• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP PTK HEROISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP PTK HEROISME"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab( pasal 3 ).

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu dari 10 mata pelajaran yang merupakan bagian penting dan tercantum dalam komponen stuktur kurikulum SMP/MTs, PKn harus memberikan konstribusi terhadap berkembangannya peserta didik seperti yang diharapkan dari Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. Pembelajaran PKn mempunyai sasaran utama yaitu berkembangnya potensi peserta didik menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kurikulum PKn yang terdapat dalam standar isi dituangkan dalam rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar . Standar Kompetensi (SK) adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik terkait dengan aspek tertentu sesuai dengan kekhususan suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar (KD) adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Aspek substansi adalah konsep, generalisasi, nilai/norma yang dipilih dan diorganesasikan

(2)

menjadi materi pembelajaran PKn. Aspek substansi mata pelajaran PKn yang merupakan cakupan standar isi untuk mata pelajaran PKn meliputi :

1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa 2. Norma, hukum dan peraturan 3. Hak Asasi Manusia

4. Kebutuhan Waga Negara 5. Konstitusi Negara 6. Kekuasaan dan Politik 7. Pancasila

8. Globalisasi

Pembelajaran PKn mempunyai substansi pokok untuk mengembangkan kecakapan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik, karena dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran mencakup pengetahuan( kognitif), sikap ( afektif), dan psikomotor ( penerapan dalam kehidupan sehari hari ). Hasil pembelajaran PKn sangat berguna antara lain: memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa, mempersiapkan alih generasi muda ssecara bertanggung jawab, memberdayakan generasi muda untuk menghadapi menghadapi tantangan globalisasi, dan mampu mengatasi berbagai isu yang berkembang saat ini yaitu, korupsi, hilangnya karakter budaya bangsa, HAM, penyalah gunaan narkoba serta konflik internal bangsa.

(3)

1. berfikir kritis , mampu mengambil keputusan 2. memegang teguh aturan yang adil

3. menjalankan kewajiban dan menghormati hak orang lain 4. bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatanya

5. mempunyai iman dan taqwa

6. berpendapat, berorganesasi, demokratis

7. aktif dan partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat 8. memiliki komitmen yang tinggi

Pelaksanaan proses pembelajaran PKn di SMP Negeri 3 Kebakkramat, Karanganyar banyak menemui kendala yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : guru kurang kreatif dalam menerapkan inovasi pembelajaran, kurang tersedia sarana dan prasarana yang memadai, sehingga siswa kurang bergairah untuk mengikuti pembelajaran, dan adanya budaya penggunaan LKS yang kurang mendukung keaktifan siswa. Kendala-kendala tersebut menyebabkan pembelajaran tidak menarik, membosankan, sehingga hasil pembelajaran kurang maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam mapel PKn.

(4)

Pemahaman konsep yang rendah, menyebabkan sikap bela negara ( Heroisme) rendah, yang berimbas pada perilaku siswa dalam bela negara dalam kehidupan sehari hari, hal itu ditandai dengan rendahnya nilai ulangan dan nilai perilaku siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramat, Karanganhar.

Kendala yang menyebabkan rendahnya nilai PKn ( 60.36 ) dalam kompetensi sikap positif pembelaan negara harus direspon dengan sikap arif bijaksana dan kritis. Kendala yang berasal dari guru, siswa, dan sarana prasarana harus dicarikan pemecahan. Salah satu alternatif untuk mengatasi pembelajaran adalah dengan pembelajaran inovasi tentang usaha pembelaan negara dengan mengembangkan model “ Examples Non Examples” dalam pembelajaran mapel PKn. Pembelajaran dengan model Examples Non Examples, menampilkan gambar(fakta) dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan gambar tersebut diharapkan membangun konsep ( pemahaman ) peserta didik sehingga mendorong untuk berperan aktif dalam usaha pembelaan negara. Penerapan pembelajaran model Examples Non Examples pada mapel PKn diharapkan meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan hasil belajar melebihi ketentuan minimal yang sudah ditentukan. B. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi dengan rumusan permasalahan sebagai berikut:

(5)

2. Apakah penerapan inovasi pembelajaran Examples Non Examples pada mapel PKn dapat meningkatkan sikap positif siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Kebakkramat untuk berpartisipasi dalam upaya pembelaan negara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramat untuk berpartisipasi dalam pembelaan negara .

2. Meningkatkan sikap positif siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramat untuk berpartisipasi dalam pembelaan negara.

D. Manfaat Penelitian. 1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelaan negara b. Menumbuhkan sikap kerja sama antar teman.

c. Menumbuhkan sikap ilmiah.

d. Menumbuhkan sikap kritis terhadap peristwa / permasalahan e. Meningkatkan peran / sikap positif siswa dalam kegiaatan

pembelaan negara. 2. Bagi Guru

a. Mendapatkan umpan balik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. b. Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

c. Melatih menggunakan pikiran untuk kegiatan ilmiah. 3. Bagi Sekolah

a. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, kooperatif, dan partisiporis.

c. Tumbuhnya budaya pembelajaran siswa aktif di sekolah.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Inovatif.

Pendidikan adalah sebuah proses memanusiakan kembali manusia, pandangan ini sangat beralasan karena tanpa pendidikan seorang tidak dapat mempunyai kepribadian sebagai manusia. Menurut Freire ( Suyatno, 2009: 3 ) membagi kesadaran belajar manusia menjadi tiga kelompok, yaitu : 1) magis, 2) naif, dan 3) kritis. Dari ketiga kelompok belajar tersebut, kesadaran belajar kritis merupakan upaya untuk merubah sebuah proses pembelajaran. Penempatan peserta didik menjadi subyek yang kritis untuk melakukan sendiri dan menemukan pengalaman belajar sendiri, sehingga perubahan kompetensi dan perilaku dapat nyata dan merubah karakter pribadi sebagai masyarakat yang baik.

