• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESMASTRA-JURNAL JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KESMASTRA-JURNAL JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Volume : 8 No. 3 September - November 2019

Rumah sakit setiohusodo kisaran

DAFTAR ISI

1. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

(Luci Riani Br Ginting) ... 1-5

2. Hubungan Fasilitas Ruang Rawat Inap dengan Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Setio Husodo Kisaran

(Reni Aprinawaty Sirait) ... 6-10

3.

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Plus Perbaungan

(Reno Irwanto) ... 11-15

4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Kejadian Anemia pada Masa Kehamilan di Puskesmas Pagar Merbau

(Joe Chresnando Ginting) ... 16-20

5. Hubungan Kecukupan Asupan Gizi Makro dengan Status Gizi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam

(Harris Rambey) ... 21-27

6.

Pengaruh Pemberian Minuman Kurma terhadap Peningkatan Hemoglobin pada Ibu Hamil Penderita Anemia di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam

(Astriana Fransiska Butar-Butar) ... 28-31

7.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting pada Balita

Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

(Raini Panjaitan) ... 32-35

(3)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan ridhoNya Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 8 No. 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam periode September- November 2019 telah diterbitkan. Terdapat 7 artikel ilmiah yang merupakan hasil penelitian dalam bidang kesehatan masyarakat dan gizi. Semua artikel yang diterbitkan di Vol. 8 No. 3 Tahun 2019 telah melewati proses telaah oleh minimal 2 orang penelaah.

Kami mengharapkan untuk terbitan periode berikutnya para peneliti dapat meningkatkan kualitas dari penulisan artikelnya, sehingga memungkinkan sebagai bahan rujukan dalam melakukan kegiatan penelitian berikutnya. Dalam kesempatan ini redaksi mengucapkan terima kasih kepada para peneliti dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ilmiah ini. Semoga Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam semakin maju dan sukses kedepannya.

Salam,

Redaksi

(4)

Pelindung : Drs. David Ginting, M.Pd., M.Kes

Rektor Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Penanggungjawab : Rosita Ginting, SH., M.Kes

BAA Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Pimpinan Redaksi : Raisha Octavariny, SKM., M.Kes

Sekretaris Redaksi : Bd. Desideria Yosepha Ginting, S.Si.T., M.Kes Redaktur Ahli : Bd. Basyariah Lubis, SST., M.Kes

Koordinator Editor : Fadlilah Widyaningsih, SKM., M.Kes Sekretariat : Ns. Grace Erlyn Sitohang, S.Kep., M.Kep Distributor : Layari Tarigan, SKM., M.Kes

Penerbit : Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, Kode Pos : 20512 Telp. (061) 7952262, Fax (061) 7952234

e-mail : institutkesehatan@medistra.ac.id website : medistra.ac.id

(5)

====================================================================================

Received: 10 September 2019 :: Accepted: 28 September 2019 :: Published: 30 November 2019

1

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Morawa

Luci Riani Br Ginting1, Marice Simarmata1, Balqis Wasliati1, Jelita Manurung2

1Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

2Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Petapahan Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

e-mail: luci.riani@gmail.com

Abstract

Posyandu is one of the form of community-based health effort effort (UKBM) managed and conducted sorghum bicolor, by, for review and together hearts society of health development implementation, to empower society hearts obtain basic health service for review accelerate decrease mother and infant mortality rate. The sustainability of singer highly berga tung activities on active participation of posyandu cadres as main implementers. Research objectives singer for review analyzing factors associated with posyandu activity squad in work area of tanjung morawa community health center tanjung morawa sub-district deli serdang regency 2014. Type of quantitative research with analytical survey with cross-sectional study design. Where respondents from research numbered 40 singer orangutan. Data collection using the questionnaire. Test statistics used for review analyzing inter-variable relationships using chi square test. Research results demonstrated there is anatomical relationship education with the activity of posyandu squad (p = 0.830), there is relationship between knowledge with activity of posyandu squad (p = 0,008), there is relationship between motivation with posyandu squad activity (p = 0,008) and no relationship between attitude with activity of posyandu squad (p = 0,193).

Keywords: Education, Knowledge, Motivation, Attitude, Activity of Posyandu cadres

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Peningkatan dan perkembangan mutu pelayanan posyandu sangat dipengaruhi oleh peran serta masyarakat diantaranya adalah kader.

Fungsi kader terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap perintisan posyandu, penghubung dengan lembaga yang menunjang penyelenggaraan posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan posyandu di wilayahnya (Isaura, 2011). Posyandu dimotori oleh para kader terpilih dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di posyandu, yakni kegi atan sebelum hari buka, kegiatan hari buka, dan kegiatan sesudah hari buka posyandu (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia diketahui bahwa terdapat 289.635 Posyandu pada tahun 2014. Darijumlah tersebut, posyandu pratama sebanyak 13,06%, madya sebanyak 27,74%, purnama sebanyak 31,6%, dan mandiri sebanyak 8,71%.

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, jumlah posyandu sebanyak 15.587 posyandu yang terdiri dari 2.026 unit (13%) adalah posyandu pratama, 7.031 unit (45,1%) adalah posyandu madya, 6.130 unit (39,33%) adalah posyandu purnama dan 400 unit (2,57%) adalah posyandu mandiri, dan jumlah puskesmas ada 570 unit pada tahun 2013. Cakupan keaktifan kader mencapai 75% dari target 80%.

Puskesmas Tanjung Morawa merupakan satu dari puskesmas yang berada di Kabupaten Deli Serdang.

Puskesmas Tanjung Morawa menaungi

16 Desa dalam wilayah kerjanya.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada bulan Desember, dilakukan wawancara terhadap 6 kader posyandu terdiri dari 2 desa dalam wilayah kerjanya Puskesmas Tanjung Morawa diketahui bahwa dalam kegiatan posyandu setiap bulannya dihadiri oleh 3 kader, dikarenakan bergantian setiap bulannya. Sanksi tidak dapat diberikan jika kader tidak hadir, tidak ada insentif khusus sebagai motivasi agar kader lebih aktif bekerja, dan rendahnya dukungan keluarga juga dapat berdampak terhadap keaktifan kader mengikuti kegiatan posyandu.

