• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Nirmana Dwi Matra dari Bahan Bekas dan Alami pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono Tahun Pelajaran 2015/2016 JURNAL MULYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Nirmana Dwi Matra dari Bahan Bekas dan Alami pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono Tahun Pelajaran 2015/2016 JURNAL MULYO"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN NIRMANA DWI MATRA DARI BAHAN

BEKAS DAN ALAMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1

JATISRONO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Mulyo Ady Murtanto Universitas Sebelas Maret e-mail : [email protected]

Abstract : The purpose of this study was to determine (1) Implementation of the

two-dimensional Nirmana learning in X class SMA Negeri 1 Jatisrono. (2) Barriers and support in the implementation of the two-dimensional Nirmana learning in X class SMA Negeri 1 Jatisrono. This study using descriptive qualitative techinque. The data using informant wich selected from the teacher of Arts and Culture X class SMA Negeri 1 Jatisrono, as well as photo documentation of work, and archival documents. Data collection techniques were using direct observation, interview, and documentation. The sampling technique use purposive sampling and snowball sampling. Validity data using triangulation of data and review informant. Analysis of data reduction, presentation, and conclusion. Analysis of data using an interactive model. The results of this study indicate that: (1) Learning the art of two-dimensional material culture nirmana done applicative approach, which involves students directly in the process nirmana two-dimensional work. (2) The barriers that teachers faced are related to student discipline in carrying tools and materials, lack of consultation. While support in this matter was the enthusiasm of the students as well as students' perceptions about art and culture that is a subject that is not much need to thinking.

Keywords: Learning Process, Nirmana two-dimensional

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pelaksanaan pembelajaran Nirmana Dwimatra dikelas X SMA Negeri 1 Jatisrono. (2) Hambatan dan dukungan dalam pelaksanaan pembelajaran Nirmana Dwimatra dikelas X SMA Negeri 1 Jatisrono. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.Sumber data yang digunakan adalah informan yang dipilih yakni guru mata pelajaran Seni Budaya kelas X dan siswa kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono, serta dokumentasi foto hasil karya, dan dokumen arsip.Teknik pengumpulan data yang digunakanobservasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakanpurposive samplingdan snowball

sampling. Validitasi data yang digunakantriangulasidata dan review informant.

(2)

commit to user

langsung dalam proses berkarya nirmana dwimatra. (2) Hambatan yang dihadapi guru adalah terkait kedisiplinan siswa dalam membawa alat dan bahan, kurangnya konsultasi. Sedangkan dukungan dalam materi ini adalah antusiasme siswa serta persepsi siswa tentang seni budaya yang merupakan mata pelajaran yang tidak banyak menuntut berfikir.

Kata Kunci :Proses Pembelajaran, Nirmana Dwimatra

PENDAHULUAN

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan menyangkut banyak hal,

sehingga hampir semua ahli psikologi mempunyai tafsirannya sendiri-sendiri

tentang apa yang dimaksud dengan belajar, tafsiran itu sering berbeda satu sama

lain, berdasarkan tekanan yang mereka berikan di dalam proses dan kegiatan

belajar itu.

Menurut pendapat Purwanto (1990: 84) bahwa : ”Belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalaman berulang-ulang dalam situasi itu”. Jadi setiap selesai

kegiatan belajar maka akan terjadi tiga jenis perubahan yang diharapkan, yaitu;

(1)perubahan tingkah laku; (2)perubahan mengenai pengetahuannya;

(3)perubahan mengenai keterampilannya.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Syamsudin (1985: 70) berpendapat

bahwa, “Belajar adalah suatu perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”

Kegiatan belajar mengajar merupakan rentetan perbuatan guru dan murid

yang harus mempunyai pola tertentu, sehingga terjadi proses belajar mengajar dan

dapat mencapai suatu tujuan pembelajaran. Menurut Usman (1990: 21). Guru

dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan

kepada siswa sehingga ia mau belajar, karena siswalah subjek utama dalam

belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada

lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa sebagai berikut:

a. Melibatkan siswa secara aktif

b. Menarik minat dan perhatian siswa

(3)

commit to user d. Prinsip Individualitas

e. Peragaan dalam pengajaran

Peran serta aktif siswa dalam belajar berarti menunjukan prestasi lebih baik,

dan setiap individu akan lebih siap siaga dan cenderung lebih merasa aman. Hal

ini sesuai dengan yang diungkapkan Schuler dan Jakson (1997: 354) bahwa :

