• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen Kapasitas Ton/tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen Kapasitas Ton/tahun"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I. Pengantar 1

BAB I PENGANTAR

I. A. Latar Belakang

Perkembangan industri di ASEAN, khususnya di Indonesia, mengalami peningkatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari waktu ke waktu. Fenomena ini disebabkan oleh salah satunya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk. Dengan dipenuhinya kebutuhan masyarakat tersebut, maka masyarakat tersebut akan makmur. Industri makanan dan consumer goods merupakan salah satu industri yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bahan- bahan pangan, pemanis atau daily product seperti pasta gigi, sabun, shampoo dan sebagainya. Kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat.

Ditambah lagi dengan akan diberlakukannya ASEAN Economic Community yang merupakan suatu kawasan dimana diterapkan perdagangan bebas baik dari segi ekspor impor komoditas maupun tenaga kerja sehingga adanya keleluasaan akan akses ekonomi dapat memperluas jaringan pasar hingga skala regional ASEAN sehingga pelaku industri dapat mengambil keuntungan yang jauh lebih besar. Maka, industri makanan merupakan salah satu industri yang sangat penting demi menjaga kemakmuran masyarakat, termasuk di ASEAN, khususnya di Indonesia.

Sorbitol atau yang juga dikenal dengan nama glusitol adalah senyawa polyol atau gula dengan gugus hidroksil (-OH) yang secara luas pada banyak sekali industri makanan sebagai pemanis maupun agen humektan (mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara), skin conditioning agent dan agen thickening dalam indutri kosmetik. Sorbitol memiliki tingkat pemanis 60% lebih rendah dari pemanis sukrosa dan mengandung kalori 1/3 lebih sedikit dibandingkan sukrosa sehingga saat dikonsumsi sebagai gula diet atau bahan baku pemanis untuk makanan diet karena secara lambat dimetabolisme oleh tubuh manusia. Sorbitol umumnya dapat diperoleh dengan reduksi glukosa dengan mengganti gugus aldehid pada struktur molekul glukosa menjadi gugus alkohol.

(2)

Bab I. Pengantar 2 Industri Fast-Moving Consumer Goods (FMCG), Sorbitol digunakan dalam memproduksi mouthwash dan pasta gigi. Beberapa gel trasparan hanya dapat dibuat dengan sorbitol, karena memiliki index bias yang cukup tinggi untuk formulasi transparan. Sedangkan dalam industri farmasi, Sorbitol digunakan sebagai eksipien farmasi dalam membuat tablet untuk meningkatkan kualitas fisik obat dengan mempengaruhi transport obat dalam tubuh manusia dan sebagai obat pencahar non- stimulan karena memberikan efek pencahar dengan mendesak air ke dalam usus besar sehingga merangsang pergerakan usus. Telah ditegaskan Generally Recognised As Safe (GRAS) oleh US Food and Drug Administration dan telah disetujui untuk digunakan pangan di Eropa dan negara-negara lain di seluruh dunia (McAllister, 2011). Melihat berbagai aplikasi Sorbitol, dapat disimpulkan pentingnya Sorbitol sebagai Intermediate Raw Material bagi produk-produk off-market lainnya.

Gambar 1.1. Kebutuhan Sorbitol di dunia

(Sumber : US ITC, 2010).

Kebutuhan Sorbitol di dunia saat ini sekitar 1.300.000 ton per tahun dan diperkirakan masih terus bertambah tiap tahun dengan laju 2,3%. Negara dengan kebutuhan Sorbitol terbesar adalah Cina, dengan kebutuhan sekitar 30% dari total kebutuhan global. Sebagian besar Sorbitol di Cina digunakan sebagai bahan baku

(3)

Bab I. Pengantar 3 vitamin C. Negara-negara lain dengan kebutuhan Sorbitol terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, kawasan Eropa Barat, dan Jepang. Akan tetapi, negara pengimpor Sorbitol terbesar adalah Jepang, yaitu 19% impor dunia. Hal ini karena produksi Sorbitol Jepang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya (US ITC, 2010).

Posisi Indonesia sebagai produsen Sorbitol sangat strategis. Di Indonesia berdiri pabrik Sorbitol dibawah bendera PT. Sorbitol Inti Murni yang telah memproduksi Sorbitol sejak tahun 1983 telah mencatat produksi pemanis hingga 330.000 Metric Tons (MT) pada tahun 2007 dimana 73% diantaranya adalah Sorbitol. Sehingga saat ini mencatatkan prestasi sebagai produsen Sorbitol terbesar di Asia Pasifik yang telah mendistribusikan Sorbitol ke hampir lebih dari 70 negara di dunia.dan terbesar kedua di dunia setelah Roquette Freres dari Perancis.

I. B. Tinjauan Pustaka a) Pemilihan Proses

Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhydric alcohol dikenal dengan nama lain glusitol dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol merupakan gula alkohol atau Polyol yang digunakan secara luas pada banyak sekali industri makanan sebagai pemanis maupun agen humektan (mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara) dan agen thickening. Sorbitol umumnya dapat diperoleh dengan reduksi glukosa dengan mengganti gugus aldehid pada struktur molekul glukosa menjadi gugus alkohol.

Gambar 1.2. Struktur Molekul Sorbitol

(4)

Bab I. Pengantar 4 Sorbitol dapat disintesis dengan berbagai cara dari berbagai jenis bahan baku, dengan kondisi operasi serta konversi yang berbeda. Dalam pembuatan sorbitol dari bahan baku pati dari tepung melalui dua tahap proses utama yaitu konversi pati atau starch menjadi glukosa dengan proses hidrolisis dan sintesis Sorbitol dari gula melalui proses hidrogenasi dengan penggunaan gas hidrogen. Sumber pati yang digunakan adalah tepung tapioka dengan kadar pati 89,6 %.

1. Proses Hidrolisis Pati dari Tepung Tapioka menjadi Glukosa

Glukosa sebagai hasil antara tidak terdapat bebas di alam. Glukosa merupakan gugus sakarida yang paling sederhana dan dapat diperoleh dengan memecah polisakarida seperti pati. Pemecahan rantai polisakarida dilakukan dengan hidrolisis Reaksi yang terjadi antara lain :

Reaksi utama

(C6H10O5)n + nH2O → C6H10O5 (1) Reaksi samping

2(C6H10O5)n + nH2O → C12H22O11 (2) 3(C6H10O5)n + nH2O → C18H32O16 (3)

 Hidrolisis Pati dengan Katalis Asam

Pada proses hidrolisis pati menggunakan katalis asam ini, diperlukan kondisi suhu yang tinggi agar dapat memecah komponen dari pati menjadi glukosa. Larutan asam yang digunakan biasanya memiliki konsentrasi yang pekat, misalnya larutan H2SO4, HCl, dan sebagainya.

Untuk mekanisme proses hidrolisis pati dengan katalis asam ialah sebagai berikut :

 Proses hidrolisa dilakukan dalam tangki converter yang terbuat dari baja tahan karat dengan dilengkapi pipa saluran uap pemanas dan pipa saluran udara yang dihubungkan dengan kompresor untuk mengatur tekanan udara didalamnya.

 Larutan suspense yang mengandung 18-20% pati di dalam air dialirkan masuk ke dalam converter lalu ditambahkan lartutan HCl hingga pH mencapai nilai = 2,3

(5)

Bab I. Pengantar 5

 Kemudian larutan tersebut dipanaskan dalam converter hingga mencapai suhu 120-135oC dan tekanan 3 kg/cm2 . Proses ini memakan waktu antara 15-20 menit agar menghasilkan derajat hidrolisa yang diinginkan.

 Setelah dicapai suhu yang diinginkan, kemudian hidrolisat ditampung pada tangki penahan agar proses hidrolisa berlangsung secara sempurna.

 Hidrolisis Pati dengan Katalis Asam-Enzim

Hidrolisis pati menggunakan asam dan enzim ini memerlukan suhu dan pH yang sesuai dalam pengoprasiannya. Dalam proses ini, hidrolisa yang terjadi secara parsial di mana untuk pertama menggunakan asam, kemudian dilanjutkan dengan proses sakarifikasi dengan menggunakan enzim glukoamilase. Konversi enzim biasanya dilakukan pada pH 4,5-7 dengan suhu optimum 50-60oC. Untuk komposisi akhir dari hidrolisat bergantung pada pengaturan hidrolisa asam mula-mula, dan tipe enzim serta tingkat sakarifikasi enzim.

 Hidrolisis Pati dengan Katalis Enzim

Proses hidrolisis pati untuk pembuatan glukosa dari pati, memerlukan terjadinya reaksi enzimatis sebagai berikut:

[C6H10O5]n-amilase n(C6H10O5)x

n(C6H10O5)x + xnH2O glukoamilase x nC6H12O6

Pembuatan sirup glukosa yang umumnya berbahan dasar dari pati, tahapan prosesnya meliputi likuifikasi, sakarifikasi, penjernihan, dan pemekatan. Proses diawali dengan pencampuran larutan pati dengan air pada tangki pencampur.