Kader merasa bahwa kegiatan posyandu dapat diselenggarakan hanya dengan 3-4 orang saja karena penimbangan balita tidak terlalu rumit.Kader juga mengatakan bahwa promosi yang dilakukan sebelum kegiatan posyandu tidak perlu dilakukan disebabkan ibu-ibu sudah mengetahui jadwalnya.

2. METODE

Penelitian ini termasuk survei analitik dengan desain cross sectional, yaitu jenis penelitian untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel secara observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional) dimana cara pengambilan data variabel independen dan dependen dilakukan pada saat bersamaan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan yaitu pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan motivasi dengan keaktifan kader posyandu balita di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Populasi adalah seluruh kader posyandu balita yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

(7)

====================================================================================

Received: 10 September 2019 :: Accepted: 28 September 2019 :: Published: 30 November 2019

3 Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 385 kader, sampel sebanyak 40 orang kader diambil menggunakan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder, menggunakan kuesioner.

3. HASIL

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Keaktifan Kader Posyandu

Pengetah uan

Keaktifan Kader

Total p.

value Tidak

Aktif Aktif

f % f % f %

Kurang 33 82,5 1 2,5 34 85,0 0,004 Baik 3 7,5 3 7,5 6 15,0 Total 36 90,0 4 10,0 40 100,0

Tabel 1 menunjukkan jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Mayoritas responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 34 orang (85,0%) dan keaktifan kader dengan kategori tidak aktif sebanyak 36 orang (90,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p.value sebesar 0,004 (p<0,005), artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu.

Tabel 2. Hubungan Motivasi dengan Keaktifan Kader Posyandu

Motivasi

Keaktifan Kader

Total p.

value Tidak

Aktif Aktif

f % f % f %

Rendah 33 82,5 1 2,5 34 85,0

0,004 Tinggi 3 7,5 3 7,5 6 15,0 Total 36 90,0 4 10,0 40 100,0

Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden dengan motivasi rendah sebanyak 34 orang (85,0%) dan keaktifan kader dengan kategori tidak aktif sebanyak 36 orang (90,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p.value sebesar 0,004 (p<0,005), artinya ada

hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu.

Tabel 3. Hubungan Sikap dengan Keaktifan Kader Posyandu

Sikap

Keaktifan Kader

Total p.

value Tidak

Aktif Aktif

f % f % f %

Kurang 35 87,5 3 7,5 38 95,0 0,192 Baik 1 2,5 1 2,5 2 5,0

Total 36 90,0 4 10,0 40 100,0

Tabel 3 menunjukkan mayoritas responden dengan sikap kurang sebanyak 38 orang (95,0%) dan keaktifan kader dengan kategori tidak aktif sebanyak 36 orang (90,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p.value sebesar 0,192 (p>0,005), artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan keaktifan kader posyandu.

4. PEMBAHASAN

Hubungan antara Pengetahuan Kader dengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posyandu

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu (p.value=0,004), artinya bahwa kader yang berpengetahuan kurang baik akan mempunyai risiko untuk pasif dibandingkan dengan kader yang berpengetahuan baik. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi yang didapat tentang perkembangan posyandu, kurangnya pembinaan yang rutin dari petugas kesehatan, dan tidak adanya penghargaan bagi kader yang teladan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan kader adalah tingkat pengetahuan. Hal ini menyebabkan

(8)

4 pengertian atau tahu merupakan bagian yang utama dalam tingkatan pengetahuan walaupun tingkatan paling rendah dalam pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kader yang berpengetahuan kurang baik (85%) mempunyai risiko untuk menjadi tidak aktif dalam kegiatan posyandu dan sebaliknya, kader yang berpengetahuan baik (15%) cenderung aktif dalam kegiatan posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh suhat tahun 2014 terdapat hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang didapat tentang perkembangan posyandu, kurangnya pembinaan yang rutin dari petugas kesehatan dan tidak adanya penghargaan bagi kader yang teladan.

Hubungan antara Motivasi Kader dengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posyandu

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara motivasi kader tentang posyandu dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu (p.value=0,004), artinya bahwa kader dengan keaktifan kurang pada motivasi rendah (50%) sama dengan kader yang berpendidikan rendah (55%).

Semakin tinggi motivasi kerja kader maka makin tinggi pula kinerja kader posyandu. Sebaliknya, semakin rendah motivasi kerja kader maka makin rendah pula kinerja kader posyandu. Bagi kader posyandu yang bermotivasi kerja tinggi, motivasi tersebut menjadi faktor pendorong baginya untuk melakukan tugas-tugas posyandu dengan sebaik mungkin. Sementara bagi kader yang bermotivasi kerja

rendah, kurang atau rendahnya faktor pendorong baginya untuk melakukan tugas-tugas posyandu dengan baik, sehingga pelaksanaan tugasnya hanya biasa saja atau seadanya.

5. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

a. Responden berjumlah 40 orang.

Mayoritas responden pengetahuan kurang sebanyak 34 orang (85%), motivasi rendah sebanyak 34 orang (85%) dan sikap kurang sebanyak 38 orang (95%).

b. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai p.value sebesar 0,004

c. Terdapat hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai p.value sebesar 0,004.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Cahyo Ismawati, dkk. 2012. Posyandu

& Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Green LW. 2005. Health Education Planning: A Diagnostic Approach.

(4st edition). California: Mayfield Publishing Company; 2005.

KemenKes RI, 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pudjiastuti, R. D. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas Teori dan Aplikasi Dilengkapi Contoh Askeb.

Yogyakarta: Nuha Medika.

(9)

====================================================================================

Received: 10 September 2019 :: Accepted: 28 September 2019 :: Published: 30 November 2019

5 Runjati. 2011. Asuhan Kebidanan

Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

(10)

6

Hubungan Fasilitas Ruang Rawat Inap dengan Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit

Setio Husodo Kisaran

Reni Aprinawaty Sirait1, Irmayani1, Marice Simarmata1, Reno Irwanto2, Astriana Fransiska2

1Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

2Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Petapahan Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

e-mail: renisirait82@yahoo.com

Abstract

Health is a basic human need to live decent and productive so it needs health service that good cost and quality controlled. The efforts that undertaken to maintain health facility in wards at the hospital that providing health facilites to patient should not discriminate between BPJS patient and others. This study was aims to determine the correlation inpatient room facilities with patient satisfaction social security agency (BPJS) in Setio Husodo hospital. This research was conducted at Setio Husodo Hospital. The population in this research was inpatient of Setio Husodo Hospital. The number of samples used in this study were 81 peoples. The data was collected by questionnaire with Probability sampling technique with simple random sampling approach. To known the correlation of inpatient facility with patient satisfaction of BPJS at Setio Husodo Hospital.The result of statistical analysis of facility correlation of inpatient facility with satisfaction of patient of BPJS was p = 0,002 where is there was corelation of facility of inpatient room with statisfaction of patient BPJS r = 0,005 which means having strong relationship.

