• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill)

Pendidikan memiliki hakikat mengajarkan manusia untuk menjunjung etika, moral, akhlak, budi pekerti serta perilaku manusia yang dapat menciptakan suatu kehidupan yang baik. Pendidikan juga merupakan salah satu alat dalam pembinaan moral baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Menurut Kevin Carmody and Zane Berge (2005: 3) menyatakan ”Education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect changes in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups, or comunities”. Artinya pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan dan sikap dari individu, kelompok atau komunitas.

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara jelas terungkap bahwa tujuan pendidikan nasional selain mengembangkan kemampuan akdemik peserta didik juga menuntut dikembangkannya kompetensi moral, sosial serta keterampilan sebagaimana yang dikutip berikut ini:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (Depdiknas, 2006).

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tersebut di atas, maka pelaksanaan pendidikan formal setiap mata pelajaran harus sesuai dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional termasuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(2)

commit to user a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan di dalam suatu konsep pendidikan sangatlah perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan karena Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan moral dan kesadaran untuk melaksanakan hak dan kewajiban seseorang dalam kehidupan bernegara sebagai warga negara yang baik.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran berdasarkan jurnal internasional menurut pendapat Mr. Larry Bimi yang dikutip dari Journal Internasional of Definition Civic Education as Subject, (http// www. Wikipedia.

Com) menyatakan “Said that postings to there was the need for what he he described as socio cultural revolution to beef up the democratic gains. We can only do this bey a systematic and strategic teaching of children to acquire civic respon capability valves as they are growing”. Artinya Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi yang menjadi strategi dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang demokratis.

Demokrasi yang di maksud adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

Muhammad Numan Soemantri (2011: 283);

Pendidikan Kewarganegaraan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut (a) Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah;

(b) Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis; (c) dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat obyektif untuk hidup bernegara.

(3)

commit to user Cholisin (2007: 13) mengatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan secara terminologis diartikan sebagai pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di atas adalah pendidikan yang bertujuan mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dalam hidup bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia tidak hanya mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi, menurut Winarno (2008: 114) Pendidikan Kewarganegaraan mengemban beberapa misi. Misi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan dalam arti sesungguhnya yaitu Civic Education.

2) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter.

3) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan bela Negara.

4) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi (politik).

Berdasarkan uraian tentang Pendidikan Kewarganegaraan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan suatu pendidikan yang multidimensi bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Departemen Pendidikan Nasional Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(4)

commit to user

1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi,

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lainnya,

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 58) menyatakan bahwa:

Secara umum PKn bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara indonesia. Oleh karena itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagaiwarga negara. Dengan demikian setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara indonesia serta dunia.

Oleh karena itu setiap jenjang pendidikan perlu Pkn yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan ketrampilan intelektual. Proses ini diharapkan akan bermanfaat sebagai bekal bagi peserta didik untuk berperan dalam pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungannya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir serta bertindak secara cerdas dan bertanggung jawab berdasarkan karakter-karakter utama yang diperlukan untuk membentuk warga negara yang terampil berkarakter kuat.

c. Komponen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Branson,dkk (1999: 8) yang mengatakan bahwa:

“Untuk mengembangkan kompetensi PKn diperlukan tiga komponen utama yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge), Kecakapan Kewarganegaraan (civic dispotition), Watak Kewarganegaraan (civic skill)”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(5)

commit to user

1) Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaran) berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara,

2) Civics skill (Kecakapan Kewarganegaraan) berkaitan dengan kecakapan intelektual atau kecakapan berpartisipasi,

3) Civic dispotition (Watak kewarganegaraan) berkaitan dengan karakter atau watak pribadi seseorang untuk bertanggung jawab secara moral, dapat menghargai orang lain.

Cholisin (2007: 4) mengatakan bahwa;

Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill) merupakan basis bagi terbentuknya karakter kewarganegaraan (civic dispotition). Karakter kewarganegaraan (civic dispotition) berisikan sifat-sifat yang melekat pada diri setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara, hal ini akan terbentuk ketika dirinya telah terbentuk pengetahuan (civic knowledge) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill).

Dengan demikian, di samping pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill) sangat diperlukan dalam membentuk watak kewarganegaraan (civic dispotition).

