• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kerjasama tim dan kepemimpnan terhadap komitmen pada Unit SAHIVA USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kerjasama tim dan kepemimpnan terhadap komitmen pada Unit SAHIVA USU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Kerjasama tim 2.1.1 Definisi Kerjasama tim

Kerjasama dalam tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerjasama tim. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan memunculkan ide-ide cemerlang. Kerjasama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan.

Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki 3 (tiga) komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang-orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang-orang dalam sebuah tim memiliki tujuan yang sama.

(2)

inter-dependensi, berkomunikasi secara efektif, dan membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan.

Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerjasama yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalamkerjasama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerjasama pada kerja tim adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Kelompok dan Tim

Kelompok Tim

1. Memiliki pemimpin yang ditunjuk

2. Akuntabilitas individual

3. Tujuan kelompok dan organisasi sama

4. Hasil kerja individual 5. Mengadakan pertemuan–

pertemuan Efisien

6. Efektifitas secara tidak langsung diukur oleh pengaruh bisnis 7. mendiskusikan, memutuskan,

mendelegasikan pekerjaan untuk para individu

1. Berbagi peran kepemimpinan

2. Akuntabilitas mutual dan individu

3. Visi atau tujuan khusus tim 4. Hasil kerja kolektif

5. Pertemuan– pertemuan mendorong diskusi terbuka

6. Efektifitas secara langsung diukur dengan menilai kerja kolektif

7. mendiskusikan, memutuskan, berbagi pekerjaan.

Sumber: West (2002:174)

MenurutBull (2010: 24), kerjasama tim adalah kemampuan bekerja sama mencapai visi bersama. Kemampuan mengarahkan pencapaian individu terhadap tujuan organisasi. Kerjasama tim merupakan bahan bakar yang memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar biasa.

(3)

ikatan jiwa, saling mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kita pun saling menyemangati, memotivasi, menggandakan usaha dan kemampuan individu. Tim yang dalam bahasa inggrisnya team merupakan akronim yang mencerminkan kebenaran yang dahsyat, yaitu:

Gambar 2.1 Akronim Team

Sumber: Kaswan (2014:46)

Kerja tim menggambarkan seperangkat nilai yang mendorong menyimak dan merespons secara konstruktif pandangan-pamdangan yang dikemukakan orang lain, memberi orang lain manfaatnya keraguan, menyediakan dukungan dan mengakui kepentingan dan prestasi orang lain. Nilai-nilai demikian itu membantu tim bekerja dan nilai-nilai itu meningkatkan kinerja individu dan kinerja organisasi.

2.1.2 Indikator Kerjasama tim A. Kerjasama

Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara individual. Menurut West (2002:57) “Telah banyak riset membuktikan bahwa kerja sama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan”.

T (Together) Bersama-sama

E (Every one) A (Achieves)

M (More/Miracle)

Setiap orang Mencapai

(4)

Selain keunggulan di atas, kerjasama juga dapat menstimulasi seseorang berkontribusi dalam kelompoknya, sebagaimana yang dinyatakan Davis dalam (Dewi, 2007:98) bahwa, ”Kerjasama adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan”.

Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Individu dikatakan bekerja sama jika upaya-upaya dari setiap individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama. Semakin besar integrasinya semakin besar tingkat kerja samanya.

Indikator-indikator Kerja Sama:

West (2002:61)menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat ukurnya sebagai berikut :

1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerjasama yang baik. 2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga

maupun pikiran akan terciptanya kerjasama.

(5)

B. Kepercayaan

Maxwell (2002:88) menyatakan bahwa ”Kepercayaan (trust) adalah keyakinan bahwa seseorang sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Kepercayaan lahir dari sikap yang dimunculkannya ketika berinteraksi dengan orang lain, misalnya pemimpin dengan bawahan, bawahan dengan pemimpin atau antaranggota organisasi di sebuah organisasi. Kepercayaan adalah bentuk perlakuan diri kita kepada orang lain secara tulus. Kepemimpinan akan sukses bila dilandasi adanya kepercayaan satu sama lain”.

Selanjutnya Sopiah (2008:155) memberikan definisi bahwa ”Kepercayaan adalah suatu harapan positif bahwa orang tidak akan bertindak secara oportunistik. Bila pengikut mempercayai pemimpinnya, mereka bersedia berkorban bagi tindakan pimpinan, demikian pula sebaliknya pemimpin harus memberikan kepercayaan atas kemampuan pengikutnya”.

Kerjasama tim yang berkinerja tinggi dicirikan oleh kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Artinya para anggota meyakini akan integritas, karakter dan kemampuan setiap anggotanya.

(6)

Maxwell (2002:93)mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan, yaitu:

1. Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan rasa saling percaya.

2. Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada anggota tim berarti telah memberikan kepercayaan bahwa anggota tim mampu melaksanakannya.

3. Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap sebenarnya (truthfulness) dalam bekerja.

C. Kekompakan

Dewi (2007:114) memberikan defenisi bahwa kekompakan adalah bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan yang biasanya ditandai adanya saling ketergantungan.

Selanjutnya Mangkuprawira (2009:64)menyatakan bahwa “Kekompakan (cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri seseorang terhadap kelompoknya”.

(7)

diseimbangkan dengan kekompakan tim. Jika sosio-emosional tidak disesuaikan dengan kekompakan tim, hal ini dapat mengganggu kinerja dan prestasi tim, yang pada akhirnya mengganggu prestasi-prestasi individu.

Pada dunia usaha, penggunaan team work seringkali merupakan solusi terbaik untuk mencapai suatu kesuksesan. Kerjasama tim yang solid akan memudahkan manajemen dalam mendelegasikan tugas-tugas organisasi. Namun demikian untuk membentuk sebuah tim yang solid dibutuhkan komitmen yang tinggi dari manajemen. Hal terpenting adalah bahwa kerjasama tim harus dilihat sebagai suatu sumber daya yang harus dikembangkan dan dibina sama seperti sumber daya lain yang ada dalam organisasi. Proses pembentukan, pemeliharaan dan pembinaan kerjasama tim harus dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari tim tersebut sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai suatu aktivitas sebuah team work, meskipun pada kondisi tertentu manajemen dapat melakukan intervensi (Mangkuprawira, 2004:34).

Dalam melihat bagaimana hubungan kekompakan terhadap kerjasama tim, Dewi (2007:153) menetapkan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan tugas, yaitu saling ketergantungan pada tugas menciptakan kekompakan.

2. Saling ketergantungan hasil, yaitu anggota tim merasa hasil yang dicapai bukanlah hasil secara individu, tetapi hasil kekompakan bersama dalam bekerja.

(8)

2.2 Pengertian Kepemimpinan 2.2.1 Defenisi Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelpor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.

(9)

Pemimpin dalam suatu organisasi atau organisasi memiliki gaya atau tipe kepemimpinan yang berbeda-beda. Masing-masing gaya atau tipe kepemimpinandapat dipastikan akan mengakibatkan dampak yang berbeda kepada para anggota organisasi atau bawahannya. Namun, yang patut diperhatikan oleh setiap pemimpin adalah gaya atau tipe kepemimpinannya harus dapat memajukan organisasi atau organisasi yang dipimpinnya, bukan sebaliknya.

2.2.2 Gaya Kepemimpinan

Menurut Thoha (2003:9), gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat. Menurut Winardi (2000:78), gaya kepemimpinanadalah suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan dalam hubungan mana kita memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.

Menurut Rivai (2005:122)ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

(10)

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

Kepemimpinan demokratis memiliki orientasi kepada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan terhadap seluruh bawahan, dengan menekankan terhadap tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik (Kartono, 2013:86). Kekuatan kepemimpinan ini terletak pada dimana kesatuannya yang menjadi kekuatan dalam menjalankan organisasi tersebut.

(11)

Kepemimpinan demokratis bisa dikatakan efektif menurut (Kartono, 2011:86) adalah dengan pertanda sebagai berikut:

1. Organisasi dengan seluruh bagian- bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor.

2. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan semua orang menyadari tugas serta kewajiban sehingga merasa puas dan aman menyandang tugasnya.

3. Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran seluruh aspek dalam kelompok atau organisasi tersebut.

4. Dengan keadaan seperti pemimpin demokratis bisa dikatakan sebgai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama demi mencapai tujuan dengan jiwa kelompok dan situasi yang ada.

Bisa dikatakan kepemimpinan demokratis adalah menitikberatkan terhadap aktivitas yang dilakukan kelompok menjadi sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan kelompok yang ditargetkan. Dengan ini juga bisa digambarkan kalau pemimpin tersebut sadar bahwa pemimpin tersebut tidak bisa sendiri dalam menjalankan organisasi tersebut. Pemimpin tersebut membutuhkan dukungan dan partisipsi dari bawahan. Perlu dapat penghargaan dan dorongan dari atasan, dan butuh mendapatkan support atau dukungan moral dari teman yang memiliki posisi yang sama dengannya.

2.2.3 Indikator Kepemimpinan

Indikator kepemimpinan ada lima, yaitu: A. Kecerdasan

(12)

tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya. B. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

C. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

D. Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya. (Hutauruk, 2013)

2.3 Komitmen

Menurut Sunarto (2005:25), komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan, terdiri dari:

a. Penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan b. Keinginan untuk tetap berada dalam organisasi c. Kesediaan untuk bekerja keras atas nama organisasi

(13)

untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menganggap adanya biaya pelaksanaan yang lain (berhenti bekerja).

Menurut Meyer & Allen dalam Munandar (2004:75), komitmen organisasi merupakan salah satu bentuk dari komitmen yang lain dan memiliki fokus yangberbeda. Mowdy, Porter & Steer dalam Munandar (2004:75), komitmen organisasi adalah sifat hubungan seorang individu dengan organisasi dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi

b. Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya

c. Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya Menurut Griffin & Bateman dalam Munandar (2004:75), menyebutkan bahwa komitmen organisasi adalah :

a. Dambaan pribadi untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi b. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi

c. Kemauan secara sadar untuk mencurahkan usaha demi kepentingan organisasi.

2.3.1 Teori komitmen

Menurut Meyer & Allen dalam Munandar (2004:75) menjelaskan 3 bentuk dari komitmen organisasi, yang keseluruhannya mempunyai implikasi terhadap kelanjutan partisipasi individu dalam organisasi. Ketiga bentuk tersebut adalah: a. Affective Commitment

(14)

b. Normative Commitment

Komitmen ini ditunjukkan dengan perasaan “wajib” untuk tetap bertahan dalam organisasi. Karyawan yang memiliki normative commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi karena mereka merasa harus melakukan hal tersebut.

c. Continuance Commitment

Merupakan komitmen organisasi yang rasional. Komitmen ini berkaitan dengan biaya jika ia keluar dari organisasi. Karyawan yang memiliki continuance commitment tinggi akan bertahan dalam organisasi, karena membutuhkannya. Menurut Stebbin dalam Munandar (2004:75) menyebutkan bahwa continuance commitment adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial lain ataupun alternative tingkah laku lain karena adanya ancaman akan kerugian. Menurut Becker dalam Munandar (2004:75) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi continuance commitment yaitu self investment, general training, dukungan sosial dan kesempatan.

2.4Penelitian terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan dilakukannya penelitian ini, penelitian – penelitian tersebut tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Penulis Judul Penelitian Metode

(15)

tim terhadap (studi kasus di perum perhutani (direct) maupun secara tidak langsung

(indirect) melalui Komitmen 4. Kerjasama Tim

(16)

3. Kepemimpinan Para Suster Dina ST.Yoseph Di Indonesia

Asosiatif Secara parsial motivasi kerja, pelatihan, kepemimpinan, komunikasi dan kerja sama tim berpengaruh positif terhadap kinerja para suster Dina ST. Yoseph di Indonesia.

2.5Kerangka Konseptual

(17)

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi suatu organisasi dengan tujuan memperbaiki kelompok tersebut sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan (Rivai, 2005:2). Dengan kepemimpinan yang baik dan terstruktur diyakini akan menetukan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Dalam komitmen, kepemimpinan yang baik akan berpengaruh besar terhadap timbulnya komitmen setiap anggota, sehingga akan menghasilkan kader-kader organisasi yang terbaik.

Berdasarkan kepada teori-teori dan pendapat para pakar yang telah disajikan di atas maka dapat disusun sebuah kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Kerjasama Tim

Kepemimpinan

(18)

2.6 Hipotesis

1. Kerjasama timberpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pada unit SAHIVA USU.

2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pada unit SAHIVA USU.

3.

Kerjasama tim dan kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Kelompok dan Tim
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil dua faktor yang mempengaruhi kinerja manajer yaitu kerjasama tim dan kreativitas Peranan kerjasama tim adalah untuk

Untuk itu tim yang baik adalah tim yang mampu mempertahankan bahkan mencapai tujuan organisasi yang lebih besar secara taat asas (konsisten). 3) Karyawan berkomitmen tinggi

Hasil penelitian ini menemukan bahwa F h > F t , bahwa variabel budaya organisasi, kerjasama tim, dan kepuasan kerja dapat dijadikan sebagai faktor dalam

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil dua faktor yang mempengaruhi kinerja manajer yaitu kerjasama tim dan kreativitas Peranan kerjasama tim adalah untuk

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkatnya yang berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

Definisi kerjasama tim tersebut menjelaskan bahwa kerjasama tim adalah sekelompok orang-orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama dan tujuan tersebut

Dari uraian tentang kerjasama tim, maka dapat disintesiskan bahwa kerjasama tim adalah tindakan kolektif yang dilakukan anggota tim secara bekerja sama, saling berinteraksi, saling

Kerjasama tim merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, melalui adanya kerjasama yang efektif dan terkoordinasi dapat mencapai kinerja dan prestasi kerja yang lebih baik