Selanjutnya larutan pati yang telah dicampur dengan air ditambah dengan CaCl2. Penambahan ini bertujuan sebagai aktivator.

Selanjutnya dilakukan penambahan enzim -amylase atau yang biasa disebut dengan liquefying pada larutan pati dan dilakukan pemanasan dengan jet cooker sampai 105oC selama 5 menit. Kemudian larutan pati dialirkan ke reaktor likuifikasi untuk mengalami proses hidrolisa selama ±2 jam. Pada proses likuifikasi ini terjadi pemutusan rantai ikatan panjang polisakarida menjadi dekstrin dan sejumlah kecil karbohidrat.

(6)

Bab I. Pengantar 6 Untuk proses selanjutnya yaitu penambahan HCl pada larutan pati untuk menurunkan pH, agar kondisi optimum dari enzim glukoamylase tercapai. Proses hidrolisa dari dekstrin menjadi glukosa membutuhkan waktu 1 jam.

Filtrasi dilakukan menggunakan cartridge filter, yang bertujuan untuk memisahkan kotoran (impurities) yang tidak larut. Filtrat yang mengandung enzim glukoamylase selanjutnya dipisahkan dengan ultrafiltration membrane untuk recycle enzim glukoamylase kembali ke reaktor sakarifikasi. Proses pertukaran ion dilakukan untuk menghilangkan ion-ion yang terkandung pada larutan glukosa, seperti Cl- dan Na+ .

Proses ini dilakukan pada penukar ion, vessel berisi resin yang telah diaktivasi dan dapat menukarkan ion positif terlarut dengan ion H+ (pada kation exchanger) dan ion negatif terlarut dengan OH- (pada anion exchanger). Apabila resin yang digunakan telah jenuh, perlu dilakukan proses regenerasi, yang bertujuan untuk mengaktifkan resin sehingga dapat digunakan kembali. Pada proses pemekatan dilakukan dengan menggunakan evaporator, tahap evaporasi ini dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi sirup glukosa yang diinginkan.

(Lilian, 1961) 2. Proses Konversi Glukosa menjadi Sorbitol

 Proses Reduksi Elektrolitik

Industri Sorbitol pertama kali dibangun pada tahun 1937 dan menggunakan proses elektrolitik. Larutan D-glukosa atau disebut juga dekstrosa, yang juga mengandung sodium sulfat dielektrolisis. Hidrogen yang berada pada katoda amalgam mereduksi dekstrosa menjadi sorbitol. Pemurnian dan recovery larutan sorbitol dilakukan dengan metode yang sama dengan yang saat ini digunakan.

(Faith, 1975) Pada bagian elektrolisis ini dilengkapi dengan sumber arus yang tidak berfluktuasi elektroda yang dipakai adalah amalgam sebagai katoda dan timbal sebagai anoda sedangkan larutan yang dipakai NaOH dan Na2SO4. Pada prinsipnya dextrosa akan direduksi dengan H2 sebagai hasil proses elektrolisis diatas. Dari proses diatas akan menghasilkan sorbitol.

(7)

Bab I. Pengantar 7

Raney Nickel

Rayne Nickel

Untuk proses reduksi elektrolitik faktor-faktor yang yang mempengaruhi hasil dan kualitas yaitu densitas arus, konsentrasi, temperatur, komposisi elektroda serta elektrolitik dan promotornya.

 Proses Hidrogenasi Katalitik

Proses hidrogenasi monosakarida seperti glukosa dengan gas hidrogen bertekanan tinggi terjadi dalam reaktor Fixed Bed kontinyu untuk memperoleh konversi Sorbitol yang tinggi. Proses terjadi dalam kondisi operasi moderat dan dapat mencapai konversi secara kuantitatif dari umpan terhadap yield Sorbitol mencapai 98 W% dengan menggunakan katalis nikel yang sangan aktif dan selektif dalam zona reaksi dan meningkatkan kondisi proses berupa temperatur dan kecepatan liquid space.

