• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi tentu akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi sektor ekonomi dari suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data PDRB daerah tersebut. Pertumbuhan PDRB adalah salah satu indikator penting untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan PDRB juga dapat digunakan untuk menentukan arah pembangunan untuk periode yang akan datang dengan membuat perencanaan dan program yang sesuai.

Menurut Todaro dan Smith (2003), Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dari perubahan PDRB dalam suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan semakin baik kegiatan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ditunjukkan dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan

(2)

2 yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah dalam mengelola pemerintahan dan keuangan daerah. Otonomi daerah mempunyai tujuan untuk mencapai kemandirian daerah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Hal tersebut dimaksudkan karena setiap daerah lebih mengerti kondisi daerahnya sehingga pembangunan daerah akan dapat difokuskan pada prioritas kebutuhan dan potensi yang dimiliki daerah masing-masing.

Nilai dari PDRB suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah tingkat pendapatan daerah dari suatu daerah tersebut. Menurut Mawarni (2013), PAD memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan PDRB di Kabupaten Sleman. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2007) yang menunjukkan hasil berbeda dimana PAD tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap PDRB.

Menurut Arsyad (2004), Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah juga dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah salah satunya dalam hal pengelolaan keuangan daerah di bidang pengeluaran pemerintah. Belanja barang untuk dan belanja modal untuk pemenuhan fasilitas yang dilakukan oleh pemerintah daerah pada sektor ekonomi produktif akan meningkatkan stok modal bagi daerah tersebut dan akan meningkatkan tingkat output dan pendapatan nasional. Hal ini diperkuat dengan penelitian Prakarsa (2014) dari hasil analisis menunjukkan bahwa belanja barang dan jasa dan belanja modal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur.

Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno dalam Sitaniapessy (2013) adalah bagian dari kebijakan fiskal, yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan

(3)

3 dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan PDRB.

Berdasarkan uraian dari paragraf sebelumnya dapat dibuat kesimpulan bahwa PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik itu positif ataupun negatif.

Provinsi DIY merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa. Provinsi DIY memiliki empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Provinsi DIY merupakan provinsi dengan jumlah PDRB kabupaten/kota yang meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

Tabel 1.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah)

Nama Kabupaten Nilai PDRB ADHK

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Sleman 5.838 6.100 6.373 6.704 7.069 7.472 Kabupaten Gunungkidul 3.087 3.197 3.330 3.474 3.643 3.830 Kabupaten Kulon Progo 1.687 1.728 1.781 1.869 1.963 2.062 Kabupaten Bantul 3.618 3.780 3.968 4.177 4.400 4.645

Kota Yogyakarta 5.034 5.245 5.506 5.817 6.152 6.499

Sumber: BPS

Tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB kabupaten/kota Provinsi DIY meningkat dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Namun nilai PDRB dari tiap kabupaten/kota masih belum merata. Hal ini terlihat dari nilai PDRB ADHK

(4)

4 Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang masih mendominasi karena Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan daerah yang menjadi pusat kegiatan perekonomian Provinsi DIY. Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul dan Kulon Progo yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan masih belum mampu bersaing dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang sektor-sektor perekonomiannya sudah lebih berkembang.

Peran pemerintah daerah dari setiap kabupaten/kota sangat besar dalam meningkatkan PDRB karena pemerintah merupakan pihak yang memegang arah pembangunan dari suatu daerah. Pemerintah memiliki kewenangan dalam pembuatan program pembangunan dan penentuan kebijakan dibidang pengelolaan pendapatan dan pengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pembangunan sektor ekonomi.

Tabel 1.2 PAD Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah)

Nama Kabupaten Nilai PAD

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Sleman 140,63 157,23 163,06 226,69 241,00 298,41 Kabupaten Gunungkidul 28,90 38,36 42,54 54,40 67,05 63,62 Kabupaten Kulon Progo 42,29 39,36 44,42 53,75 74,03 95,30 Kabupaten Bantul 69,80 88,69 81,64 128,90 122,82 130,45 Kota Yogyakarta 133,04 161,47 179,42 228,83 338,28 385,20

Sumber: BPS

Tabel di atas menunjukkan hasil dari pengelolaan sumber-sumber pendapatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah pada daerahnya masing-masing. PAD dari tiap kabupaten/kota Provinsi DIY menunjukkan kenaikan setiap tahunnya seperti halnya nilai dari PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY. Sama seperti nilai PDRB ADHK, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan daerah yang mendominasi nilai PAD. Hal ini menunjukkan Kabupaten

(5)

5 Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki sumber-sumber pendapatan daerah yang besar bila dibandingkan daerah yang lain. Dalam pembahasan sebelumnya, faktor selain PAD yang memberikan pengaruh pada nilai PDRB ADHK adalah pengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk peningkatan pembangunan sektor ekonomi.