Individu-individu menunjukan prestasi lebih baik bila mereka secara aktif terlibat dalam proses belajar. Bantuan organisasi dalam bidang ini dapat berkisar dari pendorong peran serta aktif dalam diskusi ruang kelas untuk menyusun beberapa program guna membantu melakukan perubahan strategi utama. Hal yang penting adalah menghubungkan individu dengan belajar melalui peran aktif, agar individu-individu tetap lebih siap siaga dan lebih cenderung merasa nyaman.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran serta

aktif dalam belajar akan mengalami proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan atau pengalaman dan dapat dimanifestasikan dalam

bentuk prestasi belajar.

Salah satu proses dari kegiatan belajar adalah belajar mengembangkan

kemampuan daya cipta dengan belajar seni rupa, Ada dua sasaran pendidikan seni

rupa, yaitu pendidikan seni rupa bagi sekolah umum dan pendidikan seni bagi

sekolah kejuruan, kursus atau pusat magang kesenirupaan dan kriya. Di sekolah

kejuruan seni rupa, pengajaran seni rupa lebih mengutamakan pemberian bekal

kepada siswa agar berhasil sebagai lulusan yang memiliki kemampuan atau

keterampilan bidang seni rupa tertentu. Di sekolah umum, pendidikan seni rupa

yang diperuntukkan bagi seluruh siswa lebih ditekankan pada berbagai

pengalaman kesenirupaan sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan seni rupa yang berkualitas adalah apabila dilandasi pada aspek

kreativias dan emosi karena kreativitas memiliki nilai konstruktif sedangkan

emosi memiliki nilai ekspresi komunikasi.

Pendidikan seni sebagai bagian dari Pendidikan Nasional seyogianya

memperhatikan makna yang terkandung di dalam tujuan pendidikan nasional,

yaitu berperan dalam mengembangkan kehidupan individu dalam pengembangan

(4)

commit to user

Peranan guru seni rupa dalam pendidikan seni hendaknya terfokus pada

penciptaan iklim belajar yang menunjang suasana yang akrab serta penerimaan

guru atas pribadi siswa yang beraneka ragam serta karya dan gagasan yang

bervariasi. Tugas guru meliputi lima kegiatan penting, yaitu (1) merancang, (2)

memotivasi, (3) membimbing, (4) mengevaluasi dan (5) menyelenggarakan

pameran.

Pelaksanaan pendidikan seni rupa di sekolah umum terutama tingkat

pendidikan lanjutan harus berdasarkan prinsip bahwa pendidikan seni merupakan

wahana bermuatan edukatif dan membangun kreativitas siswa. Untuk mencapai

tujuan ini, dapat digunakan pendekatan inspiratif yaitu pendekatan yang dapat

menggugah keharuan siswa untuk berkarya seni.

Kreativitas siswa dapat dibangun atau dipancing melalui pengalaman

langsung (direct experience as a form of stimulation), rangsangan verbal (verbal

stimulation), benda seni (art material as stimulation), dan audio-visual

(audio-visual stimulation) serta pengalaman pribadi.

Secara gabungan, pemancing kreativitas atau perangsang daya cipta

merupakan gabungan dari 4 (empat) jenis stimulasi, yaitu stimulasi yang klasikal

rutin, individual rutin, klasikal insidental dan individual insidental.

Stimulasi klasikal rutin adalah peristiwa atau pengalaman yang dialami

siswa secara rutin sehingga siswa akan menghayati keadaan, kejadian atau

peristiwa yang sama karena peristiwanya dapat diramalkan dan datangnya rutin

yang kemudian diekspresikan dalam bentuk karya seni. Contoh: merancang

Gapura HUT RI, membuat poster pertandingan olah-raga, dan lain-lain.

Bagi guru seni rupa, proses penciptaan kreativitas siswa melalui stimulasi

daya cipta harus dibangun melalui pendekatan divergen dan problem solving.