Dengan demikian keterampilan kewarganegaraan (civic skill) merupakan salah satu komponen penting atau utama yang harus dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dengan tujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan peserta didik sebagai warga negara yang tidak hanya terampil tetapi juga berkarakter kuat.

d. Pengertian Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill) Cholisin (2007: 4) menyatakankan bahwa;

Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill) merupakan basis bagi terbentuknya karakter kewarganegaraan (civic dispotition). Karakter kewarganegaraan (civic dispotition) berisikan sifat-sifat yang melekat pada diri setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara, hal ini akan

(6)

commit to user

terbentuk ketika dirinya telah terbentuk pengetahuan (civic knowledge) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill).

Dengan demikian, di samping pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill) sangat diperlukan dalam membentuk watak kewarganegaraan (civic dispotition). Jadi disimpulkan bahwa keterampilan kewarganegaraan (civic skill) merupakan basis bagi terbentuknya karakter kewarganegaraan atau sifat-sifat yang melekat pada diri setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara.

Menurut Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 188) keterampilan kewarganegaraan (civic skill) mencakup;

1) Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual dapat dilihat dari kemampuan melakukan analisis, beradu argumen, mengemukakan pendapat di muka umum.

2) Keterampilan Berpartisipasi

Keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilihat dari peran aktif untuk mewujudkan masyarakat madani, keterampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses pengambilan keputusan politik, memecahkan masalah-masalah sosial, mengadakan koalisi, kerja sama dan mengelola politik.

Mukhamad Murdiono (2008: 14) mengemukakan bahwa Keterampilan Kewarganegaraan (civic skill) dapat dilihat dari tingkat partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran 2) Keterampilan mengamati, menganalisis dan menyimpulkan 3) Keterampilan menyampaikan pendapat atau tanggapan 4) Keterampilan menghargai pendapat orang lain

5) Keterampilan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik dapat mengaplikasikan keterampilan kewarganegaraan (civic skill) apabila dalam proses pembelajaran peserta didik menunjukkan keterampilan dalam memecahkan masalah, menyampaikan pendapat atau tanggapan, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

(7)

commit to user

e. Definisi Konseptual Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill)

Keterampilan kewarganegaraan (civic skill) adalah keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi suatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills (keterampilan intelektual) dan participation skills (keterampilan partisipasi).

f. Definisi Operasional Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill)

Definisi operasional dari keterampilan kewarganegaraan (civic skill) adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran 2) Keterampilan mengamati, menganalisis dan menyimpulkan 3) Keterampilan menyampaikan pendapat atau tanggapan 4) Keterampilan menghargai pendapat orang lain

5) Keterampilan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas

2. Tinjauan Tentang Nilai Karakter dalam PKn

a. Pengertian Nilai Karakter

Menurut Pranger dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004:

134) ”Nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu”.

Dengan demikian nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Di dalam Dictionary of sosiology and Related Sciences dikemukakan bahwa ”Nilai adalah kemampuan yang dipercayai ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada obyek, bukan obyek itu sendiri”

(Kaelan, 2004: 87).

(8)

commit to user

Dalam proses belajar, materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai pada peserta didik. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, bangsa Indonesia menghendaki generasi penerus yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang mampu memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia yang bermartabat.

Karakter menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 187) adalah

“Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan kata lain, karakter menjadi ciri khas yang dimiliki oleh masing- masing individu, dan tiap-tiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda”.

Sedangkan Alwisol (2006: 8) mengartikan karakter sebagai “gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit”.

Menurut Agus Wibowo (2013:11) menyatakan:

“Dalam proses pembentukannya, karakter seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature) . Faktor bawaan dapat berupa gabungan gen, jenis kelamin, ras, golongan darah, dan faktor fisik lainnya. Sedangkan faktor lingkungan dapat berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar dan salah, baik dan buruk yang membedakan seseorang dengan yang lain. Akhmad Sudrajat (2010) mendefinisikan nilai-nilai karakter yaitu “Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, budaya, dan adat istiadat”.

(http://akhmadsudrajat.wordpress. om/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/).

