• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Dan Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Dan Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERAS

DAN PANGAN NON BERAS

(Studi Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

 

 

OLEH :

ELLEN DEWI FRANSISKA 090304119

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERAS

DAN PANGAN NON BERAS

(Studi Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

ELLEN DEWI FRANSISKA 090304119

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si NIP 196302041997031001 NIP 19630928199803001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ELLEN DEWI FRANSISKA SIMANJUNTAK: Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Dan Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)”. Penelitian dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku anggota komisi pembimbing. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan keluarga, dan menyusun strategi diversifikasi pangan non-beras. Penentuan daeah penelitian dilakukan secara purposive degan sistem simpel random sampling. Penelitian ini telah dilakukan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dan matriks SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor- faktor yang yang secara parsial memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : tingkat pendidikan ibu. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalahpendapatan rendah, pendidikan rendah, produksi pangan rendah, masi ada kejadian gizi buruk, jumlah penduduk yang cukup besar, pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam, kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan, promosi dan penyebaran informasi serta upaya pengembangannya masih terbatas. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah : peningkatan produksi, peningkatan teknologi pengolahan pasca panen pertanian dan perikanan, peningkatan pengetahuan dan sosialisasi tentang gizi, peningkatan pendidikan formal dan non formal, peningkatan aksesibilitas pangan melalui peningkatan produksi usaha tani, pemanfataan lahan pekarangan dan akses lapangan pekerjaan, menyediakan lapangan kerja, promosi pangan beragam dan bergizi seimbang melalui media cetak dan elektronik secara berkelanjutan.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Ellen Dewi Fransiska Simanjuntak, lahir pada tanggal 5 April 1991 di Medan, merupakan anak dari Ayahanda E. Simanjuntak dan S. Manurung. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : pada

tahun 1996 masuk di Taman Kanak-Kanak Swasta Cenderamata Medan dan tamat tahun 1997. Kemudian tahun 1997 masuk di Sekolah Dasar Swasta Cenderamata Medan dan tamat tahun 2003. Tahun 2003 masuk di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 19 Medan dan tamat tahun 2006. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Medan dan tamat tahun 2009. Dan Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan,

melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Desa Firdaus Estate, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juli s/d Agustus 2013. Dan pada bulan Juni 2013, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Bangan Serdang Kecamatan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Menjadi Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan selama masa perkuliahan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS selaku Ketua Program Sudi Agribisnis, FP-USU yang

telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis dalam masa perkuliahan.

4. Seluruh Pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Lisbet, Kak Yani, dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus.

5. Kepala Desa dan Masyarakat di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu

(6)

penelitian ini dan telah banyak membantu penulis dalam memberikan data serta informasi dalam penulisan skripsi ini.

Segala khusus penulis menyampaikan terimakasi dan rasa hormat yang

sedalam-dalamnya kepada Ayahanda E. Simanjuntak, Ibunda S. Manurung yang selalu memberikan nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa

yang diberikan selama menjalani perkuliahan. Terima kasih banyak kepada Adik Chandra Simanjuntak dan Adik Krisman Simanjuntak serta keluarga besar Opung Ellen Manurung yang memberikan doa dan dorongan semangat.

Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman Agribisnis Stambuk 2009,

khususnya kepada sahabat-sahabat penulis yaitu Pasca Purba, Hedidiana Pardede,

Triana Sibarani dan A.R Wibowo Simanjuntak yang memberikan semangat, kritik,

saran, dan doa yang tulus, serta kerabat dekat penulis Theresia Hutagalung yang setia

menemani dan mendukung penulis dari SMA sampai masa perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diperlukan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran yang membangun dari

pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan karya terbaru selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat berguna untuk kemajuan pendidikan khususnya dunia pertanian

dan berguna bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

(7)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 22

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 29

3.5.1 Definisi ... 29

3.5.2 Batasan Operasional ... 30

IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 31

4.1 Deskripsi Wilayah ... 31

4.1.1 Luas dan Topografi Desa ... 31

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31

(8)

4.2 Karakteristik Sampel ... 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Menjadi Pangan Non Beras ... 36

5.2 Strategi Pengembangan Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Menjadi Pangan Non Beras ... 44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 3.1 Produksi Beberapa Jenis Pangan yang Diproduksi di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

19

3.2 Jumlah Tahapan Keluarga Sejahterah tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2011

20

3.3 Matriks SWOT 27

4.1 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Bagan Serdang Tahun 2011

32

4.2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bagan Serdang Tahun 2011

33

4.3 Sarana dan Prasarana Pendukung di Desa Bagan Serdang Tahun 2011

33

4.5 Karakteristik Sampel di Desa Bagan Serdang Tahun 2013 34 5.1 Analisis Regresi Faktor-Faktor Konsumsi Pangan Pokok 37 5.2 Hasil Uji Multikolineritas Menggunakan Statistik Kolinieritas 38 5.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal Pencapaian Ketahanan

Pangan

48

5.4 Matriks evaluasi faktor eksternal pencapaian Ketahanan Pangan

50

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 16

5.1 Grafik Uji Heterokedastisitas 40

5.2 Grafik Uji Normalitas dan Histogram Normalitas 41 5.3 Matriks Posisi Strategi Pengembangan Diversifikasi Konsumsi

Pangan di Desa Bagan Serdang

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul 1 Data Rumah Tangga di Desa Bagan Serdang

2 Rincian Pengeluaran Rumah Tangga di Desa Bagan Serdang

3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga di Desa Bagan Serdang

4 Descriptive Statistic 5 Cofficients

6 Correlations

7 Model Summary

8 Anova

9 Residual Statistic 10 Uji Normalitas 11 Histogram

(12)

ABSTRAK

ELLEN DEWI FRANSISKA SIMANJUNTAK: Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Dan Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)”. Penelitian dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku anggota komisi pembimbing. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan keluarga, dan menyusun strategi diversifikasi pangan non-beras. Penentuan daeah penelitian dilakukan secara purposive degan sistem simpel random sampling. Penelitian ini telah dilakukan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dan matriks SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor- faktor yang yang secara parsial memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : tingkat pendidikan ibu. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalahpendapatan rendah, pendidikan rendah, produksi pangan rendah, masi ada kejadian gizi buruk, jumlah penduduk yang cukup besar, pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam, kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan, promosi dan penyebaran informasi serta upaya pengembangannya masih terbatas. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah : peningkatan produksi, peningkatan teknologi pengolahan pasca panen pertanian dan perikanan, peningkatan pengetahuan dan sosialisasi tentang gizi, peningkatan pendidikan formal dan non formal, peningkatan aksesibilitas pangan melalui peningkatan produksi usaha tani, pemanfataan lahan pekarangan dan akses lapangan pekerjaan, menyediakan lapangan kerja, promosi pangan beragam dan bergizi seimbang melalui media cetak dan elektronik secara berkelanjutan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga persediaan

pangan masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya

selalu berusaha untuk mencukupi berbagai kebutuhanya dengan berbagai cara.

Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup yang

maju, mandiri, dalam suasana tentram serta seahterah dalam lahir batin, semakin

dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas, aman, dan merata. Oleh

karena itu, kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat

strategis untuk mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang sehat,

aktif, dan produktif ( Badan Ketahanan Pangan, 2010).

Indonesia dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah, dalam arti

rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global. Dalam keadaan

harus melakukan impor, jumlah impor beras Indonesia berkisar antara 5% hingga

10% dari total kebutuhan beras Nasional. Dana yang besar diperlukan untuk

membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya jumlah permintaan

beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk (Deptan,2009).

Masyarakat Sumatera Utara tercatat sebagai pengkonsumsi beras tertinggi di

Indonesia. Tingkat konsumsi beras di Sumatera Utara mencapai 136

kg/kapita/tahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata konsumsi beras

Nasional sebesar 102 kg/kapita/tahun. Kondisi ini membuat Sumut masuk

(14)

Tingginya konsumsi masyarakat Sumut terhadap beras salah satunya disebabkan

masyarakat masih enggan "menyentuh" pangan lokal, padahal Sumut memiliki

kekayaan pangan lokal yang masih bisa dikelola untuk pangan keluarga, seperti

singkong dan ubi jalar. Terkait kebutuhan masyarakat terhadap beras, daerah

Sumut mendapat jatah 45.000 ton beras impor asal Vietnam, yang mulai masuk

pada awal November 2010. Kebutuhan rutin Sumut untuk pasokan beras setiap

bulannya sebesar 12.745 ton (Anonimus, 2010).

Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami

seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya.

Standard minimal kebutuhan hidup ini berbeda antara satu daerah dengan daerah

yang lain, karena sangat bergantung pada kebiasaan/ adat, fasilitas transportasi

dan distribusi serta letak geografisnya. Kebutuhan minimal tersebut meliputi

kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga kemungkinan

seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan. Patokan tingkat kecukupan

kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100 kalori setiap orang per hari

(untuk makanan) (Badan Pusat Statistika, 2009).

Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian pendapatannya digunakan untuk

mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan

akan relatif besar. Akan tetapi, karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka

mulai pada tingkat pendapatan tertentu, pertambahan pendapatan akan

dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada

kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan

(15)

sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatan

tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah, 1995).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin

antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota

rumah tangga. Selain itu, kebiasaan pangan masyarakat yang masih relatif kuat

terikat dengan sistem sosial budaya setempat menyebabkan kesulitan dalam

melaksanakan penerapan diversifikasi pangan. Masih banyak ditemukan di

masyarakat yang mempunyai konsep makan “merasa belum makan kalau belum

makan nasi”, walaupun sudah mengkonsumsi macam-macam makanan termasuk

lontong, ketupat; sebaliknya dibilang sudah makan, walaupun hanya makan nasi

dan lauk pauk yang sederhana.

Dibeberapa daerah pola konsumsi makanan masyarakat secara turun-temurun

sudah menggunakan pangan pokok sagu, ubi-ubian dan ada juga masyarakat yang

mengkombinasikan makanan antara jagung dengan beras. Melihat kenyataan

seperti ini pelaksanaan diversifikasi pangan dapat dengan mudah untuk

diterapkan, tetapi budaya konsumsi beras telah merasuki sebagian besar

daerah-daerah terutama masyarakat yang tinggal di daerah-daerah perkotaan.

Oleh karena itu, penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan

jalan keluar yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam

pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak hanya

bergantung pada satu sumber pangan memungkinkan masyarakat dapat

menetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga dapat membangkitkan ketahanan

(16)

pangan secara nasional.

Dilakukan penelitian ilmiah ini, karena penulis tertarik untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran panganrumah tangga miskin di Desa

Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dan

menganalisis strategi pengembangan diversifikasi pangan di daerah tersebut.

Dengan pertimbangan bahwa Desa Bagan Serdang merupakan salah satu daerah

miskin yang terdapat di Keamatan Pantai Labu, sehingga perlu dibina ketahanan

pangannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasakan uraian latar belakang diatas, masalah yang akan dianalisis dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan di daerah

penelitian?

2. Bagaimana strategi pengembangan diversifikasi pangan di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut, yaitu

untuk :

1. Untuk menganalisis pengaruh diversifikasi pangan di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis strategi pengembangan diversifikasi pangan di daerah

(17)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan lembaga lainnya yang berkaitan

dengan pola ketahanan pangan dalam pelaksanaan pola diversifikasi pangan di

Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menerapkan kegiatan

diversifikasi pangan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin

memperluas atau memperdalam penelitian ini, maupun bagi pihak-pihak

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

2.1 Tinjuan Pustaka

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengeluaran

terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.

Tingkat kebutuhan/ permintaan (demand) terhadap kedua kelompok tersebut pada

dasarnya berbeda- beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan

didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan

terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.

Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi

pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan

untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan

makanan (Badan Ketahanan Pangan, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin

antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, dan

jumlah anggota rumah tangga.

a. Pendapatan Rumah Tangga

Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia

akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga

yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk

mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan

(19)

mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan

dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada

kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan

pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan,

sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya

tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah,1995).

Hasil penelitian Oktavionita (1989), menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang

berbeda akan menyebabkan alokasi pengeluaran yang berbeda, karena tingkat

pengeluaran merupakan fungsi dari total pendapatan. Pada golongan

berpendapatan rendah, persentase pengeluaran untuk pangan lebih besar

dibandingkan pengeluaran lainnya, sedangkan pada golongan berpendapatan

tinggi, persentase pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan dengan

pengeluaran lainnya.

Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60 - 80 % dari pendapatannya

dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang

digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 %

perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan

pada rumah tangga kaya (Soekirman, 2000).

b. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Menurut Reodjito, dkk (1988), tingkat pendidikan juga berkaitan dengan

pendapatan dan pengeluaran. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang akan memberikan

(20)

tinggi akan mempunyai kemampuan untuk memiliki pangan lebih banyak dan

lebih bermutu.

c. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga

dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung mempunyai

tingkat konsumsi yang tinggi. Jumlah anggota rumah tangga menentukan sampai

batas tertentu jumlah pangan yang dikonsumsi, susunan isi keranjang pangan,

ukuran ruang rumah tempat tinggal, pengeluaran untuk pakaian, pendidikan,

kesehatan dan rekreasi (Sicat dan Arndt, H., 1991).