(Chao, 1980) Reaksi hidrogenasi glukosa menjadi Sorbitol yang terjadi adalah sebagai berikut :

CHO CH2OH

H C OH H C OH

HO C H HO C H

+ H2

H C OH H C OH

H C OH H C OH

CH2OH CH2OH

C6H12O6 + H2 C6H1406

Glukosa Hidrogen Sorbitol

(8)

Bab I. Pengantar 8 3. Justifikasi Proses

Ada dua proses yang dipilih untuk perancangan pabrik ini, antara lain proses hidrolisis pati menjadi glukosa dan konversi glukosa menjadi Sorbitol. Untuk proses pertama yang dipilih, proses hidrolisis pati menjadi glukosa adalah proses hidrolisis tepung tapioka dengan katalis enzim untuk proses liquifikasi dan sakarifikasi. Dasar pertimbangan pemilihan proses ini adalah karena handling material yang lebih mudah (tidak korosif) dan konversi glukosa yang sangat besar, namun kekurangan pada proses ini adalah waktu reaksi yang lebih lambat dan reaksi kompleks. Perbangingan antara proses hidrolisis dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.1. Perbandingan Antara Proses Hidrolisis Pati menjadi Glukosa

Uraian Hidrolisis Pati dengan Katalis

Asam Asam-enzim Enzim-enzim

Aspek teknis 1. Operasi

- Tekanan ( kg/cm2) - Suhu (0C )

- pH 2. Proses - DE

- Reaksi samping - Daya korosi

3 140-160 2,3 30-55%

Ada Tinggi

1-3 60-140 1,8-2 30-63%

Ada tinggi

1 60-105 4,5-6 90-96%

- Rendah Aspek Ekonomi

1. Kebutuhan asam 2. Biaya peralatan 3. Energi

4. Investasi

Banyak Mahal Besar Tinggi

Banyak Mahal Besar Tinggi

Sedikit Murah Kecil Rendah

Setelah diperoleh dari sirup glukosa dari proses hidrolisis pati menjadi glukosa.

Glukosa dinetralisir dalam ion exchanger kemudian dilanjutkan ke proses selanjutnya yakni proses sintesis Sorbitol dari glukosa dengan reduksi. Ada dua proses yang umumnya digunakan dalam proses ini, yakni reduksi elektrolitik atau hidrogenasi katalitik. Dasar pertimbangan dalam pemilihan proses reduksi ini antara lain:

(9)

Bab I. Pengantar 9 Tabel 1.2. Perbandingan Proses Konversi Glukosa menjadi Sorbitol Parameter Proses Reduksi Glukosa menjadi Sorbitol

Reduksi Elektrolitik Hidrogenasi Katalitik 1. Segi Proses

 Bahan Baku Glukosa Glukosa

 Katalis

 Konversi Reaksi Rendah

Nikel Tinggi Dalam proses reduksi

dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai produk yang diinginkan.

Dalam proses hidrogenasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proses yang diinginkan lebih cepat.

 Kualitas Produk Rendah Tinggi Untuk bahan baku dari

sirup glukosa, produk sorbitol yang dihasilkan kurang begitu bagus.

Bila dibandingkan dengan proses reduksi, produk sorbitol yang dihasilkan lebih bagus.

2. Segi Ekonomi Harga dari elektroda dan membran sangat mahal.

Bahan tambahan seperti gas hidrogen dan katalis nikel mudah dijangkau serta efektif.

(Faith, 1975) Melihat dari pertimbangan diatas maka dimilih proses hidrogenasi katalitik karena lebih menguntungkan dari segi proses dan ekonomi dilihat dari konversi dan kualitas produk yang dihasilkan.

4. Finishing Produk

Penggunaan Sorbitol dalam industri farmasi dan beberapa industri makanan, Sorbitol diperoleh dengan hidrogenasi hidrolisat pati atau dengan hidrogenasi gula digunakan dalam fase liquid maupun kristal atau bubuk. Hal ini dapat diperoleh dengan evaporasi menjadi sorbitol cair dengan konsentrasi 70% sesuai dengan demand pasar pada umumnya dan dalam bentuk padat baik oleh kristalisasi dan dengan spray drying.

(10)

Bab I. Pengantar 10 b) Market Analysis (Penentuan Kapasitas Produksi)

1. Potensi Pasar yang Ada.

Sorbitol adalah senyawa gula dengan gugus hidroksil sehingga dinamakan polyol atau gula akohol. Sorbitol, yang merupakan building block, memiliki cakupan aplikasi yang luas, mulai dari aplikasi untuk produk bernilai jual tinggi seperti bahan tambahan pada makanan dan farmasi hingga aplikasi pada produksi dengan kapasitas besar seperti agen humektan dan stabilizer dalam dunia bakery and pastry, placticizer dalam pembuatan kapsul gelatin, bulking agent untuk pembuatan sugar-free solutions dan sirup, non-cariogenic sweetening agent untuk permen, dan chewing gums.