Keywords: inpatient room facilities, patient statisfaction, BPJS

(11)

====================================================================================

Received: 13 September 2019 :: Accepted: 02 Oktober 2019 :: Published: 30 November 2019

7 1. PENDAHULUAN

Era globalisasi memberikan dampak arus kompetisi terjadi dalam segala bidang termasuk bidang kesehatan semakin ketat. Setiap organisasi pelayanan kesehatan dan semua elemen didalamnya harus berupaya meningkatkan mutu pelayanan yang berkesinambungan untuk mempertahankan eksistensinya (Sulistyo, 2016). WHO mendorong seluruh negara untuk mengembangkan jaminan kesehatan seluruh penduduknya (Universal Health Coverage), dengan jaminan kesehatan tersebut semua penduduk di negara yang mengembangkan jaminan kesehatan ini termasuk peserta jaminan kesehatan (WHO, 2010).

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup dengan layak dan produktif sehingga diperlukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terkendali dalam biaya dan mutu pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur agar hak hidup sehat bagi seluruh rakyat dapat terpenuhi (Hafid, 2014).

Penelitian leoganda dan basri 2016 menyebutkan tentang hubungan fasilitas ruang rawat inap dengan tingkat kepuasan pasien BPJS, terdapat hubungan antara kedua variabel.

Berdasarkan hasil penelitan bahwa pada fasilitas rawat inap masih kurang, salah satunya adalah pada ruangan masih terdapat tempat tidur pasien yang tidak ada penghalangnya serta alat yang seharusnya bisa membantu dalam penanganan pasien masih ada yang tidak berfungsi yaitu tabung oksigen.

Penelitian yang dilakukan oleh Dabri dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul analisis hubungan kualitas pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien BPJS di rumah sakit atma husada mahakam samarinda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53% responden menyatakan ketidakpuasannya terhadap sarana ruang rawat inap rumah sakit. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kebersihan ruangan, kebersihan toilet yang ada di ruang rawat inap. Suasana yang bising saat jam besuk ketika pengunjung datang, sprei yang kotor tidak selalu diganti oleh petugas, adanya serangga dan tempat tidur yang kurang bersih dapat mengurangi rasa nyaman. Terdapat beberapa ruangan yang terkadang kurang nyaman seperti ruangan pasien terasa pengap, panas karena kurangnya kipas angin untuk mengurangi rasa panas.

Jumlah data pasien rawat inap di Rumah Sakit Setio Husodo sebanyak 12,634 jiwa, sedangkan untuk kelas II pada bulan September berjumlah 415 jiwa. Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti di Rumah Sakit Setio Husodo terdapat 10 pasien mengatakan masih kurang nyaman dengan fasilitas yang disediakan.

Alasan dari ketidaknyamanan tersebut berkaitan dengan kebersihan setiap ruangan seperti kebersihan toilet dalam ruang rawat inap, sprei yang kotor, terdapat serangga pada diet pasien dan tempat tidur yang kurang bersih serta ruangan pasien yang terasa pengap dan panas dikarena fasilitas yang tidak bisa digunakan seperti kipas angin yang rusak.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan

(12)

8 rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di rumah sakit Setio Husodo Kisaran. Populasi adalah pasien BPJS kelas II di rumah sakit Setio Husado Kisaran. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan jumlah sampel sebanyak 81 pasien rawat inap BPJS. Metode pengukuran data dalam penelitian ini dengan menggunakaan kuesioner. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti yaitu variabel independen (Fasilitas Ruang Rawat Inap) dan variabel dependen (Kepuasan Pasien BPJS), sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square dengan α

= 0,05.

3. HASIL

Fasilitas ruang rawat inap disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Fasilitas Pasien BPJS Rumah Sakit Setio Husodo Kisaran

Fasilitas Jumlah % Baik

Tidak Baik 30

51 37,7

63,0

Total 81 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan kepada pasien rawat inap di rumah sakit Setio Husodo diketahui 43 pasien (53.1%) masuk ke kategori fasilitas baik dan 38 pasien (46.9%) masuk ke fasilitas tidak baik.

Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien rawat inap pada rumah sakit setio husodo disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kepuasan Pasien BPJS

Rumah Sakit Setio Husodo Kisaran Kepuasan Jumlah %

Puas

Tidak Puas 30

51 37,7

63,0

Total 81 100

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Setio Husodo diketahui 30 pasien (37.7%) dikategorikan Puas dan 51 pasien (63.0%) masuk ke kategori Tidak Puas.

Hubungan Fasilitas Ruang Rawat Inap dengan Kepuasan Pasien BPJS Hasil bivariat yang diamati meliputi hubungan fasilitas ruang rawat inap dengan kepuasan pasien BPJS disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Hubungan Fasilitas Ruang Rawat Inap dengan Kepuasan Pasien

BPJS Rumah Sakit Setio Husodo Kisaran

Fasilitas

Kepuasan Pasien

Total Puas Tidak p

Puas

f % f % f % Baik 23 28,4 20 24,7 43 53,1

0,002 Tidak

Baik

7 8,6 31 38,3 38 46,9

Total 30 37,0 51 63,0 81 100,0

Tabel 3 menunjukkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji chi square di dapatkan nilai p (0.002) ≤ α (0,05%) Artinya Ha diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan fasilitas ruang rawat inap dengan kepuasan pasien BPJS di Rumah Sakit Setio Husodo.

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui bahwa dari 43 pasien yang menyatakan fasilitas ruang rawat inap di Rumah Sakit Setio

(13)

====================================================================================

Received: 13 September 2019 :: Accepted: 02 Oktober 2019 :: Published: 30 November 2019

9 Husodo baik terdapat 23 (28,4%) yang menyatakan puas dan 20 pasien (24,7%) yang tidak puas. Dari 38 pasien yang menyatakan fasilitas tidak baik Rumah Sakit Setio Husodo tidak baik terdapat 7 pasien (8,6%) dan 31 pasien (38,3%) yang tidak puas . Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basri (2016), yang menyatakan ada hubungan fasilitas ruang rawat inap dengan tingkat kepuasan pasien BPJS dengan nilai P=0,034 yang berarti ada hubungan fasilitas ruang rawat inap dengan tingkat kepuasan pasien BPJS, dengan derajat kolerasi hubungan r=0,426 yang artinya mempunyai kolerasi. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Andriani pada tahun 2009 hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas ruang rawat inap dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Kabupaten Magelang dengan p=0,000

< p=0,005. Besar nilai korelasi antara fasilitas ruang rawat inap dengan tingkat kepuasan pasien sebesar 0,0514.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian antar hubungan fasilitas ruang rawat inap dengan kepuasan pasien badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) di Rumah Sakit Setio Husodo dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan Fasilitas Ruang Rawat Inap dengan Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. UI Press. Jakarta

Aditama,. 2008. Pengertian Rumah Sakit dan Pembagian Rumah Sakit.

Jakarta: Salemba Medika.

Ananda, Rizky, 2015. Hubungan mutu pelayanan dengan kepuasan pasien pengguna badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) di puskesmas tomuan kota Pematangsiantar tahun 2015.

Andiriani 2009. Hubungan kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat inap di badan pelayanan kesehatan rumah sakit umum daerah kabupaten magelang.

Idahwati. Hubungan Fasilitas Ruang Rawat Inap Dengan Tingkat Kepuasan Pasien BPJS.

http://download.portalgaruda.

Julia, Ratna, 2015. Hubungan kualias pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat jalan di puskesmas pariwisata pantai cermin kabupaten serdang bedagai tahun 2015.

Kementerian Kesehatan R.I. 2013.

BPJS Kesehatan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan. pp: 2-27.

Noviandri, Theresia, 2012. Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Puskesmas Di Wilayah Jambi Tahun 2012.

http://download.portalgaruda.org Sastroasmoro, Sudigdo. 2011, Metode

Penelitian Klinis. Sagung Seto, Jakarta.

Supranto, J, 2010. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta : Rineka Cipta.

Suratmi, Punguh, 2013. Hubungan penataan ruang dan kelengkapan alat ruang rawat inap dengan kepuasaan pasien di ruang bougenville RSUD dr.Soegiri Lamongan.

Tawil, O, 2015, Hubungan Antara Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Inap Dengan Kepuasan Pasien Rawat

(14)

10 Inap Di RSUD Datoe Binakang Kabupaten Bolaang Mongondow.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24, 2011. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Republik Indonesia.

(15)

====================================================================================

Received: 25 September 2019 :: Accepted: 28 September 2019 :: Published: 30 November 2019

11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN KEJADIAN STUNTING DI PUSKESMAS PLUS PERBAUNGAN

Reno Irwanto1, Joe Chresnando Ginting1, Balqis Wasliati2, Luci Riani Br

Ginting2, Delita Hayanti Br Panjaitan2

1Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

2Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

Email: ireno@outlook.com

Abstract

Stunting is a condition of malnutrition associated with the fulfillment of deficient nutrients in the past so that it is a chronic nutritional problem.

Stunting is measured as nutritional status by taking into account the height or length of the body, age, and sex of the children under five. Stunting or short stature (shortness) is a condition of a person's height (TB) which is not suitable for age, the determination of which is done by calculating the Z-score for height index according to age (TB / U). A person is said to be stunted when his Z-index TB / U score is below-2 SD (standard deviation). This research is a quantitative study with an analytic observational study using a cross sectional study design. with the aim to determine the relationship between maternal knowledge about toddler nutrition with the incidence of stunting in Plus Perbaungan Public Health Center, Perbaungan District, Serdang Bedagai Regency. The population in this study were all mothers who have toddlers totaling 25 respondents. The knowledge of mothers about the nutrition of children under five was directly interviewed using a questionnaire. The incidence of stunting will be measured and use the Height by Age indicator (height / age). In bivariate analysis performed using the Chi-Square test with a confidence level of 95% (α = 0.05). The results of the bivariate analysis with the Chi-Square statistical test showed that the value of P = 0.000 (p <0.05).

Based on these results, there is a significant relationship between maternal knowledge about toddler nutrition and the incidence of stunting at Plus Perbaungan Public Health Center, Perbaungan District, Serdang Bedagai Regency.

Keywords: Knowledge of toddler nutrition, Stunting

(16)

12 1. PENDAHULUAN

Stunting merupakan suatu masalah gizi kronik yang dikarenakan keadaan malnutrisi atau pemenuhan zat gizi yang sangat kurang pada masa lalu.

Pengukuran status gizi untuk melihat keadaan stunting dapat diukur dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita.

Stunting atau perawakan pendek (shortness) merupakan suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang tidak sesuai dengan seusianya, penentuannya dapat dilakukan dengan menghitung z- score indeks tinggi badan menurut umur (TB/U).

Seseorang dikatakan stunting bila z-score indeks TB/U dibawah -2 SD (standar deviasi) (Hadi et al., 2019).

Menurut Wellina et el. 2016, yang menjadi salah satu faktor resiko kejadian stunting adalah kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat terjadi perlambatan pertumbuhan dan pengaruh terhadap status gizi. Widanti (2019) menyatakan bahwa, stunting

mengakibatkan kemampuan

pertumbuhan yang rendah pada masa berikutnya, baik fisik maupun kognitif, dan akan berpengaruh terhadap produktivitas di masa dewasa.

Faktor lain yang menyebabkan terjadi stunting adalah adanya paparan pestisida yang bersifat sebagai Thyroid Disrupting Chemicals (TDCs) yang diterima oleh ibu hamil yang dapat mengganggu struktur dan fungsi kelenjar tiroid, mengganggu sintesis, sekresi, transpor, dan pengikatan dan eliminasi hormon tiroid sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin (Wellina et el., 2016).

Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) (2017), beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut: Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.

Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.

Masih kurangnya akses rumah tangga ke makanan bergizi. Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian stunting salah satunya adalah intervensi program gizi spesifik yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) melalui Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dengan harapan masalah stunting dapat teratasi.

Kenyataannya kejadian stunting masih cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang asupan gizi bagi balita khususnya pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Plus Perbaungan Kec.

Perbaungan Kab. Serdang Bedagai bahwa diperoleh 12 orang anak balita yang mengalami kejadian stunting sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian stunting di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian cross sectional karena pengambilan data semua variabel dilakukan secara bersamaan pada satu kurun waktu saja dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbungan Kabupaten Serdang Bedagai.

(17)

====================================================================================

Received: 25 September 2019 :: Accepted: 28 September 2019 :: Published: 30 November 2019

13 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita berjumlah 25 responden. Pengetahuan ibu tentang gizi balita diwawancarai secara langsung dengan mengunakan kuesioner. Kejadian stunting akan dilakukan pengukuran dan mengugunakan indikator Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Dalam analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square yaitu dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

3. HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Frekuensi

n %

Umur

20 - 29 9 26,0

30 - 39 12 48,0

40 - 49 4 16,0

Total 25 100,0

Pendidikan

SD 2 8,0

SMP 3 12,0

SMA 14 56,0

PT 6 24,0

Total 25 100,0

Pekerjaan

IRT 16 64,0

Karyawan 2 8,0

Wiraswasta 3 12,0

PNS 4 16,0

Total 25 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar frekuensi usia ibu dari 25 responden yaitu berusia 30-39 tahun sebanyak 12 responden (48,0%), sedangkan untuk frekuensi pendidikan ibu mayoritasnya adalah berpendidikan SMA sebanyak 14 responden (56,0%), dan sebagian besar frekuensi pekerjaan ibu adalah IRT yaitu sebanyak 16 responden (16,0%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak Karakteristik f % Jenis Kelamin

Laki-laki 16 64,0

Perempuan 9 36,0

Umur

2-3 Tahun 18 72,0

4-5 Tahun 7 28,0

Total 25 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar frekuensi jenis kelamin anak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16 anak (64,0%) dan sebagian besar anak berada pada kelompok umur 2-3 tahun yaitu sebanyak 18 anak (72,0%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan

Ibu f %

Baik 4 16,0

Cukup 16 64,0

Kurang 5 20,0

Total 25 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu sebagian besar adalah berpengetahuan cukup tentang gizi bailta yaitu sebanyak 16 orang (64,0%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting

Kejadian

Stunting f %

Stunting 6 24,0

Normal 19 76,0

Total 25 100

Tabel 4 menjelaskan bahwa distribusi frekuensi kejadian stunting sebagian besar adalah memiliki tinggi badan normal yaitu sebanyak 19 anak (76,0%)

(18)

14

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Pengetahuan

Kejadian Stunting

p

Stunting Normal

n % n %

Baik 0 0,0 3 75,0

0,001

Cukup 2 12,5 14 87,5

Kurang 4 80,0 1 20,0

Total 6 24,0 19 76,0

Tabel 5 menjelaskan bahwa mayoritas persentase anak balita yang mengalami stunting terjadi pada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebesar 80,0%, sedangkan anak balita yang memiliki tinggi badan normal paling banyak pada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup yaitu sebesar 87,5%.

Hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa nilai P=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang didapat peneliti diketahui bahwa persentase tinggi balita tergolong normal pada balita di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbungan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 24,0%. Hasil penelitian ini lebih rendahdibandingkan dengan prevalensi stunting secara nasional (37,2%), namun hasil ini lebih tinggi dibandingkan hasil Riskesdas 2018 di Kabupaten Batubara dengan prevalensi stunting yaitu sebesar 20,1%.

Rendahnya kejadian stunting disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan ibu yang berada dikategori baik dengan mayoritas ibu memiliki tingkat pendidiakn SMA yaitu sebanyak 14 orang (56,0%). Menurut Suliastri kesehatan dan kesejahteraan anak dapat mempengaruhi status gizi anak yang salah satunya dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu.

Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi, sehingga seorang ibu mampu berprilaku baik untuk memperbaiki keadaan gizi anak dibandingka ibu yang

memiliki tingkat pendidikan rendah maupun yang tidak berpendidikan.

Pengetahuan ibu juga mendukung terhadap rendahnya kejadian stunting, dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita sebagian besar tingakt pengetahuannya adalah cukup (64,0%).

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti, dkk di Desa Singakerta tahun 2018 menunjukkan dari 40 responden didapatkan masyoritas tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita adalah sebanyak 69,2% memiliki pengetahuan baik.

Hasil uji hipotesa dan uji statistik Chi-Square antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting pada penelitian ini diperoleh nilai p<0,05 (0,000) maka hal ini menunjukkan bahwa hipotesa diterima dan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti, dkk anak umur 36-59 bulan di Desa

(19)

====================================================================================

Received: 25 September 2019 :: Accepted: 28 September 2019 :: Published: 30 November 2019

15 Singakerta tahun 2018, menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anata pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting anak umur 35-59 bulan dengan nilai p<0,05 (0,001).

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukanan oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan hasil tahuan terjadi setelah seseorang melakukan pengindreaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindreaan terjadi melalui panca indrea manusia seperti indrea penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh antara lain melalui pendidikan baik kurikuler, nonkulikuler dan maupun ekstrakulikuler. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengetahuan orang lain seperti mendengar, melihat langsung, dan melalui alat komunikasi seperti televise, radio, buku dan lain-lain.

5. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah:

a. Frekuensi usia ibu dari 25 responden yaitu berusia 30-39 tahun sebanyak 12 responden (48,0%), sedangkan untuk frekuensi pendidikan ibu mayoritasnya adalah berpendidikan SMA sebanyak 14 responden (56,0%), dan sebagian besar frekuensi pekerjaan ibu adalah IRT yaitu sebanyak 16 responden (16,0%).

b. Frekuensi jenis kelamin anak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16 anak (64,0%) dan sebagian besar anak berada pada kelompok umur 2-3 tahun yaitu sebanyak 18 anak (72,0%).

c. Frekuensi kejadian stunting sebagian besar adalah memiliki

tinggi badan normal yaitu sebanyak 19 anak (76,0%).

d. Ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting di Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara dengan nilai p<0,05 (0,000).

DAFTAR PUSTAKA

Hadi MI, dkk. (2019). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting diIndonesia: Studi Literatur. Journal Of Health Science and Prevention. Vol 3 No 2 September 2019.

Murti, LM, dkk. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Dengan Kejadian Stunting Anak Umur 36-59 Bulan di Desa Singakerta Kabupaten Gianyar.

Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol 8 No 2 (2020).

Notoadmojo. (2012). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulastri D. (2012). Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Sekolah di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang.

Majalah kedokteran Andalas. 36 (1): 39- 50).

Widianti, YA. (2016). Prevalensi, Faktor Risiko, dan Dampak Stunting Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNSRI (JITIPARI), Vol 1 No 1 (2016).

Wellina WF, dkk. (2016). Faktor Resiko Stunting Anak Umur 12-24 Bulan. Jurnal Gizi Indonesia. Vol 5 No1 (2016)

(20)

16

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Kejadian Anemia pada Masa Kehamilan di Puskesmas Pagar Merbau

Joe Chresnando Ginting1, Reno Irwanto1, Andreais Boffil1, Keleng Ate2, Fadlilah Widyaningsih2

1Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

2Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

e-mail : wiramaria@outlook.com

Abstract

Prevention of anemia can be done by fulfilling the nutritional needs during pregnancy. The government has implemented an anemia prevention program for pregnant women by giving 90 tablets of blood added (TTD) to pregnant women during the pregnancy period with the aim of reducing the rate of anemia in pregnant women, but the incidence of anemia is still high. The effectiveness of this program can be achieved if all pregnant women who have received iron supplementation must maintain compliance in consuming it.

Compliance with pregnant women in consuming iron tablets in Indonesia was still low. Knowledge was one of the factors that influence the compliance of pregnant women. This study aimed to determine the relationship between knowledge and attitudes of mothers with the incidence of anemia during pregnancy in the Working Area of Pagar Merbau Health Center Kecamatan Pagar Merbau. This type of research was correlative descriptive with cross sectional design. The population in this study were all pregnant women in the working area of the Pagar Merbau health center. The sampling technique used accidental Sampling with a sample size of 45 people. Collecting data with a questionnaire. Data analysis was done by univariate, bivariate with Chi-square test at 95% confidence level, α = 5%. The results of the analysis showed that there was a relationship between knowledge and attitudes of mothers with the incidence of anemia during pregnancy in the Working Area of Pagar Merbau Health Center Kecamatan Pagar Merbau with p value 0,000. It is recommended for pregnant women to find information about anemia during pregnancy. Health workers in conducting health promotion in pregnant women put more emphasis on changes that occur in pregnant women, especially the promotion of anemia for pregnant women and how to take iron tablets.

Keywords : knowledge, attitude, incidence of anemia

1. PENDAHULUAN

Kejadian AKI (angka kematian ibu) adalah sebagai indikator tingkat kesehatan wanita. Saat ini tingginya

kejadian AKI di Indonesia menjadi masalah prioritas di bidang kesehatan wanita, yaitu tingkat kesehatan di lingkungan masyarakat, yang

(21)

====================================================================================

Received: 28 September 2019 :: Accepted: 09 Oktober 2019 :: Published: 30 November 2019

17 menggambarkan tingkat kesejahteraan dan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Salah satu faktor risiko tingginya kejadian AKI dalam melahirkan adalah anemia pada masa kehamilan. Kejadian Anemia pada ibu hamil merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan yang merupakan pemicu kematian pada ibu di Indonesia (Profil Kesehatan Provinsi SUMUT, 2017). Hasil penelitian evidence base epidemiologi, bahwa penderita anemia atau defisiensi zat besi pada ibu hamil di Indonesia menunjukkan sebanyak 70% mengalami kejadian AKI ibu hamil dan sebanyak 19,7% ibu hamil yang tidak menderita anemia (Amiruddin, 2014).

Salah satu pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan asupan gizi selama masa kehamilan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam kepatuhan ibu hamil. Selain pengetahuan, faktor lain yang sangat memegang peranan penting dalam kepatuhan adalah sikap ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki sikap yang baik akan mengerti bahwa pentingnya memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan dan mengkonsumsi tablet besi (Erwin, 2016).

2. METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pagar Merbau Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang dengan besar sampel 60 orang. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan diambil dari penelitian sebelumnya yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi masing- masing variabel, sementara analisis

bivariat dilakukan untuk melihat faktor- faktor yang berhubungan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini yang diuji menggunakan chi square test dengan tingkat kepercayaan 95%.

3. HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Pagar Merbau

Variabel f %

Pendidikan SD

SMP SMA/SMK

Perguruan Tinggi

10 7 35

8

16,7 11,7 58,3 13,3 Pekerjaan

Wiraswasta Karyawan PNS IRT

6 24 14 16

10,0 40,0 23,3 26,7 Umur

<20 tahun 20-40 tahun

>40 tahun

19 30 11

31,7 50,0 18,3 Pengetahuan

Baik Kurang

38 22

63,3 36,7 Sikap

Positif Negatif

31 29

51,7 48,3 Kejadian Anemia

Tidak anemia Anemia Ringan Anemia Sedang

28 17 15

46,7 28,3 25,0

Total 60 100

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan SMA (58,3%), bekerja sebagai karyawan (40,0%), umur 20-40 tahun ibu masa kehamilan (60,0%), memiliki pengetahuan baik (63,3%), memiliki sikap positif (51,7%), dan ibu hamil yang tidak anemia (46,7%), namun yang menderita anemia ringan dan berat sebesar 53,3%.

(22)

18

Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian anemia pada masa hamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Merbau

Berdasarkan hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel 2. bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 55,3% namun tidak mengalami anemia, 31,6% mengalami anemia ringan, dan 13,2% mengalami

anemia sedang. Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 31,8% tidak mengalami anemia, 22,7% mengalami anemia ringan, dan 45,5% mengalami anemia sedang.

