• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP)

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA 2015 - 2019

DEDI SUGANDI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2014

(2)

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN NOMOR :

1. JUDUL RPTP : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015 -2019

2. Judul ROPP 1 : Analisis Kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu 3. SUMBER DANA TAHUN ANGGARAN : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014 4. PROGRAM : Penciptaan Teknologi dan Varietas

Unggul Berdaya Saing

a. Komoditas : Tanaman Perkebunan

b. Jenis Kegiatan : Pengkajian

d. Status Kegiatan : Lama (L)

5. JUDUL KEGIATAN : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015 -2019

6. LOKASI KEGIATAN PENGKAJIAN : Provinsi Bengkulu

KATA KUNCI : dinamika, kebijakan, kopi, Bengkulu

7. PENELITI YANG TERLIBAT : Peneliti 4 orang

No Nama/NIP Jabatan

Fungsional/Bidang keahlian

Jabatan dalam Kegiatan

1 Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP Peneliti Madya Penanggung jawab

2 Emlan Fauzi, SP Peneliti Pertama Anggota tim

3 Hamdan, SP, M.Si Peneliti Pertama Anggota tim

4 Yong Farmanta, SP, M.Si Peneliti Pertama Anggota tim 5 Herlena Bidi Astuti, SP Calon Peneliti Anggota tim

6 Wawan Eka Putra, SP Calon Peneliti Anggota tim

8. TUJUAN

a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.

b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.

9. LATAR BELAKANG

Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi,

pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah dan

perdesaan. Sintesa kebijakan diharapkan mampu memecahkan permasalahan teknis,

(3)

2

sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif (Badan Litbang Pertanian, 2003).

Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ialah memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pertanian kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah (SIDa). Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi.

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi yang cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Pemerintah telah menetapkan 30 komoditas utama Kemeterian Pertanian tahun 2010-2014, salah satu diantaranya adalah kopi. Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dalam memproduksi kopi, yang berarti mempunyai peluang untuk meningkatkan luas kebun, produksi, dan ekspor kopi.

Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi Indonesia dengan luas areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di Indonesia adalah Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha (21,27%) dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga (19,18%). Kopi termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US$ 7.972.061,9 atau 0,03% dari total nilai ekspor yang mencapai US$ 267.493.793,40 (BPS, 2013).

Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total luas 95.016 ha atau 99,17%, sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha.

Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi Robusta dengan luas tanam mencapai 90.441 Ha atau 95,19% dengan produksi 54.201 ton (produktivitas 0,71 ton/ha), luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton/ha.

Produktivitas ini masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton/ha, baik kopi

(4)

3

robusta maupun arabika. Rincian luas tanam dan produksi kopi robusta dan arabika Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas tanaman menghasilkan dan produksi kopi menurut kabupaten tahun 2013

Kabupaten/Kota Kopi Robusta Kopi Arabika

TM

(ha) Luas

(ha) Produksi

(ton) TM

(ha) Luas

(ha) Produksi (ton)

Bengkulu Selatan 2.587 2.874 1.675 - - -

Rejang Lebong 20.513 23.383 14.200 215 273 144 Bengkulu Utara 5.485 7.985 3.628 1.363 2.284 972

Kaur 6.241 9.558 2.202 - - -

Seluma 6.823 8.207 4.912 - - -

Mukomuko 63 82 55 19 44 7

Lebong 6.644 7.900 4.717 220 225 220

Kepahiang 24.720 25.939 20.244 148 610 122 Bengkulu Tengah 3.409 4.489 2.559 192 355 192

Kota 15 24 9 - - -

Sumber: BPS. Bengkulu dalam Angka 2013 Keterangan: TM= Tanaman menghasilkan

Pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah produktivitas yang rendah, kualitas produk yang rendah, keterbatasan akses terhadap penetrasi pasar, dan infrastruktur. Beberapa penyebab rendahnya produksi kopi adalah belum ditanam pada kelas kesesuaian lahan yang tepat, ditanam pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tanpa diikuti tindakan konservasi lahan, tingkat kesuburan tanah yang rendah, varietas yang sangat variatif, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan naungan belum optimal, kelembagaan petani lemah, dan kopi sudah tua.

Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat belum sepenuhnya diukur dalam hubungan yang timbal balik yang dinamis. Beberapa masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks.

Untuk itu, dalam pengkajian ini akan dilakukan sintesa pengembangan kopi rakyat

melalui pendekatan dinamika sistem terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya

sehingga diperoleh rumusan kebijakan yang lebih terukur.

(5)

4 10. DASAR PERTIMBANGAN

Pengembangan kopi, terutama kopi di perkebunan rakyat harus dilakukan terintegrasi. Beberapa aspek harus menjadi perhatian mulai dari kualitas bahan tanam, panen, pengembangan produk, penanganan pascapanen dan pemasaran. Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Saat ini isu strategis daerah yang tertuang dalam RPJM 2010-2015 adalah peningkatan daya saing produk pertanian. Bagi Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memberikan peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, dan setiap tahun terus mengalami peningkatan produksi (BPS, 2011). Salah satu kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang memberikan kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang.

Untuk Kabupaten Rejang Lebong pada kurun waktu 2005 -2011 perkembangan luas dan produksi tanaman perkebunan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik jenis maupun produksinya. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan. Peningkatan luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi terutama jenis kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat.

Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta terutama petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong.

Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani, produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Senjang hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah.

Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas bersifat

kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit

diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal

(6)

5

ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas.

Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah:

masalah pupuk, masalah iklim dan bencana alam, pasca panen, masalah harga (Andi Nuhung, 2010)

11. PERKIRAAN KELUARAN

a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.

b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.

12. METODOLOGI PENGKAJIAN a. Lokasi dan waktu kegiatan

Pengkajian akan dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pemilihan daerah pengkajian ini dilakukan secara sengaja ( purposive ) dengan pertimbangan Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang sebagai sentra kopi robusta dan kopi arabika. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014.

b. Metode pengambilan sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah stratified random sampling . Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu memilih 2 kabupaten sentra produksi kopi robusta dan 2 kabupaten sentra kopi arabika. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling sekunder, yaitu memilih n keluarga (kepala keluarga) dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden pengkajian.

Kabupaten terpilih untuk sentra kopi robusta dan arabika adalah kepahiang dan Rejang Lebong. Luas tanaman kopi robusta dan arabika di masing-masing kabupaten adalah 23.383 ha dan 25.939 ha. Selanjutnya untuk Kabupaten Rejang Lebong adalah Kecamatan Curup Selatan dan Bermani Ulu Raya dengan luas tanam 4.549 ha (38.68

%) dan 2.395 ha (20,37). Kabupaten kepahiang adalah kecamatan Bermani ilir dan Muara Kemumu dengan luas tanam seluas 4.425 ha (29,86%) dan 8.054 ha (32,54%).

Masing-masing kecamatan akan dipilih 2 desa, masing-masing desa akan dipilih 20

orang sampel. Sehingga total responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 160

orang responden. Sampel untuk pedagang dan pengolah kopi ditentukan dengan

metode snow ball sampling. Model ini digunakan karena target populasi pedagang dan

(7)

6

pengolah kopi tidak diketahui dengan jelas dan sulit didekati dengan cara lainnya (Sarantakos, 1993).

c. Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Perkebunan), tingkat kabupaten (Dinas Perkebunan), dan pelaksana di tingkat lapangan (PPL, petani, pedagang dan pengolah kopi).

Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten.

Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut:

1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan output, rantai pemasaran dan kelembagaan (kelompok tani, koperasi, lembaga pasar, dll) 2) Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi.

Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari dinas/instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/wilayah (biofisik, sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun dinas perkebunan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.

d. Analisis data

Rekomendasi kebijakan pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem (Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Identifikasi potensi dan permasalahan 2. Pemetaan Masalah ( Black Box )

3. Analisis masalah dan potensi melalui metode Causal Loop

4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model 5. Verifikasi dan validasi model

6. Analisis sensitivitas

7. Rekomendasi Kebijakan

(8)

7 e. Tahapan Kegiatan

1. Persiapan

Tahapan awal adalah desk study dengan mengumpulkan bahan-bahan dan informasi pendukung yang digunakan untuk menentukan lokasi dan responden.

2. Pelaksanaan

- Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan dinas dan pihak terkait di tingkat provinsi dan kabupaten.

- Melakukan pengumpulan data, survey dengan menggunakan kuesioner terhadap responden terpilih yaitu pelaku pasar, dinas terkait dan petani - Entry data serta melakukan analisis dengan menggunakan Modeling untuk

mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil akhir dari pengumpulan data berupa gambaran lengkap permasalahan yang disajikan dalam bentuk tabel dan variabel variabel yang dianalisis.

- Hasil penelitian selanjutnya didiskripsikan dalam bentuk rumusan kebijakan

alternative dan pelaporan hasil akhir penelitian.

(9)

8 -

13. LEMBAR PENGESAHAN

Penanggung Jawab ROPP,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

MENYETUJUI :

Penanggung Jawab RPTP, Ketua Kelji Sosek,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP Hamdan, SP,M.Si

NIP. 19590206 198603 1 002 NIP. 19772106 200212 1 001

MENGETAHUI : Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP

NIP. 19590206 198603 1 002

Gambar

Tabel 1 Luas tanaman menghasilkan dan produksi kopi menurut kabupaten tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji pengaruh dengan menggunakan regresi logistik ordinal didapatkan 2 pengujian yakni uji secara serentak didapatkan bahwa terdapat pengaruh kebisingan dan faktor

Apulaisoikeusasiamies pitää oikeudellisesti vaikeasti perusteltavana tilannetta, jossa poliisin mukana on ulkopuolinen henkilö, joka saa tai jonka osalta on suuri riski siitä,

dalam kehidupan manusia, bahkan membaca merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan akademik sese- orang. Sebagaimana diketahui bahwa seba- gian

Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan dari kelebihan pesantren Al-Idhhar adalah Melogat (menterjemahkan kitab klasik kata perkata dan biasanya hanya

[r]

Persentase Perubahan Tingkat Nyeri Sendi Tangan Setelah Dilakukan Masase Swedia pada Penderita Artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru Perubahan Tingkat Nyeri

Bagi guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa dalam belajarnya; cara berpikirnya, pemahamanya atas pelajaran yang

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa isolasi pada daun paku hata ( Lygodium circinnatum ) menggunakan KLT multi eluen dan dua dimensi terdapat