• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh Laporan dan Profil Puskesmas Bromo serta profil Kecamatan Bromo yang memuat situasi kependudukan dan data lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.

3.5. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian menopause lambat di wilayah kerja Puskesmas Bromo sedangkan variabel bebas adalah obesitas, usia menarche, paritas, pemakaian kontrasepsi hormonal, pola makan.

3.5.2. Definisi Operasional, Kategori, Cara Pengukuran, dan Skala

Pengukuran dilakukan pada setiap variabel penelitian. Cara ukur, alat ukur, skala ukur, dan kategori masing-masing variabel diuraikan pada tabel berikut.

Pengukuran pola makan dengan mengukur kebiasaan makan makanan pokok, lauk

pauk, dan mengkonsumsi sayuran/buah secara teratur dengan menggunakan kuesioner Food Recall. Cara menghitung pola makan yang terdiri dari asupan serat, asupan lemak, dan asupan serat adalah sebagai berikut:

a. cara menghitung asupan serat

Asupan serat

b. cara menghitung asupan lemak

Asupan lemak

Tingkat asupan lemak = X 100%

angka kecukupan lemak individu Kategori :

0. Konsumsi Lemak Cukup ≤ 60 gram/hari 1. Konsumsi Lemak Lebih > 60 gram/hari

Tabel 3.2 Definisi Operasional, Kategori, Cara Pengukuran dan Skala Variabel Definisi

Operasional belum berhenti haid sampai umur > 55

Obesitas Suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan

Tinggi badan diukur dengan

Wawancara 0. Obesitas, jika IMT

>25 kg/m 1. Tidak

2

Ordinal

Tabel 3.2 (Lanjutan) Variabel Definisi

Operasional badan dan berat badan. Nilai dari hasil penghitungan berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter, IMT = BB

Kuesioner Wawancara 0. < 14 tahun 1. > 14 tahun (Kaczmar,dkk,

Ordinal

2007)

Paritas Jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu yang hidup ataupun meninggal

Kuesioner Wawancara 0. >3 orang 1. 0-2 orang kalori yang masuk per hari. adalah banyaknya konsumsi serat berdasarkan jumlah gram yang masuk per hari.

3.6. Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer. Dimana tahapan analisis data sebagai berikut:

3.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran atau deskripsi dari setiap variabel yang diteliti yaitu menopuase terlambat, obesitas, menarche, paritas, kontrasepsi hormonal dan pola makan.

3.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua variabel, yakni satu variabel independen dan satu variabel dependen (Sastroasmoro, 2014).

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik sederhana atau simple logistic regression yaitu dengan cara menghubungkan antara variabel independen dan dependen. Apabila hasil uji bivariat diperoleh nilai p value

<0,25 maka ada variabel tersebut langsung masuk ke tahap uji analisis multivariat.

3.6.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat ini dilakukan dengan menggunakan multiple logistic regression yaitu teknik statistik dengan data variabel tergantung lebih dari satu (Sastroasmoro, 2014). Teknik ini dipakai bila variabel independen terdiri dari variabel berskala kategorik, dan variabel dependen berskala kategorik (Dahlan, 2014).

Melalui analisis multiple logistic regression dapat dihitung OR terkontrol, untuk memperkirakan besar risiko terjadinya menopause terlambat yang disebabkan oleh faktor risiko. Metode yang digunakan dalam analisis regresi logistik berganda yaitu metode enter, backward, dan forward.

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Bromo terletak di Jalan Rotary No.5 Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai.Wilayah kerjanya meliputi satu kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan 15 lingkungan.

4.1.1 Data Geografis dan Demografis Puskesmas Bromo a. Data Geografis Puskesmas Bromo

Berdasarkarkan data geografis Puskesmas Bromo berada pada:

1. Luas Wilayah : 87 Ha 2. Jumlah Kelurahan : 1

3. Jumlah Lingkungan : 15 Lingkungan 4. Jumlah KK : 6089 KK 5. Batas Wilayah :

• Utara : Kelurahan Menteng

• Selatan : Kelurahan Tegal Sari Mandala III

• Barat : Kelurahan Tegal Sari Mandala I

• Timur : Percut Sei Tuan b. Data Demografis Puskesmas Bromo

Berdasarkan data demografis, Puskesmas Bromo memiliki satu jumlah kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala II dengan jumlah penduduk 33.300

jiwa seperti pada tabel-tabel di bawah ini. 40

Tabel 4.1 Data Demografi Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

< 1 tahun 238 428 666

1-4 tahun 1067 1921 2988

5-14 tahun 3882 3886 7768

15-44 tahun 5400 5506 10.906

45-59 Tahun 1364 1344 2708

60-69 Tahun 2675 2585 5260

>70 tahun 1442 1562 3004

Jumlah 16.068 17.232 33.300

Sumber: Laporan Puskesmas Bromo Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas didapatkan bahwa distribusi penduduk menurut umur di wilayah kerja puskesmas Bromo paling banyak adalah berusia 15-44 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

4.1.2 Program Kegiatan KIA/KB di Puskesmas

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegitan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditujukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan Kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada saat keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan.

Adapun Tujuan Posbindu PTM :

1. Tujuan Umum :

Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin, dan periodik.

2. Tujuan Khusus :

a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM c. Terlaksananya tindak lanjut dini

Jenis-jenis kegiatan yang dilakukan program Posbindu PTM antara lain : 1. Pemeriksaan Tekanan Darah

2. Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan 3. Pengukuran Lingkar Perut

4. Pemeriksaan Gula Darah dan Kolesterol Ada pun rincian kegiatan Posbindu adalah :

1. Deteksi Hipertensi dengan memeriksa Tekanan Darah

2. Deteksi kemungkinan kekurangan gizi dan obesitas dengan memeriksa Tinggi Badan dan Berat Badan

3. Deteksi kemungkinan diabetes mellitus dengan cek gula darah

4.2 Hasil Analisis

Hasil analisis penelitian disajikan dalam Analisis Univariat, Analisis Bivariat, dan Analisis Multivariat berikut ini.

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Karakteristik responden pada penelitian ini merupakan variabel bebas yang terdiri dari jenis pekerjaan danpendidikan.Secara rinci karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

a. Karakteristik Responden

Secara rinci karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan

Karakteristik 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Petani 5. Pensiunan 6. Tidak Bekerja

6

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden pada kelompok kasus adalah tamat SLTP yaitu sebanyak 15 orang (30,6%) dan mayoritas pendidikan terakhir responden pada kelompok kontrol adalah juga tamat SLTP yaitu sebanyak 17 orang (34,7%). Berdasarkan jenis pekerjaan responden

mayoritas pekerjaan pada kelompok kasus adalah sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 15 orang (30,6%) dan mayoritas pekerjaan pada kelompok kontrol adalah juga sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 13 orang (26,5%).

b. Faktor Risiko

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Obesitas, Usia Menarche, Paritas, Kontrasepsi Hormonal, Pola makan

Variabel Independen Kejadian Menopause Lambat

Menopause Lambat Tidak Menopause Lambat

n= 49 (%) n= 49 (%)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui wanita usia 55-65 tahun pada kelompok kasus dengan obesitas (IMT >25) sebanyak 34 orang (69,4% ), jumlah paritas >3

anak yaitu sebanyak 34 orang (69,4% ), usia menarche>14 tahun sebanyak 28 orang (57,1% ), pernah menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 31 orang (59,2%), mengonsumsi lemak yang lebihyaitu sebanyak 30 orang (61,2% ) dan mengonsumsi serat yang cukup yaitu sebanyak 32 orang (65,3%).

Untuk wanita usia 55-65 tahun pada kelompok kontrol dengan obesitas (IMT

>25 kg) sebanyak 22 orang (44,9% ), jumlah paritas 0-2 anak yaitu sebanyak30 orang (61,2%), usia menarche<14 tahun sebanyak 25 orang (51,0%), tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 29 orang (59,2%), mengonsumsi lemak yang lebih yaitu sebanyak 25 orang (51,0%) dan mengonsumsi serat yang kurang yaitu sebanyak 26 orang (53,1%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dengan menggunakan uji Simple Logistic Regression untuk mengetahui dan menguji hubungan variabel independen dengan variabel dependen, yaitu untuk mengestimasi hubungan dari masing-masing variabel independen (obesitas, usia menarche, paritas, penggunaan kontrasepsi hormonal, pola makan) terhadap variabel dependen (kejadian Menopause Lambat) pada wanita usia 55-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji simple logistic regression pada Tabel 4.4 obesitas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara obesitas dengan menopouse terlambat.Hasil analisis menggunakan uji simple logistic regression menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas terhadap menopause lambat.

Tabel 4.4 Faktor yang Memengaruhi Kejadian Menopause Lambat padaWanita Usia 55-65 Tahun dengan di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun

2017Berdasarkan Hasil Uji Simple Logistic Regression

Variabel

- Konsumsi Lemak

Lebih 30 61,2 25 51,0 0,660 0,310

Cukup 19 38,8 24 49,0 (0,296-1,472) - Konsumsi Serat

Kurang 17 34,7 26 53,1 0,470 0,069

Cukup 32 65,3 23 46,9 (0,208-1,059)

Hasil analisis menggunakan uji simple logistic regression menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kontrasepsi hormonal terhadap menopause lambat. Hasil analisis menggunakan uji simple logistic regression menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola makan terhadap menopause lambat (p>0,25).

Hasil analisis menggunakan uji simple logistic regression menunjukkan bahwa

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia menarche terhadap menopause lambat (p>0,25).

Dengan demikian berdasarkan hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji simple logistic regression maka variabel obesitas, paritas dan kontrasepsi hormonal memiliki nilai p<0,25 sehingga dapat masuk dalam pemodelan analisa multivariat dan dilakukan dengan uji multiple logistic regression dengan metode enter, forward.

4.2.3 Analisis Multivariat

Seleksi Variabel Untuk Uji Multiple Logistic Regression

Variabel yang dimasukan dalam uji regresi logistik berganda adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,25 yang diseleksi dengan melihat p value pada analisis bivariat. Hasil seleksi variabel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Hasil Seleksi Variabel Uji Regresi Logistik Sederhana yang dapat Masuk dalam Tahap Uji Regresi Berganda

Variabel p value Nilai Ketetapan Pemodelan

Obesitas 0,015 p < 0,25 Masuk pemodelan

Usia menarche 0,419 p > 0,25 Tidak Masuk pemodelan

Paritas 0.003 p < 0,25 Masuk pemodelan

Kontrasepsi hormonal 0,027 p < 0,25 Masuk pemodelan Pola Makan

- Konsumsi lemak 0,310 p > 0,25 Tidak Masuk pemodelan - Konsumsi serat 0,069 P < 0,25 Masuk Pemodelan Penentuan Variabel Dominan

Analisis multivariat bertujuan untuk menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadapmenopause lambat. Dalam analisis ini variabel yang memiliki nilai p<0,25 diuji sekaligus secara bersamaan dengan uji Multiple Logistic Regression

dengan metode Forward LR sehingga diperoleh variabel yang dominan berpengaruh terhadap menopause lambat. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Determinan yang Memengaruhi Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun

2017 Menggunakan Uji Multiple Logistic Regression

Variabel Koefisien p

Adjusted OR (95% CI)

Obesitas 0,918 0,037 2,504 (1,056-5,937)

Paritas 1,195 0,006 3,302 (1,403-7,774)

Konstanta -1,177 0,004 0,308

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa faktor risiko yang memengaruhi menopouse lambat di wilayah kerja puskesmas bromo setelah diadjusted dengan variabel lainnya adalah Obesitas p= 0,037 ; OR= 2,504 95% CI 1,056-5,937, Paritasp= 0,006 ;OR= 3,302 95% CI 1,403-7,774. Dengan demikian variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian menopouse lambat pada wanita yang berumur 55-65 setelah dilakukan uji multiple logistic regression pada analisis multivariat adalah paritas dimana nilai p= 0,006 ;OR= 3,302 95% CI 1,403-7,774 yang artinya paritas > 3 anak memiliki peluang berisiko 3,302 kali lebih besar untuk mengalami menopause lambat dibandingkan dengan yang paritas 0-2 anak. Adapun persamaan regresi logistik berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1 P(X) =

1+e(-1.177+1.195(paritas)+ 0.918(obesitas)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Berdasarkan analisa bivariat variabel obesitas, berdasarkan kepercayaan secara signifikan berpengaruh dalam hal kejadian menopause lambat, dari hasil uji simple logistic regressiondengan menggunakan α=0,05% diperoleh nilai p=0,015 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh obesitas terhadap kejadian menopause lambat.

Uji statistik menunjukkan untuk variabel obesitas di dapat nilai OR = 2,782 artinya bahwa wanita usia 55-65 tahun yang mengalami obesitas 2,782 kali kemungkinannya mengalami menopause lambat dibandingkan wanita usia 55-65 tahun yang tidak mengalami obesitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saftarani (2011) di Surabaya, yang menyatakan bahwa wanita dengan obesitas lebih lambat mengalamin menopause, kondisi ini di hubungkan dengan jumlah lemak pada seorang wanita, yaitu jika persentasi lemaknya rendah akan menurunkan kadar hormon reproduksi dan sebaliknya apabila lemak banyak maka menaikkan hormon reproduksi.

Hal ini juga sesuai dengan Mulyani (2013) bahwa wanita obesitas akan mengalami proses di dalam tubuhnya, tubuh akan membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk mempunyai kadar hormon

estrogen yang lebih tinggi dari kadar hormon estrogen normal. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim,kanker payudara, diabetes, hipertensi.

Menopause terlambat terjadi pada usia 55 tahun ke atas, salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di baguan tubuh yang lain, termasuk sel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

5.2. Pengaruh Usia Menarche terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Berdasarkan analisa bivariat variabel usia menarche, dari hasil uji simple logistic regressiondengan menggunakan α=0,05% diperoleh nilai p=0,419 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh usia menarche terhadap kejadian menopause lambat.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmatika dkk, 2012, di Desa Jingkang Babakan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun 2012, menyimpulkan ada pengaruh usia menarchedengan usia menopause dengan nilai korelasi 0,062 lebih besar dari 0.05.

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan

antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda seorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause (Kasdu, 2002). Pada penelitian Senolinggi (2014) di Kecamatan Kakas Sulawesi Utara menemukan usia menarche berhubungan dengan usia menopause dengan Sign=0,04 maka kesimpulan makin dini menarche terjadi maka makin lambat menopause timbul.

Menarche adalah usia pertama kali menstruasi makin. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarchemakin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Yatim, 2010).Wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat. AMH disekresikan oleh sel-sel granulosa dalam pertumbuhan folikel ovarium primer, sekunder dan antral, dengan sekresi tertinggi terdapat pada tahap sekunder dan antral, kemudian berakhir dengan pertumbuhan folikel lanjut. Tingkat AMH rendah pada saat lahir, meningkat pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada saat remaja, kemudian menurun secara bertahap berdasarkan usia (Bragg dkk, 2012).

Menurut asumsi peneliti usia menarche yang mengalami usia menopause lambat di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan adalah nilai p=0,419 (p > 0,05), hal ini memungkinkan terjadi, kenyataan di lapangan berbeda dengan teori, hasil penelitian mayoritas responden mengalami usia menarche ≥14 tahun sebanyak 28

orang (57,1% ), tetapi tidak menyebabkan terjadinya menopause lambat.

5.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Berdasarkan analisa bivariat variabel paritas, dari hasil uji simple logistic regression dengan menggunakan α=0,05% diperoleh nilai p=0,03 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh paritas terhadap kejadian menopause lambat.Uji statistik menunjukkan untuk variabel paritas di dapat nilai OR = 3,579 menunjukkan bahwa wanita usia 55-65 tahun yang yang paritasnya ˃3 anak 3,579 kali kemungkinannya mengalami menopause lambat dibandingkan wanita yang paritasnya 0-2 anak.

Hal ini sejalan dengan Penelitian Pathak, et al (2010) di India menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini dibandingkan dengan wanita dengan jumlah paritas yang lebih banyak. Hal tersebut didukung oleh penelitian Delavar (2010) di Iran bahwa wanita yang tidak memiliki anak akan mengalami menopause lebih awal.

Penelitian Meschia (2005) di Italia menyatakan hal yang sama bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah cadangan ovarium atau tingkat Anti-Mullerian Hormone pada saat dewasa tinggi. Namun, hasil penelitian Bragg (2012) di Filipina yang dilakukan pada wanita sejak lahir hingga dewasa muda, menyatakan bahwa pada wanita dengan paritas lebih banyak yang

lebih tinggi memiliki kadar Anti-Mullerian Hormone yang sedikit dibandingkan dengan paritas rendah.

Beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause (Intan, Iwan, 2012).Wanita dengan paritas tinggi, memiliki jumlah kumulatif siklus menstruasi yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak. Dengan demikian, dapat mempengaruhi jumlah cadangan oosit yang lebih banyak dan paparan hormon estrogen yang lebih lama sehingga wanita yang memiliki paritas banyak cenderung akan mengalami menopause pada usia yang lebih lambat (Dorjgochoo, et al, 2008).

5.4. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Berdasarkan analisis bivariat variabel penggunaan kontrasepsi hormonal, berdasarkan kepercayaan secara signifikan berpengaruh dalam hal kejadian menopause lambat, dari hasil uji simple logistic regressiondengan menggunakan α=0,05% diperoleh nilai p=0,015 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian menopause lambat.

Uji statistik menunjukkan untuk variabel penggunaan kontrasepsi hormonal di dapat nilai OR=2,497 menunjukkan bahwa wanita usia 55-65 tahun yang menggunaan kontrasepsi hormonal 2,497 kali kemungkinannya mengalami menopause lambat dibandingkan wanita yang tidak penggunaan kontrasepsi hormonal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pemakaian alat kontrasepsi dengan kecepatan menopause (p=0,003) dimana menopause lebih lambat terjadi pada wanita yang memakai jenis kontrasepsi hormonal. Begitu juga penelitian Celentano dkk (2003) menggambarkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormononal akan mempengaruhi usia menopause.

Kontrasepsi jenis hormonal bekerja dengan cara menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki menopause.

Menurut Kasdu (2002) wanita yang menggunakan kontrasepsi akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause. Hal ini bisa terjadi karena hormon estrogen dan progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal memiliki cara kerja menekan dan menghambat ovulasi, sehingga dapat mengganggu fungsi proses hipothalamus-hipofise-ovarium dalam mensekresi Gonadotropin Realizing Hormon(GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinising Hormone (LH). Pertumbuhan folikel dalam ovarium menjadi terhambat artinya tidak terjadi perubahan dari folikel primordial menjadi folikel de Graaf, sehingga ovulasi tidak terjadi dan tabungan dari oosit tidak berkurang.

5.5. Pengaruh Konsumsi Lemak terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Berdasarkan analisa bivariat variabel konsumsi lemak, dari hasil uji simple logistic regression dengan menggunakan α=0,05% diperoleh nilai p=0,310 sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh konsumsi lemak terhadap kejadian menopause lambat.

Hal ini berkaitan dengan status gizi yang juga merupakan hal yang sangat menentukan lamanya periode reproduksi dihubungkan cepat/lambatnya seorang mengalami menopause. Wanita dengan status gizi baik mengalami menopause pada usia normal, sedangkan wanita dengan obesitas lebih lambat menopausenya. Kondisi ini dihubungkan dengan jumlah lemak pada seorang wanita, yaitu jika persentasi lemaknya rendah akan menurunkan kadar hormon reproduksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Utami, 2012 tentang “Hubungan antara status gizi dengan usia menopause di kelurahan Gunungpati Semarangdan menemukan bahwa konsumsi lemak memengaruhi status gizi, dan menyimpulkan ada hubungan linear antara status gizi dengan usia menopause, dimana jika status gizinya makin tinggi, maka usia menopause juga semakin naik. Saftarina (2011) di Surabaya dalam penelitiannya mendapati adanya hubungan yang bermakna yang signifikan antara gizi dan usia menopause.

5.6. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Kejadian Menopause Lambat pada Wanita Usia 55-65 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017

Berdasarkan analisa bivariat variabel konsumsi serat, dari hasil uji simple logistic regression dengan menggunakan α=0,05% diperoleh nilai p=0,069 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tidak ada pengaruh konsumsi serat terhadap kejadian menopause lambat.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muljati dkk (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jumlah tahu yang dikonsumsi dengan usia menopause dimana p=0,010 dan dinyatakan bahwa wanita yang kurang mengkonsumsi serat memiliki resiko tinggi untuk menopause dini.Dan tidak sesuai dengan penelitian Ratnaningrum,2015 menyimpulkan asupan serat dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feses dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus. Mengkonsumsi serat sangat menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas.

Menurut Baliwati dkk (2004), menunjukkan bahwa mengkonsumsi serat sangat menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan tidak mengalami status gizi obesitas.Wanita obesitas memiliki cadangan lemak /jaringan adiposa dalam tubuhnya yang dapat menghasilkan hormon reproduksi mengakibatkan kejadian menopause terlambat (Mulyani, 2013).

Sayuran dan buah-buahan segar selalu penting untuk disertakan dalam setiap diet. Struktur kimiawi dalam kacang-kacangan akan menghasilkan efek seperti kerja estrogen, senyawa tersebut disebut fitoestrogen(Muljati dkk, 2003).

Sayuran dan buah-buahan segar selalu penting untuk disertakan dalam setiap diet. Struktur kimiawi dalam kacang-kacangan akan menghasilkan efek seperti kerja estrogen, senyawa tersebut disebut fitoestrogen(Muljati dkk, 2003).