Disamping itu sebagai guru harus mampu menciptakan metode pembelajaran

yang diminati oleh siswa sehingga siswa menjadi termotivasi dan lebih

memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Metode pembelajaran seni rupa dapat dikelompokkan atas dasar (1) kegiatan

belajar (2) keleluasaan penyaluran ekspresi yaitu yang menekankan kebebasan

(5)

commit to user

calon guru seni rupa, maka metode pembelajaran (1) yang mengutamakan teknik

yang dilengkapi bekal teori yang memadai bagi siswa sekolah lanjutan dan (2)

yang mengutamakan penyaluran ungkapan perasaan yang akan berlaku bagi anak

kecil maupun anak besar. Metode-metode pembelajaran tersebut adalah metode

ekspresi bebas, metode kerja kelompok, metode global, dan metode pengajaran

terpadu.

Metode ekspresi bebas digunakan untuk memberi keleluasaan kepada siswa

untuk mengekspresikan perasaannya ke dalam penciptaan karya seni. Proses

penciptaan seni dalam metode ini dimulai dari penentuan tema yaitu isi ungkapan

yang akan disampaikan, media yaitu bahan dan alat yang dipilih untuk digunakan

siswa dalam mewujudkan bentuk ungkapan seni, dan gaya ungkapan yaitu

ungkapan seni yang sifatnya sangat individual sehingga setiap siswa akan

menghasilkan karya seni yang berbeda-beda.

Metode kerja kelompok adalah metode pembelajaran seni yang

mengutamakan pengalaman berkelompok para siswa yang bertujuan membina

perkembangan sosial siswa. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu kelompok

kerja paduan (group work) dan kerja kolektif (collective work). Sebagai langkah

yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan metode kerja kelompok maupun

individual untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tentu sudah dilakukan, namun

dalam praktiknya banyak menemui berbagai kendala dalam proses pembelajaran.

Salah satu yang menjadi kendala dalam mewujudkan tujuan pembelajaran adalah

dari faktor intern siswa, yaitu; (1) dalam berkarya seni di sekolah, umumnya

siswa menjadikan pelajaran berkarya seni sebagai mata pelajaran selingan yang

tidak dianggap penting dan bagi mereka yang terpenting adalah mata pelajaran

yang dijadikan Ujian Nasional; (2) kurangnya percaya diri siswa dalam berkarya

seni rupa karena banyak yang merasa tidak mampu dan tidak berbakat dalam

bidang seni.

Disamping karena faktor-faktor dari siswa diatas tentang respon terhadap

pelajaran seni, pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Atas merupakan

salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa, karena pembelajaran

(6)

commit to user

Selain itu, berkarya seni juga dapat menjadi pelepas penat pikiran dan kejenuhan

akibat mengikuti pelajaran-pelajaran lain yang membutuhkan konsentrasi dan

daya pikir tinggi. Salah satu materi seni budaya dalam pelajaran di SMA adalah

nirmana dwimatra, Nirmana itu sendiri mengajarkan tentang dasar-dasar yang

mudah dalam berkarya seni rupa yang meliputi penerapan prinsip dan penyusunan

unsur-unsur seni rupa. Dalam hal ini ada dua alasan penerapan materi nirmana

dwimatra dari bahan bekas, sintetis dan alami sebagai bahan materi praktik, yaitu

Karya seni rupa yang dipahami dan diketahui oleh siswa pada umumnya di SMA

Negeri 1 Jatisono kebanyakan adalah seni lukis atau gambar realis, mereka

memahami sebuah karya seni rupa itu adalah sebuah karya lukisan atau gambar

yang mirip dengan objek aslinya yang digambar. Dengan pemahaman itu siswa

merasa kurang percaya diri dan kurang termotivasi untuk berkarya seni rupa.

Disamping siswa kurang memahami karya seni rupa, sebab lain yang menjadi

kurangnya motivasi berkarya seni siswa adalah siswa merasa tidak berbakat

dibidang seni rupa khususnya menggambar dan tidak adanya kegiatan yang

mendukung siswa berkarya seni rupa (menggambar) dilingkungan keluarga dan

tempat tinggal sehingga bagi masing-masing siswa karya seni rupa merupakan

sesuatu yang asing dan sulit untuk diciptakan.