Tabel 1.3 Belanja Barang dan Jasa Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah)

Nama Kabupaten Nilai Belanja Barang dan Jasa

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Sleman 127,85 147,56 215,74 214,56 224,33 263,76 Kabupaten Gunungkidul 73,12 76,16 79,48 84,88 99,86 104,50 Kabupaten Kulon Progo 63,00 65,67 67,80 80,89 101,20 108,44 Kabupaten Bantul 82,42 83,45 89,93 100,31 130,94 134,08 Kota Yogyakarta 100,28 141,47 159,12 172,00 214,28 321,93

Sumber: BPS

Tabel di atas menunjukkan nilai pengeluaran Pemerintah Daerah untuk keperluan belanja barang dan jasa. Dalam uraian sebelumnya dijelaskan bahwa Belanja barang dan belanja modal untuk pemenuhan fasilitas yang dilakukan oleh pemerintah daerah pada sektor ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan tingkat output dan pendapatan daerah. Dari tabel di atas dapat diketahui belanja barang dan jasa yang dikeluarkan pemerintah memiliki kemiripan dengan nilai PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY dan PAD kabupaten/kota Provinsi DIY, pengeluaran pemerintah untuk keperluan belanja barang dan jasa memiliki nilai yang terus meningkat semenjak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Kabupaten Sleman dan Yogyakarta merupakan daerah yang mendominasi nilai dari belanja barang dan jasa pemerintah dibandingkan dengan daerah lainnya.

(6)

6 Tabel 1.4 Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013

(Dalam Miliar Rupiah)

Nama Kabupaten Nilai Belanja Modal

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Sleman 76,07 115,85 126,79 96,11 177,99 201,67 Kabupaten Gunungkidul 132,22 98,74 108,90 143,14 190,31 140,59 Kabupaten Kulon Progo 91,70 40,81 42,17 139,34 147,83 151,89 Kabupaten Bantul 137,95 123,43 96,10 90,93 127,09 125,07 Kota Yogyakarta 97,07 86,74 54,04 59,15 88,34 166,41

Sumber: BPS

Tabel di atas menunjukkan belanja modal yang dialokasikan pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi DIY. Belanja modal yang dikeluarkan pemerintah adalah belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, dan belanja fisik lainnya. Belanja modal Kabupaten/Kota Provinsi DIY mengalami kenaikan dan penurunan nilai setiap tahunnya. Berbeda dari PDRB, PAD, dan belanja barang dan jasa, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tidak mendominasi nilai dari belanja modal selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor kebijakan pemerintah dibidang pengelolaan pendapatan dan pengeluaran daerah yang mempengaruhi nilai PDRB kabupaten/kota Provinsi DIY di atas maka penelitian ini meneliti pengaruh dari PAD dan pengeluaran pemerintah khususnya belanja barang dan jasa, dan belanja modal kabupaten/kota Provinsi DIY terhadap PDRB kabupaten/kota Provinsi DIY dengan studi kasus di kabupaten/kota Provinsi DIY selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

(7)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada 3 (tiga) rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan Tugas Akhir ini. Adapun ketiga rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh PAD dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya?

2. Bagaimana pengaruh belanja barang dan jasa dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya? 3. Bagaimana pengaruh Belanja Modal dari setiap kabupaten/kota di

Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh PAD dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY selama tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya.

2. Untuk mengetahui pengaruh belanja barang dan jasa dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY selama tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya.

(8)

8 3. Untuk mengetahui pengaruh belanja modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY selama tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain:

1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis untuk membuktikan teori-teori yang sebelumnya dipelajari selama proses perkuliahan. Dengan melakukan penelitian tersebut, penulis mendapatkan pemahaman terkait:

a. Pengaruh dari PAD dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY Provinsi DIY tahun 2008-2013 dengan cara melakukan analisis menggunakan alat analisis olah data eviews.

b. Pengaruh dari pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa dan belanja modal dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY Provinsi DIY tahun 2008-2013 dengan cara melakukan analisis menggunakan alat analisis olah data.

c. Dari hasil analisis yang dilakukan penulis akan lebih mengerti tentang bagaimana pengelolaan keuangan daeah yang baik untuk memaksimalkan pertumbuhan sektor ekonomi suatu daerah.

(9)

9 2. Bagi Universitas

a. Memberikan pengalaman dan wawasan yang bermanfaat bagi pemahaman mahasiswa.

b. Menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa mampu memahami dengan baik ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti proses pembelajaran di universitas.

3. Bagi Pembaca

a. Memberikan wawasan baru bagi pembaca, khususnya di bidang Perencanaan Pembangunan.

b. Pembaca bisa mengetahui bahwasanya proses penerapan ilmu pengetahuan sering menemui kendala dan kesulitan yang perlu di teliti dan diuji dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. c. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan penelitian

(10)

10 1.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sumber: Data penelitian terdahulu (diolah) Marwani, Darwanis, dan Abdullah (2013), Kurniawan, Effendi, Wardhana (2012), Prakarsa (2014)

Latar Belakang

Adanya indikasi pengaruh penerimaan daerah dan pengeluaran pemerintah

terhadap PDRB.

Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal terhadap PDRB dan seberapa besar

pengaruhnya?

Hipotesis

PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal berpengaruh terhadap

PDRB.

Tujuan

Mengetahui pengaruh PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal terhadap PDRB dan seberapa besar

pengaruhnya.

Metodologi

Menggunakan teknik penghitungan kuantitatif secara matematik

Data

Data PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY, PAD, belanja barang dan

jasa, dan belanja modal kabupaten/kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013.

Alat Analisis

Regresi Data Panel

Kesimpulan

PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal kabupaten/kota Provinsi DIY berpengaruh terhadap PDRB

(11)

11 Sebagaimana tema penelitian ini yang menganalisis pengaruh dari PAD dan pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa dan belanja modal kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY, maka akan diberikan pembahasan cukup banyak terkait PAD dan pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa dan belanja modal dari setiap kabupaten dan kota yang berada di Provinsi DIY mengingat data yang digunakan adalah selama enam tahun yaitu tahun 2008-2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel karena data yang akan di analisis merupakan data cross section berupa data dari kabupaten/kota di Provinsi DIY dan data time series selama periode 2008-2013.

Dari hasil analisis menggunakan regresi panel data dapat diketahui bagaimana pengaruh dari PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY apakah berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY ataupun sebaliknya. Setelah diketahui pengaruh dari PAD, belanja barang dan jasa dan belanja modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY maka dapat dibuat kesimpulan dan saran yang sesuai dalam perencanaan pembangunan yang lebih baik untuk periode mendatang untuk meningkatan PDRB Provinsi DIY yang lebih besar.

Gambar

Tabel 1.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013  (Dalam Miliar Rupiah)
Tabel 1.2 PAD  Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013   (Dalam Miliar Rupiah)
Tabel 1.3 Belanja Barang dan Jasa Kabupaten/Kota Provinsi DIY   Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah)
Tabel di atas menunjukkan belanja modal  yang dialokasikan pemerintah  Kabupaten/Kota  Provinsi  DIY
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menunjuk Berita Acara Pembuktian Kualifikasi sehubungan dengan pengadaan pekerjaan tersebut di atas Nomor : BA/65/III/2017/ULP Tanggal 14 Maret 2017, kami Unit

al divergence in Gossypium occurred between the ancestor of the A-, D-, E-, and AD-taxa and the ancestor of the C-, G-, and K-genome species (Wendel and Albert, 1992; Seelanan et

Untuk kondisi ini, Admin Kemenag Kab/Kota akan mencetak SURAT TANDA BUKTI MUTASI SEKOLAH INDUK PTK (SM03) langsung. tanpa melalui prosedur Pelaporan Mutasi Masuk (SM02)

[r]

Jika anda merasa bahwa jawaban yang anda berikan salah dan anda ingin mengganti dengan jawaban yang lain, maka anda dapat langsung mencoret dengan memberikan tanda dua

Sistem perkawinan yang berlaku di Desa Nusa Bali tidak jauh berbeda dengan di Bali. Dengan proses sebagai berikut: Sebelum acara meminang dilakukan kedua belah pihak atau yang akan

Menyelenggarakan pendidikan formal S1 untuk menghasilkan lulusan Teknik Informatika berkualitas akademik unggul dalam tiga peminatan studi yaitu (a) Sistem Komputer dan

Kualitas Pelayanan Rawat Inap adalah merupakan segala sesuatu yang. dilakukan secara penuh demi mementingkan kepuasan