INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN TANAMAN DAN
LINGKUNGANNYA DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
Oleh :
DAMIANUS TINGANG
NIM. 110500005
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2014
INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN TANAMAN DAN
LINGKUNGANNYA DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
Oleh :
DAMIANUS TINGANG
NIM. 110500005
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2014
INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN TANAMAN DAN
LINGKUNGANNYA DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
Oleh :
DAMIANUS TINGANG
NIM. 110500005
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Inventarisasi Sumber Daya Hutan Tanaman Dan Lingkungannya Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nama : Damianus Tingang
NIM : 110500005
Program Studi : Manajemen Hutan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Pembimbing Ir.Sofyan Bulkis, MP NIP. 19600321198031002 Penguji I NIP. Penguji II NIP. Menyetujui, Mengesahkan
Ketua Program Studi Manajemen Hutan Ketua Jurusan Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Hasanudin, MP
NIP. 19610812 198803 1 003 NIP. 19630805 198903 1 005
ABSTRAK
DAMIANUS TINGANG, Inventasrisaasi Sumber Daya Hutan Tanaman Dan Lingkungannya Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Di bawah bimbingan Sofyan Bulkis).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh besarnya manfaat sumber daya hutan bagi kesejahteraan manusia. Hutan juga merupakan modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional maka hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini tidak hanya kita nikmati sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai tinggi dan diameter pohon, mengetahui kondisi tegakan yang ada pada Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memberikan hasil yang baik dengan ketelitian yang akurat, efektif, dan efisien.
Penelitian ini dilaksanakan di areal Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Negeri Samarinda, dengan luas areal 3 Ha. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tegakan yang ada di areal Hutan tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pohon yang ada diukur tinggi dan diameter setelah itu dihitung volume pohon.
Berdasarkan pengamatan diketahui jumlah pohon yang ada sebanyak 33 pohon dengan jumlah jenis sebanyak 10 jenis. Pohon tertinggi adalah pohon ke 20 yaitu jenis pohon sengon (Parasseriaenthes falcataria) dengan tinggi 38,00 meter dan pohon yang terendah adalah pohon ke 31 yaitu jenis pohon Karet (Hevea
brasilliensis) dengan tinggi 9,60 meter. Sedangkan diameter pohon yang terbesar
adalah pohon ke 33 yaitu jenis Bangeris (Koompassia Excelsa) dengan diameter 87 cm dan diameter pohon yang terendah adalah pohon ke 9 yaitu jenis Jati (Tectona
grandis) dengan diameter 21 cm. Serta volume pohon yang terbesar adalah pohon
ke 34 yaitu jenis Banggeris (Koompassia Excelsa)
dengan volume 15,535 m3 dan volume pohon yang terendah adalah pohon ke 21 yaitu jenis Jati (Tectona grandis) dengan volume 0,296 m3.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan sumber daya hutan tanaman dan lingkungannya di Politeknik Pertanian Negeri Samainda.
Kata kunci : Inventarisasi, Sumber Daya Hutan Tanaman
RIWAYAT HIDUP
DAMIANUS TINGANG, lahir pada tanggal 23 September 1990 di Tiong Bu’u, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Leonardus Janun S. dan Dayun Payaq.
Pendidikan dasar dimulai di Sekolah Dasar Negeri 001 Tiong Bu’u pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2004, pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 25 Sendawar dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun yang sama melanjutkan ke bangku Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 14 Samarinda dan memperoleh ijazah pada tahun 2010.
Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Manajemen Hutan tahun 2011. Aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa (HIMA) Manajemen Hutan sebagai Koordinator Bidang Lingkungan Hidup periode 2013.
Pada tanggal 03 Maret 2014 - 03 Mei 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Bhineka Wana yang berlokasi di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara , Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah dapat disusun karena adanya bantuan dari berbagai pihak dan kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dan Ibu selaku orang tua serta saudara/i yang memberikan do’a dan motivasi kepada saya.
2. Bapak Ir. Sofyan Bulkis, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah yang mengarahkan penulis dari persiapan sampai penyusunan Karya Ilmiah.
3. Bapak ……… selaku dosen penguji I 4. Ibu ………… selaku dosen penguji II.
5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku ketua Jurusan Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan. 7. Rekan-rekan yang telah membantu selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah ini masih belum sempurna, namun penulis berharap kiranya Karya Ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK... ii
RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Pengertian ... 4
B. Pengertian Hutan Tanaman ... 5
C. Definisi Inventarisasi Hutan ... 10
D. Hutan Tanaman Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ... 13
E. Informasi Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 14 F. Kelebihan Dan Kekurangan Alat Ukur ... 15
BAB III. METODE PENELITIAN ... 17
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17
C. Prosedur Penelitian ... 18
D. Pengolahan Data ... 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
A. Hasil ... 20
B. Pembahasan ... 24
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25
A. Kesimpulan ... 25
B. Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
DAFTAR GAMBAR
No Lampiran Halaman
1 Kegiatan Pengukuran Diameter Pohon ………... 34
2 Kegiatan Pengukuran Tinggi Pohon ………... 35
3 Kegiatan Pemasangan Lebel Pohon ………... 36
4 Kegiatan Pembersihan Sekitar Pohon... 37
5 Kegiatan Pengambilan Data... 38
DAFTAR TABEL
No Tubuh Utama Halaman
1 Jenis dan Jumlah Pohon ………... 22
2 Tinggi, Diameter dan Volume Pohon ………... 22
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya bagi kesejahteraan manusia adalah hutan, Hutan juga merupakan modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional maka hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini tidak hanya kita nikmati sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh sebab itu sumber daya hutan ini perlu dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat dikelola secara maksimal dan lestari (Anonim, 2012).
Hutan Indonesia sebagai kekayaan nasional mempunyai peranan yang sangat penting ditinjau dari aspek sistem dan lingkungan,namun data/informasi fisik dan ekonomis dari sumber daya ini tidak memadai dan suatu sistem informasi yang mendukung pengambilan keputusan di bidang investasi juga dirasakan terbatas untuk mengembangkan suatu dasar yang mantap bagi identifikasi sumber daya dan pengambilan kebijaksanaan serta penyiapan program-program pembangunan kehutanan perlu dikembangkan suatu sistem inventarisasi (Anonim, 2011).
Pengelolaan sumber daya hutan termasuk pembangunan hutan tanaman dikelola oleh suatu Badan Usaha Milik Negara berbentuk Perusahaan Umum yang disebut Perhutani. Hutan-hutan tanaman ini masih terus dikelola oleh Perhutani untuk memproduksi kayu bahan baku Industri (Anonim, 2012).
Pada prinsipnya hutan tanaman secara ekologis adalah bentuk simplifikasi sistem alam dengan tuntutan ekonomis sebagai pengendali.Keseluruhan manipulasi ini dikemas dalam bentuk metode dan sistem silvikultur dengan output utama
2
produktivitas. Jika prinsip hutan tanaman masih tetap seperti ini maka pelestarian jangka panjang akan diragukan, atau pada suatu saat secar finansial akan tidak ekonomis lagi,Ekosistem hutan tanaman yang terbentuk akibat adanya berbagai simplifikasi melahirkan hutan dengan hanya satu strata, tidak terdapatnya keseimbangan alamiah sehingga hutan rentan terhadap kerusakan dan juga serangan hama dan penyakit. Selain itu siklus hara dan siklus energi tidak berlangsung dengan baik serta membutuhkan biaya pengelolaan yang relatif besar agar menghasilkan output yang diinginkan. Hal lain yang terjadi akibat siklus hara dan siklus energi yang tidak berlangsung dengan baik adalah terjadinya penurunan kualitas tempat tumbuh. (Marsono, 2000).
Pembangunan HTI mempunyai 3 sasaran utama yang dapat dicapai yakni sasaran ekonomi, ekologi dan sosial. Berdasarkan sasarannya, maka pembangunan HTI tentunya harus memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat di sekitar kawasan HTI. Dalam mewujudkan pembangunan HTI maka banyak pihak danstakeholder yang terlibat, salah satunya adalah masyarakat tepatnya masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan. Adanya peran dan partisipatif dari masyarakat sekitar, baik dalam memberikan dukungan material maupun nonmaterial serta bekerjasama dengan pihak lainnya yang terlibat dapat memperlancar dan mempercepat pelaksanaan pembangunan HTI. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar kawasan hutan tentu akan terkena pengaruh dari pembangunan HTI baik dari segi sosial maupun ekonomi (Tahir, 2011).
3
Perencanaan yang tepat dan baik sangat diperlukan agar pelaksanaan pengelolaan hutan dapat berjalan sistem sesuai yang kita harapkan yaitu berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dimana hutan selalu ada produksi dan kondisinya selalu baik. Inventarisasi hutan adalah kegitan dalam sistem pengelolaan hutan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung didalam suatu hutan pada saat tertentu (Anonim, 2011).
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil. Inventarisasi hutan tingkat nasional, Inventarisasi hutan tingkat wilayah, sesuai dengan tingkatan dan inventarisasi yang dilaksanakan.(Anonim, 2010)
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan data mengenai tinggi dan diameter pohon di Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2. Untuk mengetahui kondisi tegakan yang ada pada Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Mampu memberikan hasil yang baik dengan ketelitian yang akurat, efektif, dan efisien.
4
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keadaan sumber daya hutan tanaman dan lingkungannya di Politeknik Pertanian Negeri Samainda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hutan
Inventarisasi hutan secara umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari. Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kualitas dan kuantitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tempat tumbuhnya. (Anonim,2013).
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan.Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat tumbuhnya berjuta tanaman. Hutan mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah satu jasa hutan adalah mengambil karbondioksida dari udara dan menggantinya dengan oksigen yang diperlukan makhluk hidup lain. Maka hutan disebut paru-paru dunia. Jadi, jika terlalu banyak hutan yang rusak, tidak akan ada cukup oksigen untuk pernapasan (Anonim, 2011).
5
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 1999).
B. Pengertian Hutan Tanaman
Pengertian dan Definisi Hutan Tanaman adalah hutan yang dibangun dengan teknik silvikultur dan ditanami jenis-jenis tanaman tertentu untuk tujuan pelestarian lingkungan dan menjadi suplai bahan baku industri. Hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan dapat dibagun oleh suatu lembaga ataupun perorangan.(Anonim.2012).
Hutan Tanaman yang diperuntukan sebagai penghasil bahan baku Industri dinamakan Hutan Tanaman Industri. Hutan tanaman dapat ditanam secara monokultur atau polikultur. Penanaman secara monokultur hanya mempergunakan satu jenis tanaman, sedangkan secara polikultur mempergunakan berbagai jenis tanaman (Chairullah, 2011).
Hutan tanaman industri (juga umum disingkat HTI) adalah sebidang luas daerah yang sengaja ditanami dengan tanaman industri (terutama kayu) dengan tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami. .(Chairullah, 2011).
Menurut Tahir, (2011) tujuan utama pembangunan HTI adalah secara lestari memproduksi kayu bulat dari hasil HTI pada kawasan hutan yang telah ditunjuk dan ditetapkan dengan pertimbangan pembangunan HTI adalah untuk :
6
1. Meningkatkan produktivitas kawasan hutan produksi tetap yang kurang produktif sebagai kawasan pembangunan hutan tanaman industri.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
3. Menjamin lestarinya persediaan bahan baku industri.
4. Melaksanakan silvikultur intensif, yaitu tebang habis dengan penanaman kembali.
Disiratkan di dalam PP 7/1990, bahwa tujuan pembangunan HTI adalah membangun hutan industri untuk memasok bahan baku ke industri pulp. Karena itu, luasan yang diberikan adalah lima kali HTI untuk kayu konstruksi. Dari tujuan ini pula nampak bahwa pembentukan badan hukum patungan adalah untuk menarik sektor swasta yang lebih mampu mencari dana untuk membangun pabrik pulp (Anonim, 1990).
Menurut Nurwansyah, (2011) Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu cara pengelolaan hutan dan lahan-lahan kritis (rusak/marginal) dengan penerapan ilmu Silvika untuk meningkatkan produktivitas lahan atau hutan yang tidak produktif dengan tanaman-tanaman kayu sebagai bahan baku industri. Pengelolaan hutan tanaman industri atau lebih dikenal dengan HTI di Indonesia muncul berdasarkan beberapa prinsip yaitu :
1. Untuk memanfaatkan lahan-lahan kritis sehingga tidak terbengkalai dan kesuburan tanahnya dapat dikembalikan atau dipulihkan menjadi lahan yang produktif.
2. Menjaga kelestarian lahan-lahan kritis.
7
4. Untuk mempercepat pembangunan dan memeratakan pembangunan daerah setempat.
Perubahan bentang alam yang semula padang alang-alang dan semak belukar ke hutan tanaman apalagi dalam bentangan yang sangat luas, dipastikan membawa perubahan kualitas lingkungan. Semula tanah yang terbuka dan terdegradasi menjadi tertutup dan bertambahnya mulsa dari dedaunan tanaman industri yang dipastikan akan memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Penurunan kesuburan lahan karena kebakaran yang berulang setiap tahun pada alang-alang akan dihentikan, daya serap atau daya simpan tanah terhadap air akan membaik. Apalagi dalam proses pembangunan HTI, baik dalam pembangunan kawasan persemaian maupun pembangunan tanaman mengharuskan dibangun embung persediaan air. Dalam jangka panjang embung ini dapat berperan sebagaia waduk kecil penampung air hujan dan air yang mengalir di permukaan. Di musim kemarau air tampungan akan berguna untuk menjaga kadar air tanah, sebelum mengering. Di samping itu, perakaran hutan tanaman diduga mampu berperan menahan tanah untuk tidak terhanyutkan oleh air aliran permukaan (Tahir, 2011).
Beberapa prinsip yang mendasari munculnya pengelolaan hutan maupun lahan untuk Hutan Tanaman Industri tersebut (HTI) menimbulkan masalah-masalah baru di lingkungan masyarakat khususnya masyarakat setempat. Hal ini terjadi setelah lahan tersebut dikelola dan dikembangkan oleh pengusaha untuk mengembangkan Hutan Tanaman Industri menjadi maju serta produktifitas lahan menjadi tinggi, masyarakat setempat dimana perusahaan itu berada mulai mempermasalahkan hal ini yang pada akhirnya akan berdampak terhadap
8
lingkungan masyarakat itu sendiri. Dampak yang timbul di lingkungan masyarakat pada umumnya yaitu (Nurwansyah, 2011) :
1. Dampak Sosial Masyarakat
Dampak sosial yang muncul sangat bervariasi dan beragam diantaranya adalah konflik atau sengketa kepemilikan lahan. Hal ini terjadi karena tidak beresnya tatanan administrasi dan kinerja para aparatur pemerintah mulai dari tingkatan paling bawah hingga ketingkatan tertinggi yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan izin usaha. Pengusaha dan masyarakat dalam hal ini tidak dapat disalahkan karena sebelum izin usaha yang dikeluarkan kepada pengusaha telah dilakukan perivikasi atau peninjauan lahan yang akan diberikan kepada pengusaha oleh pejabat pemerintah dari tingkat desa hingga kementerian kehutanan. Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah mengapa didalam suatu luasan lahan konsensasi yang diberikan oleh pengusaha terdapat pemukiman penduduk yang tidak terdeteksi sehingga munculnya konflik dan bahkan tak jarang masyarakat yang telah lama mendiami daerah tersebut harus keluar karena izin usaha yang diberikan kepada masyarakat.
2. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi akan muncul setelah pengusahaan atas lahan-lahan kritis untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) yang ada telah mengalami perkembangan usaha yang sangat baik. Salah satu dampak positif tersebut karena terjadinya percepatan pembangunan daerah setempat sehingga masyarakat berduyun-duyung bertransmigrasi kedaerah tersebut yang mengakibatkan :
9
a. Munculnya peluang usaha baru b. Muncul lapangan pekerjaan baru
c. Peningkatan sarana dan prasarana daerah setempat d. Peningkatan pendapatan penduduk
e. Peningkatan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin
f. Munculnya kelompok-kelompok anggota masyarakat menurut kepentingan dan tujuan mereka
3. Dampak Ekologi
Sebagian besar dampak ekologi yang muncul akibat pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) bila terkelola dan terorganisir dengan baik dapat diminimalisir karena para pengusaha Hutan Tanaman Industri (HTI) telah memikirkan dan melakukan program yang telah terperinci dan terencana dalam mengatasi masalah ekologi atau lingkungan. Namun tidak jarang dampak ekologi ini masih terjadi namun sifatnya hanya sebatas lokal. Tetapi tetap saja akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan masyarakat sekitar antara lain : a. Pencemaran baik melalui udara, air dan tanah akibat Industri pengololaan
hasil Hutan Tanaman Industri (HTI)
b. Musnahnya beberapa komponen penyusun ekologi akibat penanaman tanaman yang sejenis (Homogen)
Unsur - unsur kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada PP 7/1990 tersebut, yang menegaskan bahwa pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) wajib untuk :
10
1. Menyusun Rencana Karya Pengusahaan HTI selambat-lambatnya 18 bulan sesudah diterbitkannya SKHPHTI.
2. Membuat Rencana Karya Tahunan yang dilakukan setiap tahun selama jangka Hak.
3. Melaksanakan penataan batas kawasan.
4. Mengelola kawasan pengusahaan HTI berdasarkan Rencana Karya Tahunan dan mentaati segala ketentuan yang berlaku.
5. Dalam jangka waktu lima tahun sudah menanam sedikitnya sepersepuluh dari luas kawasan yang diberikan.
6. Selambat-lambanya dalam jangka waktu 25 tahun sudah menanami seluruh kawasan yang diberikan dalam SK HPHTI.
7. Membayar iuran HPHTI dan iuran hasil hutan atas hutan yang dipungut di kawasan HTI.
8. Segera menanami kembali setelah melakukan penebangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (Anonim, 1990).
Kriteria yang lain diperoleh dari sanksi pencabutan HPHTI yang ditetapkan dalam pasal yang ditetapkan dalam pasal 18 PP itu, yaitu bila :
1. Tidak secara nyata melakukan usaha, dalam waktu 12 bulan sesudah diterbitkannya SK HPHTI.
2. Tidak menyerahkan Rencana Karya Pengusahaan (RKPHTI) dan Rencana Karya Tahunan (RKTHTI).
3. Meninggalkan kawasan selama 24 bulan berturut-turut sebelum HPHTI berakhir. 4. Tidak membayar iuran HPHTI dan iuran Hasil Hutan.
11
5. Oleh Menteri dinilai gagal akibat kelalaian dalam membangun HTI, setelah lebih dari lima tahun sejak terbitnya SK HPHTI.
6. Tidak melakukan penanaman kembali selama 24 bulan sesudah penebangan. 7. Menyalahi ketentuan yang berlaku dan melakukan kelalaian yang
mengakibatkan kerusakan hutan tanaman (Anonim, 1990). C. Definisi Inventarisasi Hutan
Inventarisasi hutan biasanya dianggap sinonim dengan taksiran kayu. Di dalam artian ini inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya.perlu ditekankan,bahwa inventarisasi hutan harus berisi pula evaluasi terhadap karakteristik-karakteristik pohon mampu terhadap lahan tempat pohon-pohon itu tumbuh. Penaksiran kuantitas kayu terpisah dari areal tempat tumbuhnya tidak banyak artinya. Hutan tidak hanya suatu kuantitas kayu, tetapi asosiasi tumbuhan hidup yang dapat dan harus di perlakukan sebagai benda hasil yang dapat di perbaharui.(Husch, ) Suatu inventarisasi hutan lengkap di pandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran volume ( parameter lain semisal berat ) pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran tambah - tumbuh dan pengeluaran hasil. Dalam setiap inventarisasi tertentu, dapat diberikan tekanan atau pembatasan atau pada satu atau beberapa masalah tersebut bergantung pada asas tujuan, tetapi untuk suatu penilaian yang menyeluruh terhadap suatu areal hutan, dan terutama dengan maksud untuk mengelolanya berdasarkan berdasar asas lestari, semua elemen itu harus di kuasai.
12
Dengan meningkatnya pemanfaatan areal hutan untuk tujuan selain penyediaan kayu – rekreasi, pengeloalaan daerah aliran sungai pengungsian satwa liar atau kemungkinan konversi ke tata guna lahan lainnya ruang lingkup inventarisasi hutan harus di perluas. Apabila nilai-nilai yang lain itu penting, hubungan nilai-nilai itu dengan htuan dan dengan lahan yang di tempatinya, haruslah diamati, diukur bila mungkin, dan hasil datanya di analisis. Pada beberapa kasus tertentu inventarisasi hutan akan hanya mencari kuantitas dan kualitas kayu pohon atau balok kayu, pada kasus-kasus lain, baik informasi mengenai kayu maupun non kayu sama-sama di perlukan dan dengan frekuensi yang meningkat mungkin informasi non kayu yang harus di cari dan dengan demikian pengamatan dan pengukuran yang berbeda atau di tambahkan. Pada banyak kasus,sejumlah besar informasi yang biasa di peroleh dalam suatu inventarisasi kayu dapat di gunakan untuk pengevaluasian nilai-nilai lain yang berkaitan dengan hutan.
Sebagai contoh, informasi mengenai komposisi hutan dan topografinya selalu penting untuk inventarisasi hutan yang berorientasi pada kayu, juga penting untuk menilai kemungkinan untuk hutan rekreasi atau nilai-nilai aliran sungai. begitu juga, informasi tentang kualitas tapak hutan dapat pula menyediakan informasi penting bagi pertimbangan konversi lahan hutan ke tata guna lahan yang lain. Dalam pedoman singkat ini bahasan akan di pusatkan terutama pada inventarisasi yang berorientasi kayu. Di dalam perancangan inventarisasi hutan yang memerlukan informasi non kayu adalah penting untuk bekerja sama dengan ahli-ahli di bidang yang bersangkutan pada perencanaan dan pelaksanaan inventarisasinya. (Anonim, 2010)
13
Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Penguasahaan Hutan ( HPH ). Sedangkan bagi para ilmuwan, hutan menjadi sangat bervariasi sebagai sesuai dengan spesifikasi ilmu. Ahli silvikultur mempunyai pandangan berbeda dengan ahli manajeman hutan atau ahli ekologi atau ahli – ahli ilmu lainnya. Menurut ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari pohon- pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh - tumbuhan yang dikuasai oleh pohon – pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan ldi luar hutan.(Arief, 2001)
Pada dasarnya, semua variasi tersebut akan mempunyai suatu kesamaan persepsi apabila di tarik suatu kesimpulan, yakni suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh – tumbuhan ( flora ) maupun binatang ( fauna ) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu.
Asosiasi adalah suatu komunitas tumbuhan yang mempunyai komposisi berbunga di dalam suatu formasi. Kerapatan hutan disebabkan oleh adanya semak belukar, tanaman penutup tanah, dan adanya tumbuhan pemanjat. Dari keterangan tersebut timbul suatu pengertian tentang hutan, terutama hutan alam, yaitu suatu
14
mosaik rumpang dan tegakan yang berlapis dari berbagai fase perkembangan dan umur.
Adanya rumpang dan susunan daun berlapis, maka di dalamnya tercipta beraneka ragam kondisi iklim mikro yang menjadi habitat bagi berbagai jenis lumut, epifit, liana rotan, semak dan perdu. Hal ini mendorong terciptanya habitat berbagai jasad renik dan fauna yang disebabkan oleh adanya ketersediaan pakan. Hutan yang tumbuh dan berkembang tidak lepas dari faktor – faktor yang mempengaruhinya, terutama di lingkungan.(Anonim.2010)
D. Hutan Tanaman Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Untuk menunjang dan memperlancar kegiatan belajar mengajar baik teori maupun praktek, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai areal Hutan Tanaman Industri (HTI) percontohan. Pada areal HTI tersebut terdapat berbagai jenis tanaman kehutanan baik yang tumbuh secara alami ataupun sengaja ditanam.
Luas Hutan Tanaman Industri (HTI) POLTANESA adalah ± 3 ha dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Batas sebelah barat adalah jalan persemaian 2. Batas sebelah timur adalah kebun karet
3. Batas sebelah selatan adalah desa Rapak dalam dan sawah-sawah penduduk. 4. Batas sebelah utara adalah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Pada tahun 1990, ada beberapa jenis tanaman yang ditanam di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) percontohan POLTANESA adalah jenis pohon Karet (Hevea
15
(Parasseriaenthes falcataria) serta jenis tanaman lainya seperti Rotan (Calamus sp), Aren (Arenga pinnata) dan berbagai jenis lainya (Hasanudin,2009).
E. Informasi Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 1. Jenis Tanah
Jenis tanah berdasrkan Monografi Kota madya Samarinda adalah: a. Bekas hutan mengandung Organosol atau gley humus ( bahan alluvial) b. Bukit-bukit mengandung jenis tanah podsolik merah kuning
c. Dataran rendah sepanjang sungai Mahakam mengandung jenis tanah Alluvial (bahan alluvial).
2. Iklim
Tipe iklim berdasrkan pengolongan tipe iklim Schmidt dan Ferguson, Wilayah Samarinda termasuk tipe iklim A rata-rata curah hujan 2000 mm/tahun. 3. Topografi
Keadaan topografi berbukit dengan kelerengan rata-rata curam. mempunyai ketinggian tempat 0-700 m diatas permukaan laut (dpl).
Pada tahun 1998 tepatnya pada tanggal 19 Maret 1998 telah terjadi kebakaran di areal HTI Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang mengakibatkan sebagian tanaman terbakar (Hasanudin,2009).
F. Kelebihan Dan Kekurangan Alat Ukur 1. Clinometer
Clinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelerengan maupun
16
a. Keunggualan alat:
1) Ringan dan mudah dibawa. 2) Ketelitian pengukuran cukup baik. 3) Pengukuran cukup satu kali. b. Kelemahan alat:
a. Tidak digunakan pada saat cuaca hujan. b. Pengukuran relatif lama.
c. Sulit digunakan pada saat kelerengan mencapai 100% ke atas. 2. Phi-band (Pita Ukur)
a. Keunggulan alat:
1) Ringan dan mudah dibawa
2) Ketelitian hasil pengukuran cukup baik 3) Pengukuran cukup satu kali
b. Kelemahan alat:
1) Hasil pengukuran cenderung bias dan “overestimate” terutama apabila batang tidak silindris, pita terlipat/ melintir, posisi alat miring terhadap sumbu batang.
2) Pengukuran memerlukan waktu relatif lama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan tujuan untuk mengetahui kondisi tegakan yang ada dengan ketelitian yang akurat, efektif, dan efisien.
1. Keadaan Umum Tempat Penelitian
Pada saat ini luas Hutan Tanaman Industri (HTI) POLTANESA adalah ± 3 ha dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Batas sebelah barat adalah jalan persemaian 2. Batas sebelah timur adalah kebun karet
3. Batas sebelah selatan adalah desa Rapak dalam dan sawah-sawah penduduk. 4. Batas sebelah utara adalah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Pada tahun 1990, ada beberapa jenis tanaman yang ditanam di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) percontohan POLTANESA adalah jenis pohon Karet (Hevea
brasiliensis), Akasia (Acacia mangium), Gmelina (Gmelina arborea), Sengon
(Parasseriaenthes falcataria) serta jenis tanaman lainya seperti Rotan (Calamus sp), Aren (Arenga pinnata) dan berbagai jenis lainya (Hasanudin,2009).
2. Jenis Pohon
Berdasarkan hasil penelitian ini didapat data jenis dan jumlah pohon yang berada di Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat di lihat pada Tabel 1 sebagai Berikut :
21
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pohon
No Jenis Pohon Jumlah
1 Karet (Hevea brasilliensis) 15
2 Akasia (Acacia mangium) 8
3 Bunga Afrika (Spatodea campanulata) 1 4 Sengon (Parasseriaenthes falcataria) 2
5 Jati (Tectona grandis) 2
6 Rengas (Gluta renghas) 1
7 Terap (Artocarpus elasticus) 2
8 Keruing (Dipterocarpus retusus) 1
9 Bangeris (Koompassia excelsa) 1
Pada Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa jenis pohon yang terdapat pada areal HTI Percontohan POLITANI Samarinda, jenis Karet (Hevea brasilliensis) merupakan yang paling terbanyak,kemudian di susul oleh jenis pohon Akasia (Acacia mangium), selanjutnya yang ketiga tebanyak adalah jenis pohon : Sengon (Parasseriaenthes falcataria), Jati (Tectona grandis) danTerap (Artocarpus
elasticus), kemudian jenis pohon yang paling sedikit adalah : Bunga Afrika
(Spatodea campanolata), Rengas (Gluta renghas), Keruing (Dipterocarpus retusus) dan Banggeris (Koompassia excelsa).
3. Tinggi, Diameter dan Volume Pohon
Berdasarkan hasil penelitian dan penghitung dapat diketahui tinggi, diameter dan volume pada masing – masing pohon yang berada di Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tinggi, diameter dan volume pada masing – masing pohon disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Tinggi, Diameter dan Volume Pohon
No Jenis Pohon TT Tinggi
(m)
Diameter
(cm) Volume (m
3 )
1 Karet (Hevea brasilliensis) 16,67 8.67 28.4 0.384
2 Karet (Hevea brasilliensis) 20,19 3.05 24 0.097
3 Karet (Hevea brasilliensis) 16,55 6.90 26 0.256
4 Kare (Hevea brasilliensis) 15,48 7.74 27.4 0.320
22
6 Karet (Hevea brasilliensis) 17,33 21.87 40 1.923
7 Akasia (Acacia mangium) 24,71 6.35 31.7 0.351
8 Akasia (Acacia mangium) 29,88 4.00 42.8 0.403
9 Akasia (Acacia mangium) 20,71 11.29 21.5 0.287
10 Akasia (Acacia mangium) 31,47 16.80 35.7 1.177
11 Akasia (Acacia mangium) 33,85 16.00 33 0.958
12 Karet (Hevea brasilliensis) 34,67 8.00 36 0.570
13 Akasia (Acacia mangium) 23,27 13.64 36.2 0.982
14 Akasia (Acacia mangium) 17,00 10.00 39 0.836
15 Karet(Hevea brasilliensis) 24,00 11.00 22 0.293
16 Karet(Hevea brasilliensis) 12,12 4.24 26 0.158
17 Sengon (Parasseriaenthes
falcataria) 28,00 14.67 56.7 2.592
18 Bunga Afrika (Spathodea
campanulata) 15,14 11.43 28.5 0.510
19 Akasia (Acacia mangium) 19,25 13.25 30.2 0.664
20 Sengon (Parasseriaenthes falcataria) 38,00 13.14 67.1 3.253
21 Jati (Tectona grandis) 10,67 5.33 21 0.129
22 Jati (Tectona grandis) 16,24 4.47 24,5 0.148
23 Karet (Hevea brasilliensis) 20,53 3.33 37 0.251
24 Karet (Hevea brasilliensis) 21,38 2.77 22,3 0.076
25 Rengas (Gluta renghas) 31,85 18.81 75 5.818
26 Karet (Hevea brasilliensis) 11,88 9.82 24,6 0.327
27 Terap (Artocarpus elasticus) 10,35 7.76 71 2.152
28 Keruing (Dipterocarpus
retusus) 32,18 20.73 82 7.662
29 Karet (Hevea brasilliensis) 15,64 8.85 34.5 0.579
30 Karet (Hevea brasilliensis) 16,73 11.27 37.2 0.858
31 Karet (Hevea brasilliensis) 9,60 4.96 32 0.279
32 Terap(Artocarpus elasticus) 15,38 9.74 32 0.549
33 Bangeris (Koompassia
Excelsa) 37,33 20.67 87 8.600
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pohon tertinggi adalah pohon ke 6 yaitu jenis pohon Karet (Hevea brasilliensis) dengan tinggi 21,87 meter dan pohon yang terendah adalah pohon ke 2 yaitu jenis pohon Karet (Hevea brasilliensis) dengan tinggi 3,05 meter. Sedangkan diameter pohon yang terbesar adalah pohon
23
ke 33 yaitu jenis Banggeris (Koompassia excelsa) dengan diameter 87 cm dan diameter pohon yang terendah adalah pohon ke 21 yaitu jenis Jati (Tectona grandis) dengan diameter 21 cm.
4. Diagram Volume Per Jenis
Dari diagram volume pohon di atas menunjukan bahwa jenis pohon Banggeris () memiliki volume terbesar dengan jumlah 8,600 m³, kemudian yang jenis pohon yang memiliki volume paling rendah adalah jenis pohon Jati () dengan jumlah volume 0,277 m³.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada tahun 1990 ada 4 jenis pohon yang ditanam di Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda antara lain jenis pohon Karet (Havea brasiliensis), Akasia (Acacia
mangium), Gmelina (Gmelina arborea), Sengon (Parasseriaenthes falcataria).
Sedangkan saat ini jenis pohon yang ada adalah jenis pohon Karet (Hevea 7.188 m³ 5.658 m³ 0.277 m³ 5.845 m³ 2.701 m³ 0.510 m³ 5.818 m³ 7.662 m³ 8.600 m³ Karet Akasia Jati Sengon Terap Bunga Afrika Rengas Keruing Banggeris Volume Pohon Per jenis
24
brasilliensis), Akasia (Acacia mangium),Bunga Afrika (Spathodea campanulata), Sengon (Parasseriaenthes falcataria), Jati (Tectona grandis), Rengas (Gluta
renghas), Terap (Artocarpus elasticus), Keruing (Dipterocarpus retusus ) dan
Bangeris (Koompassia excelsa). Penambahan ini dilakukan untuk mengkayakan jenis tanaman yang ada di HTI Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Pada areal HTI Percontohan POLITANI Samarinda, jenis berupa kayu yang dapat di manfaatkan adalah jenis sengon (Parasseriaenthes falcataria), Jati (Tectona grandis), Akasia (Acacia mangium), Banggeris (Koompassia excelsa) dan Keruing (Dipterocarpus retusus), untuk jenis non kayu berupa getah adalah jenis Karet (Hevea brasilliensis). Dari segi lingkungan dapat di jadikan sebagaii tempat penelitian dan media budidaya jenis tanaman jenis komersial
Pada areal HTI tersebut terlihat bahwa jenis tanaman Karet merupakan pendominasi dari seluruh jenis yang ada pada areal tersebut dengan tingkat ohon, dimana jumlah Karet tersebut adalah 15 pohon dari 33 pohon kemudian di susul oleh jenis Akasia dengan jumlah 8 pohon, selebihnya itu pada jenis lain hanya berjumlah 1 sampai 2 pohon.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan bahwa potensi sumber daya hutan yang ada di HTI Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sebanyak 9 jenis dari 33 pohon. Sementara dari jumlah keseluruhan pohon yang ada dihasilkan volume sebanyak 40,259m3.
Pada saat ini jenis pohon yang ada di Hutan Tanaman Industri (HTI) percontohan sangat berkurang karena adanya penebangan sehingga berkurangnya pohon yang ada di Hutan Tanaman Industri (HTI) percontohan. Jenis pohon yang
25
berkurang seperti jenis pohon Sengon (Parasseriaenthes falcataria) dan Jati (Tectona grandis). Adapun jenis yang bertambah seperti jenis pohon Karet (Hevea
brasiliensis), dan Aren (Arenga pinnata).
Kedaan lingkungan HTI Percontohan pada saat ini sangat memprihatinkan, hal ini dapat di tinjau dari segi potensi vegetasi yang semakin berkurang karena di akibatkan oleh adanya penebangan dan tidak di lakukannya tindak lanjutan untuk melakukan penyulaman kembali pada pohon yang di tebang.
Jenis Pohon Banggeris () memiliki volume yang paling besar dibandingkan dengan Karet (), yang merupakan jenis pohon paling terbanyak di areal HTI Percontohan POLITANI Samarinda di bandingkan dengan jenis pohon Banggeris (), hal ini di sebabkan oleh jenis pohon Banggeris () memiliki diameter dan tinggi yang cukup besar dibandingkan dengan jenis pohon Karet ().
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis dan jumlah pohon yang berada di Hutan Tanaman Industri Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah sebanyak 10 jenis antara lain : jenis Karet (Hevea brasilliensis), Akasia (Acacia mangium), Bunga Afrika (Spatodea campanolata), Sengon (Parasseriaenthes falcataria), Jati (Tectona
grandis), Jenis A, Jenis B, Jenis C, Terap, dan Banggeris (Koompassia excelsa).
2. Pohon tertinggi adalah pohon ke 20 yaitu jenis pohon sengon (Parasseriaenthes
falcataria) dengan tinggi 38,00 meter dan pohon yang terendah adalah pohon
ke 31 yaitu jenis pohon Karet (Hevea brasilliensis) dengan tinggi 9,60 meter. 3. Diameter pohon yang terbesar adalah pohon ke 33 yaitu jenis Bangeris
(Koompassia Excelsa) dengan diameter 87 cm dan diameter pohon yang terendah adalah pohon ke 9 yaitu jenis Jati (Tectona grandis) dengan diameter 21 cm.
4. Volume pohon yang terbesar adalah pohon ke 34 yaitu jenis Banggeris (Koompassia Excelsa)
dengan volume 15,535 m3 dan volume pohon yang terendah adalah pohon ke 21 yaitu jenis Jati (Tectona grandis) dengan volume 0,296 m3.
26
B. SARAN
Adapun saran-saran sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai tinggi, diameter dan volume pohon agar dapat mengetahui tingkat pertumbuhan pohon.
2. Perlu adanya perawatan yang dilakukan pada tegakan yang ada di HTI Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda agar pertumbuhan tanaman dapat optimal.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Hutan Tanaman Industri. http://id. wikipedia.org /wiki/ Hutan-tanaman-industri (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2010. Arboretum Sumber Brantas. http://ilalangbulan.blogspot.com /2010/02/ arboretum - sumber - brantas.html (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2010. Hutan Tanaman Industri. http:// bpkh14. dephut. go. id/ info-kehutanan (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2011. Hutan. http:// forester- untad. blogspot. com (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2011. Pengertian dan Definisi Inventarisasi Hutan. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/01/inventarisasi-hutan.html (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2011. Pengukuran diameter http:// lupcliquers.blogspot.com /2011 /04/ pengukuran – diameter - pohon. html (diunduh pada tanggal 21 Agustus 2014 )
Anonim. 2012. Hutan Indonesia. http:// jastrin. blogdetik. com (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2012. Hutan Tanaman Industri. http:// pengertian – definisi .blogspot. com/ 2012/ 03/ hutan - tanaman. html (diunduh pada tanggal 20 Juli 2014)
Anonim. 2013. Inventarisasi Hutan. http:// forester. untad. Blogspot. com/ 2013/ 01/ makalah – lengkap - inventarisasi hutan.html
Arief, Ir. Arifin , 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.
Chairullah. 2011. Hutan Tanaman Industri. http://www. slideshare.net/ ChairullahRevolusi/ hutan –tanaman-industri-hti
Hasanudin. 2009. Risalah Umum Tentang HTI Percontohan POLTANESA. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda
Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. Universitas Indonesia. Jakarta Kaban. 2007. Laporan penelitian Pertumbuhan Tegakan Campuran Acacia
mangium dan Eucalyptus deglupta di PT. ITCI. Universitas Mulawarman.
28
Marsono, Djoko, 2000. Perspektif Ekosistem Konservasi di Hutan Produksi. Prosiding Seminar Nasional, Keharusan Konservasi Dalam peningkatan Produktivitas dan Pelestarian Hutan Produksi, 81-99
Nurwansyah. 2011. Dampak Pengembangan Hutan Tanaman Di Lingkungan Masyarakat. http:// wahana pertanian. blogspot. com/ 2011/ 11/
dampak-pengembangan-hutan-tanaman.html (diunduh pada tanggal 8 Juli 2014) Tahir, Ramdin. 2011. Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Industri. http://
randy- tahir. blogspot. com/ 2011/ 04/ kebijakan – pembangunan – hutan - tanaman. html. (diunduh pada tanggal 24 Agustus 2014)
30
Lampiran 1.
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Tinggi Dan Diameter Pohon No Jenis Pohon Tinggi Tinggi Galah (m) Diameter Ket H-Top T-Bc H-Pole H-Base 1 Karet(Hevea brasilliensis) 130 70 35 5 4 28.4 2 Karet(Hevea brasilliensis) 110 20 25 4 4 24 3 Karet(Hevea brasilliensis) 100 30 9 -20 4 26 4 Karet(Hevea brasilliensis) 90 30 1 -30 4 27.4 5 Karet(Hevea brasilliensis) 64 15 -7 -26 4 41.5 6 Karet(Hevea brasilliensis) 35 52 -15 -30 4 40 7 Akasia(Acacia mangium) 120 42 32 15 4 31.7 8 Akasia(Acacia mangium) 140 30 30 13 4 42.8 9 Akasia(Acacia mangium) 100 60 29 12 4 21.5 10 Akasia(Acacia mangium) 130 75 27 12 4 35.7 11 Akasia(Acacia mangium) 120 62 23 10 4 33 12 Karet(Hevea brasilliensis) 140 40 25 10 4 36 13 Akasia(Acacia mangium) 120 67 14 -8 4 36.2 14 Akasia(Acacia mangium) 75 40 10 -10 4 39 15 Karet(Hevea brasilliensis) 130 65 30 10 4 22 16 Karet(Hevea brasilliensis) 75 10 8 -25 4 26 17 Sengon(Parass eriaenthes falcataria) 60 10 -30 -45 4 56.7 18 Bunga Afrika(Spatodea campanulata) 90 64 12 -16 4 28.5 19 Akasia(Acacia mangium) 74 50 13 -3 4 30.2 20 Sengon(Parass eriaenthes falcataria) 75 -12 -44 -58 4 67.1 21 Jati(Tectona grandis) 30 10 5 -10 4 21 22 Jati(Tectona grandis) 70 20 18 1 4 24.5
31 23 Karet(Hevea brasilliensis) 149 20 25 -5 4 37 24 Karet(Hevea brasilliensis) 136 15 23 -3 4 22.3 25 Rengas (Gluta renghas) 150 62 -38 -65 4 75 26 Karet(Hevea brasilliensis) 27 10 -38 -71 4 24.6 27 Terap (Artocarpus elasticus) 32 10 -22 -56 4 71 28 Keruing (Dipterocarpus retusus) 123 60 -32 -54 4 82 29 Karet(Hevea brasilliensis) 86 30 -10 -43 4 34.5 30 Karet(Hevea brasilliensis) 45 15 -25 -47 4 37.2 31 Karet(Hevea brasilliensis) 78 20 8 -42 4 32 32 Terap(Artocarpu s elasticus) 120 65 9 -30 4 32 33 Banggeris(Koo mpassia excelsa) 120 45 -30 -48 4 87
32
Lampiran 2.
Rumus menghitung tinggi pohon
Tt = H-Top – H-Base x 4 meter H-Pole – H-Base = 70 – 5 x 4 35 – 5 = 65 x 4 30 = 8,67 meter Lampiran 3.
Rumus menghitung volume pohon V = ¼ x ! x (d2 ) x t x f 10.000 V = ¼ x 3,1415 x (28,42) x 8,67 x 0,7 10.000 V = 3842,942 10.000 V = 0,384 m3
Lampiran 4. Dokumenta
Gambar
Gamba
asi Penelitian
r 1. Kegiatan Pengukuran Diameter Pohon
ar 2. Kegiatan Pengukuran Tinggi Pohon
Gambaar 3. Kegiatan Pemasangan Lebel Pohon