Disamping pengetahuan dan pemahaman para siswa akan karya seni rupa

yang kurang, siswa juga mempunyai pandangan bahwa berkarya seni rupa itu

memerlukan biaya untuk penyediaan media yang mahal, selain itu mereka merasa

sudah banyak tugas mata pelajaran lain yang mesti mengeluarkan biaya juga.

Sebagai contoh membeli cat warna, kanvas, kuas, palet, yang rata-rata harganya

dinilai mahal oleh kalangan siswa. Masalah keuangan untuk kegiatan belajar

mengajar secara umum dilihat dari keadaan ekonomi keluarga siswa di SMA

Negeri 1 Jatisrono rata-rata dalam kelas menengah kebawah, jika menggambar

dengan media yang sederhana saja mereka kadang kesulitan, apalagi harus

mengeluarkan biaya yang lebih banyak selain untuk membayar SPP, hal ini bisa

membuat minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran seni budaya

tidak hanya berkurang, namun bisa saja menjadi pelajaran momok atau yang tidak

(7)

commit to user

Melihat kedua faktor diatas, penerapan materi nirmana dwimatra dirasa

tepat dalam memberi motivasi dan dorongan kepada siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran seni. Dengan alasan pembelajaran seni dengan materi

nirmana dwimatra ternyata bisa atau dapat mengubah mindset siswa bahwa

berkarya seni rupa itu tidak seperti yang dipahami siswa (menggambar dan

melukis seperti dengan aslinya), yaitu dengan nirmana itu sendiri merupakan

suatu karya seni sebagai dasar-dasar yang mudah dalam menyusun unsur-unsur

seni rupa dengan menerapkan prinsip-prinsip seni rupa menjadi sebuah

komposisi yang indah seperti halnya karya seni rupa pada umumnya.

Selain itu dengan menerapakan materi nirmana dwimatra bisa juga

menggunakan media yang tidak membutuhkan biaya mahal dan dengan proses

yang menyenangkan. Media yang dimaksud adalah penggunaan bahan-bahan

limbah atau alam sebagai unsur utama pembentuk komposisi karya, dengan

demikian pandangan siswa akan media berkarya seni rupa yang mahal bisa

ditepis dan siswa tidak lagi terbebani dengan berkarya seni dengan biaya yang

mahal. Didalam melaksanakan praktik nirmana dwimatra siswa dituntut lebih

kreatif dalam memadu padankan bahan-bahan yang digunakan serta model kreasi

berkarya yang apik dan menarik.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam proses kegiatan belajar seni

rupa khususnya berkarya seni rupa, maka diterapkan materi nirmana dwi matra

dengan media alami, sintetis dan barang bekas, dengan menerapkan materi

tersebut kegiatan belajar siswa jadi termotivasi dan menyenangkan sehingga apa

yang menjadi tujuan belajar bisa tercapai.

Atas dasar uraian tersebut penulis tertarik dalam melakukan penelitian

kajian tersebut, karena dengan nirmana dwimatra mampu memotivasi sekaligus

menepis kendala yang dialami oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono,

Wonogiri.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jatisrono. Kelas yang

(8)

commit to user

penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber, yang meliputi; (1) informan atau

narasumber yakni Eko Purnomo, S.Pd selaku guru mata pelajaran Seni Budaya

serta siswa kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono; (2) tempat dan peristiwa

pembelajaran yaitu SMA Negeri 1 Jatisrono saat pembelajaran Seni Budaya

materi Nirmana dwimatra (3) dokumen yang meliputi foto peristiwa, hasil karya

siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, dan catatan wawancara.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan atau observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Validitas data dengan triangulasi data dan review

key informan. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan model analisis mengalir. Proses analisis dengan tiga

komponen analisisnya tersebut saling menjalin dan dilakukan secara terus

menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Tiga komponen tersebut

masih aktif bertautan dalam jalinan dan masih tetap dilakukan pada waktu

pengumpulan data sudah berakhir, dan dilanjutkan sampai waktu proses penulisan

laporan penelitian berakhir (Sutopo, 2002: 94). Sehingga analisis data pada

penelitian ini dilakukan dengan saling terjalinnya proses reduksi data, sajian data

dan penarikan simpulan verifikasi sampai waktu proses penulisan laporan

penelitian berakhir.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk kualitatif dengan strategi

pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif merupakan usaha penyelidikan dan

pemecahan masalah yang aktual dengan cara mengumpulkan data, menyusun,

mengklasifikasi, analisi dan intrepetasi dengan data yang dikumpulkan berwujud

kata – kata dalam kalimat atau gambar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan Pembelajaran