2.1.1 Diversifikasi Konsumsi Pangan

Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah

ketergantungan pada beras yang hendaknya dan mengalihkan ke makanan yang

berasal dari non beras. Diversifikasi atau penganekaragaman pangan beras dan

non beras adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan non beras

dengan prinsip gizi seimbang. Gizi seimbang adalah gizi yang mengandung

cukup sumber karbonhidrat, protein, lemak dan mencukupi kebutuhan kalori

sesuai standart kebutuhan 2200 kkal/kap/hari (Badan Ketahanan Pangan,2008).

Program diversifikasi pangan sebenarnya telah ada lima puluhan tahun yang lalu,

namun kebijakan ini mengalami pasang surut. Kekuatan utama program ini adalah

adanya kebijakan tertulis dan tujuan diversifikasi pangan baik dan rencana

strategis berbagai instansi. Program ini bertujuan untuk mengalihkan sebagian

konsumsi karbohidrat masyarakat dari beras menuju sumber pangan pokok

(21)

Ini dapat dilakukan dengan suatu penggalakan gerakan dengan memanfaatkan

sumber kalori, protein dan karbohidrat lainnya yang dapat diproduksi secara lokal.

Masih banyak sumber pangan lokal yang memiliki kalori, protein dan karbohidrat

yang cukup tinggi selain beras. Diantaranya adalah singkong, jagung, ubi kayu,

talas, ubi jalar, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau (Harper ,1986).

2.1.2 Ketahanan Pangan

Indonesia telah mengadopsi rumusan ketahanan pangan tersebut dan dituangkan

kedalam Undang- Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Ketahanan

pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupum

mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Suryana, 2003).

Menurut Balawati (2004), ketahanan pangan terdiri dari elemen :

1. Ketersedian pangan,

2. Aksesibilitas yang menggambarkan kemampuan untuk menguasai pangan yang

cukup,

3. Keamanan yang dapat diartikan sebagai stabilitas dan keandalan,

4. Keberlanjutan merupakan kontinuitas dari akses dan ketersedian pangan yang

ditunjukan oleh keberlanjutan usaha tani.

Ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga antara lain tercermin oleh

tersedianya pangan yang cukup dan merata pada setiap waktu dan terjangkau oleh

masyarakat baik fisik maupun ekonomi serta tercapainya konsumsi pangan yang

beranekaragam, yang memenuhi syarat-syarat gizi yang diterima budaya

(22)

Era globalisasi ikut berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola

konsumsi makan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Selera terhadap

produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam

waktu yang relatif singkat telah berkembang pola makan fast food yang cenderung

tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Dalam

kaitannya dengan produsen, era globalisasi juga akan berpengaruh terhadap sistem

ketahanan pangan dan keamanan pangan (Balawati, 2004).

Menurut Sumodinigrat (2001), permasalahan paling utama adalah tidak adanya

komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk membangun sektor

pertanian sebagai perioritas utama pembangunaan nasional untuk memperkokoh

ekonomi nasional.

Upaya memenuhi kebutuhan pangan penduduk melibatkan banyak pelaku, yaitu

pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Keterlibatan masyarakat dan swasta

sebagai mitra pemerintah mencerminkan adanya proses pembangunan yang

berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan merupakan proses proaktif yang

memungkinkan pemerintah dan mitranya untuk memanfaatkan sumberdaya yang

ada, berupa sumberdaya ekonomi, fisik, maupun sosial dalam mewujudkan tujuan

pembangunan nasional, yaitu ketahanaan pangan (Baliwati, 2004).

Menurut Tulung (2011), adapun cara pemerintah dalam mengembangkan

diversifikasi pangan adalah melalui pembinaan dengan cara :

a. menyelenggarakan, membina, dan atau mengkoordinasikan segala upaya atau

(23)

b. menyelenggarakan, mengatur, dan atau mengkoordinasikan segala upaya atau

kegiatan dalam rangka penyediaan, pengadaan, dan atau penyaluran pangan

tertentu yang bersifat pokok;

c. menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan mutu pangan nasional dan

penganekaragaman pangan;

d. mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah dan atau menanggulangi

gejala kekurangan pangan, keadaan darurat, dan atau spekulasi atau manipulasi

dalam pengadaan dan peredaran pangan.

Penelitian Terdahulu

Menurut Fanny (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pola

Konsumsi Pangan Rumahtangga Perdesaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi

Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Desa Putukrejo Kecamatan Kalipare

Kabupaten Malang)” yang menggunakan alat analisis Regresi Linear Berganda

dan analisis SWOT. Hasil regresi menunjukan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap diversifikasi konsumsi pangan adalah jumlah anggota

rumahtangga, pendapatan perkapita, sedangkan tinggi pendidikan ibu tidak

berpengaruh nyata. Dan hasil analisis SWOT adapun trategi untuk mewujudkan

diversifikasi konsumsi pangan dapat dilakukan baik oleh rumahtangga maupun

pemerintah. strategi tersebut secara garis besarnya antara lain meliputi

peningkatan produksi pangan, peningkatan pendidikan formal dan informal

masyarakat desa, peningkatan pengetahuan dan sosialiasi gizi, efektifitas bantuan

pemerintah dan penataan kembali (restorasi) kelembagaan perdesaan.

Selain itu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulastri (2008), dalam

(24)

Berbasis Potensi Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Pedesaan Di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul” yang menggunakan

salah satu alat analisis yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil analisis ini

menujukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan dalam

mewujudkan ketahanan pangan pada rumah tangga pedesaan adalah pendapatan

rumah tangga, jumlah anggota keluarga, sedangkan tingkat pendidikan ibu tidak

berpengaruh nyata.

2.2 Landasan Teori

Bahan pangan yang merupakan hasil pertanian cenderung mengalami perubahan

harga yang lebih besar daripada harga barang-barang industri. Harga hasil-hasil

pertanian cenderung mengalami naik turun yang relatif besar. Harganya bisa

mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu masa dan mengalami kemerosotan

yang sangat buruk pada masa berikutnya. Sifat perubahan harga seperti itu

disebabkan karena penawaran ke atas barang-barang pertanian, seperti juga

permintaan adalah tidak elastis, yang artinya persentase perubahan harga jauh

lebih besar daripada perubahan jumlah barang yang diminta ataupun ditawarkan

(Sukirno, 2003).

Faktor yang menyebabkan barang pertanian bersifat tidak elastis antara

lain,barang pertanian bersifat musiman dan kapasitas berproduksi cenderung

maksimal dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan. Ketidakstabilan

penawaran barang pertanian diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya,

menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan

(25)

(supply) maupun permintaan (demand) (Sukirno, 2003).

