• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN AROMATERAPI KENANGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN AROMATERAPI KENANGA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA 9 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

Ahmad Ali Majidi, Farida Juanita

…………...……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… … ...………. …… …… . .…. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang paling banyak terjadi pada lansia, berdasarkan survey awal 60% lansia di dusun Sumlaran mengalami hipertensi. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian aromaterapi kenanga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga pada lansia.

Desain penelitian pre eksperimental dengan menggunakan rancangan One Group Pretest Posttest Design dengan populasi seluruh lanjut usia yang mempunyai tekanan darah tinggi di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan dengan teknik consecutive sampling didapatkan sampel sebesar 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum pemberian aromaterapi kenanga hampir sebagian hipertensi tingkat 2 yaitu sebanyak 9 orang atau 45%, sesudah pemberian aromaterapi kenanga sebagian hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 10 orang atau 50%, dengan menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga pada lansia dengan p= 0,001 dan Z = -3,357.

Berdasarkan hasil penelitian maka perlu adanya peran serta masyarakat dan institusi kesehatan untuk mengadakan penyuluhan tentang pemberian aromaterapi kenanga sebagai salah satu alternatif terapi untuk menurunkan hipertensi.

Kata kunci: aromaterapi, kenanga, hipertensi

PENDAHULUAN

. Pada era globalisasi saat ini, hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung iskemik, gagal jantung dan ginjal. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup semakin kompleks pula penyakit yang diderita, terutama pada orang lanjut usia, termasuk tingginya angka kejadian hipertensi.

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, sosial, ekonomi, psikologis (Depkes RI, 2008). Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia adalah tekanan darah tinggi. TDS atau tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan

usia, akan tetapi TDD atau tekanan darah diastolik meningkat seiring dengan TDS sampai sekitar usia 55 tahun yang kemudian menurun oleh karena terjadinya kekakuan arteri akibat ateroklerosis (Suhardjono, 2006). Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi atau HST dan umumnya merupakan hipertensi primer. Hipertensi sistolik terisolasi adalah bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg (Kuswardhani, 2006).

Berdasarkan riset kesehatan dasar atau Riskesdas tahun 2007 sekitar 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis, hal ini terlihat pada pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dari jumlah itu sebanyak 7,2% yang mengaku sudah mengetahui memiliki

(2)

SURYA 10 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 gangguan hipertensi, namun dari 7,2% yang

mengalami hipertensi hanya 0,4% yang menjalani pengobatan. Dari hasil studi sosial ekonomi dan kesehatan lansia yang dilaksanakan komnas lansia di 10 provinsi tahun 2006 diketahui bahwa penyakit terbanyak diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%) (Roehadi, 2008).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada 10 lansia di Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan, terdapat 6 lansia 60% mengalami hipertensi, dan 4 lansia 40% tidak mengalami hipertensi. Ada banyak faktor penyebab terjadinya hipertensi, diantaranya yaitu faktor usia, jenis kelamin, obesitas, riwayat keluarga, pengaruh genetik atau keturunan, merokok, olah raga dan stress juga sangat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah.

Hipertensi bila tidak diatasi dengan pengobatan dan perawatan secara dini dapat menimbulkan bahaya pada tubuh. Selain pengobatan kimiawi pengobatan secara alami juga diperlukan. Salah satu pengobatan alternatif hipertensi yaitu dengan pengobatan secara alami atau herbal. Pengobatan secara alami adalah penggunaan bahan-bahan yang ada di alam. Penggunaan obat dari tumbuhan yang biasa disebut dengan obat herbal semakin meningkat, peningkatan ini disebabkan semakin banyak orang yang menyadari manfaat obat herbal disamping kesadaran atau dugaan orang akan obat kimiawi yang kurang menguntungkan karena bersifat racun. Alasan lain pemilihan obat herbal adalah dikarenakan hipertensi merupakan penyakit kronis. Pada umumnya pasien yang memiliki penyakit kronis mengalami kebosanan dalam mengkonsumsi obat. Dari berbagai macam jenis tanaman yang dipergunakan dalam menurunkan darah yaitu kenanga atau Cananga odorata merupakan tanaman yang efektif dan dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Penanganan untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Terapi

non farmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah antara lain : akupuntur, fisioterapi, yoga, teknik pernafasan alexander, psikoterapi dan aromaterapi (Chopra, 1994).

Aromaterapi merupakan salah satu teknik penyembuhan alternatif yang sebenarnya berasal dari sistem pengetahuan kuno. Aromaterapi merupakan metode pengobatan yang menggunakan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional serta mengembalikan keseimbangan badan.

Minyak kenanga merupakan salah satu jenis aromaterapi yang mempunyai efek menyeimbangkan, relaksasi, meredakan ketegangan, stres, denyut nadi cepat, pernafasan cepat dan bermanfaat untuk tekanan darah tinggi (Sharma, 2009). Menurut Dr. Alan Huck Neurology psikiater dan direktur Smell and Taste Research Centre di Chicago, bau berpengaruh langsung terhadap otak, seperti obat. Hidung kita mempunyai kapasitas untuk membedakan 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita tanpa kita sadari (Sharma, 2009). Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood atau suasana hati, emosi, ingatan dan pembelajaran (Jaelani, 2009). Menghirup aroma kenanga akan meningkatkan gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks, hal tersebut dapat menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah (Sharma, 2009).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental dengan rancangan One Group Pretest Posttest Design. Populasi seluruh lanjut usia yang mempunyai tekanan darah tinggi di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan sebanyak 36 orang, dengan teknik consecutive sampling, berdasar kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sampel sebesar 20 orang.

(3)

SURYA 11 Vol.03, No.XVI, Desember 2013

HASIL PENELITIAN

1. Data Umum

Tabel 1. Distribusi responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan. NO Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%) 1 2 Laki – laki Perempuan 4 16 20 80 Jumlah 20 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 20 responden, hampir seluruhnya berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang atau 80%.

Tabel 2. Distribusi responden Berdasarkan Pekerjaan di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan.

NO Pekerjaan Frekuensi Persentase

(%) 1 2 3 4 Petani Wiraswasta Pedagang IRT 11 1 5 3 55 5 25 15 Jumlah 20 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat dari 20 responden, lebih dari sebagian responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 11 orang atau 55%, dan sebagian kecil wiraswasta yaitu sebanyak 1 orang atau 5%. Tabel 3. Distribusi responden Berdasarkan

Pendidikan di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan.

NO Pendidikan Frekuensi Persentase

(%) 1 2 3 4 SD SMP SMA Tidak Sekolah 11 6 1 2 55 30 5 10 Jumlah 20 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat dari 20 responden, lebih dari sebagian responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 11 orang

atau 55%, dan sebagian kecil berpendidikan SMA yaitu sebanyak 1 orang atau 5%. 2. Data Khusus

Tabel 4. Distribusi data Tekanan Darah sebelum pemberian aromaterapi kenanga di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan NO Kriteria Tekanan Darah Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 Normal Tinggi HT Tingkat 1 HT Tingkat 2 HT Tingkat 3 0 3 9 8 0 15 45 40 Jumlah 20 100

Tabel 4 menunjukan sebelum diberi perlakuan pemberian aromaterapi kenanga, hampir sebagian responden Hipertensi tingkat 2 yaitu sebanyak 9 orang atau 45%, dan sebagian kecil Hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 3 orang atau 15%

Tabel 5. Distribusi data Tekanan Darah sesudah pemberian aromaterapi kenanga di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan NO Kriteria Tekanan Darah Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 Normal Tinggi HT Tingkat 1 HT Tingkat 2 HT Tingkat 3 1 10 5 4 5 50 25 20 Jumlah 20 100

Pada Tabel 5 menunjukan sesudah diberi perlakuan pemberian aromaterapi kenanga, sebagian responden Hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 10 orang atau 50%, dan sebagian kecil Normal tinggi yaitu sebanyak 1 orang atau 5%.

(4)

SURYA 12 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 Tabel 6. Distribusi data Tekanan Darah

sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan

No Sebelum Sesudah Jumlah

Normal Tinggi HT Tingkat 1 HT Tingkat 2 HT Tingkat 3 Total 1 2 3 HT Tingkat 1 HT Tingkat 2 HT Tingkat 3 1 (33,3) 0 (0) 0 (0) 2 (66,7) 7 (77,8) 1 (12,5) 0 (0) 2 (22,2) 3 (37,5) 0 (0) 0 (0) 4 (50) 3 (100) 9 (100) 8 (100) Jumlah 1 (5) 10 (50) 5 (25) 4 (20) 20 (100)

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 8 responden dengan HT tingkat 3 sebelum pemberian aromaterapi kenanga, sebagian dengan HT tingkat 3 yaitu sebanyak 4 responden atau 50%, sesudah pemberian aromaterapi kenanga. Dari 9 responden dengan HT tingkat 2 sebelum pemberian aromaterapi kenanga, hampir seluruhnya dengan HT tingkat 1 yaitu sebanyak 7 responden atau 77,8% sesudah pemberian aromaterapi kenanga. Dari 3 responden dengan HT tingkat 1 sebelum pemberian aromaterapi kenanga, lebih dari sebagian dengan HT tingkat 1 yaitu sebanyak 2 orang atau 66,7% sesudah pemberian aromaterapi kenanga.

Dari uji statistik wilcoxon sign rank test pada kelompok pemberian aromaterapi kenanga, hasil korelasi antara pra dan post didapatkan hasil signifikan p = 0,001 (p<0,05) sehingga H0 ditolak, H1 diterima artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga, Z = -3,357 dengan arah korelasi negatif, yang berarti dengan pemberian aromaterapi kenanga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

PEMBAHASAN

1. Derajat Tekanan Darah Sebelum Pemberian Aromaterapi Kenanga

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan sebelum pemberian aromaterapi kenanga, hampir sebagian penderita mengalami hipertensi tingkat 2 yaitu sebanyak 9 orang atau 45%, hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin, dan pekerjaan.

Pada penelitian ini penderita rata-rata lanjut usia 60 tahun ke atas, karena pada usia tersebut penderita sering merasa sakit dibagian dada serta sering merasakan sakit kepala, hal ini kemungkinan disebabkan karena seiring bertambahnya usia, tingkat stress seseorang cenderung akan ikut bertambah, dari banyaknya pikiran tersebut akan memicu sistem kerja jantung dan sirkulasi yang semakin meningkat, begitu juga hormon-hormon stress yang akan berpengaruh pada pembuluh darah. Menurut Guyton (2008) hal ini diakibatkan karena terjadinya kekakuan arteri akibat ateroklerosis yang menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi yang menyebabkan timbulnya bekuan di dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah pecah atau trombosis.

Berdasarkan tabel 1 hampir seluruhnya penderita berjenis kelamin perempuan sebanyak 80%, kemungkinan perempuan mengalami hipertensi karena faktor hormonal yaitu terjadinya menoupose, perempuan yang mengalami manoupose cenderung sensitiv akibat perubahan bentuk pola tubuh, gaya hidup serta memilih makanan yang banyak mengandung garam serta bahan penyedap akibat penurunan hormon estrogen, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan penurunan estrogen pada perempuan akan mengalami peningkatan tekanan darah, karena hormon estrogen juga bisa mengatur sebagian aliran pembuluh darah pada tubuh (Wexler, 2002).

Fakta selanjutnya diperoleh bahwa lebih dari sebagian besar atau 55% penderita bekerja sebagai petani. Faktor pekerjaan dalam hal ini kemungkinan ada hubungan

(5)

SURYA 13 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 dengan tingkat beban kerja yang berat,

dimana penderita apabila mempunyai beban kerja yang berat tetapi hasil alam yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka akan memberikan dampak negatif terhadap pikiran penderita, penderita akan mengalami stress dan kecemasan yang akan mencetuskan salah satu faktor munculnya hipertensi. Menurut Susalit, (2001) stress yang tinggi akan merangsang adrenalin sehingga katekolamin akan meningkat dan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah.

2. Derajat Tekanan Darah Sesudah Pemberian Aromaterapi Kenanga

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan sesudah pemberian aromaterapi kenanga, setengah penderita mengalami hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 10 orang atau 50%, kemungkinan turunnya tekanan darah pada penderita hipertensi diakibatkan oleh faktor pendidikan.

Pada Tabel 3 menunjukkan penderita hipertensi sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 55%. Kemungkinan rendahnya tingkat pendidikan pada penderita hipertensi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam mencegah dan mengobati penyakit hipertensi yang diderita, penderita hipertensi yang berpendidikan SD cenderung belum mengetahui mengenai jenis-jenis pengobatan dalam mengatasi atau menurunkan hipertensi, sehingga penderita akan kooperatif dalam melaksanakan pemberian aromaterapi kenanga sesuai dengan prosedur yang dianjurkan peneliti untuk menurunkan tekanan darah, hal ini sesuai dengan teori (Santoso, 2006) bahwa pendidikan akan mempengaruhi sikap dan prilaku sesorang dalam menentukan keputusan untuk memperbaiki kualitas kesehatan yang dibutuhkan, guna memperbaiki kebutuhan hidup.

3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Aromaterapi Kenanga

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan lebih dari sebagian terdapat perubahan

tekanan darah dari hipertensi tingkat 2 ke hipertensi tingkat 1 sebanyak 77,8% hal ini disebabkan karena pengaruh dari pemberian aromaterapi kenanga yang dapat menurunkan tekanan darah tanpa memberikan efek samping terhadap tubuh.

Dari uji statistik wilcoxon sign rank test pada kelompok pemberian aromaterapi kenanga hasil korelasi antara sebelum dan sesudah didapatkan hasil signifikan p = 0,001 (p<0,05) Ho ditolak, H1 diterima artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga, Z=-3,357 dengan arah korelasi negatif Artinya, dengan pemberian aromaterapi kenanga dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stres, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. (Amiruddin Ridwan, 2007)

Aroma terapi kenanga merupakan salah satu teknik penyembuhan alternatif yang sebenarnya berasal dari sistem pengetahuan kuno. Aromaterapi kenanga merupakan metode pengobatan yang menggunakan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional serta mengembalikan keseimbangan badan serta tidak memberikan efek samping yang bahaya terhadap tubuh (Sharma, 2009).

Di dalam kandungan kenanga terdapat zat flavonoid. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti depresan,anti-inflamasi, analgesi, anti-oksidan. Menghirup aroma kenanga akan meningkatkan gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks, hal tersebut dapat menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah (Sharma, 2009). Hal ini membuktikan bahwa aromaterapi kenanga dapat menurukan tekanan darah dikarenakan apabila menghirup aroma

(6)

SURYA 14 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 kenanga akan meningkatkan gelombang alfa

di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks, hal tersebut dapat menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah (Sharma, 2009). Sedangkan usia merupakan faktor yang tidak dapat diubah yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, penambahan usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 60 tahun atau lebih (Nurkhalida, 2003).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rohimatul Inayah tahun 2011 berjudul perbedaan penurunan tekanan darah akibat pemberian aromaterapi kenanga (Cananga Odorata) pada pasien hipertensi di UPT PSLU Blitar dan didukung penelitian dari Sari Wulan pada tahun 2010 yang berjudul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender (Lavandula Angustifolia) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut Usia dengan Hipertensi di UPT PSLU Pasuruan menunjukkan terjadinya perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan, dimana kandungan lavender dan kenanga sama sama mengandung zat flavanoid yang sifatnya anti depresan yang dapat menurunkan tekanan darah.

Meskipun sebagian besar hasil pemberian aromaterapi kenanga terjadi penurunan tekanan darah dan terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga pada penderita hipertensi, akan tetapi dari data yang ada masih terdapat beberapa penderita yang tekanan darahnya tetap atau tidak mengalami perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah obesitas, stress, yang merupakan resiko terkena hipertensi. Semakin besar masa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Berarti, volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat sehingga akan

memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri.

Dari fakta dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian aromaterapi kenanga secara rutin dapat melancarkan pembuluh darah pada penderita hipertensi dan juga dapat menurunkan tekanan darah tanpa memberiakan efek samping yang berlebih karena sifat zat terkandung didalamnya sangat tidak berbahaya terhadap tubuh manusia, serta bahan yang terjangkau dan banyak ditemukan ditempat lingkungan sekitar kita dan bisa juga sebagai obat alternatif untuk penderita hipertensi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada penderita Hipertensi sebelum diberikan aromaterapi kenanga, hampir sebagian Hipertensi tingkat 2 yaitu sebanyak 9 orang atau 45%. Sedangkan sesudah diberikan aromaterapi kenanga, sebagian Hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 10 orang atau 50%. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga pasien hipertensi pada lansia

Saran

Hasil penelitian ini dapat menembah informasi tentang manfaat pengobatan herbal khususnya mengenai manfaat aroma kenanga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keefektifan waktu pemberian aroma kenanga dengan mempertimbangakan keseragaman sampel, kasus, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan maupun faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2002). Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta : Penebar Swadaya

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 2. Jakarta : EGC

(7)

SURYA 15 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 Buckle J. (2003). Aromatherapy: What Is It ?

Herbal Gram. The Journal of the American Botanical Council

Bulpitt CJ, Rajkumar C, Beckett N. (1999). Clinician's manual hypertension and the elderly. London:Science Press Chopra, D. (1994). Alternative Medicine: The

Definitive Guide. Washington : Future Medicine Publishing, Inc

Corwin, J. (2000) Elizabeth; Alih bahasa: Nike Budhi Subekti. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Gray, Huon H, (2005). Lecture Notes : Kardiologi edisi keempat alih bahasa Agoes, Azwar dkk. Jakarta : Erlangga Gunawan. (2001). Hipertensi “Tekanan

Darah Tinggi”. Jakarta : Kanisius Hutasoit, S Aini. (2002). Panduan

Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta : Gramedia Pustaka utama

Jaelani. Aroma Terapi. (2009). Jakarta : Pustaka Populer Obor

Junaidi, I, (2009), Hipertensi. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer

Kuswardhani, Tuty RA. (2006).

Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar

Kusuma, d, (2009), Hipertensi: Definisi, Prevalensi, Farmakoterapi Dan Latihan Fisik, Jurnal Coronery Kidney Deases 169 vol.36 no 3

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC Nurkhalida. (2003). Hipertensi. Warta

Kesehatan Masyarakat No. 7 September 2003

Palmer & Williams. (2007). Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Parrotta J.A. (2001). Healing Plants of Peninsular India. New York : CAB Poerwadi, Rina. (2006). Aromaterapi,

Sahabat Calon Ibu. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Price, S. (1997). Aromaterapi Bagi Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC

Primadiati, Dr Rachmi. (2002). Aromaterapi, Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sari, Wulan, G.N. (2010). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender (Lavandula Angustifolia) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut Usia dengan Hipertensi di UPT PSLU Pasuruan

Santoso, H, (2006), Mencegah dan Mengobati Hipertensi dan Stoke, Jakarta: EDSA Mahkota

Sharma, Sumeet. (2009). Aroma Terapi (Aroma Therapy). Tangerang : Karisma Publishing Group

Sheps. G.S. (2005). Mayo Clinic Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama Smeltzer, Suzanne C, (2002). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 alih bahasa Waluyo, dkk. Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta

Suhardjono. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Susalit, E. (2001). Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi

(8)

SURYA 16 Vol.03, No.XVI, Desember 2013 III Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Wexler, (2002). Hipertensi ; Encylopedia of Nursing and Alied Health. http;//www.findarticles.com. diakses pada tanggal 12 november 2013 jam 20.00 WIB.

Yulianti, Sufrida. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerimaan diri korban bencana yang menderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih baik atau lebih

Oleh karena itu pembahasan mengenai komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan faktor ambiguitas peran serta konflik peran merupakan tema yang menarik untuk dilakukan pengkajian dan

Secara umum, upacara sesudah perkawinan dalam adat istiadat Suku Bangsa Rejang dimaksudkan sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

pengabdian kepada masyarakat juga dilihat dari kesesuaian pengabdian kepada masyarakat dengan keahlian dosen. Data tahun ini menunjukkan bahwa kesesuaian

“seharusnya shadow teacher berlatar belakang pendidikan dari psikologi dan keguruan atau sudah mempunyai teknik melakukan bimbingan untuk anak berkebutuhan khusus, namun

Didapatkan pembacaarn bedat tekan syngas pada manometer yaitu sebesar. 0,5 cmH

10 Muniroh Munawar,Dkk.“ Model Peningkatan Kemempuan Mengajar Guru Ra Melalui Pendekatan Pembelajaran Bcct ( Jurnal Penelitian PIAUD, Vol 1, No.1 November 2011) Universitas

Hasil variasi tersebut berupa perubahan nilai