Mata pelajaran seni rupa, memiliki banyak manfaat dan tujuan bagi para

siswa. Diantaranya, proses berkarya seni rupa nirmana dwimatra salah satunya

bertujuan untuk mengembangkan daya kreasi dan daya cipta memproduk sebuah

karya seni, melatih tentang kepekaan terhadap bahan sekitar yang digunakan

(9)

commit to user

tertuang didalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu merancang

karya seni nirmana dwimatra menggunakan bahan bekas, alami dan sintetis/

buatan.

Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran dalam

pembelajaran nirmana dwimatra ini antara lain bermacam-macam contoh karya

nirmana dwimatra dari hasil karya kakak kelas terdahulu maupun contoh karya

nirmana dwimatra yang diambil dari internet.

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran seni rupa di

SMAN 1 Jatisrono untuk menyampaikan materi didepan kelas dengan metode

ceramah dan menunjukkan contoh karya. Guru memberikan ceramah dengan

menyampaikan tentang apa itu nirmana dwimatra, kemudian dilanjutkan tentang

menyampaikan unsure-unsur apa saja yang terdapat didalamnya, serta

prinsip-prinsip yang terdapat dalam pembuatan nirmana dwimatra. Pada metode

demonstrasi guru terlebih dahulu menguji kepekaan siswa tentang prinsip-prinsip

yang ada di karya nirmana dwimatra yang dibuat oleh kakak kelas terdahulu,

setelah para siswa sudah paham apa itu nirmana dwimatra serta unsure dan

prinsipnya kemudian guru mencontohkan/ menggambar di papan tulis (white

board) tentang membuat konsep/rancangan dalam membuat nirmana dwimatra.

Dalam hal tersebut alat peraga yang digunaka adalah karya nirmana dwimatra

yang dibuat oleh kakak kelas terdahulu, alat peraga disini juga termasuk didalam

media pembelajaran yang fungsinya agar tujuan pembelajaran dapat tersampaikan

kepada siswa.

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran dalam

menyampaikan materinya kepada para siswa adalah menggunakan spidol, papan

tulis/ whiteboard, alat peraga, serta buku materi. Hal demikian digunakan untuk

menunjang proses belajar mengajar dan juga memperjelas tentang pemahaman

siswa dalam menyerap materi yang diberikan guru.

Metode Pmbelajaran. Metode pembelajaran seni rupa di SMAN 1

(10)

commit to user

dan tanya jawab. Metode tersebut digunakan agar tercapainya tujuan

pembelajaran.

Metode Ceramah. Metode ceramah juga harus diselingi oleh media yang

menarik agar siswa tidak bosan, misalnya daam materi nirmana dwimatra ini,

guru memberikan ceramah mengenai pengertian unsur-unsur, beserta prisip dalam

membuat karya nirmana dwimatra. Pada saat guru melakukan ceramah guru

berusaha mengelilingi atau berjalan ketempat duduk siswa, hal ini bertujuan agar

siswa selalu memperhatikan apa yang diajarkan.

Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi cocok digunakan dalam mata

pelajaran seni budaya, karena siswa menjadi lebih paham bagaimana dan apa itu

nirmana dwimatra. Sebelum mulai berkarya siswa membuat konsep terlebih dulu

di secarik kertas A4. Para siswa membuat konsep nirmana dwimatra beserta bahan

apa saja yang mereka akan gunakan. Dengan demikian guru memberikan

kebebasan namun masih sesuai dengan ajaran dan memberikan keleluasaan untuk

menuangkan daya cipta dan kreativitas yang mereka miliki.