Dengan penempatan siswa sebagai subyek pembelajaran menuntut kreatifitas seorang guru untuk membuat sebuah kreatifitas dengan cara melakukan pembaharuan pembelajaran. Pembaharuan pembelajaran yang sering kita kenal dengan istilah inovasi pembelajaran. Pengertian pembelajaran inovasi ( Suyatno, 2009 : 6 ) adalah pembelajaran yang dikemas oleh guru sebagai gagasan kreatif guru untuk memfasilitasi siswa memperoleh kemajuan proses belajar dan hasil belajar. Pembelajaran inovatif juga menjadi jawaban kritis atas pelaksanaan pembelajaran statis, klasik, dan kurang produktif bagi siswa ( magis,naif ) yang selama ini telah mengakar dalam pembelajaran nasional di Indonesia. Paradigma baru pembelajaran

(7)

melalui pembelajaran inovatif diharapkan memecahkan kebuntuan dan masa suram pendidikan nasional Indonesia.

a. Prinsip Pembelajaran Inovatif.

Paradigma pembelajaran inovatif diharapkan mampu memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran inovatif pelaksanaannya didasari prinsip- prinsip ( Suyatno, 2009 : 8 ) sebagai berikut :

1) Berpusat pada siswa bukan guru.

2) Berbasis pada masalah yang harus dipecahkan siswa 3) Terintegrasi dengan berbagai macam ilmu dan pelajaran 4) Berbasis pada masyarakat sebagai bahan pembelajaran 5) Memberikan Pilihan dalam pembelajaran

6) Tersistem hasil belajarnya 7) Berkelanjutan terus menerus b. Penerapan Pembelajaran Inovatif

Penerapan pembelajaran inovatif menjadi kendala yang segera dicarikan alternatif pemecahan sehingga pelaksanaannya dalam pembelajaran di sekolah sekolah dapat terlaksana. Pendidikan dan Pelatihan, lokakarya, seminar dan workshop sering dilaksanakan oleh pemangku kepentingan dunia pendidikan, tetapi guru sebagai pilar pertama dan utama belum maksimal melaksanakannya di kelas secara kreatif dan terus menerus.

(8)

faktor yang menyebabkan penerapan pembelajaran inovatif kurang maksimal : (a) Perasaan takut dan kurang percaya diri dalam berinovasi, (b) takut dicela teman karena inovasi pembelajaran belum membudaya, (c) menyalahi budaya kelas yang tenang, dan nyaman dalam belajar, ( d) takut kehabisan waktu dan tidak selesai materinya, ( e) takut merubah kenyamanan pembelajaran trsdisional, (f) takut dan tidak mau repot dengan media, alat, biaya, untuk pembelajaran inovatif.

Kendala guru dalam menyelenggarakan pembelajaran inovatif dapat diminimalkan dengan adanya tekat yang kuat dari diri seorang guru. Kesadaran guru tentang amanat besar yang diemban demi mencerdaskan anak bengsa, harus menjadi penyemangat berinovasi. Beberapa hal yang dapat menjadi alternatif mengatasi kendala penerapan pembelajaran inovatif yaitu : (a) memulai dari inovasi yang kecil dan sederhana, (b) membuat catatan perubahan dalam jurnal pembelajaran, (c) manfaatkan barang dan benda yang ada disekitar kita, siswa, media cetak dan elektonik, serta lingkungan sekolah, personal / tokoh, (d) budayakan berbagi pengalaman dengan guru, siswa, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan untuk memperoleh inovasi pembelajaran.

(9)

dan perasaan ( feelings ), dari keempat kemampuan tersebut diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang utuh ( the whole child ).

2.Metode Kolaboratif

Metode pembelajaran kolaboratif adalah metode pembelajaran yang menitikberatkan pada pembangunan pengetahuan atau makna belajar, yang berasal dari sebuah proses sosial dan bertumpu pada konteks siswa belajar. Dasar dari pembelajaran kolaboratif adalah teori interaksi sosial yang memandang bahwa belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui interaksi sosiaal. Pelaksanaan metode pembelajaran kolaboratif menekankan pada dua aspek yang bertemu dan menimbulkan kekuatan baru berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perubahan tingkah laku. Dua aspek yang mendasari pembelajaran adalah : realisasi pratik yaitu kehidupan diluar kelas memerlukan sebuah aktifitas kolaboratif dunia nyata, serta interaksi sosial dengan masyarakat sekolah menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

a. Penerapan Metode Kolaboratif

Penerapan metode kolaboratif menurut Smith & Mac Gregor ( Suyatno, 2009 : 47 ) berdasarkan pada asumsi-asumsi siswa belajar dengan :

1. Aktif dan konstruktif yaitu siswa terlibat aktif, serta membangun pengalaman baru berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. 2. Bergantung pada konteks yaitu siswa dihadapkan pada masalah yang

(10)

3. Keanekaragaman latar belakang yaitu pengalaman siswa bervareatif, dari pengalaman yang berbeda beda itu banyak memberikan aspirasi, meningkatkan kerja sama sehingga proses belajar berhasil.

