• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia

2.1.1. Defenisi Lansia

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Efendi, 2009).

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

(2)

2.1.2.Batasan – Batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda- beda, umumnya berkisaran antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut :

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu: 1. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

2. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun 3. Usia sangat tua (very old)cusia > 90 tahun b. Menurut Hurlock (1979) :

1. Early Old Age (Usia 60-70 tahun) 2. Advanced Old Age (Usia > 70 Tahun) c. Menurut Burnsie (1979) :

1. Young old (usia 60-69 tahun) 2. Middle age old (usia 70-79 tahun) 3. Old-old (usia 80-89 tahun)

4. Very old-old (usia > 90 tahun) d. Menurut Bee (1996) :

(3)

e. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto setyonegoro :

1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun

2. Usia dewasa penuh (Middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun 3. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :

Young old (usia 70-75 tahun)

Old (usia 75-80 tahun)

Very old (usia > 80 tahun)

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

2. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

(4)

4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagimenjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

Di Indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas, terhadap dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup. Dengan demikian semakin meningkatnya harapan hidup. Dengan demiina meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Undang – undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

(5)

Tabel 2.1. Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia

No Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 2020

1 Total Penduduk (55 tahun ke atas)

148 165 183 202 222

a. Total (Juta) 11,4 13,3 16 19 22,2 29,12 b. Persentase (%) 7,7 8 8,7 9,4 10 11,09 c. Harapan Hidup 55,30 58,19 61,12 64,05 65-70 70-75 (Menurut Penelitian Prof.Dr.R.Boedhi Darmojo Dalam Buku Kep.Gerontik Nugroho.S)

Proses penuaan penduduk tetntunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik social, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena denan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alami maupun karena penyakit.

Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhaislan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembanguna. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami bebagai hambatan. Oleh sebab itu, permaslahan lanjut usia harus menjadi perhatian kita semua, baik pemerintahaa, lembaga masyarakat maupun msyarakat itu sendiri. Mindset yang selama ini ada bahwa pendududk usia merupakan kelompok rentan

yang hanya menjadi tanggung jawab keluarga, masyrakat dan Negara, harus kita ubah.

(6)

usia secara lebih baik. Dengan demikian, sasaran dari permasalahan lansia tidak hanya lansia itu sendiri, tetapi juga penduduk usia muda. Pola hidup sehat harus diterpkan sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan.

Penduduk lanjut usia dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikann pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan mingikatkan menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 (U.S. Census Bereau, Internasional Data Base,2009) jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang. Karena usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki – laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa). Oleh karena itu, permaslahan lanjut usia secara umum di Indonesia, sebenarnya tidak lain, permaslahan yang lebih didomonasi perempuan.

(7)

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Lanjut Usia di Indonesia Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2009

Kelompok umur L+P L P

60 – 64 6,243,457 2,955,574 3,287,883

64-69 5,581,535 2,566,946 3,014,589

70-74 4,225,860 1,877,101 2,348,759

75-79 2,623,171 1,135,227 1,487,944

80-84 1,272,510 535,198 737,312

85-89 471,876 180,345 291,522

90-94 111,435 35,741 75,694

95-99 16,448 4,3667 12,081

100+ 1,249 274 975

Jumlah LU 20,547,541 9.290.782 11.256.759

Sumber.U.S.Census Bureau, Internasional Data Base. (2009)

Provinsi dengan usia harapan hidup yang lebih tinggi juga mempunyai jumlah penduduk lanjut usia yang lebih banyak. Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lanjut usianya lebih dari 7 persen (Badan Pusat Statistik,2009)

Populasi lansia akan meningkat juga yaitu : 2.1.3. Proses Menua (aging process)

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alami, dimulai sejak akhir dan umumnya dialami pada semua makluk hidup (Darmojo & Martono, 2004).

(8)

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahapan-tahapan kehidupanya. Yaitu neonates, Toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologi maupun psikologi.

Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktifitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juda mengalami kemunduran (Padila,2013).

Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar yang berakibat dengan kematian

Beberapa karakteristik tentang proses menua menurut Handywinoto (2005) yaitu :

1. Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia

2. Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak dan lipofuscin yang dikenal sebagai age pigmen, serta perubahan disertai kolagen yang dikenal dengan crosslinking. 3. Terjadinya perubahan yang progresif dan merusak.

(9)

5. Meningkatnya kerentanan terhadap sebagian penyakit tertentu. 6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia seperti perubahan-perubahan pada lansia akibat proses menua.

Menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut : Perubahan fisik dan fungsi Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penuruna fungsi: sel, sistim persyarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem pernafasan sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem integumen, sistem muskuloskletal

Terjadi perubahan yang dapat berupa: sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum ditemukan pada lansia adalah mengharapkan tetapi diberi peran dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia :

Perubahan mental pada lansia juga terjadi pada kenangan dan juga Intelegensi Quotion (IQ). Kenangan pada lansia terdiri dari kenangan jangka panjang, kenangan

(10)

Perubahan psikososial Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.lansia yang mengalami kehilangan antara lain :

Kehilangan fungsional pada umumnya setelah seorang memasuki lanjut usia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi; belajar, persepsi, pengertian, pemahaman,dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi lambat. Sementara fungsi psikomtor meliputi hal-hal yang berhubungan seperti gerakan, tindakan yang berakibat lanjut usia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan fungsi tersebut lanjut usia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lanjut usia.

Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan yang cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas) Kehilangan bekaitan dengan pekerjaan Perubahan dapat diawali dengan masa pension. Meskipu tujuan ideal pensiun adalah agar para lanjut usia menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannnya sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pension lebih tergantung dari modal kepribadiannya.

(11)

mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau dipisakan.

Proses penuaan terdiri atas teori – teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses penuan, proses penuan pada tingkat sel, proses penuan menurut system tubuh, dan aspek psikologi pada proses penuan

2.1.4. Teori –Teori Proses Menua

Sampai saat ini, banyak defenisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual : dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Adakala seseorang belum tergolong tua (masih tua) tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar badan tegap, akan tetapi meskipun demikian berbagai penyakit yang dialami oleh lanjut usia

Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semua ya bias diterima. Teori – teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikologis.

a. Teori Biologi

Teori yang merupakan teori biologi adalah sebagai berikut : 1. Teori jam genetik

(12)

Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tententu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi.

2. Teori cross-linkage (rantai silang)

Kolagen yang merupakan unsure penyusun tulang diantaranya susunan moleculer, lama kelamaan akan meningkatkan kekakuan (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan snagat kuat.

3. Teori radikal bebas

Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran secara fisik

4. Teori genetic

Menurut teori ini,menua telah terprogram secara genetic untuk spesies, epesiec tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saat akan mengalami mutasi 5. Teori Immunologi

(13)

6. Teori stress-adaptasi

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

7. Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)

Kelebihan usaha dan stress menyegbabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai). b. Teori Psikososial

Teori yang merupakan teori Psikososial adalah sebagai berikut : 1. Teori integritas ego

Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaianya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusan adalah kebebasan.

2. Teori stabilitas personal

Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak.

2.1.5. Kebutuhan Hidup Orang Lansia

(14)

dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, mebagi pengalaman, memberikan pengarahann untk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri

Kebutuhan lansia dapat diidentifikasi berdasarkan teori kebutuhan manusia dari Maslow yang dikutip oleh (Hutahuruk,2009) yang menyebutkan bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi 5, yaitu

1. Kebutuhan fisik, (physiologiocal needs) adalah kebutuhan fisik atau biologi seperti pangan, sandang, papan, seks

2. Kebutuhan tentram (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa amana dan ketentraman, baik lahirriah maupun batiniah seperti kebutuhab akan jaminan hari tua, kebebasan,kemandian

3. keamanan, sosial, (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunitas dengan manusia lain melalui paguyuban organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya

(15)

Lansia sebagaimana manusia pada kelompok umur yang lain membutuhkan pemenuhan kebutuhan fisik atau kebutuhan dasar (basic need) yang berupa makan, minum dan tempat tinggal. Kebutuhan ini diperlukan untuk bertahan hidup dan sekaligus menjaga kesehatan. Kebutuhan yang kedua adalah keamanan dan perlindungan. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan sosial yaitu perasaan diterima sebagai anggota keolompok dan dicintai. Kebutuhan selanjutnya adalah penghargaan yaitu pengakuan dan harga diri. Kebutuha terakhir adalah aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk pemahaman dan pengembangan diri.

Dengan segala persoalan yang dihadapi oleh lansia sesuai dengan karakteristiknya, sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka kebutuhan lansia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan fisik dan non fisik. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang terkait dengankebutuhan dasar yaitu makan, minum, tempat tinggal serta kesehatan. Sementarai kebutuhan non fisik merupakan akumulasi dari kebutuah social dan psikologis. Dengan idnetifikasi kebutuhan lasnia tersebut maka semua kbijakan mengenai lansia harus ditujukan untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut.(dikutip dari Modul Pendidikan tahun 2012).

2.1.6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ketuan Meliputi :

1. Hereditas = Keturunan / Genetic 2. Nutrisi = Makanan

(16)

5. Lingkungan 6. Stress

2.1.7 Status Perkawinan

Mengingat umur harapan hidup pada lanjut usia wanita lebih tinggi dari pria, jumlah penduduk lansia wanita yang mempunyai status menikah lebih kecil dari pada penduduk lansia pria.

Menurut BPS – Sunsenas 2007 perempuan lansia di Indonesia berpotensi mengalami peningkatan, perbedaan status perkawinna lanjut usia perempuan yang sebagian besar bersattaus cerai mati dan cerai hidup. Karena usia harapan hidup perempuan yang ditinggal meninggalkan lebih dulu oleh suaminya, dank arena peerbedaan gender menyebabkan terbiasa mengurus dirnya sendiri,sehinnga lebih siap untuk ditinggalkan sendiri. Sedangkan lanjut usia laki- laki lebih banyak berstatus kawin.

2.1.8 Pendidikan

(17)

2.1.9. Pekerjaan

Menurut BPS (2010), tingkat partisipasi angkatan kerja pada Lanjut Usia 60 hinga 64 tahun besarnya 59,9% dan pada usia 65 tahun 40,5%. Di perkotaan bahkan tingkat pengangguran penduduk lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas hanya 2.2%. Tingkat partisipasi angkatan kerja di pedesaan lebih tinggi darin pada diperkotaan dan pada penduduk lanjut usia pria, tingkatnya lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Tingginya tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk lanjut usia ini disebakan oleh beberapa faktor, antara lain proses penuaan, struktur penduduk tingkat sosial ekonomi masyarakat yang membaik, umur harapan hidup penduduk lanjut usia yang bertambah panjang, jangkauan pelayanan kesehatan serta status kesehatan penduduk lanjut usia yang bertambah baik.

Alasan penduduk lanjut usia untuk bekerja antara lain adalah karena disebabkan oleh jaminan sosial dan kesehatan yang masih kurang. Disamping hal itu, desakan ekonomi merupakan hal yang mendorong untuk bekerja dan mencari pekerjaan.Hal ini dimungkinkan karena pada umumnya keadaan kesehatan fisik, mental dan emosional mereka masih baik. Banyak diantara mereka bekerja untuk aktualisasi diri.

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2010), jenis sektor pekerjaan yang dipilih penduduk lanjut usia diperkotaan adalah sebagai berikut : 1. Perdagangan :38,4%

(18)

3. Jasa : 17,3% 4. Industri : 9,3% 5. Angkutan : 3,3% 6. Bangunan : 2,8%

Sedangkan di desa sebagai berikut : 1. Pertanian : 78,9%

2. Perdagangan : 9,1% 3. Industri ; 6,3 % 4. Jasa: 4,1 %

Penghasilan yang diterima oleh angkatan kerja lanjut usia, sayangnya tidaklah tinggi. Berdasarkan data yang dikumpulkan sakernas (2010), ternyata masih banyak amhkatan kerja lanjut usia yang menerima gaji atau upah sebanyak Rp. 10 ribu sebulan dan lebih dari separo angkatan kerja lanjut usia diperkotaan dan pedesaan menerima gaji atau upah sebesar Rp. 50 ribu hingga Rp. 100 ribu.

2.2.Posyandu

2.2.1. Defenisi Posyandu

(19)

2.2.2. Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Ismawati, 2014).

Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60tahun keatas. 2.2.3. Sasaran

Adapun sasaran Posyandu Lansia adalah : 1. Sasaran langsung

a. Kelompok pra usia lansia (45-59 tahun) b. Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)

c. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun keatas) 2. Sasaran tidak langsung

a. Langsung dimana usia lanjut berada

(20)

2.2.4. Tujuan Pembentukan

Tujuan pembentukan posyandu lansia ini adalah : 1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan derajat kesehatan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunitas antara masyarakat usia lanjut.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kesadaran pada lansia b. Membina kesehatan dirinya sendiri c. Meningkatkan mutu kesehatan lansia d. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia 2.2.5. Penyelenggaraan Posyandu Lansia 1. Pelaksanaan kegiatan

Anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan di bawah bimbingan Puskesmas.

2. Pengelola

(21)

2.2.6. Kegiatan Posyandu Lansia

Kegiatan posyandu lansia ini mencakup upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi :

1. Promotif

Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani

2. Preventif

Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit dengan menggunkan KMS lansia

3. Kuratif

Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia 4. Rehabilitatif

Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia 2.2.7. Peran Serta Lansia

Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujutkan kesehatan dengan cara :

1. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan 2. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan 3. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala 4. Menjalani pengobatan

(22)

2.2.8. Kader Posyandu Lansia

Kader posyandu lansia adalah kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia.

Adapun tugas kader posyandu lansia secara garis besar adalah sebagai berikut (Ismawati,2014).

1. Melakukan kegiatan bulanan posyandu

Tugas-tugas kader posyandu pada H atau saat persiapan hari buku posyandu meliputi :

a. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan, KMS, alat peraga, alat pengukur bahan/materi penyuluhan

b. Mengundang dan menggerkan masyarakat yaitu memberitahuan para lansia untuk dating ke posyandu

c. Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sector bisa hadirpada hari buka posyandu

d. Melaksanakan pembagian tugas di antara kader posyandubaikmempersiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

2. Pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu

(23)

3. Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu

Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu meliputi :

a. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku registrasi atau buku bantu kader

b. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya

c. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan ) merupan tindakan lanjut dan mengajak para lansia dating keposyandu pada kegiatan bulan lansia berikutnya. 2.2.9. Jenis Pelayanan Kesehatan yang Diberikan kepada Usia Lanjut di

Posyandu Lansia

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

(24)

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan

i. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia

2.2.10 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi oleh para lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia ini, antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan lansia yang rendah tenatang pemanfaatn posyandu lansia 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk dating keposyandu

(25)

5. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia

2.2.11 Jenis Pelayanan Kesehatan yang Diberikan kepada Usia Lanjut di Posyandu Lansia

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7, dan

i. Penyuluhan Kesehatan.

(26)

kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia

2.2.12 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia 1. Pengetahuan Lansia

Pengetahuan lansia akanmemanfaatkan posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. Penelitian Hayani (2012), menyatakan bahwa pengetahuan lansia berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wiliyah Kerja Darusallam Medan yaitu dengan uji regresi logistik diperoleh p-value 0,001 (p-value< 0,05).

(27)

Surabaya. Lansia yang tidak mau memanfaatkan posyandu ini dapat disebabkan karena lansia tidak atau belum mengetahui manfaat dari posyandu lansia itu sendiri.

Pengetahuan bukan faktor yang memengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia. Tingkat pengetahuan seseorang tidak selalu memotivasi prilaku logika, artinya pengetahuan yang baik (lansia yang tahu tentang pengertian Posyandu, tujuan Posyandu, bentuk pelayanan Posyandu, dan Mekanisme Posyandu) tidak selalu memimpin perilaku yang benar dalam hal ini pengetahuan tentang posyandu yang baik belum tentu mau berkunjung ke posyandu.

2. Sikap Lansia

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.Hasil penelitian dari Hayani(2012), menyatakan bahwa sikap lansia berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia, yaitu dengan uji regresi logistik diperoleh p-value 0,001 (p-p-value< 0,05).

(28)

meningkatkan pemanfaatan posyandu lebih meningkatkan promosi kesehatan supaya lansia memiliki kesadaran dan merasa penting manfaat pelayanan posyandu lansia (Wijayanti, 2012).

3. Keterjangkauan Posyandu Lansia

Menurut Anderson dan Mc.Farlen dalam Susanti (2009) jarak merupakan penghalang yang meningkatkan kecenderungan penundaan upaya seseorang atau masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan (dalam hal ini posyandu lansia) untuk keluarganya, jika jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari pusat pelayanan kesehatan. Kendala jarak dapat diatasi jika akses menuju posyandu lansia dipermudah dengan jalan meningkatkan sarana dan prasarana tranportasi yang ada. Begitu juga pendapat Kusnanto dan Saimi (2006) bahwa sulitnya pelayanan kesehatan dicapai secara fisik banyak menuntut pengorbanan sehingga akan menurunkan permintaan.

(29)

2.3. Landasan Teori

Menurut Anderson R (1968) dalam behavioral model of families use of health services, perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan secara bersama-sama dipengaruhi oleh faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor pemungkin (ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan penanggung biaya berobat) dan faktor kebutuhan (kondisi individu yang mencakup keluhan sakit).

Selama 3 dekade yang lalu, sejumlah besar riset telah dilakukan ke dalam faktor – faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. Kebanyaan riset ini menggunakan model –model adanya penggunaan pelayanan kesehataan

Penggunaan Pelayanan Kesehatan posyandu lansia menurut teori Anderson dapat dipengaruhi oleh 3 Karakteristik yaitu Karakteristikpredisposisi (predisposing Characteristics) terdiri dari ciri-ciri demografi, struktur social dana manfaat-manfaat

kesehatan, Karakteristik pendukung (enabling Characteristics) seperti keterjangkauan, penggunaan pelayanan kesehatan dan Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics) meliputimencari pengobatan.

1. Karakteristik predisposisi (predisposing Characteristics)

(30)

a. Ciri – ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

b. Struktur sosial, seperti pengetahuan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan sebagainya

c. Manfaat – manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa

- Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunan pelayanan kesehatan .

- Setiap individu mempunyai perbedaan struktural sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan layanan kesehatan

- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan a. Pengetahuan

(31)

Tingkat pengetahuan seseorang tidak selalu memotivasi prilaku logika, artinya pengetahuan yang baik (lansia yang tahu tentang pengertian Posyandu, tujuan Posyandu, bentuk pelayanan Posyandu, dan Mekanisme Posyandu) tidak selalu memimpin perilaku yang benar dalam hal ini pengetahuan tentang posyandu yang baik belum tentu mau berkunjung ke posyandu

b. Sikap

Sikap (attitude), adalah evaluasi positif-negatif-ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap. Unsur-unsur sikap meliputi kognisi, afeksi, dan kecenderungan bertindak. Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya sikap adalah pengalaman khusus, komunikasi dengan orang lain, adanya model, iklan dan opini, lembaga-lembaga sosial dan lembaga keagamaan (Makmun, 2005).

(32)

2. Karakteristik pendukung (enabling Characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak mampu bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya

a. Keterjangkauan

Jarak dengan fasilitas kesehatan juga berkontribusi terhadap terciptanya suatu perilaku kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan dan sikap yang baik belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan faktor lain yaitu jauh dekatnya dengan fasilitas kesehatan. Jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan sebaliknya jarak yang relatif lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Jarak dengan fasilitas kesehatan juga berkontribusi terhadap terciptanya suatu perilaku kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan dan sikap yang baik belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan faktor lain yaitu jauh dekatnya dengan fasilitas kesehatan. Jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk akan mengurangi pemanfaatan posyandu, dan sebaliknya jarak yang relatif lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan posyandu (Juniardi, 2012). 3. Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics)

(33)

penilaian kader), bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi 2 kategori, dirasakan atau perceived (subject assessment) dan evaluated (cli/nik diagnostik).

Penilaian Lansia adalah merupakan suatu penaksiran dan pendapat lansia atas nilai suatu dari suatu pelayan kesehatan yang dilakukan oleh seseorang penilai yang didasari interpenstasi dari fakta-fakta dan keyakinan terhadapat pelayanan kesehatan pada waktu atau tanggal tertentu (Christianto,2012)

Ilustrasi Model Anderson

Gambar 2.1. Ilustrasi Model Anderson

Predisposing Enabling Need Health

services use

Demography

Community Resources

Family Resources

Evaluated Perceived

(34)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka penelitian dapat merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independent) (Dependent)

Predisposing Characteristics 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Pengetahuan 6. Sikap

Gambar 2.2 Konsep Penelitian

Pemanfaatan

pelayanan posyandu lansia

Enabling Characteristics

Jarak pelayanan posyandu lansia

Gambar

Tabel 2.2  Jumlah Penduduk Lanjut Usia di Indonesia Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2009
Gambar 2.1. Ilustrasi Model Anderson
Gambar 2.2 Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 12 keluarga di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa masih rendahnya peran

Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa

Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi usia 1-6. bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei

Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 6 bulan, akan. memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena

Hasil penelitian: dengan menggunakan analisis uji kendall‟s tau-c diperoleh hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kecemasan lansia dengan nilai p

Dari hasil penelitian dukungan informasi yang banyak diterima lansia dari keluarga adalah keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan melalui

Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi, penulis