• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN YANG MEMENGARUHI KEJADIAN MENOPAUSE TERLAMBAT PADA WANITA UMUR TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017 TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DETERMINAN YANG MEMENGARUHI KEJADIAN MENOPAUSE TERLAMBAT PADA WANITA UMUR TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017 TESIS."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN YANG MEMENGARUHI KEJADIAN MENOPAUSE TERLAMBAT PADA WANITA UMUR 55-65 TAHUN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Oleh

SELLI M PASARIBU 157032179

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

THE DETERMINANT WHICH INFLUENCES THE PREVALENCE OF DELAYED MENOPAUSE IN 55-65 YEAR-OLD WOMEN IN THE

WORKING AREA OF PUSKESMAS BROMO, MEDAN, IN 2017

THESIS

By

SELLI M PASARIBU 157032179

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

DETERMINAN YANG MEMENGARUHI KEJADIAN MENOPAUSE TERLAMBAT PADA WANITA UMUR 55-65 TAHUN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017

T E S I S

DiajukanSebagai Salah SatuSyarat

untukMemperolehGelar Magister KesehatanMasyarakat (M.K.M) dalam Program Studi S2 IlmuKesehatanMasyarakat

PeminatanKesehatanReproduksi

padaFakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera Utara

Oleh

SELLI. M PASARIBU 157032179

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(4)

Judul Tesis : Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Terlambat pada Wanita Umur 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Nama Mahasiswa : Selli M Pasaribu Nomor Induk Mahasiswa : 157032179

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D) (Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes, Ph.D) Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus : 9 Februari 2018

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 9 Februari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D Anggota : 1. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes, Ph.D

2. dr. Rahayu Lubis, M. Kes, Ph.D 3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M

(6)

Telah diuji

Pada tanggal : 9 Februari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.kes, Ph.D Anggota : 1. Sri Rahayu Sanusi,M.K.M,PhD

2. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M 3. dr.Rahayu Lubis, MKes,PhD

(7)

PERNYATAAN

DETERMINAN YANG MEMENGARUHI KEJADIAN MENOPAUSE TERLAMBAT PADA WANITA UMUR 55-65 TAHUN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 9 Februari 2018 Penulis

(Selli M Pasaribu)

(8)

ABSTRAK

Menopause terlambat adalah kejadian dimana seorang wanita masih memiliki siklus menstruasi pada usia > 55 tahun. WHO memperkirakan 25 juta perempuan di dunia memasuki masa menopause, data tahun 2016 sekitar 500 juta wanita menopause diseluruh dunia, maka pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 1,2 miliar.

Menopause terlambat meningkatkan risiko kanker payudara, kanker rahim, dan kanker ovarium pada wanita. Faktor yang memengaruhi menopause lambat, diantaranya faktor obesitas, usia cepat mendapat haid pertama (menarche), jumlah anak (paritas), pemakaian kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55- 65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017”.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case control yaitu kelompok kasus yang mengalami menopause lambat berjumlah 49 responden dan kelompok kontrol yang tidak mengalami menopause lambat berjumlah 49 responden. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Metode analisa data dengan cara analisis univariat, analisis bivariat dengan uji regresi logistik sederhana dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh obesitas (p=0,015), paritas (p=0,003), dan penggunaan kontrasepsi hormonal (p=0,027), dengan kejadian Menopause lambat pada wanita umur 55-65 tahun di Puskesmas Bromo Medan. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa ada 2 variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian Menopause lambat pada wanita umur 55-65 tahun yaitu paritas (OR=3,302) dan obesitas (OR=2,504).

Kesimpulan penelitian bahwa obesitas, paritas memengaruhi menopause lambat. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan secara optimal terutama dalam memberikan berbagai pengetahuan tentang menopause lambat

Kata kunci : Menopause Lambat, Wanita Umur 55-65 Tahun, Determinan

i

(9)

ABSTRACT

Late menopause is an event in which a woman still has a menstrual cycle at age ± 55 years. WHO estimates that 25 million women worldwide enter menopause, data by 2016 around 500 million menopausal women worldwide, then by 2030 an estimated 1.2 billion women experience menopausal syndrome almost worldwide.

Late menopause increases the risk of breast cancer, cervical cancer, and ovarian cancer in women. Many things that can affect menopause are slow, including obesity factor, age quickly get menstruation first (menarche), number of children (parity), use of contraception and irregular menstrual cycle. This study aims to analyze Determinants Affecting Menopause Slow Events in Women Age 55-65 Years in Work Area Bromo Puskesmas Year 201.

This research is an observational analytic research with case control design that case group experiencing menopause slowly amount to 49 responden and control group not experiencing menopause slow amounted 49 respondents. Data collection by interview using questionnaire. Method of data analysis by univariate analysis, bivariate analysis with simple logistic regression test and multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The results showed that there was an effect of obesity (p = 0,015), parity (p = 0,003), and hormonal contraceptive use (p = 0,027), with menopausal incidence in women aged 55-65 years at Bromo Puskesmas Medan. The results of multiple logistic regression test showed that there are 2 most dominant variables that influence the incidence of menopause slowly in women aged 55-65 years ie parity (OR = 3.302) and obesity (OR = 2,504).

Based on the results of research is expected for health workers to be able to improve services optimally, especially in providing various knowledge about menopause slow and set healthy lifestyle such as balanced diet, and maintain ideal body weight

Keywords: Late Menopause, Women 55-65 years

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukurpenulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Terlambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan 2017”.

Tesis ini dapat selesai dengan baik karena mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Ketua Program Studi S2/S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D, selaku Sekretaris S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

5. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam membimbing penulis.

(11)

6. Sri Rahayu Sanusi,S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam membimbing penulis.

7. dr. Rahayu Lubis, M. Kes, Ph.D selaku ketua komisi penguji yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dan saran perbaikan dalam penulisan tesis.

8. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku anggota komisi penguji yang juga telah memberikan perhatian, bimbingan, dan saran untuk perbaikan tesis yang lebih baik.

9. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Seluruh karyawan administrasi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu kelancaran administrasi yang dibutuhkan penulis sampai penyelesaian tesis.

11. Dr. Tuti Sumarni, M.A.R.S selaku Kepala Puskesmas Bromo Medan yang membantu kelancaran pembuatan tesis ini.

12. Seluruh Petugas Kesehatan dan Staff Puskesmas Bromo Medan yang juga telah banyak membantu dalam proses pelaksanaan penelitian di lapangan.

(12)

13. Teristimewa saya ucapkan untuk Suami terinca J. Hutagalung dan anak-anaku tersayang Jeslyn Hutagalung, Joan Hutagalung dan Jensenion Hutagalung atas dukungan dan doa selama penyusunan tesis ini.

14. Ucapan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada ibu dan bapak (Orang tua) serta mertua (J. Hutagalung dan L. Pasaribu) dan juga saudara-saudara yang penulis banggakan dan cintai yang telah banyak memberikan dukungan do’a dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik

15. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Univeristas Sumatera Utara, khususnya Minat Studi Kesehatan Reproduksi (Kespro C) atas bantuan dan semangatnya dalam penyusunan tesis ini

16. Semua pihak yang telah turut serta membantu pembuatan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tesis ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 9 Februari 2018 Penulis

Selli M Pasaribu 157032179

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Menopause Lambat ... 8

2.1.1 Defenisi Menopause Lambat ... 8

2.1.2 Etiologi Menopause ... 8

2.1.3 Tanda dan Gejala Menopause ... 9

2.1.4 Tahap Menopause ... 11

2.1.5 Keluhan Menopause ... 12

2.1.6 Dampak Menopause Terlambat ... 12

2.1.7 Jenis-jenis Menopause ... 13

2.2 Determinan yang Memengaruhi Menopause Lambat ... 16

2.2.1 Obesitas ... 16

2.2.2 Usia Pertama Haid (Menarche) ... 20

2.2.3 Paritas ... 21

2.2.4 Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ... 22

2.2.5 Pola Makan ... 23

2.2.6 Terapi pada Wanita Menopause yang Mengalami Kelainan . 25 2.3 Landasan Teori ... 26

2.4 Kerangka Konsep ... 29

2.5 Hipotesis Penelitian ... 29

(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.3.3 Besar Sampel ... 33

3.3.4 Tehnik Penambilan Sampel ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Data Primer ... 35

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.4.3 Uji Validitas dan Realibilitas ... 36

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.5.1 Variabel Penelitian ... 36

3.5.2 Definisi Operasional, Kategori, Cara Pengukuran dan Skala 37 3.6 Metode Analisis Data ... 38

3.6.1 Analisis Univariat ... 39

3.6.2 Analisis Bivariat ... 39

3.6.3 Analisis Multivariat ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

4.1.1 Data Geografis dan Demografis Puskesmas Bromo ... 40

4.1.2 Program Kegiatan KIA/KB di Puskesmas ... 41

4.2 Hasil Analisis ... 42

4.2.1 Analisis Univariat ... 43

4.2.2 Analisis Bivariat ... 45

4.2.3 Analisis Mulitivariat... 47

BAB 5. PEMBAHASAN ... 49

5.1. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Menopause Lambat. ... ... 49

5.2. Pengaruh Usia Menarche terhadap Kejadian Menopause Lambat . 50 5.3 Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Menopause Lambat ... 52

5.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal terhadap Kejadian Menopause Lambat ... 53

5.5 Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Menopause Lambat ... 54

(15)

5.6 Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Bromo Medan Tahun 2017 ... 55

5.7 Implikasi Penelitian ... 56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)a dan Lingkar Perut ... 17 3.1 Besar Sampel Berdasarkan Penelitian Terdahulu. ... 34 3.2 Definisi Operasional, Kategori, Cara Pengukuran dan Skala ... 37 4.1 Data Demografi Berdasarkan Distribusi Perduduk Menurut Umur dan

Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017. ... 41 4.2 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pekerjaan dan

Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017 ... 43 4.3 Distribusi Frekwensi yang Memengaruhi Menopause Lambat pada

Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017. ... 44 4.4 Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Lambat Mengguna

kan Uji Simple Logistik Regresion ... 46 4.5 Hasil Seleksi Variabel Uji Regresi Logistik Sederhana yang dapat Masuk Dalam Tahap Uji Regresi Berganda ... 47 4.6 Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Lambat

Menggunakan Uji Multiple Logistic Regression ... 48

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori ... 28 2.2 Kerangka Konsep ... 29 3.1 Rancangan Penelitian Kasus-Kontrol ...

31

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden (Informed Concent) ... 67 2 Kuesioner Penelitian ...

68

3. Master Data ... 73 3. Ouput SPSS ... 79 4. Surat Ijin Penelitian ... 109

DAFTAR ISTILAH

AMH : Anti-Mullerian Hormone BB : Berat Badan

BMI : Body Mass Index BPS : Badan Pusat Statistik

(19)

CI : Confident Interval

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia FAO : Food and Agriculture Organization

FSH : Folicle Stimulating Hormone FFQ : Food Frequency Questionaire GDP : Gula Darah Puasa

GnRH : Gonadotropin Realizing Hormone IMT : Indeks Massa Tubuh

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia LH : Luheinizing Hormone

OR : Odds Ratio

PAL : Physical Activity Level PAR : Physical Activity Rate Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar TSH : Terapi Sulih Hormon UNU : United Nations University USA : United States of America WHO : World Health Organization

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menopause merupakan berhentinya haid atau mensturasi dalam 12 bulan setelah menstruasi terakhir, dan merupakan proses biologis dari siklus mensturasi, yang dikarenakan terjadinya penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium. Menopause dibagi atas 3 yaitu menopause dini (40-44 tahun), menopause normal (45-54 tahun) dan menopause terlambat (>54 tahun) (Mikkelsen dalam Bio Med Central, 2013).

Menopause menandakan bahwa masa menstruasi dan reproduksi seorang wanita telah berakhir. Hal ini terjadi karena indung telur mengalami penuaan.

Penuaan ovarium ini menyebabkan produksi hormon estrogen menurun sehingga terjadi kenaikan hormon Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Lutheinizing Hormone (LH). Peningkatan hormon FSH ini menyebabkan fase folikular dari siklus menstruasi memendek sampai menstruasi tidak terjadi lagi (WHO, 2014).

Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia > 55 tahun atau umur 55 tahun seorang wanita yang masih memiki siklus menstruasi. Masa menopause dari seluruh wanita di dunia berbeda, wanita Eropa dan Amerika mempunyai estrogen lebih tinggi dari pada wanita Asia. Tetapi pada saat menopause wanita Eropa dan wanita Amerika estrogennya menurun drastis dibanding wanita Asia yang kadar estrogennya moderat, hal ini karena beberapa faktor salah satunya

(21)

adalah pola makan. Penurunan kadar estrogen tersebut menimbulkan gejala berbagai penyakit seperti pernyakit pembuluh darah jantung (Proverawaty, 2013). Menopause terlambat meningkatkan risiko kanker payudara, kanker rahim, dan kanker ovarium pada wanita. Seorang wanita yang mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki risiko 30% terkena kanker dibanding wanita menopause normal (Surakasula et al, 2014).

Menurut data WHO, diperkirakan 25 juta perempuan di dunia memasuki masa menopause. Data tahun 2016 wanita menopause sekitar 500 juta orang diseluruh dunia maka pada tahun 2030, diperkirakan mencapai 1,2 miliar orang Sindrom menopause dialami banyak wanita hampir di seluruh dunia, wanita Eropa sekitar 70-80%, wanita Amerika sekitar 60%, Malaysia 57%, wanita Indonesia sekitar 53%, wanita Cina sekitar 18%, wanita Jepang 10 % (WHO, 2014).

Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia.

Indonesia merupakan urutan ke 4 di dunia setelah negara Cina, India dan Amerika Serikat. Tahun 2021 jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa. Tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 50 juta jiwa (BPS, 2016).

Penelitian yang dilakukan Pokoradi, et.al, (2011) di Inggris, menggambarkan bahwa wanita Inggris rata rata mengalami menopause pada usia 49 tahun dan mengalami menopause pasca pembedahan pada usia 42,4 tahun. Terdapat 6% wanita

(22)

mengalami menopause pada usia 35 tahun, 25% pada usia 44 tahun dan 75% pada usia 50 tahun, serta 94% pada usia 55 tahun (Morgan dkk, 2009).

Wanita usia menopause lambat lebih banyak mengalami risiko kesehatan karena berkurangnya estrogen, maka perlu diperhatikan secara intensif untuk meningkatkan taraf hidup. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah mengatur gaya hidup yang lebih sehat dengan memperhatikan gizi seimbang, menghindarkan stress, mengawasi tekanan darah dan olahraga teratur (Fairus dan Prasetyowati, 2011).

Penelitian di Indonesia, menyatakan bahwa rata-rata usia menopause wanita Indonesia adalah 55-65 tahun (Yohanis dkk, 2013). Penelitian lain di Kabupaten Banyumas menyatakan bahwa rata-rata usia menopause penduduk tersebut adalah 55 tahun (Rohmatika, 2012). Proyeksi penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia 261.890.900 jiwa pada tahun 2016.

Jumlah wanita berumur 55-65 tahun di Indonesia sebanyak 7.616.516 jiwa. Jumlah penduduk Sumatera Utara 21.911.400 jiwa, dengan angka harapan hidup 72,2 tahun.

Jumlah penduduk perempuan dengan umur 55-65 tahun sebanyak 1.135.350 jiwa (BPS, 2016).

Banyak hal yang dapat memengaruhi menopause lambat, diantaranya faktor obesitas, usia cepat mendapat haid pertama (menarche), jumlah anak (paritas), pemakaian kontrasepsi (Kasdu, 2002), dan siklus haid tidak teratur (Parazzini, 2007).

(23)

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Wanita yang mengalami obesitas berdasarkan data pada kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 24,4 %, 45-54 tahun sebanyak 26,1 % dan umur 55-64 tahun sebanyak 23,1% (Kemenkes RI, 2013). Dilihat dari prevalensi obesitas menjelang lansia (kelompok umur 55-64 tahun, 65-74 tahun dan ≥75 tahun), kelompok umur 55-64 tahun yang obesitasnya paling tinggi (Infodatin Lansia, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), seseorang disebut obesitas apabila BMI (Body Max Index) >25.0 kg/m. Pada tubuh wanita yang mengalami obesitas akan membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita gemuk mempunyai kadar hormon estrogen yang lebih tinggi dari kadar estrogen yang normal sehingga dengan aktifnya estrogen maka wanita masih haid (menopause terlambat). Proses tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita menopause dengan obesitas (Mulyani, 2015).

Menarche adalah menstruasi yang dialami seorang wanita pertama kali normalnya usia 12-14 tahun. Hal ini sangat berpengaruh pada masa menopause, semakin muda seseorang mengalami menarche maka akan lambat mengalami menopause (Senolinggi, 2015). Wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat.

Berdasarkan penelitian Rohmatika dkk, 2012 di Desa Jingkang Babakan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Bayumas tentang pengaruh menarche dengan usia menopause

(24)

menyimpulkan ada pengaruh usia menarche dengan usia menopause yaitu semakin muda seseorang mengalami menarche maka akan lambat mengalami menopause.

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, Penelitian Meschia (2011) di Italia, menyatakan hal yang sama bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause, disebabkan oleh jumlah cadangan ovarium atau tingkat Anti-Mullerian Hormone pada saat dewasa menjadi tinggi. Namun, hasil penelitian Bragg (2012) di Filipina tentang Age at Menarche and Parity are Independently Associated with Anti-Mullerian Hormone, a Marker of Ovarian Reserve, yang dilakukan pada wanita sejak lahir hingga dewasa muda, menyatakan bahwa pada wanita dengan paritas lebih banyak yang lebih tinggi memiliki kadar Anti-Mullerian Hormone yang sedikit dibandingkan dengan paritas rendah (Bragg et.al, 2012).

Wanita yang menggunakan kontrasepsi akan lebih lama/tua memasuki usia menopause karena kontrasepsi menekan fungsi indung telur (Rodiyatun 2013). Hal ini sesuai dengan penelitian Masruroh (2013), di Dusun Rejoso Kabupaten Jombang bahwa dari 55 responden yang menggunakan kontrasepsi terdapat 19 orang (34,5%) yang mengalami menopause terlambat. Hal ini membuktikan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih cenderung mengalami keterlambatan menopause.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sulistiany (2013) di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat diperoleh data bahwa dari 20 orang wanita berusia 45-55 tahun yang diambil dari 10 desa (masing-masing desa sebanyak 2 orang) terdapat

(25)

sebanyak 2 orang (10%) belum menopause dan sebanyak 18 orang (90%) telah menopause, diantaranya usia menopause 50 tahun sebanyak 9 orang (50%). Pada wanita usia menopause >50 tahun terdapat usia menarche ≥14 tahun (33,33%), jumlah anak ≥2 orang (77,78%), menggunakan kontrasepsi hormonal (33,33%).

Mengingat banyaknya faktor yang berhubungan dengan menopause lambat maka peneliti hanya meneliti faktor obesitas, menarche, paritas, kontrasepsi.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bromo.

Wanita yang berumur 55-65 tahun terdapat 223 orang. Dari hasil wawancara terhadap 55 wanita umur 55-65 tahun, terdapat 15 orang (27%) masih mengalami haid. Dari beberapa wanita menopause lambat, mengalami keluhan-keluhan sindrom menopause seperti hot fluhes, jantung berdebar, dan perasaan takut terkena kanker yang dapat mempengaruhi kualitas hidupannya. Dari 15 orang wanita yang mengalami menopause terlambat, (93%) mengalami berat badan lebih (obesitas), umur haid pertama kali (menarche) <12 tahun sebanyak 8 orang (53%), jumlah anak (paritas) >3 anak sebanyak 10 orang (67%), menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 10 orang (67%).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Determinan yang memengaruhi kejadian menopause lambat pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Faktor Apa Saja yang Memengaruhi

(26)

Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Tahun 2017”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan Kota Medan untuk meningkatkan program penyuluhan kepada wanita reproduksi aktif dalam pencegahan menopause lambat.

1.4.2 Sebagai masukan bagi instansi dan stakeholder terkait dalam memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan wanita lansia umur 55-65 tahun.

1.4.3 Sebagai pengetahuan dalam mengendalikan masalah pada masa menopause dan mencegah sedini mungkin bagi wanita muda agar menjaga berat badan untuk menghindari penyakit pada masa menopause terutama dari menopause lambat yang akibatnya pada wanita sangat berbahaya bagi kesehatannya.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause Lambat

2.1.1. Defenisi Menopause Lambat

Menopause berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata men dan pauseis yang artinya berhentinya haid atau mensturasi. Hal ini merupakan proses biologis dari siklus mensturasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium (Mulyani, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), menopause adalah pemberhentian siklus menstruasi secara permanen yang disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium yang dinyatakan apabila mengalami amenorhea (tidak menstruasi) selama 12 bulan, umumnya terjadi pada usia 45-55 tahun (WHO, 2015).

Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia ≥ 55 tahun.

Faktor yang memungkinkan wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan, usia menarche, paritas, pemakaian kontrasepsi. Kemungkinan dari seorang wanita menopause lambat umur 55-65 tahun yaitu konstitusional, fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen, karsinoma endometrium (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

2.1.2. Etilologi Menopause

Menopause terjadi secara fisiologis akibat hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin yang berhubungan langsung

(28)

dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia, folikel mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah umur 20-25 tahun setelah menarche. Oleh karena itu pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu ketidakteraturan menstruasi juga menjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstrusi yang memendek (Irawaty, 2014).

2.1.3. Tanda dan Gejala Menopause

Tanda dan gejala dari menopause sebagai berikut : 1. Ketidakteraturan Siklus Haid

Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya berhenti( Mulyani, 2013).

2. Gejolak Rasa Panas (hot flushes)

Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur.

Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total atau menopause (Baziad, 2010). Hot flushes berlangsung dalam 30 detik sampai 5 menit. Keluhan hot flushes berkurang setelah menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi 90% dapat menghilangkan hot fluhes.

3. Jantung Berdebar-debar

Dalam beberapa penelitian masa menopause diikuti dengan jantung yang berdebar–debar karena pada masa ini kadar estrogen menurun sehingga peluang terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat

(29)

berkurang jika berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan mempertahankan berat badan dalam jangkauan yang diinginkan, serta diet terkendali (Proverawaty, 2016).

4. Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.

Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme (Kathy, 2010).

Menurut Shimp dan Smith (2009) atrofivagina dapat terjadi dari 3 sampai 6 bulan setelah menopause, dan gejala vagina ini sering dialami dalam waktu 5 tahun dari menopause. Setelah menopause, cairan vagina hanya ada sedikit dan gairah seksual mulai berkurang.

5. Keringat Berlebihan

Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2010).

6. Susah Tidur (Insomnia)

Beberapa wanita mengalami kesulitan saat tidur, mungkin perlu ke kamar mandi di tengah malam, kemudian menemukan dirinya tidak dapat tidur kembali. Hot

(30)

flushes juga dapat menyebabkan wanita terbangun dari tidur (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

2.1.4. Tahap Menopause

Menurut Kusmiran, (2011), dan Widyastuti, dkk (2010), natural menopause merupakan sistem yang kompleks dari kelenjar yang memproduksi dan sekresi hormon langsung berpengaruh terhadap sistem sirkulasi, regulasi, kontrol metabolisme, dan beberapa proses tubuh. Tiga fase kehidupan berhubungan dengan menopause, yaitu :

1. Pra menopause

Pra menopause dimulai dengan munculnya tanda-tanda dan gejala awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus mensturasi mulai tidak teratur. Rata-rata terjadi pada usia 40-45 tahun. Pra menopause dimulai dengan munculnya tanda-tanda dan gejala awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus mensturasi mulai tidak teratur. Pra menopause dapat terjadi pada awal usia 30-an dan berakhir satu tahun setelah siklus mensturasi berakhir (Kathy, 2010).

2. Menopause

Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir umur ≥45- 55 tahun. Bagian klimakterium sebelum menopause disebut premenopause dan bagian sesudah menopause disebut pasca menopause (Eva dkk, 2016).

Menopause terjadi ketika jumlah folikel-folikel menurun dibawah suatu ambang rangsang yang kritis, kira-kira jumlahnya hanya 1.000 folikel dan tidak tergantung umur. Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar estrogen

(31)

tidak mulai mengalami penurunan yang besar sampai kira-kira satu tahun sebelum menopause (Atikah Proverawati, dkk, 2016).

3. Postmenopause

Postmenopause adalah suatau periode yang terjadi sesudah siklus mensturasi terakhir dan merupakan periode tahun setelah menopause. Senium adalah masa sesudah pasca menopause, ketika telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis. Yang mencolok pada masa ini ialah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik, sebagai proses menjadi tua ( Mulyani, 2013).

2.1.5. Keluhan Menopause

Keluhan yang sering dirasakan wanita menopause di Indonesia dan Asia pada umumnya adalah rasa pegal, nyeri sendi dan penurunan daya ingat. Keluhan lain diantaranya adalah gejolak panas (hot flushes), keringat malam, kulit kering, vagina kering, penurunan libido, gangguan kencing dan sulit tidur.Perubahan hormon juga dapat berpengaruh pada perubahan mood, cemas, mudah marah, sering lupa, gangguan konsentrasi dan pengambilan keputusan. Kadar rendah hormon estrogen menyebabkan penurunan kadar serotonin, suatu zat kimia tubuh yang bertugas mengatur mood, emosi dan tidur. Wanita yang merasakan sangat berat keluhan tersebut terutama saat awal menopause biasanya akan berlanjut terus sampai beberapa tahun (Mishra GD et al, 2012).

2.1.6 Dampak Menopause Terlambat

Menopause tidak menyebabkan kanker, namun risiko terkena kanker

(32)

meningkat seiring bertambahnya usia wanita. Seorang wanita yang mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki peningkatan risiko kanker ovarium, kanker payudara, dan kanker rahim. Risikonya mengalami kanker lebih besar jika seorang wanita juga mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun. Paparan estrogen yang lebih lama meningkatkan risiko kanker payudara bagi wanita. Karena itu, wanita yang telah melalui menopause terlambat lebih cenderung terkena kanker sekitar dua kali lebih tinggi karena faktor hormonal (Cooper, 1998).

Menopause terlambat meningkatkan risiko kanker payudara wanita. Seorang wanita yang mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki risiko 30%

terkena kanker dibanding wanita menopause normal (Surakasula dkk, 2014). Wanita dengan menopause pada usia 55 atau lebih memiliki risiko kanker payudara dua kali lipat dialami oleh mereka yang menopause terjadi sebelum usia 45 tahun (Trichopaulos et al, 1971).

2.1.7 Jenis – Jenis Menopause

1. Menopause Prematur (Menopause Dini)

Menopause Dini adalah menopause yang terjadi dibawah usia 40 tahun.

Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distres, dan menyebabkan banyak wanita yang sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi akan mengalami usia menopause yang lebih cepat (Gold et, al, 2013).

Hal tersebut didukung oleh hasil meta-analisis Schoenaker yang menyatakan bahwa wanita dengan aktifitas fisik sedang dan tinggi akan mengalami menopause

(33)

lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan aktifitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik yang tinggi dapat mempengaruhi ovarium menjadi terbatas dengan mengurangi serum estrogen dan meningkatkan hormon seks globulin yang dapat menyebabkan terjadi menopause lebih cepat (Schoenaker, 2014).

Menopause ini hanya dialami kurang 1% wanita. Faktor resiko terjadinya menopause dini menurut Women’s Health USA ( USA) antara lain : (1) Riwayat adanya penderita menopause prematur dalam keluarga. Seorang wanita dengan riwayat keluarga menopause prematur akan lebih berpeluang untuk mengalami menopause prematur juga. (2) Terapi bedah pengangkatan kedua indung telur (Bilateral Salfingoovarektomi). Seorang wanita yang mengalami pengangkatan kedua indung telur akan menyebabkan berhentinya periode menstruasi dan akan mengalami penurunan hormon, kadang mengakibatkan hot flushes dan penurunan gairah seksual. (3) Penyinaran (Terapi Radiasi) : Perubahan yang terjadi pada masa menopause tergantung pada tipe dan jenis terapi yang digunakan. Pada wanita yang berusia muda akan lebih lambat menerima perubahan yang dapat mengakibatkan menopause. (4) Kemoterapi (Terapi Kimiawi) : Terapi menggunakan kemoterapi dapat merusak ovarium dan menyebabkan periode menstruasi berhenti. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya menopause dan tergantung dari jenis dan lama kemoterapi yang digunakan. (5) Terapi untuk menurunkan kadar kolesterol : Hormon estrogen dan progesteron mengatur menstruasi dan ovulasi. Terapi untuk menurunkan estrogen akan menyebabkan berhenti atau menopause prematur. (6) Penyakit Autoimune : Sistem kekebalan tubuh yang normal akan melindungi dari penyakit,

(34)

penyakit autoimune dapat menyebabkan menopause prematur diantaranya penyakit thyroid dan rheumatoid arthritis. (7) Kelainan Kromosom : Kromosom yang mengalami gangguan dapat menyebabkan menopause prematur. Sebagai contoh wanita yang terlahir dengan sindroma turner terlahir dengan susunan kromosom sex XO, jumlah kromosom 45. Sex kromatin wanita, morfologi wanita,ovarium rudimenter dan tumbuh sempurna, amenorhoe, infertil. Pada kasus ini peyudara tidak tumbuh sempurna, uterus kecil tidak beroogenesis menyebabkan prematur (Siddle et al,1987 dalam Andrews, 2010)

2. Menopause Normal

Menopause normal terjadi pada usia 45-52 tahun tetapi ada sebagian buku 45- 55 tahun. Menopause harus dialami setiap wanita seiring dengan siklus hidupnya dengan perubahan fisik yang dirasakan oleh wanita menopause akibat penurunan hormon estrogen dan progesteron adalah perubahan pola menstruasi dimana perdarahan akan terlihat beberapa bulan dan akhirnya akan berhenti sama sekali, rasa panas (Hot flushes), gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai ke seluruh tubuh, rasa panas disertai warna kemerahan pada kulit dan berkeringat, rasa panas ini akan mempengaruhi pola tidur wanita menopause yang akhirnya akan membuat wanita menopause kekurangan tidur dan mengalami kelelahan. Hot flush dialami oleh sekitar 75% wanita menopause dan akan dialami selama 1 tahun dan 25-50% wanita akan mengalami hot flush selama 5 tahun. Hot flush juga dapat mempengaruhi wanita menopause mengalami keluar keringat malam yang akan membuat wanita menopause merasa tidak nyaman (Widyastuti, dkk, 2010).

(35)

3. Menopause Terlambat

Umumnya batas usia terjadi menopause adalah usia >55-65 tahun, namun apabila ada seseorang wanita yang masih memiliki siklus menstruasi atau dalam arti masih mengalami menstruasi di usia > 55 tahun.

2.2. Determinan yang Mempengaruhi Menopause Lambat

Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian menopause lambat adalah obesitas, usia menarche, paritas, pemakaian kontrasepsi hormonal, pola makan adalah sebagai berikut:

2.2.1.Obesitas

Pada wanita usia 55-65 tahun peningkatan berat badan merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Hal ini dapat dimengerti karena obesitas merupakan salah satu gangguan nutrisi yang sering dijumpai di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat. Di seluruh dunia prevalensi obesitas berlipat ganda sejak tahun 1980.

Pada tahun 2008 di negara maju dan berkembang 1,5 milliar orang dewasa berusia diatas 20 tahun mengalami overweight indeks massa tubuh (IMT) 25-29,9 kg/m). Dari angka tersebut lebih dari 200 juta pria dan hampir 300 juta wanita mengalami obesitas (IMT > 30 kg/m). Lebih jauh lagi angka obesitas meningkat signifikan di negara berkembang yang mengadopsi gaya hidup barat (penurunan aktifitas dan konsumsi makanan murah padat energi secara berlebihan) (S.R.Davis et al, Climacterric, 2012).

Secara umum obesitas lebih banyak didapatkan pada perempuan dibanding

(36)

laki-laki. Himpunan Studi Obesitas Indonesia memeriksa lebih dari 6000 orang dari hampir seluruh provinsi dan didapatkan angka obesitas dengan IMT > 30 kg / m pada laki-laki sebesar 9,16 % dan perempuan 11,02 %. Apabila tren ini berjalan terus seperti sekarang ini, maka pada tahun 2025 penduduk Indonesia menyandang gelar

“obesogenik” terutama daerah urban (Rachmad dkk dalam Seto, 2009).

Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam ukuran meter (Arisman, 2014).

Rumus menentukan IMT = TB²

BB

Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan pembandingan angka prevalensi secara internasional. Ukuran antropometrik lainnya yang didasarkan pada lingkar tubuh juga digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio lingkar pinggang terhadap lingkar panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total lemak tubuh seperti pada tabel 2.2 (Fitriyanti, 2009).

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)a dan Lingkar Perut

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (underweight) <18,5 Berat badan normal (normal weight) 18,5-24,9 Berat badan lebih (overweight) yang moderat 25,0-29,9

Berat badan lebih (overweight) ≥25

Preobese 25-29,9

Obesitas ≥30

(37)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Obese kelas I 30-34,9

Obese kelas II 35-39,9

Obese kelas III ≥40

Lingkaran Pinggang

Klasifikasi Laki-laki Perempuan

Di atas action level 1 ≥ 80 cm (~ 32 inci) ≥ 94 cm (~ 37 inci) Di atas action level 2 ≥ 88 cm (~ 35 inci) ≥ 100 cm (~ 40 inci)

aKategori IMT menurut pedoman WHO

b

Sumber : Misnadierly,2016

Kategori lingkar perut diusulkan oleh Lean et al, 2013

Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2016).

Berat Badan Relatif = Berat badan Tinggi badan – 100

x 100 % Keterangan:

90% - 110% : Normal 120% - 130% : Obesitas ringan

< 90% : Kurang dari normal 130% - 140% : Obesitas sedang 110% - 120% : Lebih dari normal >140% : Obesitas berat

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan tingkatan:

(38)

1. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.

2. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30%

dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.

3. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30- 60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.

4. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak (Misnadierly, 2016).

Obesitas adalah penyebab kematian kelima, secara global, dan menyumbang 44% kasus diabetes dan 23% penyakit jantung iskemik. Prevalensi obesitas sentral untuk tingkat nasional adalah 18,8%. Menurut WHO seseorang disebut obesitas. BMI (Body Mass Index) dengan obesitas pada ibu menopause lebih beresiko terkena kanker payudara karena BMI yang berlebih menggambarkan jaringan adiposa yang tinggi dalam tubuh sedangkan jaringan adiposa adalah penghasil estrogen, sementara siklus mentruasi terjadi apabila hormon estrogen masih diproduksi sehingga ibu mengalami menopause terlambat dan juga dapat diartikan bahwa semakin tinggi estrogen yang dihasilkan pada usia menopause akan meningkatkan risiko kanker payudara (Pintam , 2017).

(39)

Sesuai dengan Mulyani, 2013 bahwa wanita obesitas akan mengalami proses di dalam tubuhnya,tubuh akan membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk mempunyai kadar hormon estrogen yang lebih tinggi dari kadar hormon estrogen normal. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim, kanker payudara, diabetes, hypertensi (Mulyani, 2013).

Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmi Fitria, 2016 menjelaskan bahwa estrogen dengan IMT obesitas tidak dihasilkan dari folikel tetapi ada sumber yang lebih kecil yang dinamakan jaringan adiposa (Yastirin dkk, 2017).

2.2.2 Usia Pertamakali Haid (Menarche)

Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita. Sepanjang hidupnya wanita mengalami dua hal penting diantaranya menarche dan menopause. Usia menarche pada setiap remaja bervariasi antara 11-15 tahun yang digolongkan atas menarche dini umur 10-11 tahun dan menarche normal yaitu 11-15 tahun dan menarche terlambat >15 tahun (Wiknjosatro, 2005 dalam Rohmatika, 2012) . Terdapat hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seseorang wanita memasuki menopause. Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki usia menopause (Kasdu, 2002).

Berdasarkan penelitian Rohmatika dkk, 2012, di Desa Jingkang Babakan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Bayumas tahun 2012, didapat ada pengaruh usia

(40)

menarche terhadap usia menopause sebesar 13, 9% dan sisanya 86,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Senolinggi, 2014 tentang “ Hubungan antara usia menarche dengan usia menopause pada wanita di Kecamatan Kakas Sulawesi Utara tahun 2014” yaitu nilai p=0,043 disimpulkan ada hubungan antara usia menarche dengan usia menopause. Wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat. AMH disekresikan oleh sel-sel granulosa dalam pertumbuhan folikel ovarium primer, sekunder dan antral, dengan sekresi tertinggi terdapat pada tahap sekunder dan antral, kemudian berakhir dengan pertumbuhan folikel lanjut. Tingkat AMH rendah pada saat lahir, meningkat pada masa kanak- kanak dan puncaknya pada saat remaja, kemudian menurun secara bertahap berdasarkan usia (Bragg dkk, 2012).

2.2.3 Paritas

Paritas merupakan jumlah kehamilan terdahulu yang telah berhasil dilahirkan dan mencapai batas viabilitas. Menurut Nagel, dkk, 2005 paritas dibagi atas tidak pernah, 1-2 anak dan > 3 anak. Paritas sering dikaitkan dengan masalah-masalah reproduksi, salah satunya adalah usia menopause.

Hasil penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause. Penelitian Pathak, et al (2010) di India menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini dibandingkan dengan wanita

(41)

dengan jumlah paritas yang lebih banyak. Hal tersebut didukung oleh penelitian Delavar (2010) di Iran bahwa wanita yang tidak memiliki anak akan mengalami menopause lebih awal. Penelitian Meschia (2005) di Italia menyatakan hal yang sama bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah cadangan ovarium atau tingkat Anti-Mullerian Hormon pada saat dewasa tinggi. Namun, hasil penelitian Bragg (2012) di Filipina yang dilakukan pada wanita sejak lahir hingga dewasa muda, menyatakan bahwa pada wanita dengan paritas lebih banyak yang lebih tinggi memiliki kadar Anti-Mullerian Hormon yang sedikit dibandingkan dengan paritas rendah.

Wanita dengan paritas tinggi, memiliki jumlah kumulatif siklus menstruasi yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak. Dengan demikian, dapat mempengaruhi jumlah cadangan oosit yang lebih banyak dan paparan hormon estrogen yang lebih lama sehingga wanita yang memiliki paritas banyak cenderung akan mengalami menopause pada usia yang lebih lambat (Dorjgochoo et al, 2008).

2.2.4. Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

Menurut Kasdu 2002 dalam Forikes 2013 wanita yang menggunakan kontrasepsi akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause. Hal ini bisa terjadi karena hormon estrogen dan progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal memiliki cara kerja menekan dan menghambat ovulasi, sehingga dapat mengganggu fungsi proses hipothalamus-hipofise-ovarium dalam mensekresi

(42)

Gonadotropin Realizing Hormon (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinising Hormone (LH). Pertumbuhan folikel dalam ovarium menjadi terhambat artinya tidak terjadi perubahan dari folikel primordial menjadi folikel de Graaf, sehingga ovulasi tidak terjadi dan tabungan dari oosit tidak berkurang. Oleh karena itu, wanita yang memakai kontrasepsi cenderung mengalami menopause terlambat (Rodiyatun, 2013).

2.2.5. Pola Makan

2.2.5.1. Konsumsi Lemak

Menopause merupakan peristiwa alami dalam siklus kehidupan wanita. Untuk mencegah berbagai keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause yang disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, pengaturan menu makanan yang tepat sedini mungkin adalah salah satu jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangan hormon estrogen pada tubuh. Hal ini merupakan alternatif alamiah, yaitu dengan mengkonsumsi ekstra estrogen yang banyak terkandung pada sejumlah bahan pangan (Astutik, 2013).

Tidak mengkonsumsi lemak berlebih dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol juga minuman berkafein, akan memelihara hati dan sistem kardiovaskular yang sehat dan membantu untuk mengurangi risiko kondisi seperti kanker dan diabetes dan pilihan yang lebih sehat seperti air mineral dan teh hijau tanpa kafein.

Seorang wanita harus menjauhi makanan berlemak, status gizi merupakan kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.

Pemenuhan kebutuhan lemak dan serat memadai sangat membantu menghambat

(43)

berbagai dampak negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering dan berbagai penyakit lainnya, konsumsi serat dapat mencegah menopause datang lebih awal. Konsumsi lemak yang dianjurkan untuk wanita umur 55-65 tahun yaitu 60 gram/ hari (Kemenkes RI, 2013).

2.2.5.2. Konsumsi Serat

Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Menurut laporan hasil Riskesdas tahun (2013), menunjukkan 93,6% masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi serat. Menurut Baliwati dkk (2004), menunjukkan bahwa mengkonsumsi serat sangat menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan tidak mengalami status gizi obesitas. Wanita obesitas akan lebih berisiko terkena menopause lambat karena lemak dapat menghasilkan estrogen (Mulyani, 2013).

Asupan serat dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feses dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus.

Mengkonsumsi serat sangat menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas. Sayuran dan buah-buahan segar selalu penting untuk disertakan dalam setiap diet. Struktur kimiawi dalam kacang-kacangan akan menghasilkan efek seperti kerja estrogen, senyawa tersebut disebut fitoestrogen. Bahan pangan yang kaya akan fitoestrogen adalah jenis kacang-kacangan terutama kacang kedelai, serta dapat ditemukan pada hampir semua jenis sereal sayuran, pepaya, dan tanaman lain yang kaya akan kalsium. Bahan pangan kaya fitoestrogen yang cocok digunakan untuk minuman segar antara lain tahu sutera (Ratnaningrum, dkk, 2015).

(44)

Bahan yang terbuat dari kacang kedelai ini memiliki tekstur yang sangat lembut, seperti krim kental, dapat menjadi pengganti aneka produk dari daging sapi dan minyak hewani, susu kedelai. Susu yang terbuat dari kacang kedelai ini kaya zat fitoestrogen, sangat fleksibel diolah menjadi dessert yang menggugah selera (Muljati dkk, 2003). Dianjurkan pula mengkomsumsikan buah bengkuang, agar-agar rumput laut. Konsumsi serat (buah dan sayuran) yang dianjurkan untuk wanita umur 55-65 tahun adalah 28gr/ hari (Kemeskes RI, 2013).

2.2.6. Terapi pada Wanita Menopause yang Mengalami Kelainan

Tidak semua wanita pasca menopause perlu menjalani Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap wanita sebaiknya mendiskusikan risiko dan keuntungan yang diperoleh dari TSH dengan dokter pribadinya. Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk : (1) Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan. (2) Membantu mengurangi kekeringan pada vagina. (3) Mencegah terjadinya osteoporosis.

Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintetis (dibuat di laboratorium).

Estrogen sintetis ratusan kali lebih kuat dibandingkan estrogen alami sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause. Untuk mencegah hot flashes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang sangat rendah. Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala, migren. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet atau tempelan kulit (estrogen transdermal) ( Kathy dalam Gilly Andrews, 2010).

Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan

(45)

vagina (sehingga mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko menderita kanker endometrium. Risiko ini berhubungan dengan dosis dan lamanya pemakaian estrogen. Jika terjadi perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim. Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium. Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang menderita : (1) Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut. (2) Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti. (3) Penyakit hati akut. (4) Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.

2.3. Landasan Teori

Pada wanita menopause terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen yang mengakibatkan berhentinya haid. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab menopause terlambat dan meningkatnya resiko kanker rahim, kanker payudara, diabetes, hypertensi (Mulyani, 2013). Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmi Fitria, 2016 menjelaskan bahwa estrogen dengan IMT obesitas tidak dihasilkan dari folikel tetapi ada sumber yang lebih kecil yang dinamakan jaringan adiposa. BMI yang berlebih menggambarkan adanya jaringan adiposa yang tinggi, sedangkan pada menopause jaringan adiposa adalah sumber utama penghasil estrogen, yang dapat diartikan semakin tinggi estrogen yang dihasilkan pada usia

(46)

menopause akan meningkatkan resiko kanker. (Yastirin dan Amalia, 2017).

Menarche berhubungan dengan menopause yaitu semakin muda seorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause. Wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat.

Berdasarkan paritas bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah cadangan ovarium atau tingkat Anti-Mullerian Hormone pada saat dewasa tinggi. Karena hormon estrogen dan progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal memiliki cara kerja menekan dan menghambat ovulasi, sehingga dapat mengganggu fungsi proses hipothalamus-hipofise-ovarium dalam mensekresi Gonadotropin Realizing Hormon (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinising Hormone (LH). Oleh karena itu, wanita yang memakai kontrasepsi cenderung mengalami menopause terlambat.

Kejadian Menopause Lambat dimodifikasi dengan teori yang dianggap paling sesuai yang diadaptasi dari konsep J. Ties Boerma dan Sharon S Weir yaitu “ The Proximate - Determinants Frameworks (Boerma Weirs, 2005), Kemenkes 2013.

(47)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kandungan zat

makanan mengandung

fitoestrogen Underlying

Determinants

Proximate Determinants

Biological Determinan

Health Outcome

Demographic Outcome

Obesitas

Menarche

Paritas

Kontrasepsi Hormonal

Pola Makan a. Konsumsi

lemak b. Konsumsi

serat

Penurunan Hormon Estrogen dan

Progesteron

Peningkatan produksi hormon

estrogen pada jaringan adipose/lemak

Menopause Lambat AMH Tinggi

Cadangan ovarium rendah

Menekan fungsi indung telur

(48)

2.4. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 2.5. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh obesitas dengan kejadian menopause terlambat pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

2. Ada pengaruh usia menarche dengan kejadian menopause terlambat pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

3. Ada pengaruh paritas dengan kejadian menopause terlambat pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

Paritas

Menopause Lambat Obesitas

Usia menarchee

Kontrasepsi Hormonal

Pola makan

a. Konsumsi lemak b. Konsumsi serat

(49)

4. Ada pengaruh kontrasepsi hormonal dengan kejadian menopause terlambat pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

5. Ada pengaruh pola makan dengan kejadian menopause terlambat pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain case control yaitu memilih wanita usia 55-65 tahun yang masih mengalami menstruasi sebagai kasus dan wanita usia 55-65 tahun yang telah menopause sebagai kontrol. Desain penelitian ini menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) dengan faktor risiko tertentu dengan pendekatan retrospektif (penelusuran kebelakang) apakah kasus dan kontrol terpapar atau tidak (Suradi dkk, 2016).

Rancangan kasus-kontrol dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Kasus-Kontrol 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan karena Puskesmas Bromo

Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)

Retrospektif Kasus

(Wanita Usia 55-65 yang masih mengalami haid)

Faktor Risiko (-)

Retrospektif Faktor Risiko (+)

Kontrol

(Wanita Usia 55-65 yang telah menopause)

(51)

aktif melaksanakan posyandu lansia, data dan laporan lansia di Puskesmas Bromo sudah baik, penanganan masalah kesehatan lansia wanita sudah baik dan mudah dijangkau peneliti.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung pada bulan Januari sampai dengan Januari 2018. Tahapan dilaksanakan mulai survei awal, pembuatan proposal penelitian, pengambilan data dari responden, menganalisa data, seminar hasil dengan konsultasi kepada dosen pembimbing sampai dengan ujian komprehensif.

3.2. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang sudah menopause dan yang belum menopause sebanyak 223 orang dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. Populasi Kasus

Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia 55-65 yang masih mengalami haid di Puskesmas Bromo Medan sebanyak 49 orang.

2. Populasi Kontrol

Populasi kontrol pada penelitian ini adalah wanita yang sudah tidak haid (menopause) usia 55-65 tahun yang aktif mengikuti posyandu lansia Puskesmas Bromo Medan sebanyak 49 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap

(52)

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Sampel Kasus

Sampel kasus pada penelitian ini adalah sebagian wanita Usia 55-65 yang masih mengalami haid di Puskesmas Bromo Medan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

1. Sampel Kontrol

Sampel kontrol pada penelitian ini adalah sebagian wanita menopause usia 55-65 tahun yang aktif mengikuti posyandu lansia Puskesmas Bromo Medan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

3.3.3. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil berdasarkan teknik tertentu dan mampu mewakili populasi atau bersifat representatif atau mewakili dari seluruh populasi. Perhitungan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus untuk uji hipotesis sampel 2 proporsi (Lemeshow, 1990), sebagai berikut :

{ }

2 2 1

2 2 2 1 1 1 2

/ 1

) (

) 1 ( ) 1 ( )

1 ( 2

P P

P P P P Z P P n Z

− +

− +

= αβ

(53)

Keterangan:

n = Besarnya sampel minimum

Ζ 1−α /2 = Nilai distribusi normal baku pada α 5% sebesar 1,96 Ζ1 −β = Nilai baku distribusi normal pada β 10% sebesar 0,84 Ρ1

Ρ

= Proporsi wanita yang mengalami menopause terlambat

2

P = P

= Proporsi wanita yang mengalami menopause

1+P2

Penentuan besar sampel penelitian mengacu kepada hasil P1 dan P2 peneliti terdahulu tentang variabel yang berpengaruh terhadap kejadian menopause terlambat dengan perhitungan satu kasus dan satu kontrol dapat dihitung besar sampel minimal pada tabel berikut :

/2

Tabel 3.1 Besar Sampel Berdasarkan Penelitian Terdahulu

Variabel Peneliti P1 P2 OR Usia Menarche

Paritas

Kontrasepsi Hormonal Pola Makan

Trianingrum.W.E (2014) Sulistiawaty (2013) Thoyibah, 2015 Sulistiawaty (2013)

0,46 0,75 0,59 0,58

0,40 0,52 0,37 0,32

3,40 3,88 3,78 4,00 Dari penelitian sebelumnya didapat variabel penggunaan kontasepsi hormonal berpengaruh terhadap menopause terlambat (Thoyibah, 2015) dengan P1

P

= 0,59 dan

2 = 0,37, sehingga diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

{ }

2

2

) 37 , 0 59 , 0 (

) 37 , 0 1 ( 37 , 0 ) 59 , 0 1 ( 59 , 0 84 , 0 ) 48 , 0 1 )(

48 , 0 ( 2 96 . 1

− +

− +

= − n

{ }

2

2

) 22 , 0 (

475 , 0 84 , 0 50 , 0 96 .

1 +

= n

(54)

44 , 0

69 , 0 84 , 0 71 , 0 96 ,

1 x x x

n=

n= 49,28 orang jadi 49 orang

Dari perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh sampel penelitian ini sebesar 49 orang, jadi sampel kasus sebanyak 49 orang dan sampel kontrol sebanyak 49 orang dengan perbandingan 1 : 1 jadi jumlah sampel sebanyak 98 orang.

3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tekhnik non probability yaitu merupakan teknik pengambilan sampel tidak dipilih secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah di ketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2010).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dan penimbangan berat badan dengan timbangan injak serta tinggi badan yang didampingi oleh petugas kesehatan.

Dengan melakukan observasi langsung oleh peneliti terhadap wanita umur 55-65 tahun dengan jumlah 49 orang. Pada pengisian instrumen (kuesioner) penelitian maka mengisi kuesioner dilakukan dengan langsung kepada responden.

(55)

Dalam melakukan penelitian ini maka peneliti memberikan kuesioner kepada wanita umur 55-65 tahun dengan menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan oleh peneliti. Sebelumnya kuesioner akan diuji cobakan oleh peneliti pada 30 orang wanita umur 55-65 tahun yang memiliki karakteristik yang sama. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian dan menjawab pertanyaan peneliti dengan jujur serta mendampingi respoden sampai wawancara selesai.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh Laporan dan Profil Puskesmas Bromo serta profil Kecamatan Bromo yang memuat situasi kependudukan dan data lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.

3.5. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian menopause lambat di wilayah kerja Puskesmas Bromo sedangkan variabel bebas adalah obesitas, usia menarche, paritas, pemakaian kontrasepsi hormonal, pola makan.

3.5.2. Definisi Operasional, Kategori, Cara Pengukuran, dan Skala

Pengukuran dilakukan pada setiap variabel penelitian. Cara ukur, alat ukur, skala ukur, dan kategori masing-masing variabel diuraikan pada tabel berikut.

Pengukuran pola makan dengan mengukur kebiasaan makan makanan pokok, lauk

Referensi

Dokumen terkait

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIDOARJO Jumlah  rumah tangga usaha  pertanian di Kabupaten Sidoarjo  Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah  tangga   

Dengan adanya hal itu, maka rasio-rasio keuangan hanya dapat digunakan sebagai alat analisis perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini pada tahap pendirian

Dari hasil analisis terhadap sifat kimia air irigasi diketahui bahwa pH air mengalami penurunan selama empat musim tanam, daya hantar listrik mengalami peningkatan pada

Implikasi Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara tiga konstruk eksogen yang diteliti pengaruhnya terhadap kinerja, maka kon- struk yang paling

Campuran interaktif dengan granul pembawa yang menggunakan amilum kulit pisang agung sebagai pengikat dan SSG sebagai penghancur dapat menghasilkan mutu fisik

[r]

penurunan tingkat nyeri ibu post sectio caesarea yang dibuktikan dengan nilai p (0,001)&lt; 0,05 dan ada perbedaan antara kelompok kontrol yang hanya di

Kedua , kritik gaya bahasa dakwah konsensus rasional Jurgen Habermas, peneliti menemukan bahwa dalam pencapaian klaim kebenaran dan klaim ketepatan, rata-rata ulama