4. Bersifat sosial yaitu melalui proses interaksi sosial dalam belajarnya b. Nilai - Nilai Metode Kolaboratif

Penerapan metode kolaboratif termasuk pembelajaran yang dipuusatkan kegiatannya pada siswa, serta mempunyai nilai nilai yang mengembangkan segala potensi siswa. Menurut Nelson (Suyatno, 2009 : 49) pembelajaran kolaboratif mengandung nilai- nilai (1) pembelajaran berlangsung alamiah diantara siswa; (2) pembelajaran berpusat pada siswa, kontektual, dan kerjasama; (3) berdasar pengalaman siswa dihubungkan proses pembelajaran; (4) partisipasi aktif siswa; (5) berfikir kritis, dan pemecahan masalah; (6) mengekplorasi bahan pelajaran; (7) meningkatkan kerjasama siswa dengan siswa maupun dengan guru; (8) belajar sepanjang hayat.

3. Pembelajaran Examples Non Examples

(11)

Dalam penerapan pembelajaran model Example Non Examples mempunyai langkah-langkah yang menekankan pada aktifitas siswa sebagai berikut:

a. guru mempersiapkan gamabar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. guru menempelkan atau membagikan gambar kepada seluruh siswa, atau

menampilkan dengan LCD apabila sebuah peristiwa.

c. siswa memperhatikan penjelasan guru, dilanjutkan memperhatikan dengan seksama gambar-gambar dari guru.

d. siswa dengan kelompok mendiskusikan gambar, peristiwa dan membuat analisa gambar tentang materi pembelajaran yang disajikan oleh guru. e. siswa mempresentasikan hasil analisis diskusi kelompok, siswa dikelompk

lainnya memperhatikan, dan memberikan masukan, kritik, serta saran. f. dari hasil presentasi guru menekankan materi pembelajaran yang diperoleh

dari analisis gambar. g. kesimpulan dan refleksi.

Dari langkah-langkah pembelajaran model Examples Non Examples mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan (Gustaf Asyirint, 2010 : 80) sebagai berikut

Kelebihan:

a.siswa bersikap kritis dengan menganalisa gambar.

b. siswa membangun konsep, mengapilkasikan materi berupa gambar. c.mengembangkan pembelajaran dengan interaksi sosial.

(12)

Kelemahan:

1. memerlukan pesiapan yang cukup dengan media gambar yang sesuai. 2. tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

3. memakan waktu yang relatif lama. 4. Heroisme Dalam Pembelajaran PKn.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, ( Depdiknas, 2006 : 201 ).

a. Tujuan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

(13)

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.( Depdiknas, 2006 : 202 ).

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

(14)

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi, (Depdiknas, 2006 : 202).

1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara

1.2 Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara

(15)

2. Memahami

pelaksanaan otonomi daerah

2.1 Mendeskripsikan pengertian otonomi daerah 2.2 Menjelaskan pentingnya partisipasi

masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah

Dari uraian yang diuraikan dalam standar isi ( Permendiknas No 22 tahun 2006 ) bahwa standart kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran PKn kelas IX semester gasal adalah: Standar Kompetensi, menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara, Kompetensi Dasar, Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara. Dengan kompetensi menampilkan peran dalam pembelaan negara berarti, peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang bela negara, sikap kuat untuk membela negara, dan dilaksanakan dalam kehidupannya sehari-hari.

d. Sikap Heroisme

Pemahaman pengertian sikap heroisme dalam penulisan ini adalah istilah yang digunakan untuk memberikan sebutan bagi seseorang atau siswa yang mempunyai sikap dan perilaku berani membela ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pengertian heroisme secara etimologi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan: 1) orang yang dihormati karena keberanianya, 2) orang yang dikagumi karena kecakapannya, atau karena sebagai idola.

(16)

Seseorang yang berani membela hak dan kewajibannya, dalam materi pembelajaran PKn sebagai wujud sikap heroisme terwujud dalam beberapa pengamalan yaitu: pasal 27 ayat (3) UUD 1945 hasil Amandemen berbunyi “ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara ”. Selanjutnya pasal 30 ayat (1) berbunyi ” Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha keamanan dan pertahanan negara “. Selain pelaksanaan hak warga sekaligus kewajiban sikap pembelaan warga negara masih dapat dilakukan membela hak dan kewajibannya, antara lain: kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27(1), mendapat pekerjaan dan penghidupan layak, pasal 27 (2), kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan berorganesasi, mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, membentuk keluarga, mempunyai keturunan, pasal (28), kebebasan beragama dan beibadah sesuai agamanya, pasal ( 29), hak dan kewajiban mendapat pendidikan dasar, pasal ( 31).

Dengan pengamalan, pembelaan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari hari, seseorang dalam istilah heroisme dalam penelitian ini dapat dikatagorikan mempunyai sikap heroisme, sehingga penggunaan kata heroisme mempunyai makna yang sangat sederhana dengan tujuan menarik minat pembaca.

5. Pembelajaran Examples Non Examples dalam PKn.

(17)

penting dalam pembelajaran. Kompetensi profesional guru PKn ( Depdiknas, 2007 : 14 ) adalah sebagai berikut:

a. Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.

b. Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara.

c. Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta penegakan hukum secara adil dan benar.

d. Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan Indonesia yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan dunia

Penguasaan materi pembelajaran guru, memberikan keleluasan guru untuk berinovasi dalam merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam penelitian ( Saechan Muchith, 2008 : 22 ) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah, (a) motivasi siswa 15 %, (b) kualitas guru 40 %, (c) kelengkapan sarana 10 %, (d) suasana pembelajaran 28 %, (e) lainnya 7 %. Berarti guru mempunyai peran yang besar dalam menentukan keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

(18)

mengembangkan pemahaman, sikap, peran aktif dalam pembelaan negara. Kegiatan pembelajaran yang aktif dan efektif dalam pembelaan negara melalui Examples Non Examples, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. guru mempersiapkan gamabar-gambar tentang ancaman, hambatan dan gangguan dalam kehidupan sehari – hari di masyarakat..

b. guru menempelkan atau membagikan gambar kepada seluruh siswa, siswa menganalisa gambar, ancaman bidang apa ( curah Pendapat )

c. siswa memperhatikan penjelasan guru, tentang tugas yang berikan, dilanjutkan memperhatikan gambar ancaman yang perlu dibela.

d. siswa dengan kelompok mendiskusikan gambar, peristiwa dan membuat analisa gambar menentukan langkah pembelaan negara.

e. siswa mempresentasikan hasil analisis diskusi kelompok, siswa dikelompk lainnya memperhatikan, dan memberikan masukan, kritik, serta saran. f. hasil presentasi, menjadi materi pembelajaran yang diperoleh dari analisis

gambar tentang peran pembelaan negara. g. kesimpulan dan refleksi.

B. Kerangka Berfikir.

(19)

bangsa dan negara. Perubahan sikap diperoleh memerlukan rangsangan (stimulus), yang berasal dari permasalahan, peristiwa nyata divisualisasi melalui contoh-contoh gambar. Stimulus direspon siswa dengan berbagai tanggapan, guru mengarahkan respon siswa sehingga mendorong siswa untuk bersikap, dari sikap siswa guru mengarahkan untuk mengaktualkan sikap dalam bentuk kegiatan dan perbuatan nyata . Kerangka berfikir perubahan sikap heroisme melalui inovasi pembelajaran dapat dilihat secara singkat gambar berikut ini:

(20)

C. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran dengan inovasi model Examples Non Examples adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam membangun konsep berdasarkan stimulus gambar realitas masyarakat. Dari pemahaman konsep bahwa dalam masyarakat terjadi ancaman, hambatan, dan ganguan mendorong siswa untuk merespon dengan sikap. Aktualisasi sikap siswa, melalui interaksi sosial, berdasar pengalaman, dan diskusi akan menampilkan sikap positif terhadap usaha pembelaan negara.

Berdasarkan kajian teori yang diajukan dan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tersusun kerangka berfikir yang dapat digunakan dalam penelitian. Kajian teori dilakukan membentuk konsep berfikir yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan pembelajaran inovasi Examples Non Examples Mapel PKn dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam usaha pembelaan negara.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar pada kelas IX A semester 1. Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019 tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan kelas IX A sebagai objek penelitian, karena kelas ini memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dibanding kelas lain dan ditemukan pertama permasalan kurangnya pemahaman usaha pembelaan negara.

B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah kelas IXA dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa. Jumlah siswa laki-laki sebanyak 20 anak, dan jumlah siswa perempuan sebanyak 13 anak. Kemampuan siswa yang terbukti dengan nilai rata-rata sangat rendah dibanding dengan siswa kelas lainnya.

C. Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan desain model siklus (Suroso, 2009 : 36) dengan dua siklus. Setiap siklus berisikan empat kegiatan utama, yaitu: (1) Rencana: tindakan apa yang akan dilakukan untuk merubah meningkatkan sikap perilaku (2) Tindakan: melaksanakan strategi sebagai tindakan perbaikan, (3) Observasi; mengamati proses dan hasil tindakan, dan (4) Refleksi: mengkaji,

(22)

melihat dan mempertimbangkan hasil tindakan untuk melakukan revisi. Dalam penelitian ini merencanakan dengan dua siklus tindakan.

D. Indikator Kerja

Penentuan keberhasilan penelitian dalam peningkatan sikap heroisme siswa kelas IX A melalui pembelajaran inovatif ”Example Non Examples” Mapel PKn di SMP Negeri 3 Kebakkramat adalah:

1. Peningkatan motivasi belajar siswa untuk berperan aktif dalam usaha pembelaan negara.

2. Peningkatan hasil sikap positif siswa terhadap usaha pembelaan negara dengan peningkatan nilai rata-rata dari 60,36 menjadi 68,00 ( naik 7,64)

E. Prosedur Penelitian

Untuk melakukan penelitian ini, prosedur yang dilakukan meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan antara lain: a. Menyusun RPP

b. Menyusun media c. Menyusun materi d. Menyusun instrumen 2. Pelaksanaan Tindakan

(23)

gambar peristiwa, kondisi, realitas tentang ancaman, tantangan, dan gangguan diaplikasikan dengan metode pengamatan. Selanjutnya dilakukan tindakan dengan media lembar kerja yang diaplikasikan dengan metode diskusi untuk menentukan sikap dan alternative usaha yang dapat dilakukan siswa. Pada akhirnya siswa menemukan sikap yang positif sebagai bentuk usaha membela negara, yang dapat diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari. Setelah kesimpulan siswa mejawab tes sebagai umpan balik proses pembelajaran dengan metode inovasi Examples Non Examples.

3. Observasi Tindakan

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan tes. Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan pedoman observasi. Untuk mengetahui kemajuan dan kemampuan siswa dalam belajar maka alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes. Tes yang dilakukan adalah tes tertulis, sebanyak dua kali yaitu tes setelah siklus I, tes setelah siklus II.

Peneliti menggunakan pedoman/lembar observasi untuk mengambil data perilaku siswa dan peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar, ketrampilan analisis, pendapat, dan interaksi diskusi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dalam tiap siklus.

4. Analisis dan Refleksi

(24)

siswa dan peningkatan sikap positif dalam usaha pembelaan negara melalui pembelajaran Examples Non Examples .

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Kondisi Awal

Pembelajaran PKN di Kelas IX A merupakan kelas yang kurang aktif, paling rendah prestasi belajarnya dengan berbagai masalah yang melatarbelakangi. Siswa sejumlah 33 di kelas ini, pada ulangan harian pertama dengan Kompetensi Dasar “menunjukkan sikap positif dalam usaha pembelaan negara” hampir 68% siswa tidak tuntas dengan kreteria ketuntasan minimum(KKM) 65.

Materi pembelajaran ini sebenarnya adalah materi awal yang pelaksanaan pembelajaran menuntut siswa untuk menguasai konsep(pengetahuan), sikap, dan penerapan hidup sehari-hari tentang bela negara. Motivasi siswa yang lemah dalam belajar, tidak bergairah, tidak aktif saat pembelajaran berlangsung sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sebelum penerapan inovasi pembelajaran model Examples Non Examples, kondisi belajar siswa di kelas memang tenang dan pasif. Siswa mendengarkan penjelasan guru, cenderung diam, apabila diberi pertanyaan kurang responsif, apabila diminta bertanya menjadi kegiatan yang langka tapi nyata. Permasalahan tersebut membuat guru harus berpikir, dengan bijaksana, cara mengaktifkan siswa, memotivasi siswa untuk bersikap positif dalam meningkatkan prestasi belajar upaya bela negara..

(25)

Untuk memotivasi siswa berpartisipasi aktif dalam usaha pembelaan negara, peneliti mencoba menggunakan gambar majalah dan koran bekas. Dengan media bahan bekas untuk memotivasi pembelajaran siswa agar berpartisi aktif dalam usaha pembelaan negara dengan model pembelajaran inovasi “Examples Non Examples”.

B. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Sikap Heroisme Siswa Kelas IX A Melalui Pembelajaran Inovasi Examples Non Examples Di SMP Negeri 3 Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .” ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus kegiatannya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

a. Perencanaan

(26)

Pada tahap pelaksanaan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dilanjutkan kegiatan pembelajaran, dengan langkah-langkah:

1). guru mempersiapkan gamabar-gambar tentang ancaman, hambatan dan gangguan dalam masyarakat..

2). guru menempelkan atau membagikan gambar kepada seluruh siswa, siswa menganalisa gambar, ancaman bidang apa ( curah Pendapat ) 3). siswa memperhatikan penjelasan guru, tentang tugas yang berikan,

dilanjutkan memperhatikan gambar ancaman yang perlu dibela.

4). Siswa dengan kelompok mendiskusikan gambar, peristiwa dan membuat analisa gambar menentukan langkah pembelaan negara. 5). siswa mempresentasikan hasil analisis diskusi kelompok, siswa

dikelompk lainnya memperhatikan, dan memberikan masukan, kritik, serta saran.

6). hasil presentasi, menjadi materi pembelajaran yang diperoleh dari analisis gambar tentang peran pembelaan negara.

h. kesimpulan dan refleksi. c. Pengamatan

(27)

masing-masing anggota belum bekerja sama secara maksimal, karena belum terbiasa dan masih merasa canggung terutama pada bagian diskusi, terbukti adanya peran dominan seorang siswa.

d. Refleksi

Materi pembelajaran yang dipilih adalah materi kelas IX, semester 1 dari Standar Kompetensi 1 yaitu: siwa mampu berperan aktif dalam usaha pembelaan negara. Standar kompetensi ini memiliki kompetensi dasar (KD) sebagai berikut: (1) Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara (2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara, (3) Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara

Berdasarkan hasil pengamatan dan ulangan harian dengan metode inovasi Examples Non Examples di kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramat, semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Peran aktif Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramat dalam usaha pembelaan ( Siklus I)

No Interval Kategori Jumlah Siswa %

1. 90-100 Amat tinggi

(28)

tersebut bila dibandingkan dengan Sikap aktif siswa dalam berperan aktif dalam usaha pembelaan negara dengan menggunakan metode sebelumnya ada peningkatan yang cukup signifikan.

Selain dilihat dari motivasi aktif siswa dalam berperan aktif dalam usaha pembelaan negara, dalam kegiatan refleksi ini juga dipertimbangkan intensitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Intensitas kterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan indikator keberhasilan pembelajaran yang dilihat dari segi proses. Indikator yang digunakan untuk mengukur intensitas keterlibatan siswa adalah partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diwujudkan dalam keterlibatan fisik maupun mental, yaitu perhatian dalam kegiatan belajar, keaktifan dalam berdiskusi, keaktifan menjawab analisis gambar.

Dari hasil observasi proses pembelajaran maka dalam siklus I keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Keaktifan Siswa Siklus I

1. Perhatian pada PBM 67.88 Sedang

2. Interaksi Diskusi 72.45 Tinggi

3. Analisa gambar 71.45 Tinggi

4. Rata – rata 70.59 Tinggi

Sumber: Data pengamatan , 2010

(29)

2. Siklus II

Penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Sikap Heroisme Siswa Kelas IX A Melalui Pembelajaran Inovasi Examples Non Examples Di SMP Negeri 3 Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .” ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus kegiatannya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap ini guru menyusun RPP dengan penerapan pembelajaran inovatif Examples Non Examples. Langakah berikutnya menyediakan lembar kerja siswa, menentukan dan menyiapkan gambar-gambar peristiwa, kondisi masyarakat, realitas masyarakat yang manjadi ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Selanjutnya menyiapkan media pembelajaran lain seperti: lembar evaluasi, pengamatan, reward jika memungkinkan. Mengusahakan ada perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dilanjutkan kegiatan pembelajaran, dengan langkah-langkah:

1). guru mempersiapkan gamabar-gambar tentang ancaman, hambatan dan gangguan dalam masyarakat..

(30)

3). siswa memperhatikan penjelasan guru, tentang tugas yang berikan, dilanjutkan memperhatikan gambar ancaman yang perlu dibela.

4). Siswa dengan kelompok mendiskusikan gambar, peristiwa dan membuat analisa gambar menentukan langkah pembelaan negara. 5). siswa mempresentasikan hasil analisis diskusi kelompok, siswa

dikelompk lainnya memperhatikan, dan memberikan masukan, kritik, serta saran.

6). hasil presentasi, menjadi materi pembelajaran yang diperoleh dari analisis gambar tentang peran pembelaan negara.

i. kesimpulan dan refleksi. c. Pengamatan

(31)

d. Refleksi

Materi pembelajaran yang dipilih adalah materi kelas IX, semester 1 dari Standar Kompetensi 1 yaitu: siwa mampu berperan aktif dalam usaha pembelaan negara. Standar kompetensi ini memiliki kompetensi dasar (KD) sebagai berikut: (1) Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara (2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara, (3) Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara

Berdasarkan hasil ulangan harian dengan metode inovasi Examples Non Examples di kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramat, semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Peran aktif Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kebakkramatdalam usaha pembelaan ( Siklus II)

No Interval Kategori Jumlah Siswa %

1. 90-100 Amat tinggi

(32)

suatu peningkatan yang cukup signifikan. Hasil peninggkatan nilai rata rata siswa dalam sikap positif terhadap pembelaan negara yaitu: peran positif awal 60.36, nilai sikap positif siswa dalam siklus I 65.90, dan nilai sikap positif siswa dengan perbaikan di siklus II menjadi 74.82.

Selain dilihat dari Sikap aktif siswa dalam berperan aktif dalam usaha pembelaan negara, dalam kegiatan refleksi ini juga dipertimbangkan intensitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Intensitas kterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan indikator keberhasilan pembelajaran yang dilihat dari proses pembelajaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur intensitas keterlibatan siswa adalah partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diwujudkan dalam keterlibatan fisik maupun mental, yaitu perhatian dalam kegiatan belajar, keaktifan dalam berdiskusi, keaktifan menjawab analisis gambar.

Dari hasil observasi maka dalam siklus II keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Perhatian pada PBM 70.61 Tinggi

2. Interaksi Diskusi 73.79 Tinggi

3. Analisa gambar 73.64 Tinggi

4. Rata – rata 72.68 Tinggi

(33)

Dari tabel di atas terlihat siswa yang terlibat dalam kategori tinggi dalam pembelajaran inovatif Examples Non Examples, terdapat dalam keterlibatan analisis gambar ( 73.64 ) dan interaksi social diskusi (73.79 %), kategori sedang sebesar (70.61), dan rata-rata partisipasi siswa adalah tinggi yaitu 72,68 %.

C. PEMBAHASAN

1. Reaksi dan Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Example Non Examples

Reaksi dan Tanggapan siswa terhadap Pembelajaran Example Non Examples teridentifikasi dari jawaban instrument siswa (lampiran 1). Dari jawaban siswa atas 10 pertanyaan yang berisi indicator motivasi pencapaian partisipasi pembelajaran skor rata rata adalah sekitar 26 dari total nilai maksimal 30. Dari rata-rata nilai apabila diprosentasekan mencapai 86.7 % siswa setuju apabila pembelajaran inovasi Examples Non Examples menimbulkan motivasi kepada siswa untuk belajar aktif. Dengan berdasarkan pendapat siswa melalui kuisener membuktikan penerapan pembelajaran inovatif Example Non Examples meningkatkan partisipasi siswa untuk belajar dengan aktif dari fakta yang tersaji melalui gambar, menemukan sendiri konsep dari diskusi, dan menggunakan pengetahuan siswa sebelumnya dalam melaksanakan proses pembelajaran, untuk berperan dalam upaya bela negara.

(34)

Intensitas partisipasi semua siswa, dalam siklus I (70,59 %) termasuk kategori tinggi (Hasil selengkapnya dipersilakan melihat Lampiran 4) Penerapan model pembelajaran example non examples, meninggkatkan partisipasi siswa, dalam siklus II ( 72.68 ) kategori tinggi ( hasilnya lihat lampiran 5). Kondisi ini tentunya sangat signifikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran inovatif (Suyatno, 2009 : 8 ), karena proses pembelajaran inovatif telah dilakukan oleh para siswa yang difasilitasi oleg guru, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan saat evaluasi. Dampak positif yang menyertai tingginya partisipasi siswa dalam proses pembelajarannya adalah, pertama siswa merasakan bahwa pembelajaran menjadi milik mereka karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuh suasana demokratis selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga menimbulkan suasana dialogis untuk saling belajar-membelajarkan (H.D. Sudjana, 2005: 38).

Penerapan metode pembelajaran inovatif Example Non Example ini dapat merangsang keaktifan siswa untuk berpikir secara logis, dan merangsang sikap siswa untuk terlibat langsung yaitu perbuatan. Metode pembelajaran ini dapat meningkatkan semangat membela hak dan kewajiban, membela kebenaran, dan berani menentukan sikap mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

(35)

0 pembelaan negara dapat dianalisis dari gambar 2 (rangkuman data tabel 2, dan tabel 4), diketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi (heroisme) belajar, yang diawali dengan adanya peningkatan motivasi belajar siswa (proses) dalam pembelajaran, hasil peningkatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Sumber : Data Pengamatan 2010 ( lampiran 4-6 )

Dari penyajian tabel keberhasilan siswa melalui pembelajaran inovatif Examples Non Examples, bahwa terdapat peningkatan signifikan dalam proses pembelajaran yaitu motivasi siswa untuk meningkatkan upaya pembelaan negara, dan meningkatkan sikap positif ( heroisme ) dalam usaha pembelaan negara.

(36)

Dengan menganalisis hasil penelitian, terjadi peningkatan motivasi belajar dengan partisipasi proses pembelajaran menjadi lebih aktif, dengan kondisi awal ( 60,00), dan terjadi peningkatan proses belajar(70.59 ) siklus I, dan menjadi (72,68) siklus II, dari penyajian tabel dapat diketahui mengalami peningkatan motivasi belajar dengan pembelajaran inovasi model examples non example, yaitu dengan nilai rata-rata 12,68.

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan pada indikator kinerja yang telah ditentukan, keberhasilan penelitian ditentukan dua kreteria yaitu: (1) meningkatnya motivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran upaya pebelaan negara, (2) meningkatnya sikap heroisme ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa. Maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pencapaian peningkatan motivasi upaya pembelaan negara melalui pembelajaran Examples Non Examples adalah sebesar 86 %

2. Peningkatan pertisipasi aktif dalam pembelajaran dari rata-rata 60,00 menjadi 70.59(siklus I), dan menjadi 72.68 (siklus II), menandakan ada peningkatan partisipasi aktif( 12,68).

3. Peningkatan rata-rata hasil belajar 60,36, menjadi 65,90(siklus I), dan menjadi 74.85(siklus II) nenandakan ada peningkatan hasil 14,46, berarti telah terjadi peningkatan sikap heroisme siswa kelas IX A melalui pembelajaran inovasi Examples Non Examples.

4. Pembelajaran model Examples Non Examples dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan hasi belajar siswa yang berarti meningkatnya sikap heroisme siswa dalam praktek kehidupannya sehari-hari.

.

(38)

B. Saran-Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian pendidikan yang telah dilakukan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Perubahan model pembelajaran PKn harus dilakukan oleh guru dengan mencoba medel pembelajaran inovatif, beralih dari ceramah ke metode yang menggunakan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar.

2. Guru perlu membekali diri dengan pengetahuan, pengalaman, informasi terkini, baik aktua maupun factual.

3. Sistem evaluasi harus dikaji kembali untuk memperoleh kualitas keluaran yang memiliki kemampuan mengorganisasi gagasan siswa.

4. Siswa perlu diperkenalkan tentang berbagai model pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga tidak hanya mengenal metode konvesional. Metode pembelajaran PKn yang berorientasi pada realitas masyarakat, dan pencapaian hasil belajar harus berupa perubahan tingkah laku, bukan angka diatas kertas.

5. Sekolah perlu menyediakan fasilitas belajar yang berbasis lingkungan sosial dari masyarakat, berbasis masalah, dan penerapan teknologi.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abd Rohman Abror, 1993, Psikologi Pendidikan. Jogyakarta: Tiara Wacana

Allman Barbara, et.al. 2010. Menjadi Guru Kreatif Agar Dicintai Murid Sampai Mati. Jogyakarta: Golden Books

DBE-3 USAID, Indonesia. 2006. Mengintegrasikan Pendidikan Kecakapan Hidup Dalam SNP Mapel PK n. Jakarta: DBE-3 USAID.

DBE-3 USAID, Indonesia. 2006. Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup Dalam Mapel PK n, Jakarta: DBE-3 USAID.

Depdiknas., 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standart Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, Tentang Standart Isil Pendidikan . Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004, Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Gustaf Asyirint. 2010. Langkah Cerdas Menjadi Guru Sejati Berprestasi. Jogyakarta: Bahtera Buku.

Heri Jauhari.2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Pustaka Setia. Nurul Zuriah. 2009. Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berperspektif

Gender. Malang: UMM Press.

Saechan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.

Suroso. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jogyakarta: Pararaton.

Sutiyono, et.all. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas IX. Surakarta: Mefi Caraka.

(40)
(41)

Gambar 1: kumpulan contoh contoh gambar dari berbagai peristiwa, situasi, dan realitas kehidupan masyarakat

Gambar 2: Mengamati contoh contoh gambar dari berbagai peristiwa, situasi, dan realitas kehidupan

masyarakat,dicermati dan dianalisis.

Gambar 3: mendiskusikan contoh contoh gambar dari berbagai peristiwa, situasi, dan realitas kehidupan masyarakat, memotivasi siswa untuk menentukan sikap.

(42)

Gambar 4: mendiskusikan contoh contoh gambar dari berbagai peristiwa, situasi, dan realitas kehidupan masyarakat, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya.

Gambar 6: Presentasi siswa hasil diskusi, tentang sikap positif dalam usaha pembelaan negara, dalam praktek kehidupan sehari hari.

(43)
(44)

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN SIKAP HEROISME SISWA KELAS IXA MELALUI PEMBELAJARAN INOVASI EXAMPLES NON EXAMPLES MAPEL PKn

DI SMP NEGERI 3 KEBAKKRAMAT KARANGANYAR TAHUN 2010

Oleh

SUTIYONO.S.Pd. NIP.19710614 199802 1 004

SMP NEGERI 3 KEBAKKRAMAT

KABUPATEN KARANGANYAR

(45)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SUTIYONO.S.Pd.

NIP : 19710614 199802 1 004 Pangkat/Gol : Pembina / IV a

Unit Kerja : SMPN 3 Kebakkramat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Meningkatkan Sikap Heroisme Siswa Kelas IX A Melalui Pembelajaran Inovasi Examples Non Examples Mapel PKn di SMPN 3 Kebakkramat Karanganyar Tahun 2010 ” yang saya tulis dalah benar- benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan atau pengambilan karya orang lain, kecuali secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti dan atau dapat dibuktikan karya ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai hukum yang berlaku.

Karanganyar, 31 Agustus 2010 Yang menyatakan,

(46)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitiaan Tindakan Kelas oleh Sutiyono.S.Pd. NIP. 19710614 199802 1 004 dengan judul “ Meningkatkan Sikap Heroisme Siswa Kelas IX A Melalui Pembelajaran Inovasi Examples Non Examples Mapel PKn di SMPN 3 Kebakkramat Karanganyar Tahun 2010 ” telah disahkan oleh Kepala Sekolah dan didokumentasikan di perpustakaan SMP Negeri 3 Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.

Disahkan :

Hari: Selasa, 31 Agustus 2010

Kepala SMP N 3 Kebakkramat Penulis

Udi Sadono.S.Pd. Sutiyono.S.Pd.

(47)

ABSTRAK

Sutiyono.2010: Meningkatkan Sikap Heroisme Siswa Kelas IX A Melalui Pembelajaran Inovatif Examples Non Examples Mapel PKn Di SMP Negeri 3 Kebakkramat Karanganyar Tahun 2010.

Kata –kata Kunci : Sikap Heroisme, Pembelajaran inovasi, Pembelajaran Examples Non Examples.

Berdasarkan latar belakang masalah yakni rendahnya partisipasi siswa dalam usaha pembelaan negara di Kelas IX A SMP Negeri 3 Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, dari kondisi di atas maka disusunlah suatu penelitian dengan tujuan untuk (a) Meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam usaha pembelaan negara, Pada mapel PKn siswa di SMP Negeri 3 Kebakkramat. (b) Meningkatkan sikap positif siswa dalam usaha pembelaan negara di SMP Negeri 3 Kebakkramat, kabupaten Karanganyar tahun 2010.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, dengan memberikan pengalaman belajar inovatif melalui Example Non Examples, yaitu suatu model pembelajaran dengan menggunakan gambar-gambar peristiwa, situasi dan kondisi nyata. Gambar-gambar tersebut dianalisa siswa dalam kelompok kecil dengan anggota 5 – 6 siswa untuk menentukan sikap positif dalam usaha pembelaan negara.

Untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini disusunlah rencana tindakan melalui 2 siklus, dengan waktu pelaksanaan selama 2 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2010.

(48)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkah dan rahmatnya akhirnya PTK dengan judul “ Meningkatkan Sikap Heroisme Siswa Kelas IX A Melalui Pembelajaran Inovasi Examples Non Examples Mapel PKn di SMPN 3 Kebakkramat, Karanganyar tahun 2010 ”dapat selesai. Laporan PTK ini penulis sampaikan kepada dunia pendidikan kabupaten Karanganyar dan Jawa Tengah pada umumnya. Pemikiran sederhana tentang inovasi model pembelajaran ini semoga menjadi renungan, pemikiran bagi guru dan pemangku kepentingan di Jawa Tengah untuk membekali peserta didik meraih masa depan dengan kepercayaan diri, serta sikap heroisme membela hak, kewajiban, kehormatan bangsa dan negara Indonesia.

Penulis mengucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendorong menyelesaikan laporan ini. Segala keterbatasan, kekurangan menyebabkan tidak dapat menyebutkan satu persatu, namun dengan ucapan hati tulus menyampaikan penghargaan dan apresiasi luar biasa kepada semua pihak yang telah membantu penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini .

Kekurangan adalah kewajaran, kesempurnaan jauh dari penelitian ini, mohon segala kritik, masukan, dan saran demi kemajuan penulis serta dunia pendidikan secara keseluruhan. Meski jauh dari kesempurnaan, besar harapan penulis memberikan sumbangan pemikiran positif bagi dunia pendidikan di Indonesia.

(49)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...4

3. Pembelajaran Examples Non Examples... 10

4. Sikap Heroisme Pembelajaran PKn...12

5. Pembelajaran Examples Non Examples Dalam PKn...16

B. Kerangka Berfikir...18

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kondisi Awal...24

B. Hasil Penelitian...25

(50)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(51)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Peran Aktif Siswa Siklus I... 27

Tabel 2. Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I ...28

Tabel 3. Peran Aktif Siswa Siklus II ...31

Tabel 4. Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II ...32

(52)

Gambar

Gambar 1 : Kerangka berfikir
Tabel 1.  Peran  aktif  Siswa Kelas IX SMP Negeri 3   Kebakkramat
Tabel 3.   Peran  aktif  Siswa Kelas IX SMP Negeri 3
Gambar 3: mendiskusikan  contoh contoh gambar dari berbagai peristiwa, situasi, dan realitas kehidupan masyarakat, memotivasi siswa untuk menentukan sikap.
+2

Referensi

Dokumen terkait

3.DAFTAR NILAI AKHIR SIKLUS 1 4.REFLEKSI..

Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak.. Titik berat

Peserta didik yang mengikuti pembelajaran biologi bervisi SETS materi sistem koordinasi (dilengkapi multimedia interaktif) memiliki respon yang positif, begitu juga dengan

Otisak na starom recikliranom papiru 60 70 100 90 80 CIJAN 30 40 50 NOVI PAPIR OSTARENI PAPIR OSTARENO OTISNUTI MAGENTA ÆUTA L 60 70 100 90 80 CIJAN 30 40 50 NOVI PAPIR OSTARENI

Contoh Hipotesis Tindakan • Jika Siswa Kelas X SMAN X Malang diajarkan dengan Metode pembelajaran Siklus Belajar dan Peta Konsep maka hasil belajar kimia akan meningkatkan.. •

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II, serta hasil diskusi antar peneliti dan supervisor dapat disimpulkan bahwa penggunaan media

Dilihat dari pengelolaan data yang dilakukan pada proses penelitian siklus II dengan penerapan strategi pembelajaran yang konstruktif melalui metode problem solving

Indikator Ketercapaian Penelitian Indikator Penelitian tercapai didasarkan pada perolehan nilai tes tiap akhir siklus yang mencerminkan pemahaman peserta didik pada materi yang telah