• Tidak ada hasil yang ditemukan

Public Relations Audit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Public Relations Audit"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

Public Relations Audit

(Studi Komparatif Company Ideal dan Company Actual terhadap Pembentukan Citra PT. Indosat, Tbk Medan).

D I S U S U N OLEH:

DAME SEREPINA BUTAR-BUTAR

050904034

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Public Relations Audit. Studi Komparatif Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan citra PT. Indosat, Tbk.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hasil dari Public Relations Audit (Audit Humas) yang terjadi di PT. Indosat, Tbk dan juga untuk menemukan perbandingan Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan citra PT. Indosat, Tbk Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu penelitian bertujuan untuk menganalisis perbedaan di antara dua kelompok data atau lebih, dapat juga membandingkan kesamaan pandangan atau perubahan – perubahan pandangan orang atau kelompok terhadap ide-ide. Objek penelitian yang akan diteliti adalah 41 orang karyawan PT. Indosat, Tbk Medn. Dan 1 orang Staf Humas yaitu pimpinan Humasnya.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kuesioner dengan mengumpulkan sejumlah pertanyaan yang berisi 29 orang peneliti juga melakukan interview, yaitu wawancara yang mendalam yang berguna untuk menanyakan responden dan mengetahui keadaan, keinginan responden lebih lanjut tentng topik penelitian yang tidak terdapat di dalam kuesioner penelitian. Analisa data menggunakan tabel tunggal.

Dari hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa (H) diterima yaitu terdapat perbedaan antara Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan citra PT. Indosat, Tbk Medan. Dengan perkataan lain, kegiatan Humas Perusahaan ini belum mencapai keberhasilan yang maksimal.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa terdapat perbedaan antara Company Ideal di Company Actual terhadap pembentukan citra pada PT. Indosat, Tbk Medan. Citra positif yang diharapkan pihak Humas belum dapat diwujudkan secara maksimal karena masih banyak dari karyawan yang belum mengetahui media-media yang telah di gagas oleh pihak Humas. Dan karyawan juga belum dapat merasakan manfaatnya.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah... 7

I.4. Tujuan Penelitian ... 7

I.5. Manfaat Penelitian ... 8

I.6. Kerangka Teori ... 8

I.6.1. Komunikasi ... 9

I.6.2. Public Relations ... 10

I.6.3. Internal Public Relations... 11

I.6.4. Public Relations Audit ... 12

I.6.5. Company Ideal (Apa yang “Kita” pikirkan) ... 13

I.6.6. Company Actual (Apa yang “Mereka” pikirkan) ... 14

I.6.7. Citra... 15

I.6.8. Model S-O-R... 17

I.7. Kerangka Konsep... 18

I.8. Model Teoritis ... 20

I.9. Variabel Operasional ... 20

I.10. Defenisi Variabel Operasional... 23

I.11. Hipotesis ... 24

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi ... 25

II.1.1. Pengertian Komunikasi... 25

II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi ... 26

II.1.3. Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi ... 30

II.1.4. Komunikasi Model Lasswell ... 31

II.2. Public Relations... 32

II.2.1. Pengertian Public Relations... 32

II.2.2. Fungsi Public Relations... 33

II.2.3. Syarat Praktisi Public Relations ... 35

II.3. Internal Public Relations ... 36

II.3.1. Pengertian Internal Public Relations... 36

II.3.2. Media Internal Public Relations ... 37

II.4. Public Relations Audit... 40

II.4.1. Pengertian Public Relations Audit ... 40

II.4.2. Fungsi Public Relations Audit... 41

II.4.3. Ruang Lingkup Kegiatan Public Relations Audit ... 42

II.4.4. Kapan Audit Perlu Dilakukan ... 43

(4)

II.5. Company Ideal ... 46

II.5.1. Pengertian Company Ideal... 46

II.5.2. Tujuan Company Ideal... 46

II.5.3. Skala Semantic Differential ... 47

II.6. Company Actual... 48

II.6.1. Pengertian Company Actual ... 48

II.6.2. Konsep Penilaian ... 49

II.6.3. Skala Semantic Differential ... 49

II.7. Citra ... 49

II.71. Pengertian Citra ... 49

II.7.2. Jenis Citra ... 50

II.7.3. Analisis Citra ... 51

II.8. Model S-O-R... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

III.1.1. Sejarah PT. Indosat, Tbk ... 54

III.1.2. Sejarah Singkat Indosat ... 57

III.1.3. Sejarah Singkat PT. Indosat, Tbk Northern Sumatera Region Office ... 60

III.1.4. Makna Logo PT. Indosat, Tbk... 62

III.1.5. Visi, Misi, Motto dan Nilai PT. Indosat, Tbk... 64

III.1.6. Fungsi Divisi ... 66

III.1.7. Jasa Telekomunikasi PT. Indosat, Tbk... 75

III.2. Metode Penelitian ... 101

III.3. Populasi dan Sampel ... 101

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 102

III.5. Teknik Pengumpulan Data... 102

III.6. Teknik Analisis Data... 103

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 105

IV. 2. Proses Pengolahan Data... 105

IV. 3. Analisa Tabel Tunggal... 105

IV. 4. Uji Hipotesa ... 157

IV. 5. Pembahasan ... 159

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 160

V.1. Kesimpulan ... 160

V.2. Saran... 161 DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL Tabel... Hal 1. A. Jenis Kelamin ... 107 2. A. Usia ... 107 3. A. Pendidikan... 108 4. A. Lama Bekerja ... 108 5. A. Tingkat Penghasilan ... 109

6. A. Pengetahuan Karyawan Mengenai Adanya Sistem Intra Net ... 110

7. A. Karyawan Pernah Menggunakan Intra Net ... 111

8. A. Media Intra Net Membantu Karyawan Mendapatkan Informasi .... 111

9. A. Pengetahuan Karyawan Bahwa Media Intra Net Sebagai Media Pengganti Jurnal Internal... 112

10. A. Pentingnya Sistem Intra Net... 113

11. A. Dengan Media Intra Net Karyawan Dapat Lebih Mudah Berkomunikasi Kepada Atasan dan Teman Sejawat ... 114

12. A. Karyawan Mengetahui Bahwa PT. Indosat Pernah Mengadakan Konferensi Staf ... 115

13. A. Konferensi Staf Dapat Menciptakan Hubungan Baik Antara Pihak Manajemen Dengan Karyawan... 116

14. A. Konferensi Staf Mampu Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Yang Terjadi Di Perusahaan... 117

15. A. Dengan Melakukan Konferensi Staf Para Karyawan Dapat Merasakan Komunikasi Tatap Muka ... 118

16. A. Karyawan Mengetahui Bahwa Ada Kotak Saran di PT. Indosat .... 119

17. A. Kotak Saran Mampu Menjadi Wadah Penampung Aspirasi Para Karyawan ... 120

18. A. Kotak Saran Bermanfaat Bagi Karyawan ... 121

19. A. Karyawan Mengetahui Bahwa Ada Program Counselling di PT. Indosat, Tbk... 122

20. A. Program Counselling Mampu Menyelesaikan Masalah Pribadi Yang Dialami Karyawan... 123

21. A. Program Counselling Perlu Tetap Diadakan... 124

22. A. Program Counselling Dapat Memberikan Dampak Positif Bagi Kinerja Karyawan ... 125

23. A. Karyawan Antusias Mengikuti Kegiatan Informal Perusahaan ... 126

24. A. Kegiatan Informal Bermanfaat Bagi Para Karyawan... 127

25. A. Kegiatan Rekreasi Mampu Merekatkan Hubungan Baik Antara Pihak Manajemen Dengan Segenap Karyawan ... 128

26. A. Kegiatan Rohani Mampu Memberikan Dampak Positif Terhadap Peningkatan Keimanan... 129

27. A. Dengan Melakukan Kegiatan Sosial Mampu Meningkatkan Solidaritas... 130

1. B. Jenis Kelamin ... 131

2. B. Usia... 131

(6)

4. B. Lama Bekerja ... 133

5. B. Tingkat Penghasilan ... 133

6. B. Pengetahuan Karyawan Mengenai Adanya Sistem Intra Net... 134

7. B. Karyawan Pernah Menggunakan Intra Net ... 135

8. B. Media Intra Net Membantu Karyawan Mendapatkan Informasi .... 136

9. B. Pengetahuan Karyawan Bahwa Media Intra Net Sebagai Media Pengganti Jurnal Internal... 137

10. B. Pentingnya Sistem Intra Net... 138

11. B. Dengan Media Intra Net Karyawan Dapat Lebih Mudah Berkomunikasi Kepada Atasan dan Teman Sejawat ... 139

12. B. Karyawan Mengetahui Bahwa PT. Indosat Pernah Mengadakan Konferensi Staf ... 140

13. B. Konferensi Staf Dapat Menciptakan Hubungan Baik Antara Pihak Manajemen Dengan Karyawan... 141

14. B. Konferensi Staf Mampu Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Yang Terjadi Di Perusahaan... 142

15. B. Dengan Melakukan Konferensi Staf Para Karyawan Dapat Merasakan Komunikasi Tatap Muka ... 143

16. B. Karyawan Mengetahui Bahwa Ada Kotak Saran di PT. Indosat .... 144

17. B. Kotak Saran Mampu Menjadi Wadah Penampung Aspirasi Para Karyawan ... 145

18. B. Kotak Saran Bermanfaat Bagi Karyawan ... 146

19. B. Karyawan Mengetahui Bahwa Ada Program Counselling di PT. Indosat, Tbk... 147

20. B. Program Counselling Mampu Menyelesaikan Masalah Pribadi Yang Dialami Karyawan... 148

21. B. Program Counselling Perlu Tetap Diadakan... 149

22. B. Program Counselling Dapat Memberikan Dampak Positif Bagi Kinerja Karyawan ... 150

23. B. Karyawan Antusias Mengikuti Kegiatan Informal Perusahaan ... 151

24. B. Kegiatan Informal Bermanfaat Bagi Para Karyawan... 152

25. B. Kegiatan Rekreasi Mampu Merekatkan Hubungan Baik Antara Pihak Manajemen Dengan Segenap Karyawan ... 153

26. B. Kegiatan Rohani Mampu Memberikan Dampak Positif Terhadap Peningkatan Keimanan... 154

27. B. Dengan Melakukan Kegiatan Sosial Mampu Meningkatkan Solidaritas... 155

(7)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap perusahaan sangat menyadari bahwa komunikasi yang efektif mempunyai peran yang sangat besar untuk menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan organisasi perusahaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehidupan organisasi perusahaan tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi yang efektif karena komunikasi disadari sebagai “darah kehidupan perusahaan.”

Segala kegiatan, interaksi, dan saling ketergantungan antar anggota organisasi dapat berlangsung berkat komunikasi, karena “hanya dengan komunikasi pengaruh atas perilaku individu dapat terjadi. ”Jadi, semua kegiatan termasuk proses manajemen yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi, tergantung dari komunikasi yang efektif. Dengan demikian, penyelenggaraan sistem komunikasi yang efektif merupakan keharusan bagi setiap organisasi. Namun bagaimana pihak perusahaan mengetahui bahwa sistem komunikasi yang dibangunnya efektif? Lagi pula, apakah suatu sistem komunikasi yang efektif dapat tetap bertahan sepanjang zaman?

Efektivitas sistem komunikasi tergantung pada kemampuan suatu perusahaan, khususnya bidang Public Relations yang menjembatani hubungan komunikasi pemimpin perusahaan dengan para karyawannya. Public Relations (Hubungan Masyarakat) atau Humas harus mampu menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi perusahaan sesuai dengan perkembangan

(8)

internal perusahaan itu sendiri. Maka agar mampu memelihara tingkat efektivitas yang tinggi, sistem komunikasi harus bersifat dinamis.

Public Relations mempunyai tanggung jawab agar selalu mengembangkan idenya untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang bermanfaat baik antara perusahaan dengan publiknya, baik publik internal maupun eksternal. Mengingat luasnya kegiatan Public Relations maka yang menjadi sentral pembahasan pada penelitian ini adalah kegiatan publik internalnya saja. Publik internal yang meliputi karyawan merupakan oknum yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan ataupun kegagalan perusahaan. Dengan meningkatakan hubungan yang baik antara karyawan dan pimpinan perusahaan, juga menjaga hubungan komunikasi antar sesama karyawan maka akan menciptakan iklim kerja suatu perusahaan yang baik.

Agar eksekutif perusahaan yang diwakili oleh Public Relations dapat memelihara dinamika sistem komunikasi yang dibangunnya maka perlu diadakan Public Relations Audit (Audit Hubungan Masyarakat) atau yang sering disebut Audit Humas. Public Relations Audit adalah studi komprehensif untuk mengetahui posisi dan kondisi Public Relations dalam organisasi, baik secara internal maupun eksternal, mencakup tentang pandangan publik terhadap Public Relations (Kriyantono, 2006:297). Menurut Moore (1989) Public Relations Audit (Audit Humas) adalah studi yang tersusun secara longgar, berskala luas, yang menyelidiki hubungan masyarakat perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Dikutip oleh (Ritonga, 2004:120).

(9)

Public Relations Audit merupakan riset yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan dan mengukur kegiatan Public Relations dan menyediakan pedoman untuk program Public Relations di masa depan. Kehidupan perusahaan yang sehat ditandai oleh dinamika baik, karena perkembangan organisasi maupun karena adaptasi dengan perubahan lingkungan. Maka, komunikasi yang efektif adalah sebuah sistem yang hidup (living system) sesuai dengan dinamika perusahaann tersebut. Sistem komunikasi, yang pada awalnya efektif dapat menjadi kurang efektif dalam pekembangan lebih lanjut, karena organisasi mengalami perubahan-tumbuh dan berkembang menjadi lebih kompleks.

Dengan hasil dari Audit Humas, sistem komunikasi dapat diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan kondisi internal organisasi perusahaan sehingga tingkat efektivitas kerja organisasi tersebut dapat meningkat. Sebagai sebuah kajian Public Relations Audit dilakukan dengan tujuan khusus dan pasti, yakni memperbaiki kinerja secara periodik, melakukan perubahan sistematik pada pelaksanaan kerja ataupun perubahan yang lebih mendasar pada tingkat kebijakan.

Kebutuhan akan sistem komunikasi keorganisasian yang hidup dinamis itu makin meningkat dalam era globalisasi, yakni di satu sisi menciptakan persaingan keras, tetapi disisi lain menuntut kerja sama erat. Audit Komunikasi khususnya Audit Humas dengan temuan dan analisis data empirisnya dapat menunjukkan bagaimana efektivitas sistem komunikasi dalam kondisi organisasi pada suatu saat tertentu memberikan petunjuk tentang langkah kebijakan apa yang perlu diambil agar tingtkat efektivitas sistem komunikasi dapat dipertahankan dan diperbaiki.

(10)

Perusahaan Indosat, Tbk adalah sebuah perusahaan di bidang pelayanan jasa komunikasi yang sudah cukup banyak mempunyai pengalaman di bidang telekomunikasi. Pelayanan yang baik kepada pelanggan yang selama ini bisa disaksikan oleh masyarakat luas dan pengembangan ide-ide yang cerdas, sangat cocok untuk berbagai kalangan masyarakat. Tentunya banyak hal yang ingin diketahui oleh masyarakat menyangkut bagaimana perusahaan ini dapat mempertahankan eksistensinya? Apakah seluruh kegiatan humasnya terencana dan selalu berhasil?

Untuk itulah Public Relations Audit (Audit Humas) ini sangat diperlukan, agar masyarakat dan pihak perusahaan sendiri mengetahui apakah program mereka berhasil atau tidak. Audit Humas ini terkonsentrasi pada kegiatan Humas internalnya saja yang diteliti pada bulan Juni, Juli dan Agustus 2008, dengan pertimbangan bahwa pada bulan inilah kegiatan internal Humas banyak dilakukan dan akan meneliti kegiatan yang dianggap urgen (penting) saja.

Untuk mengukur kegiatan internal Humas yang dilakukan melalui proses Public Relations Audit (Audit Humas) menurut Lerbinger (Ritonga, 2004: 126) ada dua tipe dasar yang seyogianya dilakukan yaitu: identifikasi khalayak dan penelitian mengenai citra. Identifikasi khalayak dapat dilakukan melalui mengidentifikasi semua publik yang relevan agar diketahui profil publik suatu perusahaan yang dianggap relevan dan memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Identifikasi khalayak dimaksudkan untuk mendapatkan segmen internal mulai dari yang terpenting hingga yang tidak penting dari suatu perusahaan. Tujuannya

(11)

adalah untuk menetapkan besar sampel dari masing-masing segmen dan jumlahnya akan semakin mengecil pada segmen publik yang tidak penting.

Penelitian mengenai citra adalah penilaian baik atau buruk dari khalayak internal pada suatu perusahaan. Tidak ada perusahaan tanpa memiliki salah satu jenis citra baik, buruk atau diacuhkan dan perusahaan tidak akan sukses tanpa memiliki citra yang baik. Kita sering mendefenisikan citra secara berbeda-beda, tetapi citra yang ada dalam diri seseorang merupakan hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Hal ini berarti setiap orang cenderung memiliki citra dari objek yang sama.

Menurut Jefkins citra perusahaan, adalah karakter dari perusahaan itu sendiri dan cara perusahaan mengusahakan untuk mempengaruhi kesan orang terhadap perusahaan (Ritonga, 2004: 128). Cara mengusahakan di sini dapat diartikan, suatu perusahaan atau lembaga melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan yang memang sengaja dirancang khusus untuk mempengaruhi publik internal dan eksternal (khususnya internal saja), agar mempunyai kesan baik terhadap perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Kesan seperti itu saat ini semakin diperlukan karena persaingan yang tajam di antara sesama perusahaan atau lembaga yang bergerak di bibang produk atau jasa, khususnya yang profit oriented.

Pentingnya penelitian citra akan menentukan sosok institusional dan citra perusahaan dalam pikiran publik dengan mengetahui sikap masyarakat terhadap sebuah organisasi, bagaimana mereka mereka memahami dengan baik, apa yang mereka sukai tentang perusahaan tersebut. Penelitian citra memberikan informasi

(12)

untuk mengevaluasi kebijaksanaan, memperbaiki kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan dan meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam hubungan publik. Dengan meneliti company ideal (Apa yang “kita” pikirkan) yaitu yang menjadi tujuan perusahaan dan company actual (Apa yang “mereka” pikirkan) yaitu apa yang menjadi pemikiran masyarakat internal tentang perusahaan tersebut.

Karena pentingnya penelitian mengenai citra ini untuk mendapatkan citra positif dari masyarakat khususnya internal. Maka, perusahaan akan melakukan berbagai tindakan untuk memperbaiki dan menaikkan citranya, tentunya dengan menempuh langkah yang positif. Menyadari bahwa hal yang paling penting selain produk perusahaan adalah bagaimana citra perusahaan di mata orang lain agar tetap dapat mempertahankan eksistensinya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Public Relations Audit (Audit Humas) untuk mengetahui bagaimana perbandingan company ideal (apa yang “kita” pikirkan) dan company actual (apa yang “mereka” pikirkan) terhadap pembentukan citra PT. Indosat, Tbk Medan.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah perbandingan Public Relations Audit dalam proses perbandingan Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan citra PT. Indosat, Tbk Medan.”

(13)

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan studi perbandingan, yaitu hanya untuk mengetahui perbandingan Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan citra PT. Indosat Tbk, Medan.

2. Kegiatan Public Relations Audit terbatas hanya menggunakan dua metode saja yaitu survei dengan kuesioner dan wawancara tatap muka.

3. Kegiatan yang akan diaudit terbatas hanya pada kegiatan Internal Humas yang dilakukan pada bulan Juni, Juli dan Agustus 2008 yang dianggap penting dan rutin.

4. Objek penelitian adalah seluruh karyawan yang masih aktif bekerja di PT. Indosat, Tbk Medan.

5. Lokasi penelitian adalah PT. Indosat, Tbk Medan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

6. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Pebruari 2008.

I.4. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk menemukan hasil dari Public Relations Audit ( Audit Humas) yang terjadi di PT. Indosat Tbk.

2. Untuk menemukan perbandingan Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan citra PT. Indosat, Tbk Medan.

(14)

I.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti mengenai Ilmu Komunikasi khususnya Hubungan Masyarakat (Humas).

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT. Indosat Tbk, Medan.

I.6. KERANGKA TEORI

Menurut Kerlinger, teori dapat didefenisikan sebagai serangkaian asumsi, konsep konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun, 1995:37).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan tittik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang merupakan landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1995:39).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Public Relations, Public Relations Audit, Company Ideal, Company Actual, Citra dan Teori S-O-R.

(15)

I.6.1. Komunikasi

Komunikasi adalah istilah yang begitu popular dewasa ini di Media Massa, buku, kelompok diskusi, seminar, dan sebagainya membahas komunikasi. Banyak orang yang menganggap bahwa komunikasi itu mudah dilakukan, semudah bernapas. Karena ada kesan “enteng” itu, tidak mengherankan bila sebagian orang enggan mempelajari bidang ini.

Setiap hari kita berkomunikasi dari mulai bangun tidur hingga akan tidur lagi, seakan komunikasi tidak bias terlepas dari kehidupan manusia itu sendiri. Benarkah komunikasi itu mudah? Ketika kita harus menyampaikan sesuatu yang ada di pikiran kita dan menginginkan orang lain mengerti dan melakukannya, tidak jarang kita menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan. Hal itu membuktikan bahwa komunikasi tidaklah semudah yang kita pikirkan.

Komunikasi, sebagaimana asal katanya (secara etimologis) berasal dari bahasa Latin “communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” atau dalam Bahasa Inggris “common” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna dan sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila ada kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30).

Karya Carl I Hovland yang berjudul Social Communication memunculkan istilah science of communication yang didefenisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap. (Effendy, 2003:13).

(16)

Agar dapat lebih memahami pengertian komunikasi secara efektif, para peminat komunikasi sering mengutip rumusan yang dibuat oleh Harold D Lasswell, dengan menjawab pertanyaan : Who, Says what, In Which Channel, To whom, With What Effect. Jadi, jika dipilah-pilah akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu Siapa yang mengatakan; Apa yang dikatakan; Media apa yang digunakan; Kepada Siapa pesan yang disampaikan; dan dengan Akibat bagaimana yang terjadi (Winarso, 2005:4).

I.6.2. Public Relations

Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. (Jefkins, 2004:9).

Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.(Cutlip, Scoot M dkk, 2006:6).

Sedangkan menurut Frank Jefkins Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian.(Jefkins, 2004:10)

Pertemuan asosiasi-asosiasi Public Relations seluruh dunia di Mexico City pada bulan Agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai defenisi Public

(17)

Relations sebagai berikut:’Praktik Public Relations adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan knsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya’.

Jadi unsur-unsur di atas menunjukkan adanya hubungan kait-mengait. Saling keterkaitan ini merupakan proses berkesinambungan dalam fungsional PR/ Humas yang integral dengan manajemen organisasi dalam upaya mencapai tujuan bersama dan sasaran utama badan usaha/ organisasi. Dari hal di atas juga menunjukkan bahwa Public Relations bukanlah hanya sebagai ilmu namun juga sebagai bidang keilmuan.

I.6.3. Internal Public Relations

Kegiatan komunikasi dalam Public Relations ditujukan kepada masyarakat yang ada di dalam organisasi (internal public) dan masyarakat luar organisasi (external public). Publik internal adalah orang-orang yang berada di dalam atau yang tercakup dalam suatu organisasi, yaitu seluruh karyawan dari staf sampai dengan karyawan terbawah. (Assumpta, maria, 2002:89).

Scoott M.Cutlip, Allen. H Center dan Glen M. Broom (2007:11) menyatakan hubungan internal adalah bagian khusus dari Public Relations yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manager dan pegawai tempat organisasi menggantungkan kesuksesannya.

(18)

Komunikasi di dalam organisasi atau yang biasa disebut “hubungan internal” bisa dikatakan lebih penting ketimbang komunikasi eksternal, karena organisasi harus berfungsi efektif dalam memncapai tujuannya guna menjaga kelangsungan hidupnya. Hubungan internal berarti membangun dan menjaga hubungan dengan semua publik di dalam organisasi, antara lain pekerja produksi, manajer, staf administrasi dan bagian lainnya.

Berikut ini ada beberapa media internal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Intra net, konferensi staf, kotak saran, counseling, dan kegiatan informal seprti rekreasi, kegiatan olah raga, kegiatan rohani dan kegiatan sosial

I.6.4. Public Relations Audit

Audit Humas secara morfologis berarti audit komunikasi yang berkaitan dengan Humas atau Hubungan Masyarakat. Secara konseptual audit Humas adalah istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris Public Relatons Audit, yang pada dasarnya berarti sebuah tinjauan dan studi tentang kebutuhan-kebutuhan komunikasi kehumasan dan praktek komunikasi yang sekarang sedang berlangsung (Hardjana, 2000:161).

Audit Humas adalah studi komprehensif untuk mengetahui dan posisi dan kondisi Public Relations dalam organisasi, baik secara internal maupun eksternal, mencakup tentang pandangan publik terhadap Public Relations (Kriyantono, 2006:297). Audit Humas merupakan riset yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan dan mengukur kegiatan Public Relations dan menyediakan pedoman untuk program Public Relations di masa depan.

(19)

Audit komunikasi dapat memberikan manfaat pada program Humas sebagaimana management by objectives (MBO) memberikan sumbangan pada bagian-bagian perusahaan. Audit melakukan analisis atas tujuan-tujuan organisasi dan menghubungkan tujuan-tujuan tersebut dengan segala macam kegiatan komuniaksi yang berlangsung. Termasuk di dalamnya bantuan untuk memenuhi “bottom line” dan pencapaian tujuan-tujuan departemen.

Fokus audit adalah dengan secermat-cermatnya mencari informasi langsung dari sumber-sumber utama yang yang terpercaya. Interpretasi dari hasil audit yang sedemikian sering mengkonfirmasi perasaan manajemen, meskipun perasaan-perasaan tersebut tidak diungkapkan secara jelas sebelumnya , sehingga dianggap mengecewakan (corporate leadership) pimpinan perusahaan. Namun konfirmasi semacam itu justru menjadi ungkapan “perasaan” dan dapat digunakan untuk mengambil tindakan yang dapat menekan resiko sekecil-kecilnya.

I.6.5. Company Ideal (Apa yang “Kita” Pikirkan)

Berkaitan dengan sesuatu yang ideal yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga. Maksud ideal di sini adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga, baik secara umum maupun khusus.

Sesuatu yang ideal secara umum biasanya akan terlihat pada tujuan suatu perusahaan atau lembaga. Sementara itu, yang ideal secara khusus akan tergambar lebih konkret atau operasional pada tujuan suatu bagian atau divisi humas dari perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Untuk mengetahui apa yang

(20)

dipikirkan (ideal) oleh suatu perusahaan atau lembaga, sebetulnya cukup mengacu pada tujuan dari bagian atau divisi humasnya.

Kalau tujuan tersebut sudah tergambar secara jelas dalam arsip atau dokumen, tujuan yang dimaksud sudah dapat dijadikan dasar acuan. Sebaliknya bila belum, maka ppeneliti harus melakukan wawancara kepada pejabat humas. Tujuan yang dimaksud dapat dipilah-pilah menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan diadakannya humas suatu perusahaan atau lembaga dapat dimasukkan ke dalam tujuan umum. Sementara tujuan khusus berkaitan dengan tujuan dari kegiatan internal.

Tujuan umum, khusus yang dapat diteliti melalui audit humas hanyalah yang berkaitan dengan pandangan internal pada suatu peausahaan. Pandangan di sini bisa berupa citra, persepsi atau sikap internal. Pengukuran tujuan perusahaan sebaiknya menggunakan skala semantic differential, yang menggunakan interval intensitas penilaian terhadap suatu objek misalnya, mulai dari 1 hingga 4. Tujuan yang sudah dinyatakan secara kuantitatif ini dalam terminologi audit humas disebut company ideal, yang dalam terminlogi penelitian secara umum disebut sesuatu yang diharapkan atau das Sollen.

I.6.6. Company Actual (Apa yang “Mereka” Pikirkan)

Maksud “mereka” di sini adalah semua internal publik dari suatu paerusahaan atau lembaga yang akan diaudit. Masing-masing publik diidentifikasi, kemudian diurutkan mulai dari yang paling penting hingga paling

(21)

tidak penting. Untuk menentukan publik mana yang paling penting hingga paling tidak penting dapat diperoleh melalui wawancara kepada pejabat humas.

Maksud “pikirkan” di sini adalah pandangan atau penilaian dari internal terhadap perusahaan. Dalam terminologi penelitian, hal itu disebut das Sein atau keyataannya. Dalam terminologi audit humas, hal itu disebut company actual. Ini diperoleh melalui penelitian yang umumnya menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.

Kuesioner yang digunakan sebaiknya disusun dengan memperhatikan skala semantic differential. Skala ini digunakan untuk mengukur arti tersirat dari suatu konsep. Dalam kaitan dengan audit humas, konsep yang hendak diukur mencakup lembaga dalam arti luas, seperti pimpinan lembaga, produk atau jasa yang dihasilakan, pelayanan, kegiatan yang dilakukan, dan fisik lembaganya. Sampel diminta untuk menilai suatu konsep atau objek pada salah satu dari intensitas yang tersedia. Konsep atau objek yang akan dinilai responden diformulasikan dalam kalimat pernyataan (deklaratif).

I.6.7. Citra

Menurut Jefkins, ada beberapa jenis citra yaitu:

1. Citra bayangan: citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi. Biasanya adalah pimpinannya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra ini sering kali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan

(22)

ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak- pihak luar.

2. Citra yang berlaku: kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai.

3. Citra yang diharapkan: citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.

4. Citra perusahaan: atau ada juga yang menyebutnya citra lembaga adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra produk dan pelayanannya.

5. Citra majemuk: setiap perusahaan atau organisasi memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja atau tidak, dan sadar atau tidak, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Penelitian ini akan berusaha menilai dan melihat citra perusahaan PT Indosat Tbk Medan. Karena citra perusahaan merupakan citra keseluruhan dari suatu

(23)

perusahaan jadi bukan hanya citra produk dan pelayanannya, citra ini diharapkan agar tidak direkayasa atas berbagai alasan.

I.6.8. Model S-O-R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Berdasarkan teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Yaitu keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula.

Pada dasarnya, prinsip teori ini merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Hal ini memungkinkan seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan yang erat antara pesan-pesan media atau reaksi audiens. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya.

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Jannis dan Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting, yaitu:

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

(24)

Gambar I. Model S-O-R

Jika teori di atas dikaitkan dengan penelitian ini maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Stimulus (pesan) yang dimaksud adalah Public Relations Audit pada PT. Indosat Tbk Medan .

2. Organism (komunikan) yang menjadi sasaran adalah karyawan PT. Indosat Tbk Medan yang masih aktif bekerja.

3. Response (efek) yang diberikan oleh komunikan adalah Company Ideal dan Company Actual terhadap Pembentukan Citra PT Indosat, Tbk Medan.

I.7. KERANGKA KONSEP

Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mngantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

Stimulus Organism :

Perhatian Pengertian Penerimaan

(25)

kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu pengetahuan sosial (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas atau Independent Variable (X1)

Variabel bebas adalah variabel yang mengandung gejala/ faktor/ unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat (Y) (Nawawi, 1995:57).

Variabel bebas (X1) dalam penelitian ini adalah Company Ideal (Apa yang “Kita” Pikirkan).

2. Variabel Bebas atau Independent Variable (X2)

Variabel bebas adalah variabel yang mengandung gejala/ faktor/ unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat (Y) (Nawawi, 1995:57).

Variabel bebas (X1) dalam penelitian ini adalah Company Actual (Apa yang “Mereka” Pikirkan).

3. Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel bebas (X) dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:57).

(26)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra perusahaan Indosat Tbk Medan.

4. Variabel Antara atau Intervening Variable (Z)

Variabel antara adalah yang menjembatani atau yang menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat.Variabel intervening ini mempengaruhi hubungan langsung antara variabel independen dan variabel dependen, sehingga terjadi hubungan yang tidak langsung (Umar, 2002:61).

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang bekerja di PT. Indosat, Tbk.

I.8. MODEL TEORITIS

I.9. VARIABEL OPERASIONAL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, Agar kerangka konsep yang telah disusun dapat diteliti dengan rinci, maka diperlukan suatu operasional variabel-variabel yaitu sebagai berikut:

Company Actual Public

Relations Audit

Citra PT Indosat Company Ideal

(27)

Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep 1. Variabel Company Ideal (X1) a. Intra Net

¾ Memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan.

¾ Memberikan informasi lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan kertas.

¾ Dapat berkomunikasi dengan lebih mudah kepada atasan dan teman sejawat.

b. Konferensi Staf

¾ Menciptakan hubungan baik antara pihak manajemen dengan para karyawan.

¾ Mengadakan komunikasi tatap muka.

¾ Menyelesaikan masalah pekerjaan yang terjadi di dalam

perusahaan. c. Kotak Saran

¾ Menampung berbagai masukan dari para karyawan

d. Counselling

¾ Menyelesaikan masalah pribadi karyawan

e. Melakukan kegiatan informal seperti:

¾ Rekreasi

Merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap karyawannya. ¾ Olahraga Meningkatkan kesehatan. ¾ Rohani Peningkatkan keimanan. ¾ Sosial Meningkatkan solidaritas.

(28)

2. Variabel Company Actual (X2)

a. Intra Net

¾ Memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan.

¾ Mendapatkan informasi lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan kertas.

¾ Dapat berkomunikasi dengan lebih mudah kepada atasan dan teman sejawat.

b. Konferensi Staf

¾ Menciptakan hubungan baik antara pihak manajemen dengan para karyawan.

¾ Mengadakan komunikasi tatap muka.

¾ Menyelesaikan masalah pekerjaan yang terjadi di dalam

perusahaan. c. Kotak Saran

¾ Sebagai wadah pemberian masukan bagi perusahaan.

d. Counselling

¾ Menyelesaikan masalah pribadi karyawan

e. Melakukan kegiatan informal seperti:

¾ Rekreasi

Merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap karyawannya. ¾ Olahraga Meningkatkan kesehatan. ¾ Rohani Peningkatkan keimanan. ¾ Sosial Meningkatkan solidaritas.

(29)

I.10. DEFENISI VARIABEL OPERASIONAL

Dalam penelitian ini, defenisi operasional berfungsi untuk memperjelas pengertian variabel-variabel. Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel (X1) Company Ideal terdiri dari:

a. Intra Net adalah internet yang digunakan khusus bagi individu di dalam suatu perusahaan, berisi informasi tentang perusahaan yang merupakan media komunikasi karyawan menggantikan majalah perusahaan.

b. Konferensi Staf adalah pertemuan tatap muka antara seluruh karyawan dengan pimpinan perusahaan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan di dalam perusahaan.

c. Kotak Saran adalah sebagai wadah memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para karyawan.

d. Counselling adalah kegiatan menyelesaikan masalah pribadi melalui berkomunikasi menceritakan masalah pribadi agar tidak mengganggu kinerja pada perusahaan.

e. Kegiatan informal adalah acara tidak resmi seperti rekreasi, olahraga, kebutuhan rohani dan kegiatan sosial.

2.Variabel (X2) Company Actual terdiri dari:

a. Intra Net adalah internet yang digunakan khusus bagi individu di dalam suatu perusahaan, berisi informasi tentang perusahaan yang merupakan media komunikasi karyawan menggantikan majalah perusahaan.

(30)

b. Konferensi Staf adalah pertemuan tatap muka antara seluruh karyawan dengan pimpinan perusahaan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan di dalam perusahaan.

c. Kotak Saran adalah sebagai wadah memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para karyawan.

d. Counselling adalah kegiatan menyelesaikan masalah pribadi melalui berkomunikasi menceritakan masalah pribadi agar tidak mengganggu kinerja pada perusahaan.

e. Kegiatan informal adalah acara tidak resmi seperti rekreasi, olahraga, kebutuhan rohani dan kegiatan sosial.

I.11. HIPOTESIS

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2004:14).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat perbedaan antara Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan Citra PT. Indosat Tbk.

Ha: Terdapat perbedaan antara Company Ideal dan Company Actual terhadap pembentukan Citra PT. Indosat Tbk.

(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 KOMUNIKASI

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi, sebagaimana asal katanya (secara etimologis) berasal dari bahasa Latin “communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” atau dalam Bahasa Inggris “common” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna dan sama arti.

Sejak tahun empat puluhan atau tepatnya era 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication”, di antaranya adalah Carl I. Hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.(Effendy, 2001:10)

Wilbur Schramm seorang ahli Linguistik, mengatakan communication berasal dari kata latin “communis” yang artinya “common” atau “sama” . Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu. (Purba, 2006: 30)

Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa lambang-lambang

(32)

dengan satu pihak dalam membentuk serta merubah perilaku pihak lain sehinnga mencapai saling pengertian yang dikehendaki.

II.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi

Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkupnya karena itu menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa aspek dari komunikasi (Effendy, 2005:6) yaitu: 1. Komponen Komunikasi a. Komunikator (communicator) b. Pesan (message) c. Media d. Komunikan (communicant) e. Dampak (effect). 2. Proses Komunikasi a. Proses secara primer b. Proses secara sekunder 3. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Persona (Personal Communication)

1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) Ceramah (lecture)

(33)

b) Diskusi panel (panel discussion) c) Simposium (symposium)

d) Forum e) Seminar

f) Curahsaran (brainstorming)

2) Komunikasi kelompok besar (large group communication/ public speaking)

c. Komunikasi Massa (Mass Communication) 1) pers

2) Radio 3) Televisi 4) Film

d. Komunikasi Medio (Medio Communication) 1) Surat 2) Telepon 3) Pamflet 4) Poster 5) spanduk 4. Sifat Komunikasi

a. Tatap muka (face to face) b. Bermedia (mediated) c. Verbal

(34)

2) Tulisan/ cetak (written/ printed) d. Nonverbal

1) Kial/ isyarat badaniah (gestural) 2) Bergambar (pictorial)

5. Metode Komunikasi a. Jurnalistik (journalism)

1) Jurnalistik cetak (printed journalism)

2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism) Jurnalistik radio (radio journalism)

Jurnalistik televisi (television journalism) b. Hubungan masyarakat (public relations) c. Periklanan (exhibition/ exposition) d. Publisitas (publicity)

e. Propaganda

f. Perang urat saraf (psychological warfare) g. Penerangan

6. Teknik Komunikasi

a. Komunikasi informatif (informative communication) b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. Komunikasi instruktif/ Koersif (instructive/ coersive communication) d. Hubungan manusiawi (human relation)

7. Tujuan Komunikasi

(35)

b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change) 8. Fungsi Komunikasi

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate )

c. Menghibur (to entertain) d. mempengaruhi( to influence) 9. Model Komunikasi

a. Komunikasi satu tahap (one step flow communication) b. Komunikasi dua tahap (two step flow communication) c. Komunikasi multitahap (multi step flow communication) 10. Bidang Komunikasi

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen/ organisasional (management/ organizational communication)

c. Komunikasi perusahaan (bussiness communication) d. Komunikasi politik (political communication)

e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi lingkungan (environmental communication) i. Komunikasi tradisional (traditional communication).

(36)

II.1.3 Unsur-unsur dalam proses komunikasi

Untuk memperoleh kejelasan penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi, berdasarkan paradigma Harold Lasswell (Effendy, 2005:18) yaitu sebagai berikut:

1. Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5. Decoding : Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan

menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response :Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterpa pesan.

8. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. 9. Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan.

(37)

II.1.4 Komunikasi Model Lasswell

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

1.Komunikator (communicator, source, sender) 2.Pesan (Message)

3.Media (Channel, Media)

4.Komunikan (Communicant, communicatee, receiver, recipient) 5.Efek (effect, impact, influence)

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2005:10).

Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media lainnya disebut media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysiss adalah studi khusus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang

(38)

ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya.

Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

II.2. PUBLIC RELATIONS II.2.1. Pengertian Public Relations

Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. (Jefkins, 2004:9).

Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.(Cutlip, Scoot M dkk, 2006:6).

Sedangkan menurut Frank Jefkins Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu

(39)

organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian.(Jefkins, 2004:10)

Pertemuan asosiasi-asosiasi Public Relations seluruh dunia di Mexico City pada bulan Agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai defenisi Public Relations sebagai berikut:’Praktik Public Relations adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan knsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya’.

Jadi unsur-unsur di atas menunjukkan adanya hubungan kait-mengait. Saling keterkaitan ini merupakan proses berkesinambungan dalam fungsional PR/ Humas yang integral dengan manajemen organisasi dalam upaya mencapai tujuan bersama dan sasaran utama badan usaha/ organisasi. Dari hal di atas juga menunjukkan bahwa Public Relations bukanlah hanya sebagai ilmu namun juga sebagai bidang keilmuan.

II.2.2. Fungsi Public Relations

Manajer atau pimpinan seharusnya menyadari bahwa tidak dapat menentukan strategi yang tepat bilamana tidak mendalami fungsi Public Relations karena Public Relations terlibat dan bersifat integratif dalam manajemen tempat karyawan bekerja. Maka perlu diketahui fungsi Public Relations (Rumanti,2002:32) yaitu:

(40)

a. Edwin Emery dalam bukunya Introduction to Mass Communications menyatakan upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya.

b. Pada dasarnya PR adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3) Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi/ perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicaapi secara optimal.

4) Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi/ perusahaan yang bersangkutan.

c. Kegiatan PR haruslah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. d. Sukses PR dalam melaksanakan fungsinya, merupakan keterlibatan seluruh

(41)

staff management sampai tingkat yang paling bawah dalam manajemen. Di sini komunikasi dan kerja sama sangat vital dalam pencapaian tujuan PR. e. PR haruslah dimulai dari masing-masing organisasi, dan organisasi itu sendiri.

II.2.3. Syarat Praktisi Public Relations

Permintaan akan jasa konsultasi PR dan manajer PR yang handal sangat tinggi. Mereka bahkan acapkali dipandang sebagai dewa penyelamat dan diharapkan akan mampu menciptakan keajaiban. Seorang pejabat PR senantiasa dituntut untuk belajar. Ia haruslah rendah hati, tekun serta cepat menyesuaikan diri. Kemampuan dan kemauan untuk mempelajari hal-hal baru mutlak diperlukan. Berikut ini adalah enam kriteria yang merangkum keahlian seorang praktisi PR yang baik , terlepas dari latar belakang pribadinya (Jefkins,2004:24) yaitu:

a. Mampu menghadapi semua orang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik. Itu berarti ia harus mampu dan mau berusaha untuk memahami serta terkadang bersikap toleran kepada setiap orang yang dihadapinya tanpa harus menjadi seorang penakut atau penjilat.

b. Mampu berkomunikasi dengan baik. Artinya, ia mampu menjelaskan segala sesuatu dengan jernih, jelas dan lugas, baik itu secara lisan maupun tertulis atau bahkan secara visual (misalnya melalui gambar atau foto-foto).

c. Pandai mengorganisasikan segala sesuatu. Hal ini tentunya menuntut suatu kemampuan perencanaan yang prima.

(42)

d. Memiliki integritas personal, baik di dalam profesi maupun di dalam kehidupan pribadinya.

e. Memiliki imajinasi. Artinya, daya kreatifnya cukup baik sehingga ia mampu membuat jurnal internal, menulis naskah untuk film dan video, menyusun rencana kampanye PR yang rinci dan jelas, serta mampu mencari dan menemukan cara-cara yang semula tak terbayangkan guna memecahkan berbagai masalah.

f. Kemampuan mencari tahu. Seorang praktisi PR dituntut untuk memiliki akses informasi yang seluas-luasnya. Dalam hal ini, ia memang dituntut untuk menjadi seseorang yang serba tahu.

g. Mampu melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil-hasil dari suatu kampanye PR, serta belajar dari hasil-hasil tersebut.

II.3. INTERNAL PUBLIC RELATIONS II.3.1. Pengertian Public Relations

Adapun ruang lingkup tugas Public Relations dalam sebuah organisasi/ lembaga antara lain meliputi aktivitas ke dalam (publik internal) dan ke luar (publik eksternal). Publik internal adalah public yang menjadi bagian dari unit/ badan/ perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang Public Relations harus mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.

Kegiatan komunikasi dalam Public Relations ditujukan kepada masyarakat yang ada di dalam organisasi (internal public) dan masyarakat luar organisasi

(43)

(external public). Publik internal adalah orang-orang yang berada di dalam atau yang tercakup dalam suatu organisasi, yaitu seluruh karyawan dari staf sampai dengan karyawan terbawah. (Assumpta, maria, 2002:89).

Scoott M.Cutlip, Allen. H Center dan Glen M. Broom (2007:11) menyatakan hubungan internal adalah bagian khusus dari Public Relations yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manager dan pegawai tempat organisasi menggantungkan kesuksesannya.

Public Relations menitikberatkan eksistensi kegiatannya terhadap terciptanya hubungan yang baik antara pimpinan dan karyawan dan orang-orang di luar perusahaan. Kita tidak bisa menganggap bahwa karyawan adalah sebagai pelengkap di dalam perusahaan, namun pegawai sebagai asset yang sangat penting dan harus tetap dipertahankan.

Hubungan internal ini tidak dapat dilihat dalam arti sempit saja yaitu sama dengan hubungan industrial. Namun pengertiannya lebih dari itu, hal tersebut dipengaruhi oleh karyawan dengan karyawan lainnya. Hubungan antara karyawan dengan pihak manajemen perusahaan yang efektif. Hal ini memungkinkan adanya keadaan lingkungan kerja yang kondusif dan adanya keterbukaan dari pihak manajemen terhadap nilai pentingnya memelihara komunikasi timbal balik dengan para karyawannya.

II.3.2. Media Internal Public Relations

Variasi perangkat bantu komunikasi sangatlah besar namun, pada umumnya setiap organisasi hanya menggunakan sebagian kecil dari sekian

(44)

banyak metode yang ada. Tentu saja harus dipilih yang paling sesuai. Pemilihan metode sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, jumlah dan strata personel, serta lokasi tempat bekerja. Berikut ini beberapa media internal public relations (Jefkins, 2004: 196) yaitu sebagai berikut:

a. Papan Pengumuman

Papan pengumuman standar dapat diletakkan pada berbagai lokasi yang ramai atau yang sering disinggahi agar segenap karyawan dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Wujud fisiknya bisa bermacam-macam, seperti poster cetakan yang mudah dipasang dan diganti atau papan permanen yang terbagi atas sejumlah kolom sesuai dengan jenis berita yang seringkali diumumkan.

b. Kotak Saran

Dalam rangka memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para karyawan, pihak manajemen dapat menempatkan sejumlah kotak saran di tempat-tempat tertentu di seluruh penjuru lokasi perusahaan. Setiap karyawan yang memiliki komentar, ide-ide cemerlang, keluhan, atau bahkan kecaman pedas terhadap atasan atau perusahaan dipersilakan menyampaikannya secara anonim melalui kotak-kotak saran tersebut.

c. Obrolan Langsung

Pembicaraan tatap muka secara pribadi dan langsung merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memperlihatkan sikap terbuka pihak manajemen. Tersedianya suatu fasilitas bagi para karyawan untuk mengadakan komunikasi ke atas dan bagi pihak manajemen untuk

(45)

melangsungkan komunikasi ke bawah jelas sangat penting demi terciptanya komunikasi yang efektif di kalangan karyawan. Pihak manajemen tidak boleh menganggap komunikasi karyawan tersebut sebagai suatu hal yang bersifat monopolistik seperti penyiaran program politik.

d. Konferensi Staf dan Pertemuan Dinas

Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para staf dan pegawai, baik yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor-kantor cabang, dan juga konferensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan baik antara pihak manajemen dengan para karyawan. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung komunikasi tatap muka.

e. Acara-acara Kekeluargaan

Berbagai kegiatan dan acara tidak resmi, seperti pesta perusahaan, makan malam dalam rangka merayakan tahun baru dan ulang tahun perusahaan, olahraga, dan piknik bersama, semuanya menyertakan para anggota keluarga dan lingkungan terdekat dari masing-masing karyawan, ternyata sangat besar manfaatnya untuk merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap karyawannya.

f. Literatur Pengenalan

Literatur pengenalan adalah berbagai macam naskah, materi, atau buklet yang berisi riwayat singkat perusahaan, berbagai kegiatan pokoknya, cara kerjanya, fungsi-fungsi operasi yang dijalankan perusahaan lengkap dengan

(46)

bagan-bagannya, struktur manajemen, dan aneka hal penting lainnya yang harus diketahui oleh para karyawan baru.

g. Pameran dan Peragaan

Pameran dan peragaan yang diselenggarakan secara permanen, berkeliling, atau kunjungan bisa dimanfaatkan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan sejarah atau suatu kebijakan perusahaan, bidang-bidang yang digeluti, dan tata cara pelaksanaannya. Melalui pameran, dapat pula diceritakan secara lugas proses manufaktur, skala operasi perusahaan di seluruh dunia, atau kampanye periklanan yang hendak dilancarkan dalam waktu dekat.

h. Jurnal Internal

Isi jurnal internal adalah uraian tentang hal-hal yang sudah terjadi. Idealnya setiap jurnal memiliki ciri khas tertentu seperti misalnya penggunaan intra net yang digunakan didalam perusahaan.

II.4. PUBLIC RELATIONS AUDIT II.4.1. Pengertian Public Relations Audit

Audit Humas secara morfologis berarti audit komunikasi yang berkaitan dengan Humas atau Hubungan Masyarakat. Secara konseptual audit Humas adalah istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris Public Relatons Audit, yang pada dasarnya berarti sebuah tinjauan dan studi tentang kebutuhan-kebutuhan komunikasi kehumasan dan praktek komunikasi yang sekarang sedang berlangsung (Hardjana, 2000:161).

(47)

Audit Humas adalah studi komprehensif untuk mengetahui dan posisi dan kondisi Public Relations dalam organisasi, baik secara internal maupun eksternal, mencakup tentang pandangan publik terhadap Public Relations (Kriyantono, 2006:297). Audit Humas merupakan riset yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan dan mengukur kegiatan Public Relations dan menyediakan pedoman untuk program Public Relations di masa depan.

Menurut Pavlik, audit humas adalah kategori penelitian yang paling luas digunakan. Audit humas, dirancang untuk mengevaluasi kedudukan suatu organisasi dengan publiknya yang relevan. Publik yang dimaksud di sini meliputi internal dan eksternal.(Ritonga,2004:120). Menurut Moore, audit humas adalah suatu studi yang tersusun secara longgar, berskala luas, yang menyelidiki hubungan masyarakat perusahaan, baik secara internal maupun eksternal. (Ritonga,2004:120).

II.4.2. Fungsi Public Relations Audit

Sebuah audit komunikasi kehumasan yang lengkap dapat menyingkap rumpang kredibilitas antara tingkat yang diinginkan dan tingkat yang tercapai dalam praktek ( Rumanti, 2002: 32) dan dapat digunakan untuk membangun: a. Tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang;

b. Prioritas di antara tujuan-tujuan tersebut;

c. Tema-tema pokok dan tema-tema tambahan yang hendak ditekankan; d. Khalayak-khalayak publik utama;

(48)

f. Metode-metode komunikasi yang paling berhasil;

g. Bentuk baru dalam pendekatan-pendekatan komunikasi yang diinginkan; h. Tolak ukur-tolak ukur standar yang menjamin objektivitas evaluasi.

II.4.3. Ruang Lingkup Kegiatan Public Relations Audit

Public Relations Audit dalam hubungannya dengan organisasi dan publiknya mempunyai beberapa ruang lingkup kegiatan ( Ruslan,2003:95) yaitu: a. Relevant Publics (Publik yang relevan)

Publik yang relevan atau yang berkaitan dengan suatu organisasi, misalnya dari publik internal, pemegang saham (pemilik) pimpinan manajemen dan karyawan serta keluarganya. Sedangkan publik eksternal, para pelanggan, konsumen, rekanan, relasi bisnis, media pers, komunitas (kelompok sosial), aktivitas kepedulian sosialdan lingkungan hidup, tokoh masyarakat serta pejabat pemerintah yang mempunyai pengaruh terhadap kepentingan aktivitas, fungsi dan peran suatu organisasi.

b. The organization’s standing with publics (Kedudukan organisasi dengan publik)

Untuk memahami pandangan dari berbagai macam publik terhadap sebuah organisasi adalah melalui kajian dari audit komunikasi. Pada umumnya penelitian tentang citra organisasi melalui analisis dari isi pemberitaan media massa atau berbagai saluran komunikasi publik lainnya.

(49)

Isu yang berkembang menjadi perhatian publik, misalnya masalah-masalah yang menjadi agenda perhatian publik dan dapat diperoleh melalui pemantauan lingkungan untuk mengetahui masalah (isu) apa yang menjadi perhatian publik dan pihak organisasi secara tepat dapat menentukan, mana publik yang memiliki agenda yang sama (proposan) dan mana yang berbeda (oposan).

d. Power of publics (Kekuatan publik)

Kekuatan publik dapat diketahui melalui kekuatan ekonomi dan politik yang mereka miliki, sekaligus kekuatan tersebut dapat mengukur sejauh mana pengaruhnya. Jadi publik dapat digolongkan berdasarkan kekuatan ekonomi dan politik yang dimiliki tersebut akan mempengaruhi proses dalam pengambilan keputusan atau kebijaksanaan pemerintah (lembaga/organisasi). II.4.4. Kapan Audit Perlu Dilakukan

Audit komunikasi kehumasan umumnya dilaksanakan bila pimpinan perusahaan mempunyai tujuan-tujuan khusus. Tujuan-tujuan kusus itu perlu diungkapkan secara agak jelas sebelum audit dilakukan. Misalnya, perusahaan hanya ingin memeriksa hal-hal apa saja yan menjadi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan menghadapi persoalan khusus yang memicu kenutuhan akan audit komunikasi.

Alasan pokok yang paling penting kapan melakukan sebuah audit humas aalah bila berniat melakukan re-evaluasi atas pencapaian tujuan dari sebuah program atau berbagai kegiatan dalamprogram tersebut. Audit humas merupakan alat evaluasi terbaik untuk program-program jangka panjang. Dengan

(50)

menunjukkan kekuatan-kekuatan atau kelemahan-kelemahan yang ada, audit humas menyingkap berbagai kebutuhan dan menggarisbawahi validitas buat peningkatan kegiatan.maka manfaat paling penting dari audit komunikasi kehumasan untuk membangun atau memperjelas tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dibuat.

II.4.5. Pokok-Pokok Tinjauan Public Relations Audit

Efektivitas pelaksanaan system komunikasi keorganisasian tidak hanya terkait dengan proses komunikasi. Dalam pelaksanaan sistem komunikasi keorgansasian, efektivitas komunikasi setidaknya berkaitan dengan empat faktor penting yang layak dijadikan pokok peninjauan dalam audit komunikasi kehumasan (Hardjana,2000:163) yaitu sebagai berikut:

a. Budaya Komunikasi Manajemen (Management’s Communication)

Pada dasarnya budaya komunikasi manajemen adalah keterbukaan manajemen, terutama dalam pengambilan keputusan. Sebagai konsep komunikasi, “keterbukaan manajemen” menunjuk pada perilaku komunikasi dari dari kalangan manajemen sebagai ungkapan kerelaan dan ketulusan untuk mendengarkan orang lain terutama bawahannya dalam proses maajemen. Organisasi yang sehat umumnya menunjukkan gaya manajemen terbuka, baik keterbukaan ke dalam maupun keterbukaan ke luar organisasi. Tanpa keterbukaan manajemen, komunikasi keorganisasian akan mengalami kesulitan baik komunikasi dengan segenap anggota organisasi maupun dengan masyarakat lingkungannya.

(51)

b. Pengorganisasian Komunikasi (Organization for Communication)

Pengorganisasian komunikasi perlu diperhatikan karena setiap organisasi memiliki kebijakan, peraturan, prosedur, peralatan mekanik-elektronik, dan sumber daya manusia untuk menangani komunikasi, agar komunikasi dapat berfungsi dengan baik. Untuk tujuan tersebut organisasi juga mempunyai buku pedoman (manual) tentang bagaimana memahami dan melaksanakan peran juru bicara (spokesmanship), pelatihan media, dan sejumlah kemahiran lain. c. Komunikasi-Komunikasinya Sendiri (Communication Themselves)

Peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan komunikasi perlu disimak dan dicatat dengan secermat dan seobjektif mungkin. Secara sederhana komunikasi-komunikasi dalam organisasi dapat dibedakan menjadi dua,yakni komunikasi objektif dan komunikasi subjektif. Komunikasi objektif berkaitan dengan fakta-fakta yang menjadi perhatian segenap staf karyawan dan dapat diperiksa kebenaran akurasinya (accuracy), seperti tentang gaji, pendapatan, kerjanya pabrik, kecelakaan, pemogokan dan pergantian personel. Komunikasi subjektif berkaitan dengan berbagai ide-pemikiran, peraturan, tanggapan terhadap kritikan, perencanaan, penjelasan tentang kebijakan dan tindakan-tindakan tertentu.

d. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik menjadi penting diperhatikan sebagai petunjuk tentang bagaimana komunikasi yang dilaksanakan oleh manajemen diterima oleh masyarakat luas di luar organisasi. Penerimaan-penerimaan yang merupakan tanggapan masyarakat luas tersebut dapat ditemukan dalam kliping-kliping

(52)

koran, transkrip radio TV atau bahkan tiadanya laporan dalam bentuk apapun. Para pemegang saham dalam petemuan dengan para analis sering mengeluarkan tanggapan berupa macam-macam pertanyaan, bahkan tidak jarang juga mengajukan pertanyaan secara tertulis dalam bentuk surat.

II.5. COMPANY IDEAL

II.5.1. Pengertian Company Ideal

Company Ideal adalah sesuatu yang ideal yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga. Maksud ideal di sini adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga, baik secara umum maupun khusus. (Ritonga, 2004:130).

Company Ideal adalah sesuatu yang didapatkan melalui wawancara dengan pimpinan puncak dan pimpinan menengah perusahaan untuk mengetahui factor-faktor kekuatan dan kelemahan atau peluang dan ancaman yang ada, termasuk menelaah publik yang relevan dan masalah-masalah yang berkaitan untuk dikembangkan secara efektif dan tepat.

II.5.2. Tujuan Company Ideal

Untuk mengetahui apa yang dipikirkan (ideal) oleh suatu perusahaan atau lembaga, sebetulnya cukup mengacu pada tujuan dari bagian atau divisi humasnya. Kalau tujuan tersebut sudah tergambar secara jelas dalam arsip atau dokumen, tujuan yang dimaksud sudah dapat dijadikan dasar acuan. Sebaliknya bila belum, maka peneliti harus melakukan wawancara kepada pejabat humas.

Gambar

Gambar I. Model S-O-R
Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri  dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori
Tabel 1. A  Jenis kelamin
Tabel 3A menunjukkan pendidikan dari pihak manajemen Humas PT  Indosat Tbk, Medan adalah Sarjana (S1/ S2/ S3), karena Beliau adalah seorang  staf kepala Humas maka tingkat pendidikannya minimal harus seorang sarjana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting utnuk membantu mahasiswa dalam memahami dan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas merancang kapal ini, yang merupakan salah satu

 Sesuai Keputusan Sidang Majelis Jemaat Triwulan 3 pada hari Sabtu, 13 Februari 2021, dimulai bulan Maret 2021 Gereja dibuka untuk Ibadah Hari Minggu secara luring (tatap

 Pada fase ini penderita penyakit dapat berkembang menjadi sembuh total, sembuh dengan cacat atau ada gejala sisa (sequele), menjadi carrier, menjadi penyakit kronis,

Rangkaian yang direncanakan dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini. Mikrokontroler digunakan untuk membangkitkan sinyal PWM untuk MOSFET.. MOSFET digunakan untuk

Solusi terhadap polusi di dunia dan penipisan sumber daya alam ini adalah teknologi-teknologi yang lebih sedikit atau tidak sama sekali menggunakan bahan bakar

Dapat juga diartikan sebagai pribadi atau individu yang terlibat secara lansung dalam aktivitas suatu usaha dan merupakan faktor yanf sangat esensial dalam kelansungan