Dari, sisi harga, pada tahun 2014, harga Sorbitol cair pada pasar domestik di Indonesia berada dikisaran Rp 13.000, - per kg curah atau USD 904 per ton dengan syarat free on board (FOB) dikarenakan nilai tukar rupiah yang sedang menurun sedangkan harga Sorbitol cair US berada di kisaran USD 805 – 904 per metrik ton.

(ICIS, 2014) Harga dari Sorbitol padat di Indonesia bisa mencapai 2-3 kali lipat dari harga dalam fase cairnya dan tentunya dapat dinaik lagi jika nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat dan akan turun apabila kapasitas produksi global meningkat yang diiringi dengan peningkatan efisiensi teknologi serta performa alat.

Pabrik Sorbitol akan dibuat dari bahan baku glukosa dan gas hidrogen dengan proses hidrogenasi katalitik karena konversi bahan baku yang besar dan kualitas produk yang tinggi . Bahan baku glukosa dibuat dari hidrolisis pati dengan katalis asam.

2. Kapasitas Pabrik yang Sudah Ada

Tabel 1.3. Produsen Sorbitol Di Indonesia dan Kapasitasnya Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas Produksi

(Ton/Tahun)

PT Sorbitol Inti Murni Pasuruan 87000

PT Sama Satria Pasifik Sidoarjo 6700

PT Budi Kimia Raya Lampung 6000

Total kapasitas 99700

(Sumber : COPYRIGHT 2002 P.T. Data Consult, Inc)

(11)

Bab I. Pengantar 11 Pasar ekspor sebenarnya menjadi prioritas utama bagi produsen Sorbitol Indonesia, karena selain importir luar negeri selalu membayar tunai, mereka juga cenderung melakukan kontrak penjualan jangka panjang. Oleh sebab itu kompetisi di pasar internasional dapat mendorong produsen Sorbitol Indonesia selalu mengikuti perkembangan produk dan teknologi di luar negeri.

Hingga saat ini sudah cukup banyak produsen Sorbitol didunia. Produsen yang paling besar antara lain Roquette Freres, Lille, Perancis; Nikken Fine Chemicals Co., Ltd., Japan, dan Towakasei Kogyo Co.,Ltd., Japan dengan masing-masing berkapasitas 30000 metric ton/th. Di Amerika sendiri pertumbuhan rata-rata produksi Sorbitol mencapai 6,3% di tahun 1965 – 1974. Harga dari Sorbitol liquid 70% di tahun 1955 – 1976 berkisar antara $ 0,33 – 0,84 /kg.

Tabel 1.4. Produsen Sorbitol di Amerika dan Kapasitasnya Tahun 1975 Nama Perusahaan Kapasitas Produksi

(Metric ton / th ) ICI United States, New Castle, Del 56700 Hoffmann-LaRoche, Belvidere, N. J. 22700

Pfizer, Groton, Conn 18100

Lonza, Mapleton, Ill 15400

Merck, Danville, Pa 10000

Total kapasitas 122900

(Othmer, 1960) Kapasitas produksi Sorbitol dengan bahan baku glukosa ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Sorbitol yang semakin melonjak dan mengimbangi produksi Sorbitol di pabrik lain yang semakin berkurang. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan dan pasar global sorbitol, maka pabrik Sorbitol dengan bahan baku sirup glukosa ini berusaha memenuhi kebutuhan Sorbitol dalam negeri dan kebutuhan sorbitol di dunia dengan kapasitas pabrik sebesar.

3. Kapasitas Produksi

Dari pabrik Sorbitol di Indonesia yang berkapasitas besar, Indonesia masih belum dapat mencukupi kebutuhan Sorbitol. Sebab Indonesia masih mengimpor

(12)

Bab I. Pengantar 12 sebanyak 3466,476 ton per tahun pada tahun 2013 (tabel 1.5) dari Prancis, China, Jepang, Amerika serikat dan lain-lain.

Tabel 1.5. Impor Sorbitol di Indonesia Tahun 2009-2011 Tahun Kebutuhan Impor Sorbitol (ton/tahun)

2009 900,60

2010 1750,065

2011 3277,815

2012 2054,98

2013 3466,476

(Sumber : comtrade.un.org/db) Dari data di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Sorbitol di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Hal ini juga didukung dengan kapasitas ekspor Sorbitol di Indonesia memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya. Berikut adalah kapasitas ekspor di Indonesia.

Tabel 1.6. Ekspor Sorbitol di Indonesia Tahun 2009-2011 Tahun Kebutuhan Ekspor Sorbitol (ton/tahun)

2009 100188,48

2010 84181,73

2011 89065,50

2012 82899,20

2013 72574,99

(Sumber : comtrade.un.org/db) Dari data pada tabel 1.5 dan 1.6 , menunjukkan bahwa pemenuhan akan kebutuhan Sorbitol di Indonesia masih belum tercukupi. Perlu adanya pabrik dengan kapasitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan Sorbitol di Indonesia tanpa harus mengurangi kemampuan ekspor dan mencukupi kebutuhan impor sorbitol dari luar negeri.

Perkiraan kebutuhan impor sorbitol di Indonesia dapat dengan membuat plot grafik hubungan impor Sorbitol dengan tahun seperti pada gambar 3.

(13)

Bab I. Pengantar 13 Sumber : http://comtrade.un.org/db/

Gambar 1.3. Kebutuhan Impor Sorbitol di Indonesia

Dari grafik diatas ditarik garis linear sehingga didapatkan persamaan : y = kebutuhan Impor (ton)

x = tahun

y = 543,67 x – 1091024,954

Sedangkan kemampuan ekspor Sorbitol di Indonesia dapat dengan membuat plot grafik hubungan impor Sorbitol dengan tahun seperti pada gambar 4.

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kebutuhan Impor, ton

Tahun

(14)

Bab I. Pengantar 14 Sumber : http://comtrade.un.org/db/

Gambar 1.4. Kapasitas Ekspor Sorbitol Indonesia ke Dunia

Dari gambar diatas ditarik garis linear sehingga didapatkan persamaan : y = kemampuan ekspor (ton)

x = tahun

y = -5650,9526 x + 11449847,66

Pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun 2017. Sehingga kebutuhan impor dan kemampuan ekpsor sorbitol dapat di prediksikan sebagai berikut :

 Impor

y = 543,67 (2017) – 1091024,954 = 6095,66 ton per tahun

 Ekspor

y = -5650,9526 (2017) + 11449847,66 = 46225,31 ton per tahun Dalam menentukan kapasitas produksi dari pabrik sorbitol ini diinginkan pada tahun 2017, pabrik ini dapat memenuhi seluruh kebutuhan impor pada tahun tersebut dan kemampuan ekspor dapat terjaga seperti tahun 2013 tanpa adanya penurunan atau bahkan bertambah kapasitas ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dipilih kapasitas produksi sebanyak 65.000 ton per tahun untuk menekan kebutuhan impor dan tetap menjaga kemampuan ekspor ke luar negeri.

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kapasitas Ekspor, ton

Tahun

(15)

Bab I. Pengantar 15 c) Pemilihan Lokasi

Indonesia merupakan negara dengan produksi singkong yang cukup besar dengan Provinsi Lampung sebagai daerah produsen terbesar di Indonesia. Provinsi Lampung ini juga banyak terdapat industri tepung tapioka yang nantinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan Sorbitol. Data produksi tepung tapioka di Lampung disajikan dalam table berikut ini :

Tabel 1.7. Produksi Tepung Tapioka di Provinsi Lampung

No Perusahaan Lokasi (Kabupaten) Kapasitas Produksi (ton/tahun) 1 PT. Bumi Lampung Permai Lampung Tengah 24.000

2 PT. Sinar Labuhan Bandar Lampung 10.800

3 PT. Huma Indah Mekar Lampung Utara 12.000

4 PT. Wira Kencana Karya Lampung Utara 75.000

5 PT. Great Giant Pine Lampung Tengah 34.000

6 PT. Wira Tapioka Mandiri Bandar Lampung 75.000 7 PT. Eka Inti Tapioka Murni Lampung Tengah 112.000

8 PT. Wilang Sari Lampung Tengah 17.000

Total 359.800

Sumber : tanamanpangan.deptan.go.id, 2013 Berdasarkan referensi data diatas, pemilihan Provinsi Lampung sebagai lokasi pendirian pabrik Sorbitol sangat menguntungkan mengingat melimpahnya bahan baku. Untuk pemilihan lokasi ini direncanakan akan didirikan di Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Kecamatan Seputih Mataram mempunyai luas daerah sebesar 9478 Ha dengan luas wilayah perairan teknis sebesar 3927 Ha. Dari 9478 Ha luas daerah tersebut, sekitar 16% menjadi lahan pertanian.

Berikut adalah aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam pemilihan Kecamatan Seputih Mataram sebagai lokasi pembangunan pabrik.

(16)

Bab I. Pengantar 16 Sumber : https://www.google.com/maps Gambar 1.5. Peta Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung

Tengah Provinsi Lampung

Berikut ini adalah kondisi wilayah dari Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) tahun 2013.

Kondisi wilayah ini dapat disajikan basis desain data pabrik sorbitol yang akan direncanakan mulai beroperasi tahun 2016.

 Kelembapan udara rata-rata = 59% - 95%

 Suhu udara rata-rata = 23o – 32o Celcius

 Gempa = tidak ada data

 Kecepatan angin rata-rata = 23 km/jam

Kabupaten Lampung Tengah terletak sekitar 75 kilometer dari ibukota provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung dan berdekatan dengan Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang dimana kapal-kapal dalam dan luar negeri dapat merapat. Secara umum pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung dan ada pelabuhan penyeberangan Bakauheni, yang merupakan tempat transit penduduk dari Pulau Jawa

(17)

Bab I. Pengantar 17 ke Sumatera dan sebaliknya. Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera bagian selatan.

Alasan pemilihan kabupaten Lampung Selatan sebagai lokasi pabrik adalah : 1. Bahan Baku

Kabupaten Lampung Selatan berada di Provinsi Lampung yang merupakan daerah penghasil tepung tapioka dengan jumlah besar sehingga akan memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik Sorbitol.(tanamanpangan.deptan.go.id, 2013). Bahan baku berupa gas hidrogen dari PT. Air Production yang berlokasi di Cilegon, Banten dengan transport darat dan laut.

2. Transportasi

Kabupaten Lampung Tengah dekat dengan Kota Bandar Lampung yang mana merupakan gerbang menuju pulau Jawa. Di pulau Jawa, terutama daerah industri di Jawa Barat banyak yang menggunakan Sorbitol sebagai bahan bakunya, diantaranya Unilever. Selain itu di kabupaten ini juga terdapat pelabuhan panjang sebagai sarana transportasi dan distribusi bahan hingga luar negeri dan dalam upaya mendukung transportasi hasil di bidang industri dan agroindustri, pemerintah Propinsi Lampung sejak tahun 2006 telah melakukan kerjasama dengan pihak swasta melalui peningkatan akses jalan melalui pilot project pada ruas jalan yaitu Sp. Penawar – Rawa Jitu dan Seputih Surabaya – Sadewa serta pada tahun berikutnya diprogramkan juga untuk ruas-ruas jalan yang strategis. Pada tahun 2005, rencana pembukaan jalan pada daerah terisolir sudah masuk dalam program bekerjasama dengan Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus dengan melibatkan TNI dan masyarakat.

Propinsi Lampung merupakan pintu gerbang pulau Sumatera dengan tingkat arus lalu lintas yang semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu alternatif mengatasi permasalahan ini sebenarnya sudah digagas oleh Pemerintah Provinsi dengan pembuatan jalan tol dan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS).

3. Air

Pemenuhan kebutuhan utilitas air diperoleh dari sungai Way Tulang Bawang dan anak-anak sungainya, luas areal river basin ini adalah 10,150 km2, panjang

(18)

Bab I. Pengantar 18 seluruhnya 753,5 km dan cabang-cabang sungai 9 (sembilan buah). Daerah ini memiliki kepadatan pola aliran 0,07 dan frekuensi pola airan 0,0009.

4. Bahan Bakar dan Power, serta Utilitas lainnya.

Sumber energi untuk di bagian boiler penghasil steam dan sumber panas digunakan gas alam yang disuplai dari PT Air Liquide, Banten dengan alasan harga miyak bumi dan gas alam yang diprediksi masih merosot hingga 2 tahun ke depan.

Kebutuhan listrik untuk operasional pabrik disediakan dari PLTA yang akan dibangun pada Wilayah Sungai Mesuji-Tulang Bawang dengan potensi listrik sebesar 216 MW.

5. Bahan Buangan dan Gangguan terhadap Lingkungan

Secara umum, kepadatan penduduk di Kecamatan Seputih Mataram tidak tinggi, yaitu sekitar 388/km2 sehingga operasional pabrik ini tidak akan terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari dari masyarakat. Selain itu, sebagai industri yang concern terhadap lingkungan, limbah/buangan dari pabrik ini akan diolah terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan sesuai baku mutu yang berlaku sehingga meminimalkan bahkan meniadakan dampak negatif dengan adanya operasional pabrik ini.

6. Tenaga Kerja

UMK Lampung Tengah adalah Rp 1.581.000 yang merupakan UMK terendah dibanding UMK kabupaten lain di Provinsi Lampung apalagi jika dibandingkan dengan UMK di kawasan industri besar yang mencapai dua kali lipatnya. Jumlah pencari kerja di Lampung Tengah tahun 2012 mencapai 1149 orang dengan komposisi tamat SD, tamat SLTP/sederajat/, tamat SLTA/sederajat, diploma, sarjana adalah 9, 70, 930, 93, dan 47. Di sisi lain jumlah perusahaan di Lampung Tengah adalah 647 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 37.705 orang sedangkan di Kecamatan Seputih Mataram ada 12 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 46 orang. Tentunya dengan didirikannya pabrik ini, pabrik ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pencari kerja baik di Lampung secara umum atau di Seputih Mataram secara khusus sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

(19)

Bab I. Pengantar 19 7. Iklim dan Gempa

Secara geografis, letak astronomis Lampung Tengah berada antara 104o 35’ – 105o 50’ Bujur Timur dan 4o 30’ – 4o 15’ Lintang Selatan. Berdasarkan pemantauan cuaca yang dilakukan di Lampung Tengah tercatat rata-rata curah hujan di tahun 2012 antara 4 mm hingga 425 mm. Intensitas curah hujan yang tinggi dialami pada bulan Januari hingga mencapai puncaknya di bulan Maret. Setelah itu, intensitas curah hujan berangsur-angsur mengalami penurunan.

8. Faktor-faktor Ekonomi, Sosial dan Hukum

Secara umum, nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Provinsi Lampung pada tahun 2007 telah mencapai 70,1. Hal ini berarti status pembangunan manusia di Provinsi Lampung sudah mencapai menengah ke atas. Sedangkan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2007 terdapat variasi, yakni berkisar antara terendah 66,95 (Kabupaten Lampung Barat) dan tertinggi 75,38 (Kota Metro).

Kabupaten lain dengan nilai IPM terendah adalah Kabupaten Lampung Selatan dan Way Kanan.

Di Kecamatan Seputih Mataram sendiri, fasilitas dan sarana kesehatan terbilang masih rendah. Di kecamatan tersebut hanya ada satu rumah bersalin dan satu tempat praktik dokter. Sedangakan di bidang pendidikan, kecamatan ini mempunyai 75 PAUD, 31 SD, 6 SLTP/MA/MT dan 6 SMU/STM/SMEA dengan jumlah siswa total di semua jenjang sebanyak 9.284 siswa. Dengan pembangunan pabrik ini diharap kondisi sosial masyarakat Seputih Mataram bisa terangkat melalui program-program Corporate Social Responsibility (CSR).

Meskipun angka Crime Index Provinsi Lampung secara umum masih cukup tinggi, namun secara umum dapat dikatakan bahwa stabilitas daerah cukup terjamin.

Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin menurunnya konflik sosial. Sementara itu, guna mengantisipasi perkembangan terorisme, maka telah diambil berbagai langkah, antara lain: melaksanakan koordinasi dengan berbagai instansi terkait guna antisipasi terhadap potensi atau perkembangan terorisme; meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini terhadap ancaman terorisme serta gangguan terhadap keamanan dan

(20)

Bab I. Pengantar 20 ketertiban umum; sosialisasi mengenai perkembangan serta bahaya terorisme, serta meningkatkan peran Komunitas Intelejen Daerah (Kominda) Lampung.

Gambar

Gambar 1.1. Kebutuhan Sorbitol di dunia
Tabel 1.1. Perbandingan Antara Proses Hidrolisis Pati menjadi Glukosa
Tabel 1.3. Produsen Sorbitol Di Indonesia dan Kapasitasnya  Nama Perusahaan  Lokasi  Kapasitas Produksi
Gambar  1.3. Kebutuhan Impor Sorbitol di Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

20 Jika dibandingkan dengan Rojolele, hasil varietas padi unggul baru tersebut. mampu menghasilkan dua kali lipat dari

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Fikih di kelas X MAS Tahfidz Yanbu‟ul Qur‟an Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun materi pelajaran Fikih di kelas X MAS

com Magister Administrasi Publik Universitas Terbuka Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai, seberapa besar

Mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berada pada kategori baik dan kurang baik bahkan mahasiswa yang berada pada kategori cukup, hendaknya berusaha untuk

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, PENGALAMAN KERJA SERTA MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA (Survey pada Home Industry Konveksi di Desa Soreang Kabupaten

Deteksi TuMV pada benih menunjukkan hasil positif untuk RNA total yang dideteksi menggunakan metode Willey dengan tingkat keberhasilan yang lebih baik dari Randles, sedangkan

3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya. 3.2 Melaksakan hak anak di rumah dan

1) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis teks berita melalui teknik pengamatan objek langsung pada peserta didik kelas VIIIC di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.