Dalam pencapaian swasembada pangan beras terdapat beberapa masalah yang

dihadapi, salah satunya adalah laju peningkatan kebutuhan pangan beras domestik

lebih cepat dibandingkan dengan laju kemampuan produksinya. Hal ini

disebabkan karena jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat dan

permintaan perkapita juga meningkat karena meningkatnya pendapatan, kesadaran

kesehatan dan pergeseran pola makan sebagai pengaruh globalisasi serta

ketersediaan sumberdaya lahan yang semakin berkurang. Ketimpangan antara laju

produksi dengan laju kebutuhan akan pangan beras dapat menyebabkan

kesenjangan dalam mengakses bahan pangan serta turut mempengaruhi supply

dan demand akan bahan pangan. (DKP Nasional, 2010).

Teori Konsumsi

Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment,

Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara

konsumsi dan pendapatan. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada

pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat

(outonomous consumption) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan

bertambahnya penghasilan (Waluyo, D. E., 2002).

Menurut Supriana (2008), dalam bukunya Ekonomi Makro menyebutkan bahwa

konsumsi itu merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan.

Penghasilan keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk

(26)

dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi

mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemerintah telah menetapkan program diversifikasi pangan melalui kebijakan

swasembada pangan untuk komoditi yaitu beras, jagung, kedelai, umbi-umbian

(ubi jalar dan ubi kayu), daging sapi, dan gula. Pada masa dulu ketahanan pangan

hanya diutamakan pada kecukupan pengkonsumsian pada karbohidrat terutama

beras sedangkan pada saat ini ketahanan pangan tidak hanya mempersoalkan

mengenai pemenuhan beras tetapi juga mencakup persoalan pemenuhan gizi yang

cukup beragam, bergizi dan berimbang.

Diversifikasi pangan non-beras diharapkan dapat menghindari pengkonsumsian

pada satu jenis pangan saja yaitu beras tetapi dapat memanfaatkan jenis pangan

lainnya. Selain itu dapat mengembangkan produk melalui peran industri

pengolahan untuk meningkatkan cita rasa dan citra produk pangan yang khas serta

peningkatan dan produksi dan ketersediaan sumber pangan protein dan zat gizi.

Selain itu diversifikasi pangan non-beras diharapkan dapat menghindari

pengkonsumsian pada satu jenis pangan saja yaitu beras tetapi dapat

memanfaatkan jenis pangan lainnya. Pada saat masyarakat melakukan

diversifikasi pangan maka dapat dikurangi jumlah pengkonsumsian beras,

sehingga dapat diwujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan serta untuk

mengurangi biaya pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mewujudkan ketahanan

pangan yang berkelanjutan maka dapat disusun strategi pengembangan

(27)

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat di gambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan

: Menyatakan Pengaruh

Bagan 2.1: Skema Kerangka Pemikiran Strategi Diversifikasi Pangan

Konsumen

Pangan Non Beras Pangan Beras

Matriks SWOT Pengembangan

Diversifikasi Pangan Program Diversifikasi Pangan

Kekuatan

Faktor Internal Faktor Eksternal

(28)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis

dari penelitian ini adalah :

1. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan di daerah

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purpossive (sengaja), yaitu berdasarkan data

yang diperoleh di Badan Pusat Statistika Sumatea Utara, yang menunjukan bahwa

Kecamatan Pantai Labu di Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang

menghasilkan tanaman pangan terbesar dari Kecamatan lainya yang ada di

Kabupaten Deli Serdang dan berpotensial dalam melaksanakan diversifikasi

pangan. Penelitian dilakukan di Desa Bagan Serdang kecamatan Pantai Labu.

Desa Bagan Serdang dipilih karena Desa Bagan Serdang memiliki penduduk

dengan rata-rata pendapatan rendah. Karena itu perlu dilakukan program

diversifikasi pangan di daerah tersebut untuk mengurangi pengeluaran konsumsi

terhadap beras dengan mengkonsumsi jagung dan ubi kayu yang sama

mengandung karbohidrat dengan beras dan harganya lebih murah.

Produksi beberapa jenis pangan yang diproduksi di Kabupaten Deli Serdang dapat

(30)

Tabel 3.1 Produksi beberapa jenis pangan yang diproduksi di Kabupaten Deli Serdang 2011

NO Kecamatan Padi(Kw/Ha) Jagung(Kw/Ha) Ubi Kayu(Kw/Ha)

1 Gunung Meriah 48 - -

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara, Deli Serdang Dalam Angka 2012

Jumlah pangan non-beras yang diproduksi cukup banyak seperti produksi jagung

pada tahun 2011 sebesar 38 ton, dan ubi kayu 120 sebesar maka hal ini

memungkinkan daerah tersebut dapat melaksanakan diversifikasi.

Desa Bagan Serdang memiliki jumlah penduduk yang pra sejahterah yang lebih

banyak dibandingkan yang sejahteah, selain itu berdasarkan pra-survai lapangan

desa Bagan Serdang rata-rata penduduknya sebagai nelayan dengan penghasilan

(31)

Tabel 3.2 Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2011

No Desa

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2012.

Keterangan :

1.Pra KS (Pra Keluarga Sejahtera)

2. KS I (Keluarga Sejahtera I)

3. KS II (Keluarga Sejahtera II)

4. KS III (Keluarga Sejahtera III)

4. KS III Plus (Keluarga Sejahtera III Plus)

(32)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga dan bersifat homogen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli

Serdang jumlah rumah tangga di Kecamatan Pantai Labu tepatnya di Desa Bagan

Serdang sebesar 300 rumah tangga. Setiap rumah tangga mempunyai kesempatan

yang sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Jumlah sampel dapat

dihitung dengan rumus Slovin (Prasetyo, 2005) yaitu :

N = Ukuran Populasi

e = Persen Kelonggaran Ketidaktelitian Karena Kesalahan Pengambilan

Sampel yang Masih dapat ditolerir (10 %).