Dalam rangka memperkuat penanaman nilai karakter pada anak, pemerintah mencanangkan program pendidikan karakter yang terintegrasi dalam

(9)

commit to user

semua mata pelajaran. Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Adapun uraian tentang pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1) Pengertian Pendidikan Karakter

Akhmad Sudrajat (2010) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai, Suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. (http://akhmadsudrajat.wordpress.

om/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/).

Agus Prasetyo dan Emusti Rivashinta (2011) berargumen bahwa:

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Melalui program ini diharapkan setiap lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. (http://psb-psma.org/content/blog/4462- implementasi-pendidikan-karakter-dalam-kbm-tingkat-sma).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan.

(10)

commit to user

Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bansa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya, pendidikan karakter merupakan wahana untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik.

Disinilah pentingnya fungsi pendidikan karakter.

2) Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Desain induk Pendidikan Karakter Karakter oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 5) secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu ”pembentukan dan pengembangan potensi, perbaikan dan penguatan serta penyaring”. Adapun hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter memiliki fungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.

b) Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

c) Penyaring

Pendidikan karakter berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

(11)

commit to user

Adapun tujuan pendidikan karakter yakni pendidikan karakter dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3) Integrasi Pendidikan Karakter dalam Materi Pembelajaran

Desain induk Pendidikan Karakter Karakter oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 20) mengatakan bahwa,”Proses pembelajaran nilai-nilai karakter secara substansif diintegrasikan dalam setiap materi pembelajaran atau materi antar pembelajaran”. Sedangkan menurut Aina Mulyana (2011) adalah sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari atau peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. (http://ainamulyana .blogspot.com/2011/07/

panduan-pengintegrasian-pendidikan.html)

Dalam Desain Induk Pendidikan Karakter oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 21) disebutkan bahwa:

Ada banyak cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam materi pembelajaran, antara lain: mengungkapkan nilai-nilai yang ada dalam materi pembelajaran, mengintegrasikan nilai-nilai karakter menjadi bagian terpadu dari materi pembelajaran, menggunakan perumpamaan an membuat perbnadingan dengan kejadian-kejadian serupa dalam hidup para peserta didik, mengubah hal-hal melalui hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapkan nilai-nilai melalui diskusi dan curah pendapat, menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai, menceritakan kisah hidup orang-orang besar, menggunakan berbagai kegiatan.

(12)

commit to user

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka penanaman nilai-nilai karakter sebagai tujuan dari adanya pendidikan karakter dikembangkan dengan mengintegrasikannya dalam materi pembelajaran. Artinya, nilai- nilai karakter tersebut tidak dijadikan pokok bahasan sebagaimana ketika mengajarkan konsep, teori atau pun fakta seperti mata pelajaran tetapi dapat ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas.

Dalam struktur kurikulum kita, ada dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan PKn. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai- nilai.Terlebih dengan adanya kebijakan pemerinth terkait dengan pengintegrasian pendidikan karakter dalam semua mata pelajaan termasuk PKn, maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus benar-benar dapat menjadi ujung tombak yang tajam bagi keberhasilan integrasi pendidikan karakter terhadap mata pelajaran lainnya.

Oleh karenanya, hal yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah bagaimana mengembangkan karakter dalam materi pembelajaran PKn. Hal tersebut dapat diketahui tentunya dengan menguraikan nilai-nilai karakter dalam PKn dan pengembangan karakter dalam PKn.

b. Nilai –Nilai Karakter dalam PKn

Berdasarkan uraian tentang nilai-nilai karakter dan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran maka dapat ditarik kesimpulan nilai-nilai karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah merupakan pengenalan nilai-nilai karakter, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai karakter, dan penginternalisasian nilai-nilai karakter ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran PKn baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada mata pelajaran PKn.

(13)

commit to user

Menurut Doni Koesuma A. (2007: 208) menyatakan:

“Ada beberapa nilai yang bias menjadi bagian dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Nilai- nilai tersebut adalah Nilai Keutamaan, Nilai Keindahan, Nilai Kerja, Nilai Cinta Tanah Air, Nilai Demokrasi, Nilai Kesatuan, Nilai Moral, dan Nilai- nilai Kemanusiaan”.

Nilai- nilai diatas merupakan bagian integral yang bias dikembangkan dalam pembuatan proyek pendidikan karakter di sekolah.

Sedangkan menurut Aina Mulyana (2011) mengatakan:

“Nilai-nilai karakter untuk Mata Pelajaran PKn meliputi nilai karakter pokok dan nilai karakter utama. Adapun nilai karakter pokok mata pelajaran PKn meliputi : kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kedemokratisan, dan kepedulian”. (http://aina_integrasi.

pddk.karakter. pkn.wordpress.com).

Sedangkan nilai karakter utama mata pelajaran PKn yaitu : nasionalis, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, bertanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, dan kemandirian. Nilai-nilai karakter utama ini dapat dikembangkan lebih luas, untuk upaya memperkokoh fungsi PKn sebagai pendidikan karakter.

Berikut adalah nilai-nilai karakter utama dan nilai-nilai karakter pokok dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang disajikan beserta indikator- indikatornya.

Tabel 1 Nilai Karakter Pokok dan Nilai Karakter Utama dalam PKn

No Karakter Indikator

1 Kereligiusan a. Memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun.

b. Berdoa setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan/melaksanakan tugas.

(14)

commit to user

c. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit pada awal pelajaran.

d. Mengembangkan toleransi beragama.

e. Melaksanakan ibadah dengan baik.

f. Menghotmati orang yang sedang melaksanakan ibadah g. Menolak setiap sikap, tindakan dan kebijakan yang

menyimpang atau menodai agama.

2 Kejujuran a. Menepati janji.

b. Berkata dan bertindak secara benar sesuai dengan fakta/tidak berbohong.

c. Bekerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki.

d. Berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran.

3 Kecerdasan a. Berkata dan bertindak secara benar, cepat, dan akurat.

b. Mampu menerapkan pengetahuannya terhdap hal-hal yang baru.

4 Ketangguhan a. Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak mudah putus asa.

b. Mampu mengatasi permasalahan dan kesulitan sehingga berhasil meraih tujuan atau cita-citanya.

5 Kedemokratisan a. menghormati pendapat dan hak orang lain.

b. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

c. melaksanakan musyawarah dalam mengambil keputusan.

d. mengusahakan musyawarah untuk mencapai mufakat.

e. menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

f. keputusan musyawarah dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

g. menerima kekalahan dalam kompetisi yang jujur dan adil.

h. berpikir terbuka (mau menerima ide baru atau pendapat orang lain walaupun berbeda).

i. emosinya terkendali (misalnya: menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang-wenang dan tidak masuk akal).

j. berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah- masalah publik (termasuk aktif dalam kegiatan sekolah, memberikan masukkan dalam pembuatan peraturan kelas, peraturan sekolah, peraturan desa).

k. menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.

(15)

commit to user

6 Kepedulian a. Memelihara kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam.

b. Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan terhadap orang lain yang dilanda musibah atau kurang beruntung dalam kehidupannya.

c. Tidak bersifat masa bodoh terhadap perubahan atau keadaan lingkungan.

7 Nasionalisme a. Berbahasa Indonesia secara baik dan benar.

b. Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan, melakukan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasional, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan;

melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, dsb).

c. Setia kawan terhadap sesama anak bangsa.

d. Menggunakan produksi dalam negeri.

e. Mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan bangsa dan negara.

f. Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan budaya daerah maupun nasional (misalnya: memakai pakaian tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, dsb.

g. Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kenegaraan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika (misalnya, memasang bendera merah putih; aktif terlibat dalam setiap kegiatan peringatan, pemasyarakatan dan penegakan pilar-pilar kenegaraan tersebut).

8 Kepatuhan pada aturan sosial

a. mematuhi tata tertib sekolah.

b. mematuhi norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku.

c. tidak berbuat sewenang-wenang, anarkhis, main hakim sendiri atau melakukan tindakan diluar ketentuan.

9 Menghargai keberagaman

a. Saling menghormati dan bekerjasama walaupun adanya perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).

b. Tidak memilih-milh teman dalam pergaulan.

c. Menghargai hasil karya atau produk suku lain, dengan cara mengapresiasi, mengkoleksi, memakai , menyanyikan.

d.

10 Kesadaran akan a. Bersikap dan bertindak adil.

(16)

commit to user

hak dan

kewajiban diri dan orang lain

b. Belajar dengan tekun dan disiplin.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

d. Menghargai hak-hak orang lain.

e. Melaksanakan kewajiban dengan baik.

11 Bertanggung jawab

a. Melaksanakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik dan tepat waktu.

b. Berani menanggung resiko atau akibat dari segala perbuatannya.

c. Melakukan tugas dan kewajibannya sesuai ketentuan yang beraku.

d. Bersedia meminta maaf jika bersalah, dan berusaha tidak mengulangi lagi perbuatannya.

e. Bersedia mengundurkan diri karena gagal dalam melaksankan tugas, jika hal itu merupakan jalan keluar yang terbaik bagi kepentingan umum.

f. Bersedia dikenai sanksi hukum yang berlaku apabila telah terbukti melanggar peraturan.

12 Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

a. Mengemukakan/mengusulkan sesuatu yang masuk akal dengan menggunakan akal yang sehat dan hati nurani yang luhur.

b. Memberikan masukan yang bersifat mambangun.

c. Memberikan ide atau gagasan yang baik untuk kepentingan umum.

d. Memaparkan pendapat didasarkan pada fakta empirik.

13 Kemandirian a. Tidak tergantung pada orang lain;

b. Melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri

Ada banyak nilai karakter yang dapat dikembangkan pada peserta didik.

Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP, nilai-nilai utama tersebut disarikan dari butir-butir SKL (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006), SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006) , yakni sebagai berikut:

1) Kereligiusan

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

(17)

commit to user 2) Kejujuran

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

3) Kecerdasan

Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat dan cepat.

4) Ketangguhan

Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.

5) Kedemokratisan

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

6) Kepedulian

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.

7) Kemandirian

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Keberanian mengambil risiko

Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata.

10) Berorientasi pada tindakan

Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.

(18)

commit to user 11) Berjiwa kepemimpinan

Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.

12) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

13) Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

14) Gaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

15) Kedisiplinan

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

16) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

17) Keingintahuan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

18) Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

(19)

commit to user

19) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

20) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

21) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

22) Kesantunan

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

23) Nasionalisme

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

24) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Dari berbagai pendapat di atas, terdapat persamaan nilai yang menjadi pangkal tolak pengembangan yaitu ; nasionalisme, demokrasi, kereligiusan, kepedulian, menghargai keberagaman dan kejujuran.

c. Definisi Konseptual Nilai Karakter dalam PKn

Nilai karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai- nilai, dan penginternalisasian nilai- nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari- hari

(20)

commit to user

melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

d. Definisi Operasional Nilai Karakter dalam PKn

Definisi operasional nilai karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan merupakan persamaan dari pendapat- pendapat di atas dan juga merupakan tolak ukur penulis, yaitu: nasionalisme, demontrasi, kereligiusan, kepedulian, menghargai keberagaman, kejujuran.

Adapun definisi dari pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Nasionalisme adalah Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Demokrasi adalah Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

3) Kereligiusan adalah Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

4) Kepedulian adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.

5) Menghargai kebersamaan adalah Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

6) Kejujuran adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

(21)

commit to user

3. Keterkaitan Antara Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill) Dengan Nilai Karakter dalam PKn

Teori yang menghubungkan antara variabel ketrampilan kewarganegaraan terhadap nilai karakter pada penelitian ini peneliti menggunakan teori tabularasa.

Pelopor teori ini adalah John Locke (1632-1704) dalam mengemukakan bahwa:

Manusia dilahirkan seperti kertas kosong (putih) yang belum ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini kekuatan apa pada pendidik, pendidikan dan lingkungannya yang berkuasa atas pembentukan anak. (Soetopo Hendayat, 2005: 45)

Teori tabularasa merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang dibawa semenjak lahir tidak dianggap penting. Semuanya ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu pendidikan.

Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya. Pendidikan memegang peranan penting, sebab pendidikan menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak- anak. Lingkungan itu akan diterima anak sebagai sejumlah pengalaman yang telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

Cogan dan Derricott berargumen tentang pembentukan karakter warga negara sebagai berikut:

A citizen was defined as a constituent member of society. Citizenship, on the other hand, was said to be a set of characteristics of being a citizen. And finally, citizenship education, the underlying focal point of the study, was defined as the contribution of education to development of those characteristics of being a citizen. (Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah, 2007: 2).

Maknanya bahwa warga negara adalah anggota suatu masyarakat. Dengan kata lain untuk menjadi warga negara yang berkarakter harus dididik melalui

(22)

commit to user

pendidikan kewarganegaraan. Melihat pentingnya karakter bagi setiap individu sehingga Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 191-192) mengungkapkan karakter privat dan karakter publik bahwa, ”karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Untuk karakter publik seperti kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, berpikir kritis dan kemauan untuk mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan dengan lancar”.

Hal tersebut di atas, sejalan dengan bentuk keterampilan kewarganegaraan sebagaimana yang dipaparkan oleh Mukhamad Murdiono (2008: 14) Keterampilan kewarganegaraan (civic skill) dapat dilihat dari tingkat partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran, b. Keterampilan mengamati, menganalisis dan menyimpulkan, c. Keterampilan menyampaikan pendapat atau tanggapan, d. Keterampilan menghargai pendapat orang lain,

e. Keterampilan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.

Dengan demikian penanaman nilai-nilai karakter yang terbentuk sangat mendukung peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skill) pada peserta didik. Perilaku seseorang yang berkarakter pada hakikatnya merupakan wujud tingkah laku atau tindakan yang menunjukkan warga negara yang terampil (civic skill). Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, tidak menghargai orang lain, dapat dikatakan orang tersebut memanifestasikan karakter buruk sehingga aplikasi keterampilan kewarganegaraan juga buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, bertanggung jawab, suka menolong, tentu orang tersebut memanifestasikan karakter baik dan mulia sehingga keterampilan kewarganegaraan yang teraplikasikan menunjukkan warga negara yang terampil sesuai dengan norma, kaidah dan aturan hukum.

(23)

commit to user

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

a. Ardiansyah, 2012, Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter Pada Mata Pelajaran PKn Dalam Meningkatkan Nilai Karakter Siswa Kelas XI SMA Negeri I Hamparan Perak. (1) Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat perhitungan rxy diperolah koefisien r = 0,579 maka besarnya rxy

terdapat pengaruh antara variabel X yaitu penerapan pendidikan berbasis karakter dan variabel Y yaitu nilai karakter siswa terdapat pengaruh yang cukup atau sedang. (2) Harga itu diuji keberartiannya dengan menggunakan perhitungan uji “t” maka diperoleh thitung = 4,377 dengan harga ttabel = 2,021 (thitung > ttabel) untuk taraf signifikan 5%. (3) Dengan demikian hipotesis (Ho) di tolak dan hipotesis (Ha) yaitu Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan pendidikan berbasis karakter terhadap peningkatan nilai krakter siswa kelas XI pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri I Hamparan Perak dapat diterima.

b. Nina Herlina, 2007, dengan judul ”Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Kesadaran Moral Siswa terhadap Kompetensi Dasar Kemampuan Menganalisis dan Menerapkan Nilai dan Norma (Agama, Kesusilaan, Kesopanan, dan Hukum) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas X SMA N 3 Surakarta Tahun Ajaran 2006/ 2007”. Dengan hasil bahwa (1) ada pengaruh signifikan perhatian orang tua terhadap kompetensi dasar kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum) dengan bukti FO>Ft =5,0207>3,89 pada taraf signifikan 5%, (2) ada pengaruh signifikan kesadaran moral siswa terhadap kompetensi dasar kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum) dengan bukti FO>Ft

=10,9958>3,89 pada taraf signifikan 5%, (3) tidak ada interaksi antara perhatian orang tuan dan kesadaran moral siswa terhadap kompetensi dasar kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama,

(24)

commit to user

kesusilaan, kesopanan, dan hukum) dengan bukti FO<Ft =0,8763<3,89 pada taraf signifikan 5%.

Berdasarkan penelitian tersebut setidaknya dapat diketahui bahwa siswa dituntut untuk memiliki kecakapan hidup seperti kemampuan berpikir kritis serta ketrampilan kewarganegaraan. Hal tersebut disinyalir akan berdampak pada penerapan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari yang membentuk nilai karakter pada diri siswa.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur fikiran penulis secara menyeluruh dan sistematis dalam memberikan penjelasan yang didasarkan pada masalah penelitian. Kerangka fikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pendidikan kewarganegaraan yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum dengan paradigma baru. Adapun visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai berikut:

Visi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memberikan penekanan yang lebih kuat pada nation and character, pemberdayaan warga neagara, dan memperkuat berkembangnya masyarakat kewarganegaraan. Sedangkan misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru adalah pembentukan warga negara yang baik yang memiliki ciri-ciri aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berbudaya politik kearganegaraan serta berpikir kritis dan kretaif. (Cholisin, 2007: 29).

Keinginan untuk membangun karakter sebagaimana visi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru bangsa terus berkobar dimasa reformasi ini.

Keinginan untuk menjadi bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, menghargai ketaaatan hukum merupakan beberapa karakter bangsa yang diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Namun, kenyataan yang ada justru menunjukkan fenomena sebaliknya. Di kalangan pelajar dan mahasiswa terjadi dekadensi moral yang menunjukkan

(25)

commit to user

rendahnya keterampilan kewarganegaraan (civic skill) diantaranya perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap kali diperlihatkan. Hal lain yang menggejala yakni berbentuk kenakalan. Beberapa diantaranya adalah tawuran antar pelajar yang kini sudah menjadi tradisi khususnya di kota-kota besar. Bentuk lain seperti pergaulan bebas, penyalahgunakan narkoba serta maraknya genk motor bahkan seringkali menjurus pada tindakan kekerasan dan tindakan kriminal seperti pemalakan dan penganiayaan. Semua ini menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar. Tindakan-tindakan tersebut tentunya tidak mencerminkan keterampilan kewarganegaraan (civic skill) sebagaiman yang diharapkan.

Untuk itu, perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuh kembangkan karakter positif serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik, dari negatif menjadi positif, dari yang tidak terampil menjadi terampil.

Kebijakan pemerintah tentang Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa melalui menteri pendidikan menggalakkan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam materi pembelajaran, termasuk diantaranya pendidikan kewarganegaraan. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan dapat memperkuat penanaman nilai-nilai karakter dalam pendidikan kewarganegaraan sehingga komponen penting dalam pendidikan kewarganegaraan yakni pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), karakter kewarganegaraan (civic dispotition) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill) dapat tercapai dengan sebagaimana mestinya. Kerangka berfikir di atas dapat digambarkan di bawah ini:

(26)

commit to user

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010: 96) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dalam penelitian penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

“ Ada pengaruh yang positif dan singnifikan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill) Terhadap Nilai Karakter dalam PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2012/2013”.

Kurangnya tingkat kecakapan intelektual

dan partisipasi pada peserta didik

PKn

o Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)

o Keterampilan Kewarganegaraan (civic skill) (X)

o Watak

Kewarganegaraan (civic dispotition)

Peningkatan Nilai Karakter

(Y)

Referensi

Dokumen terkait

Silinder kerja hidrolik merupakan komponen utama yang berfungsi untuk merubah dan meneruskan daya dari tekanan fluida, dimana fluida akan mendesak piston yang

1) Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efekttif. 2) Sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling

Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari

Implementasi Pendidikan Multikultural Untuk Mengembankan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill).. (Studi Deskriptif di SMP

Ada beberapa alasan utama mengapa dalam beberapa waktu ke depan EVA dapat digunakan atau dijadikan salah satu alat ukur utama dalam menilai kinerja keuangan sebuah

KOMPONEN KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN CIVIC KNOWLEDGE CIVIC SKILLS • COGNITIVE SKILLS • PARTICIPATORY SKILLS CIVIC DISPOSITIONS... Leading citizenship in schools|

Salah satu bentuk kekerasan seksual yang paling umum di dunia adalah dilakukan oleh pasangan intim, yang berarti salah satu faktor risiko utama bagi seorang perempuan

Katup ekspansi adalah salah satu komponen yang terdapat pada sistem refrigerasi kompresi uap yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran yang berasal dari