• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMEN KOTA TANJUNGPINANG (Studi Tentang Perilaku Menyimpang Pengamen Kawasan Tepi Laut) Naskah Publikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMEN KOTA TANJUNGPINANG (Studi Tentang Perilaku Menyimpang Pengamen Kawasan Tepi Laut) Naskah Publikasi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMEN KOTA TANJUNGPINANG

(Studi Tentang Perilaku Menyimpang Pengamen Kawasan Tepi Laut)

Naskah Publikasi

Oleh

HARYO PHEBI GUNANTORO NIM: 090569201004

PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG 2016

(2)

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini:

Nama : HARYO PHEBI GUNANTORO NIM : 090569201004

Jurusan/Prodi : ILMU SOSIOLOGI

Alamat : JALAN BRIGJEN KATAMSO Gg. KENANGA I No. 3a,TANJUNGPINANG

Nomor TELP : 085264672919

Email : haryo.phebigunantoro@ymail.com

Judul Naskah : PENGAMEN KOTA TANJUNGPINANG (Studi Tentang Perilaku Pengamen Kawasan Tepi Laut)

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 21 Maret 2016 Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suryaningsih, M.Si Emmy Solina, M.Si

NIDN. 1016076901 NIDN.1020118401

(3)

2

PENGAMEN KOTA TANJUNGPINANG (Studi Tentang Perilaku Pengamen Kawasan Tepi Laut) Haryo Phebi Gunantoro haryo.phebigunantoro@ymail.com

Suryaningsih, M.Si ningsih.umrah@yahoo.com Emmy Solina, M.Si emmysolina@yahoo.com

ABSTRAK

Pengamen adalah seorang seniman jalanan yang melakukan aktivitas dalam menjajakan keahlian alat musik berupa gitar, jimbe dan lain-lain dengan menghibur para pengunjung melaluai alunan lagu dan musik yang mereka mainkan. Masih adanya perilaku menyimpang yang terjadi diantara para pengamen Kota Tanjungpinang, sebab masih terbiasa dengan kehidupan yang bebas sehingga para pengamen berbuat sesuka hati mereka tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada masyarakat sekitar. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bentuk – bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pengamen kota tanjungpinang.

Populasi adalah pengamen Kota Tanjungpinang, yang jumlahnya 14 pengamen. Mengingat jumlah populasi yang tergolong sedikit, maka populasi penelitian sekaligus akan menjadi sampel penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data kedalam pola dan kategori serta satuan uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema seperti yang disarankan oleh data.

Hasil penelitian adalah, para pengamen masih sering melakukan perilaku menyimpang di kawasan tepi laut Kota Tanjungpinang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah para pengamen masih sering melakukan perilaku menyimpang. Hal ini ditandai dengan tindakan – tindakan serta perilaku yang dilakukan oleh para pengamen tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Saran yang peneliti berikan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu perlunya di buat suatu wadah atau rehabilitasi dimana para pengamen jalanan yang mempunyai bakat agar di bina hingga bisa membuat suatu karya dan bisa mencari jati diri nya selain sebagai pengamen yang mana pada profesi ini hanya di pandang sebelah mata oleh masyarakat.

(4)

3

PENGAMEN KOTA TANJUNGPINANG (Studi Tentang Perilaku Pengamen Kawasan Tepi Laut) Haryo Phebi Gunantoro haryo.phebigunantoro@ymail.com

Suryaningsih, M.Si ningsih.umrah@yahoo.com Emmy Solina, M.Si emmysolina@yahoo.com

ABSTRACT

Street singers is an artist who conduct activities in selling musical instrument skills by using a guitars, jimbe, etc to entertain the visitors with rhythm of the song and the music that they are playing. There are still have deviant behavior occurred between the street singers at Tanjungpinang City because they are accustomed to a free life so that the street singers do as they pleased without thinking the impact of what happening in the society. The purpose of this research is wanted to know the deviant behavior of the street singers in Tanjungpinang City.

The population are the street singers in Tanjungpinang City, totally 14 street singers. Because of the population is not more, so the population became sample in the research. The method of research that used is descriptive qualitative is a process of data organize and order the data into category also the basic explanation, so we can find the theme which suggested by the data. The result of the research is the street singers still do a deviant behavior activity in tepi laut region Kota Tanjungpinang.

The conclusion of this research is the street singers still do a deviant behavior activity, this is indicated by the street singers actions and behaviors are not in accordance with the norms that apply in society. The suggestion from the research based on this research is need to create the forum in which the rahbilitation of street singers who have talent in order to building until they could make a work and can find their identity than as a street singers which in this profession that only seen with one the public eye.

(5)

4 I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Di negara sedang berkembang, kota mengalami pertambahan jumlah penduduk dengan sangat pesat, hal ini diakibatkan oleh adanya migrasi atau berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak terkendali. Alasan utama perpindahan ini adalah faktor ekonomi, mereka menganggap bahwa prospek ekonomi diperkotaan lebih baik dibandingkan di desa. Adapun dampak yang ditimbulkan dari migrasi itu antara lain kemiskinan, terjadinya kesenjangan sosial ekonomi antara kaum miskin kota dengan kaum kaya kota yang memiliki kemewahan, dan dampak yang bisa kita lihat dan sering kita temui di kota-kota besar.

Para pendatang atau kaum migran yang datang ke kota tanpa memiliki bekal keterampilan yang memadai hanya akan menjadi tuna karya dikota. Kalaupun mereka bekerja biasanya hanya menjadi buruh serabutan, pengemis, pengamen, pemulung dan bahkan ada juga yang pada akhirnya menjadi penjahat dikota. Akibat persaingan yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta minimnya lapangan kerja memunculkan pula pengangguran yang pada gilirannya melahirkan pekerjaan tidak terhormat, disamping menyertakan pula berbagai patologis sosial lainnya.

Pengamen perkotaan adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang di timbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding

sebagai pemicu, di antara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan.

Pengamen perkotaan adalah fenomena yang mulai di pandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang di timbulkannya. Modernisasi dan sering kali di tuding sebagai pemicu, di antara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan sehingga menyebabkan migrasi sebagai faktor penarik secara pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan. Indonesia merupakan negara berkembang identik dengan kemiskinan, jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik dikota maupun didesa. Kita dapat melihat di setiap kota pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan masyarakat miskin perkotaan. Bahkan di malam hari banyak orang-orang tertentu yang tidur di emperan toko pinggir jalan. Kondisi demikian sangat memprihatinkan dan harus segera di atasi.

Banyak cara telah di lakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah dan juga individu-individu pemerhati kemiskinan dalam menyelesaikan

(6)

5 permasalahannya untuk mengatasinya seperti transmigrasi penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih jarang penduduknya, penanggulangan bertambahnya penduduk dengan program Keluarga Berencana (KB), dan lain-lain. Semua itu ternyata belum berhasil, dan bahkan pemerintah terkesan tidak serius dalam menghadapi fenomena tersebut. Semua itu berdasarkan pada kenyataan di lapangan memang fenomena itu tidak berkurang tetapi justru semakin banyak.

Dalam kehidupan masyarakat sering di jumpai adanya perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Perilaku menyimpang di tentukan batasannya oleh norma-norma kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu kebudayaan, sehingga pengertian perilaku menyimpang antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan individu atau kelompok terjerumus ke dalam pola perilaku yang menyimpang. Dengan kata lain, terjadilah penyimpangan sosial dalam kehidupan.

Penyimpangan adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri dengan norma-norma kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah

tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang di anut dalam lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant).

Pada masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat di kendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan di rasa semakin banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial.

Seperti halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat di katakan menyimpang oleh suatu masyarakat, namun belum tentu di anggap menyimpang oleh masyarakat lain yang memiliki norma dan nilai yang berbeda.

Tidak adanya optimalisasi dalam pengembangan diri menyebabkan perilaku-perilaku menyimpang yang dapat kita jumpai dimasyarakat. Mulai dari tawuran pelajar, seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari kita yang tidak asing dengan kata perilaku menyimpang, akan tetapi tidak

(7)

6 mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang tersebut.

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.

Penyimpangan yang sering mereka lakukan disaat waktu luang yang tidak di aktualisasikan secara baik, banyak orang berpendapat penyimpangan pengamen yang umum adalah gaya pakaian yang selekeh (tidak rapi), rambut panjang, badan bertato dan susah menjaga kebersihan badannya. Untuk itu kelompok penyanyi jalanan ini di bentuk sebagai wadah dalam mengurangi sedikit perilaku yang tidak baik di mata masyarakat agar mereka bisa di terima di khalayak masyarakat luas sebagai manusia yang beradab dalam mempertahankan hidupnya dengan menghibur sebagai penyanyi jalanan.

Salah satu tempat diKota Tanjungpinang yang marak dengan anak jalanan yaitu kawasan Tepi Laut yang merupakan kawasan strategis di Kota Tanjungpinang, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari untuk melepaskan kepenatan dalam seharian bekerja dengan menikmati angin laut serta panorama tepi laut dimalam hari menjadikan lahan bagi anak jalanan mencari nafkah. Anak jalanan di kawasan Tepi Laut kebanyakan berprofesi sebagai pengamen.

Pengamen seharusnya dapat perhatian khusus, sehingga mereka merasa bahwa dirinya di akui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering di kucilkan dan tidak di anggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki labeling atau sudah di cap yang jelek dalam masyarakat atas penilaian dari segi berpakaian yang urakan atau nyeleneh, tidak rapi, serta sering mabuk-mabukan, seks bebas dan lain sebagainya. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pengamen dikawasan tepi laut Kota Tanjungpinang, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara fenomena perilaku menyimpang pengamen berdasarkan kajian secara sosiologis. Dari pemaparan di atas maka di ambil judul penelitian “ Perilaku Menyimpang Pengamen di Kawasan Tepi Laut Kota Tanjungpinang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran perilaku menyimpang pengamen yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut :

a) Apa saja bentuk-bentuk perilaku menyimpang pada pengamen

(8)

7 kawasan tepi laut Kota Tanjungpinang ?

b) Bagaimana terjadinya perilaku menyimpang yang di lakukan pengamen di kawasan tepi laut Kota Tanjungpinang ?

1.3. Tujuan Peneltiian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui bentuk–bentuk perilaku menyimpang dikalangan pengamen tepi laut Kota Tanjungpinang.

b) Untuk mengidentifikasi bagaimana proses terjadinya perilaku menyimpang dikalangan pengamen tepi laut Kota Tanjungpinang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis.

a) Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dapat di jadikan kajian gejala sosial masyarakat di kalangan pengamen.

b) Dapat membantu pemerintah guna memecahkan masalah sosial serta memberikan solusi untuk menyelsaikan masalah sosial yang berkaitan dengan pengamen jalan di Kota Tanjungpinang.

II. Landasan Teori 2.1. Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang di anggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

Menurut Kornblum (1989:202-204) di samping penyimpangan dan penyimpang, kita menjumpai pula institusi menyimpang (deviant institution). Contohnya ialah kejahatan terorganisasi pencurian yang telah di rencanakan, dan bentuk institusi menyimpang lain adalah seperti bisnis seks, sindikat bordil, sindikat narkotika, sindikat pemalsu paspor.

Menurut Doyle Paul Jhonson dalam Robert M.Z Lawang (1995:84-86) perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

Menurut Lemert penyimpangan dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak di lakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu

(9)

8 lintas, buang sampah sembarangan dan lain-lain.

Perilaku menyimpang di sebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang di anggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal atau tidak bisa di integrasikan dalam pola tingkah laku umum. Di sebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi "penyakit".

Deviation merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena di perlukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Di adakannya kaidah serta peraturan di dalam masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 1990:237).

Perilaku menyimpang biasanya disebabkan oleh beberapa faktor penyebab, antara lain: a. Sikap mental yang tidak sehat.

Perilaku dapat di sebabkan karena sikap mental yang tidak sehat. Sikap itu di tunjukkan dengan tidak merasa bersalah atau menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang. Misal : profesi melacur.

b. Ketidakharmonisan dalam keluarga. Tidak adanya keharmonisan dalam keluarga dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang. Misal : kalangan

remaja yang menggunakan obat-obat terlarang karena faktor broken home. c. Pelampiasan rasa kecewa.

Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkan ke hal yang positif, maka ia akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya tersebut. Misal : bunuh diri.

d. Dorongan kebutuhan ekonomi. e. Pengaruh lingkungan dan media

massa.

f. Keinginan untuk dipuji.

Seseorang dapat bertindak menyimpang karena keinginan untuk mendapat pujian, seperti seseorang yang menginginkan kehidupan yang mewah. Agar keinginannya terwujud, ia rela melakukan perilaku yang menyimpang seperti korupsi, menjual diri dan merampok.

g. Proses belajar yang menyimpang. Hal ini dapat terjadi melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang.

h. Adanya ikatan sosial yang berlainan. Seseorang individu cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling ia hargai dan akan lebih senang bergaul dengan kelompok itu daripada dengan kelompok lainnya. Dalam proses ini, individu akan memperoleh pola sikap dan perilaku kelompoknya. Jika kelompok yang di pengaruhi menyimpang, kemungkinan besar individu tersebut akan berperilaku menyimpang juga.

(10)

9 i. Proses sosialisasi nilai-nilai

subkebudayaan menyimpang Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat dapat disebabkan karena seseorang memilih nilai subkebudayaan yang menyimpang, yaitu sub kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma budaya yang dominan.

j. Ketidaksanggupan menyerap norma Ketidaksanggupan untuk menyerap norma ke dalam kepribadian seseorang diakibatkan karena ia mempelajari proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga ia tidak sanggup menjalankan perannya sesuai dengan perilaku yang diharapkan oleh masyarakat.

Kepribadian yang menyimpang dalam diri seseorang dapat terbentuk karena adanya media pencetus yang dapat mendorong terbentuknya kepribadian menyimpang itu. Media pembentukan kepribadian yang menyimpang antara lain:

keluarga, lingkungan tempat tinggal, kelompok bermain dan media massa.

2.2.Bentuk-bentuk Perilaku yang Menyimpang

1. Penyimpangan Primer

Penyimpanagn primer merupakan penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang. Cirinya adalah bersifat sementara, gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang dan masyarakat masih mentolerir/menerima.

2. Penyimpangan Sekunder

Merupakan perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Ciri penyimpangan sekunder adalah gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang dan masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.

3. Penyimpangan Individu

Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.

4. Penyimpangan Kelompok

Merupakan penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku. 5. Penyimpangan Situasional

Penyimpangan ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial diluar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contoh: seorang suami terpaksa melakukan pencurian karena tidak tahan melihat anak istrinya kelaparan. 6. Penyimpangan Sistematik

Merupakan suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal, peran-peran, nilai, norma dan moral tertentu yang semua berbeda dengan situasi umum. Segala fikiran dan perbuatan menyimpang itu kemudian dibenarkan

(11)

10 oleh semua anggota kelompok. Contoh: dalam sebuah geng terdapat aturan-aturan tertentu yang biasanya harus dipatuhi semua anggotanya.

7. Penyimpangan Positif

Merupakan bentuk peyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. Jadi penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakuakan tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh: ibu rumah tangga dengan terpaksa menjadi sopir angkot karena desakan ekonomi. 8. Penyimpangan Negatif

Merupakan penyimpangan yang cenderung bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Dalam penyimpangan negatif, tindakan yang dilakukan akan dicela oleh masyarakat dan pelakunya akan tidak dapat ditolerir oleh masyarakat.

Menurut Dwi Narwoko (2007:101), yang termasuk dalam perilaku menyimpang adalah

1. Tindakan non-conform (yang tidak sesuai dengan nilai dan norma) 2. Tindakan anti sosial (tindakan yang

melawan kebiasaan masyarakat) 3. Tindakan kriminal, tindakan

melanggar hukum tertulis, melanggar norma serta tindakan yang membahayakan jiwa.

2.3.Konsep Pengamen

Pengamen itu sendiri, awalnya berasal dari kata Amen atau mengamen (menyanyi, main musik, dsb) untuk mencari uang. Amen/pengamen (penari, penyanyi, atau pemain musik yang tidak bertempat tinggal tetap, berpindah-pindah dan mengadakan pertunjukkan di tempat umum). Jadi pengamen itu mempertunjukkan keahliannya di bidang seni. Seorang pengamen tidak bisa dibilang pengemis, karena perbedaannya cukup mendasar. Seorang pengamen yang sebenarnya harus betul-betul dapat menghibur orang banyak dan memiliki nilai seni yang tinggi. Sehingga yang melihat, mendengar atau menonton pertunjukkan itu secara rela untuk merogoh koceknya, bahkan dapat memesan sebuah lagu kesayangannya dengan membayar mahal.

Semakin hari semakin banyak pengamen jalanan yang bertambah di setiap sudut-sudut jalan, lampu merah yang ada di Kota Tanjungpinang, bahkan di setiap rumah makan mulai dari anak balita sampai yang sudah tua, dari yang di lengkapi dengan alat musik seadanya sampai yang lengkap seperti pemain band, dari yang berpenampilan kotor sampai yang rapi, dari yang suaranya sumbang (fals) sampai yang bagus. Yang paling memprihatinkan adalah anak balita yang terpaksa dan dipaksa untuk ngamen dan semua itu diatur oleh jaringan yang memasok mereka dan setiap uang yang ada disetor kepada orang tua mereka.

Pengamen merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran

(12)

11 perkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja seks kelas rendah, selain itu juga dianggap sebagai “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat, artinya pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal, pengganggu ketertiban masyarakat.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika mereka sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh kelompok masyarakat yang merasa terganggu oleh komunitas anak jalanan seperti golongan kelas ekonomi rendah. Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan dengan cara mereka sendiri bekerja sebagai pengamen, penyemir sepatu, penjual koran, pengemis, atau bahkan melacur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengamen adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan anak jalanan dengan cara menyanyikan lagu baik menggunakan alat maupun tidak. Sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalan atau tempat-tempat umum lainnya, tidak atau bergantung dengan keluarga, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan.

III. Metode Penelitian 3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk mengumpulkan data dan fakta

yang ada. Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif menggambarkan, mengungkapkan, menceritakan dan meringkas berbagai kondisi dan situasi yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

3.2. Lokasi Penelitian

Subjek penelitian yang peneliti kaji mengenai permasalah perilaku menyimpang pengamen ini di laksanakan didaerah seputaran tepi laut Kota Tanjungpinang. Penentuan lokasi ini di lakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah operasional terbanyak para pengamen ada ditepi laut Kota Tanjungpinang.

3.3. Jenis Data Data primer

Yaitu data yang secara langsung peneliti peroleh dari sumbernya, dalam hal ini data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan para informan tentang permasalahan penelitian yaitu perilaku menyimpang dikalangan pengamen.

Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang di kumpulkan dari pihak kedua atau dari sumber lain yang tersedia sebelum penelitian di lakukan. Dalam penelitian ini data sekunder berupa foto dan juga dokumen dari sumber data tertulis yang berasal dari pihak terkait dalam masalah penelitian ini.

(13)

12 3.4.Populasi dan Sampel

Sesuai dengan jenis penelitian bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi dan sampel tetapi yang di gunakan dengan pendekatan secara intensif ke informan yang akan di jadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini informan merupakan subjek yang menjadi sumber peneliti dalam mendapatkan informasi sebagai data yang di perlukan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan peneliti. Teknik penentuan informan yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan informan bertujuan dalam memberikan informasi yang di butuhkan. Pemilihan informan berdasarkan penilaian atau karakteristik yang di peroleh data sesuai dengan maksud penelitian (Silalahi, 2010:272). Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling, kriteria yang di tetapkan adalah : para pengamen biasa, dan telah bekerja sebagai pengamen di atas 3 tahun berjumlah 14 orang.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah segala kegiatan yang di lakukan dalam usaha mengumpulkan data-data atau informasi yang menunjang penelitian di antaranya pengetahuan mengenai permasalahan dan data yang berhubungan dengan latar belakang informan terhadap penelitian. Adapun teknik dan alat pengumpul data yaitu berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi selama kurang lebih setahun

guna mematangkan hasil yang akan di analisis.

3.6.Teknik Analisa Data

Dalam menentukan analisa data maka peneliti mempergunakan analisa deskriptif kualitatif analisis, yaitu memberikan gambaran tentang kenyataan yang ada untuk selanjutnya di analisa guna menemukan hasil yang akhirnya dapat di tarik kesimpulan dan di jadikan landasan dalam memberikan saran-saran dan pendapat dari penulis. Menurut Ian Dey (Moleong 2006) mengatakan bahwa inti analisis terletak pada tiga proses yang berkaitan yaitu mendefinisikannya fenomena, mengklasifikasikan dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul satu dengan lainnya saling berkaitan, agar dapat dipaparkan secara jelas sehingga memperoleh sebuah pemahaman dan fakta jelas tentang masalah dalam penelitian.

Untuk menganalisis data yang di peroleh dari hasil penelitian, di gunakan teknik deskriptif analisis, yaitu metode yang di gunakan terhadap suatu data yang telah di kumpulkan kemudian di susun dan di jelaskan untuk selanjutnya di analisa. Data yang berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang dapat di amati dari interaksi antara peneliti dengan pengamen yang di peroleh selama penelitian di laporkan secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan.

(14)

13 IV. Pembahasan

4.1. Karakteristik Informan

Dalam penelitian kualitatif, informan sengaja dipilih oleh peneliti karena mampu memberikan informasi tentang masalah yang akan di teliti. Untuk itu peneliti melakukan penggalian data sumber terpecaya langsung dari pengamen sebagai informan penelitiannya. Informan yang di ambil peneliti yaitu pengamen yang berada diKawasan Tepi Laut tergabung dalam kelompok penyanyi jalanan Kota Tanjungpinang.

4.1.1. Umur Informan

Berdasarkan data hasil lapangan dapat terlihat perbedaan umur informan penelitian, dari data mayoritas informan berada pada usia 21-30 tahun dari keseluruhan informan. Sedangkan yang memiliki umur 31-40 sebanyak 6 orang Sementara sisanya memiliki umur diatas 40 tahun sebanyak 1 orang.

4.1.2. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin atau dalam bahasa inggrisnya yaitu Sex merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual (perbedaan sistematik luar antar individu yang berbeda jenis kelamin dalam spesies yang sama), yang pada manusia dikenal menjadi Pria dan Wanita. dalam penlitan ini seluruh informan yang ada memiliki jenis kelamin laki-laki.

4.1.3. Pendidikan Informan

Berdasarkan hasil data lapangan yang telah didistribusikan dapat terlihat bahwa

mayoritas tingkat pendidikan yang telah ditamatkan informan penelitian adalah pendidikan SMP sebanyak 11 orang. Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan SMA terdapat sebanyak 2 orang informan, Sementara sisanya hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar sebanyak 1 orang.

4.1.4. Asal Daerah Informan Berdasarakan data lapangan dapat diketahui bahwa informan berasal dari daerah yang beragam, dari data dapat terlihat bahwa informan yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau yaitu dari Kota Tanjungpinang dan berasal dari Kabupaten Karimun sebanyak 9 orang, Sementara sisanya berasal dari Provinsi lain seperti Sumatra Utara dan Provinsi Bandar Lampung sebanyak 5 orang.

4.1.5. Pendapatan Informan

Berbagai jenis aktivitas manusia tentunya mengharapkan imbalan, apalagi yang bernilai ekonomi tentunya. Imbalan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima dalam bentuk uang. Untuk melihat bagaimana tingkat pendapatan informan penelitian selama 1 bulan, berdasarakan hasil data lapangan diatas maka dapat terlihat berapa tingkat pendapatan informan dalam sebulan dari hasil kerja mereka mengamen. Mayoritas informan memiliki pendapatan berkisar antara 700.000-900.000 sebanyak 7 orang. Sedangkan yang berpenghasilan berkisar antara 400.000-600.000 berjumlah 6 orang.

(15)

14 Sementara sisanya mengaku memiliki penghasilan diatas 1 juta dalam sebulannya.

4.2. Bentuk-bentuk penyimpangan yang dilakukan pengamen

Dalam kasus perilaku menyimpang yang dilakukan oleh informan penelitian termasuk kedalam penyimpangan negatif, penyimpangan negatif merupakan penyimpangan yang cenderung bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Dalam penyimpangan negatif, tindakan yang dilakukan akan dicela oleh masyarakat dan pelakunya akan tidak dapat ditolerir oleh masyarakat.

4.2.1. Tindakan Non Conform Tindakan non conform yang ada dalam penelitian ini meliputi tindakan menyimpang yang dilakukan oleh informan penelitian berupa, memaksa meminta uang ketika bernyanyi, para pengamen bernyanyi dalam keadaan mabuk. Meminta uang secara paksa kerap terjadi diantara pengamen jalanan, padahal menyanyi asal-asalan dan kemudian mereka meminta uang dengan paksa kepada masyarakat. Idealnya seorang pengamen setelah selesai mengamen boleh meminta uang kepada yang mendengarkan nyanyian mereka tanpa ada unsur paksaan. Bernyanyi dalam keadaan mabuk sering kali mengganggu pendengaran masyarakat karena suara yang dilantunkan tidak seharmonis biasanya dan lagu yang dinyanyikan pun menjadi tidak karuan. Hal tersebut berdampak bahwa citra seorang

pengamen hanya dekat dengan minuman alkohol.

4.2.2. Tindakan Asosial

Tindakan asosial adalah merupakan tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum. Adapun tindakan asosial yang dilakukan oleh para informan penelitaan adalah sebagai berikut: minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, melakukan tindakan asusila dan melakukan tindakan kriminal.

4.3. Analisa Perilaku Menyimpang Pengamen Jalanan.

Untuk menganalisa penyebab dari perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pengamen maka peneliti melihat dari faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh informan penelitian, analisa faktor internal dan faktor eksternal digunakan untuk mengidentifikasi apa yang menjadi sumber penyebab informan melakukan penyimpangan. Untuk melihat analisa hasil data lapangan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini :

4.3.1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pengamen. Dimana pengamen bermasalah tersebut tidak dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya seperti norma sosial yang ada dalam masyarakat. Faktor ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penentuan sikap dan perilaku pengamen.

(16)

15 Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pengamen yang sering membuat masalah menyebutkan bahwa penyebab perilaku menyimpang pengamen bermasalah yaitu kemauan diri sendiri dimana pengamen memang ingin melakukan perilaku menyimpang tersebut dan belum sepenuhnya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. Hal ini senada dengan yang disampaikan Kartini Kartono (dalam Asmani, 2012:125) yang menjelaskan bahwa “Tingkah laku mereka merupakan reaksi yang salah atau irasional dari proses belajar, yang terwujud dalam ketidakmampuan mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar”. Seperti yang dikatakan oleh pengamen bermasalah dalam wawancara yang dilakukan peneliti di kawasan tepi laut kota Tanjungpinang bahwa pada saat mengamen tidak boleh meminta uang dengan paksa dan tidak boleh mengamen saat dalam keadaan mabuk. Hal tersebut mencerminkan perilaku menyimpang dan bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang ada. Berdasarkan kerangka teori yang digunakan mengenai faktor penyebab terjadinya penyimpangan maka faktor tersebut dibagi kedalam 2 bentuk yaitu faktor internal dan eksternal, merujuk pada konsep penyebab penyimpangan yang disampaikan oleh Sarjono Soekanto penyebab dari faktor internal terdiri dari sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa, keinginan untuk dipuji, proses belajar yang menyimpang, dan ketidak sanggupan menyerap norma.

Dari hasil data dilapangan jika di konfirmasikan dengan konsep teori memang benar bahwa perilaku menyimpang informan yang berasal dari dirinya sendiri dikarenakan sikap mental yang tidak sehat, ini maksudnya adalah sikap mental yang dimiliki oleh informan penilitian memang tidak sehat, ketika informan mendapatkan unsur-unsur baru yang bersifat negatif informan langsung saja menerima unsur tersebut tanpa memikirkan apa akibatnya, contohnya adalah ketika informan menerima unsur baru tentang narkoba, informan penelitian mulai dari coba-coba dan akhirnya menjadi pengguna narkoba. Pelampiasan rasa kecewa merupakan salah satu bentuk dari penyebab penyimpangan sosial yang dilakukan oleh informan, informan merasa kecewa dengan apa yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya kemudian rasa kecewa itu diwujudkan dengan melakukan kegiatan yang sifatnya menyimpang. Dalam kasus penelitian dapat dilihat bahwa ada pengamen yang merasa kecewa karena tidak dihargai oleh pengunjung ketika mereka sedang bernyanyi untuk melampiaskan rasa kecewa mereka melakukan tindakan pemaksaan untuk pengunjung memberikan uang kepada mereka.

Keinginan untuk dipuji juga merupakan salah satu penyebab informan melakukan tindakan menyimpang. Adanya keinginan informan untuk dipuji oleh teman atau rekannya membuat informan melakukan tindakan menyimpang tanpa melihat apakah hal tersebut sesuai dengan nilai dan norma

(17)

16 atau tidak. Dari hasil lapangan ditemukan bahwa bentuk informan yang melakukan penyimpangan karena rasa ingin dipuji dapat dilihat pada kasus informan yang melakukan hubungan seksual karena ingin dipuji oleh teman-temannya dan agar terlihat keren dimata teman-temannya.

Proses belajar yang menyimpang juga menjadi penyebab dari munculnya perilaku yang menyimpang. Hal ini dikarena informan penilitian melihat dan mengidentifikasi perilaku buruk yang ditunjukkan oleh rekan-rekan anggota kelompoknya yang lain. Proses pembelajaran tersebut bisa dikategorikan sebagai proses pembelajaran yang menyimpang.

Ketidaksanggupan menyerap norma juga merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku menyimpang. Informan penelitian tidak sanggup dan tidak bisa menyerap dan memahami norma-norma yang berlaku dimasyarakat sehingga informan dengan biasanya melakukan pelanggaran terhadap norma-norma tersebut. Tidak adanya rasa tanggung jawab oleh informan untuk dapat berlaku sesuai dengan norma yang ada karena informan tidak memahami apa guna dan norma tersebut. Dari kasus dilapangan dapat dilihat dari perilaku informan yang mabuk-mabukan dimuka umum dan mengamen dalam kondisi mabuk.

4.3.2. Faktor Eksternal

Faktor eksternalnya terjadi dikarenakan lingkungan yang dominan dengan profesi tersebut, minimnya ekonomi, tekanan dalam

keluarga serta stigma masyarakat akan pengangguran sebagai bahan pembicaraan akan kemalasan seseorang. Faktor ekternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri pengamen jalanan. Pengamen melakukan perilaku menyimpang disebabkan pengaruh dari luar seperti teman-teman yang sering melakukan penyimpangan. Pergaulan yang salah dapat menjadi penyebab pengamen lain melakukan penyimpangan, apalagi pengamen tersebut bergaul dengan pengamen yang lebih cenderung suka berperilaku menyimpang. Pengamen tersebut diajak oleh teman untuk melakukan perilaku menyimpang.

Berdasarkan kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini maka dapat dipisahkan antara faktor penyebab perilaku menyimpang berdasarkan faktor eksternal antara lain ketidakharmonisan dalam keluarga, desakan ekonomi, pengaruh lingkungan dan media masa, adanya ikatan sosial yang berlainan, proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang.

Dari hasil penelitian dilapangan ditemukan bahwa salah satu faktor yang menjadi penyebab munculnya perilaku yang menyimpang didalam diri informan penelitian didasarkan dari adanya hubungan yang tidak harmonis didalam keluarganya. Berdasarkan hasil jawaban informan dari poin pertanyaan alasan anda menjadi pengamen ternyata ditemukan fakta bahwa ada informan yang memilih jalan menjadi pengamen dikarenakan terjadinya hubungan yang tidak harmonis didalam keluarganya. Selain menjadi pengamen informan tersebut

(18)

17 juga sering melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang seperti mabuk-mabukan dan menggunakan narkoba. Adanya masalah yang dialami informan didalam keluarganya membuat informan memutuskan untuk pergi dari rumah dan bergabung didalam komunitas pengamen dan didalam komunitas itulah informan mulai banyak melakukan hal-hal yang menyimpang. Desakan ekonomi juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan para informan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti mencuri dan juga melakukan pemaksaan kepada pengunjung. Dari hasil data yang diperoleh dilapangan terdapat fakta bahwa informan ada yang melakukan pencurian dan pemaksaan karena sudah tidak memiliki uang lagi untuk membeli makanan dan juga tidak lagi memiliki uang untuk membeli minuman keras. Tindakan pencurian dilakukan baik itu ketika dirumah maupun ketika informan berada diluar rumah. Pengaruh lingkungan dan media masa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan informan melakukan hal-hal yang bersifat menyimpang. Penyimpangan yang dilakukan oleh informan ternyata ada yang dikarenakan oleh ajakan dari teman yang sesama pengamen, pada awalnya informan tidak tahu melakukan hal menyimpang tersebut namun ketika ada ajakan dari temannya informan langsung mengiyakan dan mengikuti apa yang diajak oleh temannya tersebut. Dalam contoh kasus dapat dilihat dari adanya informan yang menggunakan narkoba karena ajakan dari temanya yang awalnya tidak pernah tahu apa

itu narkoba akhirnya menjadi tahu dan kemudian informan menjadi terjerumus dan menjadi pecandu narkoba.

Adanya ikatan sosial yang berlaianan juga menjadi salah saatu faktor yang menyebabkan informan melakukan penyimpangan. Seseorang individu cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling ia hargai dan akan lebih senang bergaul dengan kelompok itu daripada dengan kelompok lainnya. Dalam proses ini, individu akan memperoleh pola sikap dan perilaku kelompoknya. Jika kelompok yang digauli menyimpang, kemungkinan besar individu tersebut akan berperilaku menyimpang juga. Dalam kasus penyimpangan perilaku yang terjadi pada informan penelitian dapat terlihat dari kebiasaan kelompok pengamen ini melakukan kegiatan mabuk-mabukan bersama ketika mereka sedang berkumpul. Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat dapat disebabkan karena seseorang memilih nilai subkebudayaan yang menyimpang, yaitu subkebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma budaya yang dominan. Adanya penerapan subkebudayaan yang menyimpang yang diterapkan oleh informan penelitian dalam dirinya membuat perilaku informan penelitan didalam bertindak menjadi menyimpang. Ketika informan melihat adanya kebudayaan atau cara hidup orang lain informan langsung mengidentifikasinya tanpa melihat bahwasanya perilaku tersebut merupakan perilaku yang menyimpang baik secara nilai

(19)

18 kebiasaan maupun secara norma.

V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang bisa disimpulkan diantaranya sebagai berikut :

1. Berdasarkan kerangka teori yang digunakan mengenai faktor penyebab terjadinya penyimpangan maka dari hasil lapangan ditemukan bahwa penyebab penyimpangan yang dilakukan oleh informan penelitian ada yang berasal dari faktor internal atau faktor yang berasal dari dirinya sendiri. Penyebab dari faktor internal terdiri dari sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa, keinginan untuk dipuji, proses belajar yang menyimpang, dan ketidaksanggupan menyerap norma. 2. Berdasarkan kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini ternyata memang benar bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan oleh informan penelitian juga ada yang berasal dari luar diri informan. faktor eksternal antara lain ketidakharmonisan dalam keluarga, desakan ekonomi, pengaruh lingkungan dan media masa, adanya ikatan sosial yang berlainan, proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Dari faktor-faktor tersebut informan mulai mengenal dan melakukan hal-hal yang bersifat menyimpang.

3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengamen yang sering membuat masalah menyebutkan bahwa penyebab perilaku menyimpang pengamen bermasalah yaitu kemauan diri sendiri dimana pengamen memang ingin melakukan perilaku menyimpang tersebut dan belum sepenuhnya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.

5.2. Saran

Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai permasalahan tentang perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pengamen yang ada dikawasan Tepi Laut Kota Tanjungpinang maka dapat direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Khususnya wadah kelompok yang menaungi pengamen agar mengoptimalisasi wadah tersebut untuk menyerap keahlian selain bidang seni musik pada pengamen agar bisa dikembangkan dan menggiring kebidang pekerjaan lain sesuai keahlian yang dimiliki pengamen. Sedangkan untuk masyarakat luas memberikan informasi peluang pekerjaan yang pantas bagi pengamen agar keluar dari kebiasaan mengamen untuk meningkatkan taraf pekerjaan yang lebih mulia bagi mereka.

2. Para pengamen yang berada di kawasan tepi laut, diharapkan agar

(20)

19 dapat berinteraksi sosial dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga interaksi sosial yang muncul adalah interaksi yang positif. Jangan mudah terpengaruh oleh ajakan teman yang lain untuk berbuat hal yang tidak baik.

3. Bagi pemerintah hendaknya di buat suatu wadah atau rehabilitasi dimana para pengamen jalanan yang mempunyai bakat agar di bina hingga bisa membuat suatu karya dan bisa mencari jati dirinya selain sebagai

pengamen yang mana pada profesi ini hanya di pandang sebelah mata oleh masyarakat.

(21)

20

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2001.

Anrian Joef, jurnal dengan judul Pola Perilaku Pengamen terhadap masyarakat pengguna jalan raya Kota Padang, STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009.

Arief, Armai, “ Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional”, Dalam Jurnal Fajar, LPM UIN Jakarta, Edisi 4, No.1, November 2002.

Bruce J. Coehan. Sosiologi: Suatu pengantar.(Jakarta: Rineka Cipta. 1992). Bungin, B. 2007.Penelitian Kualitatif.Jakarta : Prenada Media Group

MS Siahaan M.Si, Drs. Jokie. 2009. Perilaku Menyimpang : Pendekatan Sosiologi. Jakarta : PT Indeks.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 1985 max Weber. Konsep-konsep dasar dalam sosiologi.jakarta. cv rajawali. Soekanto, Soerjono, dan Ratih Lestarini.1988. fungsionalisme dan teori konflik dalam

perkembangan sosiologi.sinar grafika. Jakarta.

Soekanto, S. (2002) Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 1985 max Weber. Konsep-konsep dasar dalam sosiologi.jakarta. cv rajawali. Mus Mulyadi, Jurnal dengan judul Perilaku ngelem pada anak jalanan, Universitas Maritim Raja

Ali Haji 2013.

Rahmadani, Jurnal dengan judul latar belakang penyebab anak-anak bekerja dijalanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji 2013.

Sunusi, Makmur, Anak Terlantar Dalam Perspektif Pekerjaan Sosial, Endang WD BM, Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta Dalam Penanganan Anak Terlantar, Makalah Dalam Seminar Nasional „Penanganan Anak Terlantar Berbasis Keluarga”, Jakarta: UMJ, 12 April 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2-3 siklus, pada bulan Maret-Mei 2014 disesuaikan dengan kalender pendidikan tergantung pada

a. Sebuah benda bermassa 10 kg didorong dengan gaya sebesar 15 N sehingga bergerak dipercepat. Jika tidak ada gaya gesekan yang terjadi, maka percepatan pada benda adalah…....

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan melalui permainan balok angka dalam mengembangkan kognitif anak di PAUD Nurul Hidayah. Penelitian

Karya Kita Bandung, diperoleh informasi bahwa motivasi kerja karyawan pada saat ini cenderung menurun hal ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan diri dan pengakuan akan

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Jeane, (2008) menyatakan kualitas layanan secara signifikan mempengaruhi loyalitas konsumen. Begitu juga dengan penelitian Rachmad,

Ezyload Nusantara Surabaya dalam 8 bulan terakhir mulai bulan Mei – Desember 2010 menunjukkan telah terjadi kecenderungan penurunan jumlah pelanggan (counter) yang melakukan

(b) pada masing-masing model pembelajaran, manakah prestasi belajar dan aspek afektif matematika siswa yang lebih baik, kecerdasan logis matematika, visual,

[r]