Maka dapat diperoleh jumlah sampel sebesar :

Maka dari rumus diatas dapat di peroleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah

75 sampel rumah tangga dan ditentukan secara Simpel Random Sampling.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder

dan data primer. Data sekuder adalah data pelengkap yang bersumber dari

berbagai instansi seperti Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, Badan Ketahanan

(33)

kebutuhan. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung

peneliti dan responden sebagai sumber informasi dengan menggunakan daftar

kuisoner yang telah dibuat terlebih dahulu.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis identifikasi masalah 1 hasil pengumpulan data akan dihimpun

setiap variabel sebagai suatu nilai dari setiap responden dan dapat dihitung

melalui program SPSS. Metode penganalisaan data menggunakan perhitungan

statistik dan program SPSS untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan apakah

dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini di perhitungan statistik

menggunakan Model Analisis Regresi untuk menguji Hipotesis yaitu pengaruh

antara pendapatan, jumlah anggota keluarga dan pendidikan dengan konsumsi

pangan pokok pada rumah tangga, persamaannya adalah:

Y= b0 + b1P + b2J + b3T + e

Y = Konsumsi Pangan Rumah Tangga (Kalori/Kapita/Hari)

P = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/Hari)

J = Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa)

T = Tingkat Pendidikan Ibu (Tahun)

b0 = Konstanta

bi = Koefisien Regresi (i = 1,2,3,4)

(34)

3.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi untuk mengukur tingkat ketepatan .Besarnya koefisien

determinasi berganda (multiple coefficient of correlation) simbolnya R2. Makin

banyak variabel di dalam model , maka semakin naik fungsi tersebut, artinya

makin besar nilai R2. Jika R2 semakin dekat dengan satu, maka semakin cocok

regresi untuk meramalkan Y (Firdaus, 2004).

3.4.2 Nilai t hitung

Analisis untuk menguji signifikan nilai koefisien regresi secara parsial yang

diperoleh dengan metode OLS adalah statistik uji t (t test). Taraf signifikan (α)

yang digunakan dalam ilmu sosial 0,05 sudah cukup memadai (Firdaus, 2004).

Kriteria pengujian:

Jika Sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika Sig. t ≤ 0,05 maka H0ditolak dan H1 diterima.

3.4.3 Nilai F hitung

Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas

terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara

simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk

dalam kriteria cocok atau fit (Firdaus, 2004).

Kriteria pengujian:

Jika sig F> 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika sig F≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(35)

3.4.4 Multikolinearitas

Multikolinearitas mempunyai arti bahwa terdapatnya hubungan linier yang

sempurna di antara beberapa atau semua variabel penjelas atau variabel bebas dari

suatu model regresi. Multikolinearitas berkaitan dengan adanya lebih dari satu

hubungan linier yang sempurna di antara variabel-variabel penjelas (Aroef, 1991).

Ada beberapa cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan

mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis korelasi di antara variabel bebas. Jika di antara variabel bebas

ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar dari 0,90), hal ini merupakan

indikasi adanya multikolinearitas.

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai VIF (variance-inflating factor).

Jika VIF<10, tingkat kolinearitas dapat ditoleransi.

4. Nilai eigenvalue sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendekati nol

menunjukkan adanya multikolinearitas (Firdaus, 2004).

Untuk menganalisis identifikasi masalah 2 digunakan analisis deskriptif, yaitu

menggunakan matriks SWOT yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis

strategis ketahanan pangan di kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan Analisis

SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan

strategis sehingga dapat ditemukenali faktor kegagalan maupun kesuksesan

(36)

Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam hal ini adalah kebijakan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Di dalam

perencanaan strategis harus dilakukan analisis faktor-faktor strategis internal

dalan kondisi yang ada saat ini.

Menurut David (2006), tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks

SWOT adalah sebagai berikut :

a. membuat daftar peluang eksternal;

b. membuat daftar ancaman eksternal;

c. membuat daftar kekuatan internal;

d. membuat daftar kelemahan internal;

e. mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO;

f. mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO;

g. mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi ST; dan

h. mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT.

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

(37)

alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Matriks SWOT FaktorInternal

Strategi S-O (Progresif)

Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O (Korektif)

Mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T (Defensif)

Mengatasi kelemahan untuk menghindari ancaman

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam mengartikan hasil

penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dengan batasan operasional sebagai

berikut:

3.5.1 Defenisi

1. Diversifikasi/Penganekaragaman Pangan, adalah proses pemilihan pangan

yang tidak tergantung kepada satu jenis saja, tetapi terhadap macam-macam

bahan pangan mulai dari aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi

hingga aspek konsumsi pangan tingkat rumah tangga.

2. Konsumen adalah orang yang mengkonsumsi pangan.

3. Pangan beras adalah merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.

(38)

5. Penganekaragaman Konsumsi Pangan, adalah beranekaragamnya jenis pangan

yang dikonsumsi penduduk mencakup pangan sumber energi, protein dan zat

gizi lainnya, dalam bentuk bahan mentah maupun pangan olahan sehingga

dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk baik kuantitas maupun kualitas.

6. Pola Konsumsi Pangan, adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan

jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikonsumsi.

7. Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan

oleh kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam uang

(rupiah) pada periode waktu satu hari.

8. Tingkat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh seorang ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan

tahun.

9. Jumlah anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat

tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota

lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang

dinyatakan dalam satuan jiwa.

10.Kekuatan (Strengths) Internal adalah segala kekuatan yang berhubungan

dengan diversifikasi pangan di daerah penelitian.

11.Kelemahan (Weaknesses) Internaladalah segala kelemahan yang berhubungan

dengan diversifikasi pangan di daerah penelitian.

12.Peluang (Opportunities) Eksternal adalah segala peluang yang berhubungan

dengan diversifikasi pangan di daerah penelitian.

13.Ancaman (Treaths) Eksternal adalah segala ancaman yang berhubungan

(39)

14.Strategi diversifikasi pangan adalah suatu cara untuk mempertahankan pangan

melalui keanekaragaman pangan.

15.Ketahanan pangan berkelanjutan adalah tercapainya diversifikasi pangan.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah yang diteliti yaitu Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah data dari rumah tangga berupa pendapatan,

pengeluaran, jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan dan menu

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu,

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

4.1.1 Luas dan Topografi Desa

Desa Bagan Serdang terletak di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 600 Ha yang terbagi atas tiga

dusun. Desa Bagan Serdang berjarak 3 Km dari kantor kecamatan dan jarak dari

pusat pemerintahan Kabupaten Deli Serdang yaitu 22 Km.

Secara administratif, Desa Bagan Serdang memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rantau Panjang.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rugemuk dan Desa Rantau Panjang.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Tuan.

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bagan Serdang berjumlah 1.445 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 300 KK. Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Desa

(41)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Bagan Serdang Tahun 2011

No Kelompok Umur

Laki-Laki Perempuan

1. 0-4 48 51 99 6,85 Sumber : Kantor Desa Bagan Serdang, 2012

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif (12-65 tahun)

di Desa Bagan Serdang sebanyak 1.089 jiwa (75,36 %). Sedangkan kelompok usia

non produktif (0-11 tahun) 260 jiwa (17,99 %) dan di atas 65 tahun sebanyak 96

jiwa (6,64 %).

Sebagai daerah pesisir, penduduk Desa Bagan Serdang pada umumnya memiliki

sumber mata pencaharian dari sub sektor perikanan. Selain itu, sebagian penduduk

memiliki mata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh, Pegawai Negeri Sipil

(PNS), dan lain-lain. Pada tabel 4.2 dapat dilihat distribusi penduduk Desa Bagan

(42)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bagan Serdang Tahun 2011

No. Jenis Mata

Sumber : Kantor Desa Bagan Serdang, 2012

Berdasarkan data pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 58,04 % penduduk

mempunyai mata pencaharian dari sub sektor perikanan, yaitu sebagai nelayan.

Dimana pendapatan yang dihasilkan sebagian penduduknya tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi hidupnya pas-pasan.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Untuk keberlangsungan ekonomi masyarakat sangat dibutuhkan sarana dan

prasarana yang dapat mendukung kegiatan mereka di daerah pesisir yang dapat

dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pendukung di Desa Bagan Serdang Tahun 2011

Sumber : Kantor Desa Bagan Serdang, 2012

Dari ketersediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya di Desa Bagan

(43)

sudah dapat terpenuhi, baik di bidang keagamaan, kesehatan, transportasi,

maupun sosial budaya. Namun, untuk kebutuhan pendidikan hanya tersedia

Sekolah Dasar saja. Sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama dan

Sekolah Menengah Atas tidak tersedia sehingga, masyarakat harus pergi keluar

dari desa.

4.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik rumah tangga yang

dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi

jumlah pendapatan, harga bahan pangan, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat

pendidikan. Secara lebih jelas, karakteristik rumah tangga dapat dilihat pada tabel

4.4 berikut :

Tabel 4.4 Karakteristik Sampel di Desa Bagan Serdang Tahun 2013 No. Karakteristik

Sampel

Satuan Rentang Rataan

1. Tingkat Pendidikan Tahun 0-12 6,92

2. Konsumsi Pangan Kapita/Kalori /Hari

Rupiah/Hari 25.000-60.000 40.840

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 3

Tingkat pendidikan formal sampel berkisar antara 0-12 tahun dengan rataan 6,92

tahun. Dari rataan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal

sampel adalah tamatan SD. Tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi wawasan

pengetahuan, pola pikir, cara bertindak, dan mengambil keputusan dalam

(44)

Jumlah tanggungan keluarga sampel berkisar antara 0-8 jiwa dengan rataan

sebesar 3,96 jiwa. Dari jumlah tanggungan keluarga sampel, semuanya masi

berstatus sekolah dan sebagian lagi tidak memiliki pekerjaan.

Tingkat pendapatan keluarga sampel berkisar antara Rp 25.000,- sampai Rp

60.000,- dengan rataan Rp 40.840,- dalam sebulan. Dari rataan tersebut dapat

dikatakan bahwa sampel belum dapat sepenuhnya mencukupi kebutuhan

sehari-hari karena pendapatan tersebut hanya cukup buat makan sesehari-hari-sehari-hari semantara

sampel harus memenuhi kebutuhan lain seperti pendidikan anak-anak, biaya

(45)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras dan Non Beras di Desa Bangan Serdang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang.

Faktor- faktor yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan beras dan non

beras di Desa Bangan Serdang Kecamatan Pantai Labu diuji dengan

menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana

sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel

bebas (variabel X).

Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (variabel Y)

adalah konsumsi pangan pokok pada rumah tangga (Kalori/Kapita/Hari) dan

sebagai variabel bebas (variabel X) adalah: pendapatan rumah tangga (P), tingkat

pendidikan ibu (T), dan jumlah anggota rumah tangga (J).

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapat hasil

akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan di Desa

(46)

5.1.1 Interpretasi Hasil

Tabel 5.1: Analisis Regresi Faktor-Faktor Konsumsi Pangan Pokok Penduga Koefisien

Sumber: Diperoleh dari hasil analisis regresi

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y= 874.230 +0.02 P + 435.820 J – 11.992 T

Dari persamaan tersebut dapat diperoleh konstanta sebesar 235,199 nilai ini

menunjukkan konsumsi pangan rumah tangga di Desa Bagan Serdang Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp 235 apabila tidak dipengaruhi oleh pendapatan (P), jumlah anggota keluarga (J), dan tingkat pendidikan ibu (T).

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh (R- Square) adalah 33,8 sebesar.

Artinya, sebesar 33,8 % variasi variabel terikat (konsumsi pangan rumah tangga)

dapat dijelaskan oleh variabel- variabel bebas (pendapatan rumah tangga, jumlah

anggota rumah tangga,dan tingkat pendidikan ibu), sedangkan sisanya sebesar

66,2 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukkan ke dalam

model.

Berdasarkan uji F yang dilakukan (pada lampiran 7), diperoleh nilai signifikansi F

hitung adalah sebesar (0,000) ≤ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semua variabel

bebas yang dimasukkan ke dalam model yakni pendapatan rumah tangga (P),

(47)

memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap variabel terikat yakni

konsumsi pangan rumah tangga (Y).

Uji asumsi klasik dari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan rumah

tangga di Desa Bagan Serdang Kecanatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Uji Asumsi Klasik

1. Uji asumsi multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana variabel- variabel bebas saling

berkorelasi. Persamaan regresi linier berganda yang baik adalah persamaan yang

bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel- variabel bebasnya. Hasil uji

asumsi multikolinieritas untuk model faktor- faktor yang mempengaruhi konsumsi

pangan rumah tangga di Desa Bagan Serdang Kecanatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini :

Tabel 5.2. Hasil Uji Multikolineritas Menggunakan Statistik Kolinieritas No Variabel Bebas Collinearity Statistics Tolerance VIF 1

2 3

Pendapatan Rumah Tangga (Rp/hari) Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa) Tingkat Pendidikan (Tahun)

.881 Sumber : Analisis Lampiran 5

Hasil uji asumsi multikolinieritas untuk model konsumsi pangan rumah tangga

miskin menunjukkan bahwa masing- masing variabel bebas memiliki nilai VIF <

10 dan nilai toleransi (tolerance) > 0,1. Maka dapat dikatakan bahwa regresi linier

untuk faktor- faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan rumah tangga terbebas

(48)
(49)

Secara lengkapnya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan rumah

tangga di Desa Bagan Serdang Kecanatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

adalah:

1. Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

Keluarga atau masyarakat yang berpenghasilan rendah, sebagian besar

pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Akan tetapi,

karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan

tertentu pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk

memenuhi kebutuhan nonpangan.

Secara parsial, terdapat pengaruh yang nyata antara variabel pendapatan rumah

tangga (P) terhadap konsumsi pangan rumah tangga dengan tingkat signifikansi

0,002 ≤α = 0,05. Pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap konsumsi pangan

rumah tangga dapat ditunjukkan dari nilai koefisien regresi sebesar 0,66. Hal ini

berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000,-

per bulan maka akan mengakibatkan peningkatan konsumsi pangan rumah tangga

sebesar Rp 66,000,- per bulannya dan sebaliknya.

Perbedaan rata – rata konsumsi untuk pangan rumah tangga dengan berbagai

tingkatan pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan rumah tangga tersebut,

maka semakin tinggi pula alokasi pengeluaran mereka untuk mencukupi

kebutuhan pangan. Artinya, pertambahan pendapatan rumah tangga tersebut

(50)

2. Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi alokasi konsumsi di rumah

tangga tersebut. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka kebutuhan

yang akan dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing- masing anggota

rumah tangga memiliki selera yang berbeda- beda. Rumah tangga akan lebih

mudah mencukupi kebutuhan pangannya apabila jumlah anggota di rumah tangga

tersebut kecil.

Secara parsial, variabel jumlah anggota rumah tangga (J) berpengaruh nyata

terhadap konsumsi pangan rumah tangga, dengan tingkat signifikansi 0,000 ≤α =

0,05. Pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap konsumsi pangan rumah

tangga relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar

412,779. Koefisien antara anggota rumah tangga terhadap konsumsi pangan rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, setiap penambahan 1

jiwa anggota rumah tangga maka konsumsi pangan rumah tangga akan bertambah

sebesar Rp 412,- per bulannya dan sebaliknya.

3. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, Ibulah yang berbelanja

pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan lain- lain.

Tingkat pendidikan ibu rumah tangga, disamping merupakan modal utama dalam

menunjang perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan

keluarga.

(51)

Dimana secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata/ siginifikan antara

variabel tingkat pendidikan ibu rumah tangga (T) terhadap konsumsi pangan

rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari diperolehnya tingkat signifikansi 0,750 >

α = 0,05, sehingga kenaikan tingkat pendidikan ibu rumah tangga tidak akan

berpengaruh terhadap konsumsi pangan rumah tangga.

Menurut penulis, faktor pengalaman dan kebiasaan seorang ibu dalam memasak

makanan untuk dikonsumsi sehari- hari lebih mempengaruhi konsumsi pangan

rumah tangga tersebut dibandingkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga.

5.2 Strategi Pengembangan Diversifikasi Pangan

ldentifikasi kondisi lingkungan strategis guna mendukung tercapainya ketahanan

pangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Langkah

pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah dengan menemukenali faktor

internal dan eksternal yang ada secara umum di daerah penelitian. Faktor internal

terdiri atas kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri atas

peluang dan ancaman (Rangkuti 2008).

5.2.1 Faktor Lingkungan Internal

Kekuatan (Strenghts). Kekuatan utama yang menjadi menyokong upaya ketahanan pangan di Desa Bangan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang adalah:

1. Produksi perikanan tinggi.

2. Ada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk mendorong

(52)

Kelemahan (Weakness). Kelemahan utama yang menjadi menghambat upaya ketahanan pangan di Desa Bangan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang adalah:

1. Pendapatan rendah

2. Pendidikan rendah

3. Produksi pangan rendah

4. Masi ada kejadian gizi buruk

5.2.2 Faktor lingkungan Eksternal

Peluang (Opportunity). Peluang utama yang menjadi pendorong tercapainya percepatan diversifikasi konsumsi pangan di Desa Bangan Serdang Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah:

1. Adanya peluang permintaan pangan lebih tinggi dari pada ketersediaan.

2. Adanya peluang menciptakan lapangan pekerjaan dalam mengolah pangan

lokal.

3. Perkembangan teknologi yang pesat dalam mengolah aneka pangan baru.

4. Masi terdapat lahan perkarangan rumah belum dikembangkan.

Ancaman (Threaths). Ancaman utama yang dapat menjadi penghalang tercapainya percepatan diversifikasi konsumsi pangan di Desa Bangan Serdang

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah:

1. Jumlah penduduk yang cukup besar.

2. Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam.

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan.

4. Promosi dan penyebaran informasi serta upaya pengembangannya masih

(53)

5. Ketergantungan impor.

5.2.3 Hasil evaluasi faktor internal Cara membuat matriks IFAS

1. Susunlah faktor-faktor internal sesuai dengan kelompoknya yaitu faktor yang

memberikan kekuatan (Strength) dan faktor yang memberikan kelemahan

(Weaknesses).

2. Selanjutnya masing-masing faktor tadi diberi bobot. Dalam memberikan bobot

harus dilakukan secara hati-hati dan didasarkan pada tingkat kepentingan dan

dampak strategisnya. Semakin penting faktor tersebut, maka semakin tinggi

bobot yang harus diberikan. Maksimum total bobot adalah 1 (satu).

3. Langkah berikutnya terhadap setiap faktor baik kekuatan atau kelemahan diberi

rating. Rating dibuat dengan ketentuan untuk faktor-faktor yang memberikan

kekuatan harus diberi tanda positip dan sebaliknya untuk faktor-faktor yang

memberikan kelemahan diberikan tanda negatip. Jika faktor-faktor itu

memberikan kekuatan paling besar, maka harus diberi rating positip yang

paling besar, demikian sebaliknya bila kekuatannya kecil. Cara yang sama juga

diperlakukan pada faktor-faktor yang memberi kelemahan paling besar, maka

harus diberi rating negatip paling banyak, demikian sebaliknya bila tingkat

kelemahannya kecil.

4. Selanjutnya Bobot dikalikan dengan Rating, sehingga akan diperoleh Nilai atau

Skor.

5. Setelah semua faktor dihitung skornya, kemudian dijumlahkan untuk

mendapatkan total skor secara keseluruhan.

(54)

maupun IFAS, maka untuk memudahkan berikut ini akan diberikan pedoman.

Peluang dan Kekuatan diberi bilangan bulat yang positip dan dimulai dari 1

sampai dengan 4. Sedangkan untuk Kelemahan dan Ancaman diberi bilangan

bulat yang negatip dan dimulai dari – 4 sampai dengan – 1.

Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor internal pencapaian

ketahanan pangan dapat disajikan pada tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal Pencapaian Ketahanan Pangan Faktor strategis (Kekuatan) Bobot Rating Skor

Produksi perikanan tinggi 0,58 4 2,32

Ada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk mendorong pencapaian ketahanan pangan

0,42 3 1,26

Jumlah 1 3,58

Faktor strategis (Kelemahan) Bobot Rating Skor

Pendapatan rendah 0,29 -4 -1,16

Pendidikan rendah 0,21 -3 -0,63

Produksi pangan rendah 0,29 -3 -0,87

Masi ada kejadian gizi buruk 0,21 -3 -0,63

Jumlah 1 -3,29

Selisih Kekuatan-Kelemahan 0,29

5.2.4 Hasil evaluasi faktor eksternal Cara membuat matrik EFAS

1. Susunlah faktor-faktor eksternal sesuai dengan kelompoknya yaitu faktor yang

memberikan peluang (opportunity) dan faktor yang memberikan ancaman

(threat).

2. Selanjutnya masing-masing faktor tadi diberi bobot. Dalam memberikan bobot

harus dilakukan secara hati-hati dan didasarkan pada tingkat kepentingan dan

dampak strategisnya. Semakin penting faktor tersebut, maka semakin tinggi

(55)

3. Langkah berikutnya terhadap setiap faktor baik peluang atau ancaman diberi

rating. Rating dibuat dengan ketentuan untuk faktor-faktor yang memberikan

peluang harus diberi tanda positip dan sebaliknya untuk faktor-faktor yang

memberikan ancaman diberikan tanda negatip Jika faktor-faktor itu

memberikan peluang paling besar, maka harus diberi rating positip yang paling

besar, demikian sebaliknya bila peluangnya kecil. Cara yang sama juga

diperlakukan pada faktor-faktor yang memberi ancaman paling besar, maka

harus diberi rating negatip paling banyak, demikian sebaliknya bila tingkat

ancamannya kecil.

4. Selanjutnya Bobot dikalikan dengan Rating, sehingga akan diperoleh Nilai atau

Skor.

5. Setelah semua faktor dihitung skornya, kemudian dijumlahkan untuk

mendapatkan total skor secara keseluruhan.

Untuk memberikan keseragaman dalam membuat rating baik untuk EFAS

maupun IFAS, maka untuk memudahkan berikut ini akan diberikan pedoman.

Peluang dan Kekuatan diberi bilangan bulat yang positip dan dimulai dari 1

sampai dengan 4. Sedangkan untuk Kelemahan dan Ancaman diberi bilangan

bulat yang negatip dan dimulai dari – 4 sampai dengan – 1.

Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor eksternal pencapaian

(56)

Tabel 5.4 Matriks evaluasi faktor eksternal pencapaian Ketahanan Pangan Faktor strategis (Peluang) Bobot Rating Skor

Adanya peluang permintaan pangan lebih tinggi dari pada ketersediaan

0,25 4 1

Adanya peluang menciptakan lapangan pekerjaan dalam mengolah pangan lokal

0,33 4 1,32

Perkembangan teknologi yang pesat dalam mengolah aneka pangan baru

0,25 4 1

Masi terdapat lahan perkarangan rumah belum dikembangkan

0,17 2 0,34

Jumlah 1 3,66

Faktor strategis (Ancaman)

Jumlah penduduk yang cukup besar 0,23 -4 -0,92

Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam

0,23 -4 -0,92

Kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan

0,19 -4 -0,76

Promosi dan penyebaran informasi serta upaya pengembangannya masih terbatas

0,23 -3 -0,69

Ketergantungan impor tinggi 0,12 -3 -0,36

Jumlah 1 -3,65

Selisih Peluang-Ancaman 0,01

Berdasarkan hasil-hasil yang didapat dari analisis internal dan eksternal pada

Tabel seperti dituliskan di atas, hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Skor Total Kekuatan 3,58

2. Skor Total Kelemahan -3,29

3. Skor Total Peluang 3,66

(57)

Selanjutnya mencari posisi strategi diversifikasi pangan di daerah penelitian

dengan menggunakan matriks posisi. Posisi strategi pengembangan ditunjukkan

oleh titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan -

kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang - ancaman).

Berdasarkan Tabel 5.3 dan 5.4 diperoleh nilai x > 0 yaitu 0,29 dan nilai y > 0

yaitu 0,01. Posisi titik koordinatnya dapat dilihat dalam koordinat Cartesius pada

Gambar 5.2.

D A

Konvesional Agresif

C B

Defensi Diversifikasi

Gambar 5.2. Matriks Posisi Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika

Sumatera Utara

Keterangan :

E = Adalah perpotongan diagonal AC dan BD

A = mempunyai koordinat ( 3,58 ; 3,66)

Lingkungan Kurang mendukung

(-3,29 ; 3,65) )

II.Stabilitas

(3,58 ; 3,66)

Kelemahan

(58)

C = mempunyai koordinat ( -3,29 ; -3,65)

D = mempunyai koordinat ( -3,29 ; 3,66)

Setelah diketahui titik pertemuan diagonal-diagonal tersebut (X), maka posisi unit

usaha diketahui pada kuadran I namun cenderung dekat pada kuadran IV sehingga

perlu diadakan penyempurnaan analisis dengan menghitung luasan wilayah pada

tiap-tiap kuadran.

Meskipun posisi titik X ada di kuadran I, tetapi untuk melengkapi analisis akan

menjadi lebih baik dan sempurna, bilamana di dalam setiap kuadran dihitung

luasnya masing-masing. Sehingga dengan demikian luas dari masing-masing

kuadran adalah seperti di bawah ini :

Tabel 5.5 Luasan Matrik dan Prioritas Strategi

Kuadran Posisi titik Luas matrik Ranking Prioritas Strategi

I A (3,58 ; 3,66) 13,1028 I Agresif

II B (3,58 ; -3,65) -13,067 II Konvensional

III C (-3,29 ; -3,65) 12,0085 IV Defensif

IV D (-3,29 ; 3,66) -12,0414 III Kompetitif

Sumber : data diolah

Uraian mengenai posisi ranking luas matrik kuadran pada Tabel diatas antara lain:

1. Ranking ke 1 : Pada kuadran I ke dengan luas matrik 13,1028

2. Ranking ke 2 : Pada kuadran II dengan luas matrik -13,067

3. Ranking ke 3 : Pada kuadran III dengan luas matrik 12,0085

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Tabel 3.1 Produksi beberapa jenis pangan yang diproduksi di Kabupaten Deli Serdang 2011
Tabel 3.2 Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

EFISIENSI EKONOMIS USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI

Penelitian tentang pengembangan kawasan ekowisata pesisir di perairan Pantai Putra Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan kesesuaian ekowisata

Judul Penelitian : Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Putra Deli Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.. Nama :

Kajian Unit Penangkapan Jaring Kembung ( Gillnet ) di TPI Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan

Desa Rantau Panjang merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di.. Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten

Komunitas Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Pencemaran Perairan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.. Dibimbing oleh YUNASFI dan ZULHAM

Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2005 dalam Sembiring, 2008). Daerah pesisir Pantai Labu merupakan daerah yang telah mengalami. eksploitasi dikarenakan kawasan Pantai Labu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa : Hutan mangrove di Areal Model Arboretum Mangrove Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten