• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah berinteraksi dengan manusia lainya. Kebutuhan sosialisasi, interaksi dan komunikasi menyebabkan manusia berkumpul, bersekutu dalam suatu wadah yang disebut komunitas. Manusia disebut pula sebagai hommo socius atau makhluk sosial karena tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Manusia dapat hidup dan bertahan jika menjalani kehidupan sebagai sebuah aktifitas interaksi, komunikasi dan kerjasama dalam jaringan kedudukan dan perilaku (Liliweri,2004;1). Artinya, hampir seluruh kehidupan manusia baik sebelum atau dilahirkan, merupakan kesatuan aktifitas interaksi, komunikasi dan kerjasama yang diwujudkan dalam perbuatan, tingkah laku maupun proses berpikir

.

Pada masa remaja seseorang mengalami perubahan fisik, psikis, sosial serta seksual. Perubahan tersebut terjadi untuk mempersiapkan diri remaja untuk menuju kedewasaan. Masa remaja merupakan masa untuk melatih diri agar menjadi manusia yang tangguh. Remaja mempunyai tuntutan akan tugas perkembangan yang harus dipenuhi, yaitu dapat menerima keadaan dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya, mampu menyesuaikan diri dengan teman baik yang sebaya maupun lebih tua, sejenis maupun lawan jenis (Hurlock,1997).

(2)

Kelompok teman sebaya (peer group) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang, serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Remaja pada usia ini sedang berusaha bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua, akan tetapi pada waktu yang sama mereka takut kehilangan rasa nyaman yang diperolehnya selama masa kanak-kanaknya. Saat remaja menghadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti tersebut ditemukannya dalam kelompok teman sebaya, dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan batin dan konflik sosial (Daradjat, 1994).

Menurut Herdiermarilla disebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan akan mempengaruhi individu. Misalnya, pada masa remaja memiliki keinginan untuk bergaul dan dapat di terima di lingkungan kelompok teman sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group menimbulkan frustasi, isolasi diri, dan perasaan rendah diri. Namun, penerimaan dari peer group dapat membuat remaja merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya.

Pada masa remaja juga berkembang sosial Kognitif, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaanya (Yusuf, 2002). Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalani hubungan dengan mereka (terutama teman sebaya) melalui jalinan persahabatan. Dalam hubungan persahabatan remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut ketertarikan, sikap, nilai dan kepribadian. Biasanya mempunyai kebiasaan dan falsafah khusus. Ada pula kelompok remaja yang memilih ciri penampilannya dan perilaku yang berbeda dengan keolmpok lain, misalnya pakaian seragam, mengisi waktu luang ditempat-tempat tertentu dan mereka bermain, melakukan kegiatan santai dan bersenang-senang( Daradjat,1994). Hal ini yang akhirnya mendukung para remaja untuk membuat geng/club atau komunitas, karena remaja selalu berusaha menunjukan aktualisasi dirinya dengan mencari komunitas yang dapat menerima aksistensi dirinya, mereka mulai memilih teman berdasarkan persamaan yang mereka miliki.

(3)

laki-laki), dengan tujuan yang konkret dan organisasi yang tersetruktur. Di dalamnya terdapat rasa kesetiakawanan, kesetiaan, sifat rahasia, dan kekuatan fisik. Selain itu, komunitas biasanya dipandang sering melakukan aktivitas yang negatif dibandingkan kelompok teman sebaya yang tidak tergabung dalam komunitas (Daradjat,1994). Remaja yang menjadi anggota komunitas mengikuti norma yang ada dalam kelompoknya, mereka tidak peduli akan anggapan orang bahwa apa yang mereka lakukan itu bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat (Hurlock,1997), sehingga jika satu anggota geng melakukan suatu aktivitas meskipun hal itu adalah aktivitas yang negatif, maka anggota-anggota geng yang lainnya juga akan melakukannya, karena mereka ingin menunjukkan bahwa rasa kesetiakawanan di antara mereka tinggi.

Anggota komunitas dalam kehidupan sosial remaja menggunakan konsep kelompok yang sempit dalam mengartikan kesetiakawanan antara individu kelompoknya yang hanya sebatas pada arti setia terhadap kawan saja, sehingga makna kesetiakawanan tereduksi menjadi satu bentuk pemaknaan yang miring atau membias oleh sikap rasionalisasi remaja dalam menjaga eksistensi kelompoknya agar tetap penuh dan eksis dengan ketahanan anggotanya yang cukup kompak. Pertemanan dan pergaulan mereka merupakan suatu yang diagungkan dan didahulukan oleh mereka. Kartono (1986) menyatakan bahwa didalam kelompok geng, pada umumnya anak-anak merasa itu bisa marasakan iklim aman terlindungi, sebab ditengah kelompoknya tersebut anak merasa mendapatkan posisi, merasa diakui pribadi dan eksisitensinya, dan merasa punya martabat diri, harga diri dan kehormatan, sehingga dapat menemukan kompensasi bagi segala kekuranganya. Hal-hal yang tidak ditemukan ditengah-tengah keluarganya dan lingkungan sendiri, kemudian justru ditemukan dalam geng yaitu antara lain berupa posisi sosial, status ideal, pribadi idola, aksi-aksi bersama, ikatan persahabatan, simpati, kasih sayang, pretise, harga diri, rasa aman terlindungi dan seterusnya. komunitas adalah unit sosial yang terdiri atas individu yang diikat oleh minat atau suatu kepentingan yang sama, geng dapat tersusun atas orang-orang dari sembarang usia namun sangat umum terdapat dikalangan remaja.

(4)

bersama tentang pola tindakan, perbuatan yang disepakati bersama. Keteraturan dalam melangsungkan interaksi, komunikasi merupakan landasan bagi terbentuknya komunitas.

Komunitas merupakan sarana refleksi, pertumbuhan dan pengembangan pikiran, kesadaran dan kesenangan dari sekelompok orang. Kesadaran dan kesenangan tersebut dapat berupa gagasan, ide, pengetahuan dan pemahaman. Seiring dengan aktfitas dan interaksi dan komunikasi yang berlangsung secara terus menerus, gagasan, ide dan pengetahuan yang dimiliki individu-individu dalam komunitas tersebut dipertukarkan diantara mereka. Hasil pertukaran yang dianggap mampu mewakili keinginan dan pikiran dari semua anggota komunitas dapat menjadi semacam aturan, ciri khas, norma dan identitas bersama.

Ada begitu banyak bentuk komunitas yang dapat kita temui dalam kehidupan setiap hari. Secara sadar tentunya setiap manusia mendekatkan dirinya dengan komunitas-komunitas yang dianggap memberikan rasa nyaman, kesenangan dan wadah pengembangan pikiran. Setiap individu dalam masyarkat secara pasti memiliki keinginan menjadi bagaian dari komunitas tertentu. Motif dasarnya adalah kebutuhan interaksi, sosialisai dan komunikasi, selain itu ada keinginan untuk menunjukan eksisistensi (keberadaan). Keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk masuk atau membentuk komunitas sangat tergantung pada kesadaran diri (self conescious). Kesadaran diri merupakan kemampuan sesorang untuk mengidentifikasikan diri berdasarkan kualitas yang dimilikinya. Kemampuan sesorang untuk mengetahui hobby, kesenangan, kemampuan jasmani dan spritual, intelektual, serta finansial yang dimiliki sesorang dapat menyebabkan seseorang dapat bertahan atau eksis dalam suatu komunitas. Seseorang yang tidak berhasil mengidentifikasi kualitas diri akan kesulitan menjadi bagian dari komunitas dan apalagi membentuk komunitas.

Berhasil mengidentifikasi kualitas diri merupakan jaminan terbentuknya komunitas. Komunitas (communities) seperti yang dijelaskan sebelumnya merupakan sarana refleksi, pertumbuhan dan pengembangan pikiran, kesadaran dan kesenangan dari sekelompok orang yang memiliki komitmen barsama. Kesamaan dalam kualitas diri (contoh: hoby) tentunya akan mempermudah setiap individu untuk dapat berinteraksi ataupun melakukan refleksi dan mempertukarkan ide diantara mereka.

(5)

interaksi dan komunikasi intensif. Sekadar memberikan perbandingan, komunitas dan organisasi memiliki perbedaan mendasar. Awal terbentuk dan persyaratan dasar (orang, tujuan, kesamaaan) relatif sama. Yang membedakan antara komunitas dan organisasi adalah aturan. Dalam organisai aturan (pembagian tugas, hak dan kewajiban) diatur secara formal sedangkan dalam komunitas perangkat aturan dibangun atas dasar saling pengertian dan merupakan kovensi tidak tertulis. Dalam hal pembagian tugas komunitas tidak mengenal pembagian tugas secara formal tetapi bersifat insidental (berdasarkan peristiwa atau kejadian baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan).

Ketika orang sekedar asal solider, asal ikut merasakan apa dirasakan oleh anggota lain, sekedar tidak mau menerima apa yang dialami oleh anggota yang lain, orang mudah terbawa emosi dan hanyut dalam tindakan-tindakan membabi buta.

Seharusnya, solidaritas dimaknai sebagai sebuah ikatan emosional positif, solidaritas yang membangun dan bukan menghancurkan. Ikatan solidaritas inilah yang kemudian mampu membawa sebuah komunitas untuk bertahan di tengah masyarakat, beragam bentuk aktualisasi solidaritas menjadi jembatan terhadap ketahanan komunitas dalam menjaga dan merangkul individu yang menjadi anggotanya.

Kota Salatiga sebagai sebuah kota kecil di antara kota Solo dan Semarang, merupakan sebuah kota tempat bertumbuhnya beraneka ragam komunitas sosial, hal ini didukung dengan adanya Universitas Kristen Satya Wacana yang memiliki mahasiswa yang berasal dari hampir seluruh wilayah Indonesia sehingga dijuluki sebagai Indonesia mini. Banyaknya sekolah-sekolah menengah di Salatiga juga merupakan salah satu faktor munculnya komunitas-komunitas anak muda di Salatiga, kota salatiga merupakan kota yang menjadi pusat pendidikan bagi wilayah Salatiga sendiri dan beberapa wilayah di luar Salatiga seperti misalnya kabupaten Semarang. Sebagai pusat pendidikan, secara otomatis juga menjadi pusat pergaulan anak muda baik yang berasal dari Salatiga sendiri maupun sekitarnya.

(6)

green. Dengan bergantinya ketua Rac pada tahun 1997 nama RAC semakin dikenal di kalangan anak muda Salatiga, selain itu nama RAC juga terkenal di ajang balap motor dalam bidang Grasstrack tingkat nasional. Sampai pada tahun ini (2016) Rac sudah berumur 26 tahun Juli nanti dengan 1 kali pergantian ketua yang sampai sekarang baranggotakan 500 orang.

Sampai saat ini, RAC masih tetap bertahan dengan berbagai kegiatannya mulai dari olah raga yang biasanya dilakukan bersama-sama hingga berkumpul bersama yang menjadi agenda tetap komunitas ini, dalam jangka waktu 26 tahun, tidaklah mudah bagi sebuah komunitas untuk mampu bertahan bahkan bertambah jumlah anggotanya, mempertahankan solidaritas merupakan kunci dari komunitas RAC untuk tetap eksis di kota Salatiga ini.

Dari gambaran di atas, maka peneliti tertarik untuk mengamati bagaimana pola komunikasi komunitas RAC dalam mempertahankan solidaritas organisasinya sehingga mampu bertahan selama 26 tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Groupthink komunitas RAC dalam memepertahankan solidaritas organisasinya?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Groupthink komunitas RAC dalam memepertahankan solidaritas organisasinya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

(7)

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberi wawasan kepada masyarakat tentang pola-pola komunikasi yang terdapat dalam sebuah komunitas yang memiliki maksud dan tujuan tertentu sebagai media mempertahankan solidaritas komunitas antar sesama anggota komunitas maupun dengan masyarakat luar.

1.5. Batasan Penelitian

Dalam setiap penulisan ilmiah, perlu ditetapkan adanya pokok-pokok pembahasan, pokok pembahasan memiliki fungsi sebagai pencegah timbulnya kerancuan pengertian dan kekaburan wilayah penelitian.

Koentjaraningrat (1990) mengatakan bahwa “dalam setiap penelitian diperlukan adanya ruang lingkup. Hal ini penting supaya penulis tidak terjerumus

dalam sekian banyak data yang ia teliti”.

Dalam penelitian ini ruang lingkup sangat peting agar penelitian dan peneliti sendiri tidak tejebak ke dalam persoalan yang lebih luas sehingga tidak ada batasan-batasannya.

Referensi

Dokumen terkait

Buku dengan judul JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) PENDEKATAN PEMBELAJARAN BIOLOGI, yang disusun oleh tim penyususn dari jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Menurut Eko Supriadi faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana penggunaan alat penangkapan ikan jaring garuk kerang yang dilarang

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) .... Kajian Penelitian

Pada hari ini Jumat, tanggal Dua Puluh Lima bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pembelajaran metode praktikum berbasis keterampilan proses lebih baik dibandingkan dengan metode praktikum biasa terhadap

Pada hari ini Jumat, tanggal Dua Puluh Lima bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum

− Haruskah siswa dilarang akses Internet atau bahkan sekolah tidak boleh memiliki akses Internet sehingga terhindar dari kerusakan mental dan moral. − Haruskan sekolah memiliki

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul