• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL EKONOMI ISLAM WAKALAH Pemberian K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL EKONOMI ISLAM WAKALAH Pemberian K"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 JURNAL EKONOMI ISLAM

JURNAL EKONOMI ISLAM

WAKALAH (Pemberian Kuasa)

(Definisi, Dasar Hukum, Rukun dan Syarat Wakalah, Kewajiban Kuasa, Pemberi Kuasa, Cara atau Bentuk Kuasa, Macam-macam Kuasa, Berakhirnya Kuasa, Aplikasi dalam Lembaga Keuangan Syariah, dan Fatwa

MUI-DSN.)

YUDISTIA TEGUH ALI FIKRI1 ABSTRACT

Wakalah (representative) is the delivery, delegation, or a mandate or power of attorner contract petimpahan power by one party to the other in matters that may be represented. Wakalah is commonly used by banks or non-banks such as insurance Vendor. In the world of financial institutions, in practice necessitate, muwakil or its representative, the representative in the case of this bank and taukil or object or delegated authority. Wakalah in banking applications occur when the client authorizes the bank to represent himself do the work of certain services, such as bookkeeping L / C (Letter of Credit Import Sharia & Letter Of Credit Export Sharia), Collection and Transfer of money, Custody, Factoring (Factoring) , Trustee, Investment Mutual Funds Sharia, Islamic Current Account Financing, Takaful. Banks and customers are included in the contract awarding authority must be capable of law. In the non-bank companies such as insurance in the use of contract Wakalah typically use Ujrah Wakalah bil. In practice; (1) the insurance company as trustee shall invest the funds raised and investment must be conducted in accordance with sharia. (2) in the management of fund / investment and saving both fund tabbaru, can be used wakalah bil ujrah with the following provisions as above, mudharabah and to follow the fatwa mudaraba or mudharabah musytarakah and to follow the fatwa mudharabah musytarakah.

Keywords : Wakalah, Lembaga Keuangan Syariah Bank dan non-Bank, Fatwa MUI-DSN

A. PENDAHULUAN

Dalam perkembangan ekonomi syariah di Indonesia yang semakin pesat, sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998 ekonomi syariah semakin di pertimbangkan di Indonesia, terbukti dengan terjadinya krisis moneter lembaga keuangan syariah mampu bertahan dari krisis. Banyak sekali lembaga

1 Mahasiswa Pascasarjana Prodi Ekonomi Syariah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

(2)

2 JURNAL EKONOMI ISLAM

keuangan konvensional yang mengalami kebangkrutan pada saat krisis moneter, namun lembaga keuangan syariah dengan bangganya mampu bertahan dan krisis moneter tahun 1998 tidak memberikan dampak negative terhadap lembaga keuangan syariah.

Seiring perkembangan ekonomi syariah Indonesia, berkembang pula berbagai lembaga keuangan syariah baik perbankan maupun non-bank. Bermunculan berbagai perusahaan lembaga keuangan baru yang ber-basis syariah. Seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah dan Perusahaan Perbankan Syariah yang lainnya, sedangkan Lembaga keuangan non-Bank Seperti Asuransi Syariah Prudensial, FIF syariah, dan lembaga keuangan syariah non-bank yang lainnya.

Dengan bermunculannya berbagai perusahaan lembaga keuangan syariah, semakin berkembang juga produk yang ditawarkan dan salah satu dari berbagai akad yang ditawarkan kepada nasabah adalah akad wakalah. Wakalah (perwakilan) adalah penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandate atau power of attorner akad petimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak yang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Akad Wakalah ini biasanya digunakan oleh perbankan atau non-bank seperti peusahaan asuransi. Dalam dunia lembaga keuangan pada prakteknya mengharuskan adanya, muwakil atau yang mewakili, wakil dalam hal bank ini dan taukil atau objek atau wewenang yang diwakilkan.

Sebagaimana dalam Firman Allah Q.S Al- Kahf ayat 19 :

ََ ق ٰ َذَكَو

َ

َاَ ۡ ق

َََْا ُ اَقَۖۡ ُ ۡ ق َََۡ َكَۡ ُ ۡ قك ََ ق كاَقَ َلاَقَۚۡ ُ َ ۡيَبَْا ُ َثكاَسَ َقَِۡ ُ َٰنۡثَعَب

ََفَ ۡ ُ ۡ ق

َََ اَ قبَ ُ َ ۡعَتَ ۡ ُكبَنَْا ُ اَقَۚنمۡ َيَ َ ۡعَبَ ۡوَتَ اً ۡ َي

َْاك ُثَعۡبٱ

َ

َ ُكَ َح

َ

ت

َقهق ٰ َهَ ۡ ُكقققنَ قب

َكۦَ

َ

َقإ

َ

َق َ يق َ

ۡ

ٱ

َ

َنظۡزق قبَ ُكق

ۡ َيۡ َفَاه اَعَطَٰ ََۡزَتَكاَ يَأَۡ ُظ َيۡ َف

َاً َح

َ

تَۡ ُكقبَنَ قع ۡشُيَ

ََوَ ۡف َ َ َ

َ

َِوَُ ۡ قك

ۡ

٩

َ

”Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di

(3)

3 JURNAL EKONOMI ISLAM

berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (Q.S. Al-Kahf ayat 19)

Oleh karena itu, saya akan mencoba menkaji kembali lebih dalam mengenai Akad Wakalah dan bagaimana peng-implikasian akad Wakalah di lembaga keuangan Perbankan maupun non-Bank.

B. KAJIAN TEORI 1. Definisi Wakalah

Wakalah atau Wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandate. Dalam bahasa arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh. Contoh kalimat. “aku serahkan urusanku kepada Allah” mewakili pengertian istilah tersebut.2

Peyangertian yang sama dengan menggunakan kata al-hifzhu disebut dalam firman Allah:

َ

"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung" (Q.S Al-Imran ayat 173)

Akan tetapi, yang di maksud sebagai al-Wakalah adalah pelimpahan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang di wakilkan.3

2. Dasar Hukum Wakalah

Islam mengsyariatkan al-Wakalah karena manusia membutuhkannya, tidak semua orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan, seorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya.

a. Al-Quran

Salah satu dasar dibolehkannya al-Wakalah adalah firman Allah SWT berkenaan dengan kisah Ash-habul Kahfi.

ََ ق ٰ َذَكَو

2 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan ke-8,

Vol III. Hlm. 213. Mugni Muhtaj, Vol II, hlm 223; al-Muhadzdzab, Vol. I, hlm 350

3Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema

(4)

4 JURNAL EKONOMI ISLAM

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka

saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu

kepada seorangpun.” (Q.S Al-Kahf ayat 19)

Ayat ini melukiskan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.

Ayat lain yang menjadi rujukan al-wakalah adalah kisah tentang Nabi Yusuf A.s saat ia berkata kepada raja,

ََلاَق

”Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara

(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan" (Q.S Yusuf ayat 55)

Dalam konteks ayat ini, Nabi yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah menjaga “Federal Reserve” negeri Mesir.4

b. Al-Hadist

Banyak hadist yang dapat dijadikan landasan keabsahan wakalah di antaranya.

Bahwasannya Rasulullah SAW. Mewakilkan kepada Abu Rafi dan seorang anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah

Binti Harits.”

Dalam kehidupan sehari-hari, rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan. Diantaranya adalah

4Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema

(5)

5 JURNAL EKONOMI ISLAM

membayar hutang. Mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lainnya.5

c. Ijma

Para ulama bersepakat dengan ijma atas di bolehkannya wakalah mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa. Tolong menolong diserukan oleh al-quran dan disunnahkan oleh rasulullah SAW.6

Allah berfirman dalam surat Al-maa’idah ayat 2:

...

“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S Al- Maa’idah ayat 2)

Rasulullah SAW. Bersabda:

“dan, Allah menolong hamba selama hamba menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 4867, Kitab az-Zikr)

Dalam perkembangan Fiqh Islam, status wakalah sempat diperdebatkan apakah wakalah masuk dalam kategori wilayah atau wali hingga kini, dua pendapat tersebut terus berkembang.

Pendapat pertama menyatakan bahwa wakalah adalah niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini, si wakil tidak dapat menggantikan seluruh fungsi muwakkil.7

Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah wilayah karena khilafah (menggantikan) dibolehkan untuk yang mengarah kepada yang lebih baik, sebagaimana dalam

5Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema

Insani) hlm. 122

6 Wahbah az-Zuhalli, al-Fiqhu al-Islami wa adillatuhu, (Damaskus; Darul-Fiqr,

1997) cetakan ke-4 vol V. hlm. 4060-4061

7 Wahbah az-Zuhalli, al-Fiqhu al-Islami wa adillatuhu, (Damaskus; Darul-Fiqr,

(6)

6 JURNAL EKONOMI ISLAM

jual beli, melakukan pembayaran secara tunai lebih baik, walaupun diperkenankan secara kredit.8

3. Rukun dan Syarat Wakalah9

a. Rukun Wakalah

1). Orang yang memberi kuasa (al-Muwakkil), 2). Orang yang diberi kuasa (al-Wakil),

3). Perkara/hal yang dikuasakan (al-Taukil) 4). Pernyataan Kesepakatan (ijab dan Qabul). b. Syarat Wakalah

1). Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.

2). Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu yakni dalam hal-hal yang bermamfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.

c. Syarat-Syarat Wakil (yang mewakili); 1). Cakap Hukum

2). Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya, 3). Wakil adalah orang yang diberi Amanah.

d. Hal-hal yang diwakilkan;

1). Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili, 2). Tidak bertentangan dengan syariah islam,

3). Dapat diwakilkan menurut syariah islam.

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

4. Kewajiban Kuasa

Menjalankannya dengan baik karena kuasa adalah sebuah amanat yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Sebagimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58:

8Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema

Insani) hlm. 123

9 Ahmad Ifham Sholihin, “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” (Jakarta,

(7)

7 JURNAL EKONOMI ISLAM

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S An-Nisa ayat 58)

5. Pemberi Kuasa

Pemberi kuasa adalah Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan. Dan juga harus menerima kondisi dimana Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

6. Cara dan Bentuk Kuasa

Sesuai dengan Rukun dan Syarat Wakalah bentuk kuasa yang pertama Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili, kedua Tidak bertentangan dengan syariah islam, dan yang Ketiga Dapat diwakilkan menurut syariah islam.10

7. Macam-Macam Kuasa

a. Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak tampa batasan waktu dan untuk segala urusan.

b. Wakalah al muqayyadah yaitu penunjukan wakil untuk bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.

c. Wakalah al amah yaitu perwakilan yang lebih luas dari al-muqayyadah tetapi lebih sederhana dari pada al-mutlaqah.

8. Berakhirnya Kuasa

Berakhirnya akad Wakalah apabila seorang Wakil atau yang mewakili sudah menyelesaikan tugasnya dari muwakil yang mewakilkan, amanat yang diberikan oleh muwakil kepada wakil telah disampaikan kepada penerima amanat.

10 Ahmad Ifham Sholihin, “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” (Jakarta,

(8)

8 JURNAL EKONOMI ISLAM

Sedangkan dalam pelaksanaan akad wakalah bisa saja di batalkan apabila: Menurut Helmi Karim dalam buku Fiqih Muamalat, menyebutkan batalnya akad wakalah karena beberapa hal:

a. Salah satu pihak yang akad wafat atau gila,

b. Apabila yang di maksud dalam akad Wakalah itu selesai pelaksanaannya atau dihentikan maksud dari pekerjaan tersebut.

c. Diputusnya akad wakalah,

d. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atas suatu objek yang dikuasakan.

9. Fatwa DSN-MUI Mengenai Akad Wakalah

FATWA

DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 10/DSN-MUI/IV/2000

Tentang

W A K A L A H MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG WAKALAH Pertama : Ketentuan tentang Wakalah:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).

2. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

Kedua : Rukun dan Syarat Wakalah:

1. Syarat-syarat muwakkil (yang mewakilkan)

a. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.

b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.

2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili) a. Cakap hukum,

b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya, c. Wakil adalah orang yang diberi amanat.

3. Hal-hal yang diwakilkan

a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili, b. Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam,

c. Dapat diwakilkan menurut syari’ah Islam.

(9)

9 JURNAL EKONOMI ISLAM C. DESKRIPSI KASUS

Secara umum, aplikasi al-wakalah dalam perbankan dapat di gambarkan dalam skema berikut ini;11

Pada perusahaan Non-Bank seperti asuransi dalam penggunaan akad Wakalah biasanya menggunakan Wakalah bil Ujrah. Pada prakteknya; (1) perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah. (2) dalam pengelolaan dana/investasi baik dana tabbaru maupun saving, dapat digunakan akad wakalah bil ujrah dengan mengikuti ketentuan seperti di atas, akad mudharabah dengan mengikuti ketentuan fatwa mudharabah atau akad mudharabah musytarakah dengan mengikuti ketentuan fatwa mudharabah musytarakah.12

D. PEMBAHASAN

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah

memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C (Letter Of Credit Import Syariah & Letter Of Credit Eksport Syariah),Inkaso dan Transfer uang, Penitipan, Anjak

Piutang (Factoring), Wali Amanat, Investasi Reksadana Syariah, Pembiayaan Rekening Koran Syariah, Asuransi Syariah. Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum. Dalam

11Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011,

Gema Insani) hlm. 123

12 Ahmad Ifham Sholihin, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)

hlm. 121

NASABAH MUWAKIL

- Agency

- Administration - Collection - Payment - Co Arranger - Dll.

TAUKIL

BANK WAKIL

INVESTOR MUWAKIL

Kontrak + Fee

(10)

10 JURNAL EKONOMI ISLAM

pelaksanaannya di perbankan syariah akad Wakalah memiliki berbagai bentuk dalam pelayanan jasa perbankan yang dapat berbentuk sebagai berikut.13

1. Transfer

Jasa yang diberikan bank untuk mewakili nasabah dalam pemindahan dana dari satu rekening kepada rekening lainnya. Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad Wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai Al-Muwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (Jika transfer dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana bank mengkreditkan sejumlah dana kepada kepada rekening tujuan. Berikut adalah beberapa contoh proses dalam transfer uang ini:

a. Wesel Pos, Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara langsung dari Al-Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju. Berikut adalah proses pentransferan uang dalam Wesel Pos.

b. Transfer uang melalui cabang suatu bank Dalam proses ini, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara tunai kepada bank yang merupakan Al-Wakil, namun bank tidak memberikannya secara langsung kepada nasabah yang dikirim. Tetapi bank mengirimkannya kepada rekening nasabah yang dituju tersebut. c. Transfer melalui ATM, Pada proses ini transfer uang pendelegasian

tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini, Nasabah Al-Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM. 2. Collection

Inkaso merupakan kegiatan jasa Bank untuk melakukan amanat dari pihak ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau badan tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh si pemberi amanat. Disini bank berlaku melakukan penagihan dan menerima pembayaran tagihan untuk kepentingan Nasabah.

3. Penitipan

13 Sesuai dengan pasal 8 huruf e,f,h,j dan I, surat keputusan Direksi Bank

(11)

11 JURNAL EKONOMI ISLAM

yaitu akad pendelegasian pembelian barang, terjadi apabila seseorang menunjuk orang orang lain sebagi pengganti dirinya untuk membeli sejumlah barang dengan menyerahkan uang dengan harga penuh sesuai dengan harga barang yang akan dibeli dalam kontrak wadiah. Agen (wakil) membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan muwakkil untuk membeli barang. bank menitipkan sejumlah uang kegiatan penitipan barang bergerak, yang penatausahaannya dilakukan oleh Bank untuk kepentingan Nasabah berdasarkan suatu akad.14 sebagai contoh bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, dengan menggunakan akad Wakalah dan akad Murabahah bisa dilakukan secara prinsip apabila barang yang sudah dibeli melalui Wakalah telah menjadi milik bank.

4. Letter Of Credit (L/C)

Letter of Credit (L/C) adalah surat pernyataan akan membayar kepada yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan Importir/ Eksportir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah L/C syariah dalam pelaksanaannya dapat menggunakan akad-akad: Wakalah bil

Ujrah, Qardh, Murabahah, Salam/Istishna‟, Mudharabah, Musyarakah,

dan Hawalah, ijarah15. Bagi L/C yang menggunakan akad Wakalah tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang dilakukan harus mengatas namakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama.Pemberian kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dengan bank.

Wakalah bil Ujrah dalam perusahaan asuransi syariah kedudukan dan ketentuan para pihak adalah sebagai berikut:

a. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai Wakil (yang mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan yang menjadi objek Wakalah bil Ujrah pada asuransi syariah.

b. Peserta sebagai individu dalam produk saving bertindak sebagi muwakil (pemberi kuasa).

c. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabaru bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).

d. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas ijin muwakkil (peserta);

14 Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia , Edisi 2, (Bandung,

Salemba Empat Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam; Sinar Baru Algensindo, 1994). hlm.233

15 Bentuk-bentuk terebut dapat menggunakan akad wakalah, lihat abd. Rahman

(12)

12 JURNAL EKONOMI ISLAM

e. akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad-amanah) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.

f. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi. Karena akad yang digunakan adalah akad Wakalah.

Ketentuan akad Wakalah bil Ujrah pada perusahaan Asuransi Syariah adalah sebagai berikut:16

a. Akad yang digunakan adalah akad wakalah bil ujrah. b. Objek Wakalah bil ujrah meliputi antaraantara lain:

1). Kegiatan administrasi 2). Pengelolaan dana 3). Pembayaran klaim 4). Underwriting

5). Pengelolaan portofolio risiko. 6). Pemasaran

7). Investasi

c. Dalam akad Wakalah bil Ujrah harus disebutkan sekurang- kurangnya:

1). Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi

2). Besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi, 3). Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang di akadkan.

Ketentuan hokum wakalah bil Ujrah pada perusahaan asuransi syariah adalah sebagai berikut:17

a. Wakalah bil ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi dan peserta.

b. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan melakukan kegiatan lain dengan imbalan oemberian ujrah fee. c. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang

mengandung unsur tabungan (saving) maupun non-tabungan.

16 Ahmad Ifham Sholihin, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)

hlm. 121

17 Ahmad Ifham Sholihin, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)

(13)

13 JURNAL EKONOMI ISLAM E. PENUTUP

Dari hasil kajian pustaka yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Dalam penerapan akad Wakalah di dunia perbankan banyak yang bisa kita temukan, hanya saja dalam aplikasi di perbankan kita tidak akan menemukan secaralangsung dan jamblang yang di jelaskan langsung oleh pihak perbankan. Akad wakalah bisa kita temukan salah satunya dalam bentuk transaksi transfer, dimana pihak bank adalah sebagai Wakil yang di beri amanat oleh nasabah sebagai muwakil untuk mengirimkan uang kepada yang ingin dituju oleh nasabah. Oleh karena itu, kita secara tidak langsung sudah melakukan akad wakalah dalam proses transfer tersebut.

2. Di dunia lembaga keuangan non-Bank salah satunya adalah perusahaan asuransi dalam penerapan produknya biasa menggunakan akad wakalah bil Ujrah Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai Wakil (yang mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan yang menjadi objek Wakalah bil Ujrah pada asuransi syariah. Peserta sebagai individu dalam produk saving bertindak sebagi muwakil (pemberi kuasa). Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabaru bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa). Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas ijin muwakkil (peserta). akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad-amanah) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi. Karena akad yang digunakan adalah akad Wakalah.

(14)

14 JURNAL EKONOMI ISLAM

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muh. Syafi’I, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema Insani)

az-Zuhalli, Wahbah, al-Fiqhu al-Islami wa adillatuhu, (Damaskus; Darul-Fiqr, 1997) cetakan ke-4 vol V.

Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan ke-8, Vol III. Hlm. 213. Mugni Muhtaj, Vol II, hlm 223; al-Muhadzdzab, Vol. I,

Sholihin,, Ahmad Ifham “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” (Jakarta, 2010, PT. Gramedia)

Sholihin, Ahmad Ifham, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Persyaratan dan metode untuk menentukan f ya dijabarkan sebagai berikut: a Untuk komponen struktur tekan yang menerima beban aksial dan komponen struktur lentur dengan nilai 

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas metode pembelajaran permainan kooperatif

Layanan baru berbasis jaringan Metro Ethernet dengan teknologi MPLS. FASILITAS TELEKOMUNIKASI PT. Indosat memiliki berbagai sarana dan fasilitas untuk telekomunikasi Internasional

pangandika”. Hal tersebut dikandung maksud bahwa sebaik-baiknya sifat yang harus dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin maupun ksatria adalah mempunyai sifat

Sebagai sebuah tradisi tentulah yatiman memiliki wujud baik yang bersifat ideal dan perilaku yang berpola masyarakat pendukungnya. 32 Hasil wawancara dengan Ninik Hidayati

Kedua , model pembelajaran blended learning (tatap muka diiringi dengan e-learning, ketiga pembelajaran e-learning. Dan pada masa covid ini pembelajaran secara mutlak

Paper ini membahas mengenai peristiwa jatuhnya Nokia dan naiknya Samsung sebagai penguasa pasar telepon seluler di dunia, dinamika kepimpinan yang terjadi dalam