat pesisir. Terdapat kurang lebih 20.000

nelayan di Deli Serdang yang didapati 3.000 anak nelayan tersebut putus sekolah

(6)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, jika dikaitkan

dengan kondisi sosial yang real sementara di Desa Rantau Panjang, sebagai

tempat penelitian yang direncanakan ini, menurut peneliti bahwa kemampuan

masyarakat dalam Nilai Pendidikan Anak pada masyarakat pesisir sangatlah

kurang. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya motivasi orang tua dalam mendorong

pendidikan anaknya lalu lalu disebabkan oleh faktor lingkungan yang menjadikan

terhambatnya pendidikan yang ada. Maka peneliti tertarik mengadakan penelitian

mengenai “Nilai Pendidikan Pada Anak” (Studi di Desa Rantau Panjang,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Nilai Pendidikan Anak pada masyarakat pesisir ?

2. Bagaimana orientasi nilai masyarakat pesisir dalam memandang

pendidikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya satu

hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan adanya keinginan

penulis untuk memperoleh data, guna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui dan menginterprestasi nilai pendidikan pada anak

dikalangan masyarakat pesisir.

2. Untuk mengetahui dan menginterprestasi orientasi nilai masyarakat

(7)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian

sudah selesai ditulis. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah teori kajian ilmiah

bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan

kontribusi bagi Ilmu sosiologi, khususnya sosiologi pendidikan dan sosiologi

keluarga.

1.4.2 Manfaat Peraktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan Bagi

Masyarakat, terkhusus Orang tua dan juga Aparat yang berkaitan dengan

pendidikan seperti: Guru, Dinas pendidikan, Kepala Desa. Sehingga masyarakat

dapat memahami arti dari nilai pendidikan pada anak tersebut.

1.5 Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak

mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan

menjelaskan suatu gejala (Moleong, 1997). Di samping mempermudah dan

memfokuskan penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti

untuk menindak lanjuti penelitian tersebut serta menghindari timbulnya

kekacauan akibat kesalahan-kesalahan penafsiran dalam penelitian. Adapun

(8)

1. Nilai

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan

atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara

pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat element

pertimbangan yang membawa ide-ide seseorang individu mengenai hal-hal yang

benar, baik atau diinginkan.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki,

mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan

bimbingan pengajaran dan pelatihan.

3. Anak

Anak menurut Konvensi Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

4. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang identik dengan nelayan yang

terpinggirkan dan terus bergulat dengan berbagai persoalan kehidupan, baik

Referensi

Dokumen terkait

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalahpendapatan rendah, pendidikan

EFISIENSI EKONOMIS USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI

Hasil penelitian dilapangan bahwasanya nilai pendidikan pada anak di Desa Rantau Panjang tidak memiliki fungsi yang berarti, pendidikan di desa tersebut hanya berjalan ditempat,

Hasil penelitian dilapangan bahwasanya nilai pendidikan pada anak di Desa Rantau Panjang tidak memiliki fungsi yang berarti, pendidikan di desa tersebut hanya berjalan ditempat,

Komunitas Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Pencemaran Perairan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.. Dibimbing oleh YUNASFI dan ZULHAM

Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2005 dalam Sembiring, 2008). Daerah pesisir Pantai Labu merupakan daerah yang telah mengalami. eksploitasi dikarenakan kawasan Pantai Labu

Faktor penyebab perubahan fungsi dan makna ritual tolak bala pada etnik Melayu Pantai Labu di di Desa Bagan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Faktor penyebab perubahan fungsi dan makna ritual tolak bala pada etnik Melayu Pantai Labu di di Desa Bagan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang