• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Habitat Dan Perilaku Burung Pantai Migran Di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Habitat Dan Perilaku Burung Pantai Migran Di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN HABITAT DAN PERILAKU BURUNG PANTAI

MIGRAN DI PESISIR PANTAI TIMUR DELI SERDANG

PROVINSI SUMATERA UTARA

CHAIRUNAS ADHA PUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Habitat dan Perilaku Burung Pantai Migran di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utaraadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Chairunas Adha Putra

(4)

RINGKASAN

CHAIRUNAS ADHA PUTRA. Penggunaan Habitat dan Perilaku Burung Pantai Migran di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh RR DYAH PERWITASARI dan YENI ARYATI MULYANI.

Hutan mangrove dan kawasan hamparan lumpur di Pesisir pantai timur Sumatera Utara merupakan kawasan penting bagi burung pantai migran. Salah satu kabupaten yang terdapat di pesisir Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli Serdang. Hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang saat ini berstatus hutan lindung, tetapi konversi lahan tetap saja terjadi. Perubahan hutan mangrove di pesisir Deli Serdang akan berdampak pada keberlangsungan hidup burung pantai migran di kawasan tersebut. Informasi mengenai penggunaan habitat dan perilaku burung pantai di wilayah ini juga masih sangat terbatas, padahal informasi tersebut diperlukan dalam mendukung upaya konservasi burung pantai migran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk; (1)mengidentifikasi habitat, distribusi dan jenis burung pantai migran, (2) mengidentifikasi penggunaan habitat oleh kelompok burung pantai migran, (3) menganalisis perilaku harian dua spesies burung pantai migran (Numenius arquata dan Charadrius mongolus).

Penelitian dilaksanakan pada saat musim migrasi yaitu, bulan Oktober 2014 hingga April 2015 di kawasan pesisir pantai timur Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan dilakukan di 4 desa yaitu, Desa Tanjung Rejo, Desa Percut, Desa Sei Tuan dan Desa Rugemuk. Pengumpulan data dilakukan dengan menjelajahi kawasan tersebut dan mencatat tipe habitat serta perilaku burung pantai migran. Tipe habitat yang diamati meliputi hamparan lumpur, rawa, perkebunan, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air. Data kondisi habitat diuraikan secara deskriptif. Identifikasi spesies burung menggunakan Hayman et al.(1986), Rosair dan Cottridge (1995), Bhushan et al.(1993) dan MacKinnonet al.(2010). Pengelompokan dan penulisan nama ilmiah mengikuti Sukmantoro et al. (2007). Di samping itu dicatat status burung berdasarkan kriteria IUCN (2015) status perdagangan CITES (2006) dan status perlindungan menurut UU No.5 tahun 1990 dan PP No. 7/8 tahun 1999.Data penggunaan habitat dan perilaku harian disajikan dalam bentuk diagram dan diuraikan secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan antara frekuensi perilaku di setiap habitat dilakukan uji ANOVA (Analysis of Variance).

Hasil pengamatan mencatat total 12.673 individu dari 30 spesies yang tersebar di habitat lumpur, rawa, kebun, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air. Jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak ditemukan di habitat hamparan lumpur yaitu 23 spesies dengan total 10.687 individu, selanjutnya perkebunan (spesies= 13, total individu= 1394) dan rawa (spesies= 14, total individu= 513). Semua burung pantai yang ditemukan termasuk ke dalam ordo Charadriiformes

yang terdiri dari famili Rostratulidae (1 spesies), Charadriidae (6 spesies),

Scolopacidae (21 spesies) dan Recurvirostridae (2 spesies). Lima spesies yang dilindungi menurut Perundangan di Indonesia yaitu semua spesies dari kelompok burung Gajahan (Numenius phaeopus, N. arquata dan N. madagascariensis), Trinillumpur Asia Limnodromus semipalmatus dan Gagangbayam Belang

(5)

2015, burung pantai di Deli Serdang memiliki 3 kategori, yaitu beresiko rendah (21 spesies), hampir terancam (7 spesies), dan terancam (2 spesies).

Habitat lumpur, rawa dan perkebunan (perkebunan kelapa sawit yang baru ditanam) merupakan habitat yang mendukung keberadaan spesies burung pantai baik dari segi jumlah spesies dan jumlah individu. Pengamatan pada ketiga tipe habitat menunjukkan bahwa habitat hamparan lumpur digunakan untuk keperluan makan. Habitat perkebunan dan rawa digunakan burung pantai untuk istirahat. Perilaku harian kelompok burung pantai migran bervariasi berdasarkan periode waktu. Perilaku makan pada habitat hamparan lumpur dominan dilakukan pada pagi hari. Perilaku istirahat dominan dilakukan pada habitat rawa dan perkebunan pada siang hingga sore hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku harian N. arquata dan C. mongolus cenderung memiliki kesamaan. Pada pagi dan siang hari didominasi oleh perilaku makan sedangkan sore hari didominasi perilaku perawatan tubuh dan istirahat.

(6)

SUMMARY

CHAIRUNAS ADHA PUTRA. Habitat Use and Behaviour of Migratory Shorebids in Eastern Coastal of Deli Serdang of North Sumatera Province.Supervised by RR DYAH PERWITASARI and YENI ARYATI MULYANI.

Mangove forest and intertidal mudflat in the eastern coastal of North Sumatera is an important area for migratory shorebirds. Deli Serdang regency is one of the districts in the eastern coastal of North Sumatera province. Despite being protected under national protected area, mangrove forest in Deli Serdang area is threatened by land conversion activities. Habitat changes of mangrove forests potentially impacted on the migratory shorebirds existence inn this area. However, the information of habitat use and shorebirds behavior in this area still needs to be improved. This information is required to support managements of migratory shorebirds conservation efforts in this region. This study was aimed to; (1) identify habitat, abundance of migratory shorebirds (2) identify the use of habitat by migratory shorebirds (3) analyze the daily activities of Numenius arquata and Charadrius mongolus.

The research conducted during the full migration season starting from October 2014 until April 2015. Observations were conducted at four villages namely, Tanjung Rejo, Percut, Sei Tuan and Rugemuk;by exploring the area that used by migratory shorebirds. The habitat types being observed were mudflats, swamps, plantations, ponds, rice fields, settlements and river banks. Habitat data descriptively presented in tables. Identification of shorebirds species refers to Hayman et al. (1986), Rosair and Cottridge (1995), Bhusnan et al.(1993) and MacKinnonet al.(2010). Classification and scientific names followed Sukmantoro

et al. (2007). The status of shorebirds is based on IUCN Red List (2015), CITES (2006) national protection in laws No. 5 of the year 1990 and PP No. 7/8 of the year 1999. Data on habitat use and daily behaviour presented descriptively. ANOVA test was used to reveal the comparison of behaviour frequency among severe habitat types.

The shorebirds population observed from October 2014 until April 2015 was a total of 12.673 individuals from 30 species. There are three habitat types which potentially support the highest number of shorebirds: mudflats (10.687 individuals; 23 species), marshes (513 individuals; 14 species), and plantations (1394 individuals; 13 species). All shorebirds found were from order

Charadriiformes consisted of family Rostratulidae (1 species), Charadriidae (6 species), Scolopacidae (21 species) and Recurvirostridae (2 species). We found 5 protected species according to the legislation in Indonesia,they are from“curlew” groups (Numenius phaeopus, N.arquata, and N. madagascariensis), Asian Dowitcher Limnodromus semipalmatus and White-headed Stilt Himantopus leucocephalus. The shorebirds in Deli Serdang have been grouped in three categories by the IUCN Red List, Least Concern (21 species), Near Threatened (7 species), and Endangered (2 species).

(7)

resting. The daily behavior of shorebirds varied by the time period. Feeding behaviour on mudflats was relatively dominant in the early morning. while resting behaviour on swamps and plantations were dominant in the late afternoon. Observations on daily activities of N. arquata and C. mongolus indicated similar

it’s pattern of the two spesies, i.e.feeding behaviour dominated in the early morning to midday and the body maintenance and resting dominated in the late afternoon.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Biosains Hewan

PENGGUNAAN HABITAT DAN PERILAKU BURUNG PANTAI

MIGRAN DI PESISIR TIMUR DELI SERDANG

PROVINSI SUMATERA UTARA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 sampai April 2015 ini adalah Penggunaan Habitat dan Perilaku Burung Pantai Migran di Pesisir Pantai Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Selama proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan arahan oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis banyak mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Rd. Roro Dyah Perwitasari M.Sc. dan Ibu Dr. Ir.Yeni Aryati Mulyani M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, evaluasi, perhatian dan motivasi selama perkuliahan dan penelitian hingga penyusunan tesis.

2. Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia yang telah memberikan dana melalui beasiswa Fresh Graduate 2013.

3. Kepala Desa Percut, Desa Tanjung Rejo dan Desa Rugemuk yang memberikan izin dan informasi terkait burung pantai di lokasinya masing-masing.

4. Kepada Desy, Bg Andi, Bg Mirza dan Pak Hadi serta teman-teman yang membantu dalam proses pengambilan data dan peminjaman alat-alat penelitian.

5. Orang tua dan keluarga tercinta atas do’a, motivasi dan kasih sayang yang diberikan hingga kini.

6. Rekan-rekan BSH angkatan 2013 atas kebersamaan, dukungan serta motivasi selama proses perkuliahan.

7. Segenap adik-adik Biologi dan Biopalas USU yang turut membantu pengamatan di lokasi penelitian, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan, kerja sama dan doa kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Biosains Hewan. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 3

Definisi, Taksonomi dan Ekologi Burung Pantai 3

Jalur Terbang Asia Timur-Australia 3

Siklus Migrasi Burung Pantai di Indonesia 4

Habitat Burung Pantai Migran di Pesisir Kabupaten Deli Serdang 5 Burung Pantai Migran di Pesisir Kabupaten Deli Serdang 5

3. METODE 6

Waktu dan Lokasi Penelitian 6

Identifikasi Habitat, Distribusi dan Kelimpahan Spesies Burung Pantai 7

Penggunaan Habitat oleh Burung Pantai 8

Perilaku Harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus 9

Analisis Data 10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Habitat, Distribusi dan Kelimpahan Spesies Burung Pantai Selama Musim Migrasi

11 Penggunaan Habitat oleh Burung Pantai di Pesisir Kabupaten Deli

Serdang

17 Perilaku Harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus 21

Gangguan terhadap Burung Pantai Migran 22

Burung Pantai Migran yang Ditemukan Memiliki Bendera Warna 24

5. SIMPULAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 30

(14)

DAFTAR TABEL

1 Enam kategori perilaku burung pantai 8

2 Tipe dan sebaran habitat yang digunakan burung pantai migran di kawasan pesisir Kabupaten Deli Serdang

11 3 Ordo, famili, spesies dan status perlindungan burung pantai di

Kabupaten Deli Serdang

12 4 Daftar spesies dan jumlah rata-rata (jumlah maximum) kehadiran

burung di setiap habitat

13 5 Rata-rata (±SD) jumlah individu berdasarkan tahapan pasang surut

pada habitat lumpur, rawa dan perkebunan

19 6 Catatan perjumpaan burung elang di pesisir Kab. Deli Serdang

sepanjang bulan November 2014 sampai Maret 2015

23 7 Data perjumpaan burung pantai berbendera warna di pesisir Kab.

Deli Serdang sepanjang tahun 2010 (Oktober) sampai 2015 (April)

25

DAFTAR GAMBAR

1 Jalur terbang burung pantai di dunia 4

2 Siklus tahunan burung pantai di Indonesia 4

3 Peta lokasi penelitian dan titik lokasi pengamatan 6

4 Topografi burung pantai 7

5 Jumlah spesies dan jumlah individu burung pantai selama musim migrasi (Oktober 2014 – April 2015)

15 6 Fluktuasi jumlah spesies (A) dan jumlah individu (B) burung pantai

pada habitat lumpur, rawa dan perkebunan (Oktober 2014 – April 2015)

16

7 Perilaku burung pantai di tiga tipe habitat. Huruf yang berbeda pada pola diagram batang yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada taraf 5%

17

8 Persentase perilaku kelompok burung pantai berdasarkan perbedaan waktu

19 9 Persentase perilaku harian N. arquata dan C. mongolus di habitat

lumpur

21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi foto habitat burung pantai migran di kawasan pesisir Kab. Deli Serdang

31 2 Foto dan deskripsi spesies burung pantai di Kab. Deli Serdang 32 3 Dokumentasi ancaman terhadap burung pantai yang ditemukan di

pesisir pantai Kab. Deli Serdang

40 4 Dokumentasi foto burung pantai yang ditemukan dengan bendera

warna di Kab. Deli Serdang

41

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang total pesisir pantai diperkirakan lebih dari 80.000 km. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kawasan hutan mangrove terbesar di dunia. Ekosistem mangrove di pesisir pantai mendukung kehidupan berbagai jenis hewan,diantaranya adalah burung pantai migran. Salah satu kawasan yang sudah diketahui menjadi tempat persinggahan burung pantai migran yang penting yaitu Pesisir Deli Serdang di Provinsi Sumatera Utara. Pesisir Deli Serdang menjadi penting karena setiap tahun secara rutin dikunjungi burung pantai dalam jumlah yang besar. Di kawasan ini telah tercatat ±30 jenis burung pantai dengan jumlah total individu mencapai >20.000 individu.

Burung pantai adalah kelompok burung air yang keberlangsungan hidupnya sangat bergantung dengan kawasan hutan mangrove. Kawasan mangrove dipergunakan burung pantai untuk mencari makan dan beristirahat. Sebagian besar burung pantai di Indonesia termasuk ke dalam burung pantai yang bermigrasi. Migrasi tersebut dapat diartikan bahwa burung pantai secara berkala melakukan perjalanan dari lokasi berbiak dari bumi belahan utara (Rusia, China dan Alaska) ke bumi belahan selatan (Australia dan Selandia Baru). Letak Indonesia yang strategis berada diantara keduanya membuat Indonesia sebagai tempat persinggahan yang nyaman bagi burung pantai selama musim migrasi.

Hutan mangrove di Deli Serdang merupakan hutan lindung dengan luasan ±3.105,238 ha. Walaupun berstatus hutan lindung tetapi alih fungsi lahan tetap terjadi di kawasan ini. Pertumbuhan penduduk di kawasan pesisir Deli Serdang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampak yang terjadi akibat hal tersebut adalah hutan mangrove beralih fungsi menjadi lahan buatan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Alih fungsi hutan mangrove diperuntukan menjadi areal pertambakan, persawahan, perternakan, perkebunan kelapa sawit dan permukiman manusia. Pohon-pohon mangrove juga dimanfaatkan masyarakat sekitar pesisir untuk arang dan bahan bangunan.Terbentuknya habitat-habitat baru buatan manusia di kawasan pesisir Deli Serdang akan berpengaruh terhadap kehidupan burung pantai di kawasan tersebut. Selain itu, ancaman dari predator (seperti burung elang) dan ancaman dari manusia yang hidup di kawasan tersebut juga akan berdampak pada kelangsungan hidup burung pantai.

Perilaku adalah suatu respon yang ditimbulkan oleh suatu organisme terhadap lingkungannya. Analisis perilaku dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan berbagai tipe habitat dan pola perilaku harian bagi burung pantai di pesisir Deli Serdang.Pengetahuan mengenai fungsi masing-masing habitat dan perilaku harian penting dilakukan untuk mendukung upaya konservasi burung pantai di wilayah tersebut. Numenius arquata dan Charadrius mongolus

(16)

2

dianggap mewakili untuk perilaku harian kelompok burung pantai di habitat hamparan lumpur.

Sejauh ini data mengenai penggunaan habitat dan perilaku burung pantai di Deli Serdang belum tersedia. Data yang tersedia terkait burung pantai migran hanya terbatas pada catatan jenis dan jumlah individu di suatu lokasi saja. Penelitian ini penting dilakukan karena tingginya aktivitas pengalihfungsian kawasan hutan mangrove yang terjadi di wilayah pesisir Deli Serdang. Perubahan habitat tersebut harus sejalan dengan pengetahuan kita terhadap habitat penting bagi burung pantai migran di kawasan tersebut. Hal tersebut dapat menjadi dasar bagi pengelolaan dan upaya konservasi habitat burung pantai migran di Deli Serdang.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengidentifikasi habitat, distribusi spesies dan menganalisis kelimpahan spesies burung pantai selama musim migrasi (3) mengidentifikasi penggunaan habitat oleh burung pantai migran, (3) menganalisis perilaku harian dua spesies burung pantai migran (Numenius arquata Linnaeus 1758 dan Charadrius mongolus Pallas 1776).

Manfaat Penelitian

(17)

3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi, Taksonomi dan Ekologi Burung Pantai

Burung pantai merupakan kelompok burung air yang secara ekologis sangat tergantung pada kawasan pesisir pantai. Kawasan pantai tersebut dipergunakan untuk melakukan berbagai aktivitas harian seperti mencari makan, istirahat, merawat tubuh dan interaksi sosial (Howes et al. 2003; Burger et al.

1997). Burung pantai di Indonesia termasuk ke dalam ordo Charadriiformes,yang terdiri dari famili Charadriidae, Scolopacidae, Jacanidae, Rostratulidae, Haematopodidae, Recurvirostridae, Burhinidae, Glareolidae dan Phalaropidae

(Sukmantoro et al. 2007; Howes et al. 2003). Sejauh ini telah tercatat 214 jenis burung pantai yang ada di dunia (Hayman et al. 1986; Rosair dan Cottridge 1995) dan sebanyak 69 jenis diantaranya sudah tercatat di Indonesia(Sukmantoro et al.

2007).

Sebagian besar burung pantai yang ada di Indonesia merupakan burung pantai yang bermigrasi dari bumi belahan utara ke selatan. Perjalanan migrasi dilakukan burung pantai untuk menghindari musim dingin di lokasi berbiaknya, yaitu bumi belahan utara. Burung pantai kembali ke utara jika musim dingin telah berhenti untuk berkembang biak (Howes et al. 2003).Walaupun begitu, ada juga beberapa jenis burung pantai yang tidak bermigrasi atau penetap di Indonesia diantaranya adalah Cerek Jawa Charadrius javanicus dan Trulek Jawa Vanellus macropterus (Sukmantoro et al. 2007).

Hutan mangrove merupakan habitat alami yang penting bagi burung pantai. Salah satu fungsi mangrove adalah menjaga pesisir pantai dari abrasi. Akar-akar pohon mangrove yang bercabang akan menangkap lumpur dan menciptakan sedimen kemudian menjadi daratan hamparan lumpur. Hamparan lumpur penting untuk tempat hidup makrozoobenthos dan hewan lain yang menjadi sumber makanan burung pantai (Jumilawaty 2012). Selain hutan mangrove, habitat lain yang penting bagi burung pantai adalah rawa, danau dan lahan basah buatan (Howes et al. 2003).

Burung pantai cenderung terkonsentrasi di kawasan yang produktivitas tinggi (kaya akan hewan-hewan makrozoobenthos), sehingga dapat menjadi indikator untuk mengevaluasi daerah pesisir dan melindungi suatu kawasan.Selain itu, Burung pantai dapat dijadikan indikator pendeteksi perubahan ekosistem global. Jalur terbang yang panjang meliputi kawasan kutub, sub-tropis dan tropis di setiap siklus tahunannya dapat dijadikan indikator dari perubahan lingkungan yang terjadi di jalur terbang mereka (Nebel 2007).

Jalur Terbang Asia Timur-Australia

(18)

4

persinggahan di Asia Tenggara hingga Australia dan Selandia Baru (Howes et al.

2003). Pada jalur terbang tersebut terdapat ± 23 negara yang dilewati burung air migran. Jalur terbang Asia Timur-Australia memiliki jumlah populasi sekitar 8 juta individu dengan lebih dari 54 jenis burung pantai yang bermigrasi di setiap tahunnya (Bamford et al. 2008). Rute jalur terbang burung pantai bermigrasi di dunia dan di jalur terbang Asia Timur-Australia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jalur terbang burung pantai di dunia. (Sumber: EAAFP 2015)

Siklus Migrasi Burung Pantai di Indonesia

Burung pantai migran ditemukan singgah di Indonesia hanya pada waktu-waktu tertentu saja, pada bulan November sampai Maret di setiap tahunnya (Howes et al. 2003). Jumlah jenis dan jumlah individu yang singgah di pesisir Deli Serdang berfluktuasi di setiap bulannya. Burung pantai di pesisir Deli Serdang dapat ditemukan di antara bulan September sampai Juni (Jumilawaty 2012; Putra et al. 2015).Siklus migrasi tahunan burung pantai di Indonesia lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

(19)

5 Sebagian besar kelompok burung pantai di Deli Serdang kembali ke Utara (Siberia, China dan Alaska) untuk berbiak di bulan Maret atau April (Howes et al.

2003). Namun, beberapa individu yang berumur muda (tahun pertama) masih dapat ditemukan di Deli Serdang (Putra et al. 2015).

Habitat Burung Pantai Migran di Pesisir Kabupaten Deli Serdang

Kawasan pesisir pantai Deli Serdang merupakan kawasan penting bagi burung pantai sebagai lokasi persinggahan (Putra et al. 2015; Crossland et al.

2006; Crossland et al. 2012; Iqbal et al. 2010; Silvius 1988; Verheugt et al. 1993). Salah satu habitat alami yang terdapat di Deli Sedang adalah hutan mangrove. Status kawasan hutan mangrove di kawasan pesisir Deli Serdang merupakan hutan lindung (SK.579/Menhut-II/2014) tetapi pengalihan lahan tetap saja terjadi. Pengalihan lahan mengakibatkan tipe habitat di kawasan ini sangat beragam. Menurut Jumilawaty (2012) habitat yang terdapat di Pesisir Deli Serdang meliputi, hamparan lumpur (2.652 km2), belukar rawa (7.852 km2), hutan rawa sekunder (0.476 km2), permukiman (4.284 km2), perkebunan (1.742 km2), pertanian lahan kering (27.654 km2), sawah (19.194 km2), semak belukar (5.643 km2), tambak (28.624 km2) dan tubuh air (0.580 km2) dengan total kawasan ± 98.701 km2. Vegetasi mangrove alami didominasi dari jenis Avicennia marina, A.

alba, Excoecaria agallocha, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba dan

Rhizophora apiculata (Ningsih 2008).

Hamparan lumpur pada kawasan hutan mangrove merupakan habitat utama yang digunakan burung pantai untuk mencari makan (Burger et al. 1997; Davis dan Smith 1998; Green et al. 2015; Howes et al. 2003). Selain lumpur, habitat lahan basah (alami maupun buatan) yang terdapat di pesisir pantai merupakan habitat yang penting bagi burung pantai di lokasi persinggahannya (Howes et al. 2003).

Burung Pantai Migran di Pesisir Deli Serdang

(20)

6

3

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada saat musim migrasi yaitu, bulan Oktober 2014 hingga April2015 di kawasan pesisir pantai timur Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara (Gambar 3).Pengamatan dilakukan pada 4 desa yang berada di pesisir pantai yaitu, Desa Tanjung Rejo, Desa Percut, Desa Sei Tuan dan Desa Rugemuk. Survei prapenelitian dilakukan pada bulan September 2014 yang bertujuan untuk mendeskripsikan tipe-tipe habitat yang ada di pesisir Kab. Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang memiliki luas wilayah 2.497,72 km2 dan secara geografis terletak pada 2°57’ - 3°16’ LU dan 98°33’ – 99°27’ BT. Batas kawasan Kab. Deli Serdang adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo.

(21)

7

Metode Penelitian

Identifikasi Habitat,Distribusi dan KelimpahanSpesies Burung Pantai

Pengamatan dilakukan dengan menjelajahi kawasan pesisir pantai Deli Serdang dan mencatat tipe habitat yang digunakan oleh burung pantai migran. Penentuan titik pengamatan pada masing-masing tipe habitat dilakukan secara subyektif. Tipe habitat yang diamati meliputi hamparan lumpur, rawa, perkebunan, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air. Setiap habitat diamati satu bulan sekali selama 7 bulan pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi koordinat geografis, spesies dan jumlah individu setiap spesies. Metode konsentrasi digunakan dalam identifikasi spesies dan penghitungan jumlah individu burung. Penghitungan jumlah individu per-spesies dilakukan dengan menggunakan binokuler Nikon (8x40) atau monokuler Nikon Fielscope ED secara langsung dengan luas jangkauan ± 200 x 200 m. Penghitungan estimasi jumlah individu dengan menggunakan metode blok (Howes et al. 2003).Pengambilan data koordinat geografis lokasi burung pantai dilakukan dengan menggunakan GPS Garmin eTrex 30. Data habitat disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif.Identifikasi spesies dilakukan secara langsung dengan menyesuaikan karakter morfologi yang tampak pada burung dengan buku panduan identifikasi burung (Gambar 4).

(22)

8

Penggunaan Habitat oleh Burung Pantai

Pengamatan penggunaan habitat berupa pengamatan perilaku burung dilakukan sekali dalam sebulan pada habitat hamparan lumpur, rawa dan perkebunan dan dimulai pukul 06.00–18.00 WIB. Pengamatan dibagi berdasarkan tiga periode waktu, pagi (06.00-10.00 WIB), siang (13.00-15.00 WIB) dan sore (16.00-18.00 WIB) dengan menggunakan metode scan sampling (Altmann 1974). Kelompok burung diamati dengan interval pengamatan 1 jam sekali dan pencatatan data dilakukan selama 20 menit (Burger et al. 1997). Perilaku yang teramati dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori: 1) perilaku makan, 2) perilaku istirahat/ tidur, 3) perilaku bersiap siaga atau waspada, 4) perilaku merawat tubuh, 5) perilaku menyerang dan 6) perilaku berpindah (Tabel 1) (Baker 1971; Davis dan Smith 1998; De Leon dan Smith 1999). Data yang dicatat berupa jumlah individu yang melakukan perilaku dan kondisi pasang surut. Pencatatan data dilakukan secara langsung dan atau menggunakan alat perekam.

Tabel 1. Enam kategori perilaku burung pantai.

Perilaku Deskripsi

1. Makan Perilaku makan ditandai dengan

berlari/berjalan kecil dan mematuk atau menggali mencari mangsa.

2. Istirahat Perilaku istirahat ditandai dengan sedikit gerakan tubuh dengan paruh dikepit di bawah sayap, kepala dan leher sedikit/tidak bergerak, dengan mata tertutup/terbuka.

(23)

9 4. Perawatan tubuh Perilaku perawatan tubuh ditandai dengan cara mandi, menelisik bulu, dan peregangan sayap atau leher.

5. Menyerang Perilaku menyerang ditandai dengan mengejar dan mematuk terhadap individu lain.

6. Berpindah Perilaku berpindah ditandai dengan berlari menyeberang dan terbang ke tempat lain.

Perilaku harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus

Pengamatan dilakukan pada habitat hamparan lumpur sebanyak 3 kali sebulan selama 3 bulan. Pengamatan perilaku harian dimulai pada pukul 06.00-18.00 WIB. Pengamatan dibagi berdasarkan tiga periode waktu yaitu,pagi (06.00-10.00 WIB), siang (13.00-15.00 WIB) dan sore (16.00-18.00 WIB) dengan menggunakan metode focal animal sampling (Altmann 1974). Pemilihan individu untuk diamati perilakunya dilakukan dengan mengarahkan monokuler atau binokuler ke spesies target (N. arquata dan C. mongolus). Pengamatan setiap individu dilakukan setiap sepuluh menit sekali dan perilaku dicatat secara langsung atau menggunakan alat perekam. Pendokumentasian perilaku (foto dan video) dengan menggunakan kamera DSLR, Lensa Telephoto Zoom 150-500 mm dan Tripod. Pencatatan dilakukan dalam interval 2 menit dengan metode one-zero

(24)

10

Analisis Data

1. Data habitat disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif. 2. Identifikasi spesies burung menggunakan buku; Shorebirds: An Identification

Guide to the Waders of the World (Hayman et al. 1986), Photographic Guide to the Shorebirds of the World (Rosair dan Cottridge 1995), A Field Guide to the Waterbirds of Asia (Bhusnan et al. 1993) dan Burung-burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnonet al. 2010). Penulisan nama ilmiah mengikuti Sukmantoro et al. (2007). Di samping itu dicatat status burung berdasarkan kriteria IUCN (2015),status perdagangan CITES (2006), status perlindungan menurut UU No.5 tahun 1990 dan PP No. 7 serta No. 8 tahun 1999.

3. Datapenggunaan habitat disajikan dalam bentuk diagram dan diuraikan secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan antara frekuensi perilaku di setiap habitat dilakukan uji ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan program SPSS Versi 18.

(25)

11

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Habitat, distribusi dan kelimpahanspesies burung pantai selama musim migrasi

Habitat yang terdapat di kawasan pesisir pantai Kab. Deli Serdang yaitu, lumpur, rawa, kebun, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air (Tabel 2). Habitat-habitat tersebut dapat ditemukan di empat desa yaitu, Desa Tanjung Rejo, Desa Percut, Desa Sei Tuan dan Desa Pantai Labu. Habitat tersebut berjarak ≤ 1km dari bibir pantai terdekat. Dokumentasi masing-masing habitat burung pantai ditunjukkan pada Lampiran1.

Tabel 2Tipe dan sebaran habitat yang digunakan burung pantai migran di kawasan pesisir Kabupaten Deli Serdang.

Tipe Habitat Deskripsi Sebaran Habitat

TR Pc ST Rk

Lumpur Kawasan hamparan lumpur di sekitar hutan mangrove yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut.

√ √ √ √

Rawa Kawasan dataran rendah yang tergenang di musim hujan atau pada saat pasang, dan biasanya selalu tergenang.

√ √

Perkebunan Kawasan perkebunan kelapa sawit yang baru ditanam.

√ √ √

Tambak Kawasan tambak (aktif atau tidak aktif) yang keberadaan airnya dipengaruhi kondisi pasang surut air laut.

√ √ √

Persawahan Kawasan Sawah tadah hujan (air dipengaruhi oleh musim penghujan).

√ √

Permukiman Kawasan hunian manusia. √ √ √

Tubuh air Aliran sungai besar dan kecil di kawasan pesisir.

√ √ √ √

Keterangan : √= ditemukan; TR= Tanjung Rejo; Pc= Percut; ST= Sei Tuan; Rk= Rugemuk.

Pengamatan dari bulan Oktober 2014 hingga April 2015 menemukan 30 spesies yang tersebar di tujuh habitat yang berbeda. Semua burung pantai yang ditemukan masuk ke dalam ordo Charadriiformes dan terdiri dari famili

Rostratulidae (1 spesies), Charadriidae (6 spesies), Scolopacidae (21 spesies) dan

Recurvirostridae (2 spesies) (Tabel 3).Spesies burung pantai yang mendominasi di lokasi penelitian berasal dari famili Scolopacidae (21 spesies) dan

(26)

12

Tabel 3 Ordo, famili, spesies dan status perlindungan burung pantai di Kabupaten Deli Serdang.

Ordo

Charadriiformes No Nama Ilmiah1 Nama Indonesia1

Status perlindungan

UU2 IUCN3 CITES4 Famili

Rostratulidae 1 Rostratula benghalensis* Berkikkembang Besar LC

Charadriidae 2 Vanellus cinereus Trulek Kelabu LC

3 Pluvialis squatarola Cerek Besar LC

4 P. fulva Cerek Kernyut LC

5 Charadrius mongolus Cerekpasir Mongolia LC

6 C.alexandrinus Cerek Tilil LC

7 C. leschenaultii Cerekpasir Besar LC

Scolopacidae 8 Numenius phaeopus Gajahan Penggala AB LC

9 N. arquata Gajahan Erasia AB NT 10 N. madagascariensis Gajahan Timur AB EN 11 Limosa limosa Birulaut Ekor-hitam NT 12 L. lapponica Birulaut Ekor-blorok NT 13 Tringa totanus Trinil Kaki-merah LC 14 T. stagnatilis Trinil Rawa LC 15 T. nebularia Trinil kaki-hijau LC

16 T. glareola Trinil Semak LC

17 Xenus cinereus Trinil Bedaran LC 18 Actitis hypoleucos Trinil Pantai LC 19 Arenaria interpres Trinil Pembalik-batu LC 20 Limnodromus semipalmatus Trinillumpur Asia AB NT 21 Gallinago gallinago Berkik Ekor-kipas LC 22 Calidris tenuirostris Kedidi Besar EN

23 C. canutus Kedidi Merah NT

24 C. alba Kedidi Putih LC

25 C. ruficollis Kedidi Leher-merah NT 26 C. ferruginea Kedidi Golgol NT 27 Limicola falcinellus Kedidi Paruh-lebar LC 28 Philomachus pugnax Trinil Rumbai LC

Recurvirostridae 29 Himantopus himantopus** Gagangbayam Timur LC

30 H. leucocephalus** Gagangbayam Belang AB LC

Keterangan : (1) Nama Ilmiah dan Indonesia Mengacu kepada DBI No.2 (Sukmantoro et al. (2007);(2) Status perlindungan dalam hukum Negara Republik Indonesia; A. UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, B. PP No. 7 dan No. 8 tahun 1999 tentang Pengawetan dan Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; (3) Kategori status keterancaman mengacu kepada Redlist IUCN 2015 yang meliputi EX = Extinct; EW = Extinct in the Wild; CR = Critically Endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; NT = Near Threatened; LC = Least Concern; DD = Data Deficient; (4) CITES 2006 (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora); *= tidak bermigrasi; **= status migrasi belum jelas.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 5 spesies yang dilindungi menurut hukum di Indonesia yaitu semua spesies dari kelompok burung Gajahan (Numenius phaeopus, N. arquata dan N. madagascariensis), Trinillumpur Asia

Limnodromus semipalmatus dan Gagangbayam Belang Himantopus

(27)

13 untuk mengetahui seberapa penting kawasan tersebut baik dari skala nasional maupun internasional.

Jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak ditemukan di habitat hamparan lumpur yaitu 23 spesies dengan total 10.687 individu (Tabel 4). Hasil ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan Putra et al. (2015) yang menemukan 29 spesies (total 20.114 individu) burung pantai pada habitat lumpur di Deli Serdang. Waktu pengamatan yang dilakukan Putra et al. (2015) lebih banyak (4 kali dalam sebulan) dibandingkan dengan penelitian ini (1 kali dalam sebulan). Habitat lain yang mendukung jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak adalah perkebunan (spesies= 13, total individu= 1394) dan rawa (spesies= 14, total individu= 513).

Tabel 4 Daftar spesies dan jumlah rata-rata kehadiran burung di setiap habitat.

Keterangan : nilai dalam ( ) merupakan jumlah maksimum; *= Spesies dengan jumlah individu tertinggi di setiap habitat; n= jumlah pengamatan.

Spesies Lumpur

Pluvialis squatarola 319,0(520) 0,0 4,9

(28)

14

Jumlah individu dan jumlah spesies terbanyak di habitat hamparan lumpur dikarenakan hamparan lumpur merupakan habitat yang menyediakan sumber makanan yang melimpah. Kehadiran burung dalam jumlah yang besar pada suatu habitat dapat dijadikan petunjuk bahwa habitat tersebut berpotensi mendukung keberadaan burung. Banyaknya jumlah spesies dan jumlah individu burung pantai dapat mengindikasikan banyaknya sumber makanan di lokasi tersebut (Goss-Custard et al. 1991; Jumilawaty 2012).Habitat dengan jumlah kehadiran paling sedikit yaitu permukiman manusia dan tubuh air. Pada saat pengamatan, burung pantai di kedua lokasi tersebut hanya terbang melintas atau mencari makan sebentar dan kemudian terbang. Habitat tambak, sawah, permukiman dan tubuh air tidak digunakan oleh kelompok burung pantai dalam jumlah yang besar (<100 individu).

Spesies yang mendominasi pada habitat lumpur yaitu, Charadrius mongolus (1840 individu), Numenius phaeopus (1482 individu) dan N. arquata

(1452 individu). Kelompok burung pantai, khususnya untuk ketiga spesies yang mendominasi tersebut, umumnya teramati berkumpul dan melakukan aktivitas makan. Hamparan lumpur merupakan habitat untuk mencari makan dan istirahat bagi burung pantai migran (Howes et al. 2003). Spesies yang mendominasi pada habitat rawa adalah Tringa totanus (212 individu), Pluvialis fulva (112 individu) dan Himantopus leucocephalus (76 individu). Menurut MacKinnon et al. (2010)

T. totanus dan H. leucocephalus umum ditemukan pada habitat rawa, sawah dan tambak yang kering. Spesies yang mendominasi pada habitat perkebunan adalah

C. mongolus (382 individu), P. fulva (314 individu) dan N. phaeopus (274 individu). Pada saat pengamatan C. mongolus, P. fulva dan N. phaeopus teramati sedang beristirahat diantara rerumputan di areal perkebunan kelapa sawit baru ditanam. Menurut MacKinnonet al. (2010) P. fulva dan N. phaeopus menyukai habitat berumput yang terbuka di dekat pantai (MacKinnon et al. 2010). Habitat rawa dan perkebunan di lokasi penelitian lokasinya sangat dekat dengan bibir pantai (habitat lumpur) yaitu ± 100 m. Pada saat air pasang di habitat lumpur diduga burung pantai pindah ke kedua habitat tersebut.

Spesies yang hanya ditemukan di habitat hamparan lumpur adalah Vanellus cinereus, Charadrius alexandrinus, Numenius madagascariensis, Limnodromus semipalmatus, Calidris tenuirostris, C. canutus, C. alba, C. ruficollis dan

Limicola falcinellus. Spesies-spesies tersebut diduga hanya memanfaatkan hamparan lumpur untuk lokasi mencari makan. Vanellus cinereus merupakan spesies tidak umum ditemukan di Indonesia dan ditemukan pada bulan November 2014 pada habitat hamparan lumpur di Desa Sei Tuan sebanyak 67 individu. Catatan ini merupakan jumlah terbanyak yang pernah tercatat untuk Pulau Sumatera bahkan Indonesia (Iqbal et al. 2013). Sebelumnya spesies ini tercatat di Sulawesi Utara pada tahun 1969 (Andrew 1992). Pada tahun 2008 tercatat 20 individu di Aceh pada habitat persawahan (Iqbal et al. 2009). Selanjutnya, di tahun 2010 tercatat di Sumatera Utara dan diusulkan jadi pengunjung musim dingin yang tetap (Crossland dan Sitorus 2011).

Spesies yang hanya ditemukan pada habitat rawa yaitu Philomachus pugnax

(29)

15

H.himantopus (Abdillah et al. 2012). Putra et al. (2015) pada tahun 2011 menemukan P. pugnax pada habitat hamparan lumpur di desa Tanjung Rejo. Pada bulan Maret 2015 di habitat rawa Desa Sei Tuan tercatat 4 individu

Rostratula benghalensis dengan 1 individu dewasa dan 3 individu anakan. Catatan tersebut mengkonfirmasi bahwa spesies tersebut berbiak di Sumatera, sebelumnya Marle dan Voous (1988) hanya menemukan telurnya di kawasan Deli Serdang. Spesies yang ditemukan tersebar disemua habitat adalah Actitis hypoleucos.

Actitis hypoleucos ditemukan diseluruh tipe habitat tetapi jumlah individu sedikit (1-2 individu). Menurut Hayman et al. (1986) dan MacKinnonet al. (2010) A. hypoleucos jarang berkelompok dan umumnya ditemukan di berbagai habitat sampai ketinggian 1500 mdpl.

Kelimpahan spesies burung pantai selama musim migrasi

(Oktober 2014 – April 2015)

Jumlah spesies dan jumlah individu masing-masing spesies berfluktuasi di setiap bulannya (Gambar 5). Jumlah spesies burung pantai terbanyak terdapat di bulan November (27 spesies) dan grafiknya menurun hingga bulan April. Jumlah total individu burung pantai grafiknya menaik dari bulan Oktober hingga temuan terbanyak di bulan Januari (9748 individu), setelah itu menurun hingga bulan April. Penurunan dari segi jumlah spesies dan jumlah individu diduga karena burung pantai telah kembali ke wilayah berbiaknya (Bumi belahan Utara). Putra et al. (2015) menyatakan bahwa terjadi penurunan jumlah individu pada beberapa spesies burung pantai migran dari bulan Januari sampai Juni di pesisir pantai Deli Serdang. Penurunan tersebut dapat mengindikasikan bahwa sebagian besar kelompokburung pantai telah kembali ke tempat asalnya untuk berbiak.

Gambar 5 Jumlah spesies dan jumlah individu burung pantai selama musim migrasi (Oktober 2014 – April 2015).

0

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

(30)

16

Jumlah spesies dan jumlah individu burung pantai juga berfluktuasi berdasarkan perbedaan habitat (Gambar 6). Kehadiran jumlah spesies pada habitat hamparan lumpur cenderung stabil (sekitar 20 spesies) dari bulan Oktober sampai Januari dan jumlahnya menurun di bulan Februari hingga April. Pola tersebut juga terjadi pada habitat rawa, jumlah spesies terbanyak pada bulan November dan jumlahnya mengalami penurunan hingga bulan April. Habitat perkebunan memiliki jumlah kehadiran spesies yang cenderung stabil (antara 6-9 spesies) selama musim migrasi.

Gambar 6 Fluktuasi jumlah spesies (A) dan jumlah individu (B) burung pantai pada habitat lumpur, rawa dan perkebunan (Oktober 2014 – April 2015)

Grafik kenaikan dan penurunan jumlah individu burung pantai sangat mencolok pada habitat lumpur jika dibandingkan dengan habitat rawa dan perkebunan. Jumlah total individu burung pantai mulai menaik pada bulan Oktober hingga jumlah terbanyak di bulan Januari (9748 individu) dan selanjutnya menurun hingga April. Habitat pantai yang berlumpur merupakan habitat utama yang digunakan sebagian besar kelompok burung pantai selama di lokasi persinggahannya. Walaupun demikian, ada juga beberapa spesies dari

0

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

Ju

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

Ju

(31)

17 kelompok burung pantai tidak ditemukan pada habitat lumpur seperti, Berkikkembang Besar Rostratula benghalensis, berkik Ekor-kipas Gallinago gallinago, Trinil Rawa Tringa stagnatilis, Trinil Semak T. glareola dan Gagangbayam Belang Himantopus leucocephalus. Menurut MacKinnon et al. (2010) R. benghalensis, G. gallinago dan H. leucocephalus sering ditemukan di habitat rawa-rawa, sawah dan padang rumput.

Penggunaan habitat oleh burung pantai

Habitat lumpur, rawa dan perkebunan merupakan habitat yang mendukung keberadaan spesies burung pantai baik dari segi jumlah spesies dan jumlah individu. Pengamatan pada tiga tipe habitat menunjukkan bahwa habitat hamparan lumpur digunakan untuk keperluan makan. Persentase perilaku makan tertinggi pada habitat lumpur sebesar 41,6% dibandingkan dengan habitat lainnya (p<0.05). Persentase perilakuistirahat tertinggi pada habitat perkebunan dan rawa dengan nilai 74,3 % dan 55,6 % (Gambar 7).

Habitat hamparan lumpur digunakan sebagai lokasi mencari makan oleh burung pantai. Selain itu, habitat lumpur juga digunakan burung pantai untuk perawatan tubuh dan istirahat. Perawatan tubuh biasanya ditandai dengan menelisik bulu sayap, ekor dan bagian tubuh lainnya. Beberapa individu burung pantai ada juga yang istirahat sambil menunggu air pasang. Pada saat air pasang, umumnya burung-burung yang berkaki pendek terbang ke daratan. Burung-burung berkaki panjang biasanya tetap diam di hamparan lumpur jika hamparan lumpur masih belum terendam.

Gambar 7 Perilaku burung pantai di tiga tipe habitat yang berbeda. Huruf yang berbeda pada pola diagram batang yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada taraf 5%.

(32)

18

Habitat kebun danrawa digunakan burung pantai untuk istirahat. Habitat perkebunan yang digunakan burung merupakan areal perkebunan kelapa sawit yang baru ditanam (tinggi pohon sekitar 50-150 cm). Permukaan tanah tidak rata karena areal bekas pengerukan. Di samping itu, terdapat rumput liar yang tingginya sekitar 50-80 cm yang bisa berfungsi sebagai penyamaran burung dari ancaman pemangsa maupun manusia. Kawasan ini dekat (sekitar 75-100 m) dengan pinggiran pantai dan permukiman manusia. Areal tersebut juga merupakan hasil pengalihan kawasan mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit. Iqbal (2010) menemukan bahwa beberapa burung pantai juga menggunakan habitat kolam di sekitar perkebunan sebagai lokasi beristirahat dan mencari makan. Habitat rawa merupakan kawasan daratan terbuka yang dekat pantai dengan sedikit air yang menggenang (ketinggian air berkisar 5-15 cm). Keberadaan air tidak tetap terkait musim hujan dan pasang surut air laut. Di kawasan ini juga terdapat tumbuhan semak dengan tinggi maksimal sekitar 100-150cm. Rawa juga digunakan kelompok burung pantai untuk makan dan melakukan perawatan tubuh. Menurut Burger et al. (1997) selain hamparan lumpur, habitat rawa juga berpotensi sebagai habitat penting yang mendukung perilaku makan beberapa burung pantai.

Perkebunan kelapa sawit yang baru ditanam dan rawa juga digunakan sebagai tempat istirahat diduga karena kawasan ini masih nyaman dan menyediakan perlindungan bagi burung pantai. Perlindungan yang dimaksud berupa tumbuhan semak dan tekstur permukaan tanah yang menyerupai warna burung pantai. Walau demikian, potensi akan ancaman predator dan tingginya aktivitas manusia dikawasan tersebutsangat mungkin terjadi (Putra et al. 2015). Perilaku waspada pada habitat lumpur dan perkebunan juga cukup tinggi, saat pengamatan di habitat lumpur burung pantai terlihat waspada dikarenakan aktivitas nelayan di sekitar muara. Selain itu, perilaku waspada juga dapat disebabkan adanya kehadiran burung pemangsa (elang) yang bertengger dan memantau di sekitar hutan mangrove. Perilaku waspada cukup tinggi di perkebunan disebabkan oleh aktivitas masyarakat di sekitar desa. Lokasi perkebunan tersebut di pinggiran jalan umum masyarakat di Desa Tanjung Rejo. Selain perilaku waspada, perilaku menyerang juga cukup tinggi di habitat lumpur. Hal tersebut mungkin disebabkan terjadinya kompetisi di antara burung pantai dalam memperoleh sumber makanan. Burger et al. (1979) menyatakan tingginya kelimpahan individu burung pantai pada suatu kawasan yang terbatas mengindikasikan terjadi kompetisi di kawasan tersebut.

(33)

19

Gambar 8 Persentase perilaku kelompok burung pantai berdasarkan perbedaan waktu.

Perilaku makan pada hamparan lumpur juga sangat berkaitan dengan kondisi pasang surut dan ketersediaan lumpur sebagai lokasi mencari makan (Tabel 5). Pada saat air pasang tinggi pada habitat hamparan lumpur, burung pantai akan mencari habitat lain untuk memenuhi kebutuhan energinya. Jumlah individu yang mencari makan pada habitat rawa juga cukup tinggi pada saat pasang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa habitat rawa juga berpotensi sebagai lokasi mencari makan untuk burung pantai jika hamparan lumpur tidak tersedia. Tabel 5 Rata-rata (±SD) jumlah individu berdasarkan tahapan pasang surut pada

habitat lumpur, rawa dan perkebunan.

Kondisi Pasang Surut Makan Istirahat Waspada Perawatan

tubuh Pasang turun (n=14) 160.7±51.0 30.5±40.1 11.3±17.5 15.0±13.4 10.0±12.6 38.9±25.4

R

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Lumpur Rawa Perkebunan

(34)

20

Pada habitat lumpur, burung tetap mencari makan pada semua kondisi pasang surut. Meskipun pada saat kondisi pasang tinggi namun sebagian area hamparan lumpur tidak tertutup air dan tetap bisa digunakan burung untuk mencari makan. Rawa dan perkebunan berkaitan erat dengan perilaku istirahat, dan perilaku makan dalam persentase yang kecil. Berdasarkan pengamatan di lapangan, perpindahan kelompok burung pantai dari habitat lumpur ke perkebunan atau rawa dipengaruhi oleh kondisi air pasang. Oleh karena itu, kondisi pasang surut air laut dan tingginya permukaan air laut berpengaruh pada persebaran kelompok burung pantai.Pasang surut air laut mempengaruhi kelimpahan, distribusi dan perilaku burung pantai.

(35)

21

Perilaku harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku harian N. arquata dan C. mongolus cenderung memiliki pola yang sama (Gambar 9). Pada pagi dan siang hari didominasi oleh perilaku makan sedangkan sore hari didominasi perilaku perawatan tubuh dan istirahat.

Gambar 9 Persentase perilaku harian N. arquata dan C. mongolus di habitat lumpur.

(36)

22

kondisi pasang surut air laut. Setelah selesai mencari makan di pagi dan siang hari, kedua burung tersebut biasanya istirahat dan melakukan perawatan tubuh jika hamparan lumpur masih tersedia. Burung berkaki pendek (C. mongolus) akan terbang ke daratan jika air pasang. Selanjutnya, burung berkaki panjang (N. arquata) akan tetap di hamparan lumpur jika air laut pasang dan tidak mengenangi seluruh hamparan lumpur. Perilaku yang cenderung sama antara kedua spesies tersebut di habitat hamparan lumpur menunjukkan bahwa adanya kesamaan perilaku harian burung pantai jika berada pada habitat yang sama.Menurut Burger et al. (1997) perilaku burung pantai terkait erat dengan kondisi pasang surut air laut dan waktu harian seperti, durasi makan dan jumlah burung bervariasi berdasarkan perbedaan waktu.

Gangguan terhadap burung pantai migran

Kawasan pesisir pantai Kab. Deli Serdang merupakan kawasan padat penduduk yang mengalami perkembangan yang cukupcepat. Mata pencaharian masyarakat sebagian besar berasal dari nelayan, usaha pertambakan, pertanian, perternakan, dan wisata pantai. Aktifitas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberadaan burung pantai di kawasan pesisir. Selain ancaman dari aktifitas manusia tersebut, ancaman dari burung pemangsa (elang) juga terjadi di kawasan ini. Berdasarkan pengamatan dilapangan ditemukan beberapa gangguan terhadap burung pantai migran, yaitu :

1. Ancaman berasal dari burung pemangsa (elang).

Berdasarkan pengamatan dilapangan, keberadaan burung elang mengganggu kehadiran burung pantai. Pada habitat hamparan lumpur di Desa Tanjung Rejo dan Percut teramati burung Elang Bondol Haliastur indus terbang kearah sekumpulan burung pantai. Burung elang tersebut terbang berputar-putar di sekitar burung pantai yang sedang mencari makan. Aktifitas ini terjadi berulang-ulang dan sering teramati pada pagi hari sekitar pukul 08.00-10.00 WIB. Elang Bondol biasanya bertengger di pohon mangrove di pinggiran pantai dan memantau kearah burung pantai yang sedang mencari makan. Gangguan oleh burung pemangsa juga terjadi di habitat lumpur Desa Sei Tuan, burung Alap-alap Kawah Falco peregrinus menyerang kelompok burung pantai yang sedang mencari makan. Ancaman tersebut akan berdampak pada kebugaran burung pantai. Burung pantai akan menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mencari makan. Selain itu burung pantai juga akan menghabiskan energi untuk terbang menghindar dari serangan burung elang.

(37)

23 Tabel 6 Catatan perjumpaan burung elang di pesisir Kab. Deli Serdang sepanjang

bulan November 2014 sampai Maret 2015. Nama Ilmiah Nama Indonesia

Lokasi Perjumpaan

(Desa) Status

TR Pc ST Rk Migran Penetap

Aviceda leuphotes* Baza Hitam √ √ √ √

Pernis ptilorhynchus Sikepmadu Asia √ √ √

Elanus caeruleus Elang Tikus √ √ √ √

Accipiter soloensis Elang-alap China √ √

Accipiter gularis Elang-alap Nipon √ √ √

Falco peregrinus* Alap-alap Kawah √ √ √ √

Keterangan : *= berpotensi mengancam burung pantai; TR= Tanjung Rejo; Pc= Percut; ST= Sei Tuan; Rk= Rugemuk.

2. Gangguan akibat aktivitas nelayan muara.

Lokasi konsentrasi kelompok burung pantai di hamparan lumpur umumnya terletak pada muara sungai. Hamparan lumpur di kawasan Desa Tanjung Rejo, Percut, Sei Tuan dan Rugemuk merupakan muara sungai yang aktif dilewati nelayan-nelayan untuk mencari ikan di laut. Perahu boat yang lalu lalang di sekitar muara menggangu aktivitas burung pantai mencari makan. Pada saat pengamatan terlihat bahwa burung pantai menghindar jika perahu nelayan sedang melintas.

3. Gangguan akibat aktivitas penangkapan kepiting bakau (membubu). Masyarakat yang tinggal di kawasan pinggiran pantai bermata pencaharian menangkap kepiting bakau dengan teknik bubu (perangkap kepiting). Pada saat memasang bubu/perangkap di hamparan lumpur, burung pantai terlihat terganggu dan biasanya burung pantai terbang menghindar. Aktivitas membubu ini dapat ditemukan pada semua habitat lumpur di Desa Tanjung Rejo, Percut, Sei Tuan dan Rugemuk.

4. Ancaman perburuan/penembakan burung pantai.

(38)

24

Sepanjang tahun 2010-2012 di kawasan pesisir Kab. Deli Serdang terdapat beberapa catatan perburuan burung pantai dengan menggunakan jaring. Kegiatan tersebut teramati di Desa Tanjung Rejo pada kawasan persawahan dan lumpur. Selain itu, perangkap jaring juga teramati di Desa Sei Tuan pada kawasan perkebunan kelapa sawit dan lumpur. Beberapa spesies yang tertangkap yaitu, Trinil kaki-merah Tringa totanus, Trinil Semak T. glareola, Trinil Bedaran Xenus cinereus, Kedidi Besar C. tenuirostris, Trinil-lumpur Asia Limnodromus semipalmatus, Gajahan pengala N. phaeopus, Cerek-kalung Kecil C. dubius, Cerek-pasir Mongolia C. mongolus, Cerek Kernyut Pluvialis fulva dan Berkik-kembang Besar Rostratula benghalensis.Burung yang tertangkap kemudian dijual dan disajikan di salah satu restoran rumahan di dekat pantai. Harga burung bervariasi sesuai dengan ukuran tubuhnya.Burung Gajahan Pengala N. phaeopus

dihargai Rp 15.000 per-ekor, Trinil-lumpur Asia Limnodromus semipalmatus (Rp. 8.000 per-ekor) dan Cerek-pasir Mongolia Charadrius mongolus (Rp. 7.000 per-ekor).

5. Ancaman aktivitas pariwisata di kawasan pantai.

Aktifitas wisata pantai terdapat pada kawasan lumpur di Desa Sei Tuan dan Desa Rugemuk. Aktivitas wisatawan berupa berenang dan mencari kerang teramati mengganggu kehadiran burung pantai. Aktivitas wisata semakin tinggi di hari Sabtu dan Minggu serta hari libur nasional.

6. Ancaman dari aktivitas penerbangan Bandar Udara.

Aktivitas penerbangan di Bandar Udara Internasional Kualanamu di kawasan pesisir (Desa Rugemuk)teramati mengganggu keberadaan burung pantai. Habitat lumpur di Desa Rugemuk merupakan salah satu lokasi penting yang mendukung kehadiran burung pantai dalam jumlah yang besar. Jarak antara bandara Kualanamu dengan habitat lumpur di Desa Rugemuk sekitar 4.2 Km. Berdasarkan pengamatan ketika pesawat akan mendarat (terbang rendah) burung pantai akan terbang menghindar dan kemudian kembali lagi ke lokasi tersebut. Aktifitas tersebut terus berulang dan puncak aktifitas penerbangan pada pagi hari (sekitar 16-19 pendaratan perjam). Dokumentasi foto ancaman terhadap burung pantai di Deli Serdang pada Lampiran 3.

Burung pantai migran yang ditemukan berbendera warna

(39)

25 Tabel 7 Data perjumpaan burung pantai berbendera warna di pesisir Kab. Deli

Serdang sepanjang tahun 2010 (Oktober) sampai 2015 (April). Nama Ilmiah Tanggal

Calidris tenuirostris* 1/12/2014 hitam/putih (1 ind)

Limicola falcinellus 15/02/2012 hitam/putih (1 ind)

C. tenuirostris 21/03/2012 hitam/putih

(1 ind)

C. tenuirostris 23/03/2011 biru/kuning

(1 ind)

C. tenuirostris 23/03/2011 putih/hitam

(2 ind)

C. tenuirostris 23/03/2011 hitam/putih

(1 ind)

C. tenuirostris 13/10/2010 biru/kuning

(1 ind)

C. tenuirostris 13/10/2010 hitam/hijau

(1 ind)

C. tenuirostris 13/10/2010 hijau/orange

(1 ind)

Keterangan : *= ditemukan pada penelitian ini.

(40)

26

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pengamatan dari bulan Oktober 2014 hingga April 2015 mencatattotal 12.673 individu dari 30 spesies yang tersebar di habitat lumpur, rawa, kebun, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air.Habitat lumpur, rawa dan perkebunan (perkebunan kelapa sawit yang baru ditanam) merupakan habitat yang mendukung keberadaan spesies burung pantai baik dari segi jumlah spesies dan jumlah individu. Pengamatan pada ketiga tipe habitat menunjukkan bahwa habitat hamparan lumpur digunakan untuk keperluan makan.Habitat perkebunan danrawa digunakan burung pantai untuk istirahat.Perilaku harian kelompok burung pantai migran bervariasi berdasarkan periode waktu. Perilaku harian yang terkait erat dengan penggunaan habitat adalah perilaku makan pada habitat hamparan lumpur dominan pada pagi hari. Perilaku istirahat dominan dilakukan pada habitat rawa dan perkebunan pada siang hingga sore hari. Hasil pengamatan menunjukan bahwa perilaku harian N. arquata dan C. mongolus cenderung memiliki pola yang sama. Pada pagi dan siang hari didominasi oleh perilaku makan sedangkan sore hari didominasi perilaku perawatan tubuh dan istirahat.

Jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak ditemukan di habitat hamparan lumpur, yaitu 23 spesies dengan total 10.687 individu. Selanjutnya perkebunan (spesies= 13, total individu= 1394) dan rawa (spesies= 14, total individu= 513).Jumlah spesies dan jumlah individu masing-masing spesies bervariasi di setiap bulannya selama musim migrasi. Jumlah spesies burung pantai terbanyak terdapat di bulan November (27 spesies) dan grafiknya menurun hingga bulan April. Jumlah individu burung pantai grafiknya menaik dari bulan Oktober hingga temuan terbanyak di bulan Januari (9748 ind), setelah itu menurun hingga bulan April.

Semua burung pantai yang ditemukan termasuk ke dalam ordo Charadriiformes yang terdiri dari famili Rostratulidae (1 spesies), Charadriidae

(6 spesies), Scolopacidae (21 spesies) dan Recurvirostridae (2 spesies). Didapatkan 5 spesies yang dilindungi menurut Perundangan di Indonesia yaitu semua spesies dari kelompok burung Gajahan (Numenius phaeopus, N. arquata

dan N. madagascariensis), Trinillumpur Asia Limnodromus semipalmatus dan Gagangbayam Belang Himantopus leucocephalus. Berdasarkan status keterancaman Red List IUCN, burung pantai di Deli Serdang memiliki 3 kategori, yaitu beresiko rendah (21 spesies), hampir terancam (7 spesies), dan terancam (2 spesies).

.

Saran

(41)

27 pentingnya burung pantai migran dan melestarikan lingkungan pesisir sebagai upaya konservasi habitat burung pantai migran.

2. Penelitian lanjutan mengenai faktor fisiologis burung pantai (tingkat metabolisme dan cadangan nutrisi) penting dilakukan untuk mengetahui mengapa burung pantai menghabiskan waktu dan untuk perilaku tertentu. 3. Menyempitnya kawasan mencari makan pada habitat lumpur akan

(42)

28

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah H, Iqbal M, Amrul HM. 2012. First breeding records of Black-winged stilt Himantopus himantopus himantopus in Indonesia. Stilt 62: 18-21. Altmann J. 1974. Observational study of behavior: Sampling methods. Behaviour

49: 227-267.

Andrew P. 1992. The Birds of Indonesia A Checklist (Peter’s Sequences). Jakarta (ID): The Indonesian Ornithological Society.

Baker MC. 1971. A comparative study of the foraging ecology of six spesies of shorebirds (Charadriiformes, Charadrii) on their breeding and wintering ranges [dissertation] New Haven (US): Yale University.

Bamford M, Watkins D, Bancroft W, Tischler G, Wahl J. 2008. Migratory shorebirds of the East Asian-Australasian flyway: population estimates and internationally important sites. Canberra (AU): Wetlands International-Oceania.

Bhusnan B, Fry G, Hibi A, Mundkur T, Prawiradilaga DM, Sonobe K, Usui S. 1993. A Field Guide to the Waterbirds of Asia. Tokyo (JP): Wild Bird Society of Japan.

Burger J, Caldwell Hahn D, Chase J. 1979. Aggressive interactions in mixed-species flocks of migrating shorebirds. Anim behav. 27:459-469.

Burger J, Niles L, Clark KE. 1997. Importance of beach, mudflat and marsh habitats to migrant shorebirds on Delaware Bay. Biol Cons. 79:283-292. Crossland AC, Sinambela SA, Sitorus AS, Sitorus AW. 2006. An overview of the

status and abundance of migratory waders in Sumatra, Indonesia. Stilt 50: 90–95.

Crossland AC, Sitorus AW. 2011. MoreGrey-headed lapwings Vanellus cinereus

in Northern Sumatra- vagrants or an extension of wintering range?. Stilt

60:34-36.

Crossland AC, Lubis L, Sinambela SA, Sitorus AS, Sitorus AW, Muis A. 2012. Observations of shorebirds along the Deli Serdang coast, North Sumatra Province, Indonesia:1995-2006. Stilt 61:37-44.

Davis CA, Smith LM. 1998. Behavior of migrant shorebirds in Playas of The Southern High Plains Texas. Condor 100:266-276.

De Leon TM, Smith LM. 1999. Behavior of migrating shorebird at North Dakota praire potholes. Condor 101:647-654.

[EAAFP] East-Asian Australasian Flyway Partnership (KR).

Goss-Custard JD, Warwick RM, Kirby R, McGrorty S, Clarke RT, Pearson B, Rispin WE, Durell SEA Le V Dit, Rose RJ. 1991. Towards predicting wading bird densities from predicted prey densities in a post-barrage Severn Estuary. J Appl Ecol. 28(3): 1004-1026.

Green JMH, Sripanomyom S, Giam X, Wilcove DS. 2015. The ecology and economics of shorebird conservation in a tropical human-modified landscape. J Appl Ecol. 52(6):1483-1491.

Hayman P, Marchant J, Prater T. 1986. Shorebirds: an identification guide. Massachusetts (US): Houghton Mifflin Company.

(43)

29 Iqbal M, Nurza A, Sanir TM. 2009. Second record after 139 years of Grey-headed Lapwing Vanellus cinereus in Indonesia. Wader Study Group Bulletin

116(1): 40-41.

Iqbal M. 2010. Recent interesting sightings of shorebirds in Southern Sumatra, Indonesia. Stilt 57: 39–43.

Iqbal M, Giyanto, Abdillah H. 2010. Wintering shorebirds migrate during January 2009 along the east coast of North Sumatra Province, Indonesia. Stilt

58:18-23.

Iqbal M, AbdillahH, Nurza A, WahyudiT, Giyanto, Iqbal M. 2013. A review of new and noteworthy shorebird records in Sumatra, Indonesia, during 2001–2011. WSGB 120: 85–95.

Jumilawaty E. 2012. Kesesuaian Habitat dan Distribusi Burung Air di Percut Sei Tuan Sumatera Utara [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. MacKinnon J, Phillips K, Balen BV. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa,

bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Puslitbang Biologi-LIPI.

Marle JG, Voous KH. 1988. The birds of Sumatra: an annotated checklist. Check-list 10. Tring (UK): BritishOrnithologists’ Union.

Nebel S. 2007. Differential migration of shorebirds in the East Asian-Australasian Flyway. Emu 107: 14-18.

Ningsih SS. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove sebagai bagian dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Putra CA, Hikmatullah D, Prawiradilaga DM, Harris JBC. 2015. Surveys at bagan percut, Sumatra, reveal its international importance to migratory shorebirds and breeding herons. Kukila 18(2): 46-59.

Rosair D, Cottridge. 1995. Photographic guide to the shorebirds of the world. New York (US): Facts on File Inc. hlm 33-80.

Silvius M. 1988. On the importance of Sumatra’s east coast for waterbirds, with

notes on the Asian Dowitcher Limnodromus semipalmatus. Kukila 3(3–4): 117–137.

Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M. 2007. Daftar Burung Indonesia no. 2. Bogor (ID): Indonesian

Ornithologists’ Union. hlm 31-33.

(44)

30

(45)

31 Lampiran 1. Habitat burung pantai migran di kawasan pesisir Kab. Deli Serdang.

(46)

32

Lampiran 2. Deskripsi spesies burung pantai di Kab. Deli Serdang.

Foto spesies Deskripsi lebih banyak bercak, sayap berbintik-bintik emas dan bercak pada mata berwarna kuning. Iris coklat, paruh kecoklatan dan kaki kuning pucat.(foto jantan)

Vanellus cinereus ©Amit Thakurta

Berukuran besar ( 35 cm), tubuh berwarna hitam, putih dan abu-abu. Bertubuh kekar dengan paruh pendek yang tebal. Kepala dan dada berwarna abu-abu, mantel dan punggung berwarna coklat. Ekor, tungging, perut dan sayap belakang berwarna putih. Pada saat terbang, terlihat ujung sayap berwarna hitam dan pada dada. Paruh berwarna kuning dengan ujung hitam dan kaki berwarna abu-abu.

Pluvialis squatarola

Berukuran sedang (28 cm), tubuh berwarna abu-abu kecoklatan dan tubuh bagian bawah keputihan. Bertubuhgemuk dengan paruh yang kuat. Paruh berwarna hitam dan kaki abu-abu kehitaman.

Pluvialis fulva

(47)

33

Charadrius mongolus

Berukuran sedang (20 cm), tubuh berwarna abu-abu, coklat dan putih. Berparuh pendek. Pada waktu berbiak, terdapat garis dada merah karat yang lebar dan topeng hitam pada bagian muka. Paruh dan kaki hitam.

Charadrius alexandrinus

Berukuran kecil (15 cm), tubuh berwarna coklat dan putih. Berparuh tipis dan pendek. Bagian tengkuk berwarna putih melingkari leher. Paruh dan kaki hitam.

Charadrius leschenaultii

Berukuran sedang (22 cm), tubuh berwarna abu-abu, coklat dan putih. Kaki lebih panjang dari Charadrius mongolus. Berparuh tebal dan berwarna hitam. Kaki kekuningan.

Numenius phaeopus

Berukuran besar (43 cm), tubuh berwarna coklat bercoret dengan alis pucat. Kaki panjang dan paruh lebih pendek apabila dibandingkan dengan

Gambar

Gambar 1. Jalur terbang burung pantai di dunia. (Sumber: EAAFP 2015)
Gambar 3. Peta lokasi penelitian dan titik lokasi pengamatan.
Gambar 4. Topografi burung pantai
Tabel 3 Ordo, famili, spesies dan status perlindungan burung pantai di Kabupaten Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat desa pesisir di kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai termasuk dalam kategori tinggi, pola konsumsi masyarakat desa pesisir

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) mengetahui kondisi dan potensi pariwisata di Pantai Cermin Kabupaten Deli Serdang, (2) mengetahui kebut~d~an

Lahan basah Indonesia salah satu diantaranya Pantai Timur Sumatera (Pantai Baru) digunakan burung pantai migran sebagai lokasi persinggahan untuk melanjutkan perjalanan ke

(1996), burung pantai lebih banyak ditemukan pada hamparan lumpur yang memiliki pasang surut air laut jika dibandingkan dengan pantai terbuka dan rawa baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis burung pantai, jenis makanan burung pantai dan biomassa makrozoobenthos di Pantai Muara Indah Kecamatan Pantai

Desa Rantau Panjang merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di.. Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten

Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2005 dalam Sembiring, 2008). Daerah pesisir Pantai Labu merupakan daerah yang telah mengalami. eksploitasi dikarenakan kawasan Pantai Labu

Prosedur kerja dalam penelitian evaluasi penggunaan kawasan hutan menggunakan Citra Sentinel 2 di wilayah pesisir pantai Kabupaten Deli Serdang dengan dilakukan