Tabel 3. Hubungan sikap ibu dengan kejadian anemia pada masa kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Merbau

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3. diperoleh bahwa dari dari jumlah responden yang sikap positif sebesar 61,3% tidak mengalami anemia, 16,1% mengalami anemia ringan, dan 22,6% mengalami anemia sedang. Responden yang sikap negatif sebesar 31,0% tidak mengalami anemia, 41,4% mengalami anemia ringan, dan 27,6% mengalami anemia sedang.

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh dengan uji statistic Chi-Square didapatkan hasil nilai p = 0,020 dimana nilai p < 0,05.

Dari hasil tersebut bahwa adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia di puskesmas Pagar Merbau.

Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka tingkat pengetahuan ibu juga semakin baik dan juga sikab ibu hamil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fitria (2014), yang menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang suplemen tablet Fe dengan kejadian anemia di Jorong Koto Malintang Puskesmas Pakan Kamih Kabupaten Agam. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Susanti (2015) bahwa hasil penelitian yang diperoleh mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 47 orang (55,2%) dan bersikap negatif sebanyak 58 orang (64,4%).

Menurut penelitian yang dilakukan Nur Aini di Siduarjo 2013, pengetahuan yang kurang dapat

Pengetahuan Kejadian Anemia

Nilai p Tidak Anemia Anemia Ringan Anemia Sedang Total

f % f % f % f %

Baik

Kurang 21

7 55,3 31,8 12

5 31,6 22,7 5

10 13,2

45,5 38

22 100

100 0,020

Total 28 46,7 17 28,3 15 25,0 60 100

Sikap Kejadian Anemia

Nilai p Tidak Anemia Anemia Ringan Anemia Sedang Total

f % f % f % f %

Positif

Negatif 19

9 61,3

31,0 5

12 16,1

41,4 7

8 22,6

27,6 31 29 100

100 0,040

Total 28 46,7 17 28,3 15 25,0 60 100

(23)

====================================================================================

Received: 28 September 2019 :: Accepted: 09 Oktober 2019 :: Published: 30 November 2019

19 dipengaruhi oleh pendidikan, rendahnya pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi bersifat hal baru dikenal oleh responden salah satunya informasi tentang tablet Fe, selain itu tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pandangan terhadap lingkungan sosial. Informasi dapat diperoleh dari bangku sekolah dan lingkungan sekitar semakin banyak informasi yang diperoleh ibu hamil tentang anemia maka pengetahuan yang dimiliki akan semakin meningkat (Wulandini, 2018).

Menurut asumsi peneliti, kurangnya pengetahuan responden ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan dan penyampaian informasi yang didapat baik secara langsung atau tidak langsung seperti seminar maupun brosur dan dari media massa seperti televisi, radio dan internet tentang anemia pada kehamilan diwilayah kerja puskesmas Pagar Merbau.

Hasil uji statistic Chi-Square didapatkan hasil nilai p = 0,040 dimana nilai p < 0,05. Berdasarkan hasil di atas (Tabel 3) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian anemia di Puskesmas Pagar Merbau. Selain itu terdapat 3 kompenen pokok yang ememgang peranan penting dalam menentukan sikap sesseorang, yaitu kepercayaan atau keyakinan, kehiduapan emosional dan kecenderungan untuk bertindak.

Menurut teori yang dijelaskan oleh Mar’at (2015), bahwa sikap terdiri atas 3 komponen penting dan saling berhubungan antara satu dengan lain.

Komponen pembentuk struktur sikap yaitu komponen kognitif (komponen perceptual) yang berisi dengan kepercayaan, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman pribadi seseorang, komponen afektif (emosional) yang berhubungan dengan kemampuan

seseorang untuk menilai suatu objek, dan komponen konatif (komponen perilaku) yang berkaitan dengan kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan suatu predisposisi untuk terbentuknya suatu tindakan. Ibu hamil yang memiliki sikap positif dan cenderung patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi, sebaliknya jika yang memiliki sikap negatif lebih cenderung tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi selama masa kehamilan.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian di atas diperoleh kesimpulan yaitu bahwa Mayoritas pengetahuan ibu baik yaitu sebanyak 22 orang (52,4%) dan mayoritas sikap ibu adalah positif yaitu sebanyak 25 orang (59,5%).

DAFTAR PUSTAKA

Afnita. (2014). Hubungan perilaku ibu hamil dan motivasi petugas kesehatan dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil Di Rumah Sakit Ibu dan Anak BADRUL AINI Medan tahun 2014.

(skripsi). Medan: FKM Universitas Sumatera Utara Amiruddin. (2014). Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi di Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

JKS;3(3).

Budiarni W, Subagio HW. (2012).

Hubungan pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan kepatuhan konsumsi tablet besi folat pada ibu hamil. JNC.;1(1):

269-82.

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Glistrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. (2006).

Kelainan hematologis. Obstetri

(24)

20 Jakarta: EGC

Kalogianni. (2011). Factors affect in patient adherence to medication regimen. Health Science Journal.; 5:157-8.

Mar’at. (2015). Sikap manusia:

perubahan serta

pengukurannya. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Prawirohardjo. S. (2009). Ilmu kebidanan. Edisi ke 4. Jakarta:

PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Proverawati A, Asfuah S (2009). Buku ajar gizi untuk kebidanan.

Yogyakarta: NuhaMedika

Soraya. (2013). Pemberian zat besi (Fe) dalam kehamilan. Majalah Ilmiah Sultan Agung.; 50(128).

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

World Health Organization (WHO).

(2016). Millennium

development goals. Diunduh

dari: URL:

http://www.who.int/topics/mill ennium_developmentgoals/abo ut/en/index.html pada tanggal 30 April 2019.

(25)

==================================================================================== 1

Received: 04 September 2019 :: Accepted: 12 Oktober 2019 :: Published: 30 November 2019

21

HUBUNGAN KECUKUPAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH

KERJA PUSKESMAS LUBUK PAKAM

Harris Rambey1, Jelita Manurung1, Joe Chresnando Ginting1,Desri Meriahta Girsang2, Sri Melda Br Bangun2

1Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

2Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

Email: harrisrambey@medistra@ac.id

Abstract

Background: Aging is a process that everyone must experience.

Physiologically, a person's ability will gradually decrease with age. The elderly group will experience changes both biologically, physically, psychologically and socially. The age limit for the elderly according to WHO can be grouped into elderly (elderly) aged 60-74 years, elderly people (old) aged 75-90 years, and very old age, namely those above 90 years. This type of research is a quantitative descriptive study with a cross sectional design in which to determine the determinant factors (intake of macro nutrients, infectious diseases, physical activity, complete dental conditions and nutritional knowledge) and their relationship with the nutritional status of the elderly.

The variables of this study include the independent variable (free), namely the intake of macro nutrients, while the dependent variable (dependent) is the nutritional status of the elderly.

Keywords: Nutritional Intake, Nutritional Status, Elderly

(26)

1. PENDAHULUAN

Proses menua merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap orang.

Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Lansia merupakan kelompok usia yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Batasan usia lansia menurut WHO dapat dikelompokkan menjadi usia lanjut (elderly) usia 60-74 tahun, lansia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua yaitu usia diatas 90 tahun (Dekawati, 2014)

Prevalensi usia lanjut di seluruh dunia termasuk Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 data prevalensi penduduk usia lanjut di Indonesia berdasarkan Data Badan Pusat Statistik mencapai 14 juta jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 22 jiwa (9,77%).

Indonesia menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa.

Perubahan terjadi dari berbagai aspek fisik, mental dan sosial.

Perubahan fisik yang dapat diamati pada seseorang adalah rambut memutih; kulit keriput, tipis, kering dan longgar; mata berkurang penglihatan oleh kelainan refraksi atau pun katarak; daya penciuman menurun; daya pengecap kurang peka terhadap rasa manis dan asin;

pendengaran berkurang; persendian kaku dan sakit lepas BAK/BAB (inkontinensia).

Perubahan mental yang dialami karena perasaan kehilangan terutama pasangan hidup maupun sanak- keluarga atau teman dekat (bereavement), sering menyendiri,

perasaan ketersendirian sampai menjadi lupa (demensia). Perubahan sosial yang paling menonjol dengan meningkatnya usia adalah ketidakmampuan merawat diri sendiri dalam hal kegiatan hidup sehari-hari seperti mandi, BAB/BAK, berpakaian, menyisir rambut, makan sehingga lambat laun orang tersebut harus dibantu (Abikusno, 2013)

Proses penuaan juga mengakibatkan gangguan kesehatan seperti penurunan sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler hingga

penurunan kemampuan

musculoskeletal yang pada akhirnya akan menjadi faktor predisposisi timbulnya malnutrisi yang dapat mempengaruhi status gizi manula.

Status gizi didefinisikan suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia seperti usia dan jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan, asupan zat gizi, aktivitas fisik serta adanya infeksi penyakit (Adriani, 2012). Masalah gizi lain yang sering terjadi pada lansia adalah berat badan lebih dan obesitas.

Berdasarkan data dari Depkes RI (Oktariyani, 2012), berat badan lebih dan obesitas dapat menyebabkan peningkatan resiko menderita penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, asam urat dan penyakit empedu. Kehilangan gigi juga merupakan salah satu faktor penyebab gangguan asupan nutrisi. Gigi memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Salah satu fungsinya yaitu untuk pemenuhan

(27)

====================================================================================

Received: 04 September 2019 :: Accepted: 12 Oktober 2019 :: Published: 30 November 2019

23 nutrisi seseorang dengan fungsi mastikasinya. Dengan terjadinya kehilangan gigi tentunya pasien akan mengalami gangguan dalam mengunyah makanan tertentu seperti daging, buah dan sayuran yang keras (Munandar, 2014)

Hasil penelitian sebelumnya oleh Dekawati (2014) menunjukkan bahwa gizi dan infeksi memiliki keterkaitan yang erat dimana 24 dari 43 sampel yang bertatus gizi tidak baik, ternyata keseluruhannya positif terkena Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Penelitian selanjutnya oleh Hadiana (2013) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu 59 sampel dengan status gizi kurang baik, 55 diantaranya mengalami ISPA. Penelitian terbaru oleh Jayani (2014), tetap menunjukkan hasil yang sama dimana 23 dari 69 sampel yang mengalami gizi buruk, keseluruhannya juga mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa infeksi merupakan salah satu faktor determinan tetap yang mempengaruhi status gizi. Orang dengan status gizi tidak baik tanggapan kekebalannya kurang baik pula, sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi.

Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memperburuk sistem kekebalan.

Buruknya sistem imunitas tubuh berbanding lurus dengan menurunnya fungsi pertahanan pada sistem pencernaan, kulit serta menurunnya fungsi pernapasan sehingga rentan tekena infeksi.

Penelitian lainnya yang berhubungan dengan faktor determinan yang mempengaruhi status gizi yaitu penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan status gizi oleh Sorongan (2012). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. Asupan energi yang berlebih jika tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan yang mengacu kepada obesitas.

Sistem pencernaan, kulit, serta masalah kesehatan pada manula seperti kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi merupakan hal yang umum dan paling sering terjadi di masyarakat. Masalah seperti ini wajib mendapatkan perhatian yang lebih oleh pemerintah. Ini dikarenakan, dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup manula, maka semakin tinggi pula masalah status gizi manula dari tahun ke tahun (Jansari, 2007)

Banyaknya permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan gizi lansia, belum adanya penelitian yang dilakukan berkaitan dengan gizi serta faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi lansia.

2. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional dimana untuk mengetahui asupan zat gizi makro dengan status gizi lansia.

Variabel penelitian ini meliputi variabel independen (bebas) yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Shoting dan pengambilan View masjid dalam acara Safari Ramadhan di masjid Syuhada’ Produser: Dimas Al Kausar Atlantis Kameramen: Arifudin Kameramen insert:

Alkitab memberitahukan agar kita menginginkan pujian Allah daripada manusia (Roma 2:29). Keinginan untuk menjadi populer di antara manusia bukanlah prinsip Kristen. Tentu saja

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang akan memberikan Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan

Untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran (1).Berkurangnya prasarana jaringan irigasi yang berada dalam kondisi rusak berat dan sedang seta tersedianya data Daerah

Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup atas beban biaya penghasil

Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia, jenis

Hipotesis penelitian ini adalah (1) model penemuan terbimbing memberikan hasil belajar yang sama dengan model cooperative learning, tetapi lebih baik

Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan