• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III INTERFERENSI GAIRAIGO TERHADAP PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA JEPANG DALAM MAJALAH NIPPONIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III INTERFERENSI GAIRAIGO TERHADAP PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA JEPANG DALAM MAJALAH NIPPONIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

INTERFERENSI GAIRAIGO TERHADAP PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA JEPANG DALAM MAJALAH NIPPONIA

Pengumpulan dan Identifikasi Data

Data-data yang dikumpulkan bersumber dari artikel di majalah Nipponia berbahasa Jepang, yang diambil dari beberapa periode secara acak . Data-data tersebut kemudian diidentifikasikan menurut kelas kata nya. Dalam proses pengumpulan dan pengidentifikasian ini, banyak ditemukan kata-kata asing / serapan yang ditulis dengan huruf Katakana.

3.1. Pemakaian Gairaigo dalam kalimat Bahasa Jepang

Dari korpus data yang berhasil dicatat penulis, ternyata unsur-unsur bahasa asing ( Gairaigo ) yang berinterferensi ke dalam pemakaian bahasa Jepang pada majalah Nipponia berupa interferensi leksikon dan interferensi gramatika. Kategori leksikon bahasa asing yang berinterferensi tersebut berupa nominal dan adjektiva bentuk tunggal maupun kelompok kata.

Namun, sebelum membahas sejauh mana unsur leksikon asing mempengaruhi konstruksi kalimat bahasa Jepang, ada baiknya terlebih dahulu dibahas mengenai analisis kalimat bahasa Jepang beserta pengertian dari leksikon.

Analisis Struktur Kalimat Bahasa Jepang

Nita ( 1997 : 18 ) menggolongkan jenis kalimat dalam bahasa Jepang menjadi dua macam, yaitu berdasarkan pada struktur ( Kouzou-jou ) dan

(2)

berdasarkan pada makna ( Imi-jou). Penggolongan kalimat berdasarkan pada struktur mengacu pada peranan setiap bagian ( unsur pembentuk kaimat ) dalam kalimat secara keseluruhan.

Sedangkan penggolongan kalimat berdasarkan pada makna, mengacu pada bagaimana makna dan fungsi dari kalimat tersebut. Dalam skripsi ini, yang akan dibahas adalah penggolongan kalimat berdasarkan pada strukturnya.

Pada umumunya yang dimaksud dengan kalimat adalah bagian yang memiliki serangkaian makna yang ada didalam suatu wacana yang dibatasi dengan tanda titik. Didalam ragam lisan sebuah kalimat ditandai dengan penghentian pengucapan pada bagian akhir kalimat tersebut ( Iwabuchi,1989:242-243).

Kalimat berdasarkan strukturnya dibentuk dari beberapa unsur kalimat. Unsur kalimat dalam bahasa Jepang secara garis besarnya terdiri dari(1) Subjek shugo, (2) Predikat  jutsugo, (3) Objek  taishougo, (4) Keterangan  jokyougo,(5) Modifikator  shuushokugo, (6) Penyambung  Setuzokugo.

Unsur subjek dan objek biasanya diisi dengan nomina, sedangkan unsur predikat biasanya diisi dengan verba, adjektiva, nomina dan ditambah dengan kopula. Unsur keterangan mencakup keterangan waktu,tempat, alat, penyerta, dan lainnya. Sedangkan modifikator digunakan untuk meperluas atau menerangkan subjek, objek, penyerta atau yang lainnyayang dibentuk dengan menggunakan verba, adjektiva, nomina atau yang lainnya.Seperti terlihat dibawah ini :

1. Tarou wa daidokoro de yogoreta te wo kirei ni aratta 1 4 5 3 5 2 ( Tarou mencuci tangannya yang kotor hingga bersih )

(3)

2. Hanako wa jibun no heya de okaasan ni katte kureta shousetsu wo 1 5 4 5 3 yonde iru

2

(Hanako sedang membaca novel yang dibelikan oleh ibunya di kamar ) Semua unsur/ bagian kalimat tersebut disusun menjadi kalimat yang benar, karena mematuhi kaidah tata kalimat yang berlaku dalam bahasa Jepang  bunpou,sehingga dapat melahirkan berbagai pola kalimat bunkei.

Selain berpola Subjek –Objek-Verba ( SOP ), bisa pula terbentuk dengan pola Subjek- Predikat ( SP). Seperti contoh dibawah ini:

1. Wiwid san wa ikimashita S P

2. Chichi wa denwa wo kakemashita S P

3.1.1. Interferensi Leksikon

Sebelum membicarakan interferensi leksikon bahasa Jepang, ada baiknya dibahas terlebih dahulu mengenai leksikon, gramatikal, dan frase.

Interferensi leksikal dapat terjadi dengan berbagai macam cara pada kata dasar, kata majemuk dan frase. Untuk interferensi pada kata dasar, umumnya dilakukan dengan pemindahan morfem dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, yang kadang-kadang menyerupai kata dalam bahasa pertama. Selain itu dapat pula mengalami perluasan makna dari kata asli yang telah di interferensi.

Sedangkan untuk interferensi berupa kata majemuk dan frase, ada tiga macam interferensi yang mungkin terjadi pada satu kesatuan leksikal atau lebih, yakni:

(4)

1. Semua unsurnya mungkin dipindahkan dalam bentuk yang teruraikan

2. Semua unsurnya mungkin disalin dengan disertai perluasan makna

3. Mungkin pula beberapa unsurnya dipindahkan sedangkan unsure lainnya disalin.

Hal-hal diatas dapat terjadi karena susunan maupun pemakaian kata-kata yang masih dipengaruhi oleh dwibahasawan di dalam penulisan atau penuturnya.

Dalam teori struktur frase  kukouzou dikatakan bahwa kalimat terbentuk karena dua hal, yakni (1) adanya struktur kalimat yang berdasarkan pada ketentuan struktur frase  kukouzou-kisoku dan (2) struktur frase tersebut diisi dengan kata yang tepat berdasarkan pada ketentuan leksikonnya  goi-kisoku.

Koizumi ( 1993 : 177-178 ) mendeskripsikan ketentuan strutur frase dan leksikon bahasa Jepang sebagai berikut :

1. Ketentuan struktur frase

a. S → NP, VP, Aux b. VP → NP, V, Aux

c. NP → N- Po ( A, N , Po )

2. Ketentuan Leksikon

a. N → boushi, kuruma,dll

b. V → kau, uru, hashiru, dll

(5)

d. A → akai, atarashii, shinsetsu, dll

e. Po → wa, ga, wo, dll

Berdasarkan ketentuan tersebut, diketahui bahwa kalimat bahasa Jepang ( S) terdiri atas frase nomina ( NP), frase verba ( VP ) dan kategori gramatikal ( Aux ). Dalam frase verba terkandung nomina verba ( NP ), Verba ( V ), dan kategori gramatikal ( Aux ) . Dan dalam frase nomina ( NP ) ada yang diikuti partikel, ada juga yang mengikuti adjektiva ( A)

Sedangkan dalam ketentuan leksikon, nomina dilambangkan dengan (N), verba dengan ( V ),kategori gramatikal dengan (Aux) yang mencakup tenses, aspek, modalitas dan yang lainnya, sedangkan adjektiva dilambangkan dengan (A) Setiap partikel karena diletakkan dibelakang nomina, dianggap sebagai postposition ( Po).

Interferensi leksikon bahasa asing ke dalam pemakaian bahasa Jepang dalam majalah Nipponia, jika dilihat dari bentuknya adalah bentuk tunggal dan kelompok kata. Interferensi leksikon bentuk tunggal lebih dominan, sedangkan leksikon kelompok kata jumlahnya terbatas. Seperti contoh berikut :

1. Kaneshiro san wa Amerikan sukuru zaigaku ni Taiwan no terebi CM ni shutsuen

Pemabahasan :

Dalam kalimat diatas kata : American sukuru merupakan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya sekolah

(6)

Amerika. Dalam kalimat tersebut , gairaigonya berfungsi sebagai objek keterangan.

Kata Sukuru merupakan Central dan kata Amerikan merupakan atribut dari frase kata benda dalam kalimat tersebut.

Kata Sukuru berasal dari kata School yang memiliki arti sekolah. Padahal sebenarnya memiliki padanan katanya dalam bahasa Jepang, yakni Gakkou. Dari sini terlihat bahwa terjadi interferensi kata dari bahasa asing ke dalam kalimat bahasa Jepang.

2. 1992 nen ni reko-do debyuu wo kagiri, yokunen niwa Taiwan eiga kai ni shutsuen

Pembahasan :

Dalam kalimat diatas, kata reko-do debyuu merupakan frase dari kelas kata benda yang sama-sama berasal dari bahasa asing, yakni record dan debut yang artinya rekaman dan debut.

Kata debyuu merupakan central dan kata reko-do merupakan atribut dari kalimat diatas.

3. ……ichaku ajian sta- no naka mairi wo hatashita

Dalam kalimat diatas kata : Ajian sta- merupakan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya bintang asia. Dalam kalimat tersebut , gairaigonya berfungsi sebagai objek keterangan. Kata sta- merupakan Central dan kata ajian merupakan atribut dari frase kata benda dalam kalimat tersebut.

(7)

Dari sini terlihat bahwa terjadi interferensi kata dari bahasa asing ke dalam kalimat bahasa Jepang

Selain kategori leksikon bentuk tunggal dan kelompok kata, dibawah ini akan dipaparkan contoh-contoh unsur leksikon bahasa asing, kategori nominal dan adjektival, yang masuk ke dalam pemakaian bahasa Jepang dalam majalah Nipponia :

1. Tokyou nado daitoshi no koukyuu resutoran muke ni, mainichaku 3000 pakku shukka sarete iru.

Pembahasan :

Kata resutoran, yang berasal dari bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris, bertemu dengan kata koukyuu yang berasal dari kata asli bahasa Jepang yang artinya tingkat tinggi.

Kedua kata tersebut memiliki fungsi sebagai kata keterangan tempat. Kata resutoran merupakan central dan koukyuu merupakan atribut dari frase yang menerangkan superlative dari suatu hal

2….. Haiteku shokubutsu koujou no gijutsusyatachi wa nichiya kenkyu wo tsuzukete iru.

Pembahasan :

Kata haiteku, yang berasal dari bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris, bertemu dengan kata shokubutsu yang berasal dari kata asli bahasa Jepang yang artinya tanaman. Kedua kata tersebut memiliki fungsi sebagai objek dalam kalimat tersebut.

(8)

Kata shoukubutsu merupakan central dan haikuteku merupakan atribut dari frase yang menerangkan sifat dari sebuah kata benda

Dari keterangan diatas dapat terlihat bahwa terjadi interferensi dalam kalimat tersebut.

3.1.2 Interferensi Gramatika

Selain bentuk leksikon, unsur gramatika bahasa asing juga merambat ke dalam pemakaian bahasa Jepang. Interferensi gramatika tersebut mempengaruhi struktur frase bahasa Jepang. Struktur frase bahasa Jepang, yang susunannya MD ( Diterangkan-Menerangkan), diubah menjadi struktur frase bahasa asing.Struktur seperti ini banyak digunakan pada nama perusahaan, toko, restoran, hotel dan lainnya. Seperti yang terlihat dibawah ini :

1…..jinshakai chaina taun wo kusuite iru.

2…….yokohama sutajium ya yamashita kouen, kaijin bochi nado

Pemakaian Gairaigo Dalam Frase Bahasa Jepang

Struktur kata bahasa Jepang mempunyai pola M-D ( Menerangkan-Diterangkan ), yakni bagian kata “yang menerangkan” akan muncul terlebih dahulu, sedangkan kata “yang diterangkan” akan muncul pada bagian berikutnya. Seperti yang terlihat dibawah ini:

a. Atarashii kuruma ( mobil baru ) M D

(9)

b. Karai tabemono ( makanan pedas ) M D

c. Kirei na onna ( makanan pedas ) M D

d. Nigiyaka na machi ( kota yang ramai ) M D

e. Nihon no hon ( buku bahasa Jepang) M D

f. Nihon no kuruma ( mobil Jepang) M D

3.3. Penyebab Interferensi

Secara umum, dapat dikatakan bahwa ada 2 ( dua ) penyebab interferensi yakni, (1) Mobilisasi penduduk dari satu wilayah geografis ke wilayah geografis lainnya (2)Adanya niat menambah gengsi dan kepentingan bisnis

Seiring terjadinya mobilisasi penduduk dari satu wilyah ke wilayah lainnya, maka terjadi pula pergerakan perluasan wilayah bahasa yang menembus wilayah bahasa lain. Ini menjadi prakondisi bagi terjadinya kontak bahasa, antara

(10)

bahasa yang wilayahya mengalami perluasan ( bahasa pendatang ) dengan bahasa penduduk setempat.

Kontak bahasa itu sesungguhnya bukan hanya terjadi pada zaman modern , yang memiliki kelengkapan yang memberikan kemudahan bagi terjadinya hubungan antar penduduk dan antar bangsa pada saat ini, namun juga telah tejadi pada masa silam. Kontak yang telah berlangsung dalam waktu lama itu, telah mengakibatkan terjadinya kedekatan kosa kata dan bahkan struktur bahasa-bahasa bersangkutan

Selain itu,ada beberapa kecendrungan bagi penutur bahasa Jepang, bahwa demi gengsi, mereka mewarnai pemakaian bahasa Jepangnya dengan unsur-unsur bahasa asing, Mereka berusaha mengangkat dirinya dengan memasukkan unsur-unsur bahasa asing itu dalam pemakaian bahasa Jepang sehari-hari. Akhirnya, pemakaian bahasa Jepang mereka bercampur dengan sejumlah unsur bahasa asing, yang sebenarnya sudah ada padanan tersendiri dalam struktur kalimat bahasa Jepang.

Selain itu pula, dorongan lain yang menyebabkan terjadinya interferensi adalah anggapan bahwa dengan menggunakan kata-kata atau struktur bahasa asing akan mendatangkan keuntungan bisnis yang besar. Apalagi, mereka kurang menguasai struktur bahasa asing ataupun bahasa Jepang dengan baik. Dengan memakai struktur bahasa yang sering didengar, mereka berharap memperoleh keuntungan dalam bisnis mereka.

(11)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa bahasa merupakan kekuatan penting bagi kehidupan manusia dalam mengadakan kontak sosial antar sesamanya. Karena itu bahasa harus ditempatkan secara proporsional dalam konteksnya. Bahasa harus dipahami dan ditafsirkan dalam konteks pluralisme global. Kenyataan plural dunia inilah yang harus dijadikan titik tolak dalam memahami posisi bahasa dewasa ini

2. Interferensi Gairaigo adalah pengacauan bahasa yang disebabkan oleh masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam kaidah normatif kalimat bahasa Jepang. Hal ini dapat terjadi dalam diri orang yang bilingual atau lebih, dan ini bersifat sangat produktif. Sebab, bahasa – bahasa yang ada didalam diri orang tersebut secara alamiah akan saling mempengaruhi, saling mengubah dan saling mengganggu.

3. Jenis kalimat dalam bahasa Jepang menjadi dua macam, yaitu berdasarkan pada struktur ( Kouzou-jou ) dan berdasarkan pada makna ( Imi-jou). Penggolongan kalimat berdasarkan pada struktur mengacu pada peranan setiap bagian ( unsur pembentuk kaimat ) dalam kalimat secara keseluruhan.

Sedangkan penggolongan kalimat berdasarkan pada makna, mengacu pada bagaimana makna dan fungsi dari kalimat tersebut

(12)

4. Kalimat bahasa Jepang ( S) terdiri atas frase nomina ( NP), frase verba ( VP ) dan kategori gramatikal ( Aux ). Dalam frase verba terkandung nomina verba ( NP ), Verba ( V ), dan kategori gramatikal ( Aux ) . Dan dalam frase nomina ( NP ) ada yang diikuti partikel, ada juga yang mengikuti adjektiva ( A)

5. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ada 2 ( dua ) penyebab interferensi yakni, (1) Mobilisasi penduduk dari satu wilayah geografis ke wilayah geografis lainnya (2)Adanya niat menambah gengsi dan kepentingan bisnis

6. Keragaman pemakaian bahasa asing dalam kalimat bahasa Jepang boleh dikatakan sebagai perwujudan daya kreatif rakyat Jepang dalam bidang bahasa.

4.2. Saran

Sentuh budaya, termasuk sentuh bahasa selain membawa dampak positif, juga mengakibatkan dampak negatif. Dampak negatif yang terlihat dalam bidang bahasa ialah terjadinya interferensi unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Kejadian ini bisa sangat merugikan bagi perkembangan suatu bahasa, baik bahasa pemberi, maupun bahasa penerima. Sangatlah tepat jila kajian interferensi ini diteliti dengan cermat dan hasil penelitian tersebut dimanfaatkan untuk mendasari kebijakan pemakaian bahasa asing di berbagai tempat.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS DESKRIPTIF MAKNA KATA BERULANG DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KANJI DILIHAT DARI.. PEMAKAIAN KANJI DASAR

Interferensi adalah pengaruh bahasa asing (termasuk bahasa daerah) yang.. terjadi pada pemakaian bahasa Indonesia yang digunakan

Selain unsur-unsur tersebut, terdapat beberapa unsur yang turut memicu makna muishihyougen dalam kalimat bahasa Jepang yaitu unsur fukushi yang bermakna secara mendadak,

Hakkenden volume 1-8, penulis menemukan bahwa pemakaian shuujoshi ze dan zo telah dijelaskan oleh para ahli bahasa sebelumnya. Memperkuat kalimat ajakan.. Mempertegas

Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat1. Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu

Istilah yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kata serapan dari bahasa asing adalah gairaigo, namun tidak termasuk kata serapan yang berasal dari

©2023, Mabasan 17 2, 381—398 381 DISTRIBUSI PEMAKAIAN KATA MAMIQ DALAM KORPUS BAHASA SASAK NASKAH CILINAYA DAN MAJALAH TAMBORI THE DISTRIBUTION OF THE USE OF THE WORD MAMIQ IN