Metode Pemberian Tugas. Dalam metode pemberian tugas ini, guru

membebaskan para siswa dalam menuangkan ide serta gagasan mengonsep

nirmana dwimatra sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini

dilakukan agar memancing daya cipta kreativitas yang dimiliki siswa karena

setiap individu memiliki kreativias yang berbeda. Sebelum tugas yang diberikan,

guru harus menyelesaikan pokok pembahasan materi terlebih dahulu sehingga

siswa menguasai materi dengan sungguh-sungguh.

Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab setelah ceramah bertujuan

menguji pemahan siswa dan member kesempatan siswa untuk menanyakan hal

yang belum mereka ketahui dan pahami. Dalam hal ini guru dituntut lebih kreatif,

jika siswa kurang aktif bertanya maka guru yang akan bertanya kepada siswa

tersebut. Metode ini diterapkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi nirmana dwimatra. Apabila siswa ada yang belum paham tentang

materi yang disampaikan, maka siswa berhak untuk bertanya kepada guru. Siswa

yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan akan mendapatkan nilai tambahan

(11)

commit to user Evaluasi Pembelajaran

Proses pengamatan secara langsung merupakan proses yang dilakukan guru

terhadap karya nirmana dwimatra siswa kelas X. setiap pertemuanya guru

memantau, mengamati, dan mengarahkan kepada siswa agar mengerjakan secara

baik dan sesuai prosedur. Penilaian guru bukan hanya pada hasil akhir tetapi juga

memantau siswa dalam mengerjakan. Guru juga menilai dari segi perilaku

kreativitas, dan kebersihan karya. Hasil dari pemantaun guru terhadap siswa

berdampak positif bagi siswa itu sendiri, siswa juga merasa senang apabila guru

melakukan metode pendekatan memudahkan untuk mengatasi kesulitan yang

mereka alami.

Hambatan dan Dukungan Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Berkarya

Nirmana Dwimatra Kelas X di SMA Negeri 1 Jatisrono

Hambatan Pelaksanaan Pembelajaran :

Kurangnya pemahaman siswa dalam memahami materi praktek. Ada

sebagian kecil siswa belum bisa memahami penuh bagaimana cara proses

berkarya yang sesuai dengan kreatifitas masing-masing, karena masih banyak

siswa yang terpaku pada cara-cara berkarya dan contoh-contoh karya yang

diberikan oleh guru.

Persiapan alat dan bahan siswa yang kurang maksimal. Salah satu

proses pelaksanaan pembelajaran berkarya nirmana dwimatra adalah

mempersiapkan media atau alat dan bahan agar proses pelaksanaan pembelajaran

lebih efektif dan efisien, namun pada tahap persiapan alat dan bahan ini bisa

menjadi kendala dalam berkarya karena setiap kelas tidak semua siswa bisa

mempersiapkan media yang digunakan untuk berkarya sehingga terjadi proses

yang kurang efektif. Sebagai contoh siswa sudah mempersiapkan media tempel

dan bahan sebagai unsur tetapi belum mempersiapkan lem.

Kurangnya konsultasi/komunikasi siswa dengan guru ketika berkarya

di kelas. Banyak siswa yang enggan bertanya ataupun berkonsultasi kepada guru

dikarenakan dalam diri siswa punya perasaan takut ataupun malu. Hal ini sangat

(12)

commit to user

bagaimanapun juga pengalaman dan ilmu guru sangat dibutuhkan untuk

menambah kualitas karya seni siswa.

Dukungan Pelaksanaan Pembelajaran :

Persepsi siswa terhadap mata pelajaran Seni Budaya. Kegiatan belajar

mengajar setiap hari disekolah sangat dimungkinkan membuat siswa mengalami

kejenuhan dan kelelahan fikir, apalagi dengan suguhan mata pelajaran rumus dan

hitungan. Dengan ini siswa akan memilah-milah dan membandingkan antara

pelajaran satu dengan yang lain, dalam presepsi siswa pelajaran seni merupakan

pelajaran yang bisa membawa kepada situasi yang rileks dan membuat nyaman

karena pelajaran ini tidak menuntut banyak berfikir.

Antusiasme siswa dalam berkarya seni. Materi-materi pelajaran yang

diberikan guru disekolah sebagian besar bersifat teoritis yang dipandang dan

dirasa siswa sangat umum dan biasa dalam kegiatan pembelajaran, tentunya

dengan kondisi yang demikian siswa akan merasa jenuh dan bosan. Diantara mata

pelajaran yang diajarkan disekolah, pelajaran seni yang mengajarkan siswa untuk

berkreatifitas menciptakan produk estetika, kondisi tersebut menjadikan penilaian

siswa bahwa seni merupakan pelajaran yang mengasyikan karena dalam

prosesnya tidak menuntut banyak pikir. Hal inilah yang membuat siswa sangat

antusias dalam menciptakan karya seni karena dipandang siswa paling beda

diantara mata pelajaran lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran seni rupa materi nirmana

dwimatra pada kelas X di SMAN 1 Jatisrono tahun 2015/ 2016 disimpulkan

bahwa tujuan pembelajaran seni budaya pada materi nirmana dwimatra di SMAN

1 Jatisrono terdapat pada kompetensi dasar yang tertuang didalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu merancang karya seni nirmana dwimatra

menggunakan bahan bekas, alami dan sintetis/ buatan. Proses berkarya seni rupa

nirmana dwimatra salah satunya bertujuan untuk mengembangkan daya kreasi dan

daya cipta memproduk sebuah karya seni, melatih tentang kepekaan terhadap

(13)

commit to user

Hambatan dan Dukungan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran

nirmana dwimatra adalah; (1) kurangnya pemahaman siswa dalam memahami

materi praktek, yakni ada sebagian kecil siswa belum bisa memahami penuh

bagaimana cara proses berkarya yang sesuai dengan kreatifitas masing-masing,

karena masih banyak siswa yang terpaku pada cara-cara berkarya dan

contoh-contoh karya yang diberikan oleh guru; (2) persiapan alat dan bahan siswa yang

kurang maksimal, yakni tidak semua siswa bisa mempersiapkan media yang

digunakan untuk berkarya sehingga terjadi proses yang kurang efektif;

(3)kurangnya konsultasi/ komunikasi beberapa siswa dengan guru ketika berkarya

di kelas, yakni siswa yang enggan bertanya ataupun berkonsultasi kepada guru

dikarenakan dalam diri siswa punya perasaan takut ataupun malu.

Dukungan yang ditemui guru dalam pelaksanaan praktek materi nirmana

dwimatra adalah : (1) persepsi siswa terhadap mata pelajaran Seni Budaya, yakni

dalam persepsi siswa pelajaran seni merupakan pelajaran yang bisa membawa

kepada situasi yang rileks dan membuat nyaman karena pelajaran ini tidak

menuntut banyak berfikir; (2) antusiasme siswa dalam berkarya seni, yakni

pelajaran seni yang mengajarkan siswa untuk berkreatifitas menciptakan produk

estetika, kondisi tersebut menjadikan penilaian siswa bahwa seni merupakan

pelajaran yang mengasyikan karena dalam prosesnya tidak menuntut banyak pikir.

Hal inilah yang membuat siswa sangat antusias dalam menciptakan karya seni

karena dipandang siswa paling beda diantara mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ngalim Purwanto. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Referensi

Dokumen terkait

menahan diri untuk tidak memukul sebisa mungkin juga merupakan sunnah Nabi SAW, karena Rasulullah tidak pernah memukul istri maupun pembantu beliau kecuali dengan pukulan ringan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) DALAM MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 1 SUKABUMI.. Universitas

Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi sehingga skripsi dengan judul “Pengembangan

Berdasarkan temuan dan pembahasan peneliti diketahui bahwa dari tujuh proses pemberian kredit dalam tahap preventif telah dilakukan dengan benar, namun tahap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji organoleptik terhadap warna, rasa, dan tekstur bubuk instan yang paling disukai adalah bubuk instan campuran tepung kecambah jagung

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa penerapan metode pemberian tugas (assignment) berpengaruh terhadap pemahaman menggambar siswa pada mata

 Jika produk pangan berupa olahan dari hewan  selain asal hewan, proses penyembelihan sesuai syariah Islam, bahan tambahan lainnya harus halal, juga proses

Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya.. Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan